Upload
rivhan-fauzan
View
264
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
1/109
52
FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN
PADA PEKERJA DI PROSES PRODUKSI KANTONG SEMEN PBD (Paper Bag Di vision)
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK
CITEUREUP-BOGOR
TAHUN 2010
SKRIPSI
OLEH:
MOCH NOVAL MAULUDI
(106101003694)
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
2/109
53
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, 27 Agustus 2010
Moch. Noval Mauludi, NIM : 106101003694
Faktorfaktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja Di Proses Produksi
Kantong Semen PBD (Paper Bag Di vision)
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010
xx + 109 halaman, 28 tabel, 3 gambar, 6 lampiran.
Abstraksi
Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhandalam bekerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.
Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanatau kegiatan, sehingga akan meningkatkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan dan akibat
fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 pekerja di proses produksi PBD (Paper Bag Division ) PT. IndocementTunggal Prakarsa Tbk, diketahui 100% pekerja mengalami kelelahan kerja, artinya dari 10
sampel diketahui seluruh pekerja mengalami kelelahan kerja.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel
penelitian sebanyak 88 orang dari total populasi sebesar 168 orang pekerja. Uji statistikmenggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel.Yaitu variabel
tekanan panas, tingkat kebisingan, masa kerja, Shift kerja, usia, status perkawinan, kebiasaanmerokok, dan status gizi dihubungkan dengan kelelahan kerja pada pekerja di proses produksikantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa yang dilaksanakan pada bulan April-
Agustus 2010.
Dari hasil uji statistik didapatkan gambaran tingkat kelelahan yang paling terbanyakadalah kelelahan kerja ringan (KKR) sebanyak 34 pekerja (38,6 %), tingkat kelelahan kerja
sedang (KKS) sebanyak 33 orang (37,5%), sedangkan tingkat kelelahan yang paling sedikit
adalah tingkat kelelahan kerja berat (KKB) sebanyak 21 pekerja (23,9%). Dari hasil uji statistikbivariat didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,008. Artinya pada 5 % terdapat hubunganantara tingkat kebisingan dengan kelelahan kerja. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai
probabilitas sebesar 0,014. Artinya pada 5 % terdapat hubungan antara kelompokkerja dengankelelahan kerja. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,045. Artinya padaterdapat hubungan antara kelompok status perkawinan dengan kelelahan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikanantara kebisingan dengan kelelahan kerja, shift kerja dengan kelelahan kerja, dan status
perkawinan dengan kelelahan kerja. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan itu sendiri disamping
faktor-faktor yang lain. Oleh karena itu saran yang dapat diberikan adalah mengurangi paparan
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
3/109
54
kebisingan yang diterima pekerja salah satunya dengan cara administrative control(memberikan
pelatihan pada pekerja, menyediakan ruang kontrol sehingga pekerja bisa beristirahat), personal
protective equipment(dengan menggunakan alat pelindung diri berupa safety earplugatau ear
muff), mengatur jamshiftkerjasesuai dengan jam kerja normal yaitu dengan jam kerja 06-14-22,
dan memberikan pendidikan atau pengarahan tentang cara pengaturan waktu istirahat antara
pekerjaan dengan waktu untuk keluarga.
Daftar bacaan : (1965 - 2009)
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
4/109
55
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Specialisation HEALTH AND SAFETY
Thesis, August 2010
Moch. Noval Mauludi, NIM: 106101003694
Factors Associated With Fatigue in Workers In PBD Cement Bag Production Process
(Paper Bag Division) PT. Page Citeureup Indocement-Bogor Year 2010.
xx 109 pages, 28 tables, 3 images, 6 attachment.
Abstraction
Fatigue is a condition that is accompanied by a decrease in work efficiency and need.
Fatigue of work will reduce performance and increase the error rate of work. Fatigue is
characterized by the weakening of labor in doing the work or activity, thereby increasing theerror in doing the job and the result is the occurrence of fatal work accidents .. Based on the
results of preliminary studies conducted on 10 workers in the production process PBD (PaperBag Division) PT. Indocement Tbk, are known to 100% of workers experiencing job burnout,which means from 10 samples known to all workers experiencing job burnout.
This research is a quantitative research with cross sectional design. The sample researchof 88 people from a total population of 168 people working. Statistical test using Chi Square to
see the relationship between these two variables, i.e. heat stress, noise level, years of work, Shift
work, age, marital status, smoking habits, and nutritional status associated with job burnout inworkers in the production process of cement bags PBD PT. Indocement conducted in April-
August 2010.
From the test results obtained statistical overview of the most highest level of fatigue is
mild fatigue of 34 workers (38.6%), fatigue level of work being as many as 33 people (37.5%),
whereas the level of fatigue that most bit is the level of heavy work fatigue as many as 21
workers (23.9%). From the results of bivariate statistical tests obtained probability value of0.008. That means at 5% there is a relationship between noise level of work fatigue. From theresults of statistical tests obtained probability value of 0.014. That means at 5% there is arelationship between work groups with job burnout. From the results of statistical tests obtainedprobability value of 0.045. This means that the relationship exists between marital status groups
with work fatigue.
Based on the research we can conclude there is significant correlation between the noisewith the fatigue of work, shift work fatigue, and marital status with job burnout. This is
influenced by the environment itself as well as other factors. Therefore, the advice that could be
given is to reduce the noise exposure received by workers with the administrative control(providing training to workers, providing the control room so workers can rest), personal
protective equipment (by using personal protective equipment in the form of safety ear plug or
ear muff), set the hour work shift in accordance with normal working hours ie 06-14-22 working
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
5/109
56
hours, and provide education or guidance on how the timing of a break between work with time
for family.
Reading list : (1965 - 2009).
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
6/109
57
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kelelahan adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan efisiensi dan
kebutuhan dalam bekerja (Budiono, 2003). Riyadina (2000) kelelahan mengandung 3
pengertian yaitu terdapatnya penurunan hasil kerja sacara fisiologik, adanya perasaan
lelah dan merasa bosan bekerja. Tarwaka dkk (2004) mengatakan bahwa kelelahan
adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih
lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Sedangkan pendapat lain mengatakan
kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam
bekerja, yang dapat disebabkan sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual),
kelelahan fisik umum, kelelahan syaraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton dan
kelelahan oleh lingkungan kronis terus menerus sebagai faktor secara menetap
(Sumamur, 1999).
Budiono (2003) menyatakan kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan, sehingga akan meningkatkan
kesalahan dalam melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya
kecelakaan kerja. MenurutRizeddin (2000) kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja
dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun dan aktivitas
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
7/109
58
menurun. Kelelahan kerja memperlambat waktu reaksi, merasa lelah ada penurunan
aktivitas dan kesulitan dalam mengambil keputusan yang menyebabkan menurunnya
kinerja dan menambahnya tingkat kesalahan kerja. Sehingga dengan meningkatnya
kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.
Apabila beban kerja lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi rasa tidak
nyaman, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan produktivitas menurun
(Santoso, 2004).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh kementrian tenaga kerja Jepang terhadap
12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang dipilih
secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65 % pekerja mengeluhkan
kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28 % mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7%
pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan. Miranti (2008) mengutarakan hasil
penelitian yang dilakukan pada salah satu perusahaan di Indonesia tahun 2008 khususnya
pada bagian produksi mengatakan rata-rata pekerja mengalami kelelahan dengan
mengalami gejala sakit di kepala, nyeri di punggung, pening dan kekakuan di bahu.
Akerstedt ed Alt (2002) memprediksi beberapa faktor utama yang signifikan
terhadap kelelahan, meliputi : jenis kelamin, usia, kondisi kesehatan, berlebihnya waktu
yang digunakan dalam bekerja, tempat kerja dan Physically. Grandjen (1988)
mengatakan bahwasanya faktor yang mempengaruhi kelelahan adalah intensitas lamanya
pembebanan fisik (masa kerja) dan mental. Menurut Siswanto (1999) bahwasanya faktor
penyebab kelelahan kerja adalah pengorganisasian kerja, faktor psikologis, lingkungan
kerja, status kesehatan dan status gizi. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwasanya
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
8/109
59
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelelahan adalah kesegaran jasmani,
kebiasaan merokok, masalah psikologis, status kesehatan, jenis kelamin, status gizi,
waktu kerja, beban kerja, usia, dan masalah lingkungan kerja (Tarwaka, 2004).
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya ada beberapa faktor yang
beruhubugan dengan terjadinya kelelahan pada pekerja dibagian produksi. Silaban (1996)
mangatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan yang dapat berakibat terjadinya
kecelakaan kerja.Kennedy (1987) mengatakan 24% orang dewasa yang datang ke
poliklinik menderita kelelahan. Hasil penelitian yang dilakukan Paulina (2008) pada
bagian produksi menunjukkan adanya hubungan antara tekanan panas, umur dan masa
kerja dengan kelelahan kerja. Hasil penelitian yang dilakukan Muftia (2008) pada bagian
produksi menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kebisingan dengan kelelahan
kerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kimberly (2009) pada pekerja pabrik bagian
produksi menunjukkan adanya hubungan antara shift kerja dengan kelelahan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2008) menunjukkan adanya hubungan antara
status perkawinan dan status gizi dengan kelelahan kerja.
Dari beberapa faktor-faktor penyebab kelelahan kerja di atas dapat disimpulkan
bahwa rata-rata pekerja pada bagian produksi mengalami kelelahan. Kelelahan kerja
merupakan salah satu sumber masalah bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Tentu
saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena tenaga kerja merupakan aset
perusahaan yang dapat dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, berdiri pertama kali pada tahun 1973, dan
memulai kegiatannya dalam usaha pembuatan semen pada tahun 1975. PT. Indocement
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
9/109
60
Tunggal Prakarsa Tbk memiliki 12 pabrik atau plant yang tersebar ditiga lokasi yaitu 9
pabrik (plant 1-plant 8 dan plant 11 ) dengan luas area 200 Ha yang berlokasi di
Citeureup-Bogor, 2 pabrik (plant 9-plant 10) dengan luas area 37 Ha yang berlokasi di
Palimanan Cirebon, serta 1 pabrik (plant 12) dengan luas area 71 Ha di Tarjun-
Kalimantan Selatan. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan yang
sudah modern, sehingga alat-alat yang digunakan dalam proses produksi semen sudah
dikendalikan oleh mesin, kecuali pada bagian proses tambang (maining), Engineering,
HED (Heavy Engineering Division) dan proses produksi kantong semenPBD (Paper Bag
Division) yang rata-rata memperkerjakan orang dengan jumlah pekerja yang cukup
banyak. Diantara keempat tempat tersebut PBD (Paper Bag Division) merupakan salah
satu pabrik yang menjalankan proses produksi secara terus menerus selama 24 jam
selama 5 hari dalam seminggu. Pada proses produksi pekerja bekerja 6 jam dengan
istirahat 2 jam (50%-75% kerja) dengan kondisi suhu lingkungan kerja berkisar 280
-
300C dan nilai tingkat kebisingannya berkisar antara 81-93 dB.
Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja di
proses produksi PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diketahui rata-rata seluruh
pekerja mengalami kelelahan kerja ringan 80 % dengan nilai rata tingkat kelelahan 0.338
milidetik yang mendekati pada nilai kelalahan tingkat sedang, dan kelelahan kerja berat
20 % dengan nilai rata-rata tingkat kelelahan 0.499 milidetik. Artinya, dari 10 sampel
diketahui seluruh pekerja mengalami kelelahan kerja. Berdasarkan studi pendahuluan
tersebut, maka peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD PT.Indocemen Tunggal Prakarsa
Tbk.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
10/109
61
1.2Rumusan Masalah
PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, merupakan suatu perusahaan yang
menjalankan proses produksi secara terus menerus selama 24 jam selama 5 hari dalam
seminggu. Pada proses produksi pekerja bekerja 6 jam dengan istirahat 2 jam (50%-75%
kerja) dengan kondisi suhu lingkungan kerja berkisar 280
-300C dan nilai tingkat
kebisingannya berkisar antara 81-93 dB. Berdasarkan standar TLV (Threshold Limit
Values/nilai ambang batas) tahun 2007 bahwasanya beban kerja dengan suhu 280
C
termasuk pada kategori beban kerja sedang. Sedangkan berdasarkan standar nilai ambang
batas tingkat kebisingan, nilai tingkat kebisingan sudah melebihi nilai ambang batas
tingkat kebisingan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja di proses
produksi PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diketahui rata-rata seluruh pekerja
mengalami kelelahan kerja ringan 80 % dengan nilai rata tingkat kelelahan 0.338
milidetik yang mendekati pada nilai kelalahan tingkat sedang, dan kelelahan kerja berat
20 % dengan nilai rata-rata tingkat kelelahan 0.499 milidetik. Artinya, dari 10 sampel
diketahui seluruh pekerja mengalami kelelahan kerja. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor penyebab kelelahan.
1.3Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kelelahan kerja pada pekerja di proses produksi kantongsemen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun 2010?
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
11/109
62
2. Bagaimana gambaran faktor tekanan panas dan tingkat kebisingan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
3. Bagaimana gambaran faktor shift kerja pada pekerja di proses produksikantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun 2010?
4. Bagaimana gambaran faktor masa kerja, usia, status perkawinan, kebiasaanmerokok, dan status gizi pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD
PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun 2010?
5.
Apakah ada hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja
dip roses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Tahun 2010?
6. Apakah ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan kelelahan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
7. Apakah ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
tahun 2010?
8. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
tahun 2010?
9. Apakah ada hubungan antara usia dengan kelelahan pada pekerja di prosesproduksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun
2010?
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
12/109
63
10.Apakah ada hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
11.Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kelelahan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
12.Apakah ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
tahun 2010?
1.4Tujuan1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja di
proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1 Diketahuinya gambaran kelelahan kerja pada pekerja di proses produksikantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun 2010?
2 Diketahuinya gambaran faktor tekanan panas dan tingkat kebisingan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
3 Diketahuinya gambaran faktorshift kerja pada pekerja di proses produksikantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun 2010?
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
13/109
64
4 Diketahuinya gambaran faktor masa kerja, usia, status perkawinan, kebiasaanmerokok, dan status gizi pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD
PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun 2010?
5 Diketahuinya hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerjadip roses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Tahun 2010?
6 Diketahuinya hubungan antara tingkat kebisingan dengan kelelahan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
7 Diketahuinya hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
tahun 2010?
8 Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
tahun 2010?
9 Diketahuinya hubungan antara usia dengan kelelahan pada pekerja di prosesproduksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. tahun
2010?
10 Diketahuinya hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
14/109
65
11 Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kelelahan padapekerja di proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. tahun 2010?
12 Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
tahun 2010?
12.1 Manfaat Penelitian12.1.1 Manfaat Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan
mengenai kondisi lingkungan kerja yang berdampak terhadap kelelahan kerja
karyawannya, sehingga kesehatan dan keselamatan pekerja dapat menjadi lebih baik.
12.1.2 Manfaat Bagi Peneliti
Melatih pola pikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah khusunya
dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
12.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010. Adapun lokasinya
pada bagian proses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
pada pekerja di psoses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakasa
Tbk. Citeureup Bogor. Penelitian ini bersifat kuantitaif dengan desain cross sectional.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
15/109
66
Sasaran penelitian adalah pekerja yang ada diarea produksi kantong semen dengan
jumlah sampel 88 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan
kelelahan kerja pada bagian produksi kanting semen PBD PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Tahun 2010. Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja di proses produksi PBD PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk, diketahui rata-rata seluruh pekerja mengalami kelelahan kerja.
Data-data yang diperoleh berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian ataupun responden selama penelitian.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan dengan cara telaah dokumen. Data
tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik
dengan rumus chisquare untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
16/109
67
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kelelahan Kerja
2.2.Pengertian Kelelahan Kerja
Kelelahan mengandung 3 pengertian yaitu terdapatnya penurunan hasil kerja
secara fisiologik, adanya perasaan lelah dan merasa bosan bekerja. Pada susunan saraf
pusat terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Keduanya harus saling berimbang dan berda
dalam kondisi stabil dalam tubuh. Jika yang beroperasi adalah sistemm inhibisi, maka
akan datang rasa ngantuk atau bahkan tertidur yang berarti timbulnya rasa lelah
(Riyadina, 2000). Lelah adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan
dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan
(Sumamur, 1996). Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka,2004).
Menurut Cameron (1973) yang dikutip oleh Rahmawati (1998) kelelahan kerja
merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis
dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
17/109
68
perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja. Gambaran
mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain;
1.
Perasaan lesu, ngantuk dan pusing
2. Kurang mampu berkonsentrasi3. Berkurangnya tingkat kewaspadaan4. Persepsi yang buruk dan lambat5. Berkurangnya gairah untuk bekerja6. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani (Budiono, 2000).
Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas
kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan
oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja (Budiono, dkk.2000).
Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahan
dalam bekerja, yang dapat dosebabkan oleh :
1. Kelelahan sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual).2. Kelelahan fisik umum.3. Kelelahan syaraf.4. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton.5. Kelelahan oleh lingkungan kronis terus menerus sebagai faktor secara
menetap (Sumamur, 1999).
2.2.1. Kelelahan Kerja
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
18/109
69
Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja
(Nurmianto, 2003). Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (Static Muscular
Loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan
RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang
diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).
Menurut Tarwaka (2004) kelelahan merupakan suatu mekanisme
perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian
terjadilah pemulihan setelah istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasan
yang subyektif. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi
dan kebutuhan dalam bekerja (Budiono, 2003). Kelelahan kerja akan menurunkan
kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan
memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Selain itu karakteristik
kelelahan akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan. Pendapat
lain mengatakan bahwasanya kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan
kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Rizeddin
(2000)
2.2.2. Jenis Kelelahan
Jenis kelelahan meliputi atas dua bagian:
1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
19/109
70
Kelelahan otot menurut Sumamur (1999) adalah tremor pada otot atau
perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Hasil percobaan yang dilakukan para
peneliti pada otot mamalia, menunjukkan kinerja otot berkurang dengan
meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan
respon tertentu. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya
tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara
fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya
tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan.
2) Kelelahan Umum
Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), biasanya
kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja,yang
sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada
akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik.
Pengaruhpengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan
perasaan lelah (Sumamur, 1996). Menurut Budiono (2003), gejala umum
kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua
aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan
terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,
segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
20/109
71
2.2.3. Tanda kelelahan
Pada umumnya orang lelah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut ;
a. Penurunan perhatianb. Perlambatan dan hambatan persepsic. Lamban dan sukar berfikird. Penurunan kemampuan atau dorongan untuk bekerjae. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental
Jika menderita lelah berat secara terus menerus maka akan mengakibatkan
kelelahan kronis dengangejala lelah sebelum bekerja. Jika terus berlanjut dan
menimbulkan sakit kepala, pusing, mual dan sebagainya maka kelelahan itu dinamakan
lelah klinis yang akan mengakibatkan malas bekerja (Sedarmayanti 1996).
2.2.4. Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku karena
kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan diperlukan
pendekatan secara multidisiplin (Grandjean, 1993) yang dikutip oleh Tarwaka (2004).
Namun demikian diantara sejumlah metode pengukuran terhadap kelelahan yang ada,
umumnya terbagi kedalam 5 kelompok yang berbeda, yaitu:
1) Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja
(waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
21/109
72
unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan
seperti; target produksi; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja.
Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau
frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor
tersebut bukanlah merupakan causal faktor (Tarwaka, 2004).
2) Pengujian Psikomotorik
Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu
reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang
sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji
waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau
goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk
adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.
Sanders dan Cormick(1987) yang dikutip oleh Tarwaka (2004) mengatakan
bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik
saat suatu stimulasi terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara
150 s/d 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat;
intensitas dan lamanya perangsangan; umur subjek; dan perbedaan-perbedaan
individu lainnya. Setyawati (1996) yang dikutip oleh Tarwaka (2004)
melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
22/109
73
lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli
suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya. Alat ukur
waktu reaksi telah dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala
lampu dan denting suara sebagai stimuli.
3) Mengukur frekuensi subjektif kelipan mata (Flicker Fusion Eyes)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan
akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan
untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur
kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja (Tarwaka,
2004).
4) Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjektive feelings of fatigue)
Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research Committee
(IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur
tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan.
5) Pengujian Mental
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.
Baurdon Wiersma test, merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi. Hasil test akan menunjukkan
bahwa semakin lelah seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
23/109
74
konsentrasi akan semakin rendah atau sebaliknya. Namun demikian Bourdon
Wiersma tes lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau
pekerjaan yang lebih bersifat mental.
Menurut Grandjean (1985) yang dikutip oleh Setiarto (2002), proses
penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsangan yang datang dari luar
tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian secara aktif menyiagakan
korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem aktivasi retrikulasi befungsi sebagai distributor
dan amplifier sinyal-sinyal tersebut. Pada keadaan lelah secara neurofisiologis, korteks
cerebri mengalami penurunan aktivasi, terjadi perubahan pengarahan sehingga tubuh
tidak secara cepat menjawab sinyal-sinyal dari luar . Salah satu alat guna mengetahui
tingkat kelelahan adalah dengan Reaction Timer Test, yaitu alat untuk mengukur tingkat
kelelahan berdasarkan kecepatan waktu reaksi seseorang terhadap rangsang cahaya dan
rangsang suara. Pada keadaan yang sehat, tenaga kerja akan lebih cepat merespon
rangsang yang diberi dan seseorang yang telah mengalami kelelahan akan lebih lama
merespon rangsang yang diberi (Koesyanto dan Tunggul, 2005).
Menurut Koesyanto dan Tunggul (2005), tingkat kelelahan kerja dapat
diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reactiontimer yaitu:
1) Normal (N) : waktu reaksi 150.0-240.0 milidetik2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240.0-
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
24/109
75
4) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi >580.0 milidetik
2.2.5. Dampak Kelelahan
Perubahan fisiologis akibat kelelahan merupakan kerja Mekanisme prinsip tubuh
mencakup sistem sirkulasi, sistem pencemaan, sistem otot, sistem saraf dan sistem
pemafasan. Kerja fisik yang terus menerus mempengaruhi mekanisme tersebut baik
sebagian maupun secara keseluruhan (Setyawati, 1994). Gejala kelelahan kerja menurut
Gilmer(1966) dan Cameron (1973) yaitu menurun kesiagaan dan perhatian, penurunan
dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan
lingkungan, (depresi, kurang tenaga, kehilangan inisiatif), dan gejala umum (sakit kepala,
vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan
pencemaan, kecemasan, pembahan tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur).
Kelelahan Kerja dapat menyebabkan prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis
motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak, Semangat kerja yang
menurun (Bartley dan Chute, 1982).
Beberapa penelitian mendapatkan hasil, bahwasanya kelelahan kerja berhubungan
dengan faktor fisik, faktor pekerjaan dan faktor individu. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Atik Muftia pada bagian produksi diperoleh ada hubungan antara penerangan
dengan kelelahan dengan nilai pvaluenya 0,032. Hasil penelitian yang dilakukanPaulina
(2008) pada proses produksi menunjukkan adanya hubungan tekanan panas dengan
kelelahan kerja dengan nilai pvaluenya 0,001, ada hubungan antara umur dengan
kelelahan kerja dengan nilai valuenya 0,0001 dan ada hubungan antara masa kerja
dengan kelelahan kerja dengan nilai pvaluenya 0,0001.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
25/109
76
2.3. Faktor-faktor Penyebab Kelelahan Kerja
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut, Depkes
(1990) Agar seorang tenaga kerja dapat terjamin keadaan, kesehatan dan produktivitas
kerja setinggi tingginya maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor
faktor penyebab kelalahan pekerja.
2.3.1. Tekanan Panas
Tekanan panas adalah total panas tubuh seseorang yang berasal dari kombinasi
panas metabolik (internal) dan panas lingkungan (eksternal). Yang dimaksud dengan
panas metabolic adalah hasil sampingan (by-product) dari proses kimia yang terjadi pada
sel, jaringan dan organ (Fundamentals of industrial Hygiene, 4th
edition, Thermal stress).
Panas yang dihasilkan dari proses metabolisme tersebut berasal dari aktivitas manusia.
Suhu nikmat bekerja sekitar 24 - 26C bagi orang- orang Indonesia, suhu dingin
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas
terutama berakibat menurunnya prestasi kerja pikir. Penurunan sangat hebat sesudah
32C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu
pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi
syaraf perasa dan motoris (Sumamur, 1996).
NAB (Nilai Ambang Batas) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatakan penyakit atau gangguan kesehatan dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Biasanya ahli hygiene industry menggunakan parameter yang disebut Wet Bulb Globe
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
26/109
77
Thermometer (WBGT) Index atai Indeks Suhu Basah Bola dan suhu globe/radiasi.
Seseuai dengan Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang ditetapkannya syarat-syarat
keeslamatan dan kesehatan kerja, salah satu sumber bahaya yang ditemukan di tempat
kerja adalah bahaya kondisi fisik berupa iklim kerja panas.
Lingkungan kerja yang panas umumnya lebih banyak menimbulkan permasalahan
dibandingkan lingkungan kerja dingin. Hal ini terjadi karena pada umumnya manusia
lebih mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah dari pada suhu
udara yang tinggi (Ardyanto, 2005). Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan
menurunkan produktifitas kerja yang juga akan membawa dampak negatif terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (Santoso, 2004).
Beban kerja fisik yang berat yang berhubungan dengan waktu kerja yang lebih
dari 8 jam, maka dapat menurunkan produktivitas kerja serta meningkatnya angka
kecelakaan kerja dan sakit (Budiono dkk., 2000). Setiap pekerjaan merupakan beban bagi
pelakunya. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya
dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental
ataupun sosial (Sumamur, 1996). Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat
mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja (Depkes dan
Kessos RI, 2000). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu
adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan ( Sugeng Budiono dkk.,
2000).
Pekerjaan fisik yang berat jika diperpanjang akan mengakibatkan perubahan
fisiologis dan dapat diukur. Misalnya saja, detak jantung, penggunaan oksigen dan
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
27/109
78
ketegangan otot (Anies, 2002). Setiap beban kerja harus disesuaikan dengan kemampuan
tubuh seseorang. Apabila beban kerja lebih besar dari kemampuan tubuh maka akan
terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstress), kecelakaan, cedera, rasa
sakit, penyakit dan produktivitas menurun (paling akhir). Sebaliknya, apabila beban kerja
lebih kecil dari kemampuan tubuh maka akan terjadi understress, kejenuhan, kebosanan,
kelesuan, kurang produktif dan sakit (Santoso, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan
Paulina (2008) pada bagian produksi PT. X menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara tekanan panas dengan kelelahan kerja, dengan nilai pvaluenya 0,001.
2.3.1.1.Dampak Kesehatan yang Ditimbulkan Oleh Panas
Mungkin panas tidak dipersoalkan bila tidk ada dampak yang timbul bagi
manusia, karena pada dasarnya panas itu sangat diperlukan keberadaannya hal
tersebut erat kaitannya dengan energi. Namun demikian kenyataannya terdapat
energi panas yang belebihan yang kotak dengan manusia. Berkaitan dengan
adanya energi panas yang kontak dengan manusia, berikut ini merupakan dampak
kesehatan yang diakibatkan oleh panas yang berlebihan berdasarkan OSHA
(Ocupational Safey and Health Administration) adalah sengatan panas (Heat
stroke), Kelelahan karena panas (Heat exhaustion), Heat Collapse, kejang panas
(Heat Cramp), Heat rash, danHeat Fatigue.
2.3.1.2.Pengukuran Panas
Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan daam pengukuran panas :
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
28/109
79
1. Penentuan titik sampling
Titik sampling sangat mempengaruhi data mengenai keberadaan atau kondisi
panas yang mewakili area panas berlebih. Oleh karena itu lokasi titiksampling
yang akan dijadikan lokasii pengukuran harus tepat dengan memperhatikan
beberapa cara. Pertama, pada area tersebut terdapat sumber panas, baik
peralatan maupun prosesnya. Kedua, secara subjektif pada area tersebut
terdapat perbedaan temperatur dengan suhu lingkungan. Ketiga, pada area
tersebut terdapat pekerja yang melakukan pekerjaan.
2. Persiapan alat ukur
Alat ukur yang digunakan tergantung dari sampling yang akan kita ukur.
Untuk mengukur ssampling lingkungan alat yang kita gunakan adalah
Thermal Environmental Monitor atau yang biasa disebut WBGT (Wet Bulb
Globe Temperature). Sedangkan untuk pengukuran panas personal
menggunakan alatPersonal Heat Monitoring.
Berikut ini merupakan persiapan yang dilakukan terhadap alat ukur sebelum
alat tersebut digunakan :
a. Pastikan bahwa alat ukur dalam kondisi yang baik (berfungsi).b. Lakukan kalibrasi internal dengan lat kalibrasi yang terseia.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
29/109
80
c. Tutup thermometer suhu basah dengan aquades tunggu selama _+ 10-15menit.
d. Pasang WBGT pada alat penyannga (tripod).e. Pelaksanaan pengukuran
Berikut ini merupakan langkah-langkah pengukuran :
a. Letakan alt pada lokasi sampling 2 feet(-+60 cm) dari permukaan tanah,untuk pekerja yang dominan duduk dalam bekerja.
b.
Aktifkan alat (tanpa logging) selama -+ 15 menit untuk adaptasi alat.
c. Aktifkan loggingdata sesuai dengan waktu pengukuran yang diinginkan.d. Matikan logging data jika selesai dan data siap untuk diproses atau
dicetak.
2.3.1.3.Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja)
Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan menggunakan
estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986 yang dapat dilihat
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Estimasi Pengukuran Panas Metabolik
A Body position and movement Kcal/min*
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
30/109
81
Sitting 0.3
Standing 0.6
Walking 2.0 -3.0
Walking uphill Add 0.8 per meter rise
B Type of work
Average
Kcal/min Range kcal/min
Hand workLight
Heavy
0.4
0.9
0.21.2
Work one arm
LightHeavy
1.01.8
0.72.5
Work both arms
LightHeavy
1.52.5
1.03.5
Work whole body
LightModerateHeavy
Very Heavy
3.55.07.0
9.0
2.59.0
C Basal metabolism 1.0
D Sample calculation** Average Kcal/min
Assembling work with heavy hand
tools
Standing
Two arm work
Basal metabolismTotal
0.6
3.5
1.05.1 kcal/min
* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8 m body
surface (19.4 ft2)
** Example of measuring metabolic heat production of worker when
performing initial screening
Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986
Selain estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986, panas
metabolisme dapat diukur melalui perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat
kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi (lampiran 1). Menurut Palupi (2005) beban
kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaan yang
dilakukannya. Penilaian beban kerja dilakukan dengan pengukuran berat badan tenaga
kerja, pengamatan aktifitas tenaga kerja dan kebutuhan kalori berdasarkan pengeluaran
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
31/109
82
energi sesuai tabel perhitungan beban kerja. Pengamatan aktifitas kerja dilakukan dengan
cara pengamatan pada kategori jenis pekerjaan dan posisi badan pekerja setiap jam,
kemudian posisi dan lama gerakan tersebut dicatat dan dihitung.
2.3.1.4.Evaluasi Tingkat Beban Kerja
Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil estimasi
pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai dengan kategori OSHA
pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Tingkat Beban Kerja
No Pengukuran Panas
Metabolik
Tingkat Beban
Kerja1 < 200 kcal/jam Ringan
2 200 - 350 kcal/jam Sedang
3 350 - 500 kcal/jam Berat
4 > 500 kcal/jam Sangat Berat
Sumber : OSHA
2.3.1.5.Standar Tekanan Panas
ACGIH menetapkan nilai ambang batas paparan panas yang diperbolehkan TLV
dalam satuan C WBGT sesuai dengan tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3
Batas Pajanan Tekanan Panas untuk Pekerja
Yang Teraklimatisasi
Allocation of work
in a cycle of work
and recovery
TLV (WBGT values in C)
Light Moderate HeavyVery
Heavy
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
32/109
83
75% to 100% 31.0 28.050% to 75% 31.0 29.0 27.525% to 50% 32.0 30.0 29.0 28.0
0% to 25% 32.5 31.5 30.5 30.0
Sumber : ACGIH TLV and Biological Exposure Indices, 2007
Tabel 2.4
Batas Pajanan Tekanan Panas untuk Pekerja yang tidak teraklimataisasi
Allocation of
work in a cycle
of work and
recovery
Action Limit (WBGT values in C)e
Light Moderate HeavyVery
Heavy
75% to 100% 28.0 25.050% to 75% 28.5 26.0 24.0
25% to 50% 29.5 27.0 25.5 24.5
0% to 25% 30.0 29.0 28.0 27.0
Sumber : ACGIH TLV and Biological Exposure Indices, 2007
2.3.2. Tingkat Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada
telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis dan bunyi-bunyi tersebut tidak
dikehendaki (Sumamur, 1996). Bunyi dinilai sebagai bising sangatlah relatif sekali,
suatu contoh misalnya musik di diskotik, bagi orang yang biasa mengunjungi tempat itu
tidak merasa suatu kebisingan, tetapi bagi orangorang yang tidak pernah berkunjung di
diskotik akan merasa suatu kebisingan yang mengganggu (Gabriel, 1997).Setiap tenaga
kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap kebisingan, terutama nada yang tinggi,
karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi
dan ketidaktenangan (Sutaryono, 2002).
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
33/109
84
Menurut Sumamur (1996) bunyi didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh
getaran- getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi- bunyi tersebut tidak
dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang menentukan
kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam
jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan intensitas atau arus energi persatuan
luas biasanya dinyatakan dalam desibel (db). Telinga manusia mampu mendengar
frekuensi- frekuensi diantara 16- 20.000 Hz.
Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh data
kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan dicari
pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah
dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai
hasil pengukuran adalah desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara 30
-130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang
dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker, 2004).
2.3.2.1.Nilai Tingkat Baku KebisinganAdalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila
bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51
tahun 1999, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu
terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Hasil
penelitian yang dilakuka oleh Muftia (2005) menunjukkan adanya hubungan
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
34/109
85
antara tingkat kebisingan dengan kelelahan. Dengan nilai pvaluenya 0,000. Waktu
maksimum bekerja adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5.NAB Kebisingan Menurut KepMenNaker NO. 51 TAHUN 1999
Waktu Pemajanan per
Hari
Intensitas Kebisingan
dalam dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 9715 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Sumber :KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR KEP.51/MEN/1999
2.3.2.2.Pengukuran Kebisingan
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
35/109
86
Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh
kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh berbeda dengan survey bising.
Untuk lebih memadai, pengukuran kebisingan harus dapat mengidentifikasi
pekerja yang terekspos pada tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan
menghasilkan informasi yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan
peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan. Contoh dari peraturan
perusahaan terkait dengan kebisingan adalah penurunan pajanan kebisingan;
pelindung telinga; tanda zona wajib memakai pelindung telinga; pembekalan
/pelatihan terhadap karyawan.
1. Alat Pengukur Kebisingan
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound
Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan
Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan
NoiseDoseMeterkarena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat
kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising
adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
SoundLevelMeter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM
apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan
tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan
menggerakan meter penunjuk. Audiometeradalah alat untuk mengukur nilai
ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
36/109
87
Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapat
didengar telinga.
Adapun operasional pengkuran dapat dilakukan sebagaimana Lampiran II
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.: Kep-48/MENLH/11/1996
sebgai berikut :
a. Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan standar yangakan diacu dalam survei.
b.
Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi pemeriksaan batere sound level
meter (SLM) dan kalibrator, serta aksesories misalnya windscreen, rain
cover, dan lain-lain.
c. Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu dilakukan sebelum dan sesudahpengukuran berlangsung.
d. Pembuatan denah lokasi dan titik dimana pengukuran dilakukan.e. Bila pengukuran dilakukan dengan free-field microphone (standar
IEC) maka SLM diarahkan lurus ke sumber. Sedangkan jika
mikropon yang digunakan merupakan random incidence microphone
(ANSI), maka SLM harus diorientasikan sekitar 70o
- 80o
terhadap
sumber bising.
f. Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah, makasangat penting untuk memilih mikropon dan mounting yang tepat
yang memungkinkan untuk mencapai karakteristik omnidirectional
terbaik.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
37/109
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
38/109
89
Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara
efektif. Penerangan dapat berasal dai cahaya alami dan buatan. Penerangan adalah
penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja. Beberapa
penyelidikaan mengenai hubungan antara produktivitas dengan penerangan telah
memperlihatkan, bahwa penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan
dapat menghasilkan produksi maksimal dan penekanan biaya (Sutaryono, 2002).
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda- benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di
sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin terjadi. Selain itu penerangan yang memadai memberikan
kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan
(Sumamur, 1996). Penerangan di tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu
diupayakan penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan kerja dan
memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman dan nyaman, yang antara lain
disebabkan karena mereka dapat melihat obyek yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan
tanpa upaya tambahan, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan
menyenangkan.
Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah:
1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.2. Kelelahan mental.3. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
39/109
90
4. Kerusakan alat penglihatan.5. Meningkatnya kecelakaan (Budiono, 2003).
2.3.4.
Getaran
Getaran adalah beresonansinya tubuh manusia akibat adanya sumber getaran yang
dapat menimbulkan gangguan berupa ganguan kesehatan. (Depnaker, 1993) Getaran
adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak- balik dari
kedudukan kesetimbangannya. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan
motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Menurut Budiono (2003) pengaruh
getaran pada tenaga kerja dapat dibedakan:
1. Gangguan kenikmatan dalam bekerja.2. Mempercepat terjadinya kelelahan.3. Gangguan kesehatan
Getaran suatu benda dapat dihindari dengan meletakkan bahan peredam di bawah
benda yang bergetar. Bahan peredam harus jauh lebih rendah frekuensinya dari frekuensi
getaran benda. Frekuensi dari bahan peredam sebaiknya sekitar 1 Hz (Gabriel, 1997).
2.3.5. Ventilasi
Ventilasi di dalam suatu industri atau pertukaran udara di dalam industri
merupakan suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara suatu
ruangan yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja. Di
samping itu juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
40/109
91
kerja sampai batas yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan pekerja
(Depnaker, 1993).
2.3.6.ShiftKerja
Perbedaan waktu kerja di pagi, siang dan malam hari juga mempengaruhi
kelelahan tenaga kerja. Tingkat kelelahan tenaga kerja yang bekerja di malam hari akan
lebih besar jika dibanding kerja di pagi atau siang hari. Hal itu dikarenakan jumlah jam
kerja yang dipakai tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih kecil
dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu,
keadaan terang, beban yang harus diselesaikan pada siang hari seperti pekerjaan rumah
dan mengurus anak dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat diubah seluruhnya
menurut kebutuhan, yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif
lebih banyak pada siang hari (Sumamur, 1996). Berdasarkan hasil peneltian yang
dilakukan oleh Febriana, (2009) menunujukan adanya hubungan antara shift kerja
dengan kelelahan, dengan nilai pvaluenya 0,000.
2.3.7. Psikologis
Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan
pekerjaan itu. Reaksi tersebut dapat bersifat positif misalnya, senang, bergairah, dan
merasa sejahtera atau reaksi yang bersifat negatif misalnya, bosan, acuh, tidak serius,
stres dan sebagainya (Notoatmodjo, 1997). Tenaga kerja yang mempunyai masalah
psikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis (Budiono dkk., 2000).
Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu, suatu
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
41/109
92
kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu,
dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang
besar (Budiono dkk, 2000). Rasa bosan merupakan manifestasi dari reaksi suasana yang
monoton (Nurmianto, 2003). Dalam hal ini kebosanan merupakan ungkapan perasaan
tidak enak secara umum, yakni suatu perasaan resah, kurang menyenangkan dan lelah
(Anies, 2002). Rasa bosan dapat dirasakan oleh siapa saja. Kebosanan biasanya banyak
dialami oleh pekerja dalam bidang industry misalnya saja operator mesin tenun, mesin
cetak dan sejenisnya yang sifatnya monoton dan berulangulang (Budiono dkk, 2000).
MenurutBudiono dkk, (2000) bila kebosanan berlangsung terus dan tidak diatasi,
maka akan timbul:
1) Timbulnya rasa kesal, lemas, dan lelah;2) Berkurangnya kewaspadaan;3) Perasaan tidak betah dan menghindar dari pekerjaan (absensi tinggi);4) Terjadinya kerusakan atau kesalahan dalam bekerja akibat kurangnya
konsentrasi;
5) Terjadinya kecelakaan kerja;6) Turunnya produktivitas kerja.
MenurutAnies (2002) upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebosanan
adalah; (1) Perlu dilakukan kesesuaian antara tenaga kerja dengan pekerjaannya; (2)
Melakukan perputaran pekerjaan (job rotation); (3) Mengubah kondisi lingkungan kerja.
2.3.8. Masa Kerja
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
42/109
93
Tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentuk mengakibatkan
berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya
gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu
kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanantekanan yang tera-kumulasi setiap
harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarutlarut
mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis.
Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum
saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari perasaan
emosi (Budiono dkk, 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa
(2008) terdapat hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan, dengan nilai
pvaluenya 0,002.
2.3.9. Usia
Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan duapuluhan
dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia (Lambert, 1996: 244). Departemen
Kesehatan RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15-54 tahun
(www.Depkes-RI.go.id). Menurut Hidayat (2003) mandapatkan bukti di negara Jepang
menunujukan bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita
kelelahan dibandingkan dengan pekerja relative lebih muda. Dengan menanjaknya umur
maka kemampuan jasmani dan rohanipun akan menurun secara perlahan-lahan. Aktivitas
hidup juga berkurang, yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidak mampuan
tubuh dalam berbagai hal (Margatan, 1996).
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
43/109
94
Pada usia lanjut jaringan otot akan mengerut dan digantikan oleh jaringan ikat.
Pengerutan otot menyebabkan daya elastisitas otot berkurang (Margatan, 1996). Proses
menjadi tua diserta kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada
alat tubuh, sistem kardiovaskular, hormonal (Sumamur, 1996). Hasil penelitian yang
dilakukan Paulina (2008) pada bagian produksi PT. X menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara umur responden dengan kelelahan kerja, dengan nilai
pvaluenya 0,0001.
2.3.10.Jenis Kelamin
Laki laki dan wanita berbeda dalam hal kemampuan fisiknya, kekuatan kerja
ototnya. Menurut pengalaman ternyata siklus biologi pada wanita tidak mempengaruhi
kemampuan fisik, melainkan lebih banyak bersifat sosial dan kultural. (Depnaker, 1993).
Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan
tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang
jika dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita sedang haid yang tidak normal
(dysmenorrhoea), maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (Sumamur,
1996).
2.3.11.Status Perkawinan
Kinsey (1965), membagi status pernikahan kedalam 3 kelompok yaitu single,
married, dan post married. Kelompoksingle adalah kelompok yang tidak menikah atau
belum menikah. Kelompokmarriedadalah kelompok yang sedang berada dalam status
pernikahan yang sah secara hokum, sedangkan kelompokpost married adalah kelompok
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
44/109
95
yang sudah pernah menikah tetapi kemudian berpisah karena perceraian atau kematian.
Pernikahan menyebabkan meningkatnya tanggung jawab yang dapat membuat pekerjaan
tetap lebih berharga dan penting. Tugas- tugas perkembangan yang dimiliki oleh orang
yang sudah menikah menurut sudirman (1987):
1. Belajar hidup dengan paangan dalam perkawinan2. Mulai hidup berkeluarga3. Memelihara anak4. Mengatur rumah tangga5. Memulai dalam pekerjaan
Seseorang yang sudah menikah dan memiliki keluarga maka akan mengalami
kelelahan akibat kerja dan setelah dirumah harus melayani anak dan istrinya yang mana
waktu terebut digunakan untuk beristirahat (Irma, 2009). Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Eraliesa (2008) terdapat hubungan antara status perkawinan
dengan tingkat kelelahan, dengan nilai pvaluenya 0,01.
2.3.12.Kebiasaan Merokok
Semakin lama dan tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan
otot yang dirasakan. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran tubuh
seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paruparu, sehingga
kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat
kesegaran juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang
menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
45/109
96
darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan
akhirnya timbul kelelahan (Tarwaka, 2004). Seseorang dapat diakatan perokok ringan
apabila merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila
merokok 10-20 batang perhari dan dikatakan perokok berat apabila merokok lebih dari 20
batang perhari (Bustan, 2000).
2.3.13.Status Kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin
seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit. (Hasibuan,
2000). Riwayat alamiah penyakit yang pernah diderita oleh karyawan juga berhubungan
dengan tingkat kelelahan kerja. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kelelahan:
Pertama adalah penyakit jantung. Kerja fisik yang sangat berat merupakan kondisi yang
sangat menegangkan yang harus dihadapi oleh sistem sirkulasi normal. Hal ini karena
pada beberapa kondisi, aliran darah yang melalui otot dapat meningkat lebih dari 20 kali
lipat. Kenaikan dari aliran darah ini juga dapat meningkatkan aktivitas jantung lebih dari
normal. Kenaikan aliran darah ini salah satunya adalah dikarenakan berkurangnya O2
dalam jaringan otot (Guyton & Hall, 1997). Kekurangan O2 yang berkurang secara cepat
memungkinkan terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat
yang mempercepat kelelahan (Santoso, 2004). Penempatan sebelum tenaga kerja bekerja
harus disesuaikan dengan keadaan kemampuan jantung seorang tenaga kerja (Sumamur,
1996).
Kedua adalah hipertensi. Hipertensi adalah suatu penyakit dimana salah satu
penyebabnya adalah karena tekanan tinggi pada arteri sehingga arteri kehilangan
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
46/109
97
kelenturannya untuk mengembang dan menyempit sehingga terjadi penyumbatan dan
mengganggu peredaran darah (Gunawan, 2001). Pada waktu bekerja fisik berkurangnya
aliran darah selama kontraksi otot adalah akibat tertekannya pembuluh darah oleh otot
yang berkontraksi (Guyton & Hall, 1997). Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika
berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa O2 memungkinkan
terjadinya kelelahan (Santoso, 2004). Kelelahan merupakan gejala dari hipertensi
(kenaikan tekanan darah) dan pada umumnya bersamaan dengan sakit kepala (gejala
utama) dan pada kasus-kasus berat dengan sesak nafas pada gerakan berlebihan dan
pusing (Gibson, 1985).
Ketiga adalah penyakit ginjal. Pengaruh kerja terhadap faal ginjal terutama
dihubungkan dengan pekerjaan yang perlu mengerahkan tenaga dan yang dilakukan
dalam cuaca kerja panas. Kedua-duanya mengurangi peredaran darah ke ginjal dengan
akibat gangguan penyediaan zatzat yang diperlukan oleh ginjal (Sumamur 1996:).
Kelelahan merupakan suatu gejala dari gagal ginjal. Kelelahan timbul bersamaan
dengan muntahmuntah, sedu, lidah yang kering, pigmentasi yang kekuningkuningan
pada kulit, depresi dan kebingungan (Gibson, 1985).
2.3.14.Kesegaran Jasmani
Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan
lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula
(Yasrin, 1996). Manusia yang sehat dan memiliki tingkat kesegaran yang baik akan
mampu berprestasi dalam pekerjaan sehingga tingkat produktivitas akan meningkat
(Pradono, 1999). Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
47/109
98
sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dengan pengeluaran energi
yang cukup besar guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta
untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu dibutuhkan (Sajoto, 1988).
kesegaran jasmani adalah kemampuan dan kesanggupan tubuh dalam penyesuaian atau
adaptasi terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya tanpa menimbulkan
kelelahan berlebihan ( Dangsina,1984 ). Jadi apabila keadaan seseorang tidak dalam
keadaan segar jasmaninya maka berpotensi terjadinya kelelahan.
2.3.15.Status Gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang.
Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan
kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan
meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Sumamur, 1996). Tingkat gizi,
terutama bagi pekerja kasar dan berat adalah faktor penentu derajat produktivitas
kerjanya. Beban kerja yang terlalu berat sering disertai penurunan berat badan
(Sumamur, 1996).
Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan menghitung IMT dengan
rumus:
Kategori berat badan menurut IMT :
1. Kekurangan berat badan tingkat berat :
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
48/109
99
3. Normal : >18,5-25,04. Kelebihan berat badan tingkat ringan : >25,0-27,05. Kelebihan berat badan tingkat berat : >27,0
Tabel 2.6.
Kerugian Berat Badan yang Kurang Ideal
Berat badan Kerugian
(1) (2)
Kurang (kurus) Penampilan cenderung kurang baik,
mudah lelah, risiko penyakit tinggi, wanita
kurus yang hamil mempunyai risiko tinggi
melahirkan bayi dengan BBLR, kurang
mampu bekerja keras.
Kelebihan (gemuk) Penampilan kurang menarik, gerakan
tidak gesit dan lamban, risiko penyakit
jantung, pada wanita dapat menyebabkan
gangguan haid.
Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk., (2002:61).
Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan dapat
menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia
18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit
tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Akibat kekurangan zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bila hal ini
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan terjadi kemerosotan jaringan,
dengan meningkatnya defisiensi zat gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya
zatzat gizi dalam darah, berupa rendahnya tingkat Hb, serum vitamin A dan karoten.
Dapat pula terjadi peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat
pada kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung lama, akan mengakibatkan
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
49/109
100
terjadinya perubahan fungsi tubuh yang tanda-tandanya, yaitu kelemahan, pusing,
kelelahan, nafas pendek dan lain-lain (Supariasa dkk., 2002). Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan olehEraliesa (2008) terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat
kelelahan, dengan nilai pvaluenya 0,002.
2.4. Pengendalian Dan Penanggulangan Kelelahan
Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting adalah bagaimana
menangani setiap kelelahan yang muncul agar tidak menjadi kronis. Agar dapat
menangani kelelahan dengan tepat, maka harus diketahui apa penyebab dari kelelahan
tersebut (Tarwaka, 2004). Menurut Budiono (2000) Kelelahan dapat dikurangi dengan
berbagai cara:
1) Pengaturan jam kerja.2) Pemberian kesempatan istirahat.3)
Adanya masamasa libur dan rekreasi.
4) Penerapan ilmu ergonomi dalam bekerja.5) Penggunaan musik ditempat kerja.6) Memperkenalkan perubahan rancangan produk.7) Merubah metoda kerja menjadi lebih efisien dan efektif.8) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman
2.5.Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Grandjean (1988), Setyawati (1994)
Siswanto (1999),Akerstedt ed Alt(2002) dan Tarwaka (2004) mengenai beberapa faktor
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
50/109
101
utama yang signifikan yang menyebabkan terjadinya kelelahan, meliputi : jenis kelamin,
usia, kelebihan kerja (overtime work), tempat kerja, Physically, intensitas, durasi kerja
fisik, mental, penerangan, tingkat kebisingan, status kesehatan, nutrisi, lingkungan kerja,
dan penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja (kerja shift, suhu ruang kerja,
penerangan, kebisingan, monotoni pekerjaan dan kebosanan). Berdasarkan teori yang
telah disebutkan bahwasanya ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kelelahan. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat kerangka teori di bawah ini :
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
51/109
102
Sumber : Grandjean (1988), Setyawati (1994) Siswanto (1999), Akerstedt ed Alt(2002)
dan Tarwaka (2004). Gambar 2.1.
Kerangka Teori
Kelelahan
ShiftKerja
Psikologis
Tin kat Kebisin an
Tekanan Panas
Penerangan
Getaran
Ventilasi
Usia
Jenis Kelamin
Kebiasaan Merokok
Status Gizi
Status Kesehatan
Massa Kerja
Status Perkawinan
Kesegaran Jasmani
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
52/109
103
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu pada faktor kondisi lingkungan yang
diteliti, fakta-fakta kejadian dan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tekanan
panas, tingkat kebisingan, masa kerja, shift kerja, usia, status perkawinan,
kebiasaan merokok, dan status gizi dengan kelelahan pada pekerja. Adapun
variabel getaran dan penerangan tidak dilakukan karena tidak adanya alat untuk
mengukur dalam penelitian ini, sehingga hal ini menjadi salah satu kekurangan
dalam penelitian. Sedangkan untuk variabel ventilasi tidak diteliti karena area
produksi memilki ventilasi yang ada merupakan ventilasi terbuka. Faktor
psikologis merupakan faktor yang subyektif sehingga sulit didapatkannya hasil
yang pasti atau signifikan. Jenis kelamin tidak diteliti karena homogen yaitu laki-
laki. Tingkat keterampilan pekerja memiliki karakteristik yang sama karena
bekerja dengan menggunakan mesin. Faktor status kesehatan merupakan
persyaratan responden yang mengisi kuesioner berada dalam kondisi yang sehat.
Adapun faktor kesegaran jasmani tidak diteliti karena faktor tersebut sudah
tergambarkan dalam variabel status keehatan.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
53/109
104
Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen) tekanan panas, tingkat kebisingan, masa kerja, Shift kerja,
usia, status perkawinan, kebiasaan merokok, dan status gizi dijadikan sebagai
varibel bebas, sedangkan kelalahan ditetapkan sebagai variabel terikat. Hubungan
antara beberapa varibel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini:
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Kelelahan Kerja
Tekanan panas
Tingkat Kebisingan
Masa kerja
Shiftkerja
Usia
Status perkawinan
Kebiasaan merokok
Status gizi
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
54/109
54
54
3.2.Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Kelelahan Kerja Menurunnya kapasitas kerja dan ketahanankerja yang ditandai oleh sensasi lelah dan
reaksi motor
Reactiontimer test
Pengukuranlansung
0)
Kelelahan Kerja Berat(KKB) : waktu reaksi >
580.0 milidetik
1) Kelelahan Kerja Sedang(KKS) : waktu reaksi
410.0-240.0-
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
55/109
55
55
kerja yang
dilewati
3 Tingkat
kebisinganSuara yang tidak diinginkan atau tidak
nyaman untuk didengar.
Sound Level
meter.
Pengukuran
langsung
0. > 85 dB1. < 85 dB Ordin
4 Masa Kerja Waktu yang dilalui pekerja sejak bekerja di
bagian produksi PBD PT Indocement
Prakasa Tbk. Citeureup
Kuesioner Wawancara 0. > 10 tahun1. < 10 tahun Ordin
5 ShifttKerja Kerja bergilir yang dilakukan di luar jam
kerja normal (Kuswadji, 1997)
Kuesioner Wawancara 0. Shiftt3 (Pukul 22-7)1. Shiftt2 (Pukul 15-22)2. Shift1 (Pukul 07-15)
Ordin
6 Usia Masa yang pernah dilalui seseorang sejaktahun kelahiran sampai waktu penelitian
(Afriani, 2002).
Kuesioner Wawancara 0. > 40 tahun1. < 40 tahun Ordin
7 Status
perkawinanKeterangan yang menunjukkan riwayat
pernikahan tenaga kerja yang terdapat pada
kartu identitas pekerja, dan dikategorikan
atas kawin dan tidak kawin.
Kuesioner Wawancara 0. Kawin1. Belum kawin Ordin
8 Kebiasaan
Merokok
Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
dalam menghisap rokok mulai dari satubatang ataupun lebih dalam satu hari.Bustan, (2000)
Kuesioner Wawancara 0. Berat (> 20batang/hari)
1. Sedang (10-20)batang/hari)
2. Ringan (< 10 abtang/hari)
3. Tidak merokok (0batang/hari)
Bustan, (2000)
Ordin
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
56/109
56
56
9 Status Gizi Suatu kondisi yang menggambarkan
keadaan gizi pada orang dewasa denganmemperhitungkan indeks masa tubuh
(IMT)
Kuesioner,
Timbangan,kalkulator
dan meteran
Pengukuran
lansung
0. Kurus ( < 18.5)
1. Gemuk ( > 25)
2. Normal (18.5 - 25)
(Supariasa dkk.,2002 )
Ordin
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
57/109
57
57
3.3. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja di prosesproduksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun
2010.
2. Ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
tahun 2010.
3. Ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada pekerja di prosesproduksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun
2010.
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja di prosesproduksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun
2010.
5. Ada hubungan antara usia dengan kelelahan pada pekerja di proses produksikantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2010.
6. Ada hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
tahun 2010.
7. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kelelahan pada pekerja diproses produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
tahun 2010.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
58/109
58
58
8. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja di prosesproduksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun
2010.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
59/109
59
59
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional
(potong lintang) karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan
diamati pada waktu (periode) yang sama.
4.2Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April- Agustus 2010 di bagian produksi
kantong semen PBD (Paper Bag Division) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Citeurup-Bogor.
4.3Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah operator yang bekerja di produksi kantong semen PBD PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yaitu sebesar 168 orang. Sedangkan sampel yang diambil
menggunakan simple random sampling dan mengambil sampel sebanyak 88 orang pekerja yang
mewakili populasi dengan menggunakan uji beda proporsi dengan rumus sebagai berikut:
n =(z1- 2(1- )+ z1- P1(1- P1)+ P2(1- P2) )2
(P1- P2)2
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
60/109
60
60
Keterangan :
n : Besar sampel
: Rata-rata proporsi pada populasi (Afriani, 2002)
P1 : Proporsi status gizi buruk terhadap kelelahan kerja
P2 : Proporsi status gizi baik terhadap kejadian kelelahan kerja
z1- : Derajat kemaknaan pada uji 2 sisi = 95%
z1- : Kekuatan uji 80%
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian
ini sebesar:
n =(1,96 2x0,45(1-0.45)+ 0.84 0.61(1-0.61)+0.30(1-0.30))2
(0.61-0.30)2
= 40
= 40 x 2 = 80
Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban dari responden
maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel tersebut, sehingga jumlah sampel
keseluruhan sebesar 88 orang, dengan kriteria (Hendra, 2003):
1. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung2. Tidak sedang menderita sakit/demam3. Tidak sedang mengalami kelainan fungsi ginjal4. Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan (obat-obatan yang dikonsumsi baik
dari dokter ataupun tidak)
5. Tidak sedang menderita flue, batuk, dan asma.
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
61/109
61
61
4.4Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Heat Stress Monitoring Questemp
34o, Sound Level Meter untuk mengukur kebisingan, Reaction Timer Test untuk mengukur
kelelahan, timbangan dan meteran untuk mengukur IMTsedangkan kuesioner digunakan untuk
mengukur variable independen yang lain.
4.4.1Kelelahan
Reaction Timer Test merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan
kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya. Prinsip kerja dari alat ini adalah
memberikan rangsang tunggal berupa signal cahaya atau lampu yang kemudian direspon
secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian dapat dihitung waktu reaksi tenaga kerja yang
mencatat waktu yaang dibutuhkan untuk merespon signal tersebut. Pengukuran dilakukan
sebanyak 5 kali, setiap hasil pengukuran dijumlahkan, kemudian diambil nilai rata-ratanya.
Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan yaitu :
a. Normal : waktu reaksi 150,0 240,0 mili detikb. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240,0 -
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
62/109
62
62
mengukur suhu dengan menggunakan HSM indeks WBGT untuk mengetahui kondisi lingkungan
suhu pekerja. Kemudian setelah itu tekanan panas dapat diketahui sesuai dengan lamanya jam
kerja.
4.4.2.1 Data Panas Lingkungan (Indeks WBGT)
Data mengenai panas lingkungan kerja diperoleh dengan cara pengukuran langsung
pada lokasi penelitian menggunakan Heat Stress Monitoring Quest temp 340
merupakan alat untuk mengukur iklim kerja, adapun cara yang dapat dilakukan
adalah:
1. Persiapan pengukuran1) Tentukan titik sampling/pengukuran2) Siapkan alat ukur
(1)Pastikan alat ukur dalam kondisi baik dan berfungsi(2)Lakukan kalibrasi internal menggunakan alat kalibrasi yang tersedia(3)Tutup termometer suhu basah dengan kain katun(4)Lakukan set-up untuk mengatur beberapa indikator pengukuran yaitu:
bahasa, satuan, tanggal/bulan/tahun, jam/menit/detik, heat index,
humidity index, dan logging rate
(5)Basahi dengan aquades dan tunggu selama 10 - 15 menit(6)Pasang WBGT pada alat penyangga (tripod).
2. Pelaksanaan Pengukuran (Eksekusi)1) Pastikan WBGT diletakkan pada lokasi yang tepat2) Letak WBGT jangan sampai mengganggu proses kerja
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
63/109
63
63
3) Letak WBGT jangan sampai membahayakan kondisi alat4) Operator harus memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja5) Berkoordinasi dengan pekerja maupun petugas di lapangan.6) Letakkan alat pada lokasi sampling
- 2 feet ( 60 cm) dari permukaan tanah untuk pekerja yang dominanduduk
- 3.5 feet ( 100 - 110 cm) dari permukaan tanah untuk pekerja yangdominan berdiri
7)
Aktifkan alat (tanpa logging) selama 15 menit (untuk adaptasi)
8) Aktifkan loggingdata sesuai dengan waktu pengukuran yang diinginkan9) Matikan loggingdata jika telah selesai dan data siap diproses atau dicetak.
4.4.2.2 Data Panas Metabolik
Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan menggunakan estimasi
pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Estimasi Pengukuran Panas Metabolik
A Body position and movement Kcal/min*
Sitting 0.3
Standing 0.6
Walking 2.0 -3.0Walking uphill Add 0.8 per meter rise
B Type of work
Average
Kcal/min Range kcal/min
Hand work
LightHeavy
0.40.9
0.21.2
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
64/109
64
64
Work one arm
Light
Heavy
1.0
1.8
0.72.5
Work both arms
Light
Heavy
1.5
2.5
1.03.5
Work whole bodyLight
Moderate
HeavyVery Heavy
3.5
5.0
7.09.0
2.59.0
C Basal metabolism 1.0
D Sample calculation** Average Kcal/min
Assembling work with heavy hand
toolsStanding
Two arm workBasal metabolism
Total
0.6
3.51.0
5.1 kcal/min
* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8 mbody surface (19.4 ft
2)
** Example of measuring metabolic heat production of worker when
performing initial screening
Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986
Hasil estimasi tersebut (lampiran 2) kemudian disesuaikan dengan kriteria beban
kerja menurut OSHA pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Tingkat Beban Kerja
No Pengukuran Panas Metabolik Tingkat Beban Kerja
1 < 200 kcal/jam Ringan
2 200 - 350 kcal/jam Sedang
3 350 - 500 kcal/jam Berat
4 > 500 kcal/jam Sangat Berat
Sumber : OSHA
7/27/2019 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
65/109
65
65
Hasil estimasi atau perkiraan perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat
kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi yang selanjutnya disesuaikan
dengan kriteria beban kerja menurut OSHA kemudian dianalisis sesuai dengan
observasi alokasi waktu kerja dalam siklus kerja dan pemulihan kerja pada
operator untuk menetapkan standar indeks WBGTi yang diperbolehkan pada