84
Lesi Saraf Perifer Oleh : Kurrotun Ayni B. Pembimbing : dr. Andre Steven Tjahja B, SpKFR KEPANITERAAN KLINIK MADYA LAB. ILMU REHABILITASI MEDIK RSD MARDI WALUYO BLITAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Lesi Saraf Perifer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang saraf

Citation preview

Page 1: Lesi Saraf Perifer

Lesi Saraf Perifer

Oleh :

Kurrotun Ayni B.

Pembimbing :

dr. Andre Steven Tjahja B, SpKFR

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

LAB. ILMU REHABILITASI MEDIK

RSD MARDI WALUYO BLITAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Page 2: Lesi Saraf Perifer
Page 3: Lesi Saraf Perifer

PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF MANUSIA

A.Anatomi 1. Susunan Saraf Pusat (SSP) : Otak (ensefalon) dan

medula spinalis2. Susunan Saraf Tepi (SST) : Saraf – saraf kranial dan spinal

B. Fisiologi1. Susunan Saraf Somatik : Mensarafi struktur

“dinding” tubuh (otot,kulit,membran mukosa)2. Susunan Saraf Otonom : Mengontrol aktivitas otot

– otot dan kelenjar – kelenjar bagian “dalam” tubuh visera serta pembuluh darah

Page 4: Lesi Saraf Perifer

SARAF SOMATISa. Nervus Kranialis

I. Olfactory nerveII. Optic nerveIII. Oculomotor nerveIV. Trochlear nerveV. Trigeminal nerveVI. Abducens nerveVII. Facial nerveVIII. Vestibulocochlear

nerveIX. Glossopharyngeal

nerveX. Vagus nerveXI. Accessory nerveXII. Hypoglossal nerve

Page 5: Lesi Saraf Perifer

Urutan saraf

Nama saraf Sifat saraf Fungsi Tempat masuk di

Basis Cranii

I Olfaktorius Sensorik Daya penciuman

II Opticus Sensorik Penglihatan

III Okulomotorius Motorik Gerakan kelopak mata ke atas, kontraksi pupil, gerakan otot mata

IV Troklearis Motorik Gerakan mata ke bawah dan ke dalam

V Trigeminus Sensorik dan Motorik

Gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip

VI Abdusen Motorik Alat penggerak (muskulus rektus lateralis)

Fisura orbitalis superior

Page 6: Lesi Saraf Perifer

VII Fasialis Sensorik dan

Motorik

Gerakan otot wajah, pipi, scalp, muskulus stapedius, muskulus stylohioideus, venter posterior muskulus digastricus, Palatum mole, pengecapan 2/3 anterior, glandula submandibularis, glandula lacrimalis, glandula hidung dan pallatum

Meatus acusticus internus, canalis facialis, foramen stylomastoideus

VIII Vestibulokoklearis Sensorik Pendengaran dan keseimbangan, posisi dan gerakan kepala

Meatus acusticus internus

IX Glosofaringeus Sensorik dan

motorik

Sensasi umum rasa 1/3 posterior lidah dan pharyng, sinus caroticus dan glomus caroticum, muskulus stylopharyngeus, glandula parotis

Foramen jugulare

X Vagus Sensorik dan

Motorik

Musculus constrictor pharyngis dan otot intrinsik laring, otot polos broncus, jantung, saluran cerna sampai 1/3 distal colon transversum, hati dan pancreas. Pengecapan dari epiglotis dan valecula

Foramen jugulare

XI Aksesorius Motorik Otot palatum mole, Otot pharing, laring. Otot sternocleidomasteideus dan muskulus trapeizeus

Foramen jugulare

XII Hipoglosus Motorik Gerakan dan bentuk lidah (kecuali muskulus palatoglossus)

Canalis hypoglossi

Page 7: Lesi Saraf Perifer
Page 8: Lesi Saraf Perifer

Gangguan Saraf kranial yg.

Terganggu

Penyebab Gejala

Sindroma Foster Kennedy I dan II Tumor lobus frontalis Anosmia dan papilatrofi

(ipsilateral) Papiledema

(kontralateral)

Sindroma Tolosa-Hunt III, IV, VI dan V-1 Granuloma non-spesifik

pada nyeri dinding sinus

kavernosus

Oftalmoplegia dan wajah

(V-1)

Neuralgia trigeminal (Tic

douloureux)

V Primer (idiopatik)

Sekunder (tumor,

aneurisma, dll)

Nyeri wajah (terutama V-

2,3)

Sindroma Gradenigo V, VI Petrositis paresis n. VI Nyeri wajah (V)

Bell’s palsy VII Idiopatik Paresis n. VII perifer

Sindroma Ramsay-Hunt VII Herpes zooster Vesikel di kanalis auditorius

dan telinga bagian belakang,

paresis VII perifer

Contoh gangguan saraf kranialContoh gangguan saraf kranial

Page 9: Lesi Saraf Perifer

b. Saraf Spinal-meneruskan impuls dari reseptor ke SSP-meneruskan impuls dari SSPke semua otot rangka tubuh.

Page 10: Lesi Saraf Perifer

SISTEM SARAF OTONOM

Mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung & alat-alat reproduksi.

Perbedaan saraf simpatik dan para simpatik berdasarkan pada posisi ganglion.Ganglion pada saraf simpatik menempel di sepanjang sumsum tulang belakang.Sedangkan ganglion saraf parasimpatik menempel pada organ yang dibantu kerjanya.

Page 11: Lesi Saraf Perifer

SISTEM SARAF SIMPATIS

Berpangkal pada medula spinalis di daerah leher dan di daerah pinggang, sehingga disebut juga saraf torakolumbar. Serabut saraf ini menuju ke otot polos, alat peredaran, alat pencernaan, alat pernapasan. Sifatnya meningkatkan aktivitas.

Fungsi :• Mempercepat denyut jantung.• Memperlebar pembuluh darah.• Memperlebar bronkus.• Mempertinggi tekanan darah• Memperlambat gerak peristaltis.• Memperlebar pupil.• Menghambat sekresi empedu.• Menurunkan sekresi ludah.• Meningkatkan sekresi adrenalin.

SISTEM SARAF PARASIMPATIS

Berpangkal pada medula oblongata dan ada yang di sakrum. Memiliki fungsi berkebalikan dengan fungsi sistem simpatis.

Page 12: Lesi Saraf Perifer
Page 13: Lesi Saraf Perifer

CEDERA SARAF PERIFER

Peripheral Nerve Injury atau cedera saraf perifer adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan saraf di luar otak atau sumsum tulang belakang.

Page 14: Lesi Saraf Perifer

Neuropati perifer menurut WHO :

Kelainan menetap (> beberapa jam) Dari neuron sumsum tulang, neuron motorik batang otak bagian bawah, sensorimotor primer, neuron susunan saraf autonom perifer dengan kelainan klinis, elektroneurografik dan morfologik

Page 15: Lesi Saraf Perifer

ETIOLOGI

Trauma (misalnya, luka tumpul atau penetrasi, trauma)

Tekanan yang akut.

Idiopatik

Kelahiran

Infeksi

Neurologis

Neoplastik

Toxic

iatrogenik

Page 16: Lesi Saraf Perifer

• Klasifikasi

Cedera akson, dapat dibagi menurut Seddon dan Sunderland

• Menurut Seddon 1943

1. Neuropraksia

2. Aksonotmesis

3. Neurotmesis

• Menurut Sunderland 1951 derajat 1-5

Page 17: Lesi Saraf Perifer

Klasifikasi menurut Seddon

1. NEUROPRAXIA

Terjadi penekanan pada serabut saraf. Bersifat ringan. Gangguan hanya terjadi selama

penekanan berlangsung. Tidak terjadi kelainan pada struktur

serabut saraf. Gangguan akan berakhir bila

penekanan hilang

Page 18: Lesi Saraf Perifer

2. AXONOTMESIS

Kerusakan saraf sampai pada axon, tetapi selubung axon masih baik.

Walau axon rusak, namun bila selubung axon masih baik maka akan terjadi regenerasi.

Pada 1-2 minggu pertama pasca trauma, kondisi cenderung tetap

Page 19: Lesi Saraf Perifer

3. NEUROTMESIS

- Kerusakan terjadi pada axon dan selubung axon, sehingga terjadi degenerasi Wallerian, di mana degenerasi terjadi kearah distal dan proximal.- Kondisi memburuk pada 1-2 minggu pertama.

Page 20: Lesi Saraf Perifer
Page 21: Lesi Saraf Perifer

Klasifikasi

• Sunderland (tahun 1951) memperluas sistem klasifikasi menjadi 5 derajat cedera saraf.

Page 22: Lesi Saraf Perifer

Cedera saraf Tingkat I

• Disebut juga neuropraxia.• Kerusakan pada serabut myelin, hanya terjadi

gangguan kondisi saraf tanpa terjadinya degenrasi wallerian.

• Saraf akan sembuh dalam hitungan hari setelah cedera, atau sampai dengan empat bulan.

• Penyembuhan akan sempurna tanpa ada masalah motorik dan sensorik.

Page 23: Lesi Saraf Perifer

Cedera saraf tingkat II

• Disebut juga axonotmesis, • Terjadi diskotinuitas myelin dan aksonal, • Tidak melibatkan jaringan encapsulating,

epineurium dan perineurium, juga akan sembuh sempurna.

• Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat daripada cedera tingkat pertama.

Page 24: Lesi Saraf Perifer

Cedera saraf tingkat III

• Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson dan endoneurium.

• Cedera akan sembuh dengan lambat, tetapi penyembuhannya hanya sebagian.

• Penyembuhan tergantung pada beberapa faktor, seperti semakin rusak saraf, semakin lama pula penyembuhan terjadi.

Page 25: Lesi Saraf Perifer

Cedera saraf tingkat IV

• Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, endoneurium dan perineurium.

• Cedera derajat ini terjadi bila terdapat skar pada jaringan saraf, yang menghalangi penyembuhan.

Page 26: Lesi Saraf Perifer

Cedera saraf tingkat V

• Cedera ini melibatkan pemisahan sempurna dari saraf, seperti saraf yang terpotong.

• Cedera saraf tingkat empat dan lima memerlukan tindakan operasi untuk sembuh.

Page 27: Lesi Saraf Perifer

  Klasifikasi Menurut Sunderland

Page 28: Lesi Saraf Perifer
Page 29: Lesi Saraf Perifer
Page 30: Lesi Saraf Perifer
Page 31: Lesi Saraf Perifer

Recovery

Page 32: Lesi Saraf Perifer

Degenerasi Wallerian

Page 33: Lesi Saraf Perifer

Degenerasi dan regenerasi saraf. (A) serabut saraf pada cedera tekan. (B) fagosit masuk untuk membersihkan debris. (C) sisa tonjolan proksimal dengan endoneurium yang utuh dan sel Schwann. (D) adanya benih akson baru dari tonjolan proksimal. (E)pertumbuhan akson yang bermyelin pada bagian distal. (F) regenerasi serabut saraf lengkap. Bagian myelin lebih pendek dari aslinya.

Page 34: Lesi Saraf Perifer

Patofisiologi

Lesi saraf tepi dapat mengakibatkan demielinasi atau degenerasi aksonal. Secara klinis, baik demielinasi dan degenerasi aksonal akan mengakibatkan gangguan dari indera dan atau fungsi motorik dari saraf yang terluka. Pemulihan fungsi terjadi dengan re-myelination dan dengan regenerasi aksonal dan reinervasi dari reseptor sensorik, ujung otot, atau keduanya.

Page 35: Lesi Saraf Perifer

• Klinis

Terdapatnya gangguan motorik dan sensorik tergantung pada saraf terkena.

Pada motorik akan terjadi hilangnya fungsi otot dan jaringan.

Pada sensorik akan terjadi anestesi, parastesia, disestesia, hipoalgesia, hiperestesia, hiperalgesia dan allodonia.

Page 36: Lesi Saraf Perifer

MANIFESTASI KLINIS

1. Kausalgia yaitu nyeri hebat seperti terbakar, sepanjang distribusi serabut saraf yang mengalami kerusakan persial.2. Hiperestesia3. Perubahan trofik pada kulit4. Hiperaktivitas vasomotor, hiperaktivitas kerja syaraf yang menimbulkan perubahan pada diameter pembuluh darah, biasanya vasokontriksi.

Page 37: Lesi Saraf Perifer

• Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

2. Studi Imaging

3. Pengujian lain, seperti :

- Studi Elektro Diagnostik

- Elektromiografi

4. Studi Konduksi Saraf

5. Temuan Histologi

Page 38: Lesi Saraf Perifer
Page 39: Lesi Saraf Perifer

Pengujian• a. studi elektrodiagnostik: Tes-tes ini objektif berguna dalam

mendeteksi cedera saraf dan / atau kompresi saraf dan dalam mengidentifikasi tahap awal pemulihan.

• b. Elektromiografi • Tes ini dilakukan minimal 4 minggu setelah cedera saraf. Pengujian

Elektromiografi dilakukan sebelum waktu itu dapat menghasilkan temuan-temuan negatif palsu karena butuh 4-6 minggu untuk fibrilasi otot menjadi jelas. Bukti denervasi ditandai oleh adanya fibrilasi pada otot. Reinervasi dicatat oleh adanya potensi unit motor.

Studi konduksi saraf • Studi-studi ini sangat berguna dalam menentukan situs kompresi

sekunder yang mungkin ada. Jika saraf yang dikompresi di situs jebakan, seperti carpal tunnel atau terowongan kubiti , regenerasi aksonal mungkin akan terhambat dan dengan demikian membatasi reinervasi.

• Dalam kasus cedera pleksus brakialis , studi konduksi saraf bisa membantu menentukan adanya cedera avulsion. Utuh normal konduksi saraf distal sensorik dan denervasi motor diagnostik cedera avulsion.

Temuan histologis • Tidak ada studi histologi khusus membantu dalam diagnosis pasien

dengan cedera saraf perifer.

Page 40: Lesi Saraf Perifer
Page 41: Lesi Saraf Perifer

Indikasi Terapi

• Lesi saraf komplit yang disebabkan laserasi atau luka tembus

• Lesi saraf lain yang cukup bermakna tanpa perbaikan klinis maupun elektrofisiologis setelah 3-6 bulan observasi klinis

Page 42: Lesi Saraf Perifer

Penilaian Klinis

• Pemeriksaan Motorik- Pemeriksaan semua fungsi motor & sensori. - Menentukan apakah  kehilangan distal sisi

cedera lengkap atau tidak. - Pemeriksaan motor : cukup sebagai bukti 

regenerasi bila pemulihan jelas.

Page 43: Lesi Saraf Perifer

Tanda klinis regenerasi saraf

1. Autonomik (sweating)

2. Sensation (pada daerah yang disarafi)

3. Motorik

Page 44: Lesi Saraf Perifer

Tinel Sign

- Melakukan penekanan pada pertengahan ligamentum carpi transversum (volare).

- (+) : timbul nyeri, berarti terdapat penjepitan saraf (entrapment).- Tanda Tinel (+) hanya menunjukkan regenerasi serabut halus

dan tidak menunjukkan apapun tentang kuantitas dan kualitas yang sebenarnya dari serabut yang baru.

• Disisi lain, interupsi saraf total ditunjukkan oleh tiadanya respons sensori distal (tanda Tinel negatif) setelah waktu yang memadai telah berlalu untuk terjadinya regenerasi serabut halus (4-6 minggu).

Page 45: Lesi Saraf Perifer

Berkeringat

• Kembalinya keringat didaerah otonom menunjukkan regenerasi serabut simpatis bermakna.

• Pemulihan ini mungkin mendahului pemulihan motorik atau sensori dalam beberapa minggu atau bulan, karena serabut otonom pulih dengan cepat.

• Pemulihan berkeringat tidak selalu berarti akan diikuti fungsi motorik atau sensori.

Page 46: Lesi Saraf Perifer

Pemulihan Sensori

• Tanda yang berguna, terutama bila terjadi didaerah otonom dimana tumpang tindih saraf berdekatan minimal.

• Daerah otonom saraf medial : permukaan volar dan dorsal telunjuk dan permukaan volar jempol.

• Saraf radial tidak mempunyai daerah otonom yang tegas.

Bila terjadi kehilangan sensori pada distribusi ini, biasanya mengenai sejumput daerah anatomis tertentu.

• Daerah otonom saraf ulnar : permukaan palmar 11 falang distal kelingking.

• Daerah otonom saraf tibial : tumit & sebagian telapak kaki, sedang saraf peroneal adalah tengah dorsal kaki. • Pemulihan sensori, bahkan pada daerah otonom,

tidak pasti diikuti pemulihan motorik.

Page 47: Lesi Saraf Perifer

KERANGKA WAKTU UNTUK PEMULIHAN

• Waktu yang diperlukan untuk pemulihan setelah neurapraksia adalah 1-4 bulan, dan setelah aksonotmesis 4-9 bulan.

• Cedera ekstremitas proksimal perlu waktu lebih lama untuk memperlihatkan fungsi klinis dibandingkan cedera distal, dan

• Cedera ekstremitas luas yang menyebabkan lesi saraf berganda memerlukan masa yang lebih lama untuk kembalinya fungsi klinis dibanding cedera yang mengakibatkan disfungsi saraf terbatas.

Page 48: Lesi Saraf Perifer

• Terapi

Jenis terapi

1. Pengobatan Non invasif

Merupakan pengobatan terapi non medika mentosa dan medika mentosa.

2. Pengobatan Invasif

Merupakan terapi pembedahan, jika adanya suatu indikasi seperti, lesi lengkap disebabkan oleh luka atau cedera yang berat.

Page 49: Lesi Saraf Perifer

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENENTUAN TINDAKAN

a. Usia- Pasien usia pubertas hasil yang baik setelah

penyambungan saraf. - Pasien lebih muda memiliki kapasitas intrinsik yang lebih

besar untuk re-edukasi sensibilitas & adaptabilitas motor dibanding pasien lebih tua.

b. Jarak Dari End Organ- Makin proksimal cedera, makin panjang denervasi dari

jaringan distal & makin lambat pemulihan fungsi.c. Cedera yang Menyertai- Makin luas cedera pada ekstremitas, makin panjang waktu

yang diperlukan untuk memantapkan homeostasis jaringan.- Defisiensi vaskuler berat atau osteomielitis berat yang

merusak jaringan lunak sekitar saraf, berperan pada infiltrasi fibrotik dan penyembuhan yang terlambat.

Page 50: Lesi Saraf Perifer

d. Mekanisme Cedera - Cedera saraf yang berhubungan dengan traksi atau regangan

mempunyai prognosis lebih buruk dibanding akibat fraktura. Traksi biasanya mengenai segmen yang panjang dari batang saraf.

e. Tehnik Operasi- Saraf tepi yang disrupsi (neurotmesis) harus diperbaiki

sesegera klinis memungkinkan. - Anastomosis harus dilakukan dengan pembesaran memadai

serta jahitan dan instrumen yang baik. f. Faktor Trofik- Berbagai faktor trofik yang memperngaruhi regenerasi saraf

telah diketahui. Diantaranya faktor pertumbuhan saraf (nerve growth factor) serta faktor penumbuh akson (akson outgrowth factor).

- Inhibisi protease neural yang diaktifkan kalsium membantu pemulihan morfologis pada cedera saraf tepi.

Page 51: Lesi Saraf Perifer

• KomplikasiKomplikasi yang sering terjadi pada tingkat operasi, hematoma, seroma, infeksi, dan cedera pada struktur di sekitarnya termasuk vaskular. Ataupun bisa penurunan fungsi saraf tersebut.

• EvaluasiProgram penilaian suatu evaluasi yaitu program stimulasi fisioterapi otot dan saraf termasuk latihan pasif harus ditekankan untuk menjaga otot dan sendi yang fleksibel dan fungsional.

Page 52: Lesi Saraf Perifer

• Rehabilitasi

Rehabilitasi meliputi:

1. Kontrol nyeri

2. Splint

3. Stimulasi saraf dan otot

4. Stimulasi pergerakan sendi terdekat

5. Perkiraan waktu

Page 53: Lesi Saraf Perifer

Nerve repair The stumps are correctly orientated and attached by fine sutures through the epineurium.

Page 54: Lesi Saraf Perifer

Epineurial neurorrhaphy

Page 55: Lesi Saraf Perifer

Perineurial (fascicular) neurorrhaphy

Page 56: Lesi Saraf Perifer

Details of epiperineurial neurorrhaphy

Page 57: Lesi Saraf Perifer

LESI PLEXUS BRACHIALISLESI PLEXUS BRACHIALIS

Page 58: Lesi Saraf Perifer

PLEKSUS BRACHIALISPLEKSUS BRACHIALIS

Page 59: Lesi Saraf Perifer

LESI PLEKSUS BRACHIALISLESI PLEKSUS BRACHIALIS

Umum/menyeluruh :* Fibrilasi* Nyeri spontan* Hipalgesia* Parastesia

Page 60: Lesi Saraf Perifer

* Sindrom Erb-DuchennePeregangan leher & bahu secara berlebihan

* Sindrom KlumkeEkstremitas superior ditarik ke atas secara paksa

Page 61: Lesi Saraf Perifer

ERB – DUCHENNE SYNDROMEERB – DUCHENNE SYNDROME

Plexus Atas ( C5, C6 )

Abduksi dan rotasi eksterna lengan(-)

Fleksi dan supinasi lengan bawah (-)

“waiter‘s tip position”

Sensoris :Hipestesia permukaan

deltoideus radialis lengan bawah dan tangan

Penyebab: - Kompresi atau robekan

(biasanya trauma lahir)

Page 62: Lesi Saraf Perifer

KLUMPE’S SYNDROMEKLUMPE’S SYNDROME

Plexus Bawah ( C8,T1 )

Claw hand (intrinsic hand muscle dan otot-otot fleksor pergelangan tangan)

Sensoris :Hipestesia tipe ulnar

Sindrom hornerEdema, cianosis, perubahan trofik

pada kuku

Penyebab :Trauma

Kompresi

Page 63: Lesi Saraf Perifer

Plexus brakialis, arteri subklavia dan vena subklavia.

Thoracic Outlet SyndromeNyeri pada leher dan pundak

Paraesthesia forearmKelemahan otot-otot tenar dan

interosseusPenekanan vaskuler :

Fenomena Raynaud‘sPerubahan tropik pada kuku

Pucat pada saat elevasi lenganAdson‘s sign (hilangnya

pulsasi radialis ketika abduksi lengan dan eksorotasi bahu

Page 64: Lesi Saraf Perifer

Plexus brakialis, lower cervical and uper thoracic roots.

Pancoast‘s tumorNyeri sekitar bahu dan sisi medial lengan

Hipestesia sesuai T8 T1

Sindroma hornerPenyebab: Tumor apex paru

N. Suprascapularis ( C5-6 )

Abduksi lengan atas (-)Eksorotasi (-)

Page 65: Lesi Saraf Perifer

N. THORACALIS LONGUS – C 5 - 7N. THORACALIS LONGUS – C 5 - 7

WINGING PHENOMENAWINGING PHENOMENA

Winging skapula jika dilakukan gerakan mendorong ke depanKesukaran mengangkat lengan keatas pada bidang horisontal

Penyebab:Trauma daerah leher

Beban terlalu berat pada bahuLimitted brachial neuritis

Diabetes melitus

Page 66: Lesi Saraf Perifer

N. Axillaris ( C5-6 )

Kelemahan abduksi sendi bahuKelemahan rotasi eksterna

Hipesthesia bagian luar bahuNyeri bila terdapat neuritis

Penyebab :Jarang timbul sendiriLesi medulla spinalis

Fraktur dislokasi caput humeriNeuritis axillaris

Page 67: Lesi Saraf Perifer

N. Muskulokutaneus ( C5-6 )

Motoris :Kelemahan flexi lengan bawah

Supinasi (-)Reflek bisep (-)

Sensoris :Hipesthesia antero lateral

lengan bawah

Penyebab :Jarang terkena sendiri

Fraktur humeriAneurysma

Trauma

Page 68: Lesi Saraf Perifer

N. Radialis ( C6-8 dan T1)

Saturday night palsyMotoris :

Wrist dropEkstensi ibu jari, palang proksimal

dan sendi siku (-)Tangan pronasi dengan fleksi pergelangan tangan dan jari.

Reflek trisep, radialis, dan periosteal radialis (-)

Supinator reflek (-)Sensori :

Paling menonjol permukaan radialis dorsal tangan

Nyeri jarang.

Paling sering terjadi cederaPenyebab :

Fraktur humerus,Penekanan lama,Injeksi intra muskuler,TumorTuberkulosa tulang,Fraktur collum ulna,Neuritis

Page 69: Lesi Saraf Perifer

N. Medianus ( C6-8, T1 )

APE hand Motoris:

Pronasi dan fleksi lengan bawah (-)Pergelangan tangan abduksi

dan fleksi melemahIbu jari sebidang dgn tangan,atrofi tenar, fleksi ibu jari (-),

abduksi di bidangnya sendiri (-), genggaman tangan melemah,

jari cenderung ekstensi dan adduksi, fleksi phalang distal

ibu jari dan telunjuk (-)Sensoris :

Sesuai distribusi cutaneus N. Medianus, konstan pada phalang distal jari I dan II.

Paralisis otot-otot fleksor-pronator dan tenar

Page 70: Lesi Saraf Perifer

Setinggi Ligamentum carpal transversum

Carpal Tunnel SindromNyeri terutama malam

Atropi dan kelemahan otot tenar: abduktor

dan opponen pollicisTinel‘s sign (+)

Hipesthesia telapak tangan bagian radial

serta sisi palmar tiga jari yang pertama

Penyebab:Penebalan jaringan ikat ok:

RA,Akromegali,Hipothiroidism,Amyloid desease,Retensi cairan: kehamilan, kegemukan.

Page 71: Lesi Saraf Perifer

N. Ulnaris ( C8, T1 )

Motoris:Claw hand

Fleksi phalank proksimal atau distal jari IV dan V (-)

Jari tangan V abduksiEktensi phalang II dan distal

setiap jari tangan (-)Adduksi dan abduksi seluruh jari tangan (-)

Froment sign (+)(memegang kertas dg. Ibu jari dan

telunjuk di gantikan dengan gerakan fleksi ibu jari)

Akibat kontraksi tanpa lawan dari M. extensor digitorum komunis jari IV dan V Sebagai kompensasi paralisis

m. adduktor pollicis

Page 72: Lesi Saraf Perifer

Sensorik:Hipesthesia sisi ulnar tangan baik sisi dorsal

atau palmar, jari manis, dan yang paling menonjol jari kelingking.

Page 73: Lesi Saraf Perifer

Plexus Lumbalis( T12 dan L1-5 )

Page 74: Lesi Saraf Perifer

N. Cutaneus Femoralis Lateralis

Parestesia meralgia dari ROTHRasa tebal, kesemutan dan nyeri sisi luar dan depan

paha terutama saat jalan dan berdiri

Sering terjadi Penyebab:

NeuritisAngulasi

Tekanan fasia, kegemukan, flat feet, spondilitis, tekanan pakaian ketat.Tanda pertama dari tumor medula spinalis lumbalis

Page 75: Lesi Saraf Perifer

N. Femoralis dan N.Obturatorius

Page 76: Lesi Saraf Perifer

N. Femoralis ( L2-4 )

Motorik:Fleksi paha ke badan (-) (m. iliopsoas)

Ekstensi tungkai, reflek patela (-)m. Quadrisep femoris

Sensoris:Sesuai dengan distribusi,

paling nyata pada lutut

Penyebab:Lesi pada medula spinalis, cauda equina.Tumor pelvis.Abses m. psoas

Fx. Pelvis dan femur atas.Trauma forcep,Aneurysma a. femoralis,Neuritis DM

Page 77: Lesi Saraf Perifer

N. Obturatorius ( L2-4 )

Motorik:Rotasi eksterna dan adduksi paha (-)Kesulitan menyilangkan tungkainya

diatas yang lainAdduktor reflek (-)

Sindrom Howship-Rhomberg

Sensoris :Nyeri menjalar sepanjang permukaan

dalam paha paling nyata pada lutut

Penyebab:Kehamian

Persalinan dengan cunam/forcepHernia Obturatoria

Page 78: Lesi Saraf Perifer

Plexus Sakralis

Page 79: Lesi Saraf Perifer

N. Gluteus Superior ( L4-5, S1

Kelemahan abduksi tungkaiGangguan berjalan Panggul miring kesisi KL jika px. berdiri pada tungkai yg sakit

N. Gluteus Inferior ( L5, S1-2 )

Kesulitan bangkit dari posisi duduk, berlari, melompat atau memanjat tangga.Otot-otot pantat kontraktur IPS.

Kekuatan otot ekstensor pada panggul lemah

Page 80: Lesi Saraf Perifer

N. Ischiadikus( L4-5, S1-3 )

Motoris:Hamstring paralysis

(fleksi tungkai (-))Steppage gait : paralysis seluruh

otot tungkai dan kaki, berdiri diatas tumit dan jari (-)Reflek aschilles dan plantar (-)

Sensoris:Hipestesia tungkai

sebelah luar dan seluruh kaki kecuali lengkung sisi medial

dan malleolus medialisNyeri casualgia ( terutama N. tibialis)

Penyebab:HNP,Dislokasi sendi panggul,Trauma persalinan

Tumor,Injeksi obat-obatan,Osteoarthritis,Polineuritis

Page 81: Lesi Saraf Perifer

N. Peroneus Communis( L4-5, S1-2 )

Motoris:Drop foot

(Dorsofleksi kaki dan phalang proksimal jari kaki (-))

Steppage gait (Lutut terangkat tingi dengan

kaki tergantung fleksi dan adduksi)Abduksi dan eversi kaki (-)Berdiri dengan tumit (-),

Sensorik:Hipestesia dorsum

kaki dan sisi luar tungkai

Penyebab: Neuritis primer

(tersering)

Page 82: Lesi Saraf Perifer

N. Tibialis( L4-5, S1-3 )

Motorik:Fleksi plantaris, adduksi, inversi kaki (-)

Fleksi, abduksi, adduksi, jari kaki (-)Berdiri denagn ujung jari kaki (-)

Berjalan sukar, melahkan, dan sering nyeriReflek aschilles (-)

Claw foot

Sensoris:Hipestesia telapak kaki, permukaan lateral tumit,

permukaan plantar jari kaki serta phalang unguium

•Nyeri sifatnya causalgia hebat.

Sering terdapat pada lesi yang parsial dan iritatif

Page 83: Lesi Saraf Perifer

Jepitan di bawah malleolus medialis

Tarsal Tunnel SindromKelemahan fleksi ibu jari

Hipestesia atau nyeri meliputi kaki medial anterior dan ibu jari kaki

Ketukan pada malleolus medial tepat diatas

m. fleksor retinakulum menimbulkan parestesia dan nyeri.

Terapi operatif dengan dekompresi hasilnya memuaskan.

Page 84: Lesi Saraf Perifer

TERIMA KASIH