3
GAGAL NAFAS AKUT Definisi Tipe I : PaO 2 ≤ 60 mmHg (8 kPa) Tipe II : PaCO 2 ≥ 55 mmHg (7 kPa) dengan atau tanpa oksigenasi yang rendah. Perhatian Pasien dengan gagal nafas tipe II dapat terlihat “nyaman” namun memperdayakan’, dimana penderita tidak menunjukkan takipneu. Pasien hiperkarbi terlihat mengantuk, sedangkan pasien hipoksia sering terlihat agitasi, dan kadang berlaku kasar. Mereka membutuhkan pemeriksaan BGA ulang untuk monitoring PaCO 2 atau end tidal CO 2 . SaO 2 91% setara dengan PaO 2 60 mmHg secara umum, namun keadaan ini dipengaruhi pH, temperature dan level 2,3 DPG. Jangan memberi terapi terhadap kadar PaCO 2 yang tinggi pada pasien dengan chronic compensated gagal nafas tipe II, jika pH normal (pH > 7,35). Selalu berikan oksigen sebanyak mungkin yang diperlukan untuk mengkoreksi hipoksia (SaO 2 > 90% namun tidak > 95%) Gunakan pulse oksimetri untuk mentitrasi oksigenasi (SaO 2 ) dan BGA untuk mengevaluasi ventilasi (CO 2 dan pH). Jika CO 2 mulai meningkat karena hilangnya hipoksik drive, pasien butuh support ventilasi dalam bentuk biphasic positive airway pressure (BIPAP), atau Intermittent positif Pressure Ventilation (IPPV). Penyebab umum meliputi : 1. Edema pulmonal 2. Pneumonia 3. Emboli paru 4. Asma berat/COLD 5. Trauma dada 6. Tenggelam 7. Aspirasi 8. acute respiratory distress syndrome 9. Metastase pulmonal Catatan : untuk pasien hiperventilasi dengan temuan normal pada pemeriksaan dada. Lihat Hiperventilasi. Pertimbangkan serius diagnosa Emboli paru pada pasien hipoksik dengan CXR normal. Lihat bab Pulmonary Embolism. Pasien yang mengalami aspirasi, mungkin mengalami perunbahan CXR yang lambat. Terapi oksigen; lihat tabel 1.

Gagal Nafas Akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gagal nafas

Citation preview

  • GAGAL NAFAS AKUT

    Definisi Tipe I : PaO2 60 mmHg (8 kPa) Tipe II : PaCO2 55 mmHg (7 kPa) dengan atau tanpa oksigenasi yang rendah.

    Perhatian Pasien dengan gagal nafas tipe II dapat terlihat nyaman namun

    memperdayakan, dimana penderita tidak menunjukkan takipneu. Pasien hiperkarbi terlihat mengantuk, sedangkan pasien hipoksia sering terlihat agitasi, dan kadang berlaku kasar. Mereka membutuhkan pemeriksaan BGA ulang untuk monitoring PaCO2 atau end tidal CO2.

    SaO2 91% setara dengan PaO2 60 mmHg secara umum, namun keadaan ini dipengaruhi pH, temperature dan level 2,3 DPG.

    Jangan memberi terapi terhadap kadar PaCO2 yang tinggi pada pasien dengan chronic compensated gagal nafas tipe II, jika pH normal (pH > 7,35).

    Selalu berikan oksigen sebanyak mungkin yang diperlukan untuk mengkoreksi hipoksia (SaO2 > 90% namun tidak > 95%)

    Gunakan pulse oksimetri untuk mentitrasi oksigenasi (SaO2) dan BGA untuk mengevaluasi ventilasi (CO2 dan pH).

    Jika CO2 mulai meningkat karena hilangnya hipoksik drive, pasien butuh support ventilasi dalam bentuk biphasic positive airway pressure (BIPAP), atau Intermittent positif Pressure Ventilation (IPPV).

    Penyebab umum meliputi :1. Edema pulmonal2. Pneumonia3. Emboli paru4. Asma berat/COLD5. Trauma dada6. Tenggelam7. Aspirasi8. acute respiratory distress syndrome9. Metastase pulmonal

    Catatan : untuk pasien hiperventilasi dengan temuan normal pada pemeriksaan dada. Lihat Hiperventilasi.

    Pertimbangkan serius diagnosa Emboli paru pada pasien hipoksik dengan CXR normal. Lihat bab Pulmonary Embolism. Pasien yang mengalami aspirasi, mungkin mengalami perunbahan CXR yang lambat. Terapi oksigen; lihat tabel 1.

  • Tabel 1 Peralatan yang digunakan untuk memberikan terapi oksigen

    Peralatan Features Keuntungan Kerugian IndikasiNasal prongs

    Simple mask

    Venturi mask

    Non-rebreathing mask

    1. aliran rendah (1-6 l/menit)

    2. FiO2 0,24-0,40 (rata-rata 3-4%/l)

    3. FiO2 bervariasi

    1. aliran lambat (5-10l/menit)

    2.FiO2 0,35-0,50 (sekitar 3-4%)

    1. aliran tinggi sampai 60 l/menit

    2. FiO2 0,24-0,50

    1. aliran rendah (6-15 l/menit )

    2. FiO2 0,50-0,80

    1. mudah digunakan

    2. tidak mengganggu aktivitas bicara dan makan3. compliance

    lebih baik1. menghasilkan

    FiO2 yang lebih tinggi daripada nasal prongs

    1. FiO2 yang lebih tepat

    2. maksimum FiO2 50%

    1. FiO2 maksimum 80%

    1. FiO2 tidak pasti2. FiO2 maksimum < 40%

    1.kurang nyaman, panas dan membatasi

    2.mengganggu saat bicara dan makan

    3. dapat menyebabkan rebreathing CO2 jika aliran di set terlalu rendah

    4. FiO2 bervariasi

    1. butuh 2 setting dan resiko tinggi dalam aplikasinya*

    2. compliance yang buruk

    3. kemungkinan rebreathing CO2 jika alran tidak adekuat

    4. Kesulitan untuk bicara dan makan

    1. compliance yang rendah

    2. obstruksi akses ke mulut

    3. Claustrophobic

    1. pasien kurang hipoksik

    2. pasien dengan riwayat retaining Cos

    1. pasien hipoksia sedang yang tidak memiliki COLD

    1. terapi oksigen terkontrol, cth gagal nafas tipe II dari COLD

    1. FiO2 tinggi perlu untuk mengkoreksi hipoksia.

    * Koreksi aplikasi untuk Venturi masks1. putuskan FiO2 yang diinginkan (24-30% : gunakan green diluter on mask ; 35-50%; gunakan white diluter)2. pasang oksigen pada aliran yang tepat sesuai FiO2 yang diinginkan

  • 3. Atur ukuran venture mask sesuai FiO2 yang diinginkan.

    Penatalaksanaan tangani pada area resusitasi berikan oksigen aliran tinggi via face mask dan monitoring jantung secara

    kontinous, RR dan saturasi oksigen. Kurangi FiO2 sesuai evaluasi pulse oksimetri dan atau monitoring blood gas yang berkala setelah perbaikan pada penderita COLD. Target saturasi O2 pada COLD adalah 90-92% namun tidak > 92%. Awasi penderita mungkin saja terdapat perburukan retensi CO2 dan narcosis.

    Tanda klinis perburukan retensi CO2 dan asidosis respiratori tidak dapat dipastikan. Pemeriksaan BGA diperlukan.

    Semua penderita dengan COLD membutuhkan pemeriksaan BGA setelah titrasi oksigen dan terapi awal diberikan dengan pengulangan nebulisasi bronkodilator.

    Lakukan anamnesa secara cepat untuk menentukan target pemeriksaan dalam mencari penyebab dasar gagal nafas.

    Terapi penyebab yang mendasari. Jika penderita tidak membaik dengan pemberian oksigen dan terapi penyebab

    dasar, pertimbangkan support ventilasi mekanis. Pada hipoksia berat atau gagal nafas tipe I akut, pertimbangkan CPAP (non

    invasive) atau PEEP (intubasi px) Pada hiperkapnia berat atau gagal nafas tipe II akut, pertimbangkan IPPV atau

    non invasive lain atau post intubasi. Pertimbangkan BIPAP bagi pasien COLD dengan retensi CO2 dan pH antara 7,26

    dan 7,32. pasien dengan pH < 7,26 bisaanya membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik.

    Jangan memberikan sodium bikarbonat pada penderita dengan pH yang rendah karena adanya retensi CO2. hal ini akan mengeksaserbasi asidosis respiratori.