Upload
singa-muda
View
403
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan praktikum saraf perifer dan otot rangka
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL
SARAF PERIFER DAN OTOT RANGKA
Oleh:
Tatit Syahadani A 011211131035
Nadhila Atsari 011211131042
Zefrizal Nanda Mardani 011211131045
Fiera Avrillia Ferdianty 011211131047
Dafina Balqis 011211131048
Dinda Zafira 011211131049
Fakultas KedokteranUniversitas Airlangga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susunan saraf secara fungsional dapat dibagi menjadi susunan saraf motorik
dan susunan saraf sensorik. Kedua susunan saraf tersebut dapat dibagi lagi menjadi
susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer. Nervus ischiadicus merupakan salah
satu saraf motorik somatik perifer yang mengandung beberapa akson yang keluar
dari cornu anterior medulla spinalis yang mungkin saja mempunyai tingkat kepekaan
yang berbeda dan mensarafi musculus gastrocnemius.
Untuk mengetahui kepekaan saraf perifer (nervus ischiadicus) dapat dilakukan
dengan cara memberikan rangsangan listrik tunggal pada nervus ischiadicus dengan
berbagai intensitas (dimulai dari intensitas rendah ke intensitas tinggi: rangsangan
subliminal, rangsangan liminal, rangsangan supraliminal, rangsangan submaksimal,
rangsangan maksimal, rangsanagn supramaksimal) dan melihat ada tidaknya
kontraksi musculus gastrocnemius serta mengukur amplitudo (kekuatan) kontraksi
dari otot tersebut.
Bila otot dirangsang dengan rangsangan maksimal secara beruntun (multiple)
dengan frekuensi yang berbeda, maka rangsangan tersebut dapat menimbulkan
gambaran kontraksi otot yang berbeda pula (muscle twitch, treppe, summation
contraction, incomplete tetanic contraction, complete tetanic contraction).
Kekuatan kontraksi otot disamping dipengaruhi oleh tingkat kepekaan saraf
yang melayaninya dan cara perangsangannya juga dipengaruhi oleh faktor
pembebanan yang diberikan kepeda otot tersebut. Pembebanan pada otot dapat
diberikan pada saat otot kontrakasi (after loaded) dapat juga diberikan pada saat
sebelum otot kontraksi (preloaded). After loaded maupun preloaded mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap kekuatan kontraksi dan kerja otot.
1.2 Masalah
1. Bagaimanakah kerja kepekaan saraf perifer (nervus ischiadicus)?
2. Bagaimanakah kerja kontraksi tetani (musculus gastrocnemius)?
2
3. Bagaimana pengaruh pembebanan terhadap kekuatan kontraksi otot dan
kerja otot (musculus gastrocnemius):
a. Pada saat afterload (beban diberikan kepada otot pada saat otot
kontraksi)?
b. Pada saat preload (beban diberikan kepada otot sebelum otot kontraksi)?
1.3 Tujuan
1. Mengamati dan mempelajari kepekaan saraf perifer (nervus ischiadicus)
2. Mengamati dan mempelajari kontraksi tetani (musculus gastrocnemius)
3. Mengamati dan mempelajari pengaruh pembebanan terhadap kekuatan
kontraksi otot dan kerja otot (musculus gastrconemius)
a. Afterload (beban diberikan kepada otot pada saat otot kontraksi)
b. Preload (beban diberikan kepada otot sebelum otot kontraksi)
3
BAB II
METODE KERJA2.1 Alat dan bahan
1. Statif, alat penulis & sekrup penyangga.
2. Tempat beban & beban.
3. Papan fiksasi & jarum fiksasi.
4. Alat/jarum penusuk.
5. Kimograf & kertas grafik.
6. Stimulator listrik.
7. Larutan ringer & pipet.
8. Benang.
2.2 Tata Kerja
a. Kepekaan Saraf Perifer
Untuk mengamati dan mempelajari kepekaan saraf perifer (n. ischiadicus)
lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan sediaan nervus ischiadicus dan musculus gastrocnemius.
2. Tahanlah penulis kontraksi otot dengan sekrup penyangga.
3. Berikan rangsangan tunggal (dengan menggunakan elektroda perangsang
stimulator listrik) pada nervus ischiadicus dimuali dengan intensitas
rangsangan yang paling kecil, selanjutnya secara bertahap besar inensitas
rangsangan dinaikkan dengan intrerval waktu 30 detik.
Setiap kali menambah intensitas rangsangan, drum kimograf harap diputar
sekitar 0,5 cm supaya gambaran alat penulis pada kertas kimograf tidak
tumpang tindih.
4. Perhatikan apa yang tergambar oleh penulis pada kertas kimograf. Dengan
melihat hasil yang tergambar pada kertas kimograf, tentukan besar:
- rangasangan subliminal
- rangsangan liminal
- rangsangan supraliminal
- rangsangan submaksimal
4
- rangsangan maksimal
- rangsang supramaksimal
b.Pengaruh Pembebanan Terhadap Kekuatan Kontraksi Dan Kerja Otot
Rangka
1. Kontraksi “After loaded”.
i. Aturlah sekrup penyangga sehingga ujung sekrup penyangga penulis dan
garis dasar (baseline) penulis tidak berubah. Dengan demikian panjang
otot tidak akan berubah (tidak diregang oleh tempat beban mauapun
beban yang ditambahkan).
ii. Dalam keadaan tanpa pengisian bebean dengan kimograf dalam keadaan
diam, rangsanglah nervus ischiadicus dengan rangsangan tunggal
maksimal. Setiap kali akan memberikan rangsanan jangan lupa memutar
drum kimograf sekitar 0,75 cm dan memberi istirahat sediaan otot-saraf
selama 20 detik antara satu rangsangan dengan rangsangan berikutnya.
iii. Beri beban 10 gram, putar kimograf ± 0,75 cm, interval waktu rangsang
+/- 20 detik, kemudian beri rangsangan tunggal maksimal lagi.
iv. Ulangi tindakan (iii) dengan setiap kali menambah beban sebesar 10
gram hingga otot tidak dapat mengangkat beban lagi.
v. Dari hasil gambaran penulis pada kertas kimograf:
- Hitunglah kerja otot (W : work) untuk setiap pembebanan.
- Buatlah grafik yang menggambarkan hubungan antara besar beban
(pada absis) dengan besar kerja otot (pada ordinat).
- Berilah penjelasan dan kesimpulan tentang grafik tersebut.
2. Kontraksi “Preloaded”
i. Ambillah semua beban dari tempat beban.
ii. Longgarkan sekrup penyangga yang menyangga penulis sehingga
musculus gastrocnemius secara langsung menahan empat bebean.
Aturlah letak penulis sehingga posisisnya horizontal.
5
KERJA OTOT = BEBAN x PEMENDEKAN OTOT
iii. Rangsanglah nervus ischiadicus dengan rangsangan tunggal maksimal.
Setiap kali akan memberikan rangsangn jangan lupa memutar drum
kimograf sekitar 0,75 cm dan memberi istirahat sediaan otot-saraf selama
20 detik antara satu rangsangan dengan rangsangan berikutnya.
iv. Beri beban 10 gram, putar kimograf ± 0,75 cm, kembalikan penulis
posisi horizontal, kemudian beri rangsangan tunggal maksimal lagi.
v. Ulangi tindakan ad. D dengan setiap kali menambah beban sebesar 10
gram hingga otot tidak dapat mengangkat beban lagi.
vi. Dari hasil gambaran penulis pada kertas kimograf:
- Hitunglah kerja otot (W : work) untuk setiap pembebanan.
- Buatlah grafik yang menggambarkan hubungan antara besar beban
(pada absis) dengan besar kerja otot (pada ordinat).
- Berilah penjelasan dan kesimpulan tentang grafik tersebut.
- Bandingkan dan beri penjelasan mengenai perbedaan antara grafik
pada kontraksi afterload dengan kontraksi preload.
c. Kontraksi Tetani
Untuk mengamati dan mempelajari kontraksi tetani, lakukan langkah-langkah
yang merupakan lanjutan dari langkah-langkah diatas sebagai berikut:
1. Berikan rangsangan maksimal secara beruntun (multiple maximal stimulus;
successive maximal stimulus) dimulai dengan frekuensi rendah selama 3-5
detik, selanjutnya secara bertahap frekuensi rangsangan ditingkatkan dengan
interval waktu sekitar 60 detik (untuk memberi istirahat yang cukup bagi
otot) sampai terjadi “complete tetanic contraction” (kontraksi tetani lurus).
2. Perhatikan apa yang tergambar oleh penulis pada kertas kimograf.
Dengan melihat hasil yang tergambar pada kertas kimograf, catatlah
masing-masing data frekuensi rangsangan dan gambaran grafik kontraksi
yang dihasilkan, selanjutnya masukkan data tersebut pada tabel data yang
tersedia.
Catatan: Selama melakukan praktikum ini jangan lupa menetesi sediaan otot-saraf
dengan larutan ringer.
6
KERJA OTOT = BEBAN x PEMENDEKAN OTOT
BAB III
HASIL
3.1 Data Kepekaan Saraf Perifer
Kepekaan saraf perifer
( Nervus Ischiadicus)
Rangasangan (volt) Kontraksi (cm)
0,1 0
0,3 2,3
0,5 2,6
0,7 2,7
1 2,3
1,2 1,3
1,4 1,2
1,5 1,1
3 1
5 0,9
7 0,9
Besar rangsangan subliminal : 0,1
Besar rangsangan liminal : 0,3
Besar rangsangan supraliminal : 0,5
Besar rangsangan submaksimal : 0,5
Besar rangsangan maksimal : 0,7
Besar rangsangan supramaksimal : 1 - 7
7
3.2 Data Pengaruh Pembebanan Terhadap Kekuatan Kontraksi Dan Kerja
Otot
KONTRAKSI “AFTER LOADED”
(musculus gastrocnemius)
Beban (gram) Kontraksi (cm) Kerja (Joule)
5 0.1 5 x 10-6
15 0.1 1,5 x 10-5
25 0 0
KONTRAKSI “PRELOADED”
(musculus gastrocnemius)
Beban (gram) Kontraksi (cm) Kerja (Joule)
5 1,5 7,5 x 10-5
15 1 15 x 10-5
25 0.5 12,5 x 10-5
35 0.3 10,5 x 10-5
45 0 0
8
5 10 15 25 350
0.00002
0.00004
0.00006
0.00008
0.0001
0.00012
0.00014
0.00016
0.00018
PreloadedAfterloaded
3.2 Data Gambaran Kontraksi Akibat Rangsangan Dengan Berbagi Frekuensi
KONTRAKSI SUMASI-KONTRAKSI TETANIFrekuensi Rangsangan
(kali/detik)
Kontraksi
SUMASI (+/-)
Kontraksi
TETANI (+/-)
1 x / detik - -
2 x / detik - -
3 x / detik - -
4 x / detik - -
5 x / detik - -
10 x / detik + -
25 x / detik + -
50 x / detik + +
100 x / detik - +
9
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
a. Kepekaan Saraf Perifer
Besarnya rangsangan yang diberikan pada saraf ischiadicus mempengaruhi
kontraksi pada otot gastrocnemius. Otot memiliki stimulus ambang yaitu voltase
listrik minimum yang menyebabkan otot berkontraksi. Jika stimulus tidak mencapai
ambang batasnya maka otot tidak akan memberikan respon. Pada praktikum yang
telah dilaksanakan didapatkan bahwa:
a) Rangsangan subliminal adalah rangsangan yang diberikan tetapi belum ada
satu motor unit yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut dalam bentuk
potensial aksi. Dalam praktikum kami, besar rangsangan subliminalnya
adalah 0,1 volt. Dimana besar kontraksinya 0. Ini menunjukkan bahwa katak
yang kami uji cobakan belum mengalami potensial aksi sehingga belum ada
rangsangan yang mengalir.
b) Rangsangan liminal adalah rangsangan yang diberikan dan mulai terjadi
reaksi dari satu motor unit yang paling peka atau dalam kata lain terjadi
kontraksi pertama kali. Dalam praktikum kami besar rangsangan liminalnya
adalah 0,3 volt dengan besar kontraksi 2,3 cm. Ini adalah saat pertama kali
katak memberikan respon kepada rangsangan yang kami berikan, yang
menandakan bahwa satu saraf motorik unit pada katak itu telah berkontraksi.
c) Rangsangan supraliminal adalah rangsangan yang menyebabkan terjadinya
kontraksi yang lebih besar daripada liminal. Dalam praktikum kami besar
rangsangan supraliminalnya adalah 0,5 volt dengan kontraksi 2,6 cm. pada
katak yang kami uji cobakan, setelah satu unit saraf motorik katak tersebut
berkontraksi, kemudian kami memberikan rangsangan berikutnya saraf-saraf
motorik yang lain juga berkontraksi sehingga hasil kontraksinya pada kertas
kimograf mengalami kenaikan.
d) Rangsangan submaksimal adalah rangsangan yang diberikan sehingga
terjadi kontraksi yang besarnya mendekati nilai maksimalnya. Dari hasil
10
pratikum kami, didapatkan rangsangan sebesar 0,5 volt dengan
kontraksi 2,6 cm.
e) Rangsangan maksimal adalah rangsangan yang mengakibatkan semua motor
unit memberikan reaksi dan menghasilkan kontraksi paling tinggi. Dari hasil
pratikum kami besar rangsangannya adalah 0,7 volt dengan kontraksi 2,7 cm.
f) Rangsangan supramaksimal adalah rangsangan yang lebih besar dari
rangsangan maksimal tetapi kontraksinya sama dengan atau kurang dari
rangsangan maksimal. Dalam praktikum kami rangsangan supramaksimal
besar rangsangan nya pada 1 volt dengan kontraksi 2,3 cm (kurang dari
kontraksi yang dihasilkan pada rangsangan maksimal).
b. Pengaruh Pembebanan Terhadap Kekuatan Kontraksi Dan Kerja Otot
a) After-load
Dalam percobaan ini, digunakan tumpuan pada sekrup yang bertujuan
agar penambahan beban tidak menyebabkan pertambahan panjang otot
sebelum kerja dilakukan.
Setelah katak diberi rangsangan (maksimal) dan diberi beban sebesar 5
gram otot mampu menahan beban dengan panjang kontraksi 0,1 cm . Ketika
diberi beban 15 gram dihasilkan panjang kontraksi 0,1 cm dan ketika beban
mencapai 25 gram otot tidak mampu lagi menghasilkan kontraksi.
Ketika beban diberikan, kontraksi akan menurun secara progresif seiring
penambahan beban. Ketika beban 25 gram diberikan otot tidak mampu
menimbulkan kontraksi karena telah mencapai kekuatan maksimum yang dapat
dilakukan oleh otot, walaupun terjadi aktivasi serabut otot. Beban pada otot
yang berkontraksi adalah kekuatan berlawanan arah yang melawan kekuatan
kontraksi akibat kontraksi otot.
b) Pre-load
Dalam percobaan ini, tumpuan pada sekrup dilonggarkan, sehingga tiap
pembebanan menyebabkan panjang otot bertambah sebelum kerja dilakukan.
Kontraksi preload merupakan kontraksi yang terjadi dengan
menggunakan beban sebelum otot kontraksi atau setelah otot berelaksasi. Hal
11
ini dilakukan dengan cara melonggarkan sekrup penyangga sehingga musculus
gastroenemius secara langsung menahan beban.
Otot yang terlebih dahulu diberi beban sebelum menerima rangsangan
ternyata jauh lebih kuat dibanding otot yang diberi rangsangan terlebih dahulu
baru diberikan beban. Hal ini terlihat pada hasil percobaan yang menunjukkan
bahwa otot mampu menahan beban 5 sampai 35 gram. Ketika otot diberi beban
sebesar 45 gram otot sudah tidak mampu menimbulkan kontraksi.
Pada keadaan preloaded otot mampu menahan beban yang lebih besar
karena sebelumnya otot sudah di beri beban terlebih dahulu, sehingga otot
dapat menyesuaikan dengan beban yang telah diberikan. Dengan demikian
ketika otot di beri rangsangan otot, maka otot dapat berkontraksi lebih besar.
Sedangkan pada after loaded otot terlebih dahulu berkontraksi sebelum diberi
beban, sehingga otot tidak dapat menyesuaikan dengan berat beban yang
diberikan. Dan hal tersebut berpengaruh pada kekuatan kontraksi otot.
c. Kontraksi Akibat Rangsangan Dengan Berbagi Frekuensi
a) Kontraksi Sumasi
Kontraksi sumasi berarti penjumlahan kedutan otot untuk memperkuat
dan menyelenggarakan pergerakan otot. Pada umumnya, sumasi terjadi melalui
dua cara yaitu: dengan meningkatkan jumlah motor unit yang berkontraksi
secara serentak (sumasi spatial) dan dengan meningkatkan kecepatan kontraksi
tiap unit motorik (sumasi temporal)
Pada percobaan kontraksi sumasi dan tetani, kontraksi didapatkan
dengan meningkatkan frekuensi rangsangan secara terus menerus selama 3-5
detik.
Dari hasil praktikum kontraksi sumasi kelompok kami,kontraksi sumasi
terjadi pada frekuensi rangsangan 10x/detik sampai 25x/detik. Pada kertas
kimograf kami grafik yang timbul bentuknya naik turun dan jaraknya merapat.
Ini disebakan karena otot melakukan kontraksi dan relaksasi, pada saat naik
otot mengalami kontraksi sedangkan pada saat turun otot mengalami relaksasi.
12
b) Kontraksi Tetani
Kontraksi tetani adalah kontraksi yang timbul dari penjumlahan
kontraksi yang berulang-ulang sehingga otot tidak sempat relaksasi dan bila
dirangsang pada frekuensi besar secara progresif, maka setiap serabut
mempunyai resistensi yang berbeda-beda dan menyebabkan bersatunya
kontraksi.
Pada saat reaksi rangsangan mencapai 50x/detik, otot katak mengalami
tetani bergerigi. Hal ini karena awal relaksasi otot katak berkontraksi akibat
diberi rangsangan multipel. Yang menyebabkan relaksasi tidak berlangsung
sempurna.
Saat frekuensi rangsangan mencapai 100x/detik dan seterusnya otot
katak mengalami tetani lurus. Dimana, pada frekuensi yang sedikit lebih tinggi,
kekuatan kontraksi akan mencapai tingkat maksimumnya sehingga tambahan
peningkatan apapun pada frekuensi diatas titik ini tidak akan memberi efek
peningkatan daya kontraksi lebih lanjut. Hal ini dikarenakan terdapat cukup ion
kalsium yang dipertahankan dalam sarkoplasma otot, bahkan diantara potensial
aksi, sehingga terjadi keadaan kontraksi penuh yang berlangsung terus menerus
tanpa memungkinkan adanya relaksasi apapun diantara potensial aksi.
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan rangsangan liminal dan nilai ambang!
a. Rangsangan liminal
Rangsangan yang mampu menimbulkan eksitasi pada daerah post-
sinaps (dalam konteks ini, neuromuscular junction) karena telah melampaui
threshold sehingga dapat terjadi kontraksi minimal (Guyton AC & Hall JE,
2009)
b. Nilai ambang (threshold)
Nilai ambang adalah nilai potensial listrik dalam sel yang harus
dicapai untuk memungkinkan terjadinya potensial aksi. Pada sel saraf dan sel
otot, potensial aksi ini akan mengalami transmisi yang disebut impuls (Barrett
KE, et al., 2009; Sherwood L, 2010)
13
2. Jelaskan perbedaan antara rangsangan maksimal dan supramaksimal!
a. Rangsangan maksimal
Rangsangan yang dapat menimbulkan eksitasi pada semua axon
dalam saraf sehingga dapat menimbulkan potensial aksi yang optimal (Barret
KE, et al., 2009).
b. Rangsangan supramaksimal
Rangsangan yang nilainya lebih dari rangsangan maksimal (sama-
sama mampu menimbulkan eksitasi pada semua akson dalam saraf) namun
tidak menunjukkan peningkatan potensial aksi pada saraf (Barret KE, et al.,
2009).
3. Jelaskan perbedaan antara kontraksi maksimal dan supramaksimal!
a. Kontraksi maksimal
Kontraksi maksimal merupakan kontraksi yang terkuat (myofibril
dalam keadaan paling pendek) yang terjadi ketika cross-bridge dari myosin
menarik filamen aktin secara optimal. Dapat terjadi dalam waktu yang lama
selama tersedia cukup energi (glukosa -> ATP) dan cukup ion kalsium dalam
otot (Guyton AC & Hall JE, 2009).
b. Kontraksi supramaksimal
Kontraksi supramaksimal tidak dapat dibedakan dengan kontraksi
maksimal dalam hal kekuatan kontraksi. Hal ini disebabkan karena pada
kontraksi maksimal semua myofibril sudah mengalami kontraksi terkuat.
Perbedaan dengan kontraksi maksimal hanya ada pada intensitas rangsangan
yang diterima oleh sel otot tersebut (Guyton AC & Hall JE, 2009).
4. Jelaskan hubungan antara hukum “all or none” dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada praktikum ini!
Otot mempunyai hukum “all or none” hukum berlaku untuk 1 serabut
otot, artinya bila 1 serabut otot dirangsang, maka akan berkontraksi
bila rangsangnya lebih besar dari nilai ambang rangsang, otot tidak
berkontraksi bila nilai rangsangnya lebih kecil dari ambang rangsang.
14
Ketika otot dirangsang maksimal maka keseluruhan serabut saraf akan
langsung aktif sehingga akan berkontraksi langsung seluruhnya
Hubungan hukum “all or none” dengan peristiwa yang terjadi pada
praktikum yaitu apabila besarnya rangsangan pada nervus ischiadicus
kurang dari nilai ambang (< 1.1 milivolt) maka tidak terjadi potensial
aksi sehingga tidak terjadi kontraksi dari musculus gastrocnemius.
Sebaliknya apabila rangsangan pada nervus ischiadicus lebih dari atau
sama dengan nilai ambang ( 1.1 milivolt) maka terjadi potensial aksi
yang besarnya sama tetapi berbeda frekuensinya.
Rangsangan yang lebih kuat mencetuskan lebih banyak potensial aksi
per detik sehingga kontraksi yang dihasilkan lebih besar.
5. Bandingkan dan beri penjelasan mengenai perbedaan antara kontraksi after
load dengan kontraksi preload!
Preloaded adalah penetapan derajat regangan otot ketika otot mulai
berkontraksi. (Guyton, 2007). Otot teregang sebelum kontraksi. Dalam
percobaan ini, tumpuan pada sekrup dilonggarkan, sehingga tiap pembebanan
menyebabkan panjang otot bertambah sebelum kerja dilakukan. Kontraksi
Preload merupakan kontraksi yang terjadi dengan menggunakan beban
sebelum otot kontraksi atau setelah otot berelaksasi. Hal ini dilakukan dengan
cara melonggarkan sekrup penyangga sehingga musculus gastroenemius
secara langsung menahan beban. Otot yang terlebih dahulu diberi beban
sebelum menerima rangsangan ternyata jauh lebih kuat dibanding otot yang
diberi rangsangan terlebih dahulu baru diberikan beban. Hal ini terlihat pada
hasil percobaan yang menunjukkan bahwa otot mampu menahan beban 5
sampai 35 gram. Ketika otot diberi beban sebesar 45 gram otot sudah tidak
mampu menimbulkan kontraksi. Pada keadaan preloaded otot mampu
menahan beban yang lebih besar karena sebelumnya otot sudah di beri beban
terlebih dahulu, sehingga otot dapat menyesuaikan dengan beban yang telah
diberikan. Dengan demikian ketika otot di beri rangsangan otot, maka otot
dapat berkontraksi lebih besar. Sedangkan pada after loaded otot terlebih
dahulu berkontraksi sebelum diberi beban, sehingga otot tidak dapat
15
menyesuaikan dengan berat beban yang diberikan. Dan hal tersebut
berpengaruh pada kekuatan kontraksi otot.
After loaded adalah penetapan beban yang dilawan oleh kontraksi
otot. (Guyton, 2007). Otot tidak teregang sebelum kontraksi. Peregangan
diberikan pada saat otot berkontraksi. Dalam percobaan ini, digunakan
tumpuan pada sekrup yang bertujuan agar penambahan beban tidak
menyebabkan pertambahan panjang otot sebelum kerja dilakukan. Setelah
katak diberi rangsangan (maksimal) dan diberi beban sebesar 5 gram otot
mampu menahan beban dengan panjang kontraksi 1.5 cm . Ketika diberi
beban 15 gram dihasilkan panjang kontraksi 1 cm, ketika diberi beban 25
gram panjang kontraksi 1,5 cm, sedangkan jika diberi beban 35 gram
perpanjangan kontraksi menjadi 0,3 dan ketika beban mencapai 45 gram otot
tidak mampu lagi menghasilkan kontraksi. Ketika beban diberikan, kontraksi
akan menurun secara progresif seiring penambahan beban. Ketika beban 45
gram diberikan otot tidak mampu menimbulkan kontraksi karena telah
mencapai kekuatan maksimum yang dapat dilakukan oleh otot, walaupun
terjadi aktivasi serabut otot. Beban pada otot yang berkontraksi adalah
kekuatan berlawanan arah yang melawan kekuatan kontraksi akibat kontraksi
otot.
6. Jelaskan perbedaan antara “summation contraction” dengan “tetanic
contraction”!
Kontraksi sumasi adalah peningkatan amplitudo kontraksi pada otot
rangka. Kontraksi sumasi ada 2, yaitu:
i. Sumasi temporal, disebut juga sumasi gelombang, oleh karena bentuknya
seperti gelombang. Summasi temporal dapat terjadi dengan cara merubah
interval rangsangan (waktu rangsangan ke-1 dan ke-2 makin lama makin
diperpendek, sehingga rangsangan ke-2 tepat pada saat kontraksi ke-1
akan relaksasi), akibatnya kontraksi pertama dan kedua bersatu menjadi
satu kontraksi yang lebih besar (sumasi kontraksi).
ii. Sumasi spasial, disebut juga multiple motor unit summation, oleh karena
pertambahan besar/amplitudo kontraksi akibat pertambahan intensitas
16
rangsangan. Dengan menikatkan intensitas rangsangan maka makin
bertambah banyak motor unit yang terangsang, akibatnya kontraksi
makin besar.
Rangsangan subliminal : tidak menimbulkan kontraksi.
Rangsangan liminal : rangsangan terkecil yang mulai
menimbulkan kontraksi.
Rangsangan supraliminal : rangsangan lebih besar dari liminal,
akibatnya kontraksi lebih besar, oleh
karena motor unit yang terangsang
lebih banyak.
Rangsangan maksimal : rangsangan terkecil yang menimbulkan
kontraksi terbesar oleh karena seluruh
motor unit terangsang.
Rangsangan supramaksimal : rangsangan yang lebih besar dari
maksimal tetapi kontraksi yang terjadi
sama besar dengan kontraksi maksimal.
Kontraksi tetani adalah kontraksi otot secara maksimal yang terjadi
secara beruntun (multiple) yang tidak diselingi oleh relaksasi. Ada 3 macam
tetani, yaitu tetani gelombang (incomplete), tetapi bergerigi (incomplete),
tetani lurus (complete, sempurna). Tetani lurus oleh karena kontraksi kedua
dan seterusnya terjadi pada saat kontraksi sebelumnya belum mengalami fase
relaksasi. Tetani kontraksi pada dasarnya adalah kepanjangan dari suatu
sumasi temporal. Syarat terjadinya tetani lurus diperlukan frekuensi
rangsangan ≥ frekuensi kritis. Frekuensi kritis rangsangan adalah rangsangan
beruntun (multiple) dengan interval rangsangan sependek mungkin agar
terjadi suatu tetani lurus.
7. Bagaimana caranya untuk mendapatkan kontraksi tetani bergerigi
(incomplete tetanic contraction) dan kontraksi tetani lurus (complete tetanic
contraction)?
Untuk mendapatkan kontraksi tetani bergerigi, otot harus diberi
rangsangan beruntun dengan frekuensi rangsangan yang lebih besar dari
17
frekuensi yang dibutuhkan untuk menghasilkan kontraksi tetani
bergelombang tetapi tidak boleh sama atau lebih besar dari frekuensi kritis.
Sedangkan, untuk mendapaktkan kontraksi tetani lurus, otot diberi
rangsangan beruntun dengan frekuensi rangsangannya sama atau lebih besar
dari frekuensi kritis.
8. Mengapa digunakan rangsangan maksimal untuk menimbulkan rangsangan
tetani?
Karena dengan pemberian rangsangan maksimal, akan didapatkan
respon kontraksi maksimal serta periode refrakter relatif lebih panjang untuk
sumasi.
9. Apa yang akan terjadi bila rangsangan maksimal beruntun di berikan terus
menerus dalam waktu yang lama?
Jika otot diberikan rangsangan maksimal terus menerus, akan terjadi
sumasi atau tetani (apabila frekuensiny tinggi). Ketika sumasi atau tetani, otot
akan berkontraksi terus-menerus tanpa relaksasi, sehingga semakin lama otot
akan melemah karena glikogen untuk produksi ATP semakin berkurang dan
juga akan terjadi penumpukan asam laktat.
10. Jelaskan hubungan antara hukum “Frank Starling” dengan pembebanan pada
otot?
Mekanisme Frank-Starling adalah kemampuan intrinsik dari otot
jantung untuk beradaptasi terhadap pertambahan volume darah yang masuk
ke jantung. Mekanisme ini menjelaskan bahwa semakin teregang otot jantung
saat pengisian maka semakin besar gaya kontraksi otot jantung dan semakin
banyak darah yang dipompa.
Pembebanan pada percobaan ini memiliki kesamaan dengan
mekanisme Frank Starling, di mana dengan adanya pembebanan maka otot
akan lebih teregang dibandingkan tanpa pembebanan. Regangan yang
disebabkan oleh beban jika diberikan sebelum otot berkontraksi akan
menyebabkan otot berkontraksi lebih kuat karena telah beradaptasi dengan
18
beban yang diberikan. Tetapi jika beban diberikan setelah otot berkontraksi
maka beban akan menahan kontraksi otot sehingga pemendekan otot
berkurang.
4.3 KESIMPULAN
1. Semakin besar rangsangan yang diberikan, maka kontraksi otot akan
semakin besar sampai mencapai rangsangan maksimal, rangsangan
yang lebih kuat dari rangsangan maksimal akan menyebabkan
kontraksi yang sama kuat atau lebih lemah dari kontraksi maksimal.
2. Besarnya kontraksi preloaded lebih besar daripada kontraksi after
loaded.
3. Peningkatan pemberian beban maka kontraksi akan semakin menurun.
4. Kontraksi sumasi dan kontraksi tetani terjadi jika otot dirangsang
berurutan dengan frekuensi tinggi.
19
LAMPIRAN
20
751 31,51,41,20,13
0,3 0,5 0,7
Kepekaan saraf perifer
DAFTAR PUSTAKA
Barret KE., et al. 2009. Ganong’s Review of Medical Physiology 23rd edition. New
York : Mcgraw-Hill Companies. Inc.
Guyton AC. & Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology 11th edition.
Philadelphia, Pennsylvania : Elsevier Saunders.
Sherwood L. 2010. Human Physiology : From Cells to System 7th edition. Belmont,
California : Brooks/Cole.
21
3x / detik 4x / detik
5x / detik 10x / detik
25x / detik 50x / detik
100x / detik
Pembebanan preloaded
Kontraksi Sumasi - Tetani