FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PHBS
100
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PHBS PADA SD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR TAWAR KOTA PADANG TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan pada Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan Politeknik Kementerian Kesehatan Padang Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Politeknik Kesehatan Padang Oleh: WIDIA OKTAVIANI NIM: 151210706 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG 2019
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PHBS
KERJA PUSKESMAS AIR TAWAR
KOTA PADANG TAHUN 2019
Kementerian Kesehatan Padang Sebagai Persyaratan Dalam
Menyelesaikan
Pendidikan Sarjana Terapan Politeknik Kesehatan Padang
Oleh:
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG
Alamat : Perumahan Banuaran Indah blok N.20 Kec.
Lubuk Begalung, Kota Padang.
3. SMPN 4 Padang (2009- 2012)
4. SMAN 6 Padang (2012- 2015)
5. Poltekkes Kemenkes Padang
Lingkungan
Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan
Yang
Maha Esa, dengan berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan Skripsi
ini dapat
diselesaikan oleh penulis walaupun banyak menemui kesulitan maupun
rintangan.
Penyusunan dan penulisan Skripsi ini merupakan suatu rangkaian dari
proses
pendidikan secara menyeluruh di Program Studi Sarjana Terapan
Sanitasi
Lingkungan jurusan Kesehatan Lingkungan di Politeknik Kementerian
Kesehatan
Padang, dan sebagai syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana
Terapan
Sanitasi Lingkungan pada masa akhir pendidikan.
Judul Skripsi ini adalah “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan
PHBS Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan pengarahan dari Bapak
Dr. Wijayantono,
SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Bapak Awaluddin, M. Pd selaku
pembimbing
II yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Bapak Dr. Burhan Muslim, M.Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan
Kementrian Kesehatan Padang.
2. Ibu Awalia Gusti, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
3. Bapak R. Firwandri Marza, M.Kes selaku ketua prodi D-IV Sanitasi
Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang.
4. Bapak R. Firwandri Marza, M.Kes selaku Pembimbing
Akademik.
5. Bapak dan Ibu dosen sebagai Pengajar di Politeknik Kesehatan
Kementrian
Kesehatan Padang yang telah memberikan ilmu sehingga penulis
dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
6. Terutama kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang
selalu memberikan
semangat, do’a dan dukungan dalam menyelesaikan Proposal Skripsi
ini.
7. Teman-teman “D-IV Kesling 15” yang telah membantu penulisan
dalam Skripsi
ini.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari akan keterbatasan
kemampuan
yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang belum sempurna
baik dalam isi
maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas
kritik dan saran
yang membangun guna penyempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan
semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Aamiin.
Padang, Juni 2019
1.Defenisi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) ...............
10
2.Ruang lingkup PHBS
..............................................................
10
B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Sekolah
...................... 13
1. Defenisi PHBS di Sekolah
.......................................................... 13
2. Indikator PHBS di SekolaH
.......................................................... 14
3. Faktor-Faktor PHBS
...................................................................
15
5. Kepmenkes 1429 Tahun 2006
.................................................... 15
C. Perubahan perilaku dan pendidikan kesehatan
.................................. 17
1. Teori Lawrence Green
................................................................
17
2. Teori Stimulus Organisme
.......................................................... 19
3. Pengetahuan
................................................................................
21
4. Sikap
...........................................................................................
23
5. Tindakan
.....................................................................................
24
C. Populasi dan Sampel
..........................................................................
31
D. Teknik Pengumpulan Data
..................................................................
34
E. Metode Pengolahan Data dan Pengumpulan Data
............................... 35
F. Analisis Data
........................................................................................
37
G. Instrumen Penelitian
............................................................................
38
H. Alur Penelitian
.....................................................................................
39
B.Karakteristik Responden
................................................................
41
C.Karakteristik Informan
...................................................................
42
D.Hasil Penelitian
..............................................................................
43
A.Kesimpulan
...................................................................................
77
B.Saran
.............................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.1 Populasi Kelas IV
........................................................................
41
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden
........................................ 41
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
........................... 42
Tabel 4.4 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
........................... 42
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PHBS
..................................... 43
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi pelaksanaan PHBS Berdasarkan
Pertanyaan44
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
................................................ 44
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Pertanyaan
........ 45
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap
.......................................................... 46
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sikap Positif Berdasarkan
Pertanyaan ...... 46
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Negatif Berdasarkan
Pertanyaan .... 47
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban
................................. 47
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban Berdasarkan
Pertanyaan
......................................................................................................................
48
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Penggunaan kantin Berdasarkan
Pertanyaan
......................................................................................................................
49
pertanyaan
....................................................................................................
50
Tabel 4.22 Hubungan Tempat Sampah Dengan Pelaksanaan PHBS
........... 52
DAFTAR SKEMA
Skema 2.3 Kerangka Teori
..........................................................................
25
Skema 2.4 Kerangka Konsep
......................................................................
26
Skema 3.2 Alur
Penelitian............................................................................
39
Lampiran 2 Data Sekunder
Lampiran 11 Peta Wilayah
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
Tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan
masyarakat
yang setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Upaya untuk mengubah perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan
derajat
kesehatan dilakukan melalui program pembinaan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat
(PHBS). Program ini telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
sejak tahun
1996.1
Evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan melihat
indikator
PHBS ditatanan rumah tangga. Namun demikian, karena tatanan rumah
tangga saling
berkait dengan tatanan-tatanan lain, maka pembinaan PHBS
dilaksanakan tidak hanya
di tatanan rumah tangga, melainkan juga di tatanan institusi
pendidikan, tatanan
tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas
kesehatan.1
Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan
kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan
sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap
prilaku
kesehatan seseorang. Tingkat pendidikan merupakan salah satu elemen
penting dalam
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan.
Pengetahuan
yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi
keputusan untuk
berprilaku sehat. Indikator angka partisipasi sekolah merupakan
indikator pendidikan
yang mengukur tingkat partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok
umur
sekolah atau jenjang pendidikan tertentu. Angka partisipasi sekolah
ini mempunyai
korelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak
bersekolah atau
mendapatkan pendidikan secara tidak langsung mendekatkan mereka
pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada
kemiskinan.2
Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis
untuk
mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang
efektif untuk
mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat
diajarkan tentang
maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya. Selain
itu, usia sekolah
(termasuk kelompok usia dini) merupakan masa keemasan untuk
mena-namkan nilai-
nilai PHBS dan berpotensi sebagai agent of change untuk
mempro-mosikan PHBS
baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. PHBS di
Sekolah adalah
upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah agar
tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan
aktif dalam mewujudkan Sekolah Sehat.3
Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan
yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga dapat
menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan kesehatan di
masyarakat.4 PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit,
meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di sekolah
yaitu, mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan
sabun,
mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban
yang bersih
dan sehat, olah raga yang teratur dan terukur, memberantas jentik
nyamuk, tidak
merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6
bulan,
membuang sampah pada tempatnya.5
Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan dimasa
depan
yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Sekolah selain
berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi tempat
penularan
penyakit. Selain itu, usia anak sekolah dasar juga merupakan masa
rawan terserang
berbagai penyakit.6
Menurut penelitian Diana, mengenai pelaksanaan program prilaku PHBS
di
SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun tahun 2013 didapatkan hasil
persentase anak
yang memiliki sikap negatif dengan tidak melakukan PHBS lebih
tinggi yaitu 60%
dibandingkan dengan anak yang bersikap positif yaitu 40%.7
Penelitian yang dilakukan Tinuk dan hanan, tentang faktor-faktor
yang
berhubungan dengan praktik sanitasi melalui prilaku hidup bersih
dan sehat pada
siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik tahun 2016, didapatkan
hasil bahwa
persentase terbesar pengetahuan pada kategori baik terdapat pada
pelaksanaan
PHBSnya yang buruk (56,3%). Hasil pengujian hipotesis diketahui
nilai ρ=0,037 > α
(0.001) yang artinya ada hubungan pengetahuan PHBS siswa dengan
pelaksanaan
PHBS disekolah.8
Sedangkan dalam penelitian Lina, tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
(PHBS) siswa di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang Tahun
2014
menunjukkan bahwa pengetahuan terendah terdapat pada penggunaan
jamban bersih
dan sehat, yaitu sebesar 67,6%, sebesar 56,3% siswa bersikap tidak
menerima untuk
jajan sehat di kantin sekolah dan sebanyak 100% siswa tidak
melaksanakan jajan
sehat di kantin sekolah.9
Berdasarkan Depkes RI pada tahun 2016 jumlah anak se
Indonesia
berdasarkan umur (7-12 tahun) sebanyak 27.574.728 anak, baik yang
berjenis
kelamin perempuan maupun laki-laki. Sedangkan data anak sekolah
pada usia (7-12
tahun) di profinsi sumatera barat berjumlah 620.404 anak.7
Sedangkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Padang pada tahun 2017 jumlah anak SD/MI sebesar
77.074 siswa
dengan persentase 9,94%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa di kota
padang perlu
dilakukannya PHBS terhadap siswa agar terciptanya generasi penerus
bangsa yang
paham dan mawas diri akan hidup bersih dari dini.10
Berdasarkan hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang 2017,
kasus
Diare yang ditangani sebanyak 7.800 orang dari 25.029 orang target
penemuan.
Sedangkan, puskesmas Air Tawar didapatkan kejadian Diare yang
ditangani
berjumlah 384 kasus dari 831 orang target penemuan. Pada tahun
berikutnya yaitu
2018, puskesmas Air Tawar didapatkan penemuan kejadian Diare
sebanyak 842
kasus. Dari 22 Puskesmas di Kota Padang, Puskesmas Air Tawar
merupakan
puskesmas yang paling rendah angka partisipasi sekolah dalam
penjaringan cakupan
pelayanan kesehatannya sebesar 388 murid dengan persentase (89,84%)
padahal
jumlah murid yang ada diwilayah tersebut tercatat sebanyak 433
murid atau sebesar
(100%). Di tahun 2018, cakupan pelayanan kesehatan peserta didik di
seluruh SD di
Kota Padang sudah mencapai 100%. Dari data hasil inspeksi kesehatan
lingkungan
sekolah di puskesmas air tawar tahun 2018 ada 5 sekolah yang tidak
memenuhi target
pencapaian 70%. Diantara nya yaitu SDIT Nurul Ikhlas (62.00%), SDN
25 Air Tawar
Selatan (67.00%), SDIT Buah Hati (47.52%), SDN 09 Air Tawar Barat
(60.00%),
SDN 19 Air Tawar Barat (60.00%).
Puskesmas Air Tawar mempunyai wilayah kerja kurang lebih 3,28 Km2,
yang
terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Air Tawar Barat,
Kelurahan Air Tawar
Timur, dan Kelurahan Ulak Karang Utara. Di Puskesmas Air Tawar
terdapat
penduduk sebanyak 30.380 jiwa yang terdiri dari 15.177 jiwa
laki-laki dan 15.230
jiwa perempuan. Dari sisi pelayanan pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Air
Tawar terdapat 9 Taman Kanak-kanak (TK), 15 Sekolah Dasar (SD), 3
SMP, 3 SMA,
DAN 3 Perguruan Tinggi (PT). Dari 15 SD yang tersebar diwilayah
Puskesmas Air
Tawar, terdapat 5 SD dikelurahan Air Tawar Timur, 8 SD di kelurahan
Air Tawar
Barat, dan 2 SD di kelurahan Ulak Karang Utara.11
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1429 tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah, fasilitas sarana
sanitasi sekolah
diantaranya berupa toilet, sarana pembuangan sampah, serta kantin
sekolah. Proporsi
jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 orang siswa dan 1 wc
untuk 25 orang
siswi, letak toilet harus terpisah dari ruang kelas; ruang UKS; dan
ruang guru.
Tersedianya toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan,
toilet dalam keadaan
bersih serta tidak adanya genangan di lantai toilet. Selanjutnya
kantin, kantin harus
tersedia wastafel untuk cuci tangan dan bebas dari sumber
pencemaran, tersedianya
tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang mengalir,
tersedianya
tempat penyimpanan makanan dan lokasi warung/kantin sekolah minimal
berjarak 20
m dengan TPS. Lalu tempat sampah harus tersedia disetiap ruangan
yang dilengkapi
dengan tutup, tersedia TPS sementara untuk memudahkan pengangkutan
sampah,
peletakan tempat pengumpulan sampah sementara dengan ruang kelas
berjarak
minimal 10 m 12
Dari 15 Sekolah Dasar yang telah dilakukan pengkajian, ada 5 SD
yang
partisipasi sekolah nya rendah dalam menunjang pelaksanaan PHBS di
lingkungan
sekolah. Masalah yang ditemukan di lapangan berupa kurangnya
pengetahuan siswa
terhadap pelaksanaan PHBS, dan perilaku tidak sehat yang diadopsi
dari rumah di
bawa kesekolah yang didukung dengan kurangnya fasilitas sarana
sanitasi sekolah,
diantaranya toilet, kantin, dan tempat sampah. Hal ini akan
berimbas pada prilaku dan
sikap siswa dalam melaksanakan PHBS di sekolah.
Oleh karena itu berdasarkan dari masalah diatas, maka peneliti akan
meneliti
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan PHBS Pada Siswa
SD di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang. Yang mana
faktor-faktornya yaitu
pengetahuan siswa terhadap pelaksanaan PHBS, sikap siswa terhadap
pelaksanaan
PHBS serta jamban terhadap pelaksanaan PHBS, kantin terhadap
pelaksanaan PHBS,
dan tempat sampah terhadap pelaksanaan PHBS. Penelitian ini
dilakukan pada siswa
kelas IV dengan alasan bahwa kelompok tersebut sudah bisa dan mudah
untuk
menerima informasi, kelas IV merupakan kelompok belajar yang
mudah
mengaplikasikannya secara langsung, dan kelas IV merupakan usia
produktif untuk
dibina sejak dini akan penerapan PHBS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian
ini adalah Bagaimana Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan PHBS
Pada Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini
adalah
sebagai berikut:
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan
PHBS Pada Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tahun
2019
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pelaksanaan PHBS sekolah
pada
siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tahun
2019
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan siswa SD di
Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap siswa SD di Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan jamban SD di
Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan kantin SD di
Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan tempat sampah
SD di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
g. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan siswa dengan
pelaksanaan
PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tahun
2019
h. Untuk mengetahui hubungan sikap siswa dengan pelaksanaan PHBS di
SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
i. Untuk mengetahui hubungan pengunaan jamban dengan
pelaksanaan
PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tahun
2019.
j. Untuk mengetahui hubungan penggunaan kantin dengan
pelaksanaan
PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tahun
2019.
pelaksanaan PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Tersedianya data tentang hubungan pengetahuan, sikap, jamban,
kantin,
dan tempat sampah dengan pelaksanaan PHBS pada siswa SD Kota
Padang
di Perpustakaan Politeknik Kementerian Kesehatan Padang.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam merealisasikan
program
prilaku hidup bersih dan sehat dimasa mendatang.
3. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi puskesmas
dalam
pemantauan pelaksanaan PHBS di sekolah.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam
melakukan
penelitian yang serupa di bidang Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan
Pelaksanaan PHBS Pada Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air
Tawar
Kota Padang Tahun 2019 dimasa mendatang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan diteliti yaitu pengetahuan, sikap,
jamban,
kantin dan tempat sampah terhadap pelaksanaan PHBS pada siswa SD
kelas IV di SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian PHBS13
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup
keluarga
yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh
anggota
keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar
kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri
dibidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan
di masyarakat merupakan pengertian lain dari PHBS.
2. Ruang Lingkup PHBS13
dengan pedoman perilaku sehat meliputi lima ruang lingkup:
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
di
masyarakat.
10 PHBS dirumah tangga yaitu:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi ASI ekslusif
4) Menggunakan air bersih
6) Menggunakan jamban sehat
8) Makan buah dan sayuur setiap hari
9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi
Kesehatan
Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk
kegiatan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti rumah sakit,
Puskesmas,
dan klinik swasta. Jadi, PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya
untuk
memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar
tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif
dalam
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan
penyakit di Institusi Kesehatan.
PHBS di Institusi Keehatan yaitu:
1) Menggunakan air bersih
4) Tidak merokok di institusi kesehatan
5) Tidak meludah sembarangan
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat-Tempat
Umum
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar
tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif
dalam
mewujudkan tempat-tempat umum yang sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk
menilai
PHBS di tempat-tempat umum yaitu:
1) Menggunakan air bersih
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri
mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif
dalam
mewujudkan lingkungan sehat.
1) Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
2) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4) Olah raga yang teratur dan terukur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok disekolah
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6
bulan
8) Membuang sampah pada tempatnya.
e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja
PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para
pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat
kerja
sehat.
2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
3) Melakukan olah raga secara teratur/aktifitas fisik
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan
dan
sesudah buang air besar dan bunag air kecil
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Menggunakan air bersih
8) Membuang sampah pada tempatnya.
B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah14
1. Pengertian PHBS
sekolah (usia 6-10), ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh
karena
itu penanaman nilai-nilai PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak
dan
dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS).
PHBS disekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam
mewujudkan
lingkungan sehat.
besar yaitu 30% dari jumlah penduduk indonesia merupakan masa
keemasan
untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga
anak
sekolah berpotensi sebagai agent perubahan untuk mempromosikan
PHBS,
baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di masyarakat.
2. Indikator PHBS
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
d. Olah raga yang teratur dan
e. terukur
f. Memberantas jentik nyamuk
g. Tidak merokok disekolah
h. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6
bulan
i. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan PHBS
Penyebab rendahnya atau menurunnya pelaksanaan PHBS di
pengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor perilaku dan non perilaku fisik
b. Faktor sosial ekonomi
d. Faktor geografi
4. Sasaran Pembinaan PHBS
didik; warga sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, karyawan
sekolah,
komite sekolah dan orang tua siswa/peserta didik; masyarakat
lingkungan
sekolah (penjaga kantin, satpam,dan lain-lain).
5. Kepmenkes RI Nomor 1429/MENKES/SK/XII/200612
Menurut Kepmenkes RI no. 1429 th 2009 tentang pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah, fasilitas sanitasi
sekolah
meliputi:
syarat sesuai dengan kepmenkes 416 thn 1990, serta jarak
sumur/sarana
air bersih dengan sumber pencemaran (sarana pembuangan air
limbah,
septick tank, tempat pembuangan sampah akhir, dll) minimal 10
m.
b. Toilet
Letak toilet terpisah dari ruangan lainnya, toilet pria dan wanita
dipisah
satu sama lain, toilet harus dalam keadaan bersih, lantai toilet
tidak ada
genangan air, proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir
untuk
siswa dan 1 wc untuk 25 orang siswi, tersedia lubang penghawaan
yang
langsung berhubungan dengan udara luar, dan bak penampung air
harus
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Tersedia pembuangan air limbah yang terpisah dengan saluran air
hujan,
saluran terbuat dari bahan kedap air dan tertutup, keberadaan
SPAL
tidak mencemari lingkungan, tersedianya SPAL yang memenuhi
syarat,
serta air dibuang melalui tangki septik dan kemudian diresapkan
ke
dalam tanah.
tutup, tersedia TPS dari seluruh ruangan unutk memudahkan
pengangkutan sampah, peletakan tempat pembuangan/pengumpulan
sampah sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m
e. Kantin/Warung Sekolah
Tersedianya tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air
yang
mengalir, tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin
sekolah,
tersedia tempat untuk bahan makanan, tersedia tempat untuk
penyimpanan makanan jadi/siap saji yang tertutup, tersedia
tempat
untuk penyimpanan peralatan makanan dan minuman, lokasi
warung/kantin sekolah minimal berjarak 20 m dengan TPS
(tempat
pengumpulan sampah sementara).
peruntukannya, tempat penyimpanan makanan yang dijual pada
warung
sekolah/kantin harus terpelihara dan selalu dalam keadaan
bersih,
terlindung dari debu, terhindar dari bahan kimia serta serangga
dan
hewan lainnya.
Perilaku merupakan faktor ke-2 terbesar setelah faktor lingkungan
yang
mempengaruhi derajat kesehatan. (Blum, 1974) oleh karena itu dalam
rangka
membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi dan upaya
yang
ditunjukkan pada faktor ini sangat strategis.15
1. Teori Lawrence Green
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku
(non-
behavior causes).
a. Faktor pendorong (Predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuhan dan sikap masyarakat
terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,
tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau
fasilitas kesehatan dan media pengetahuan kesehatan bagi
masyarakat,
misalnya air bersih,tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan
tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktik
swasta, dan
sebagainya. Untuk berprilaku sehat masyarakat harus memerlukan
sarana
prasarana yang mendukung.
Faktor ini meliputi faktor sikap dan prilaku tokoh masyarakat,
tokoh
agama, dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undang-undang,
peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun dari pemerintahan
daerah,
yang terkait dengan kesehatan. Untuk perilaku sehat, masyarakat
kadang-
kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta
dukungan
fasilitas saja, melainkan diperlukan prilaku contoh (acuan) dari
tokoh
adat, tokoh masyarakat terlebih lagi petugas kesehatan. Disamping
itu
undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku
masyarakat
tersebut.
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan
sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu,
ketersediaan
fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Skema 2.1 Teori L. Green
Faktor predisporsing:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai
5. Pendidikan
berkomunikasi dengan organisme. Keberhasilan perubahan prilaku
yang
terjadi sangat ditentukan kualitas dari sumber (misalnya gaya
bicara,
kreadibilitas, dan kepemimpinan). Prilaku dapat berubah jika
stimulus yang
diberikan melebihi stimulus semula atau dapat meyakinkan
organisme,
sehingga peran faktor pendorong menjadi sangat penting untuk
meyakinkan
organisme.
organisme yang memiliki tiga kategori yaitu perhatian, pengertian,
dan
penerimaan. Lalu dari tiga kategori organisme tersebut menghasilkan
reaksi
yang berupa perubahan perilaku seseorang. Setelah perubahan
perilaku
tersebut, maka akan berubah pula praktiknya.
Intervensi faktor prilaku dilakukan melalui 2 upaya, yaitu:
1) Paksaan
tekanan, paksaan. Upaya ini bisa berbentuk undang-undang, industri,
dan
secara langsung melalui tekanan (fisik maupun non fisik),
sanksi-sanksi, dan
sebagainya. Cara ini menimbulkan dampak yang langsung
terhadap
perubahan perilaku tapi pada umumnya perubahan hanya
berlangsung
sementara karena cara ini tidak disadari oleh pengertian dan
kesadaran yang
tinggi terhadap tujuan prilaku tersebut dilaksanakan.15
2) Pendidikan
memberikan kesadaran, dan sebagainya. Cara ini membutuhkan waktu
yang
lebih lama, tetapi jika prilaku tersebut berhasil diadopsi maka
akan bertahan
untuk waktu yang lama bahkan, selama hidup orang yang menjadi
sasaran.15
3. Pengetahuan5
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang
melakukan pengindraan terhadap suatu tertentu. Pengindraaan
terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh
melalui mata dan telinga.
1) Tahu (know)
sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau
ransangan
yang telah diterima.
2) Memahami (comprehesion)
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat
menginterprestasikan materi secara benar.
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) ialah
dapat
menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
4) Analisis (analysis)
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu
dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan
kata kerja seperti dapat menggunakan dan menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainnya.
5) Sintesis (synthesis)
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formasi-formasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
suatu kriteria yang telah ada.
b. Cara memperoleh pengetahuan
pengetahuan sepanjang sejarah.
2) Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat
ini
lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh
kesimpulan
dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan
membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek
penelitiannya.
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional
terhadap stimulus sosial.
1. Menerima (receiving)
stimulus yang diberikan (objek).
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (respponsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segal
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
5. Praktik/Tindakan15
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata,
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara
lain adalah fasilitas.
1. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.
2. Mekanisme ( mecanism)
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah
mencapai praktik tingkat dua.
dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya
tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
faktor, penulis menggunakan teori L. Green tentang aspek yang
mempengaruhi
perilaku terdiri dari faktor predisporsing, reinforcing, dan
enabling.
Skema 2.3 Kerangka Teori Laurace Green
(Sumber: L. Green dalam Soekidjo Notoatmodjo; 2003)
Faktor predisporsing:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai
5. Pendidikan
penelitian sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan pelaksanaan
PHBS
di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019.
Dengan nilai p=0.885 > 0.05
2. Ada hubungan antara sikap siswa dengan pelaksanaan PHBS di
SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
Dengan
nilai p=0.034 < 0.05
3. Tidak ada hubungan penggunaan jamban dengan pelaksanaan PHBS di
SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
Dengan
nilai p=0.083> 0.05
4. Ada hubungan penggunaan kantin dengan pelaksanaan PHBS di
SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
Dengan
nilai p=0.022 < 0.05
5. Ada hubungan penggunaan tempat sampah dengan pelaksanaan PHBS
di
SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
Dengan
nilai p=1.00 > 0.05
sekolah
mengenai perilaku hidup
Kuesioner Wawancara Skor
siswa dalam PHBS
dipergunakan siswa untuk
BAB agar tercapainya
pergunakan oleh siswa
untuk berbelanja makanan
dan minuman agar
jenis sequential eksplanatory. Pada penelitian ini dilakukan
penggabungan
metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan,
dimana pada
tahap pertama penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
kuantitatif
dan pada tahap kedua dilakukan dengan metode kualitatif. Paradigma
yang
digunakan adalah QUAN yaitu (dominant quantitative study
component),
dimana metode dominan digunakan adalah metode kuantitatif,
metode
kualitatif digunakan untuk melengkapi analisis dari hasil
kuantitatif.
Metode kuantitatif pada penelitian ini menggunakan desain
cross
sectional dengan analisis Bivariat. Pada analisis Bivariate akan
menghasilkan
hubungan Variabel Independen, Varabel Confounding dengan
Variabel
Dependen. Selanjutnya, dilakukan penelitian dengan metode
kualitatif pada
key informan untuk menggali informasi mengenai faktor yang
paling
berpengaruh/ dominan terhadap pelaksanaan PHBS. Pada tahap
akhir
dilakukan interpretasi untuk mengambil kesimpulan secara
menyeluruh
terhadap faktor yang mempengaruhi PHBS.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 5 SD wilayah kerja Puskesmas
Air
Tawar. Yang mana 5 SD tersebut yaitu SDIT Nurul Ikhlas, SDN 25
Air
Tawar Selatan, SDIT Buah Hati, SDN 09 Air Tawar Barat, SDN 19
Air
Tawar Barat.
Juni 2019 termasuk tahap survey pendahuluan, pelaksanaan
penelitian
dan pembuatan laporan.
Populasi dalam penelitian kuantitatif adalah semua siswa kelas
IV
yang ada di 5 SD wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Tahun 2019
sebanyak 181 orang siswa.
Populasi dalam penelitian kualitatif adalah kepala sekolah yang
ada
di 5 SD, guru UKS yang ada di 5 SD, Petugas Bagian Kesling di
Puskesmas Air Tawar.
ditentukan dengan rumus (Soekidjo Notoadmodjo) :
Dimana : n = Besar Sampel
Pengolahan rumus: n= )(1 2dN
N
Jadi, sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 64
siswa.
Untuk menentukan besar sampel di masing-masing sekolah
digunakan proporsi yaitu dengan rumus:
Tabel 3.1
Distribusi Sampel Siswa Sekolah Dasar Kelas IV di Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2018
No Nama Sekolah Dasar
23
8
16
9
8
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.18
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi:
3. Responden dalam dalam keadaan sehat
4. Responden mampu berkomunikasi dengan baik
5. Responden murid kelas IV yang berada di SD saat
pengumpulan
data
Kualitatif
sampling yaitu teknik pengambilan informan sebagai sumber data
dengan
pertimbangan sebagai berikut18 :
1. Informan adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa
yang
sedang diteliti oleh peneliti.
2. Informan adalah orang yang terlibat dalam Pelaksanaan PHBS di
sekolah.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka informan penelitian ini
adalah
Kepala Sekolah di 5 SD, Guru UKS di 2 SD, serta Petugas Bagian
Kesling di
Puskesmas Air Tawar. Karena adanya keterbatasan dalam pengadaan
guru
UKS disekolah, maka sampel guru UKS hanya di ambil di 2 sekolah
saja.
D. Teknik Pengumpulan Data16
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dalam bentuk data primer dan
data
sekunder.
meliputi data pengetahuan siswa, sikap siswa, jamban, kantin, serta
tempat
sampah tentang pelaksanaan PHBS di sekolah.
Kualitatif
Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan informan yaitu
orang
yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tempat
penelitian.
Pemilihan informan didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat
oleh peneliti sendiri berdasarkan tujuan dan masalah penelitian.
Selain itu
dalam menentukan jumlah informan penelitian dilakukan pembatasan
hingga
peneliti menilai data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat
kesesuaian
(appropriateness), kecukupan (adequacy) serta tidak terdapat hal
baru yang
dapat dikembangkan (saturation)
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data dari profil
kesehatan Kota
Padang tahun 2017, dan inspeksi sanitsi sekolah Puskesmas Air
Tawar.
E. Metode Pengolahan Data dan Pengumpulan Data16
Kuantitatif
melalui beberapa tahapan, diantaranya:
a. Menyunting data (editing)
apakah jawaban sudah jelas, lengkap, konsisten dan relevan.
b. Mengkode data (coding)
Coding dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat pada saat
analisis data dan entri data. Menurut buku metodologi penelitian
yang
dikarang oleh Suharsimi Arikunto tahun 200619 diantaranya:
a) Variabel pelaksanaan PHBS diberi kode 1 baik, jika nilai
total/skor
≥ 70% dan kode 0 buruk, jika nilai total/skor < 70%
b) Variabel pengetahuan diberi kode 1 tinggi, jika nilai total/skor
≥
70% dan kode 0 rendah: jika nilai total/skor < 70%
c) Variabel sikap diberi kode 1 positif, jika nilai total/skor ≥
70%dan
kode 0 negatif, jika nilai total/skor < 70%
d) Variabel jamban diberi kode 1 baik, jika nilai total/skor ≥ 70%
dan
kode 0 Buruk, jika nilai total/skor < 70%
e) Variabel kantin diberi kode 1 memenuhi syarat, jika nilai
total/skor
≥ 70% dan kode 0 tidak memenuhi syarat, jika nilai total/skor
<
70%
f) Variabel tempat sampah diberi kode 1 memenuhi syarat, jika
nilai
total/skor ≥ 70% dan kode 0 tidak memenuhi syarat, jika nilai
total/skor < 70%
c. Memasukkan data (entry)
Data dientri ke dalam program agar data dapat dianalisis. Proses
ini
dilakukan menggunakan komputer.
kelengkapan data yang telah dientri, untuk memastikan bahwa data
telah
bersih dari kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca
kode
sehingga data dapat dianalisis.
Penyajian data dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
tabel
silang.
Kualitatif
dalam suatu penelitian. Di dalam penelitian ini, pengumpulan data
dilakukan
pada sumber data primer dan sumber data sekunder. Kedua sumber
data
tersebut dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik atau
metode
sebagai berikut:
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur
(Guided interview) yaitu pada waktu melakukan wawancara, sebuah
panduan
wawancara disiapkan untuk memastikan semua topik yang akan
ditanyakan
sudah termasuk dalam wawancara tersebut. Wawancara ini termasuk
dalam
kategori Indepht interview. Dimana dalam pelaksanaannya lebih
bebas
dibandingkan dengan wawancara terstrukutur, pewawancara
membawa
panduan pertanyaan lengkap dan terperinci.
Repsonden boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau
pikirannya. Lama interview juga tidak ditentukan dan diakhiri
menurut
keinginan pewawancara. Pewawancara memperoleh gambaran lebih
luas
tentang masalah yang diteliti karena setiap responden bebas
meninjau
berbagai aspek menurut pendirian dan pikiran masing-masing dan
dengan
demikian dapat memperkaya pandangan peneliti.20
F. Analisis Data
komputer dimana meliputi:
a. Analisis Univariat
menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau
proporsi
dari variabel dependen (pelaksanaan PHBS), variabel
independen
(pengetahuan, sikap) serta variabel confounding (jamban, kantin,
tempat
sampah)
menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=
0,05).
Jika p ≤ 0,05 maka ada hubungan antara variabel independen
dengan
variabel dependen. Sedangkan bila p > 0,05 maka tidak ada
hubungan
antara variabel independen dan variabel confounding dengan
variabel
dependen.18
Kualitatif
membandingkan temuan dengan teori-teori yang ada pada tinjauan
pustaka,
dan analisis segera dilakukan setelah dilakukan wawancara
untuk
menghindari kesalahan yang mungkin timbul.20
G. Instrumen penelitian
dibagikan kepada siswa untuk dijadikan bahan acuan dalam penelitian
ini.
Kualitatif
mengumpulkan data. Berikut instrument yang digunakan peneliti
dalam
penelitian ini:
2. Pedoman wawancara yaitu garis besar pertanyaan yang
berhubungan
dengan objek penelitian;
3. Buku catatan, digunakan untuk mencatat setiap hasil wawancara
dan
diskusi dengan informan;
atau sumber data sehubungan dengan objek penelitian;
5. Kamera, digunakan untuk memotret pada saat peneliti sedang
melakukan
wawancara dengan informan dan untuk mendokumentasikan dengan
objek
lain18
Alur penelitian pelaksanaan PHBS pada SD di Wilayah Kerja
Puskesmas
Air Tawar Kota Padang Tahun 2019 adalah:
Skema 3.2 Alur Penelitian mix methode17
Quantitative
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Air Tawar mempunyai wilayah kerja kurang lebih 3,28 Km2,
yang
terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Air Tawar Barat,
Kelurahan Air Tawar
Timur, dan Kelurahan Ulak Karang Utara. Di Puskesmas Air Tawar
terdapat
penduduk sebanyak 30.380 jiwa yang terdiri dari 15.177 jiwa
laki-laki dan 15.230
jiwa perempuan. Dari sisi pelayanan pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Air
Tawar terdapat 9 Taman Kanak-kanak (TK), 15 Sekolah Dasar (SD), 3
SMP, 3 SMA,
DAN 3 Perguruan Tinggi (PT). Dari 15 SD yang tersebar diwilayah
Puskesmas Air
Tawar, terdapat 5 SD dikelurahan Air Tawar Timur, 8 SD di kelurahan
Air Tawar
Barat, dan 2 SD di kelurahan Ulak Karang Utara.
Sekolah Dasar (SD) yang menjadi lokasi penelitian adalah SDIT Nurul
Ikhlas,
SDN 25 Air Tawar Selatan, SDIT Buah Hati, SDN 09 Air Tawar Barat,
dan SDN 19
Air Tawar Barat, yang merupakan siswa kelas IV. Lima Sekolah Dasar
(SD) yang
menjadi lokasi penelitian memiliki sarana sanitasi yang belum
memenuhi syarat, serta
perilaku siswa dalam PHBS yang kurang baik.
1. Jamban
Berdasarkan proporsi jamban dengan jumlah siswa di lokasi
penelitian, terdapat
2 sekolah yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmenkes
RI No 1429
tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan
sekolah, yang
mana syaratnya 1 urinoir untuk 40 siswa dan 1 wc untuk 25 siswi.
SDN 25 Air
Tawar Selatan hanya memiliki jamban 1 pria dan 1 wanita yang mana
jumlah
muridnya adalah 61 siswa, 47 siswi. SDN 19 Air Tawar Barat juga
memiliki jamban
1 pria dan 1 wanita dengan jumlah murid 82 siswa dan 59 siswi.
Sedangkan 3 sekolah
yang menjadi lokasi penelitian telah memenuhi persyaratan. Seperti
SDIT Buah Hati
memiliki jamban 7 pria dan 7 wanita dengan jumlah murid 149 siswa
dan 117 siswi.
SDIT Nurul Ikhlas memiliki jamban 4 pria dan 4 wanita dengan jumlah
murid 115
siswa dan 126 siswi. SDN 09 Air Tawar Barat memiliki jamban 3 pria
dan 3 wanita
dengan jumlah murid 78 siswa dan 86 siswi.
Berdasarkan hasil observasi di 5 SD, ada 3 SD yang toiletnya dalam
keadaan
kotor pada saat observasi yang mana 3 SD tersebut yaitu SDIT Buah
Hati, SDN 19
ATB, SDN 09 ATB. Ada 2 sekolah yang tidak menggunakan slogan di
dalam
toiletnya yaitu SDN 25 ATS. Dan rata-rata di 5 SD tersebut tidak
ada menyediakan
sabun untuk cuci tangan di dalam toilet. Pada saat observasi, semua
sekolah yang
dilakukan penelitian telah ada ventilasi di toiletnya, serta telah
terdapat alat
kebersihan didalam sekolah.
2. Kantin
Berdasarkan hasil observasi di lokasi penelitian, makanan jajanan
yang dijual di
SD tidak ada yang dalam keadaan terbungkus, serta kantin sekolah
tidak mempunyai
wastafel untuk cuci tangan. Kantin dalam keadaan bersih hanya
terdapat pada 2 SD
yaitu SDIT Buah Hati dan SDIT Nurul Ikhlas. Rata-rata semua kantin
di lokasi
penelitian banyak lalat kecuali SDIT Buah Hati. Ada satu sekolah
yang lokasi
kantinnya dekat dengan TPS yaitu SDN 09 ATB.
3. Tempat Sampah
Berdasarkan hasil observasi tempat sampah, ada 2 SD yang hanya
memenuhi
persyaratan yaitu SDIT Buah Hati dan SDN 25 ATS. Setiap lokasi
penelitian sudah
terdapat tempat sampah di setiap ruangan. Tetapi ada juga sekolah
yang belum ada
tempat sampah di luar ruangan yaitu SDIT Nurul Ikhlas, dan SDN 19
ATB.
Tabel 4.1
Populasi Kelas IV di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
No Nama Sekolah Dasar
2 SDN 25 Air Tawar Selatan 22
3 SDIT Buah Hati 46
4 SDN 09 Air Tawar Barat 25
5 SDN 19 Air Tawar Barat 23
JUMLAH 181
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui SDIT Nurul Ikhlas mempunyai siswa
terbanyak
yaitu 65 siswa, diikuti oleh SDIT Buah Hati dengan 46 siswa.
B. Karakteristik Responden
a) Umur Responden
responden berdasarkan umur seperti pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Pada SD di Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang
No Umur Responden Frekuensi
Total 64 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui umur responden paling dominan yaitu
9 tahun
dengan persentase 85.9%.
b) Jenis Kelamin
responden berdasarkan jenis kelamin seperti pada tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.3
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Jenis kelamin
C. Karakteristik Informan
wawancara mendalam (Indepth Interview).
1 Inf.1 Laki-laki Kepala sekolah SDIT Buah Hati
2 Inf.2 Laki-laki Kepala sekolah SDIT Nurul Ikhlas
3 Inf.3 Perempuan Guru UKS Nurul Ikhlas
4 Inf.4 Perempuan Kepala sekolah SDN. 25 Air
tawar Selatan
Selatan
Tawar Barat
Tawar Barat
Puskesmas Air Tawar
Ket: inf=informan
karena adanya keterbatasan dalam pengadaan guru UKS di sekolah
dasar, maka
informan yang diambil hanya pada sekolah dasar yang mempunyai guru
UKS.
D. Hasil Penelitian
a. Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi
frekuensi
responden berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada
SD seperti pada
tabel 4.5 berikut:
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja
Puskesmas
Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
No PHBS Frekuensi
Total 64 100.0
Pada tabel 4.5 diketahui sekolah dasar yang ber PHBS buruk
memiliki
persentase sebesar 51.6% lebih banyak dibandingkan yang ber PHBS
baik dengan
persentase 48.4%. Hasil PHBS pada SD ini diperoleh dari 10
pertanyaan yang dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PHBS Pada SD Menurut
Pertanyaan
Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019.
No Pernyataan Ya Tidak
f % f %
1 Cuci tangan sebelum dan sesudah makan 43 67.2 21 32.8
2 Cuci tangan dengan sabun setelah BAB 41 64.1 23 35.9
3 Membeli jajanan di kantin sekolah yang
bersih 37 57.8 27
6 Memberantas jentik dengan 3M 31 48.4 33 51.6
7 Tidak merokok disekolah 32 50 32 50
8 Menimbang BB dan mengukur TB secara
teratur 57 89.1 7
10 Memilah sampah basah dan kering 36 56.2 28 43.8
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling
sedikit
terjawab dengan benar oleh responden adalah memberantas jentik
dengan 3M dengan
persentase 48.4% dan tidak merokok disekolah sebesar 50%.
b) Pengetahuan
responden berdasarkan pengetahuan tentang pelaksanaan PHBS pada SD
seperti pada
tabel 4.6 berikut:
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas
Air
Tawar Kota Padang Tahun 2019.
No Pengetahuan Frekuensi
persentase 75% mengenai pelaksanaan PHBS pada SD. Hasil pengetahuan
responden
ini diperoleh dari rekapan pertanyaan yang terdiri dari 10
pertanyaan, seperti pada
tabel 4.8 berikut ini:
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
No Pernyataan Ya Tidak
f % f %
1 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 61 95.3 3 4.7
2 Kantin sekolah bersih untuk berbelanja 46 71.9 18 28.1
3 BAB di WC tertutup 34 53.1 30 46.9
4 Olahraga 2x dalam seminggu 55 85.9 9 14.1
5 3M cara memberantas jentik nyamuk 38 59.4 26 40.6
6 Merokok bisa mengganggu kesehatan 61 95.3 3 4.7
7 Mengetahui berat badan dan menimbang berat
badan secara teratur 40 62.5 24 37.5
8 Jenis tempat sampah adalah organik dan non
organik 63 98.4 1 1.6
9 Banjir menyebabkan got tersumbat 34 53.1 30 46.9
10 Tidak bau, bewarna, keruh, dan berasa adalah
ciri-ciri air bersih 33 51.6 31 48.4
Berdasarakan tabel 4.8 dapat dilihat pertanyaan yang paling sedikit
di jawab
benar oleh responden adalah tidak bau, bewarna keruh, dan berasa
adalah ciri-ciri air
bersih dengan persentase 51.6% dan BAB di tempat tertutup serta
banjir
menyebabkan got tersumbat memiliki persentase sama sebesar
53.1%.
c) Sikap
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan distribusi
frekuensi
responden berdasarkan sikap tentang pelaksanaan PHBS pada SD
seperti pada tabel
4.9 berikut:
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Sikap Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air
Tawar
Kota Padang Tahun 2019.
Pada tabel 4.9 diketahui distribusi frekuensi sikap responden
negatif lebih
dominan terhadap sikap positif dengan persentase 64.1% terhadap
pelaksanaan PHBS
pada SD. Hasil sikap responden mengenai pelaksanaan PHBS ini
didapatkan dari
rekapan pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan positif dan 5
pertanyaan negatif.
Seperti pada tabel 4.10 dan 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Sikap Positif Responden Menurut Pertanyaan
Mengenai
Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Kota
Padang Tahun 2019
No Pernyataan Setuju
tangan dengan sabun
17 26.6
2 Membeli jajanan yang bersih dan sehat di kantin 32 50
3 Tempat BAB adalah WC sekolah 64 100
4 Minimal berolahraga 2x dalam seminggu 59 92.2
5 3M bisa memberantas jentik nyamuk 23 35.9
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa sikap responden yang
menyetakan
setuju tempat BAB adalah wc sekolah yaitu 100%, dan minimal
berolahraga 2x
dalam seminggu yaitu 92.2%.
Distribusi Frekuensi Sikap Negatif Responden Menurut Pertanyaan
Mengenai
Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Kota
Padang Tahun 2019
1 Merokok tidak mengganggu kesehatan 22 34.4
2 Menimbang BB dan mengukur TB tidak ada gunanya 64 100
3 Tempat sampah tidak perlu dipisah antara basah/kering 28
43.8
4 Saluran limbah tidak perlu disekolah 3 4.7
5 Air bersih tidak harus tersedia di sekolah 17 26,6
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa sikap negatif responden
yang
menyatakan tidak setuju saluran limbah tidak perlu disekolah yaitu
4.7% dan air
bersih tidak harus disekolah sebanyak 26.6%.
d) Jamban
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi
frekuensi
responden berdasarkan jamban terhadap pelaksanaan PHBS di SD
seperti pada tabel
4.12 berikut:
Tabel 4.12
Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang
Tahun 2019
2 Memenuhi syarat 27 42.2
Total 64 100.0
Pada tabel 4.12 diketahui hasil penelitian jamban pada SD
terhadap
pelaksanaan PHBS, yang tidak memenuhi syarat memiliki persentase
lebih besar
yaitu 57.8% dari pada yang memenuhi syarat dengan persentase
42.2%.
Tabel 4.13
Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Kota
Padang Tahun 2019
2 Ada slogan untuk menjaga kebersihan 28 43.8 36 56.2
3 Ada sabun untuk mencuci tangan 19 29.7 45 70.3
4 Toilet terpisah antara laki laki dan wanita 49 76.6 15 23.4
5 Lantai toilet tidak tergenang air 30 46.9 34 53.1
6 Adanya ventilasi di sekolah 57 89.1 7 10.9
7 Terdapat alat kebersihan seperti gayung, sikat,
dan ember 61 95.3 3 4.7
Berdasarkan tabel 4.13 dapat di lihat pertanyaan yang paling
sedikit di jawab
benar oleh responden tentang penggunaan jamban adalah adanya sabun
untuk
mencuci tangan dengan persentase 29.7%
e) Kantin sekolah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi
frekuensi
responden berdasarkan kantin terhadap pelaksanaan PHBS di SD
seperti pada tabel
4.14 berikut:
Tabel 4.14
Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang
Tahun 2019
2 Memenuhi syarat 35 54.7
Total 64 100.0
Pada Tabel 4.14 diketahui kantin sekolah yang memenuhi syarat lebih
banyak
dengan persentase 54.7% dibandingkan dengan tidak memenuhi syarat
45.3%.
Tabel 4.15
Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Kota
Padang Tahun 2019
1 Makanan jajanan dalam keadaan terbungkus 34 53.1 30 46.9
2 Kantin sekolah bersih 42 65.6 22 34.4
3 Kantin sekolah tidak banyak lalat 34 53.1 30 46.9
4 Kantin sekolah mempunyai wastafel untuk
cuci tangan 12 18.8 52 81.2
5 Lokasi kantin sekolah minimal 20 m dari TPS 45 70.3 19 29.7
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat pertanyaan yang paling sedikit
dijawab
benar oleh responden tentang penggunaan jamban adalah kantin
sekolah mempunyai
wastafel untuk cuci tangan dengan persentase 18.8%.
f) Tempat Sampah
responden berdasarkan tempat sampah terhadap pelaksanaan PHBS di SD
seperti
pada tabel 4.16 berikut:
Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Kota
Padang Tahun 2019
2 Memenuhi Syarat 27 42.2
Total 64 100.0
Pada tabel 4.16 diketahui tempat sampah sekolah yang tidak memenuhi
syarat
lebih dominan dengan persentase 57.8% dibandngkan dengan yang
memenuhi syarat
sebanyak 42.2%.
Tabel 4.17
Pertanyaan Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas
Air
Tawar Kota Padang Tahun 2019
No Pertanyaan Ya Tidak
2 Setiap ruangan terdapat tempat sampah 34 53.1 30 46.9
3 Diluar ruangan terdapat tempat sampah 63 98.4 1 1.6
4 Tersedia tempat pembuangan sementara untuk
memudahkan pengankutan sampah 37 57.8 27 42.2
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat pertanyaan yang paling sedikit
dijawab
benar oleh responden tentang penggunaan tempat sampah adalah tempat
sampah
memenuhi persyaratan dengan persentase 21.9%.
b. Analisis Bivariat
Tabel 4.18
Hubungan Pengetahuan Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Pengetahuan PHBS
Tinggi 24 37.5 24 37.5 48 75.0
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.18 terlihat bahwa persentase pelaksanaan PHBS
yang
buruk banyak pada siswa dengan pengetahuan yang tinggi (37.5%) dari
pada siswa
dengan pengetahuan yang rendah (14.1%). Berdasarkan hasil uji
statistik tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
pelaksanaan PHBS
dengan (p value<0.05).
Tabel 4.19
Hubungan Sikap Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah
Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Sikap
Buruk Baik f %
Positif 12 18.8 11 17.2 23 35.9
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa persentase pelaksanaan PHBS
yang
buruk banyak pada siswa dengan sikap negatif (32.8%) dari pada
siswa dengan sikap
positif (18.8%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat
hubungan signifikan
antara sikap dengan pelaksanaan PHBS dengan (p
value<0.05).
c) Hubungan Penggunaan Jamban Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD
Tabel 4.20
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Jamban
0.083 memenuhi syarat 10 15.6 17 26.6 27 42.2
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui persentase terbesar
pelaksanaan PHBS
yang buruk terdapat pada kategori jamban yang tidak memenuhi syarat
dengan
persentase (62.2%). Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang baik
terdapat pada
jamban dengan kategori memenuhi syarat (26.6%). Berdasarkan hasil
uji statistik
tidak terdapat hubungan signifikan antara jamban dengan pelaksanaan
PHBS dengan
nilai (p value<0.05).
Tabel 4.21
Hubungan Penggunaan Kantin Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD di
Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Kantin
0.022 memenuhi syarat 13 20.3 22 34.4 35 54.7
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui persentase terbesar
pelaksanaan PHBS
yang buruk terdapat pada kategori kantin yang tidak memenuhi syarat
dengan
persentase (31.2%). Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang baik
terdapat pada
kantin dengan kategori memenuhi syarat (34.4%). Berdasarkan hasil
uji statistik
terdapat hubungan signifikan antara kantin dengan pelaksanaan PHBS
dengan nilai
(p value<0.05).
Pada SD
Tabel 4.22
di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tempat Sampah
f % F %
Tidak Memenuhi
1.00 memenuhi syarat 14 21.9 13 20.3 27 42.2
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.22 dapat diketahui persentase terbesar
pelaksanaan PHBS
yang buruk terdapat pada kategori tempat sampah yang tidak memenuhi
syarat
dengan persentase (29.7%). Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang
baik terdapat
pada tempat sampah dengan kategori tidak memenuhi syarat (28.1%).
Berdasarkan
hasil uji statistik tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap
dengan pelaksanaan
PHBS dengan nilai (p value<0.05).
c. Analisis Wawancara Mendalam
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam yang
dilakukan
kepada Kepala Sekolah, dan guru UKS di SD wilayah puskesmas air
tawar kota
padang, PHBS pada siswa tergolong kurang baik. Hal ini didapatkan
dari hasil
wawancara mendalam:
kan” (inf-2)
“ada beberapa siswa yang masih belum mengaplikasikannya
sedemikian
rupa, sehingga masih buang sampah sembarangan…” (inf-5)
b) Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam yang
dilakukan
kepada Kepala Sekolah, dan guru UKS di SD wilayah puskesmas air
tawar kota
padang, siswa sudah diberikan pengetahuan tentang PHBS. Hal ini
didapatkan dari
hasil wawancara mendalam:
“…adanya peraturan yang melarang siswa jajan diluar sekolah, dan
selalu
menjaga kebersihan masing-masing diri…” (inf-2), (inf-3).
“…buang sampah ditempatnya sudah diajarkan….” (inf-5)
“peraturan bunag sampah ditempatnya, jajan dikantin sekolah.”
(inf-6)
“…menjaga kebersihan, serta jajan di kantin…”. (inf-7)
Pihak dari puskesmas telah memberikan edukasi kepada siswa tentang
PHBS.
Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“… mulai dari higiene sanitasi,kita menjalankan program PHBS ini
bersama
dengan promosi kesehatan.(inf-8)
Berdasarakan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru
UKS,
sikap siswa terhadap PHBS sekolah kurang baik. Hal ini di dapatkan
dari hasil
wawancara mendalam:
“…kebiasaan murid yang buruk dalam hidup bersih dan sehat kali ya”
(inf-1)
“… mereka buang sampah masih ke satu tempat yang sama saja.”
(inf-2)
“kesadaran siswa masih tergolong kurang dalam PHBS” (inf-3)
“ada kami temukan yang tidak menyiram wc saat BAB…” (inf-4)
“…siswa ini tidak jajan yang tertutup ya..” (inf-6)
Saat ditanyakan kendala dari sikap mereka dalam PHBS. Siswa
terkendala
dalam sarana dan prasarana yang belum memadai. Hal ini didapatkan
dari hasil
wawancara mendalam:
“…sarana dan prasarana disini tidak mendukung, seperti kantin,
wastafel,
wc/toilet…” (inf-7)
“… tempat sampah yang belum terpisah antara organik dan non
organik…”
(inf-2)
Pihak puskesmas telah menjalankan program inspeksi sanitasi
untuk
menunjang sikap siswa terhadap PHBS. Hal ini didapatkan dari hasil
wawancara
mendalam:
“kita ada program inspeksi sanitasi ya untuk sekolah. Kita
memeriksa
bangunan sekolah, kantin, toilet, air bersih, banyak lah sesuai
cakupan
kesehatan lingkungannya.” (inf-8)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru
UKS,
bahwa jamban di SD wilayah puskesmas air tawar kota padang belum
memenuhi
persyaratan. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara
mendalam:
“kalau wc/toilet dibilang memenuhi tidak ya..” (inf-4, inf-5)
“wc/toilet nya kurang ya…” (inf-7)
Sedangkan jawaban berbeda didapatkan dari informan lain mengatakan
telah
memenuhi persyaratan. Hal ini didapatkan dalam wawancara
mendalam:
“kalau wc/toilet disini kita ada 7 pria dan 7 wanita…”
(inf-1)
“… sarana wc/toilet disini sudah cukup dengan perbandingan 4 pria
dan 4
wanita” (inf-2, inf-3)
sedemikian rupa. Hal ini di dapatkan dari hasil wawancara
mendalam:
“ada kami temukan siswa yang tidak menyiram wc saat BAB,..”
(inf-4)
Toilet/wc sudah terpisah antara pria dan wanita. Hal ini didapatkan
dari hasil
wawancara mendalam:
“wcnya terpisah….” (inf-6)
sanitasi sekolah. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara
mendalam:
“…toilet sudah memenuhi syarat atau tidak..” (inf-8)
e) Kantin
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru
UKS
dan pegawai kesling puskesmas air taawar. Didapatkan kan hasil
bahwa kantin tidak
dipergunakan semestinya. Hal ini di dapatkan dari wawancara
mendalam:
“kantin kita ada, namun ada juga siswa yang belanja di luar
sekolah..”(inf-5)
“…. Siswa suka jajan di tempat yang tidak tertutup…” (inf-6)
Namun pihak sekolah telah memberlakukan peraturan kepada siswa
untuk
tidak jajan sembarangan dan harus berbelanja di kantin sekolah. Hal
ini sesuai dengan
wawancara mendalam:
(inf-1)
“ ….ada aturan untuk tidak jajan sembarangan saat keluar main.”
(inf-3)
Kantin sekolah juga tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan
Kepmenkes
RI No 1429 tahun 2006. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara
mendalam:
“… kalau wastafel tidak ada.” (inf-4)
“wastafel untuk cuci tangan gak ada…” (inf-7)
“kantin kita tidak ada” (inf-7)
“…. Siswa suka jajan di tempat yang tidak tertutup…” (inf-6)
Dari pihak puskesmas telah memantau sanitasi kantin di sekolah. Hal
ini
didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“kita memberikan penilaian terhadap sekolah tentang inspeksi
sanitasi.”
“kita sekali setahun dalam melaksanakan program ini.”
“kalau yang memenuhi persyaratan itu kita ambil diatas 70%
skornya”(inf-8)
f) Tempat Sampah
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru
UKS,
serta dengan pihak puskesmas, SD di wilayah Puskesmas Air Tawar
tempat
sampahnya tidak memenuhui persyaratan sesuai dengan SOP. Hal ini di
dapatkan
hasil dari wawancara mendalam:
“tempat sampah kita ada perlokal, namun belum terpilah antara
organik dan
anorganik.” (inf-1, inf-2)
“…tidak terpilah..” (inf-5)
“tempat sampahnya ada, namun belum sesuai SOP. Seperti tidak
adanya
tutup, dan tidak kedap air” (inf-6)
Siswa masih enggan untuk buang sampah ketempatnya, meskipun telah
ada
peraturan dan slogan tentang membuang sampah ditempatnya. Hal ini
di dapatkan
dari hasil wawancara mendalam:
“…setiap kelas ada slogan..” (inf-1)
“ siswa kalau buang sampah ke satu tempat saja..” (inf-2)
“ kalau sudah penuh dibiarkan saja lagi…” (inf-3)
Dan pihak dari puskesmas telah berkontribusi dalam menunjang
PHBS
sekolah. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“kalau kita hanya bisa mengingatkan dan memberi tahu kekurangan
yang ada
di sekolah.” (inf-8)
Hasil dari penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara kepada
responden
dan indepth interview kepada pihak yang dianggap tahu, dan
didapatkan hasil
pengetahuan siswa tinggi dikarenakan sekolah telah mengedukasi
siswa dan
berkontribusi dengan pihak puskesmas agar pelaksanaan PHBS di
sekolah berjalan
dengan baik. Namun hal yang berbeda didapatkan hasil dari sikap
siswa, sikap siswa
dalam menunjang PHBS sekolah masih kearah negatif padahal sekolah
telah
memberikan edukasi kepada muridnya. Serta sarana dan prasarana yang
meliputi
jamban, kantin, dan tempat sampah masih belum memenuhi syarat, ini
karena
instrument-intrumen darai sekolah yang belum memadai dan belum
lengkap.
E. Pembahasan
dan wawancara mendalam (indepth interview), yaitu terkendala dalam
menyesuaikan
waktu dengan responden dan informan. Sehingga memerlukan waktu
untuk
menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara. Keterbatasan penelitian
menyebabkan
dalam pengumpulan data didapati kekurangan data yang dibutuhkan
untuk
mendukung proses penelitian.
b. Pelaksanaan PHBS
berPHBS buruk memiliki persentase sebesar 51.6% lebih banyak
dibandingkan yang
ber PHBS baik dengan persentase 48.4%. Berdasarkan hasil rekapan
pertanyaan
PHBS didapatkan pertanyaan yang sedikit dijawab benar oleh
responden adalah
memberantas jentik dengan 3M dengan persentase 48.4% dan tidak
merokok
disekolah sebesar 50%.
Berdasarakan hasil diatas, peneliti menyimpulkan bahwa PHBS pada
Sekolah
Dasar di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar masih tergolong buruk
dalam
pelaksanaannya.
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus)
dengan
respons. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam tiga domain yaitu
kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap
psikomotor dan
tindakan (keterampilan). Perubahan perilaku dalam diri seseorang
dapat terjadi
melalui proses belajar.5
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Diana mengenai
pelaksanaan
program PHBS di SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun tahun 2014,
diperoleh nilai
sebesar 54,7% dalam kategori buruk dan 45,3% dalam kategori baik.7
Tetapi, hasil
penelitian ini tidak sama dengan penelitian Zitti tentang hubugan
antara pengetahuan
dan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada
pelajar di SD Inpres
sukur kecamatan airmadidi kabupaten minahasa utara tahun 2015
diperoleh nilai
sebesar 71,4% dalam kategori baik dan 28,6% dalam kategori tidak
baik.21
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) merupakan suatu program
untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
siswa sekolah
dasar khususnya dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan
memberikan edukasiuntuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku melalui
pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat.
Penerapan PHBS
di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai
penyakit yang
sering menyerang anak usia sekolah (6-12 tahun), yang ternyata
umumnya berkaitan
dengan PHBS.22
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada pihak sekolah yang
meliputi
kepala sekolah, mereka membenarkan bahwa perilaku siswa dalam
pelaksanaan
PHBS di lingkungan sekolah masih dalam keadaan buruk. Hal ini
terlihat pada hasil
wawancara mendalam:
kan” (inf-2)
“ada beberapa siswa yang masih belum mengaplikasikannya
sedemikian
rupa, sehingga masih buang sampah sembarangan…” (inf-5)
Menurut teori Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012) bahwa
dukungan
keluarga merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing) dalam
perilaku
kesehatan termasuk dalam hal ini untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat oleh
siswa. Dukungan dari guru sangat dibutuhkan oleh siswa dalam setiap
kegiatan yang
dilakukannya termasuk dalam hal PHBS.
Mengingat dan merujuk pada hasil distribusi frekuensi pelaksanaan
PHBS,
ada dua poin pertanyaan yang terbawah yaitu memberantas jentik
nyamuk dengan
3M, dan tidak merokok disekolah. Sehingga disarankan kepada sekolah
untuk
menjalankan program bersih lingkungan dengan dibantu oleh petugas
kesehatan agar
bisa terlaksana program ini kedepannya.
c. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui
pengetahuan
responden SD tinggi dengan persentase 75% mengenai pelaksanaan PHBS
pada SD.
Hasil pengetahuan responden mengenai pelaksanaan PHBS pada SD ini
diperoleh
dari rekapan pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan,
berdasarkan rekapan
pertanyaan diketahui bahwa pertanyaan yang paling sedikit terjawab
dengan benar
oleh responden adalah tidak bau, bewarna keruh, dan berasa adalah
ciri-ciri air bersih
dengan persentase 51.6% dan BAB di tempat tertutup serta banjir
menyebabkan got
tersumbat memiliki persentase sama sebesar 53.1%.
Berdasarkan hasil diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
pengetahuan
responden baik, terlihat dari hasil distribusi frekuensi
pengetahuan dengan
pelaksanaan PHBS.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Tinuk mengenai Faktor-Faktor
Yang
Berhubugan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada
Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016 menunjukkan
bahwa
persentase pengetahuan siswa tentang PHBS pada kategori yang baik
yaitu (84,7%)
lebih besar dari persentase pengetahuan siswa pada kategori buruk
(15,3%). Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Zitti tentang
Hubugan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Pada
Pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa
Utara Tahun
2015 menunjukkan bahwa persentase pengetahuan siswa tentang PHBS
pada kategori
baik 54,5% lebih besar dari pada persentase buruk 45,5%.
Menurut Notoadmodjo (2003) yang dikutip oleh Ahmad Kholid
pengetahuan
adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar
pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan juga diperoleh
dari pendidikan,
pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa
maupun
lingkungan.5
pelaksanaan PHBS bahwa persentase pelaksanaan PHBS yang buruk
banyak pada
siswa dengan pengetahuan yang tinggi (37.5%) dari pada siswa dengan
pengetahuan
yang rendah (14.1%) dan didapatkan nilai p=0.885 (p<0,05) maka
dapat disimpulkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
pelaksanaan PHBS di
SD.
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna
antara pengetahuan dengan pelaksanaan PHBS. Dapat diartikan bahwa
semakin
tinggi pengetahuan tentang PHBS belum tentu diikuti semakin baik
pelaksanaan
dalam PHBS.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tinuk mengenai
Faktor-Faktor
Yang Berhubugan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat
Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016
menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan
PHBS.8
Hal ini tidak sejalan dengan teori Green yang dikutip oleh
Notoatmodjo
(2003) bahwa adanya kecendrungan pengetahuan yang tinggi akan lebih
berprilaku
baik tentang kesehatan termasuk dalam hal ini untuk berprilaku
hidup bersih dan
sehat.
berupaya dalam melaksanakan program pelaksanaan PHBS:
“…adanya peraturan yang melarang siswa jajan diluar sekolah, dan
selalu
menjaga kebersihan masing-masing diri…” (inf-2), (inf-3).
“…buang sampah ditempatnya sudah diajarkan….” (inf-5)
Hasil wawancara mendalam didapatkan hasil kepala sekolah telah
membuat
peraturan tentang program PHBS:
“…menjaga kebersihan, serta jajan di kantin…”. (inf-7)
“… mulai dari higiene sanitasi,kita menjalankan program PHBS ini
bersama
dengan promosi kesehatan.(inf-8)
Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada
perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Sebaliknya perilaku
yang tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.15
Pengetahuan hanya salah satu faktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan PHBS.
Kebiasaan pada penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan PHBS
didasari oleh
pengetahuan akan langgeng dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Kebiasaan siswa dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan PHBS
akan
pelaksanaan PHBS.
Mengingat dan merujuk pada distribusi frekuensi pengetahuan ada dua
poin
pertanyaan terbawah yaitu tidak bau, bewarna keruh, dan berasa
adalah ciri-ciri air
bersih dan BAB di tempat tertutup serta banjir menyebabkan got
tersumbat Oleh
karena itu disarankan kepada pihak sekolah untuk lebih ekstra lagi
dalam
memberikan penyuluhan kepada siswa agar siswa lebih terbiasa untuk
berperilaku
hidup bersih dan sehat, dengan tidak lupa berkonstribusi dengan
pihak puskesmas
dalam menunjang PHBS sekolah.
negatif dengan persentase (64.1%) lebih dominan terhadap sikap
positif dengan
persentase (35,9%) terhadap pelaksanaan PHBS pada SD. Hasil sikap
responden ini
diketahui dari pertanyaan sikapyang dijawab benar oleh responden,
ada dua poin
pertanyaan sikap yang sangat sedikit dijawab benar oleh responden
yang meliputi
Sebelum dan sesudah makan serta setelah BAB cuci tangan dengan
sabun dengan
persentase 26,6%, dan 3M bisa memberantas jentik nyamuk
35,9%.
Berdasarakan hasil diatas peneliti menyimpulkan bahwa sikap
responden
terhadap pelaksanaan PHBS adalah negatif, terlihat dari hasil
distribusi frekuensi
sikap dengan pelaksanaan PHBS.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Diana mengenai
pelaksanaan
Program Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat di SD Negeri 001 Tanjung
Balai Karimun
yang mana hasil penelitiannya sebanyak 75% anak memiliki sikap yang
positif
terhadap pelaksanaan program PHBS.7
Terbentuknya sikap seseorang tidak terlepas dari pengetahuan dan
informasi-
informasi dan pengalaman yang diperolehnya baik dari sekolah maupun
dari luar.
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah wujud dari interaksi anak
sekolah secara
kompleks terhadap hal-hal yang berkaitan dengan PHBS. Sebagaimana
sikap
berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, siswa akan
menjadi
homogen dalam bertindak menerapkan perilaku kesehatan pribadi anak
sekolah itu
sendiri.7
Berdasarkan hasil uji statistik, terlihat bahwa persentase
pelaksanaan PHBS
yang buruk banyak pada siswa dengan sikap negatif (32.8%) dari pada
siswa dengan
sikap positif (18.8%). Berdasarkan hasil uji statistik terdapat
hubungan signifikan
antara sikap dengan pelaksanaan PHBS dengan nilai p=0.034 (p
value<0.05), Maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan
pelaksanaan
PHBS di SD.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Diana,
mengenai
pelaksanaan Program Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat di SD Negeri 001
Tanjung
Balai Karimun yang mana diketahui bahwa persentase anak yang
memiliki sikap
negatif dengan tidak melakukan PHBS lebih tinggi yaitu 60%
dibandingkan dedngan
anak yang bersikap positif 40% dan didapatkan uji statistik p=1,00
yang mana artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap anak dengan
pelaksanaan Program
Perilaku Hidup Bersih Dasn Sehat p>0,05.7
Begitu juga dengan penelitian Tinuk tentang Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada
Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016, yang mana
hasilnya
tidak ada hubungan sikap PHBS siswa dengan pelaksanaan PHBS di
Sekolah.8
Penelitian ini membuktikan bahwa sikap responden mempunyai
hubungan
yang bermakna dengan pelaksanaan PHBS, dalam penelitian ini sikap
mengandung
peranan yang penting terhadap pelaksanaan PHBS di Sekolah.
L.Green (1980) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi
prilaku adalah:
untuk bertindak meliputi: sikap, pengetahuan dan lainnya.
b) Faktor pemungkin (Enabling factor) merupakan faktor yang
memungkinkan
suatu motivasi pelaksana yang meliputi keterseiaan sarana SDM
dan
pelayanan kesehatan.
perubahan perilaku seseorang meliputi keluarga, personal, petugas
kesehatan,
atasan dan lainnya.15
siswa masih negatif. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara
mendalam:
“…kebiasaan murid yang buruk dalam hidup bersih dan sehat kali
ya”(inf-1)
“… mereka buang sampah masih ke satu tempat yang sama
saja.”(inf-2)
“kesadaran siswa masih tergolong kurang dalam PHBS”(inf-3)
“ada kami temukan yang tidak menyiram wc saat BAB…” (inf-4)
“…siswa ini tidak jajan yang tertutup ya..”(inf-6)
Dari hasil tersebut, ternyata siswa terkendala oleh sarana dan
prasarana
sanitasi sekolah yang tidak memadai. Walaupun telah di lakukan
program inspeksi
sanitasi dari puskesmas.
Menurut teori Thoughs And Feeling, sikap menggambarkan suka atau
tidak
suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau
dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat orang mendekati
atau menjauhi
orang lain atau objek lain. Dapat disimpulkan bahwa perilaku
kesehatan seseorang
ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain
yang dijadikan
referensi dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat
mendukung
perilaku/kebudayaan massyarakat.22
Oleh sebab itu peran guru dan tenaga kesehatan dalam hal ini
sebagai
penyampai informasi tentang pelaksanaan Program Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat
(PHBS) sangat diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian jamban pada SD terhadap pelaksanaan
PHBS,
yang tidak memenuhi syarat memiliki persentase lebih besar yaitu
57.8% dari pada
yang memenuhi syarat dengan persentase 42.2%. Dapat disimpulkan
bahwa jamban
yang ada di SD wilayah kerja Puskesmas Air Tawar tidak memenuhi
persyaratan.
Menurut L.Green yang dikutip oleh Soekidjo Notoadmojo,
faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ada tiga yaitu faktor predisposisi
(predisposing faktors) yaitu
faktor yang mempermudah terjadinya perilaku sesseorang, antara lain
pengetahuan,
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi dan sebagainya.
Pengetahuan yang
diberikan kepada siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat di
lingkungan sekolah
menjadi faktor penting untuk dapat menerapkan perilaku tersebut dan
membentuk
sikap yang akan diterapkan menjadi kebiasaan berperilaku hidup
bersih dan sehat di
sekolah. Yang kedua adalah faktor pemungkin (Enabling Factors),
yaitu sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,
misalnya tempat buang
air besar, tempat pembuangan sampah, dan sarana air bersih, tempat
olah raga yang
memadai, ketersediaan makanan yang bergizi dan seimmbang di kantin
sekolah,
UKS, dan sebagainya.
Yang ketiga yaitu faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor
yang
memperkuat terjadinya perilaku, misalnya dukungan dari pihak
sekolah seperti guru,
petugas kesehatan setempat, maupun masyarakat sekitar yang dapat
menguatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah.22
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tinuk tentang
Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup
Bersih Dan
Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016,
karena
dalam penelitian ini jamban termasuk dalam satu kesatuan variabel
fasilitas PHBS
sekolah. Yang mana hasilnya Persentase terbesar ketersediaan
fasilitas PHBS pada
kategori tidak memenuhi terdapat pada pelaksanaan PHBSnya buruk
(52,6%).
Dari hasil uji statistik yang dilakukan antara jamban dengan
pelaksanaan
PHBS, didapatkan hasil persentase terbesar pelaksanaan PHBS yang
buruk terdapat
pada kategori jamban yang tidak memenuhi syarat dengan persentase
(62.2%).
Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang baik terdapat pada jamban
dengan kategori
memenuhi syarat (26.6%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak
terdapat hubungan
signifikan antara jamban dengan pelaksanaan PHBS dengan nilai
p=0.083 (p
value<0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa tidak adanya hubungan
signifikan antara
jamban dengan pelaksanaan PHBS di SD.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tinuk tentang
Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada
Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016, yang mana
tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas sanitasi sekolah
yang meliputi
jamban, kantin sekolah, dan tempat sampah dengan pelaksanaan PHBS
di SD dengan
nilai p=0,74.8
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna
antara jamban dengan pelaksanaan PHBS. Dapat diartikan bahwa
semakin buruk
kualitas jamban belum tentu diikuti semakin buruk pula pelaksanaan
PHBS di SD,
Ada faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan PHBS di Sekolah Dasar
berupa
kantin sekolah, tempat sampah, perilaku siswa dan sikap
siswa.
Pada saat wawancara mendalam, kepala sekolah dan guru UKS
telah
berupaya untuk meningkatkan pelaksanaan PHBS di SD. Namun ada
instrument-
instrumen yang masih perlu perbaikan dan perlu dicukupkan lagi
untuk menunjang
pelaksanaan PHBS kedepannya. Pihak puskesmas juga telah
berkontribusi kepada
sekolah-sekolah di wilayah kerjanya untuk meningkatkan program PHBS
ini.
Menurut Kepmenkes No 1429 tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, bahwa jamban memiliki
SOP
sebagai berikut:
4. Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang UKS, ruang
guru,
perpustakaan, ruang bimbingan dan konseling.
5. Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan
perempuan.
6. Proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 siswa
dan 1 wc untuk
25 orang siswi.
8. Lantai toilet tidak ada genangan air
9. Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan
udara luar
10. Bak penampung air harus tidak menjadi tempat perindukan
nyamuk.
Mengingat tidak adanya hubungan yang signifikan antara jamban
dengan PHBS
di SD, penyebab tidak berhubungannya fasilitas/sarana jamban dengan
PHBS adalah
karena kelengkapan jamban tidak memenuhi persyaratan yang sesuai
dengan
kepmenkes no 1429 tahun 2006. Oleh karena itu perlu perbaikan atas
kualitas dan
kuantitas jamban di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang.
f. Kantin
Berdasarkan hasil penelitian kantin pada SD terhadap pelaksanaan
PHBS,
yang tidak memenuhi syarat memiliki persentase lebih besar yaitu
45,3% dari pada
yang memenuhi syarat dengan persentase 54,7%. Dapat disimpulkan
bahwa kantin
yang ada di SD wilayah kerja Puskesmas Air Tawar memenuhi
persyaratan.
Ruang lingkup promosi kesehatan pada tatanan sekolah meliputi
lingkungan
sekolah yang memadai dengan terlengkapinya fasilitas sarana dan
prasarana
penunjang kesehatan disekolah, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial
sehat, akan sangat berpengaruh terhadapa perilaku sehat anak
murid.15
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tinuk tentang
Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup
Bersih Dan
Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016,
karena
dalam penelitian ini kantin termasuk dalam satu kesatuan variabel
fasilitas PHBS
sekolah. Yang mana hasilnya Per