64
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI OBAT ANTIINFLAMASI Disusun oleh : Desti Rizkia Nur Annisa - NIM : 3311101093 Andini Gianisa Utami - NIM : 3311101101 Annisa Siti Nurfalah - NIM : 3311101113 Chindyawati Afriani - NIM : 3311101123 Anas Nurdianto – NIM : 3311101124 Farmasi C -2010 Asisten Lab : Ita., S.Si.,M.Si.,Apt LABORATORIUM FARMAKOLOGI PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

Anti Inflamasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anti Inflamasi

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

OBAT ANTIINFLAMASI

Disusun oleh :

Desti Rizkia Nur Annisa - NIM : 3311101093

Andini Gianisa Utami - NIM : 3311101101

Annisa Siti Nurfalah - NIM : 3311101113

Chindyawati Afriani - NIM : 3311101123

Anas Nurdianto – NIM : 3311101124

Farmasi C -2010

Asisten Lab : Ita., S.Si.,M.Si.,Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2012

Page 2: Anti Inflamasi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Prinsip Percobaan

Suntikan intraplantar karagenan pada telapak kaki belakang tikus

menyebabkan udema yang dapat dihambat oleh obat antiinflamasi yang

diberikan sebelumnya dengan cara mengukur volume telapak kaki tikus.

Aktivitas antiinflamasi obat uji ditunjukkan oleh kemampuan mengurangi

udema yang diinduksikan pada kaki tersebut.

Hukum Archimedes : penambahan volume air raksa sebanding dengan volume

kaki tikus yang dimasukkan.

I.2 Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip

kerja dari obat antiinflamasi.

Diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan percobaan ini untuk

mengevaluasi obat antiinflamasi dengan memperhatikan beberapa criteria

pengamatan.

Dapat menunjukkan beberapa kemungkinan dan batasan yang merupakan sifat

teknik percobaan.

I.3 Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan

yang disebabkan oleh trauma fisik, Zat kimia yang merusak, atau zat-zat

mikrobiologik. Iflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktivasi tubuh atau .

organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan

jaringan. Jika penyembuhan lengkap,proses peradangan biasanya reda. Namun,

kadang kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya

Page 3: Anti Inflamasi

seperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma atau artistis rematoid.

Pada kasus seperti ini, Reaksi pertahanan tubuh mereka sendiri mungkin

menyebabakan luka-luka jaringan progresif, dan obat-obat anti iflamasi atau

imunosupresi mungkin dipergunakan untuk memodulasi proses peradangan. Inflamasi

dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak dan migrasi sel.

Obat analgesic antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteorid merupakan suatu

kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.

Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek

terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat

golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin.

Efek terapi maupun efek samping dari obat-obat anti-inflamasi ini tergantung

dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Secara in vitro obat-obat AINS

menghambat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesic, antipiretik

dan anti-inflamasinya belum jelas. Selin itu obat AINS secara umum tidak

menghambat biosintesis leukotrian, yang diketahui berperan dalam inflamasi.

Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam

arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan

cara berbeda.

Efek anti inflamasi kebanyakan obat mirip aspirin terutama yang baru lebih

dimanfaatkan sebagai anti inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal,

seperti arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan spondilitisankilosa. Tetapi obat mirip

aspirin hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan

penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegah

kerusakan jaringan pada kelainan muskulosketalini.

Page 4: Anti Inflamasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Fenomena inflamasi pada tingkat bioselular masih belum dijelaskan secara

rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan disepakati. Fenomena

inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, Meningkatnya permeabilitas kapiler

dam migrasi leukosit kejaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal

adalah kalor, rubor tumor, dolor dan functio laesa. Selama berlangsungnya fenomena

inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain histamin,

5-hidroksitriptamin(5ht), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrin, dan PG. Penelitian

terakhir menunjukkan autokoid lipid PAF ( platelet activating fat) juga merupakan

mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran

lisozin dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek

terhadap mediator kimiawi tersebut kecuali PG.

Inflamasi sampai sekarang fenomena ini inflamasi pada tingkat bioselular

masih belum dijelaskan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah

diketahui dan disepakati. Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular,

Meningkatnya permeabilitas kapiler dam migrasi leukosit kejaringan radang. Gejala

proses inflamasi yang sudah dikenal adalah kalor, rubor tumor, dolor dan functioleasa.

Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang

dilepaskan secara lokal antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin(5ht), faktor

kemotaktik, bradikinin, leulotrin, dan PG. Penelitian terakhir menunjukkan autokoid

lipid PAF ( patelet activating fat) juga merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi

sel fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran lisozin dan lepasnya enzim pemecah.

Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator kimiawi tersebut

kecuali PG.

Page 5: Anti Inflamasi

Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin

(PGI2) dalam jumlah nanogram, menimbulkan eritem vasodilatasi dan peningkatan

aliran darah secara lokal. Histamin dan bradikinin dapat meningkatkan permaibilitas

vaskular, tetapi efek vasodilatasinya tidak besar. Dengan penambahan sedikit PG efek

eksudas hitamin plasma dan bradikinin menjadi lebik jelas. Migrasi leukosit ke

jaringan radang merupakan aspek penting dalam proses inflamasi. PG sendiri tidak

bersifat kemotaktik tetapi produk lain dari asam arakidonat yakni leukotrien B4

merupakan merupakan zat kemotaktik yang sangat paten. Obat mirip aspirin tidak

menghambat sistemhipoksigenase yang menghasilkan leukotrien sehingga golongamn

obat ini tidak menekan migrasi sel. Walaupun demikian dosis tinggi juga terlihat

penghambatan migrasi sel tanpa mempengaruhi enzim liposigenase. Obat yang

menghambat biosintesis PG maupun leukotrin tentu akan lebih paten menekan proses

iflfmasi. (Wilmana, F.P., 1995).

OAINS membentuk kelompok yang berbeda-beda secara kima(kiri0, tetapi

semuanya mempunyai kemampuan untuk menghambat siklooksigenase(COX) dan

inhibisi sintesis prostaglandin yang diakibatkannya sangat berperan untuk efek

terapeutiknya. Sayangnya, inhibisi sintesis prostaglandin dalam mukosa gaster sering

menyebabkan kerusakan gastrointestinal(dispepsia, mual, dan gastiritis). Efek samping

yang paling serius adlah perdarahan gastrointestinal dan perforasi. COX terdapat pada

jaringan sebagai suatu isoform konstitutif (COX-1), tetapi sitokin pada lokasi

inflamasi menstimulasi induksi isoform kedua (COX-2). Inhibisi (COX-2) diduga

bertanggungjawab untuk efek antiinflamasi OAINS, sementara inhibisi COX-1

bertanggung jawab untuk toksisitas gastointestinal. OAINS yang paling banyak

digunakan adalah yang selektif untuk COX-1, tetapi inhibitor COX-2 selektif telah

diperkenalkan baru-baru ini (Neal, M.J., 2006).

Pasien-pasien ini sering diberi resep OAINS dan sangat banyak tablet aspirin,

parasetamol, dan ibuprofen tambahan yang dibeli bebas untuk terapi sendiri pada sakit

kepala, nyeri gigi, berbagai gangguan muskokletal, dan lain-lain. Obat-obat ini tidak

efektif pada terapi nyeri viseral(misalnya infark miokard, kolik renal, dan abdomen

Page 6: Anti Inflamasi

akut) yang membutuhkan analgesik opioid. Akan tetapi, OAINS efektif pada nyeri

hebat tipe tertentu(misalnya kanker tulang). Aspirin mempunyai aktivitas antiplatelet

yang penting (Neal, M.J., 2006).

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi

yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti

histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbulkan reaksi

radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf, 1994)

Prostaglandin dan senyawa yang berkaitan diproduksi dalam jumlah kecil dan

semua jaringan. Umumnya bekerja bekerja lokal pada tempat prostaglandin tersebut

disintesis, dan cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya.

Karena itu, prostaglandin tidak bersirkulasi dengan konsentrasi bermakna dalam darah.

Tromboksan, leukotrin, dan asam hidroksiperosieikosatetraenoat merupakan lipid yang

berkaitan disintesis dari prekursor yang sama sebagai prostaglandin memakai jalan

yang berhubungan.

PG hanya berperan pada yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau

iflamasi. Penelitian tellah membukyikan bahwa PG menyebabkan snsti reseptor nyeri

terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi, jadi PG menimbulkan keadaan

hiperalgesia.Kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin

merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata obat mirip aspirin tidak

mempengaruhi hiperalgesia atau nyeri yang ditimbulkan oleh efek langsung PG. Ini

menunjukkan bahwa sintesis PG yang dihambat oleh golongan obat ini dan bukanya

blokade jantung (Wilmana,F.P., 1995)

Prostaglandin dan metabolismenya yang dihasilkan secara endogen dalam

jaringan bekerja sebagai tanda lokal menyesuaikan respon tipe sel spesifik. Fungsi

dalam tubuh bervariasi secara luas tergantung pada jaringan. Misalnya pelepasan

TXA2 dari trombosit mencetuskan penambahan trombosit baru untuk agregasi

( langkah pertama pada pembentukan gumpalan). Namun pada jaringan lain

peningkatan kadar TXA2 membawa tanda yang berbeda, misalnya otot polos tertentu

Page 7: Anti Inflamasi

senyawa ini menginduksi kontraksi. Prostagladin merupakan salah satu mediator

kimiawi yang dilepasklan pada proses agresi alergi dan inflamasi. (Mycek, M.J., 2001)

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi

yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti

histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbiulkan reaksi

radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf,1994)

Inflamasi pada rematoid artistis merupakan reaksi antara antigen, antibodi dan

komlemen yang menyebabkan terentuknya faktor kemoteraktik yang menjadi penatik

leukosit, leukosit ini memfogositasi kompleks antigen-antigen komplemen dan juga

melepaskan enzim-enzim dari lisosom yang menyebabkan kerusakan tulang rawan dan

jaringan lain, Sehingga timbullah inflamasi (Syamsul Munaf, 1994).

Mekanisme kerja obat AINS :

a. Menjaga keutuhan tulang rawan dan jaringan lain dari kerusakan oleh enzimlisosom

(salisilat, fenilbutazon, indometasin dan asam mafenamat)

b. Menstabilkan membran lisosom (salisilat, klorokin)

c. Menghambat migrasi leukosit (indometasin)

d. Menghambat pembentukan prostagladin (salisilat, indometsain). Pada demam

rematik salisilat mengurangi gejala kerusaakan sendi, tetapi kerusakan jantung tidak

dipengaruhinya Bila diberikan per oral, diserap dangan cepat sebagian dari

lambung sebaguian dari usus halus bagian atas. Kadar puncak akan tercapai setelah

pemberian 2 jam. Kecepatan absorpsi ini tergantung pada : kecepatan dissintegrasi dan

dissocusi tablet, PH permukaan mukosa dan waktu penggosongan lambung. Pada

pemberian rektal absorbsinya lambat dan tidak sempurna. Absorpsi melalui kulit dapat

terjadi dengan cepat dan dapat menimbulkan efek sistemik, misalnya metil salisilat

dapat diabsorpsi melalui kulit yang utuh tetapi absorpsi melalui lambung lambat

(Syamsul Munaf, 1994)

Page 8: Anti Inflamasi

Setelah diabsorpsi, slisilat didistribusikan keseluruh tubuh dan cairan

interseluler. Salisilat dapat ditemukan pada cairan sinovial, spinal peritoneal, liur dan

air susu.

Banyak obat anti inflamasi nonsteroid (AINS ) bekerja dengan jalan

menghambat sintesis prostagladin. Jadi pemahaman akan obat AINS memerlukan

pengertian kerja dan biosintesis prostagladin turunan asam lemak tak jenuh

mengandung 20 karbon yang meliputi suatu struktur cincin siklik.

Nyeri dan inflamasi merupakan keluhan utuma penderita penyakit rematik

disamping lainnya. Berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan

keluhan ini antara lain dengan menggunakan medikamentosa. Penggunaan nyeri

medikamentosa pasa penyakit reumatik selain bertujuan untuk menekan rasa nyeri dan

inflamasi bila mungkin juga menghentikan perjalanan reumatik. Hingga saat ini pada

ertritis reumatoid dan goud yang telah da obat yang telah mempengaruhi perjalanan

penyakitnya. Sebagian besar penyakit reumatiknya lainya diobati dengan akan

terbukti obat anti inflamasi non steroid yang telah terbukti dapat menekan rasa nyeri

dan inflamasi tetapi tidak dapat menghentikan perjalanan penyakit.

Nyeri dan inflamasi merupakan tanda bahwa sendi tersebut telah mengalami

gangguan hampir semua gangguan rematik disertai dengan nyeri atau inflamasi.

Perkecualian pada sendi neuropati. Ialah suatu keaadan hilangnya rasa nyeri akibat

keadaan tertentu seperti tebes darsalis atau siringomielia. Rasa ini penting karena

menunjukkan adanya mekanisme proteksi dari badan. Adanya rasa nyeri menunjkkan

bahwa sipenderita harus menggurangi penggunaan yang berlebihan dari sendi tersebut.

Sedangkan adanya inflamasi menunjukkan bahwa sipenderita harus mengistirahatkan

sendi tersebut. Pada sendi neuropatik Dimana sopenderita tidak nerasai nyeri telah

terbukti akan terjadi kerusakan sendi yang lebh cepat, selain itu gangguan fungsi baru

terjadi setelah ada kerusakan mekanikal yang nyata. Sebaliknya pada artitis jenis

lainya gangguan fungsi sudah mulai tampak pada awalpenyakit bersamaan dengan

timbulnya rasa nyeri.

Page 9: Anti Inflamasi

Nyeri pada penyakit rematikterutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang

mengakibatkan dilepasnya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan mediator kimiawi

lainya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam

meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan.

Sejumlah efek samping berkaitan dengan penghambatan sintesa prostaglandin

dan teunma terjadi pada lambung dan usus ginjal dan fungsi trombosit. Frekwensinya

berbeda-beda untuk berbagai obat dan pada umumnya efek-efek ini meningkatkan

besarnya dosis dan lama penggunannya, kecuali efek terhadap trombosit.

Obat dengan masa paruh panjang mengakibatkan resiko gangguan lambung

usus lebih besar daripada obat dengan masa paruh pendek. Obat yang terbanyak

menimbulkan keluhan lambung-usus serius adalah indoetasin, azapropazon dan

piroxicam. Obat dengan jumlah keluhan lebih kurang separohnya adalah ketoprofen,

naproksen, flurbiprofen, sulindac dan diklofenac.

Indometasin merupakan derivat indol lasetat berkasiat amat kuat dapat

disamakan debngan diklofenac tetapi lebih sering menimbulkan efek samping.

Khususnya efek ulcerogen dan pendarahan occult (T.H. Tjay dan K. Rahardja, 2002).

Fiksasi interna merupakan salah satu modalitas terapi dalam penanganan

fraktur. Fiksasi interna dini dan tertunda masih menjadi suatu perdebatan karena

adanya perbedaan komplikasi yang ditimbulkan, terutama yang berhubungan dengan

respons inflamasi sistemik.

Tindakan fiksasi interna dini dan tertunda saat ini masih menjadi sebuah

perdebatan, khususnya mengenai early total care (tindakan dini), damage control dan

delayed total care (tindakan tertunda) pada trauma multiple. Johnson (1985),

melaporkan bahwa fiksasi interna pada major fracture dengan penundaan lebih dari 24

jam menyebabkan peningkatan 5 kali terjadinya komplikasi ARDS (Adult Respiratory

Response Syndrome). Pada isolated femoral fracture, terjadi 10% fat embolism

syndrome jika tindakan fiksasi dilakukan setelah 10 jam dan 0% jika dikerjakan

Page 10: Anti Inflamasi

sebelum 10 jam (Pinney, 1998). Fakta ini disebabkan oleh terjadinya aktivasi innate

immunity (Heitbrink, 2006).

Namun, sampai saat ini perbedaan inflamasi lokal pada saat fiksasi interna dan

respons inflamasi sistemik akibat tindakan fiksasi interna dini dan tertunda pada

fraktur belum diketahui. Makrofag merupakan sel imun utama dijaringan dan pada

trauma hebat makrofag sering mengalami gangguan respons imun berupa gangguan

imunita seluler (Franke,2006).

Demikian juga kerusakan jaringan karena pembedahan akan memicu makrofag

yang telah teraktivasi sebelumnya untuk mengekspresikan mediator inflamasi

sehingga mempengaruhi respons inflamasi baik lokal maupun sistemik. Untuk

mengurangi komplikasi pascafiksasi interna, jenis tindakan (cara fiksasi) dan timing

(waktu kapan tindakan dilakukan) dapat dipertimbangkan sebagai cara pencegahan

(Astawa, P.; Bakta, M.; Budha, K., 2008).

Inflamasi

Inflamasi, dalam bahasa Indonesia sehari-hari, yaitu radang. Kita sering

mendengar misalnya, radang usus, radang otak, radang paru-paru, peradangan,

bengkak memar dan seterusnya. Penggunaan istilah ini telah dikenal secara tradisi

sejak jaman Yunani dan Tiongkok kuno, ribuan tahun yang lalu. Dari penemuan-

penemuan terakhir, para pakar berpendapat bahwa, sebetulnya inflamasi (atau radang)

bukanlah berupa penyakit itu sendiri. Inflamasi diperlukan oleh tubuh kita, karena

proses reaksi biokimia inflamasi di dalam tubuh ditujukan melawan invasi bakteri dari

luar, zat-zat yang negatif bagi sel-sel, jaringan sel, serta organ-organ, ataupun bila

terjadi luka. Dalam hubungan ini, jenis sel seperti leukocyte, neutrophil, berperan

memusnahkan invasor. Dapat kita gambarkan fungsinya seperti pasukan keamanan

dari sesuatu bahaya yang menyerang keseimbangan tubuh. Terutama neutrophil,

berperan sebagai patrol keamanan tubuh kita, begitu menemukan sesuatu yang asing

ditubuh, serta merta akan memusnahkannya. Dalam proses inflamasi, chemical

mediator (juga disebut lipd mediator karena berasal dari asam lemak AA, DHA dan

Page 11: Anti Inflamasi

EPA) berupa leukotriene dan prostaglandins, turunan dari AA, memegang peranan

penting. Pada waktu yang bersamaan, proses pemusnahan awal terhadap invasor,

neutrophil mengeluarkan chemical mediator yang mana memberikan sinyal berikutnya

merekrut lebih banyak lagi sel neutrophil dan leukocyte untuk turut beraksi

memusnahkan invasor. Proses pemusnahan ini disebut phagocytosis (kemampuan

memakan, menelan). Dalam proses ini neutrophil mengeluarkan agent, enzyme

(reactive oxygen species, hydrolytic enzymes, dan lain-lain), yang secara umum juga

tidak baik bagi tubuh dan dapat merusak sel, jaringan sel. Pertahanan tubuh telah

menyiapkan mekanisme sedemikian rupa, pada tahap tertentu, aksi selanjutnya dari

neutrophil harus dicegah. Pencegahan tersebut terjadi di mana biosintesa chemical

mediator yang pro-inflamasi, leukotrine, distop, dan beralih ke biosintesa chemical

mediator anti-inflamasi jenis lipoxins.

Peralihan atau switch biosintesa dari mediator pro-inflamasi ke anti-inflamasi

Munculnya prostaglandins dari sel neutrophil juga mengisyaratkan secara

terprogram, nasib biosintesa mediator ini (semacam feedback) sendiri akan berakhir,

dengan meregulasi (down regulation) enzyme 15-LO yang terdapat di dalam sel

neutrophil, kemudian biosintesa beralih ke mediator yang lain, yang anti-inflamasi.

Namun hal lain yang sangat menentukan peralihan ini adalah kemampuan enzyme 5-

LO (5-Lipoxigenase. Penemuan enzyme ini dan satu lagi, COX, Cyclooxygenase,

yang membawa Samuelsson B. dan Bergstrom S. mendapatkan penghargaan Nobel

tahun 1982) mengkonversi secara reaksi enzymatic dari AA menjadi leukotriene

(LTB4), lalu beralih pada tahap berikutnya ke lipoxins. Dalam hubungan ini exzyme 5-

LO juga substrate dependent (tergantung dari kondisi mikro setempat), di mana

enzyme tersebut, satu dari sekian step proses biosintesa, dapat menggunakan dan

mengkonversi DHA, EPA menjadi grup senyawa resolvins.

Pada tingkat sel, munculnya neutrophil dan terbentuknya nanah (pustule, lihat

gambar bawah) mengisyaratkan peralihan dari mediator pro- ke anti-inflamasi, dan

pembatasan atau pencegahan pengrekrutan neutrophil berikutnya dari pembulu darah

Page 12: Anti Inflamasi

ke lokasi kejadian. Mediator anti-inflamasi, lipoxins, resolvins, dan protectins

memobilisasi sel macrophage (monocyte) yang dapat memakan sel neutrophil, serta

membersihkan Histologi leukosit (Tan, T J, 2008).

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.

Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-900 sel/mm3,

bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000

disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai

granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair,

dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak

mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk

ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit;

monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Granula. Leukosit

mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humora organisme terhadap zat-zat

asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis

lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan

menembus kedalam jaringan penyambung Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada

orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang

hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi

kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan

pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa variasi

Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut

masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil (Dr. Zukesti Effendi, 2007).

Natrium Diklofenak

Page 13: Anti Inflamasi

Farmakologi dan farmakokinetika

KAFLAM adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang

mengandung garam kalium dari diklofenak. Obat ini memiliki efek

analgesic dan antiinflamasi.

Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sintesis

prostaglandin, mediator yang berperan penting dalam proses

terjadinya inflamasi, nyeri dan demam. Kalium diklofenak akan

diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah yang diabsorbsi

tidak berkurang jika diberikan bersama dengan makanan. Kadar

puncak obat dicapai dalam ½ -1 jam. Ikatan protein 99,7%, waktu

paruh 1-2 jam. Pemberian dosis berulang tiidak menyebabkan

akumulasi . eliminasi terutama melalui urin

Natrium diklofenak dalam bentuk CR/lepas-lambat terkendali

adalah salah satu tekonologi yang dikembangkan untuk

memperbaiki efikasi dan toleransidiklofenak. Pengembangan

formulasi yang canggih dengan teknologi tinggi pada “drug delivery

System” telah dilakukan oleh Klinge Pharma GmbH dan telah

dipasarkan di Indonesia dengan nama Deflamat CR oleh PT. Actavis

Indonesia. Deflamat CR (gabungan antara teknologi Enteric-Coated

dengan Sustained-Release ) memiliki bentuk yang unik yaitu pelet

CR dimana zak aktif terbagi dalam ratusan unit sferis kecil ( pelet)

yang akan menjamin penyebaran yang baik dari zat aktif diseluruh

saluran gastro-intestinal sehingga akan memperbaiki toleransi

gastro-intestinal dari obat AINS

Selain itu, dengan ukuran partikel yang kecil, pelet bisa

melintasi pilorus dengan cepat bersama kimus, dimana transportasi

menuju doudenum tidak bergantung pada pengosongan lambung,

sehingga waktu transit obat rata-rata lebih cepat dan dengan

sistem pelepasannya yang terkendali, absorpsi yang cepat dan

Page 14: Anti Inflamasi

kontinyu memberikan kontribusi utama untuk memperbaiki

bioavilabilitas obat AINS.

Beberapa studi klinis natrium diklofenak yang diberikan sebagai

monoterapi atau kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala

osteoartritis (OA) maupun reumatoid artritis (RA). Studi yang dilakukan di

Jerman terhadap 230 pasien menunjukkan, penggunaan diklofenak dalam

sediaan gel untuk pasien osteoartritis pada lulut terbukti efektif dan aman

untuk meredakan gejala osteoartritis pada lutut. Studi ini dimuat

dalam Journal of Rheumatology

Indikasi

Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi-kondisi akut

sebagai berikut:

- Nyeri inflamasi setelah trauma seperti terkilir.

- Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi gigi atau

tulang.

Sebagai adjuvant pada nyeri inflamsi yang berat dari infeksi telinga,

hidung, atau tenggorokan misalnya tonsilofaringitis, otitis.

Sesuai dengan prinsip pengobatan umum, penyakitnya sendiri

harus diobati dengan terapi dasar. Demam sendiri bukan suatu

indikasi.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap zat aktif dan tukak lambung. Juga

dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat tercetusnya

serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat obat-obat anti

nonsteroid lainnya

Peringatan dan perhatian

- Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung

atau hipertensi, karenadiklofenak dapat menyebabkan retensi

cairan dan edema.

Page 15: Anti Inflamasi

- Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal,

jantung, hati, penderita usia lanjut dan penderita dengan luka

atau perdarahan pada saluran pencernaan.

- Hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati.

- Hati-hati penggunaan selama kehamilan

karena diklofenak dapat menembus plasenta. 

- Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui

karena diklofenak diekskresikan melalui ASI. 

- Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui

dengan pasti.

Efek samping

Saluran pencernaan :

- Kadang- kadang : nyeri epigastrum, gangguan saluran

pencernaan seperti mual, muntah, diare, kejang perut,

dyspepsia, perut kembung, anoreksia.

- Jarang : perdarahan saluran pencernaan ( hematemesis,

melena, tukak lambung dengan atau tanpa perdarahan/

perforasi, diare berdarah )

- Sangat jarang : gangguan usus bawah seperti “nonspesifik

haemorrhagic colitis” dan eksaserbasi colitis ulseratif atau

chron’s disease, stomatitis aphthosa, glositis, lesi esophagus,

konstipasi.

Saluran saraf pusat dan perifer :

- Kadang- kadang : sakit kepala, pusing, vertigo

- Jarang : perasaan ngantuk

- Sangat jarang : gangguan sensasi ternasuk parestesia,

gangguan memori, disorientasi, gangguan penhlihatan

( blurred vision, diplopia ), gangguan pendengaran, tinnitus,

Page 16: Anti Inflamasi

insomnia, iritabilitas, kejang, depresi, kecemasan,mimpi

buruk, tremor, reaksi psikotik, gangguan perubahan rasa.

Kulit

- Kadang-kadang : ruam atau erupsi kulit

- Jarang : urtikaria

- Sangat jarang : erupsi bulosa , eksema, eritema multiforme,

SSJ, lyell syndrome ( epidermolisis toksik akut ), eritrodema

( dermatitis exfoliatif ), rambut rontok, reaksi fotosensitivitas,

purpura termasuk purpura alergik

Sistem urogenital, fungsi hati, darah, hipersensitivitas, susunan

organ lainnya.

Interaksi obat

Apabila diberikan bersamaan dengan preparat yang mengandung

lithium atau digoxin, kadar obat-obat tersebut dalam plasma

meningkat tetapi tidak dijumpai adanya gejala kelebihan dosis.

Beberapa obat antiinflamasi nonsteroid dapat menghambat

aktivitas dari diuretika. Pengobatan bersamaan dengan diuretika

golongan hemat kalium mungkin mungkin disertai dengan kenaikan

kadar kalium dalam serum.

Pemberian bersamaan dengan antiinflamasi nonsteroid sistemik

dapat menambah terjadinya efek samping. Meskipun pada uji klinik

diklofenak tidak mempengaruhi efek antikoagulan, sangat jarang

dilaporkan adanya penambahan resiko perdarahan dengan

kombinasi diklofenak dan antikoagulan, oleh karena itu dianjrkan

untuk dilakukan pemantauan yang ketat terhadap pasien tersebut.

Seperti dengan anti inflamasi nonsteroid lainnya, diklofenak dalam

dosis tinggi (200 mg ) dapat menghambat agrregasi platelet untuk

sementara.

Page 17: Anti Inflamasi

Uji klinik memperlihatkan bahwa diklofenak dapat diberikan

bersamaan dengan anti diabetic oral tanpa mempengaruhi efek

klinis dari masing-masing obat. Sangat jarang dilaporkan efek

hipoglikemik dan hiperglikemik dengan adanya diklofenak sehingga

diperlukan penyesuaian dosis obat-obat hipoglikemik. Perhatian

harus diberikan bila antiinflamasi nonsteroid diberikan kurang dari

24 jam sebelum atau setelah pengobatan dengan methotrexate

dalam darah dapat meningkat dan toksisitas dari pbat ini

bertambah.

Penambahan nefrotoksisitas cyclosporine munkin terjadi oleh

karena efek obat-obat antiinflamasi nonsteroid terhadap

prostaglandin ginjal.

Dosis berlebih

Penanganan keracunan akut dengan antiinflamasi nonsteroid pada

dasrnya dilakukan dengan tindakan supportif dan simptomatik.

Tidak ada gambaran klinis yang khas dari dosis berlebih diklofenak.

Tindakan pengobatan yang dilakukan dalam hal dosis berlebih

adalah sebagai erikut : absorbs harus dicegah segera setelah dosis

berlebih dengan pencucian lambungdan pengobatan dengan arang

aktif. Pegobatan suportif dan simptomatik harus diberikan untuk

komplikasi seperti hipotensi, gagal ginjal, kejang, iritasi saluran

pencernaan dan depresi pernapasan. Tetapi spesifik seperti “ forced

dieresis”, dialysis atau hemoperfusi mungkin tidak membantu

menghilangkan antirematik non steroid karena jumlah ikatan

protein yang tinggi.

Dosis

Umumnya takaran permulaan untuk dewasa 100-150 mg sehari.

Pada kasus-kasus yang sedang , juga untuk anak-anak di atas usia

14 tahun 75-100 mg sehari pada umumnya sudah mencukupi.

Page 18: Anti Inflamasi

Dosis seharian harus diberikan dengan dosis terbagi 2-3 kali

Tablet harus diberikan dengan air, sebaiknya sebelum makan, tidak

dianjurkan untuk pemakaian anak-anak. (Neal M.J, 2006)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

1. Tikus ditimbang dan dikelompokkan :

a) Kelompok 1 : kelompok kontrol hanya diberi zat pembawa

b) Kelompok 2 : kelompok pembanding, diberi obat pembanding

c) Kelompok 3 : kelompok uji, diberi bahan obat uji pada

beberapa dosis

2. Kaki kiri belakang tikus diberi dengan tanda spidol

3. Satu jam sebelum diinduksi masing-masing kelompok diberi obat secara per

oral

4. Tiap kelompok diinduksi dengan 0.05 mL susupensi karagenan yang

disuntikkan secara intraplanar pada kaki kiri

5. Volume kaki kiri diukur dengan cara mencelupkan ke dalam alat

plestimometer sampai tanda batas yang ditandai ( tanda pada kaki harus sama)

6. Pencelupan selang 15 menit selama tiga jam setelah penyuntikkan suspensi

karagenan.Volume awal dicatat dan volume pada saat pencelupan

7. Semua dicatat dan ditabulasi serta dibuat rata-rata perkelompok

8. Volume telapak kaki tikus kelompok kontrol dan kelompok uji dibandingkan

secara statistic dengan uji t-test

9. Cara evaluasi

% radang = Vt−Vo

V 0x100%

Page 19: Anti Inflamasi

Dimana Vt = volume kaki tikus pada tn

V0 = volume kaki tikus pada t0

BAB IV

ALAT, BAHAN, DAN HEWAN PERCOBAAN

IV.1 Alat

- Kandang tikus

- Timbangan tikus

- Alat suntik

- Jarum oral

- Pletismometer

- Spidol

- Sarung tagan dan lap

IV.2 Bahan

- Suspensi karagenan 1 % dalam air suling ( dibuat 1 malam sebelum praktikum

dan disimpan pada suhu dingin)

- Larutan gom arab 3 % atau tragakan 3 %

- Alkohol 70 %

- Natrium diklofenak 0,9 mg/200 gram BB

- Bahan uji

IV.3 Hewan

Page 20: Anti Inflamasi

- 3 ekor Tikus betina

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini, kami mempelajari efek pemberian suatu bahan uji

dengan aktivitas antiinflamasi. Ekstrak uji yang digunakan adalah ekstrak daun sirsak

dengan berbagai variasi dosis, yaitu 2,25 mg/200g, 4,5 mg/200g dan 9 mg/200g.

Dengan pembanding Natrium Diklofenak 0,9 mg/200g. Zat penginduksi terjadinya

inflamasi sendiri menggunakan karagenan 1%. Pemberian obat dan zat uji dan obat

pembanding diberikan secara peroral dan karagenan diberikan di kaki kiri tikus secara

intraplanar.

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi

yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti

histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbiulkan reaksi

radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.

Mekanisme kerja Natrium Diklofenak adalah dengan menghambat

sintesis prostaglandin, mediator yang berperan penting dalam

proses terjadinya inflamasi, nyeri dan demam. Kalium diklofenak

akan diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah yang

diabsorbsi tidak berkurang jika diberikan bersama dengan

makanan. Kadar puncak obat dicapai dalam ½ -1 jam. Ikatan

Page 21: Anti Inflamasi

protein 99,7%, waktu paruh 1-2 jam. Pemberian dosis berulang

tiidak menyebabkan akumulasi . eliminasi terutama melalui urin

Natrium diklofenak dalam bentuk CR/lepas-lambat terkendali

adalah salah satu tekonologi yang dikembangkan untuk

memperbaiki efikasi dan toleransidiklofenak. Pengembangan

formulasi yang canggih dengan teknologi tinggi pada “drug delivery

System” telah dilakukan oleh Klinge Pharma GmbH dan telah

dipasarkan di Indonesia dengan nama Deflamat CR oleh PT. Actavis

Indonesia. Deflamat CR (gabungan antara teknologi Enteric-Coated

dengan Sustained-Release ) memiliki bentuk yang unik yaitu pelet

CR dimana zak aktif terbagi dalam ratusan unit sferis kecil ( pelet)

yang akan menjamin penyebaran yang baik dari zat aktif diseluruh

saluran gastro-intestinal sehingga akan memperbaiki toleransi

gastro-intestinal dari obat AINS

Selain itu, dengan ukuran partikel yang kecil, pelet bisa

melintasi pilorus dengan cepat bersama kimus, dimana transportasi

menuju doudenum tidak bergantung pada pengosongan lambung,

sehingga waktu transit obat rata-rata lebih cepat dan dengan

sistem pelepasannya yang terkendali, absorpsi yang cepat dan

kontinyu memberikan kontribusi utama untuk memperbaiki

bioavilabilitas obat AINS.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa pada tikus

kontrol, setelah pemberian karagenan mengalami radang. Hal ini dapat dilihat dengan

pertambahan volume kaki belakang sebelah kiri dari tikus yang diukur dengan alat

plestimometer, berdasarkan hukum archimedes yaitu penambahan volume air raksa

sebanding dengan volume kaki tikus yang dimasukkan. Penggunaan air raksa yaitu

dikarenakan air raksa tidak akan menyerap dan membasahi kaki tikus, sehingga

perhitungan perubahan volume kaki tikus akan semakin baik.

Page 22: Anti Inflamasi

Terjadinya radang disebabkan karena karagenan merupakan suatu zat asing

(antigen) yang bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator

radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi

terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya. Efek yang ditimbulkan akibat

pemberian karagenan pada hewan percobaan adalah terjadinya udem, yang terlihat

dari bertambahnya volume kaki tikus setelah diukur dengan alat pletismometer.

Mekanisme karagenan dalam menimbulkan inflamasi adalah dengan merangsang

lisisnya sel mast dan melepaskan mediator-mediator radang yang dapat

mengakibatkan vasodilatasi sehingga menimbulkan eksudasi dinding kapiler dan

migrasi fagosit ke daerah radang sehingga terjadi pembengkakan pada daerah

tersebut.

Dari grafik persen radang terlihat bahwa tikus kontrol memiliki persen radang

paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya zat yang menghambat terjadinya

inflamasi.

Dosis 2 ekstrak uji, 4,5 mg/200g memiliki aktivitas antiinflamasi paling tinggi,

bahkan lebih tinggi dibandingkan obat pembanding yang digunakan. Hal tersebut

dapat terlihat dari grafik persen radang yang menunjukan persentasi radang yang

paling kecil. Sementara itu, dari grafik reduksi radang, dapat terlihat bahwa dosis 2 4,5

mg/200g memiliki reduksi radang paling tinggi.

Page 23: Anti Inflamasi

BAB VII

KESIMPULAN

Karagenan dapat merangsang terjadinya inflamasi, dengan terjadinya udem,

yang terlihat dari bertambahnya volume kaki tikus setelah diukur dengan alat

pletismometer.

Dosis 2 ekstrak daun sirsak 4,5 mg/200g memiliki aktivitas antiinflamasi

paling baik.

Dari grafik persen radang dosis 2 ekstrak daun sirsak 4,5 mg/200g memiliki

persentasi radang paling rendah.

Dari grafik reduksi radang dosis 2 ekstrak daun sirsak 4,5 mg/200g memilki

persen reduksi radang paling tinggi.

Page 24: Anti Inflamasi

DAFTAR PUSTAKA

Astawa, P.; Bakta, M.; Budha, K. (2008). Makrofag Pengekspresi IL-1β serta

Respons Inflamasi Sistemik pada Fiksasi Interna Dini Fraktur Femur

Tertutup Lebih Rendah Dibandingkan dengan yang Tertunda.

Munaf ST; Syamsul. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Staf Pengajar

Laboratorium Farmakologi-FK UNSRI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Hal 214.

Mycek,M.J. (1995). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya

Medika. Hal 404.

Neal, M.J. (2006). Farmakologi Medis At Glance. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit PT

Erlangga. Hal 70-71.

Tjay, T.H. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi V. Cetakan II. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia. Hal 308.

Wilmana, P.F. (1995). Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid

Dan Obat Pirai, dalam Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistia G.

Page 25: Anti Inflamasi

Ganiswara. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI.

Hal 207-209.

LAMPIRAN

Perhitungan

Dosis

1. Induksi karagenan 0,05 mL

2. Na.CMC 0,5 % (2mL/200g BB)

3. Pembanding (Na.Diklofenak) 0,9 mg/200mg BB

4. Larutan uji : Dosis 1 = 2,25 mg/200g BB

Dosis 2 = 4,5 mg/200g BB

Dosis 3 = 9 mg/200g BB \

5. Larutan Stok uji : Dosis 1 = 1,25 mg/mL

Dosis 2 = 2,25 mg/mL

Dosis 3 = 4,5 mg/mL

Tikus 1 (Kontrol, Na.CMC 0,5%)

Page 26: Anti Inflamasi

Bobot tikus 158 gram = 158200

×2mL=1,58 mL

Tikus 2 (Pembanding, Na.Diklofenak 0,9 mg)

Bobot tikus 174 gram = 174200

× 0,9 mg=0,783 mg

Volume pemberian = 0,7830,45

× 1mL=1,74 mL

Tikus 3 (Dosis 2, ekstrak sirsak 9 mg/200g BB)

Bobot tikus 158 gram = 158200

× 9 mg=3,55 mg

Volume pemberian = 3,552,25

×1mL=1,58 mL

% Radang = Vt−Vo

Vo×100 %

1. Kelompok Kontrol

T-15

% Radang = 0,019−0,021

0,021×100 %=−9,52 %

T-30

% Radang = 0,023−0,021

0,021×100 %=9,25 %

T-45

% Radang = 0,024−0,021

0,021×100 %=38,095 %

T-60

% Radang = 0,026−0,021

0,021×100 %=23,81 %

T-75

% Radang = 0,028−0,021

0,021×100 %=33,33 %

Page 27: Anti Inflamasi

T-90

% Radang = 0,022−0,021

0,021×100 %=4,76 %

T-105

% Radang = 0,02−0,021

0,021×100 %=−4,76 %

T-120

% Radang = 0,019−0,021

0,021×100 %=−9,52 %

2. Kelompok Pembanding

T-15

% Radang = 0,024−0,01

0,01×100 %=140 %

T-30

% Radang = 0,02−0,01

0,01× 100 %=100 %

T-45

% Radang = 0,018−0,01

0,01×100 %=80 %

T-60

% Radang = 0,02−0,01

0,01× 100 %=100 %

T-75

% Radang = 0,02−0,01

0,01× 100 %=100 %

T-90

% Radang = 0,02−0,01

0,01× 100 %=100 %

T-105

% Radang = 0,019−0,01

0,01×100 %=90 %

Page 28: Anti Inflamasi

T-120

% Radang = 0,018−0,01

0,01×100%=80 %

3. Kelompok Dosis 2

T-15

% Radang = 0,02−0,017

0,017×100 %=17,64 %

T-30

% Radang = 0,019−0,017

0,017×100 %=11,76 %

T-45

% Radang = 0,018−0,017

0,017×100 %=5,88 %

T-60

% Radang = 0,019−0,017

0,017×100 %=11,76 %

T-90

% Radang = 0,021−0,017

0,017×100 %=23,52 %

T-105

% Radang = 0,023−0,017

0,017×100 %=35,29 %

T-120

% Radang = 0,018−0,017

0,017×100 %=5,88 %

Pertanyaan

1. Jelaskan bagaimana proses terjadinya peradangan/inflamasi ?

Jawab :

Perubahan vaskular

Page 29: Anti Inflamasi

Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar

untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan

permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi

arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul

dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan

panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah

dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga

memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih

bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda

asing.

Pembentukan cairan inflamasi

Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah

putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang

menjadi dasar terjadinya pembengkakan.

Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf

sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999). Penyebab inflamasi dapat

disebabkan oleh mekanik (tusukan), Kimiawi (histamin menyebabkan alerti,

asam lambung berlebih bisa menyebabkan iritasi), Termal (suhu), dan Mikroba

(infeksi Penyakit).

2. Jelaskan mekanisme kerja obat antiinflamasi golongan steroid dan non steroid!

Jawab :

a. Obat antiinflamasi Nonsteroid

Salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat

aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin

dan prekursor tromboksan dari asam arakidonat.

b. Obat antiinflamasi steroid

Page 30: Anti Inflamasi

Menghambat enzim fospolipase sehingga menghambat pembentukan

prostaglandin maupun leukotrien.

3. Berikan contoh antiinflamasi yang ada di pasaran ?

Jawab : Natrium diklofenak, asetaminofen, indometasin, ibuprofen, aspirin,

natrium saisilat, piroksikam, nabumeton.

4. Jelaskan ada metode lain untuk menguji efek antiinflamasi ? jelaskan dan berikan

contoh !

Jawab :

Etil fenil propionate sebagai penginduksi edem pada telinga tikus

Tikus jantan (100-150 gr) digunakan sebgai hewan coba. Edema telinga

dinduksi mengoleskan secara topical EEp dengan dosis 1mg/20 μl pertelinga

pada bagian permukaan dan dalam kedua telinga dengan mengunakan pipet

otomatis. Sampel uji juga dioleskan pada telinga denga volum yang sama

seperti EEP. Waktu sebelum, 30 menit, 1 jam dan 2 jam merupakan waktu

pengamatan setelah induksi. Ketebalan telinga diukur jangka sorong.

Putih telur sebagai penginduksi edema

Empat grup tikus wistar jantan dan betina diberikan : grup 1, 10%

propilenglikol, grup 2 dan 3 sampel uji, dan grup 4 diberikan natrium

diklofenak sebagaikontrol positif (100 mg/kg po). Setelah 30 menit, masing-

masing kelompok disuntikkan dengan putih telur sebanyak 0.5 ml pada tapak

kaki kiri. Digunakan pletismometer digital untuk mengukur volume kaki yang

mengalami udema dalam perode 120 menit. Dengan interval 30, 60, 90 dan

120 menit.

5. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ini ? jelaskan !

Jawab :

Page 31: Anti Inflamasi

Pembacaan skala : Bila ada kekeliruan dalam pembacaan skala, dapat

mempengaruhi hasil (bahkan hasil bisa minus).

Ketepatan pada saat mencelupkan kaki tikus kedalam alat plestinometer :

Bila pencelupan kaki tidak sesuai dengan anjuran (tepat di batas tanda

pergelangan kaki tikus) maka akan mempengaruhi volume yang didapat.

Ketidaktepatan pemberian induksi (baik volume penginduksi ataupun

tempat induksi)

Ketidaktepatan waktu pengukuran volume per’15 menit.

KONTROL

Group Statistics

kelompok N Mean

Std. Deviation

Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

Page 32: Anti Inflamasi

t0 kontrol 2 .0450 .00707 Equal variances assumed

1.000 .00000 .00707

dosis 1 2 .0450 .00707 Equal variances not assumed

1.000 .00000 .00707

t15 kontrol 2 .0700 .02828 Equal variances assumed

.543 .01500 .02062

dosis 1 2 .0550 .00707 Equal variances not assumed

.588 .01500 .02062

t30 kontrol 2 .0750 .00707 Equal variances assumed

.293 .01000 .00707

dosis 1 2 .0650 .00707 Equal variances not assumed

.293 .01000 .00707

t45 kontrol 2 .0600 .01414 Equal variances assumed

.423 .01000 .01000

dosis 1 2 .0500 .00000 Equal variances not assumed

.500 .01000 .01000

t60 kontrol 2 .0800 .01414 Equal variances assumed

.300 .02500 .01803

dosis 1 2 .0550 .02121 Equal variances not assumed

.316 .02500 .01803

t75 kontrol 2 .0550 .02121 Equal variances assumed

.808 .00500 .01803

dosis 1 2 .0500 .01414 Equal variances not assumed

.811 .00500 .01803

t90 kontrol 2 .0750 .02121 Equal variances assumed

.333 .02000 .01581

Page 33: Anti Inflamasi

dosis 1 2 .0550 .00707 Equal variances not assumed

.396 .02000 .01581

t105 kontrol 2 .0550 .00707 Equal variances assumed

.423 .00500 .00500

dosis 1 2 .0500 .00000 Equal variances not assumed

.500 .00500 .00500

t120 kontrol 2 .0500 .01414 Equal variances assumed

.698 -.00500 .01118

dosis 1 2 .0550 .00707 Equal variances not assumed

.712 -.00500 .01118

Group Statistics

kelompok N Mean

Std. Deviation

Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

t0 kontrol 2 .0450 .00707 Equal variances assumed

.423 .00500 .00500

dosis 2 2 .0400 .00000 Equal variances not assumed

.500 .00500 .00500

t15 kontrol 2 .0700 .02828 Equal variances assumed

.423 .02000 .02000

dosis 2 2 .0500 .00000 Equal variances not assumed

.500 .02000 .02000

Page 34: Anti Inflamasi

t30 kontrol 2 .0750 .00707 Equal variances assumed

.312 .01500 .01118

dosis 2 2 .0600 .01414 Equal variances not assumed

.350 .01500 .01118

t45 kontrol 2 .0600 .01414 Equal variances assumed

.423 .01000 .01000

dosis 2 2 .0500 .00000 Equal variances not assumed

.500 .01000 .01000

t60 kontrol 2 .0800 .01414 Equal variances assumed

.089 .03500 .01118

dosis 2 2 .0450 .00707 Equal variances not assumed

.129 .03500 .01118

t75 kontrol 2 .0550 .02121 Equal variances assumed

.592 .01000 .01581

dosis 2 2 .0450 .00707 Equal variances not assumed

.625 .01000 .01581

t90 kontrol 2 .0750 .02121 Equal variances assumed

.493 .01500 .01803

dosis 2 2 .0600 .01414 Equal variances not assumed

.504 .01500 .01803

t105 kontrol 2 .0550 .00707 Equal variances assumed

1.000 .00000 .00707

dosis 2 2 .0550 .00707 Equal variances not assumed

1.000 .00000 .00707

t120 kontrol 2 .0500 .01414 Equal variances assumed

.698 .00500 .01118

Page 35: Anti Inflamasi

dosis 2 2 .0450 .00707 Equal variances not assumed

.712 .00500 .01118

Group Statistics

kelompok N Mean

Std. Deviation

Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

t0 kontrol 2 .0450 .00707 Equal variances assumed

.592 .01000 .01581

dosis 3 2 .0350 .02121 Equal variances not assumed

.625 .01000 .01581

t15 kontrol 2 .0700 .02828 Equal variances assumed

.400 .03000 .02828

dosis 3 2 .0400 .02828 Equal variances not assumed

.400 .03000 .02828

t30 kontrol 2 .0750 .00707 Equal variances assumed

.089 .03500 .01118

dosis 3 2 .0400 .01414 Equal variances not assumed

.129 .03500 .01118

t45 kontrol 2 .0600 .01414 Equal variances assumed

.293 .02000 .01414

dosis 3 2 .0400 .01414 Equal variances not assumed

.293 .02000 .01414

Page 36: Anti Inflamasi

t60 kontrol 2 .0800 .01414 Equal variances assumed

.192 .03500 .01803

dosis 3 2 .0450 .02121 Equal variances not assumed

.210 .03500 .01803

t75 kontrol 2 .0550 .02121 Equal variances assumed

.493 .01500 .01803

dosis 3 2 .0400 .01414 Equal variances not assumed

.504 .01500 .01803

t90 kontrol 2 .0750 .02121 Equal variances assumed

.192 .03500 .01803

dosis 3 2 .0400 .01414 Equal variances not assumed

.210 .03500 .01803

t105 kontrol 2 .0550 .00707 Equal variances assumed

.592 .01000 .01581

dosis 3 2 .0450 .02121 Equal variances not assumed

.625 .01000 .01581

t120 kontrol 2 .0500 .01414 Equal variances assumed

.553 .01000 .01414

dosis 3 2 .0400 .01414 Equal variances not assumed

.553 .01000 .01414

Group Statistics

Page 37: Anti Inflamasi

kelompok N MeanStd.

DeviationSig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

t0 kontrol 2 .0450 .00707 Equal variances assumed

.293 .01000 .00707

pembanding

2 .0350 .00707 Equal variances not assumed

.293 .01000 .00707

t15 kontrol 2 .0700 .02828 Equal variances assumed

.808 .01000 .03606

pembanding

2 .0600 .04243 Equal variances not assumed

.811 .01000 .03606

t30 kontrol 2 .0750 .00707 Equal variances assumed

.349 .02500 .02062

pembanding

2 .0500 .02828 Equal variances not assumed

.421 .02500 .02062

t45 kontrol 2 .0600 .01414 Equal variances assumed

.698 .01000 .02236

pembanding

2 .0500 .02828 Equal variances not assumed

.712 .01000 .02236

t60 kontrol 2 .0800 .01414 Equal variances assumed

.106 .04000 .01414

pembanding

2 .0400 .01414 Equal variances not assumed

.106 .04000 .01414

t75 kontrol 2 .0550 .02121 Equal variances assumed

.333 .02000 .01581

Page 38: Anti Inflamasi

pembanding

2 .0350 .00707 Equal variances not assumed

.396 .02000 .01581

t90 kontrol 2 .0750 .02121 Equal variances assumed

.293 .03000 .02121

pembanding

2 .0450 .02121 Equal variances not assumed

.293 .03000 .02121

t105 kontrol 2 .0550 .00707 Equal variances assumed

.312 .01500 .01118

pembanding

2 .0400 .01414 Equal variances not assumed

.350 .01500 .01118

t120 kontrol 2 .0500 .01414 Equal variances assumed

.312 .01500 .01118

pembanding

2 .0350 .00707 Equal variances not assumed

.350 .01500 .01118

PEMBANDING

Page 39: Anti Inflamasi

Group Statistics

kelompok NMea

nStd.

DeviationSig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

t0 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.293 -.01000 .00707

dosis 1 2 .0450

.00707 Equal variances not assumed

.293 -.01000 .00707

t15 pembanding

2 .0600

.04243 Equal variances assumed

.885 .00500 .03041

dosis 1 2 .0550

.00707 Equal variances not assumed

.895 .00500 .03041

t30 pembanding

2 .0500

.02828 Equal variances assumed

.543 -.01500 .02062

dosis 1 2 .0650

.00707 Equal variances not assumed

.588 -.01500 .02062

t45 pembanding

2 .0500

.02828 Equal variances assumed

1.000 .00000 .02000

dosis 1 2 .0500

.00000 Equal variances not assumed

1.000 .00000 .02000

t60 pembanding

2 .0400

.01414 Equal variances assumed

.493 -.01500 .01803

dosis 1 2 .0550

.02121 Equal variances not assumed

.504 -.01500 .01803

t75 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.312 -.01500 .01118

Page 40: Anti Inflamasi

dosis 1 2 .0500

.01414 Equal variances not assumed

.350 -.01500 .01118

t90 pembanding

2 .0450

.02121 Equal variances assumed

.592 -.01000 .01581

dosis 1 2 .0550

.00707 Equal variances not assumed

.625 -.01000 .01581

t105 pembanding

2 .0400

.01414 Equal variances assumed

.423 -.01000 .01000

dosis 1 2 .0500

.00000 Equal variances not assumed

.500 -.01000 .01000

t120 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.106 -.02000 .00707

dosis 1 2 .0550

.00707 Equal variances not assumed

.106 -.02000 .00707

Group Statistics

Page 41: Anti Inflamasi

kelompok NMea

nStd.

DeviationSig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

t0 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.423 -.00500 .00500

dosis 2 2 .0400

.00000 Equal variances not assumed

.500 -.00500 .00500

t15 pembanding

2 .0600

.04243 Equal variances assumed

.771 .01000 .03000

dosis 2 2 .0500

.00000 Equal variances not assumed

.795 .01000 .03000

t30 pembanding

2 .0500

.02828 Equal variances assumed

.698 -.01000 .02236

dosis 2 2 .0600

.01414 Equal variances not assumed

.712 -.01000 .02236

t45 pembanding

2 .0500

.02828 Equal variances assumed

1.000 .00000 .02000

dosis 2 2 .0500

.00000 Equal variances not assumed

1.000 .00000 .02000

t60 pembanding

2 .0400

.01414 Equal variances assumed

.698 -.00500 .01118

dosis 2 2 .0450

.00707 Equal variances not assumed

.712 -.00500 .01118

t75 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.293 -.01000 .00707

Page 42: Anti Inflamasi

dosis 2 2 .0450

.00707 Equal variances not assumed

.293 -.01000 .00707

t90 pembanding

2 .0450

.02121 Equal variances assumed

.493 -.01500 .01803

dosis 2 2 .0600

.01414 Equal variances not assumed

.504 -.01500 .01803

t105 pembanding

2 .0400

.01414 Equal variances assumed

.312 -.01500 .01118

dosis 2 2 .0550

.00707 Equal variances not assumed

.350 -.01500 .01118

t120 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.293 -.01000 .00707

dosis 2 2 .0450

.00707 Equal variances not assumed

.293 -.01000 .00707

Group Statistics

kelompok NMea

nStd.

DeviationSig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

t0 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

1.000 .00000 .01581

dosis 3 2 .0350

.02121 Equal variances not assumed

1.000 .00000 .01581

Page 43: Anti Inflamasi

t15 pembanding

2 .0600

.04243 Equal variances assumed

.635 .02000 .03606

dosis 3 2 .0400

.02828 Equal variances not assumed

.642 .02000 .03606

t30 pembanding

2 .0500

.02828 Equal variances assumed

.698 .01000 .02236

dosis 3 2 .0400

.01414 Equal variances not assumed

.712 .01000 .02236

t45 pembanding

2 .0500

.02828 Equal variances assumed

.698 .01000 .02236

dosis 3 2 .0400

.01414 Equal variances not assumed

.712 .01000 .02236

t60 pembanding

2 .0400

.01414 Equal variances assumed

.808 -.00500 .01803

dosis 3 2 .0450

.02121 Equal variances not assumed

.811 -.00500 .01803

t75 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.698 -.00500 .01118

dosis 3 2 .0400

.01414 Equal variances not assumed

.712 -.00500 .01118

t90 pembanding

2 .0450

.02121 Equal variances assumed

.808 .00500 .01803

dosis 3 2 .0400

.01414 Equal variances not assumed

.811 .00500 .01803

t105 pembanding

2 .0400

.01414 Equal variances assumed

.808 -.00500 .01803

Page 44: Anti Inflamasi

dosis 3 2 .0450

.02121 Equal variances not assumed

.811 -.00500 .01803

t120 pembanding

2 .0350

.00707 Equal variances assumed

.698 -.00500 .01118

dosis 3 2 .0400

.01414 Equal variances not assumed

.712 -.00500 .01118

1. GRAFIK % RADANG

0 1 2 3 4 5 6 7 8 90

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

kontroldosis 1dosis 2dosis 3

*note: grafik berdasarkan waktu terhadap % radang

Page 45: Anti Inflamasi

2. GRAFIK % REDUKSI RADANG

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1005

101520253035404550556065707580859095

100105

pembandingdosis 1dosis 2dosis 3

*note: grafik berdasarkan waktu terhadap % reduksi radang

Page 46: Anti Inflamasi

SIRSAK

TAKSONOMI SIRSAK (Annona muricata L)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Klas : Magnoliopsida

Subklas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Page 47: Anti Inflamasi

Spesies : Annona muricata L.

Nama lain : Nangka belanda, nangka sabrang, nangka landa (Jawa), mandalika

(Sunda), nangka englan, nangka muris (Madura), zuurzak (Belanda), soursop

(Inggris)

Asal-usul : Argentina, Meksiko, Ekuador, Peru

PROFIL TANAMAN

Pohon 3 – 8 m, bercabang dekat tanah, ranting silindris, daun memanjang, ujung dan

pangkal meruncing, tepi trnsparan, sempit, permukaan atas hijau tua mengkilat,

permukaan bawah hijau muda agak kusam, tulang daun berbulu. Bunga hijau di

bagian luar dan kuning muda di bagian dalam. Bentuk buah tidak beraturantetapi

umumnya jorong (bulat panjang) yang mengecil pada ujungnya, hijau tua, kulit buah

tampak berduri pendek, lunak dan membengkok, daging buah lunak warna putih atau

putih krem, berserat, berair, manis asam, biji banyak, pipih cokelat kehitaman,

permukaan halus mengilat,. Biji. 0 – 1000 m dpl