54
INFLAMASI INFEKSI (JAMUR, BAKTERI, VIRUS, DAN PARASIT LUKA MAHIR Oleh Kelompok I: Ade Heryanto Afnur Riki Amrullah Al Azhar Anggit Lestari Ardiansyah Arifin Surya PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER

MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

inflamasi

Citation preview

Page 1: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

INFLAMASI INFEKSI (JAMUR, BAKTERI, VIRUS, DAN PARASIT

LUKA MAHIR

Oleh Kelompok I:

Ade Heryanto

Afnur Riki Amrullah

Al Azhar

Anggit Lestari

Ardiansyah

Arifin Surya

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

TAHUN 2012

Page 2: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau

teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi klien

dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan

kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap

mikroorganisme infeksius, meninkatnya pejanan terhadap jumlah dan jemis penyakit

yang disebakan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan

akut atau ambulatory klien dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang

beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotic.

Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat

menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien dalam semua lingkungan,

kiien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan

tindakan protektif. Penyuluhan klien nharus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-

cara penularan dan pencegahan Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri

mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular

dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang tepat.

B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah tentang Apa-

apa saja Konsep Penyakit Infeksi

C. TUJUAN

• Untuk mengetahui pengertian dari infeksi

• Untuk mengetahui tipe mikroorganisme penyebanya infeksi

• Untuk mengetahui rantai dari infeksi

• Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme penyebab infeksi

beserta penanganannya.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan mereview

dari berbagai literatur, baik dari buku-buku keperawatan dan internet.

Page 3: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit
Page 4: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI INFEKSI

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh

yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh

mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995).

Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan

multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera

seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi

antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling

berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.

Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi),

sedangkan mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut

asimtomatik. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan

perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang

lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai

keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya

suatu penyakit yang disebabkan.

B. TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI

Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

a. Bakteri

Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat

menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa

masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati

lainnya. Infeksi bakteri meliputi permulaan awal dari proses infeksi hingga mekanisme

timbulnya tanda dan gejala penyakit. Cirri-ciri bakteri pathogen yaitu kemampuan untuk

menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi sel inang dan jaringan, mampu untuk

meracuni, dan mampu untuk menghindar dari system kekebalan inang. Beberapa gejala

atau asimptomatik. Penyakit terjadi jika bacteria atau reaksi imunologi yang

ditimbulkannya menyebabkan suatu bahaya bagi seseorang.

b. Virus

Page 5: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel

hidup untuk diproduksi. Untuk menyebabkan penyakit virus harus memasuki inang,

mengadakan kontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel.

Banyak yang belum diketahui tentang proses ini pada beberapa infeksi virus, tetapi studi-

studi genetika dan biokimia mungkin sekali akan menuntun pada pengertian pathogenesis

virus pada level molekuler. Pengertian seperti itu penting untuk mendisain strategi anti

virus yang benar – benar efektif dan spesifik

c. Fungi

Berbagai jamur menyerang kulit. Biasanya jamur hidup di lapisan keratin bagian atas

dan menyebar ke luar pada cincin dermatitis eritematosa bersisik yang sering disebut

ringworm. Pada bagian lainnya paparan lesi tampak berbeda: di antara jari kaki terlihat

seperti kaki atlet dan di lipat paha seperti tinea kruris. Organism yang menyebabkan

infeksi ini bermacam-macam tetapi yang paling sering adalah berbagai jenis spesies

Trikofiton.

Spesies Pitirosporum menyebabkan berbagai infeksi jamur superficial pada kulit;

yang paling sering ialah tinea versikolor yang perubahan pigmen sangat khas. Jenis

organisme lain yang berbeda yaitu, Kandida, berupa ragi. Ia menyebabkan gangguan

jamur lainnya, terutama pada daerah mukosa dan daerah sekitarnya. Infeksi ini

menimbulkan keadaan klinis yang disebut thrush yang sering ditemukan pada mulut bayi

dan vagina. Apabila infeksi menyebar ke kulit sekitarnya akan timbul erupsi bula yang

terasa nyeri dan tidak segera dapat diketahui sebagai rash akibat fungi. Walaupun jarang,

kandidia dapat mengenai kuku; yang akan menimbulkan deformitas yang sangat sulit

untuk disembuhkan.

Infeksi jamur jarang dibiopsi karena biasanya didiagnosis secara klinis. Gambaran

histologynya sering menunjukkan sebagai gambaran yang sangat tidak berbentuk pada

pewarnaan rutin. Jamur hanya akan terlihat apabila dilakukan pewarnaan yang bereaksi

dengan dinding sel, seperti pewarnaan perak atau pewarnaan untuk polisakarida netral.

Dalam keadaan ini diagnosis ditegakkan hanya jika spesialis patologi diberi keterangan

mengenai riwayat klinis, disertai gambaran seluruh detail klinis yang penting pada

seluruh biopsy.

Infeksi fungi yang dalam cenderung menimbulkan abses kronis, sering disertai

destruksi berat. Sering ditemukan pada kondisi tropical tetapi sering juga terdapat

terutama sebagai infeksi oportunistik pada individu dengan immunosupresi.

Page 6: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Blastomikosis, aktinomikosis, dan nokardia sekarang dapat ditemukan diluar daerah

endemic tradisional biasanya akibat dari perjalanan orang luar atau imunosupresi.

d. Parasit

Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah

protozoa, cacing dan arthropoda. Infeksi protozoa jarang ditemukan di daerah beriklim

sedang tetapi di seluruh dunia amoebiasis, tripanosomiasis, leismaniasis dan

toksoplasmosis mengakibatkan penderitaan yang berat dan pada beberapa daerah di dunia

mereka merupakan kelainan dermatoligi utama yang ditemukan oleh dokter. Sebagian

besar kelainan ini, seperti pada kebanyakan penyakit tropis lainnya, disebarkan oleh

parasit arthropoda dan pengendalian yang paling efektif adalah dengan mengeliminasi

vector dibandingkan dengan mengobati penyakitnya.

Leismaniasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Leishmania tropica yang

ditularkan oleh lalat pasir. Organisme ini telah membuat suatu mekanisme untuk

meruntuhkan pertahanan tubuh dan banyak sekali yang dapat ditemukan hidup dalam

makrofag inang.

Parasit metazoan terutama cacing dan artropoda: jenis yang pertama cenderung

menginvasi dan tumbuh parasitic, sedangkan yang kedua sering sebagai predator. Cacing

merupakan masalah tropis yang primer dan onkoserkosis, larva migrant, strongilodiosis

ankilostomiasis, filariasis, skistosomiasis sering menentukan apakah manusia dan

ternaknya dapat tetap bertahan hidup atau tidak di berbagai daerah tropis. Sekali lagi, lesi

yang terdapat pada kulit dapat menjadi hebat dan membentuk proporsi yang dominan

pada praktik dermatologi tropis.

C. RANTAI INFEKSI

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang

mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry

dan host/ pejamu yang rentan.

a. AGEN INFEKSI

Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur

dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun

resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa

hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang

kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap

ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan

Page 7: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali

bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi

tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan

penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan

dari host/penjamu.

b. RESERVOAR (sumber mikroorganisme)

Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak

atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan,

air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di

kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh

tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di

dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi

sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika

karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen,

air, suhu, pH, dan pencahayaan.

c. PORTAL OF EXIT (jalan keluar)

Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal

of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan

infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika

reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan,

perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.

d. CARA PENULARAN

Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti

kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak

tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang

terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.

e. PORTAL MASUK

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit

merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya

kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke

dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor

yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke

dalam tubuh.

Page 8: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

f. DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.

Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.

Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah

yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan

jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan

tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status

nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

D. PROSES INFEKSI

Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat

infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses

perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan

penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang

diberikan. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun

nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes.

Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan

dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan

kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang

terimunosupres. Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan

hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang

berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam

kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker

tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:

a. Periode inkubasi

Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.

Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari

b. Tahap prodromal

Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan)

sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan

berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.

c. Tahap sakit

Page 9: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh:

demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan

sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.

d. Pemulihan

Interval saat munculnya gejala akut infeksi

E. PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH MIKRORGANISME

I. PITIRIASIS VERSIKOLOR (JAMUR)

A. Definisi

Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomatik

serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya

menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher,

muka dan kulit kepala.

B. Epidemiologi

Pitiriasis versikolor distibusi seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah

subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah yang

lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di

Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pitiriasis

versikolor kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun

pada pria dan 20-25 pada wanita.

C. Patofisiologi

Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik yaitu

Malassezia furfur, yang dibiakkan hanya pada media kaya asam lemak rantai C12-C14.

Pityrosporon orbiculare, pityrosporon ovale, dan Malassezia furfur merupakan sinonim

dari M. Furfur. M. Furfur merupakan flora normal kutaneus manusia., dan ditemukan

pada 18% bayi dan 90-100% dewasa.

Page 10: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan dalam bentuk

spora dan dalam bentuk filamen (hifa). Faktor-faktor yang menyebabkan berkembang

menjadi parasit sebagai berikut:

1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindrom Cushing,

malnutrisi

2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien

yang berminyak

Beberapa faktor menyumbang peranan penting dalam perkembangan dan

manifestasi klinik dari Pitiriasis versikolor. Lemak kulit memiliki pengaruh, pityrosporum

merupakan jamur yang lipofilik dan bergantung kepada lemak sehingga memiliki kaitan

erat dengan dengan trigliserida dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea.

Ketergantungan terhadap lemak menjelaskan bahwa pitiriasis versikolor memiliki

predileksi pada kulit secara fisiologik kaya akan kelenjar sebasea, dan tidak muncul pada

tangan dan tapak kaki. Pitiriasis versikolor jarang pada anak-anak dan orang tua karena

kulit mereka rendah akan konsentrasi lemak, berbeda dengan orang muda. Sekresi

keringat, pada daerah tropikal endemik pitiriasis versikolor, suhu akan mengakibatkan

peningkatan sekresi keringat yang mempengaruhi komposis lapisan lemak kulit dan

berhubungan dengan inisiasi pitiriasis versikolor. Faktor hormonal, dilaporkan bahwa

kasus pitiriasis versikolor meningkat pada iatrogenik Cushing’s syndrome yang

diakibatkan perubahan-perubahan stratum kulit, juga pada kehamilan dan akne vulgaris.

Proses depigmentasi kulit pada pitiriasis versikolor bersifat subyektif yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, ras, paparan matahari, inflamasi kulit dan efek

langsung Pityrosporum pada melanocytes. Studi histologi, menunjukkan kehadiran

sejumlah melanocytes pada daerah noda lesi degeneratif dari pitiriasis versikolor. Hal ini

memberikan petunjuk terjadinya penurunan produksi melanin, penghambatan transfer

Page 11: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

melanin pada keratinocytes, kedua hal tersebut menimbulkan kekurangan melanin pada

kulit. Pendapat lain bahwa lesi hipopigmentasi terjadi karena mekanisme penyaringan

sinar matahari oleh jamur, sehingga lesi kulit menjadi lebih terang dibanding dengan kulit

sekitar lesi yang lebih gelap. Namun pendapat ini kurang tepat untuk menjelaskan

hipopigmentasi pada pitiriasis versikolor karena beberapa kasus hipopigmentasi pada

pitiriasis versikolor tanpa terpapar oleh sinar matahari.

D. Manifestasi Klinis

Kelainan kulit Pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di

badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur

sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat

dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan

biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia

berpenyakit tersebut .

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan

berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh

tokis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. Penyakit ini

sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari

infeksi. Menurut BURKE (1961) ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu

faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan

nutrisi.

Pitiriasis versikolor muncul dengan 3 bentuk:

1. Papulosquamous

Paling sering bermanifestasi dalam gambaran bersisik, batas jelas, banyak,

makulabulat sampai oval yang tersebar pada batang tubuh, dada, leher, ekstrimitas

dan kadang pada bagian bawah perut.

Page 12: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Makula cenderung untuk menyatu, membentuk area pigmentasi irreguler. Area

yang terinfeksi dapat menjadi gelap atau menjadi lebih terang dari kulit sekitar

Kondisi ini akan lebih terlihat pada musim panas dimana perbedaan warna akan

lebih menonjol

2. Inverse Pityriasis versicolor

Bentuk kebalikan dari Pitiriasis versikolor pada keadaan distribusi yang berbeda,

kelainan pada regio flexural, wajah atau area tertentu pada ekstrimitas. Bentuk ini

lebih sering terlihat pada pasien yang mengalami gangguan imunodefisiensi.

Bentuk ini dapat dibingungkan dengan kandidiasis, dermatitis seborrhoik,

psoriasis, erythrasma dan infeksi dermatophyte.

3. Folliculitis

Bentuk ketiga dari infeksi M. furfur pada kulit melibatkan folikel rambut. Kondisi

ini biasanya terjadi pada area punggung, dada dan ekstrimitas

Bentuk ini secara klinik sulit dibedakan dengan folikulitis bakterial. Infeksi akibat

Pityrosporum folliculitis berupa papula kemerahan atau pustula.

Faktor predisposis diantaranya diabetes, kelembapan tinggi, terapi steroid atau

antibiotika dan terapi immunosupresan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa M.

furfur memiliki peran dalam dermatitis seborrhoik.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit

Pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan

cellotape yang ditempel pada lesi. Setelah diambil, bahan diletakkan di atas gelas

obyek lalu diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1

bagian tinta parker blueback superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan

karena memberi tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur.

Page 13: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Hasil positif:

Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora budding

yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.

Hasil negatif:

Bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versikolor walaupun ada

spora.

2. Lampu Wood

Untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi

dapat dilakukan pemeriksaan dengan penyinaran lampu Wood pada seluruh tubuh

penderita dalam kamar gelap. Hasilnya positif apabila terlihat fluoresensi

berwarna kuning emas pada lesi tersebut.

Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

Keluhan utama :

Bercak-bercak putih yang tidak gatal di dada dan punggung kanan atas bertambah

banyak sejak sejak 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Bercak-bercak putih yang tidak gatal di dada dan punggung kanan atas bertambah

banyak sejak sejak 1 bulan yang lalu.

Awalnya bercak-bercak putih dirasakan di dada atas kanan sebesar biji jagung yang

berjumlah sekitar 4 buah lalu sekitar 2 bulan yang lalu, bercak tersebut bertambah

banyak dan meluas disekitar dada kanan atas dan muncul bercak-bercak putih yang

baru di punggung kanan atas

Bercak-bercak putih terasa gatal kalau pasien berkeringat

Page 14: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Bercak putih tersebut jika digaruk maka bercak semakin jelas

Pasien suka menggunakan pakaian berlapis-lapis dan tidak menyerap keringat sejak 1

tahun

Pasien bekerja dari pagi sampai sore sebagai pedagang pakaian kaki lima, pasien

berdagang jarang menggunakan tenda, dan lebih sering terpapar sinar matahari.

Pasien suka berkeringat sejak menggunakan pakaian berlapis, setiap pakaian pasien

terasa lembab karena keringat sering tidak diganti.

Pasien suka makan makanan pedas yang mengakibatkan pasien sering berkeringat

saat makan

Pasien mengganti baju 2 kali dalam sehari

Pasien mandi 2 kali dalam sehari

Kelembaban tempat tinggal tinggi. Pasien tinggal di rumah kontrakan dengan satu

ruang tamu dan dua kamar tidur, kamar tidur pasien berukuran 3x2 m2, dengan satu

jendela dan dua ventilasi, kamar di huni oleh pasien dan istrinya, dan hanya

menggunakan kipas angin kecil.

Pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang berasa pada bercak-bercak putih

tersebut

Riwayat trauma tidak ada, bercak bercak merah yang berobah warna menjadi putih

tidak ada.

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang lama tidak ada

Pasien belum pernah mengobati penyakitnya

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

akibat pitiriasis vesikolor.

Page 15: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pitiriasis vesikolor

C. Intervensi Keperawatan

Dx 1

Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

akibat pitiriasis vesikolor

Intervensi :

1. Kaji keadaan kulit

Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan

intervensi yang tepat.

2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.

Rasional : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.

3. Kaji perubahan warna kulit.

Rasional : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya

komplikasi.

4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.

Rasional : Membantu mempercepat proses penyembuhan.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.

Oleskan salep pada kulit yang telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur,

meskipun lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat

menimbulkan kekambuhan. Pasalnya jamur belum terbasmi dengan tuntas.

Bila lesinya minimal atau terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan golongan

imidazol, misalnya ketoconazole dalam bentuk krim. Pengobatan harus dilakukan

menyeluruh, tekun, dan konsisten, karena penyakit panu sering kambuh dan untuk

mencegah serangan ulang.

Page 16: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Dx 2

Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

Intervensi :

1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan

prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.

Rasionalisasi: dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal

serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif

2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan

kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.

Rasionalisasi: pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan

kimia atau komponen pelembut pakaian.

3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun

yang tertinggal.

Rasionalisasi: bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat

menyebabkan iritasi.

Dx 3

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit akibat pitiriasis vesikolor

Intervensi :

1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri

sendiri.

Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak

nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.

2. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang

lain.

Page 17: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Rasional : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan

intervensi selanjutnya.

3. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-

pasien. .

4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.

Rasional : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.

5. Dorong interaksi keluarga.

Rasional : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-

menerus pada pasien. .

D. Evaluasi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit teratasi

2. Gatal hilang/berkurang

3. Komplikasi dan keparahan tidak terjadi

4. pasien percaya diri

II. Selulitis (bakteri)

a. Pengertian

Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan

subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek

pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini

biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633). Selulitis adalah

inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan (mansjoer,

2000; 82). Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang

jaringan (Brunner dan Suddarth, 2000 : 496).Jadi selulitis adalah infeksi pada

kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan

streptokokus piogenes.

Page 18: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

b. Etiologi

Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher (1999;634) adalah bakteri

streptokokus grup. A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

c. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu :

Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada

permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering

berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan

pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis

eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas

dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat,

nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling

sering disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus

aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial

yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala

sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi

abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh

campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan

pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang

tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami

super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan

peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah.

d. Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik

pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa

infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke

jaringan dibawahnya, Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan

lekositosis.

Pemeriksaan Penunjang

Page 19: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

a) Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah

sel darah putih, eosinofil dan peningkatan laju

sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).

b) Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang

diaspirasi diperlukan, menunjukkan adanya organisme

campuran (Issebacher 1999:634)

c) Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).

e. Penatalaksanaan Medis

Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.

Pemberian antibiotik intravena seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau

tidak digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar

rumah sakit, analgesik, antipretik. Posisi dan imobilisasi ekstrimitas, Bergantian

kompres lembab hangat ( Long, 1996 : 670).

f. Diagnosa Medis

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan (Tucker,

1998).

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor sirkulasi dan

edema (Tucker, 1998).

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi menyebabkan

penatalaksanaan perawatan dirumah(Tucker, 1998

g. Fokus Intervensi

1. Gangguaan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil : pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks

ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.

Intervensi :

a. Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri

b. Pertahankan ekstrimitas yang dipengaruhi dalam posisi yang ditemukan.

c. Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49 – 72 jam.

d. Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan.

e. Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah

penekanan dan kelelahan.

Page 20: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

f. Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi,

relaksasi dan lainnya.g. Tingkatkan aktivitas distraksi. (Tucher, 1998).

2. Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor.

Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.

Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit bersih,

kering dan area sekitar bebas dari edema, suhu normal.

Intervensi:

a. Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan

b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan

mobilitasasi.

c. Pertahankan teknik aseptic

d. Gunakan kompres dan balutan

e. Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan. (tucker,1998).

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi Mengenai :

penatalaksanaan perawatan di rumah

Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah

Criteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan:

tindakan kewaspadaan aseptic yang tepat. Mengekspresikan pemahaman

perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.

Intervensi:

a. Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan

pentingnya teknik aseptic.

b. Diskusikan tentang mempertahankan peninggian dan imobilisasi

ekstrimitas yang ditentukan

c. Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat

penyokong.

d. Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter

e. Diskusikan jadwal pengobatan

f. Tekankan pentingnya diet nutrisi. (Tucker, 1998).

III. VARICELLA ZOSTER (VIRUS)

A. Definisi Varisella Zoster (Cacar Air)

Page 21: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Varicella (cacar air) adalah penyakit yang ringan, sangat mudah menular, khususnya

pada anak-anak, ditandai dengan erupsi vesikuler pada kulit yang merata juga pada

membrane mukosa. Penyakit ini bisa berat pada orang dewasa dan anak-anak dengan

imunokompromis.

Zoster (ruam kulit) bersifat sporadis, melamahkan pada orang dewasa atau individu

dengan imunokompromis yang ditandai dengan ruam yang terbatas penyebarannya pada kulit

yang dipersarafi oleh ganglion sensorik tunggal. Lesinya sama dengan yang ada pada

varisela.

Kedua penyakit disebabkan oleh virus yang sama. Varisela merupakan penyakit akut

yang mengikuti kontak primer dengan virus, sementara zoster adalah respon sebagian

imunitas inang terhadap reaktivasi varisela yang terdapat dalam bentuk laten dalam ganglion

sensorik.

B. ETIOLOGI

Varicella Zoster (Cacar Air) disebabkan oleh virus Varicella Zoster. Virus ini

termasuk dalam famili Herpesvirus, yang merupakan kelompok dari virus DNA untai ganda

yang berukuran medium ( diameter 100-200 nm). Pada apus Tzanck didapatkan sel Datia

dengan 2-15 nuklei.

C. Epidemiologi

Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin.

Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6

tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi

pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan

di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4 %.

D. Patofisiologi

Varicella primer disebabkan oleh virus varicella-zoster, yang merupakan herpes virus.

Penyebaran dapat melalui sekresi lendir pernafasan ke saluran nafas, ataupun kontak dengan

kulit penderita langsung.

Infeksi paling awal terjadi pada konjungtiva atau mukosa saluran pernafasan bagian

atas . Virus bereplikasi di kelenjar getah bening selama 2–4 hari dan disertai dengan

penyebaran virus melalui darah setelah 4–6 hari inokulasi. Virus akan bereplikasi di hati,

limpa, dan organ lainnnya. Penyebaran virus kedua melalui darah akan berakhir di kulit

Page 22: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

setelah 14–16 hari pemaparan virus, dan menyebabkan kelainan kulit. Beberapa kondisi berat

yang mungkin terjadi adalah infeksi di otak, hati dan paru-paru.

Masa inkubasi virus selama 10–21 hari, penderita dapat menularkan sejak 1–2 hari

sebelum kelainan kulit timbul sampai lesi kulit mengering (5–6 hari dari awal lesi kulit

pertama timbul ). Walaupun imunitas akan terbentuk setelah infeksi ini, dari beberapa laporan

ditemukan adanya infeksi kembali dari virus yang sama.

Virus Varicella Zoster

Pernafasan

Bereplikasi

(di kelenjar getah bening, limpa, hati dll)

Aliran Darah

Kulit

E. Patogenesis

Varisela dapat diidentifikasikan dari kumpulan vesikel-vesikel yang berkembang

menjadi papul dan kemudian menjadi koreng (scab/crust). Masa inkubasi berlangsung 14-21

hari. Terdapat gejala prodromal berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri

kepala, disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa

jam berubah menjadi vesikel dengan bentuk khas berupa tetesan embun (tear drops).

Sementara proses ini berlangsung, timbul vesikel baru sehingga timbul gambaran polimorfi.

Mula-mula timbul di badan, menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta

dapat menyerang selaput lendir mata (konjungtiva), mulut, dan saluran nafas atas. Pada

infeksi sekunder kelenjar getah bening regional membesar. Penyakit ini biasanya disertai rasa

gatal.

Jalan infeksi Varicella adalah melalui mukosa saluran pernapasan atas atau

konjungtiva. Virus beredar dalam darah, mengalami banyak siklus replikasi, dan akhirnya

Page 23: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

terlokalosir di kulit. Lesi fokal kulit dan mukosa dimulai oleh infeksi virus pada sel-sel epitel

kapiler. Pembengkakan sel epitel, degenerasi balon, dan terkumpulnya cairan jaringan

menghasilkan bentuk vesikel. Badan inklusi eosinofilik ditemukan pada inti sel yang

terinfeksi.

Lesi varisela yang bisa berkembang di organ lain pada penyakit neonatal dengan

infeksi virus varicella zoster yang disertai komplikasi pada orang dewasa adalah sama. Paru-

paru biasanya terjangkit paling parah, umum dijumpai adanya giant cell berinti banyak.

Replikasi dan penyebaran virus varicella zoster dibatasi oleh respon imun seluler dan

humoral inang. Interferon bisa juga terlibat.

Lesi kulit zoster secara histopatologis identik dengan varicella. Juga ada inflamasi

akut ganglion dan saraf sensorik. Seringkali hanya satu ganglion yang terkena. Sebagai

aturan, distribusi lesi kulit berkaitan erat dengan daerah persarafan dari radiks dorsal

individu.

Belum jelas apa yang menjadi pemicu reaktivasi infeksi virus varicella zoster laten

pada ganglion. Diyakini bahwa imunitas yang menurun memungkinkan replikasi virus yang

terjadi di ganglion, dan menyebabkan peradangan dan rasa nyeri yang hebat. Virus pindah

dari saraf ke kulit dan menimbulkan bentuk vesikel. Imunitas yang diperantarai sel bisa

menjadi pertahanan inang yang terpenting dalam menahan virus varicella zoster. Reaktivasi

bersifat sporadis dan jarang berulang.

F. Gejala Klinis

Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang

berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak

enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada

permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan

lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa

didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbulah

kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan

perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.

Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding

tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak

sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng

(krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap

Page 24: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian

tidak akan meninggalkan bekas lagi.

Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk

lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri

terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan

menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa

muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering

menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran

pernapasan bagian atas, rectum dan vagina.

Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan

pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping.

Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa

lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya

disebabkan oleh staphylococcus.

Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa

maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat

fatal.

Pada zoster, penyakit ini biasanya dimulai dengan nyeri hebat pada daerah kulit atau

mukosa yang disuplai oleh satu atau lebih kelompok saraf dan ganglion sensorik. Dalam

beberapa hari setelah onset, gerombolan vesikel tampak diatas kulit yang disuplai oleh saraf

yang terjangkit. Erupsi biasanya unilateral; badan, kepala, dan leher adalah yang paling

sering terjangkit.

Pada pasien dengan zoster yang terlokalisir dan tidak ada penyakit yang mendasari,

level interveron vesikel memuncak di awal selama infeksi (pada hari ke 6). Puncak level

interveron diikuti oleh perbaikan klinis dalam 48 jam.

Gejala dan Tanda

a. Gejala Prodromal

• Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodromal yang dapat berlangsung selama 1-

4 hari berupa nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi. Nyeri bersifat

segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai serangan yang hilang

timbul. Keluhan bervariasi dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan,

hiperestesi sampai rasa ditusuk-tusuk.

Page 25: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

• Gejala konstitusi juga merupakan gejala prodromal berupa malaise, sefalgia, rangsang

meningeal dan nausea, yang biasanya akan menghilang setelah erupsi kulit timbul.

Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional.

b. Erupsi kulit

• Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang

dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,

yang tersering di daerah ganglion torakalis.

• Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul dan

dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah

menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7- 10 hari. Krusta dapat

bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini biasanya nyeri

segmental juga menghilang.

• Lesi baru dapat terus muncul sampai hari keempat dan kadang-kadang sampai hari

ketujuh.

• Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan

parut (pitted scar)

Variasi Klinis

• Pada beberapa kasus nyeri segmental tidak diikuti erupsi kulit, kemudian ini disebut

zoster sine herpete

• Herpes zoster abortif , bila perjalanan penyakit berlangsung singkat dan kelainan kulit

hanya berupa vesikel dan eritema.

• Herpes zoster oftalmikus : HZ yang menyerang cabang pertama nervus trigeminus. Erupsi

kulit sebatas mata sampai verteks, tetapi tidak melalui garis tengah dahi. Bila mengenai

anak cabang nasosiliaris (adanya vesikel pada puncak hidung yang dikenal sebagai tanda

Hutchinson), maka akan timbul kelainan mata.

• Sindrom Ramsay-Hunt : HZ di liang telinga luar atau membrana timpani, disertai paresis,

gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah, tinnitus, vertigo dan tuli.

Kelainan tersebut sebagai akibat virus menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius.

• Herpes zoster aberans : HZ disertai vesikel < 10 buah yang melalui garis tengah.

Page 26: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

G. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Untuk

pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan atau apusan dan

dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant cell)

yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies atau dapat

juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus

intrasel.

Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia.

Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.

Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation

Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Tzank smear

Tujuan : melihat multinucleated giant cell untuk virus dan vesikobulosa

Cara pemeriksaan :

a. Bahan pemeriksaan diambil dari dasar vesikel dengan cara dikerok

b. Oleskan pada kaca objek lalu fiksasi

c. Warnai dengan giemsa

d. Lihat dengan mikroskop

Hasil pemeriksaan :

Herpes zostersel datia dengan inti akantolisis

Vesikubulosasel Tzank

2. Kultur virus dari apusan dasar vesikel, spesimen biopsi, skraping kornea.

3. Histopatologis

Histopatologi lesi kulit varisela zoster sama sel epidermis (pada lapisan germinal

dan bagian dalam stratum spinosum) menunjukkan ballooning degeneration dengan

hilangnya intercellular bridges (akantholisis) yang nantinya akan dipisahkan oleh edema

interselular.

4. Pemerikasaan antigen dan antibodi

Page 27: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

I. Pengobatan

1. Umum

a. Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit dan pengobatannya

b. Menganjurkan penderita untuk menjaga bruntus-bruntus berisi air cairan jernih tidak

pecah

c. Menerangkan kepada penderita mengenai komplikasi penyakit yang dapat terjadi dan

penanganan yang dapat dilakukan

d. Menjauhi anak-anak kecil dan dewasa yang belum pernah mendapat cacar air maupun

orang-orang yang lagi sakit berat.

2. Khusus

Topikal : kompres, lotion, bedak salisil 2%

Sistemik :

a. - Asiklovir peroral 5 x 800mg (selama 7-10 hari) (dewasa) 4-5 x 200mg anak-anak)

Untuk penderita immunocompromised : 5 mg/kg IV setiap 8

jam selama 5-7 hari

-Valasiklovir peroral 3 x 1000 mg/hari, selama 7 hari

- Famsiklovir peroral 3 x 500 mg selama 7 hari

b. Kortikosteroiduntuk penderita yang beresiko terjadinya post herpetic neuralgia (usia >

50-60 tahun)

Dosis awal setara dengan prednison 60 mg/hari kemudian

diturunkan selama 3-4 minggu.

Postherpetic neuralgia: analgetik, amiriptilin, perfenazin

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Data subjektif : pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit

kepala.

Data Objektif :

Page 28: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

a. Integumen : kulit hangat, pucat.

adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih.

b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.

c. Psikologis : menarik diri.

d. GI : anoreksia.

e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake

makanan.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.

d. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.

C. Intervensi

1) Diagnosa 1

a. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.

b. Intervensi

- Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang

datang kontak dnegan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.

- Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan

kulit.

Rasional : mencegah masuknya organisme infeksius.

- Awasi atau batasi pengunjung bila perlu.

Rasional : mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.

- Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.

Rasional : rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

- Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh)

Page 29: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Rasional : meningkatkan penyembuhan.

- Awasi tanda vital

Rasional : Indikator terjadinya infeksi.

2) Diagnosa 2

a. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.

b. Intervensi

- Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

Rasional : mengetahui keadaan integritas kulit.

- Berikan perawatan kulit

Rasional : menghindari gangguan integritas kulit.

3) Diagnosa 3

a. Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.

b. Intervensi

- Berikan makanan sedikit tapi sering.

Rasional : membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan

meningkatkan pemasukan.

- Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk

membawa makanan dari rumah yang tepat.

Rasional : meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki

pemasukan.

4) Diagnosa 4

a. Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.

b. Intervensi 

- Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.

Rasional : memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.

- Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

Rasional : memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.

5) Diagnosa 5

a. Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.

b. Intervensi 

Page 30: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

- Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.

Rasional : meningkatkan kemampuan perawatan diri dan menngkatkan

kemandirian.

D. Implementasi

1) Diagnosa 1

a. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang

datang kontak dengan pasien.

b. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan

luka.

c. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.

d. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.

e. Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).

f. Mengawasi tanda vital.

2) Diagnosa 2 

a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

b. Memberikan perawatan kulit.

3) Diagnosa 3

a. Memberikan makanan sedikit tapi sering.

b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk

membawa makanan dari rumah yang tepat.

4) Diagnosa 4

a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.

b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

5) Diagnosa 5

a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.

E. Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi.

IV. Pediculosis Kapitis (parasit)

a. Definisi

Page 31: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat

pediculus humanis (Arif Mansjoer, 2002).

b. Etiologi

Penyakit pedikulosis kapitis disebabkan oleh parasit subspecies Pediculus

humanus var. capitis. Parasit ini termasuk dalam golongan filum Arthropoda, kelas

Insecta, ordo Phthiraptera, subordo Anoplura, family Pediculidae dan species

Pediculus humanus. Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur,

larva, nimfa dan dewasa. Satu kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan

menghasilkan 50 – 150 telur. Telur berbentuk oval dan umumnya berwarna putih

atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya

rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur yang lebih matang. Telur

kutu membutuhkan 8 – 9 hari untuk menetas. Telur yang menetas akan menjadi

nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan

menjadi dewasa 9 – 12 hari sesudah menetas.

Untuk hidup, nimfa harus memperoleh makanan berupa darah. Pediculus

humanus capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang sekitar 1 – 2 mm, tidak

bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Parasit ini memiliki 3

pasang kaki yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut pengisap kecil di

bagian anterior yang menjadi bagian untuk mendapatkan darah. Kutu kepala dapat

merayap dengan cepat, di atas 23 cm/menit. Kutu dewasa dapat bertahan hidup

sekitar 30 hari di kepala manusia. Kutu dapat mati dalam 1 – 2 hari setelah jatuh dari

rambut. Kutu kepala terdiri atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan

dengan kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya

penonjolan daerah posterior yang membentuk huruf V yang digunakan untuk

menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu jantan memiliki pita

berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.

c. Epidemiologi

Penyakit pedikulosis kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia pada semua usia

terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Insidens tertinggi pada usia sekitar 3 –

12 tahun. Pedikulosis kapitis lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pria.

Penularan penyakit ini lebih sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun

Page 32: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

dapat juga melalui benda-benda seperti sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang

dipakai secara bergantian. Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit ini, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang

panjang pada wanita.

d. Gejala klinis

Gejala awal yang dominan adalah rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal dimulai

dari yang ringan sampai rasa gatal yang tidak dapat ditoleransi. Lesi papul yang

gatal biasanya terdapat pada daerah belakang telinga dan bagian tengkuk leher,

akibat garukan pada kulit kepala akan terjadi erosi dan ekskoriasi. Adanya infeksi

sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul, abses.

e. Laboratorium Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis :

Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi diagnosis. Dengan pemeriksaan

mikroskop dapat terlihat kutu dewasa dengan 6 kaki, yang tebalnya 1-4 mm, tidak

bersayap, berwarna abu-abu berkilat sampai merah jika menghisap darah.

Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang terinfestasi memperlihatkan

fluoresensi kuning-hijau dari kutu dan telur.

Pemeriksaan histology : Pemeriksaan histologi jarang dilakukan untuk

menegakkan diagnosis. Hasil dari biopsi memperlihatkan perdarahan intradermal

dan infiltrat yang dalam berbentuk baji dengan banyak eosinofil dan limfosit.

f. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis kep. pada pedikulosis kapitis dapat ditegakkan melalui inspeksi

pada kulit kepala dan rambut, dengan menemukan kutu atau telur berwarna abu-abu

berkilat. Kutu dan telur tersebut dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikroskop.

g. Proses Keperawatan

Proses keperawatan menurut teori terdiri dari :

Pengkajian :

Page 33: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

Timbul nya rasa gatal terutama pada daerah oksiput dan temporal .

Terdapat erosi, eksroasi dan infeksi dan infeksi sekunder (pus krusta)

Rambut kepala terlihat bergumpal karena banyaknya pus dan krusta

Terdapat titik perdarahan di kulit

Terdapat berkas garukan pada badan

Pada kasus yang menahun kulit menjadi tebal, kering dan bersisik dengan daerah

yang berpigmen serta berwarna gelap.

Adanya bercak-bercak macula serulae pada daerah pubis dan sekitarnya.

h. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan infeksi kutu.

b. Gangguan body image berhubungan dengan adanya penyakit

(pedikulosis).

c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjadinya

infeksi berat pada kulit.

d. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan risiko

penularan.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, penyebab,

pengobatan, dan pencegahan.

i. Intervensi keperawatan

a. Diagnose 1

Tujuan : pasien dapat merasakan kenyamanan (rasa gatal berkurang).

Intervensi :

· Kaji kondisi kulit kepala, badan, pubis.

Page 34: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

· Anjurkan agar kulit pasien tetap kering.

· Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan pakaian, alat mandi,tempat

tidur dan sisir.

· Anjurkan untuk membersihkan kepala atau rambut minimal

2xseminggu

· Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal tetapi diusap

· Kolaborasi medis untuk pemberian obat untuk mengatasi gatal.

Diagnose 2

Tujuan : pasien dapat menerima perubahan yang ada pada dirinya

Intervensi :

1. Beri motivasi untuk menerima keadaan dirinya

2. beri penjelasan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan

3. jelaskan pentingnya perawatan kulit termasuk kepala, badan, dan pubis

4. berikan motivasi tentang percaya diri dan mencegah isolasi social

Diagnose 3

Tujuan : pasien terhindar dari kerusakan kulit

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian kondisi kulit secara rutin

2. anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih

3. anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah terjadinya luka

4. anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic

5. kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut

Page 35: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

. Diagnose 4 dan 5

Tujuan : pasien dapat memelihara kesehatan dengan mencegah penularan

Intervensi :

1. Ajarkan pada pasien semua barang, handuk, perangkat tempat tidur yang mengandung

kutu atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya suhu 54 C atau dicuci

kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi ulang.

2. Ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot, permadani, dan karpet yang

berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum cleaner.

3. Ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut harus di desinfeksi dengan

shampo.

4. Beritahu pada semua anggota keluarga yang berhubungan dengan dengan

pasien untuk diobati.

V. 5. Anjurkan pada keluarga untuk tidak menggunakan sisir pasien.

Page 36: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

BAB III.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Infeksi dapat disebabkan

oleh berbagai macam organisme: virus, bakteri, fungi (jamur), dan parsit. Adapun tanda

dan gejala yang diakibatkan infeksi tersebut berbeda-beda, tergantung dari penyebab dari

infeksi yang mengakibatkannya.

B. SARAN

Disarankan bagi pembaca agar dapat lebih menjaga kesehatan diri diantaranya

dengan menjaga personal hygiene agar dapat terhindar dari penyakit yang diakibatkan

oleh virus, bakteri, fungi dan parasit.

Page 37: MAKALAH Inflamasi Infeksi Jamur Bakteri Virus Parasit

DAFTAR PUSTAKA

http://muel-muel.blogspot.com/2012/02/selulitis.htm

http://health.detik.com/read/2010/06/22/075552/1383337/763/parasit-yang-

berkembang-biak-di-kulit