198
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI SUPLEMEN ASAM AMINO PADA ANGGOTA FITNESS CENTRE SYAHIDA INN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : TIKA WIDYA SARI NIM : 109101000088 PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/ 1434 H

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI

SUPLEMEN ASAM AMINO PADA ANGGOTA FITNESS CENTRE

SYAHIDA INN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

TIKA WIDYA SARI

NIM : 109101000088

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/ 1434 H

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …
Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, 27 Agustus 2013

Tika Widya Sari, NIM: 109101000088

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

xxiii + 128 halaman, 3 bagan, 24 tabel, 7 lampiran + 14 singkatan

ABSTRAK

Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi

kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin,

mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan)

yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.

Suplemen asam amino dapat membentuk atau membesarkan sel-sel otot (penebalan

otot) untuk orang yang memiliki aktivitas fisik berat setiap harinya, dapat

meningkatkan berat badan dengan disertai olahraga fitness, memberikan energi dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota

fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif

dengan desain cross sectional study. Sampel penelitian berjumlah 76 anggota fitness.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi terkait

dan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara kepada responden.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada anggota fitness lebih banyak

yang tidak mengkonsumsi suplemen asam amino yaitu sebesar 51,3%. Kemudian

dari hasil analisis bivariat dengan tingkat kemaknaan 5%, diperoleh 4 faktor yang

berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino yakni jenis kelamin dengan P

value 0,027, keterpaparan media promosi dengan P value 0,020, status merokok

dengan P value 0,034, dan asupan protein dengan P value 0,000.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menyarankan kepada

anggota fitness sebaiknya membiasakan diri berperilaku makan seimbang setiap hari.

Jika hendak mengkonsumsi suplemen maka sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu

dengan ahli gizi. Untuk kalangan peneliti penulis menyarankan dilakukan penelitian

lebih lanjut dalam skala yang lebih besar dan dengan desain studi yang berbeda.

Kata Kunci :suplemen makanan, asam amino, fitness

Daftar Bacaan : 69 (1980 – 2013)

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

iii

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

DEPARTMENT STUDY OF PUBLIC HEALTH

SPECIALISATION OF NUTRITION COMMUNITY

Undergraduated, 27 August 2013

TikaWidya Sari, NIM: 109101000088

Factors Associated with the Consumption of Amino Acid Supplements in

Member of Fitness Centre Syahida Inn State Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta in 2013.

xxiii + 128 pages, 3 charts, 24 tables, 7 attachments + 14abbreviation

ABSTRACT

Dietary supplements is a product that intended to complete the nutrition of

food needs, containing one or more ingredients such as vitamins, minerals, amino

acids or other materials (derived from plant or not plant) that has nutrition and or

physiological effects in concentrated amounts. Amino acid supplement may establish

or raise muscle cells (muscle thickening) for daily hard physical activity of people

that could be improve weight with fitness exercise, provide energy and increase

endurance. This study aims to know the related factors with amino acid supplements

consumption of the members fitness centerSyahida Inn UIN SyarifHidayatullah

Jakarta in 2013.

This research is a quantitative analytical with a cross-sectional study.

Design among 76 fitness members. The data were colected using secondary data

from the relevant agencies and primary data obtained through questionnaires and

interviews. The analysis using univariate and bivariate analysis.

The result of the research it shown that most of fitness members 51,3% did

not take amino acids supplements.The results of the bivariate analysis with level

significant 5 %, obtained 4 factors related to amino acid supplements consumption

that sex with P value 0.027, promotional media exposure with P value 0.020,

smoking status with P value 0.034, and protein intake with P value 0.000.

Based on these results, the researchers suggest the fitness members should

familiarize themselves to balance theirdaily meal as their habitually. Should consult

with a nutritionist before consume the supplement. The author advises for all the

researchers to conduct further research on a larger scale and with different

designsstudy.

Keywords : dietary supplements, amino acids, fitness

Reading List : 69 (1980 - 2013)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

iv

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

v

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

vi

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Tika Widya Sari

Tempat/Tgl Lahir : Talang Kemang, 31 Januari 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Marital : Belum Menikah

Alamat : Desa Tanjung Bulan, Kec. Rambang Kuang, Kab. Ogan

Ilir, Sumatera Selatan

Tlp/Hp : 087884486914

Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

Tahun 1997-1999 : TK Darul Falah Tanjung Bulan

Tahun 1999-2003 : Madrasah Ibtidaiyah Darul Falah Tanjung Bulan

Tahun 1997–2003 : SD Negeri Tanjung Bulan

Tahun 2003–2006 : MTs Pondok Pesantren Darun Najah Bangun Jaya

Tahun 2006–2009 : MAN Sakatiga Ogan Ilir

Tahun 2009–2013

: S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Tetes peluh yang membasahi asa, ketakutan yang memberatkan

langkah, tangis keputusasaan yang sulit dibendung, dan kekecewaan yang

pernah menghiasi hari-hari kini menjadi tangisan penuh kesyukuran dan

kebahagiaan yang tumpah dalam sujud panjang. Alhamdulillah maha besar

Allah, sembah sujud sedalam qalbu hamba haturkan atas karunia dan rizki

yang melimpah, kebutuhan yang tercukupi, dan kehidupan yang layak.

Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup

takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat,

namun manisnya hidup justru akan terasa apabila semuanya terlalui dengan

baik, meski harus memerlukan pengorbanan.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan

dikejar, untuk sebuah pengharapan agar hidup jauh lebih bermakna, karena

tragedi terbesar dalam hidup bukanlah kematian tapi hidup tanpa tujuan.

Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus diimbangi

dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga angan tidak hanya menjadi

sebuah bayangan semu.

Dengan hanya mengharap ridha-Mu semata, ku persembahkan karya

kecil ini, untuk cahaya hidup yang senantiasa ada saat suka maupun duka,

selalu setia mendampingi saat ku lemah tak berdaya, untuk yang terkasih Ibu

Mugiyati, Bapak Jumiono, adikku Rama dan Ridho, nenek, kakek, dan semua

keluargaku yang selalau memanjatkan doa dalam setiap sujudnya yang

senantiasa mengiringi setiap derap langkahku dalam meniti kesuksesan.

Terima kasih Keluargaku Tercinta. Mohon dimaafkan bila ikhtiar ku ini tidak

maksimal sesuai yang diharapkan, semoga Allah senantiasa menjadikan kita

keluarga sakinah hingga ke syurga.

“Ya Allah, jadikanlah Iman, Ilmu dan Amal ku sebagai lentera jalan hidupku,

keluarga dan saudara seimanku”

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan (QS.Al-Insyirah : 6)

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaannirrohiim

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta

Alam, sumber dari segala sumber yang ada di dunia ini karena atas izin dan jalan-

Nya lah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul: “Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota

Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat dan

salam selalu untuk Rasulullah SAW, Rasul mulia dan penutup para Nabi.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan dukungan dan bantuan pihak-pihak

terkait serta penulis juga mendapatkan banyak masukan, ilmu, spirit dan doa. Oleh

karena itu dengan penuh kerendahan hati dan cinta, saya ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yang tiada henti-hentinya mendo’akan di setiap

waktunya, memberikan kasih sayang yang tak terhingga, semangat, motivasi,

moril, dan materil, serta senantiasa memberikan dukungan untuk pantang

menyerah dan selalu sabar dalam menyelesaikan semua tugas yang diemban

oleh penulis. Bapak Jumiono dan Ibu Mugiyati, semoga Allah SWT

memuliakan Bapak dan Ibu serta mengangkat derajat Bapak dan Ibu, karena

tanpa Bapak dan Ibu penulis tidaklah memiliki arti apa-apa. Adik-adikku

tersayang dan termanis Rama Adi Surya dan M. Ridho Prayoga, kakek,

nenek, serta keluarga besarku. Love U So Much all.. My Lovely Fams...

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

ix

2. Pihak Dinas Pendidikan Provinsi dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. Terima kasih banyak

semoga Allah senantiasa memberkahi bapak-bapak dan ibu-ibu semua.

Amin...

3. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan FKIK Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Febrianti, M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

sekaligus penanggungjawab peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKIK

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM dan Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM,

MKM, selaku pebimbing 1 dan 2 skripsi terimakasih atas segala bimbingan,

arahan, kesabaran dalam membimbing hingga skripsi ini selesai. Semoga

Allah membalas amal baik ibu.

6. Bu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku penguji seminar proposal, terimakasih

atas saran, masukan dan bimbingannya.

7. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si, Ibu Fase Badriah, Ph.D dan Ibu Hj.

Farihah Sulasiah, MKM selaku penguji sidang skripsi, terimakasih telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran serta saran dan bimbingannya.

8. Seluruh dosen dan staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Bapak Zulfikar (Bang Thoger) selaku Coach Fitness Centre dan bang Aan

selaku administrasi Fitness Centre Syahida Inn yang telah membantu peneliti,

serta para anggota Fitness Centre yang telah bersedia mengisi kuesioner.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

x

10. Buat abang Tohirin yang selalu memberikan do’a, semangat, motivasi agar

cepat lulus, makasih juga atas perhatian dan kesetiannya abang. ILU...

11. Teman-teman beasiswa Santri Jadi Dokter (SJD-Sumsel) angkatan 2009, vita,

etika, rani, rafita, nurul, ira, kiki, susi, maya, maharani, seila, ani, inti, zil,

rudi, rifqy, aan, desly, midun, putra, yang selalu memberikan do’a, dukungan

dan motivasi untuk bisa lulus bareng, serta terimakasih juga pada semua adik-

adik beasiswa SJD-Sumsel atas do’a dan dukungannya.

12. Teman-teman Peminatan Gizi (keluarga Gidza Holic 2009), yang selalu

memberikan support, semangat perjuangan serta pengalaman kebersamaan

yang tidak ternilai, anak-anak K3, Kesling dan MPK teman seperjuangan.

Buat mbak Lilik, buluk mila, nursyam, mbak heni, ana, telok fitri, dkk

makasih udah bantu turun lapangan dan menemani penulis sampai saat ini,

kita pasang toga bareng yah. Heheh^_^. Serta makasih juga buat adik kosan

Nayla dan Dona yang selalu mendo’akan dan membantu penulis.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan masih jauh dari sempurna. Penulis hanya bisa berdoa semoga amal baik dari

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelasaikan Studi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini mendapat balasan terindah dari Allah SWT. Akhir kata

kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari penulis selaku

manusia biasa, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi kita semua.

Jakarta, September 2013

Tika Widya Sari

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Hal

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... i

ABSTRAK............................................................................................................... ii

ABSTRACT............................................................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................................... v

RIWAYAT HIDUP.................................................................................................. vi

LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................... vii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. viii

DAFTAR ISI............................................................................................................ xi

DAFTAR BAGAN................................................................................................... xviii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xxii

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xxiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian.................................................................................. 11

1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................ 12

1.4.1 Tujuan Umum................................................................................. 12

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xii

1.4.2 Tujuan Khusus................................................................................ 13

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................... 14

1.5.1 Bagi Peneliti.................................................................................... 14

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan................................................................ 15

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat................................... 15

1.6 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 16

2.1 Suplemen Makanan..................................................................................... 16

2.1.1 Definisi Suplemen Makanan........................................................... 16

2.1.2 Bentuk Sediaan Suplemen Makanan.............................................. 18

2.1.3 Penggolongan Suplemen Makanan................................................. 21

2.1.4 Kelompok yang Membutuhkan Suplemen Makanan...................... 22

2.1.5 Bahaya Suplemen Makanan............................................................ 25

2.1.6 Cara Benar Mengkonsumsi Suplemen Makanan............................ 27

2.2 Asam Amino............................................................................................... 28

2.2.1 Definisi Asam Amino..................................................................... 28

2.2.2 Fungsi dan Sumber Asam Amino................................................... 30

2.2.3 Akibat Kelebihan dan Kekurangan Asam Amino.......................... 35

2.2.4 Angka Kecukupan Asam Amino…………………….................... 36

2.2.5 Mutu Protein................................................................................... 37

2.2.5.1 Penilaian Mutu Protein..................................................... 37

2.3 Fitness......................................................................................................... 40

2.3.1 Definisi Fitness............................................................................... 40

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xiii

2.3.1.1 Olahraga Teratur............................................................. 42

2.3.1.2 Nutrisi Teratur................................................................ 43

2.3.1.3 Istirahat Teratur.............................................................. 44

2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen

Makanan...................................................................................................... 45

2.4.1 Umur............................................................................................. 45

2.4.2 Jenis Kelamin............................................................................... 46

2.4.3 Tingkat Pendidikan....................................................................... 47

2.4.4 Pendapatan.................................................................................... 48

2.4.5 Riwayata Penyakit........................................................................ 49

2.4.6 Pengetahuan Gizi tentang Suplemen............................................ 49

2.4.7 Keterpaparan terhadap Media Promosi Suplemen....................... 50

2.4.8 Aktivitas Fisik............................................................................... 53

2.4.9 Status Merokok............................................................................. 55

2.4.10 Asupan Makanan.......................................................................... 56

2.5 Kerangka Teori........................................................................................... 56

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS.............................................................................................. 58

3.1 Kerangka Konsep........................................................................................ 58

3.2 Definisi Operasional................................................................................... 60

3.3 Hipotesis..................................................................................................... 65

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xiv

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 67

4.1 Desain Penelitian........................................................................................ 67

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 67

4.3 Populasi dan Sampel................................................................................... 67

4.3.1 Populasi........................................................................................... 67

4.3.2 Sampel............................................................................................ 67

4.4 Alat dan Cara Pengumpulan Data............................................................... 71

4.5 Pengukuran Data......................................................................................... 72

4.6 Pengolahan Data......................................................................................... 76

4.7 Analisis Data............................................................................................... 79

4.6.1 Analisis Univariat........................................................................... 79

4.6.2 Analisis Bivariat.............................................................................. 79

BAB V HASIL........................................................................................................ 81

5.1 Gambaran Umum Fitness Center Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta......................................................................................................... 81

5.1.1 Tugas dan Fungsi......................................................................... 82

5.1.2 Anggota Fitness Centre Syahida Inn........................................... 82

5.2 Analisis Univariat....................................................................................... 82

5.2.1 Gambaran Konsumsi Suplemen Asam Amino............................ 83

5.2.2 Gambaran Umur Anggota Fitness............................................... 83

5.2.3 Gambaran Jenis Kelamin Anggota Fitness.................................. 84

5.2.4 Gambaran Pendidikan Anggota Fitness....................................... 85

5.2.5 Gambaran Pendapatan Anggota Fitness...................................... 85

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xv

5.2.6 Gambaran Pengetahuan Gizi tentang Suplemen Anggota

Fitness.......................................................................................... 86

5.2.7 Gambaran Keterpaparan Media Promosi Anggota Fitness......... 87

5.2.8 Gambaran Aktivitas Fisik Anggota Fitness................................. 88

5.2.9 Gambaran Status Merokok Anggota Fitness............................... 89

5.2.10 Gambaran Asupan Protein Anggota Fitness................................ 90

5.3 Analisis Bivariat......................................................................................... 90

5.3.1 Hubungan antara Umur dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino........................................................................................... 91

5.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino................................................................................ 92

5.3.3 Hubungan antara Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino................................................................................ 93

5.3.4 Hubungan antara Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino................................................................................ 94

5.3.5 Hubungan antara Pengetahuan Gizi tentang Suplemen dengan

Konsumsi Suplemen Asam Amino.............................................. 95

5.3.6 Hubungan antara Keterpaparan Media Promosi dengan

Konsumsi Suplemen Asam Amino.............................................. 96

5.3.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino........................................................................................... 97

5.3.8 Hubungan Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino........................................................................................... 98

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xvi

5.3.9 Hubungan Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino........................................................................................... 99

BAB VI PEMBAHASAN....................................................................................... 100

6.1 Keterbatasan Penelitian............................................................................... 100

6.2 Gambaran Konsumsi Suplemen Asam Amino........................................... 101

6.3 Faktor Internal........................................................................................... 104

6.3.1 Hubungan antara Umur dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino........................................................................................... 104

6.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino................................................................................... 105

6.3.3 Hubungan antara Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino......................................................................................... 107

6.3.4 Hubungan antara Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino............................................................................................. 108

6.4 Faktor Eksternal...................................................................................... 110

6.4.1 Hubungan antara Pengetahuan Gizi tentang Suplemen dengan

Konsumsi Suplemen Asama Amino............................................... 110

6.4.2 Hubungan antara Keterpaparan Media Promosi dengan

Konsumsi Suplemen Asam Amino................................................. 113

6.4.3 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino................................................................................... 116

6.4.4 Hubungan antara Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino................................................................................... 118

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xvii

6.4.5 Hubungan antara Asupan Protein dengan Konsusi Suplemen

Asam Amino................................................................................... 119

BAB VII PENUTUP............................................................................................... 125

7.1 Kesimpulan................................................................................................. 125

7.2 Saran........................................................................................................... 126

7.2.1 Bagi Anggota Fitness Center Syahida Iin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta........................................................................ 126

7.2.2 Bagi Penyelenggara Fitness............................................................ 126

7.2.3 Bagi pemerintah, khususnya Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM)........................................................................... 126

7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya................................................................

127

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 129

LAMPIRAN

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xviii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Bagan Hal

2.1 Gambaran Umum mengenai Fitness........................................ 41

2.2 Kerangka Teori........................................................................ 57

3.1 Kerangka Konsep..................................................................... 59

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xix

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Hal

2.1 Tabel Fungsi dan Sumber Asam Amino.................................. 30

2.2 Angka Kecukupan Asam Amino Pada Orang Dewasa

Berdasarkan RDA.................................................................... 36

2.3 Nilai Mutu Protein Bahan Makanan........................................ 39

3.1 Definisi Operasional Variabel................................................. 60

4.1 Perhitungan Sampel................................................................. 69

5.1 Distribusi Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota

Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2013.................................................................. 83

5.2 Distribusi Umur pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013......................... 84

5.3 Distribusi Jenis Kelamin pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 84

5.4 Distribusi Tingkat Pendidikan pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 85

5.5 Distribusi Pendapatan pada Anggota Fitness Centre Syahida

Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.................... 86

5.6 Distribusi Pengetahuan Gizi tentang Suplemen pada

Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013............................................

87

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xx

5.7 Distribusi Keterpaparan Media Promosi pada Anggota

Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013.............................................................................. 88

5.8 Distribusi Aktivitas Fisik pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 89

5.9 Distribusi Status Merokok pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 89

5.10 Distribusi Asupan Protein pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 90

5.11 Analisis Hubungan antara Umur dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 91

5.12 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 92

5.13 Analisis Hubungan Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................................. 93

5.14 Analisis Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013...... 94

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xxi

5.15 Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi tengtang Suplemen

dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota

Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013..............................................................................

95

5.16 Analisis Hubungan Keterpaparan Media Promosi dengan

Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness

Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2013........................................................................................ 96

5.17 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013..... 97

5.18 Analisis Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013............................................ 98

5.19 Analisis Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013........................................... 99

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Lampiran

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Lembar food recall 2x24 jam

Lampiran 5 Uji Normalitas

Lampiran 6 Analisis Univariat

Lampiran 7 Analisis Bivariat

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

xxiii

DAFTAR SINGKATAN

AKG : Angka Kecukupan Gizi

BPOM : Badan Pengawas Obat Dan Makanan

CHD : Cronic Heart Disease

FDA : Food Standars Agency

GABA : Gama Amino Butyric Acid

GMP : Good Manufacturing Process

MLM : Multi Level Marketing

NB : Nilai Biologik

NPU : Net Protein Utilization

PER : Protein Efficiency Ratio

PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi

RDA : Recommended Dietary Allowance

SDM : Sumber Daya Manusia

YLKI : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, suplemen makanan merupakan salah satu trend yang sedang

berkembang, terutama pada kalangan masyarakat menengah ke atas. Hal ini

disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat yang sadar pentingnya

kesehatan dan gencarnya iklan suplemen makanan tersebut. Pergeseran gaya

hidup di masyarakat telah berdampak pada pola makan sehingga dapat

mempengaruhi status gizi. Seiring dengan perkembangan teknologi, masyarakat

semakin dihadapkan pada gaya hidup yang kurang sehat, masyarakat cenderung

lebih memilih dan menyukai jenis-jenis makanan yang praktis dan siap saji (fast

food), minuman bersoda yang banyak beredar di pasaran, kurangnya olahraga,

pola makan yang tidak seimbang, dan masih banyak lagi (Gsianturi, 2003).

Meningkatnya perkembangan teknologi, terutama dibidang makanan

semakin memberi keleluasaan bagi kita untuk memilih cara yang lebih praktis

dalam memenuhi kebutuhan tubuh akan makanan dan zat gizi. Berbagai bahan

makanan dan zat gizi diolah kemudian dikemas dalam bentuk yang lebih

sederhana dan praktis. Salah satu produk kemajuan teknologi makanan yang kini

sedang popular adalah suplemen makanan. Faktor inilah yang melatarbelakangi

seseorang untuk mengkonsumsi suplemen makanan, yaitu suatu produk

makanan yang praktis dan dapat digunakan untuk melengkapi kebutuhan gizi

yang belum seimbang (Ramadani, 2005).

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

2

Industri nutraceuticals terus berkembang di tengah era globalisasi yang

semakin maju. Pabrik-pabrik suplemen makanan yang telah memenuhi syarat

Good Manufacturing Process (GMP) meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2009, secara keseluruhan diperkirakan penjualan suplemen makanan mencapai $

25.000.000.000. Berdasarkan laporan Nielsen Co tahun 2009, secara keseluruhan

penggunaan suplemen makanan meningkat secara pesat yakni dari 6% hingga

10% dan diperkirakan pada tahun yang sama angka tersebut meningkat dari 10%

menjadi 15%. Menurut survey yang dilakukan oleh Ipsos-Public Affairs for The

Council for Responsible Nutrition (CRN), Washington, D.C tahun 2009 pada

orang dewasa di Amerika mencapai 65% (sekitar 150 juta) telah menjadi

konsumer suplemen makanan (Dennis, 2010).

Penggunaan suplemen makanan cenderung meningkat. Berdasarkan

laporan Food Standars Agency (FDA), di Amerika Serikat 40% kaum

perempuan dewasa dan 305 laki-laki diketahui mengkonsumsi suplemen

makanan. Pada tahun 2000, puslitbang Farmasi Depkes RI telah melakukan

survey konsumen di tiga kota besar (Jakarta, Surabaya dan Bandung) tentang

konsumsi suplemen makanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

konsumsi suplemen makanan terbanyak adalah pada perempuan sebesar 78,1%.

Kebanyakan mereka mengkonsumsi untuk menjaga kesehatan atau

meningkatkan stamina (59,4%), sebagian hanya untuk mengatasi kegemukan,

mencegah keriput (proses penuaan) serta menghaluskan kulit yang kasar. Lama

pemakaian suplemen makanan untuk menjaga kesehatan berkisar 1-3 tahun

(40,6%). (Depkes RI, 2000).

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

3

Menurut SK Kepala BPPOM RI Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004

tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan menyebutkan bahwa

suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi

kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin,

mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan

tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah

terkonsentrasi (BPOM, 2004).

Di Indonesia, suplemen makanan dimasukkan dalam kategori makanan

atau didaftar sebagai obat tradisional. Produk-produk suplemen makanan, sesuai

dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) No. HK 00.063.02360, semula dikenal sebagai produk yang digunakan

untuk melengkapi makanan. Menurut Soedijani (2007) dalam Yunaeni (2009)

hingga Desember 2006 setidaknya 5851 merek suplemen terdaftar di Badan

POM, rincianya 2346 produk lokal, 3491 produk impor dan 14 produk lisensi.

Jumlah tersebut meningkat sebanyak 30% dari tahun 2003 dimana hanya tercatat

3742 merek suplemen yang terdiri dari 1087 produk lokal, 2653 produk impor

dan 2 produk lisensi. Tidak sembarang produk suplemen boleh beredar di

Indonesia, hanya produk suplemen yang diproduksi oleh perusahaan farmasi

yang memenuhi syarat Good Manufacturing Process (GMP) saja yang

dibolehkan untuk beredar (BPOM, 2004).

Gaya hidup mengkonsumsi suplemen makanan tidak hanya terbatas di

negara maju. Globalisasi membuat kalangan tertentu di negara berkembang

mulai mengadopsi kecenderungan itu termasuk Indonesia. Pesatnya

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

4

perkembangan tersebut tidak terlepas dari gencarnya promosi oleh produsen,

baik melalui media cetak ataupun elektronik.

Menurut (Lyle et.al, 1998 dan Greger, 2001) Konsumsi suplemen

makanan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain umur, jenis kelamin,

pendapatan, pendidikan, kebiasaan makan, merokok, aktivitas fisik, gencarnya

promosi suplemen, dan pengetahuan gizi serta adanya suatu penyakit dalam

tubuh.

Berbagai penelitian mengenai konsumsi suplemen pada orang dewasa

juga menunjukkan tingkat konsumsi yang tinggi, salah satunya yang terjadi di

AS. Berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) tahun 1999-2000 menunjukkan sebanyak 52% orang dewasa

mengkonsumsi suplemen makanan. Menurut hasil penelitian Eldridge et.al

(1994) dalam Ramadani (2005) pada mahasiswa di Arizona menyebutkan bahwa

sebanyak 62,1% mahasiswa mengkonsusmsi suplemen makanan.

Lebih dari 50% orang dewasa mengkonsumsi minimal satu jenis

suplemen makanan (Henderson et.al, 2002 dalam Harrison et.al, 2003), di

Inggris sebanyak 40% perempuan dan 29% laki-laki mengonsumsi suplemen

makanan, sedangkan 15 tahun yang lalu tercatat hanya sebanyak 17%

perempuan dan 9% laki-laki yang mengkonsumsi suplemen makanan (Gregory

et.al, 1990; Henderson et.al, 2002 dalam Harrison et.al, 2003).

Di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh Anggondawati (2002) juga

menunjukkan angka yang tinggi yaitu sebanyak 70,9% mahasiswa FKM UI

mengkonsumsi suplemen makanan. Penelitian pada karyawan BNI Tbk. KCU

Senayan yang dilakukan Indriana tahun 2003 menunjukkan sebanyak 63,3%

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

5

karyawan mengkonsumsi suplemen makanan. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Ramadani, 2009) pada pelajar SMUN 79 Jakarta, terdapat 75%

pelajar SMUN mengkonsumsi suplemen makanan. Sedangkan berdasarkan

penelitian Sarjono (2010) pada mahasiswa FKM dan FIK UI terdapat 72,4%

mengkonsumsi suplemen makanan berupa vitamin dan mineral.

Berdasarkan hasil penelitian Yunaeni (2009) yang dilakukan pada siswa-

siswi Ragunan (khusus olahragawan) bahwa 67,9% mengkonsumsi suplemen

makanan berupa vitamin dan mineral. Sedangkan berdasarkan hasil studi kasus

di Cilandak Sport Centre Jakarta Selatan tahun 2004 yang dilakukan oleh Putri

didapatkan bahwa 70,4% olahragawan mengkonsumsi suplemen makanan

vitamin dan mineral.

Menurut Goston dan Correia (2009) Suplemen makanan secara fisik

bertujuan untuk meningkatkan komposisi tubuh dan kinerja otot. Atlet atau

olahragawan telah menjadi konsumen terbanyak dalam mengkonsumsi suplemen

makanan, kemudian kebiasaan mereka diikuti oleh kelompok individu lainnya,

terutama bagi para anggota fitness yang melakukan fitness secara teratur.

Keinginan untuk mencapai hasil yang cepat telah membuat penggunaan zat-zat

tersebut sangat diminati. Terutama suplemen asam amino yang dipercaya dapat

membentuk otot dan meningkatkan massa otot bagi para anggota fitness.

Namun, diketahui bahwa pada umumnya, orang yang aktif secara fisik tidak

perlu nutrisi tambahan selain yang diperoleh dari diet yang seimbang.

Suplemen asam amino saat ini merupakan salah satu penggunaan diet

yang paling populer untuk para atlet dan individu yang mempunyai aktivitas

fisik berat. Suplemen protein atau suplemen asam amino telah dianjurkan untuk

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

6

para atlet dan individu yang mempunyai aktivitas fisik berat yang berguna untuk

meningkatkan retensi nitrogen dan meningkatkan massa otot, untuk mencegah

katabolisme protein selama latihan berkepanjangan, dan untuk mengencangkan

otot, dan mencegah anemia (Williams, 2005).

Dari beberapa sumber menyatakan bahwa orang yang aktif atau banyak

melakukan aktivitas olahraga membutuhkan suplemen makanan, karena dengan

meningkatnya aktivitas maka metabolisme tubuh meningkat. Salah satu

olahraga yang membutuhkan gizi yang baik yaitu olahraga untuk meningkatkan

massa otot seperti binaraga, instruktur-instruktur kebugaran (fitness) ataupun

anggotanya. Menurut penelitian Ishihara et.al (2003), menunjukkan bahwa

semakin sering seseorang melakukan olahraga maka kecenderungan untuk

mengkonsumsi suplemen akan semakin besar. Hal ini menurut Zeisel (2000),

karena aktivitas olahraga yang tinggi dapat menyebabkan reactive oxygen

derivatives yang dapat merusak sel, oleh karena itu diperlukan suplemen

makanan.

Vitahealth (2004) menjelaskan defisiensi/kekurangan asam amino secara

keseluruhan mungkin dikarenakan malnutrisi protein. Defisiensi ini pada

umumnya diasosiasikan dengan pola makan yang kurang baik, pencernaan yang

terganggu atau masalah penyerapan makanan, kondisi stress, infeksi, trauma,

penggunaan obat-obatan, defisiensi nutrien yang lain seperti vitamin dan

mineral, dan disfungsi yang berkaitan dengan proses penuaan. Karena asam

amino berperan sedemikian besar dalam struktur dan fungsi tubuh, serta untuk

mempertahankan kesehatan dan melawan penyakit, kondisi defisiensi asam

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

7

amino sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas bisa diperbaiki dengan

suplementasi asam amino yang tepat.

Asam amino diperoleh dari pemecahan protein dari makanan. Kelebihan

protein maka dapat menyebabkan kelebihan asam amino didalam tubuh. Protein

secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Kelebihan asam amino dapat

memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan

nitrogen (Almatsier, 2009).

Menurut Goston dan Correia (2010) mengkonsumsi suplemen asam

amino lebih dari 3 bulan dapat membahayakan kesehatan meskipun belum

terlihat dampaknya, dosis yang aman penggunaan supelemen asam amino juga

belum teridentifikasi. Namun, mengkonsumsi suplemen asam amino dengan

jumlah yang tinggi, seperti pada atlet atau anggota fitness yang ingin

meningkatkan masa otot, mengkonsumsi suplemen asam amino ini dapat

mengakibatkan kerusakan ginjal, penyakit paru, peningkatan tekanan darah,

merusak kerja insulin, dan beberapa suplemen diduga mengandung bahan

beracun.

Bagi para anggota fitness atau orang yang sering melakukan aktivitas

fisik berat, mengharuskan mereka untuk memiliki kondisi tubuh yang prima.

Salah satu cara yang dipilih untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan

mengkonsumsi suplemen makanan terutama suplemen asam amino yang

berfungsi untuk meningkatkan kinerja otot dan membentuk otot saat melakukan

latihan mengangkat beban berat (Williams, 2005).

Beberapa tahun terakhir jumlah fitness centre cenderung meningkat,

seperti yang dilaporkan dalam media massa yakni sekitar 600-3000 tempat

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

8

fitness (tidak termasuk fitnes centre yang besar) dan anggota atau pengguna

fitness centre mencapai sekitar 3 juta orang di Sao Paulo tahun 1998.

Peningkatan jumlah fitness centre ini bersamaan dengan peningkatan pasokan

suplemen yang beredar di pasaran. Secara umum, rata-rata orang yang

mengunjungi fitness centre adalah individu dengan tingkat pendidikan tinggi,

memiliki motivasi yang tinggi untuk berlatih fitness dan menerapkan diet

makanan seimbang atau mengkonsumsi makanan bergizi serta selalu mengetahui

informasi terbaru tentang gizi dan aktivitas fisik (Pereira et.al, 2003). Latihan

yang berat dan ketidakseimbangan asupan energi dapat meningkatkan kebutuhan

akan vitamin, mineral dan protein. Hal ini kemudian menjadi alasan atlet atau

olahragawan identik dan gemar mengkonsumsi suplemen untuk melengkapi

kebutuhan zat gizi yang tidak dapat dipenuhi dari makanan dan untuk

meningkatkan atau memperbaiki performanya (Efyu, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pereira et.al (2003) di Sao

Paulo, Brazil, dengan sampel 309 di 7 tempat fitness centre di Sao Paulo

terdapat 23,9% menggunakan beberapa jenis suplemen, 77% laki-laki dan 23%

perempuan yang mengkonsumsi suplemen. Rata-rata jenis suplemen yang

dikonsumsi oleh anggota fitness adalah suplemen asam amino atau jenis protein

lainnya (38,9%). Penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat efek terhadap

kesehatan jika mengkonsumsi suplemen jangka panjang dan dalam batas yang

tidak aman (Pereira et.al, 2003). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Goston et.al dan Correia (2010) pada anggota fitness centre di

Kota Belo Horizonte, Brazil didapatkan bahwa 58% anggota fitness

mengkonsumsi suplemen asam amino.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

9

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

kepada 30 anggota fitness di fitness centre Syahida Inn, didapatkan sebanyak 19

(63,3%) anggota fitness mengkonsumsi suplemen asam amino dan 11 (36,7%)

anggota tidak mengkonsumsi suplemen asam amino, serta 16 (84,21%) dari 19

anggota fitness mengkonsumsi suplemen asam amino lebih dari 3 bulan. Hal ini

menunjukkan konsumsi suplemen makanan pada anggota fitness cukup tinggi.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness

centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Suplemen, sesuai dengan namanya, hanya bersifat menambahkan atau

melengkapi. Maka, jelas, suplemen dirancang bukan untuk menggantikan

makanan (Yuliarti, 2009). Mengkonsumsi suplemen asam amino dengan jumlah

yang tinggi, seperti pada atlet atau anggota fitness yang ingin meningkatkan

masa otot, dapat mengakibatkan kerusakan ginjal, penyakit paru, peningkatan

tekanan darah, merusak kerja insulin, dan beberapa suplemen diduga

mengandung bahan beracun (Goston dan Correia, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada

30 anggota fitness, diperoleh sebanyak 19 (63,3%) anggota fitness

mengkonsumsi suplemen asam amino, dan 11 (36,7%) anggota tidak

mengkonsumsi suplemen asam amino. Alasan dasar mengapa responden

menggunakan suplemen asam amino tersebut, salah satunya adalah suplemen

asam amino diyakini dapat mengubah prestasi mereka secara langsung, dapat

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

10

membentuk otot, keinginan untuk mencapai status fisik yang lebih baik, dan

perawatan sendiri terhadap penyakit serta responden merasa makanan yang

mereka makan masih kurang atau belum mencukupi.

Penentuan lokasi penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan, yakni

karena lokasi fitness tersebut merupakan daerah perbatasan dengan Jakarta

sehingga masih dipengaruhi oleh gaya hidup yang serba praktis dan modern,

lokasi penelitian masih dalam ruang lingkup UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau lingkungan kampus sehingga bisa menjadi bahan masukan tentang

konsumsi suplemen. Selain itu, mayoritas dari anggota fitness atau 80% adalah

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat diketahui proporsi

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino,

serta belum pernah diadakan penelitian terkait konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness.

Pemilihan suplemen asam amino juga berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pada studi pendahuluan terdapat 3

suplemen yaitu suplemen vitamin, mineral dan asam amino. Berdasarkan hal

tersebut didapatkan hasil bahwa suplemen yang banyak dikonsumsi para anggota

fitness adalah suplemen asam amino. Sehingga peneliti tertarik untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam

amino pada pada anggota Fitness centre Sayhida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

11

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness

centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

2. Bagaimana gambaran faktor internal (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan

pendapatan) pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

3. Bagaimana gambaran faktor eksternal (pengetahuan gizi tentang suplemen,

keterpaparan media promosi, aktivitas fisik, status merokok, dan asupan

protein) pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

4. Apakah ada hubungan antara umur dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

5. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi suplemen asam

amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

6. Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan konsumsi suplemen asam

amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

7. Apakah ada hubungan antara pendapatan dengan konsumsi suplemen asam

amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

12

8. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi tentang suplemen dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

9. Apakah ada hubungan antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

10. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi suplemen asam

amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

11. Apakah ada hubungan antara status merokok dengan konsumsi suplemen

asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

12. Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan konsumsi suplemen

asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

13

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuainya gambaran konsumsi suplemen asam amino pada

anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

2. Diketahuinya gambaran faktor internal (umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan pendapatan) pada anggota fitness centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

3. Diketahuinya gambaran faktor eksternal (pengetahuan gizi tentang

suplemen, keterpaparan media promosi, aktivitas fisik, status

merokok, dan asupan protein) pada anggota fitness centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

4. Diketahuinya hubungan antara umur dengan konsumsi suplemen asam

amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

5. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

6. Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan konsumsi suplemen

asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

7. Diketahuinya hubungan antara pendapatan dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

14

8. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi tentang suplemen

dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

9. Diketahuinya hubungan antara keterpaparan media promosi dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida

Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

10. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

11. Diketahuinya hubungan antara status merokok dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

12. Diketahuinya hubungan antara asupan protein dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian

yang terkait dengan gizi masyarakat dan dapat mengaplikasikan teori

yang didapat saat kuliah sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

langsung dilapangan.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

15

1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013, serta sebagai bahan referensi

yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya.

1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Salah satu wujud Tridharma Perguruan Tinggi (akademik,

penelitian dan pengabdian masyarakat) dalam bidang gizi masyarakat

dan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi referensi ilmu yang dapat

mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa peminatan gizi program studi

kesehatan masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam

amino amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dengan

menyebarkan kuesioner pada responden. Populasi dalam penelitian ini adalah

anggota fitness centre. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Agustus di fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas tentang definisi suplemen

makanan, bentuk sediaan suplemen makanan, penggolongan suplemen makanan,

kelompok yang membutuhkan suplemen makanan, bahaya suplemen makanan, cara

benar mengkonsumsi suplemen makanan, definisi asam amino, fungsi dan sumber

asam amino, akibat kelebihan dan kekurangan asam amino, angka kecukupan asam

amino, mutu protein, definisi fitness, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan

konsumsi suplemen makanan.

2.1. Suplemen Makanan

2.1.1. Definisi Suplemen Makanan

Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang

ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan adalah produk yang

dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung

salah satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asama amino atau

bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai

nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. Pada

keputusan tersebut dalam pasal 4 menyatakan persyaratan bahwa suplemen

makanan harus memiliki kriteria sebagai berikut:

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

17

1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan

kemasan serta standar dan persyaratan lain yang ditetapkan.

2. Kemanfaatan yang dinilai dari komposisi dan atau didukung oleh data

pembuktian.

3. Diproduksi dengan menerapkan cara pembuatan yang baik.

4. Penandaan yang harus mencantumkan informasi yang lengkap,

obyektif, benar, dan tidak menyesatkan.

5. Dalam bentuk sediaan pil, tablet, kapsul, serbuk, granul, dan cairan

yang tidak dimaksud untuk pangan.

Menurut Vitahealth (2004) dan McDowall (2007) Suplemen

makanan atau disebut juga dietary supplement adalah produk kesehatan

yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat.

Suplemen yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral, dan asam-asam

amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau

jaringan tubuh hewan yang memiliki khasiat sebagai obat dan pada

umumnya suplemen makanan kesehatan berasal dari bahan-bahan alami

tanpa bahan kimia (harus murni) dan merupakan saripati bahan makanan

(konsentrat).

Menurut Almuhtaram (2011) yang mengacu pada Vitahealth

(2004) Suplemen makanan atau yang biasa dikenal dengan istilah food

supplement/dietary supplement merupakan produk kesehatan yang

mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Nutrisi

yang terkandung dalam suplemen makanan biasanya terdiri dari vitamin,

mineral dan asam amino yang merupakan bagian dari pembangun protein.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

18

Selain itu ada juga produk suplemen yang diformulasikan untuk

pengobatan biasanya bahan-bahannya diambil dari tanaman atau bagian-

bagian tertentu pada organ tubuh hewan yang berkhasiat sebagai obat

untuk penyakit tertentu.

Suplemen makanan merupakan makanan yang mengandung zat-

zat gizi dan non gizi. Fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat gizi

yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima. Suplemen

makanan umumnya berasal dari bahan-bahan alami tanpa tambahan zat-zat

kimia walaupun pada vitamin tertentu ada yang sintetis. Suplemen vitamin

seperti asam folat dalam bentuk sintetis memang lebih mudah terserap oleh

tubuh, walaupun vitamin E dari bahan alami jauh lebih baik

penyerapannya daripada yang sintetis. Suplemen makanan digolongkan

sebagai nitraceutical, sedangkan obat-obatan masuk golongan

pharmaceutical (Yuliarti, 2009).

2.1.2. Bentuk Sediaan Suplemen Makanan

Bentuk sediaan suplemen makanan adalah sesuai dengan proses

pembuatan makanan tersebut dalam bentuk seperti digunakan BPOM RI

tahun 2004. Bentuk sediaan ini antara lain:

1. Tablet

Merupakan sediaan padat yang mengandung bahan suplemen

makanan dengan atau tanpa bahan pengisi. Terdapat 4 jenis tablet,

yaitu:

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

19

a. Tablet Bersalut

Merupkan tablet yang disalit untuk berbagai alasan, antara lain

melindungi zat aktif dari udara, kelembapan atau cahaya menutupi

rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilan yang lebih

baik dan mengatur tempat pelepasan suplemen makanan dalam

saluran cerna.

b. Tablet Eferen/tablet buih

Merupakan tablet yang dibuang dengan cara dikempa. Selain zat

aktif, juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat)

dan natrium bikarbonat yang dilarutkan dalam air akan

menghasilkan karbondioksida.

c. Tablet Hisap

Merupakan sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan

suplemen makanan, umumnya dengan bahan dasar beraroma

manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan

dalam mulut.

d. Tablet Kunyah

Merupakan tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan

residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelas dan

tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa tidak enak.

2. Pil

Yaitu sediaan obat berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih

bahan suplemen makanan.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

20

3. Kapsul

Yaitu sediaan padat yang terdiri dari suplemen makanan dalam

cangkang keras atau lunak yang dapat larut.

4. Granul

Merupakan sediaan padat berupa massa bulat seperti pil dengan

ukuran yang sangat kecil, mengandung satu atau lebih bahan

suplemen makanan.

5. Serbuk

Merupakan campuran kering bahan suplemen makanan atau zat kimia

dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral karena mempunyai luas

permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah

larut daripada sediaan yang dipadatkan.

6. Pasta

Merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih

bahan suplemen makanan yang ditujukan untuk pemakaian oral.

7. Larutan Oral

Merupakan sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,

mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan atau zat kimia

dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang

larut dalam air atau campuran kosolven-air.

8. Suspensi Oral

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut

yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang

sesuai dan ditujukan untuk pemakaian oral.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

21

9. Emulsi

Merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi

dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

10. Gel/Jelly

Merupakan sediaan semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat

dari partikel non organik yang kecil atau molekul organik yang besar,

terpenetrasi oleh suatu cairan.

2.1.3. Penggolongan Suplemen Makanan

Suplemen makanan digolongkan sebagai bahan nitraceutikal.

Suplemen makanan ini khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis.

Sampai saat ini pun jenis nitraceutikal boleh dijual secara bebas tapi tidak

boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit (Vitahealth,

2004).

Pada awalnya penggunaan suplemen masih terbatas untuk

mengembalikan fungsi metabolik dimana seluruh proses tersebut

dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh yang membuat

sel-sel bekerja secara optimal. Pada umumnya, enzim terdiri atas protein

khusus yang dinamakan apoenzim, dan memerlukan suatu kofaktor

tertentu yang biasanya adalah suatu vitamin dan mineral. Karena itu, pada

konsep lama mikronutrient tersebut (vitamin dan mineral) disebut sebagai

zat esensial yang dibutuhkan tubuh. Jika dari makanan saja tidak cukup,

maka untuk memenuhi kekurangannya bisa ditambah dari suplemen

makanan. Namun berikutnya, penggunaan suplemen tidak lagi terbatas

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

22

pada vitamin dan mineral saja sekarang batasan suplemen nutrisi semakin

melebar sampai mencakup zat-zat nutrisi dan penyembuh yang terdapat

pada herbal dan bahan obat alami lainnya (Vitahealth, 2004).

Worthington (2000), membagi suplemen menjadi tiga kategori

utama, yaitu suplemen protein/asam amino, suplemen vitamin/mineral,

suplemen hormonal. Berdasarkan sumbernya, Wirakusumah (1995)

menggolongkan suplemen menjadi tiga kategori yaitu suplemen vitamin

dan mineral, suplemen asal tumbuhan atau jamu, dan suplemen khusus

yang berasal dari bahan-bahan tertentu seperti beepollen, sirip ikan paus,

dan cula badak. Sedangkan berdasarkan kandungannya Hendler (1984)

dalam (Yunaeni, 2009), membedakan suplemen makanan sebagai vitamin,

mineral, asam amino, asam nukleat, asam lemak, serta kelompok lainnya

meliputi L-Carnitine, serat makanan, garlic, gingseng, asam pangamik,

Superoxiside Dismitase, beepollen, royal jelly, dll. Sedangkan menurut

Vitahealth (2004) suplemen makanan adalah vitamin, mineral, asam

amino, enzim, hormon, antioksidan, herba, dan probiotik.

2.1.4. Kelompok yang Membutuhkan Suplemen Makanan

Suplemen, sesuai dengan namanya, hanya bersifat menambahkan

atau melengkapi. Maka, jelas, suplemen dirancang bukan untuk

menggantikan makanan. Bagaimanapun sebutir pil tidak akan dapat

memberikan semua nutrient yang kita perlukan untuk hidup sehat. Sebagai

contoh, dalam buah-buahan dan sayuran terdapat antioksidan yang

berkhasiat melindungi tubuh terhadap penyakit, tetapi antioksidan tersebut

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

23

termasuk ke dalam jenis yang belum berhasil diidentifikasi. Oleh karena

itu antioksidan ini tidak terdapat dalam pil (Yuliarti, 2009).

Tidak setiap orang perlu mengonsumsi suplemen makanan,

Soekatri dari PERSAGI dalam seminar profesi Kesehatan Masyarakat

pada tanggal 22 Desember 2008, menyampaikan bahwa Suplemen

diajurkan pada situasi/keadaan:

a. Ibu sedang hamil dan ibu sedang menyusui karena mereka

membutuhkan gizi yang lebih dari orang biasa terutama vitamin dan

mineral. Dokter umumnya menganjurkan asam folat dan zat besi untuk

memenuhi fisiologisnya.

b. Individu dengan penyakit tertentu atau gangguan tertentu

membutuhkan kebutuhan gizi yang juga lebih dari AKG (Angka

Kecukupan Gizi) yang dianjurkan terutama vitamin tertentu. Misalnya

mereka yang beresiko berpenyakit Cronic Heart Disease (CHD) dan

stroke yang dianjurkan menggunakan suplemen yang mengandung

vitamin B dan asam folat. Juga pada mereka yang mempunyai

gangguan penyerapan lemak akan menurunkan kemampuan menyerap

vitamin larut lemak.

c. Individu yang harus minum obat untuk mencegah beberapa penyakit

dapat kekurangan vitamin tertentu. Misalnya minum antibiotik dapat

mematikan bakteri usus dan menurunkan produksi vitamin K. Pada

keadaan demikian, kebutuhan vitamin tersebut harus dibeli dengan

resep dari dokter. Merokok dan minum alkohol juga meningkatkan

kebutuhan akan vitamin khususnya vitamin B.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

24

d. Lansia yang umumnya tidak terpenuhi kebutuhan gizinya sesuai

dengan AKG, khususnya kekurangan vitamin B6 dan vitamin D juga

vitamin B12 karena keterbatasan dalam gigi, lidah yang menurun

kemampuan mengecapnya, jenis makanan yang harus lebih lembut dari

orang yang berusia muda.

e. Orang yang tidak makan daging (vegan) perlu mengkonsumsi

suplemen vitamin B12.

f. Individu yang harus berdiit dibawah 1200 Kalori agar turun berat

badannya (terutama atlet), memerlukan tambahan suplemen tertentu

untuk memenuhi AKG nya.

g. Individu yang secara fisik sangat aktif dan tidak cukup asupan gizinya

dibandingkan dengan kebutuhannya sehingga memerlukan suplemen.

h. Individu yang intoleran atau secara sengaja memang menghindari

beberapa jenis makanan/bahan makanan, seperti susu dan hasil

olahnya, dapat kekurangan vitamin khususnya B2 dan vitamin D.

i. Individu yang makan cukup energinya tetapi rendah akan zat gizi

mikro atau cara pemasakan yang dapat merusak vitamin, akan baik

kalau mendapatkan suplemen vitamin dan mineral.

j. Individu yang terpapar matahari dan kontaminan akan menimbulkan

oksidasi tubuh yang terjadi yang kemudian menghasilkan radikal bebas

di dalam tubuh. Hal ini akan dapat merusak sel terutama karena adanya

oksidasi pada asam lemak tak jenuh di tingkat sel dan membran sub

sel. Suplemen vitamin C dan vitamin E, betha carotene dapat

mengurangi keadaan ini.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

25

k. Individu yang banyak kehilangan darah termasuk besi, misalnya pada

wanita saat melahirkan atau haid, memerlukan suplemen karena

mereka umumnya sulit mendapatkan zat gizi dari makanan. Karena itu

mereka perlu suplemen khususnya zat besi.

2.1.5. Bahaya Supelemen Makanan

Berikut merupakan beberapa dampak negatif penggunaan

suplemen menurut Yuliarti (2008) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan vitamin C mungkin bisa dibuang lewat urin. Tetapi vitamin

jenis lain (A, D, E dan K) umumnya mengendap di dalam tubuh dan

dikhawatirkan bisa mengganggu fungsi organ terutama hati dan ginjal.

b. Protein yang biasanya terdapat di suplemen bila dikonsumsi orang

tertentu bisa menimbulkan alergi.

c. Konsumsi zat besi berlebihan tidak baik untuk para penderita kelainan

darah seperti thalassemia.

d. Konsumsi suplemen vitamin K pada orang yang tengah minum obat

tertentu kadang-kadang justru memperburuk keadaan.

e. Suplemen yang mengandung hormon tambahan dikhawatirkan malah

bisa memicu gigantisme (tubuh menjadi sangat besar) dan gangguan

seksual.

f. Konsumsi berlebihan suplemen antioksidan seperti vitamin A, E dan

betakaroten justru meningkatkan risiko kematian.

g. Suplemen vitamin D berlebihan justru berbahaya bagi hati dan ginjal.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

26

h. Mengkonsumsi suplemen berupa minuman berenergi dapat

meningkatkan tekanan darah.

i. Suplemen herbal dan natural pengganti viagra yang diklaim lebih aman

juga mengandung bahaya, seperti meningkatkan tekanan darah, bahkan

mengakibatkan stroke.

j. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan mengganggu

penyerapan tembaga, yang meskipun dibutuhkan dalam jumlah sangat

kecil, namun penting untuk mengatur susunan kimia dan kinerja tubuh.

k. Terlalu banyak suplemen mengandung fosfor akan menghambat

penyerapan kalsium.

l. Kelebihan vitamin A, D, K dan zat besi yang tidak dapat dibuang tubuh

terbalik menjadi racun.

Menurut Claudio dan Lagua (1991) dalam Yunaeni (2009),

meskipun vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi

sangat esensial. Beberapa diantara zat gizi mikro ada hubungan yang

bersifat mutualistik dan ada yang bersifat kontradiktif. Hubungan tersebut

berpengaruh terhadap proses absorpsi, pengangkutan, penyimpanan,

penggunaan dan pengeluran oleh tubuh. Beberapa zat gizi mikro tidak

dapat diukur kecukupannya secara sendiri-sendiri. Bender (1993)

menyebutkan komposisi zat gizi yang esensial dalam jumlah kecil bukan

berarti bahwa intake zat gizi yang tinggi aman dilakukan. Berbagai jenis

vitamin diketahui dapat mengakibatkan keracunan bila dikonsumsi

berlebihan.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

27

Vitamin C misalnya, kebutuhan manusia dewasa akan vitamin C

sebenarnya hanya 50-60 mg/hari, yang bisa tercukupi dari konsumsi rutin

buah-buahan. Tetapi di pasaran sering kita jumpai suplemen vitamin C

dalam dosis 500 mg bahkan 1.000 mg, yang dipromosikan bisa

meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan penyakit, sebagai

antioksidan pengikat radikal bebas, dan sebagainya. Kita sendiri setelah

hadirnya suplemen vitamin C megadosis itu menjadi tidak percaya diri

untuk merasa cukup dengan hanya mengkonsumsi buah, atau

mengkonsumsi vitamin C dosis 50 mg. Padahal dosis setinggi itu hanya

dibutuhkan pada kondisi tubuh tertentu, atas saran dokter tentunya.

Hasil sebuah kajian riset menunjukkan bahwa tidak semua

suplemen vitamin menguntungkan bagi kesehatan. Tinjauan dari berbagai

riset menunjukkan, beberapa suplemen vitamin tertentu tidak bermanfaat

bagi kesehatan, namun justru dapat meningkatkan risiko kematian. Peneliti

Denmark seperti diberitakan BBC, Rabu (16-4-2008) dalam (Yuliarti,

2008) melaporkan bahwa hasil tinjauan riset mereka tidak berhasil

menemukan satu pun bukti meyakinkan bahwa suplemen antioksidan

dapat menekan risiko kematian. Para ahli dari Universitas Kopenhagen ini

menyatakan bahwa vitamin A dan E memiliki potensi mengganggu

pertahanan alami yang dimiliki tubuh. Bahkan beta-karoten, vitamin A

dan E tampaknya dapat meningkatkan risiko kematian.

2.1.6. Cara Benar Mengkonsumsi Suplemen Makanan

Vitahealth (2004) mengungkapkan bahwa cara benar

mengkonsumsi suplemen makanan adalah sebagai berikut:

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

28

1) Memperhatikan teks yang ada pada kemasan. Hal ini berkaitan dengan

komposisi produk, dosis yang menunjukkan aturan pakai yang benar

dalam sehari, indikasi dan cara penyimpanan.

2) Komitmen pada aturan. Mengikuti aturan pakai misalnya

mengkonsumsi satu tablet dalam sehari sesuai petunjuk.

3) Memastikan bahwa suplemen yang akan dikonsumsi aman, meminta

referensi merek suplemen yang aman dikonsumsi dari dokter atau atau

ahli nutrisi jika tidak memiliki pengetahuan yang luas seputar

suplemen.

4) Disiplin pada dosis.

Selain itu Vitahealth (2004) mengatakan bahwa jangan

mengkonsumsi suplemen dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini

menimbulkan efek yang tidak baik untuk tubuh, misalnya vitamin A jika

digunakan dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kerapuhan pada

tulang, niasin dalam jumlah yang besar dapat merusak liver dan

kebanyakan mengonsumsi vitamin B6 yang oleh sebagian perempuan

digunakan untuk mencegah sindroma premenstruasi ternyata dapat

menyebabkan kerusakan saraf.

2.2.Asam Amino

2.2.1. Definisi Asam Amino

Asam amino didefinisikan sebagai kumpulan besar atau satuan

organik, yang mewakili produk akhir dari mata rantai protein. Semua

protein dari asam amino. Tidak ada kehidupan tanpa protein.

Pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi semuanya bergantung pada

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

29

protein, dan protein tergantung pada tersedianya asam amino dalam

jumlah yang tepat. Pada waktu tubuh menerima protein, protein tersebut

harus dipecah terlebih dahulu menjadi asam amino kemudian baru bisa

diserap tubuh. proses ini terjadi dalam perut kecil. Setelah itu, fragmen

atau pecahan-pecahan protein dibawah aliran darah ke hati, kemudian

disimpan untuk candangan. Ketika dibutuhkan oleh tubuh, fragmen

tersebut akhirnya menggabungkan kembali menjadi tipe protein yang

dibutuhkan oleh setiap jenis sel yang khusus (Vitahealth, 2004).

Beberapa asam amino termasuk esensial karena tidak diproduksi

oleh tubuh, misalnya arginin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin,

triptophan, valin, leusin, isoleusin, dan histidin. Sedangkan asam amino

penting dari kelompok non esensial adalah taurin, karnitin, sistein, sistin,

asam I. Glutamat, GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan glutation. Ada

pula yang disebut asam amino detoksifikasi yang bekerja mengikat dan

menetralkan xenobiotik (istilah umum untuk semua jenis toksin) yaitu

arginin, glisin, taurin, glutamin, dan ornitin. Beberapa asam amino lainnya

bekerja pada pengendalian sistem syaraf pusat, misalnya I Glutamat dan

GABA (Yuliarti, 2009).

Menurut Goston dan Correia (2009) suplemen asam amino dapat

membentuk atau membesarkan sel-sel otot (penebalan otot) untuk orang

yang memiliki aktivitas fisik berat setiap harinya, dapat meningkatkan

berat badan dengan disertai olahraga fitness, memberikan energi dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Kebanyakan suplemen asam amino

mengandung asam amino esensial lengkap (histidin, isoleusin, lisin, leusin,

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

30

metionin, fenilalanin, triptofan, dan valin serta branched-chain amino

acid (BCAA).

2.2.2. Fungsi dan Sumber Asam Amino

Tabel 2.1

Fungsi dan Sumber Asam Amino

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

1 Arginin Asam amino esensial yang diperlukan

tubuh untuk pembuatan cairan seminal

(air mani) dan memperkuat sistem

imun.

Daging, buah,

cokelat, kacang-

kacangan, dan biji-

bijian. Sebagai

suplemen biasanya

digunakan bersama

asam amino lain,

misalnya lisin.

2 Lisin Asam amino ini meghambat

pertumbuhan virus. Bersama dengan

vitamin C, A dan seng membantu

mencegah infeksi. Pembentukan cairan

pencernaan. Sebagai bahan pembentuk

neurotransmiter serotonin, triptophan

berfungsi dalam pengendoran saraf dan

membantu proses tidur.

Kedelai, daging,

susu, dan sayur-

sayuran.

3 Metionin Metionin adalah suatu asam amino

dengan gugusan sulfur yang diperlukan

tubuh dalam pembentukan asam nukleat

dan jaringan serta sintesa protein, juga

menjadi bahan pembentuk asam amino

lain (sistein) dan vitamin (kolin).

Metionin bekerjasama dengan vitamin

B12 dan asam folat dalam membantu

tubuh mengatur pasokan protein

berlebih dalam diet tinggi protein.

Padi-padian, daging,

susu, anggur, dan

sayur-sayuran.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

31

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

4 Fenilalanin Asam amino ini bertugas mengontrol

berat badan, karena efeknya dalam

mengatur sekresi kelenjar tiroid dan

menekan nafsu makan (control of

appetite).

Beras utuh, almond,

susu, polong-

polongan, dan sayur

daun-daunan.

5 Treonin Manfaat treonin untuk mencegah dan

mengobati penyakit gangguan mental.

Sebenarnya asam amino ini bekerja

pada sistem pencernaan dan melindungi

hati.

Daging (ayam/sapi),

beras utuh, kacang-

kacangan, apel, dan

sayur daun-daunan

6 Triptophan Asam amino ini menjadi bahan untuk

sintesa niasin dalam tubuh. Fungsinya

dalam proses pembekuan darah dan

pembentukan cairan pencernaan.

Sebagai bahan pembentuk

neurotransmitter serotonin, triptophan

berfungsi dalam pengendoran saraf dan

membantu proses tidur.

Pepaya, susu, biji-

bijian, kacang-

kacangan, dan sayur-

sayuran.

7 Valin Diperlukan dalam pertumbuhan dan

penampilan, terutama berfungsi dalam

sistem saraf dan pencernaan. Valin juga

membantu mengatasi gangguan saraf

otot, mental dan emosional, insomnia,

dan keadaan gugup. Defisiensi valin

membuat mudah tersinggung.

Sayuran daun-

daunan, beras,

sereal, polong-

polongan, dan susu.

8 Leusin Asam amino yang berperan penting

dalam proses produksi energi tubuh

terutama dalam mengontrol proses

sintesa protein. Sebagai senyawa

turunan, isoleusin juga bekerja dalam

pengaturan protein bersama asama

amino lain (valin).

Beras utuh, susu,

telur, daging, dan

kedelai.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

32

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

9 Isoleusin Asam amino ini diperlukan dalam

produksi dan penyimpanan protein

dalam tubuh dan pembentukan

hemoglobin. Juga berperan dalam

metabolisme dan fungsi kelenjar timus

dan kelenjar pituitari.

Telur, daging, susu,

kedelai, kacang-

kacangan, dan

sereal.

10 Histidin Asam amino ini diperlukan pada saat

pertumbuhan untuk memperbaiki

jaringan tubuh dan mengubah kelebihan

glukosa menjadi glikogen yang diproses

dalam hati. Histidin dikonversi tubuh

menjadi histamin yang merangsang

pengeluaran asam lambung. Namun,

pada usia lanjut suplementasi histidin

juga sering diperlukan karena terjadi

gangguan sintesa dan penyerapannya

oleh tubuh. Defisiensi histidin dapat

berakibat rasa nyeri pada sendi dan urin

yang mengandung histidin

menunjukkan adanya gejala arthritis

reumatoid.

Pisang, anggur,

daging (ayam/sapi),

susu, dan sayuran

hijau.

11 Taurin Taurin adalah asam amino detoksifikasi

yang memberikan efek seperti glisin

dalam menetralkan semua jenis toksin

(xenobiotik) berbahaya. Manfaat lain

taurin adalah sebagai pengendali

neurotransmitter yang dapat mencegah

kejang.

Suplementasi taurin

bersama dengan

multivitamin dapat

membantu

meningkatkan daya

tahan tubuh dan

memulihkan stamina

setelah sembuh dari

sakit. Dalam produk

minuman

pembangkit tenaga

(Energy drink),

taurin digunakan

sebagai unsur utama.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

33

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

12 L karnitin Karnitin yang sering disebut vitamin

BT, adalah senyawa mirip vitamin

dengan fungsi utama melindungi hati

dari toksin, terutama alkohol. Kadar

karnitin yang tinggi dalam hati

diperlukan untuk mengatasi

peningkatan asam lemak yang terjadi

karena konsumsi alkohol, diet tinggi

lemak dan pemaparan zat kimia

beracun. Suplementasi karnitin

ditujukan untuk menghambar terjadinya

pembentukan lemak dihati akibat

konsumsi alkohol dan kegiatan fisik

yang berlebihan sehingga tubuh

kekurangan karnitin. Dalam keadaan

normal, karnitin mempermudah koversi

asam lemak menjadi energi, yaitu dari

hidrolisa ATP menjai ADP. Karenanya

karnitin digunakan pula sebagai

suplemen kebugaran tubuh yang

memberikan energi ekstra pada atlet

supaya terjadi kontraksi otot yang lebih

kuat.

Daging

13 Sistein Sistein merupakan asam amino yang

mengandung sulfur, diperlukan tubuh

untuk pembentukan sel darah putih

yang berfungsi sebagai salah satu fungsi

imun. Asam amino ini termasuk tidak

esensial, karena di dalam tubuh

diproduksi dari metionin. Namun

menjadi esensial bila tubuh

membutuhkannya dalam jumlah besar,

misalnya pada mereka yang baru

menjalani operasi.

Beras utuh, kedelai,

sayur daun-daunan,

pisang, kurma,

daging, telur, dan

susu.

14 GABA

(Gamma

Amino

Butylic Acid)

GABA adalah asam amino nonesensial,

tetapi karena kerjanya pengatur trasmisi

zat kimia pengantar rangsang

(neurotransmitter) disusunan saraf

pusat, maka asam amino ini termasuk

penting bagi metabolisme otak.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

34

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

15 Asam L-

Glutamat

Adalah asam amino non esensial.

Namun dalam kondisi tertentu asam

amino ini berfungsi sebagai/kontingensi

nutrien, sehingga menjadi esensial.

Asam L-Glutamat berperan sebagai

pengendali neurotransmitter yang

berpengaruh pada kemempuan kognisi

(pengenalan mengenai sesuatu hal), dan

bermanfaat untuk mencegah demensia

(pikun) dan meningkatkan daya ingat.

16 Glutathion

(GSH)

Adalah antioksidan yang diproduksi

tubuh dan berperan dalam detoksifikasi

di hati, dengan mengikat senyawa

toksik untuk membentuk senyawa baru

(konjugat) yang larut air agar mudah

dibuang dari tubuh. Glutathion juga

berperan sangat penting untuk

kesehatan syaraf dan otak, mencegah

segala penyakit syaraf termasuk

alzheimer, parkinson dan sklerosis

ganda. Selain itu glutathion menjadi

komponen glutathion S tranferase

suatu enzim antioksidan yang dihasilkan

hati untuk mendetok alkohol.

Selain dari sumber

makanan,

gluthathion disentesa

di dalam tubuh dari

asam aminoglisin,

sistein, L-glutamin,

dan asam Glutamat

serta dapat pula

ditingkatkan dengan

suplementasi

selenium dan

vitamin C.

17 Lesitin Lesitin adalah asam amino yang

berperan mengontrol kadar kolesterol

HDL. Dengan perbaikan aliran darah,

lesitin dapat membantu meningkatkan

daya ingat pada lansia yang mengalami

penyempitan pembuluh darah akibat

kolesterol.

Kedelai, daging, dan

sumber hewani

lainnya.

18 Glisin Glisin adalah salah satu asam amino

esensial, banyak digunakan untuk

detoksifikasi senyawa racun dari dalam

tubuh. Glisin diperlukan sebagai bahan

pembentuk senyawa antioksidan

gluthation, yang akan mengikat

senyawa toksik supaya larut air dan bisa

dibuang dari tubuh.

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

35

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

19 Glutamin Glutamin adalah asam amino yang

banyak beredar di dalam darah

berfungsi mencegah kerusakan mukosa

dan memperbaiki kebocoran usus (leaky

gut). Walaupun glutamin mudah di

dapat dari makanan dan disentesa oleh

tubuh, tetapi pada kasus tertentu, masih

dibutuhkan sumplementasi. Misalnya

pada penyembuhan kerusakan usus

yang serius, setelah pembedahan besar,

dan luka bakar parah.

Sumber: Yuliarti, 2008

2.2.3. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Asam Amino

Vitahealth (2004) menjelaskan defisiensi/kekurangan asam amino

secara keseluruhan mungkin dikarenakan malnutrisi protein. Defisiensi ini

pada umumnya diasosiasikan dengan pola makan yang kurang baik,

pencernaan yang terganggu atau masalah penyerapan makanan, kondisi

stress, infeksi, trauma, penggunaan obat-obatan, defisiensi nutrien yang

lain seperti vitamin dan mineral, dan disfungsi yang berkaitan dengan

proses penuaan. Karena asam amino berperan sedemikian besar dalam

struktur dan fungsi tubuh, serta untuk mempertahankan kesehatan dan

melawan penyakit, kondisi defisiensi asam amino sebagai akibat dari hal-

hal tersebut diatas bisa diperbaiki dengan suplementasi asam amino yang

tepat.

Asam amino diperoleh dari pemecahan protein dari makanan.

Kelebihan protein maka dapat menyebabkan kelebihan asam amino

didalam tubuh. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

36

Kelebihan asam amino dapat memberatkan ginjal dan hati yang harus

memetabolisme dan mengeluarkan nitrogen (Almatsier, 2009).

2.2.4. Angka Kecukupan Asam Amino

Tabel 2.2

Angka Kecukupan Asam Amino yang Dianjurkan Berdasarkan RDA

Asam Amino

(mg/g protein kasar)

Pola Kecukupan yang dianjurkan

Bayi

(3-4 bln)

Anak

Dewasa

2 thn 10-12 thn

Histidin 16 (19) (19) 11

Isoleusin 40 28 28 13

Leusin 93 66 44 19

Lisin 60 58 44 16

Metionin+Sistin 33 25 22 17

Fenilalanin+tirosin 72 63 22 19

Treonin 50 34 28 9

Triftofan 10 11 (9) 5

Valin 54 35 25 13

Total tanpa histidin 412 320 222 111

Sumber: National Research Council. Recommended Dietary Allowances,

Washingthon DC: National Academy Press, 1989, hlm. 67 dalam

Almatsier (2009) hlm. 91

Keterangan:

Pola kebutuhan dihitung dari kebutuhan asam amino dibagi angka kecukupan

protein rujukan yang dianjurkan.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

37

2.2.5. Mutu Protein

Mutu protein dihitung berdasarkan bahan makanan yang ditentukan

oleh jenis dan proporsi asam amino yang di kandungnya. Protein komplit

atau protein dengan nilai biologi tinggi atau bermutu tinggi adalah protein

yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang

sesuai untuk keperluan pertumbuhan, yaitu semua protein hewani kecuali

gelatin, merupakan protein komplit. Protein tidak komplit atau protein

bermutu rendah adalah protein yang tidak mengandung atau mengandung

dalam jumlah yang kurang satu atau lebih asam amino esensial, yaitu

sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacang-kacang

lain merupakan protein tidak komplit.

Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas untuk

memungkinkan pertumbuhan dinamakan “asam amino pembatas” (limiting

amino acid). Metionin merupakan asam amino pembatas kacang-kacangan

dan lisin dari beras. Campuran dua jenis protein nabati atau penambahan

sedikit protein hewani ke protein nabati akan menghasilkan protein

bermutu tinggi dengan harga relative rendah (Almatsier, 2009).

2.2.5.1. Penilaian Mutu Protein

Mutu protein dalam berbagai bahan makanan dapat diukur

dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai biologik (NB)

Nilai biologik (NB) makanan adalah jumlah nitrogen yang

ditahan tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh yang

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

38

berasal dari jumlah nitrogen yang di absorpsi. Pengukuran ini

didasarkan pada asumsi bahwa nitrogen akan lebih banyak ditahan

tubuh bila asam amino esensial hadir dalam jumlah cukup untuk

memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Nilai biologik dinyatakan

sebagai persen nitrogen yang diabsorpsi dan yang ditahan tubuh.

NB =

=

Makanan yang mempunyai nilai NB 70 atau lebih dianggap mampu

memberi pertumbuhan jika dimakan dalam jumlah cukup dan

konsumsi energi mencukupi.

2. Net Protein Utilization (NPU)

Net protein utilization (NPU) adalah indeks mutu yang

tidak saja memperhatikan jumlah protein yang ditahan akan tetapi

juga jumlah yang dicernakan.

NPU = NB koefisien kecernaan

NPU merupakan perbandingan antara nitrogen yang ditahan dan

nitrogen yang dikonsumsi.

3. Protein Efficiency Ratio (PER)

Protein efficiency ratio (PER) merupakan pengukuran mutu

protein makanan yang di tetapkan oleh kemampuan protein

menghasilkan pertumbuhan pada tikus muda.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

39

PER =

PER digunakan sebagai criteria mutu protein dalam memberi label

makanan jadi.

4. Skor Kimia/Skor Asam Amino

Skor Kimia adalah cara menetapkan mutu protein dengan

membandingkan kandungan asam amino esensial dalam bahan

makanan dengan kandungan asam amino esensial yang sama dalam

protein patokan/ideal, misalnya protein telur. Perbandingan antara

asam amino esensial yang terdapat paling rendah dalam bahan

makanan yang dinilai dengan asam amino yang sama dalam protein

patokan merupakan skor asam amino bahan makanan tersebut.

Skor kimia =

Tabel 2.3

Nilai Mutu Protein Bahan Makanan

Bahan

Makanan NB* NPU** PER***

Skor

Kimia/Skor

Asam Amino

Telur 100 94 3.92 100

Susu Sapi 93 82 3.09 95

Ikan 76 - 3.55 71

Daging Sapi 74 67 2.30 69

Beras

Tumbuk

86 59 - 67

Beras Giling 64 57 2,18 57

Gandum Utuh 65 49 1,53 53

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

40

Bahan

Makanan NB* NPU** PER***

Skor

Kimia/Skor

Asam Amino

Jagung 72 36 - 49

Kacang

Kedelai

73 61 2,32 47

Biji-bijian 62 53 1,77 42

*) Nilai biologi

**) Net Protein Utilization

***) Protein Efficiency Ratio

Sumber: Wardlaw, G.M. dan P.M. Insel, Perspectives in Nutrition, 1990, hlm.

167 dalam Almatsier (2009)

Tabel diatas menunjukkan mutu protein bahan makanan hewani lebih tinggi

dari makanan nabati, dengan telur paling tinggi.

2.3. Fitness

2.3.1. Definisi Fitness

Fitness adalah kata dari bahasa inggris yang artinya “kebugaran”,

yakni suatu kondisi tubuh yang sehat dan kuat. Aktivitas fitness terdiri dari 3

(tiga) elemen dasar, yaitu olahraga teratur, nutrisi teratur dan istirahat teratur

(Rai, 2009). Fitness merupakan kegiatan olahraga pembentukan otot-otot

tubuh/fisik yang dilakukan secara rutin dan berkala, yang bertujuan untuk

menjaga vitalitas tubuh dan berlatih disiplin. Menurut Liany (2012) fitness

merupakan gaya hidup dengan tujuan sehat yang menggabungkan latihan

(beban & aerobik), pengaturan pola makan yang teratur dan istirahat.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

41

Gaya hidup ini adalah landasan bagi tubuh yang sehat, kuat dan

prima yang mampu melaksanakan tugasnya secara baik dan optimal. Bukan

hanya itu, dalam wujud yang lebih disiplin dan terstruktur, fitness adalah

metode dasar dan wajib yang telah dipakai oleh atlit seluruh cabang

olahraga di dunia untuk meningkatkan performa di masing-masing

cabangnya untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, lebih kuat. Gambaran

umum mengenai fitness menurut Rai (2009) dapat dilihat seperti bagan

dibawah ini:

Bagan 2.1

Gambaran Umum Mengenai Fitness

Olahraga Teratur

Latihan

Pengencangan Otot

- Dengan alat

bantu

- Dengan tubuh

sendiri

Latihan

Kardiovaskular

- Indoor

- Outdoor

- Terorganisasi

Nutrisi Teratur

Sumber

Cara Penyajian

Jumlah

Jadwal/Timing

Istirahat Teratur

Kualitas

Kuantitas

Jenis

Manfaat:

Perbaikan komposisi tubuh, penampilan, dan kepercayaan diri

Peningkatan kekuatan dan stamina untuk berbagai tanggungjawab

dalam hidup

Pencegahan penuaan dini dan berbagai penyakit degeneratif

Peningkatan daya tahan tubuh, kualitas dan usia harapan hidup

Penurunan kadar stress

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

42

2.3.1.1. Olahraga Teratur

Dalam tubuh terdapat 3 jenis otot, dua diantaranya bisa

dilatih dan diperkuat melalui olahraga teratur. Dua otot tersebut

adalah otot rangka dan otot jantung. Sementara otot yang satu lagi

yang tidak dilatih, adalah otot halus seperti otot mata, gendang

telinga, dan otot lambung (Rai, 2009).

a. Latihan Pengencangan Otot

Latihan pengencangan otot adalah latihan yang melatih

otot rangka dengan memberikan beban secara berulang kali dan

sistematis. Otot rangka adalah otot yang menempel pada rangka

tubuh. Untuk melakukan latihan pengencangan ini, dapat

menggunakan tubuh sendiri sebagai beban, maupun

menggunakan alat bantu lainnya seperti dumbell, barbell,

maupun mesin.

b. Latihan Kardiovaskular

Latihan kardiovaskular adalah latihan yang melatih otot

jantung (cardiac) dan pru-paru yang sering juga disebut sebagai

aktivitas aerobik. Jenis olahraga kardiovaskular bisa dilakukan

secara:

Outdoor: jalan, jogging, berenang, bersepeda, dan beberapa

olahraga permainan lainnya.

Indoor: beberapa olahraga permainan, berenang, atau dengan

alat bantu seperti treadmill, sepeda statis, dan lai-lain. Kelas-

kelas aerobik, yang terbagi lagi menjadi: High Impact: dengan

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

43

intensitas dan impact pada persendian yang tinggi, seperti kelas-

kelas aerobik freestyle, less mills body combat, less mills body

pump, dan lain-lain. Low Impact: dengan intensitas dan impact

pada persendian yang lebih rendah seperti pilates, stretching,

yoga, les mills body balance, dan lain-lain.

2.3.1.2. Nutrisi Teratur

Menurt Rai (2009) Nutrisi teratur adalah komponen

dimana terjadinya pengaruh pola makan sehari-hari. Nutrisi

berperan sebagai bahan bakar untuk aktivitas juga sebagai bahan

dasar untuk membangun kembali apa yang telah dirusak saat

berolahraga. Beberapa hal yang diatur dalam makanan agar tubuh

menjadi lebih sehat adalah sebagai berikut:

a. Sumber

Sumber makanan dalam bentuk mentahnya. Pemilihan

ini mempertimbangkan kandungan gizi makanan. Semakin

tinggi kandungan gizi makanan dan manfaatnya untuk

kesehatan, semakin baik dipakai dalam pola nutrisi teratur.

Misalnya, dada ayam lebih baik daripada paha atau sayap, putih

telur lebih baik daripada kuning telur, dan lain-lain.

b. Cara Penyajian

Cara memasak atau mengolah sumber makanan sebelum

dimakan. Semakin kecil terjadinya penambahan kalori pada saat

pengolahan, semakin baik dalam pola nutrisi yang teratur.

Direbus, dipanggang, dikukus, dibakar/grilled tanpa tambahan

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

44

akan mendapatkan makanan lebih rendah kalori daripad

digoreng dengan menggunakan alat bantu seperti minyak

goreng, mentega, margarin, atau tepung-tepung.

c. Jumlah

Jumlah mengacu pada bearan porsi yang dikonsumsi dari

setiap sumber makanan.

d. Jadwal/Timing

Jadwal/Timing mengacu pada berapa sering dan kapan

waktu untuk mengkonsumsi makanan. Terutama adalah untuk

mengatur dan mematuhi jadwal makanan atau dengan kata lain

makan tepat waktu.

2.3.1.3. Istirahat Teratur

Istirahat teratur merupakan komponen waktu yang

diperlukan untuk proses pengolahan bahan bakar dan

pembangunan kembali. Agar istirahat bisa teratur, prasyaratnya

adalah;

Jenis: Tidur malam, tidur siang, peregangan (stretching),

meditasi, pijat (massage), dan lain-lain.

Kualitas: tingkat nyenyaknya tidur, faktor penunjang

nyenyaknya tidur, seperti kebersihan tubuh dan alat tidur,

kenyamanan, tingkat suara, cahaya, dan sirkulasi udara.

Kuantitas: Jatah waktu atau porsi untuk masing-masing jenis.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

45

2.4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Makanan

Menurut Lyle et.al (1998) dan Greger (2001) menyatakan bahwa perilaku

konsumsi suplemen makanan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu:

1) Faktor internal yang terdiri dari: umur, jenis kelamin, pendidikan, dan

pendapatan

2) Faktor eksternal yang terdiri dari: asupan makan, aktivitas fisik, dan status

merokok.

Selain faktor-faktor diatas, faktor-faktor lain yang diduga berhubungan

dengan konsumsi suplemen makanan adalah sebagai berikut:

2.4.1. Umur

Hurlock (1980) mengatakan bahwa umur adalah lamanya hidup

seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berualang

tahun terakhir. Dimana masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun

sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis

yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa

madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat

menurunnya kemampuan fisik dan psikologis. Sedangkan dewasa lanjut

(usia lanjut) dimulai pada umum 60 tahun sampai kematian, yakni pada

saat kemampuan fisik dan psikologis sangat cepat menurun.

Menurut hasil Third National Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES III) tahun 1988-1994, suplemen makanan paling banyak

digunakan oleh anak-anak dan dewasa (Koplan, 1996). Sedangkan

menurut Greger (2001) umur yang lebih tua merupakan karakteristik

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

46

demografi yang berhubungan dengan konsumsi suplemen makanan.

Semakin tua seseorang semakin menurun fungsi organ tubuh yang

berakibat menurunnya penyerapan zat gizi sehingga diperlukan suplemen

makanan (Karyadi, 1998) dalam Sarjono (2010). Dalam penelitiannya

mengenai penggunaan suplemen makanan pada orang dewasa di Swedia,

menyatakan bahwa umur merupakan prediktor yang terbaik dalam

penelitian mengenai penggunaan suplemen makanan (Messerer et.al,

2001).

Menurut Balluz et.al (2000), rata-rata umur pengguna suplemen

makanan di United States adalah 37 tahun. Penelitian Balluz et.al (2000)

juga menunjukkan ada peningkatan konsumsi suplemen makanan pada

mereka yang kelompok umurnya lebih tinggi. Hasil penelitian di Jepang

yang dilakukan Ishihara et.al (2003) menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan yang signifikan pada kelompok usia yang tertinggi dalam

konsumsi suplemen. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi umur

seseorang, maka kecenderungan untuk mengkonsumsi suplemen makanan

akan semakin besar.

2.4.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi

seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara

laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000). Menurut (Greger, 2001)

salah satu karakteristik demografi yang berhubungan dengan tingginya

penggunaan suplemen (terutama suplemen multinutirition) adalah wanita.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

47

Jenis suplemen yang sering dikonsumsi wanita adalah multinutrien dan

suplemen vitamin C dan E. Hasil ini tetap sama ketika disesuaikan dengan

umur. Pria yang lebih tua lebih sering mengkonsumsi suplemen, tetapi

diantara wanita, penggunaan suplemen tidak dipengaruhi umur.

Berdasarkan data Third National Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES III) mengatakan bahwa konsumsi suplemen makanan

lebih banyak ditemukan pada responden wanita Rock (2007) hal ini

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Foote et.al (2003), yaitu

sebanyak 56,1% wanita mengonsumsi suplemen makanan.

Utami (1998) dalam Anggondowati (2002), menyatakan bahwa

hasil penelitian Subar dan Block diketahui bahwa penggunaan suplemen

terbanyak pada wanita, sebanyak 26,8% menurut hasil survei NCHS,

wanita lebih banyak menggunakan suplemen single vitamin dan kombinasi

vitamin dan multivitamin.

2.4.3. Tingkat Pendidikan

Menurut Greger (2001) tingkat pendidikan berhubungan dengan

tingkat konsumsi suplemen makanan. Menurut Nagib (1993) dalam

Sarjono (2010) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan

dapat memperoleh kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Di sisi lain,

pendidikan meningkatkan kemampuan seseorang dalam membuat

keputusan atau menentukan pilihan dalam hidupnya.

Berdasarkan United States Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES III), resonden dengan pendidikan lebih dari 12 tahun

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

48

cenderung mengonsumsi suplemen dibandingkan dengan yang

berpendidikan rendah. Dari survey tersebut diperoleh 30,7% dari

responden yang berpendidikan <9 tahun dan 49,95 dari responden yang

berpendidikan ≥ 13 tahun menggunakan suplemen (Balluz et.al, 2000).

Menurut Lyle et.al (1998), semakin tinggi pendidikan maka

penggunaan suplemen semakin meningkat. Namun, berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Zainal, dkk terhadap 209 pria dewasa di Jakarta

Selatan tahun 2001, pendidikan berhubungan nyata dengan secara negatif

dengan konsumsi suplemen. Semakin tinggi pendidikan, konsumsi

suplemen semakin menurun. Hal tersebut dapat disebabkan individu

dengan pendidikan formal lebih tinggi mempunyai wawasan berpikir yang

lebih luas sehingga menjadi dasar kehati-hatian di dalam mengonsusmsi

suplemen (Zainal dkk, 2002 dalam Putri, 2004).

2.4.4. Pendapatan

Pendapatan juga terlihat mempunyai hubungan dengan pola makan.

Konsumsi buah, jus buah, suplemen makanan, soft drinks, gula dan

makanan yang manis meningkat seiring dengan peningkatan sosial

ekonomi (Brown et.al, 2005 dalam Dilapanga, 2008). Tingginya

penggunaan suplemen makanan berada pada responden yang memiliki

pendapatan tinggi (Greger, 2001). Menurut Syahni (2002 dalam Sarjono

(2010) karakteristik ekonomi (tingkat pendapatan) pada responden sangat

penting diukur karena merupakan salah satu hal yang diduga berpengaruh

terhadap perilaku pembelian suatu produk.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

49

Menurut Balluz et.al (2000) berdasarkan data Third National

Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III), responden

dengan pendapatan menengah dan tinggi lebih cenderung mengkonsumsi

suplemen makanan dibandingkan dengan yang mempunyai pendapatan

rendah. Dari hasil survey tersebut, 49,4% dari responden yang memiliki

pendapatan tinggi dan 28,6% dari responden yang memiliki pendapatan

rendah menggunakan suplemen makanan (Putri, 2004).

2.4.5. Riwayat Penyakit

Keinginan untuk mencapai status fisik yang lebih baik, dan

perawatan sendiri (self-treatment) terhadap penyakit merupakan alasan

untuk mengkonsumsi suplemen makanan (Franklin et.al, 2009) dalam

Yunaeni (2010). Menurut White et.al (2004) kondisi tubuh yang kurang

baik, atau sedang dalam kondisi sakit atau memiliki keluhan akan

kesehatan mendorong mereka untuk menggunakan suplemen. Menurut

Bender et.al (1992) mengemukakan bahwa penggunaan suplemen

berkaitan dengan individu yang memiliki satu atau lebih masalah

kesehatan.

2.4.6. Pengetahuan Gizi tentang Suplemen

Pengetahuan gizi tentang suplemen berhubungan degan konsumsi

suplemen makanan, semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang

suplemen maka semakin kecil kemungkinan untuk mengkonsumsi

suplemen (Massad et al, 1995). Menurut Soekanto (1981) dalam Habibi

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

50

(2003) pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya, sedangkan menurut Parawansa (2000)

menyatakan bahwa munculnya kasus gizi selain disebabkan oleh

berkurangnya konsumsi pangan dan mutu gizi yang dimakan, ternyata

masih disebabkan oleh sebab lain yaitu kurangnya pengetahuan tentang

pentingnya pemeliharaan gizi kesehatan.

Berdasarkan penelitian Pertiwi (2008), menunjukkan bahwa

responden yang mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral lebih

banyak pada kelompok yang berpengetahuan baik yaitu 80,2%

dibandingkan dengan kelompok yang berpengetahuan kurang.

Menurut Roedjito (1989) dalam Sutriyanta (2001), menjelaskan

bahwa jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang lengkap

maka akan memiliki kesadaran tentang gizi yang sempurna terutama

dalam memilih jenis makanan yang tepat untuk dikonsumsi guna

memenuhi kebutuhan tubuhnya.

2.4.7. Keterpaparan terhadap Media Promosi Suplemen

Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat

untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang

menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Promosi juga dapat diartikan

sebagai semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong

permintaan (Swastha dan Irawan, 1997 dalam Sarjono, 2010).

Saat ini maraknya iklan yang ditawarkan melalui madia cetak,

maupun media elektronik tentang food supplement secara tidak langsung

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

51

memberikan pengaruh. Banyaknya jumlah masyarakat terpapar dengan

iklan tersebut akan semakin memudahkan akses mereka untuk

mengkonsumsi suplemen makanan (YLKI, 2002).

Peredaran food supplement tidak hanya melalui iklan, banyaknya

suplemen makanan yang beredar melalui Multi Level Marketing (MLM)

sangat ampuh daya siarnya, seperti dari mulut ke mulut, dari tangan ke

tangan dan seterusnya, dapat menjadi alasan untuk mengkonsumsi produk

yang ditawarkan (YLKI, 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

3 kota (Jakarta, Bandung dan Surabaya) oleh Gusmali dkk (2000), promosi

suplemen makanan terbesar berasal dari teman, saudara dan orang tua

(54,7%) dan yang berasal dari iklan sebesar 23,4%.

Menurut (Swastha dan Irawan, 1997 dalam Sarjono, 2010), Ada

empat jenis promosi yaitu :

a. Iklan

Iklan merupakan bentuk paling umum dari promosi.

Periklanan merupakan bentuk presentasi dan promosi non

pribadi mengenai ide, baran dan jasa yang dibayar oleh sponsor

tertentu. Sponsor tersebut tidak hanya oleh perusahaan saja,

tetapi juga lembaga pemerintahan dan individu-indivdu.

Menurut Kotler dalam syahni (2002) dalam Yunaeni (2009),

menyebutkan bahwa iklan merupakan salah satu alat unkuk

menimbulkan ketertarikan, perhatian, dan terntunya akan

mendorong timbulnya keinginan untuk membeli.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

52

b. Personall selling

Personall selling adalah presentasi lisan dalam suatu

percakapan dengan satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan

untuk menciptakan penjualan. Di dalam Personall selling,

terjadi interaksi langsung antara penjual dan pembeli.

Komunikasi yang dilakukan bersifat individual dan dua arah

sehingga penjual dapat langsung memperoleh tanggapan sebagai

umpan balik tentang keinginan dan kesukaan pembeli.

c. Publisitas

Publisitas adalah pendorongan permintaan secara non

pribadi untuk suatu produk, jasa, atau ide dengan menggunakan

berita komersial didalam media massa dan sponsor tidak

dibebani sejumlah bayaran langsung. Berbeda dengan

periklanan, komunikasi yang disampaikan di dalam publitas

berupa berita bukan iklan.

d. Promosi penjualan

Promosi penjualan merupan kegiatan-kegiatan yang

termasuk ke dalam promosi penjualan antara lain adalah

peragaan, pertunjukan dan pameran, demonstrasi, dan lain-lain.

biasanya kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan kegiatan

promosi lain dan biasanya relatif lebih murah dibandingkan

dengan periklanan dan personal selling. Selain itu, promosi

penjualan juga lebih fleksibel karena dapat dilakukan setiap saat

dengan biaya yang tersedia dan di mana saja.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

53

Media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan

promosi penjualan sangat mempengaruhi pada pemilihan

susunan makanan. Keunggulan pemakaian media massa adalah

dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan

dapat menimbulkan pengalaman yang sama (Berg, 1986) dalam

Yunaeni (2009).

Menurut Zainal dkk (2002), meningkatnya konsumsi

suplemen makanan di masyarakat tidak lebih dari maraknya

promosi dan iklan yang ditawarkan oleh produsen yang saling

berlomba-lomba menawarkan produk dengan berbagai macam

klaim, mulai dari menambah kecantikan, menambah vitalitas,

sampai menyebuhkan penyakit (Putri, 2004).

2.4.8. Aktivitas Fisik

Menurut Lyle et.al, (1998) Penggunaan suplemen lebih banyak

pada individu-individu yang aktif secara fisik, individu yang berolahraga

teratur setidaknya tiga kali seminggu lebih cenderung menggunakan

suplemen makanan. Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk

bergerak.

Orang-orang yang aktif membutuhkan lebih banyak makanan untuk

energinya. Dengan banyaknya metabolisme ekstra yang berlangsung,

mereka membutuhkan ekstra vitamin dan mineral. Maka untuk

meningkatkan energinya, orang yang aktif tidak hanya dapat

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

54

mengandalkan makanan tinggi kalori, tetapi seharusnya memilih makanan

yang kaya zat gizi (Sizer, 1998) dalam (Indriana, 2003).

Barr (1986) dalam Sarjono (2010) juga menyatakan bahwa 64%

dari orang yang mengikuti kelas fitness menggunakan suplemen dan rata-

rata mengkonsumsi suplemen lebih dari dua suplemen perhari. Menurut

Foote et al (2003), mereka yang melakukan olahraga dan menghasilkan

keringat setidaknya 3 kali/minggu memiliki kecenderungan untuk

mengkonsumsi suplemen lebih besar dibandingkan mereka yang tidak

teratur untuk berolahraga.

Menurut Baecke (1982) bahwa indeks aktivitas fisik merupakan

aktivitas sehari-hari yang meliputi indeks kegiatan waktu bekerja, indeks

kegiatan olahraga dan kegiatan waktu luang yang diukur dengan skor yang

telah ditentukan. Setiap aktivitas fisik memerlukan energi untuk bergerak.

Aktivitas fisik berupa aktivitas rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi

ke sekolah, bekerja sebagai karyawati kantor. Besarnya energi yang

digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktivitas fisik.

Pengukuran aktivitas fisik ini dilakukan dengan menggunakan

Questionnaire Baecke (1982) yang merupakan kuesioner internasional

yang telah divalidasi untuk mengukur aktivitas fisik pada orang dewasa.

Jenis pengukuran aktivitas fisik Baecke ini mencakup aktivitas sehari-hari

yang meliputi indeks kegiatan waktu bekerja, indeks kegiatan olahraga dan

kegiatan waktu luang. Perhitungan aktivitas fisik berdasarkan Beacke

(1982) yakni dengan:

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

55

Indeks Aktivitas Waktu Kerja = {X1a1+(6-X1a2)+X1a3+ X1a4+

X1a5+ X1a7+ X1a8}/ 8

Indeks Aktivitas Olah Raga = {[(X2a1 x X2a2 x X2a3)x(X2b1 x

X2b2 x X2b3)] + X4+X5+X6} / 4

Indeks Aktivitas Waktu Luang = [(6 – X7a1) + X7a2 + X7a3 +

X7a4] / 4

Setelah dilakukan perhitungan kemudian diukur dengan kategori “aktivitas

ringan” jika < 5,6, “aktivitas sedang” jika 5,6 – 7,9, dan “aktivitas berat”

jika > 7,9.

2.4.9. Status Merokok

Seseorang yang merokok membutuhkan konsumsi suplemen

makanan karena merokok dapat menyebabkan penurunan absorbsi dari

vitamin dan mineral. Menurut Karyadi (1998) dalam Sarjono (2010),

kebiasaan merokok membutuhkan konsumsi suplemen makanan karena

tembakau yang merupakan bahan baku rokok dapat menurunkan absorpsi

dari vitamin dan mineral, seperti vitamin B6, vitamin C, asam folat, dan

niasin.

Menurut Frankle (1993), perokok mengabsorpsi vitamin C 10%

lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan

konsumsi vitamin C dibutuhkan dalam keadaan stress secara psikologis

atau fisik. Namun, berdasarkan Rock (2007) individu yang merokok lebih

sedikit mengkonsumsi suplemen makanan dibandingkan individu yang

tidak merokok.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

56

2.4.10. Asupan Makanan (Konsumsi Asupan Protein)

Menurut Lyle et.al (1998) asupan makan mempengaruhi pemakaian

suplemen makanan, orang yang menggunakan suplemen makanan

cenderung mengkonsumsi lebih banyak buah-buahan dan sedikit

mengkonsumsi lemak. Kondisi yang mungkin melatarbelakangi

penggunaan suplemen makanan adalah ketidakseimbangan pola makan

seseorang yang disebabkan aktivitas yang tinggi sehingga kurang tersedia

waktu untuk menyiapkan makanan (Karyadi, 1997) dalam (Sarjono, 2010).

Berdasarkan Harrison et.al (2003) orang yang mengkonsumsi buah dan

sayuran atau minyak ikan, lebih banyak mengkonsumsi suplemen vitamin

dan mineral daripada orang yang tidak mengkonsumsi jenis makanan

tersebut.

Pada penelitian terhadap orang belanda, responden yang

mempunyai intake serat yang tinggi memiliki hubungan yang positif

dengan konsumsi suplemen multivitamin dan mineral (Jong et.al, 2003).

Responden yang mengkonsumsi buah, serat dan energi dari lemak lebih

banyak mengkonsumsi suplemen makanan (Foote et.al, 2003). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Greger (2001) bahwa pada umumnya, gaya

hidup yang positif berhubungan dengan penggunaan suplemen makanan.

2.5. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori dari Lyle et.al (1998), Greger (2001) dan teori-

teori yang telah dipaparkan dalam tinjauan pustaka serta berdasarkan hasil

penelitian yang ada pada tinjauan pustaka, maka kerangka teori dalam penelitian

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

57

ini disusun berdasarkan kesimpulan dari beberapa tinjauan pustaka yang ada,

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen makanan

yaitu meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, riwayat penyakit,

pengetahuan gizi tentang suplemen, keterpaparan media promosi, aktivitas fisik,

status merokok, dan asupan makanan. Kerangka teori secara sistematik dapat

dilihat sebagai berikut dalam bagan 2.2:

Bagan 2.2

Kerangka Teori

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Makanan

Modifikasi dari teori Lyle et.al (1998) dan Greger (2001)

Faktor Internal:

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Pendidikan

4. Pendapatan

5. Riwayat Penyakit

Faktor Eksternal:

1. Pengetahuan Gizi

2. Keterpaparan Media

Promosi

3. Aktivitas Fisik

4. Status Merokok

5. Asupan Makan

Konsumsi

suplemen

makanan

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

58

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel dependen yaitu

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness. Sedangkan variabel

independennya adalah umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan pengetahuan

gizi tentang suplemen, keterpaparan media promosi, aktivitas fisik, status

merokok, dan asupan protein.

Untuk faktor riwayat penyakit tidak dijadikan variabel karena seseorang

yang dalam keadaan sakit atau orang yang memiliki riwayat penyakit memang

dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen makanan termasuk suplemen asam

amino. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini seperti terdapat pada

bagan 3.1 di bawah ini:

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

59

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

109101000088

Konsumsi Suplemen

asam amino pada

anggota fitness

Umur

Pengetahuan Gizi

tentang Suplemen

Keterpaparan Media

Promosi

Status Merokok

Jenis Kelamin

Pendapatan

Pendidikan

Asupan Protein

Aktivitas Fisik

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

60

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen

1 Konsumsi

Suplemen Asam

Amino

Konsumsi suplemen asam amino

pada responden dalam satu minggu

terakhir.

Kuesioner Wawancara 0. Ya

1. Tidak

(Anggondowati,

2002)

Ordinal

Variabel Independen

2 Umur Lama hidup responden dari lahir

hingga saat penelitian (Hurlock,

1980).

Kuesioner Wawancara 0. Dewasa dini, < 24

tahun

1. Dewasa madya, ≥

24tahun

(Median populasi)

Ordinal

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

61

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

3 Jenis Kelamin Perbedaan seks yang didapat sejak

lahir yang dibedakan antara laki-laki

dan perempuan

Kuesioner Wawancara 0. Laki-laki

1. Perempuan

Ordinal

4 Pendidikan Jenis pendidikan formal yang

terakhir yang diselesaikan oleh

responden

Kuesioner Wawancara 0. Dasar: SD, SMP

1. Menengah: SMA

2. Atas: Diploma,

S1, S2, S3

Ordinal

5 Pendapatan Jumlah keseluruhan pendapatan

responden/keluarga dalam satu bulan

Kuesioner Wawancara 2. Rendah, (skor <

median)

3. Tinggi, (skor ≥

median)

Ordinal

6 Pengetahuan Gizi

tentang Suplemen

Tingkat kemampuan responden

dalam menjawab pertanyaan yang

diajukan dalam kuesioner mengenai

pengetahuan gizi tentang suplemen

makanan yang dihitung berdasarkan

jumlah yang benar.

Kuesioner Wawancara 0. Rendah, (skor <

median)

1. Tinggi, (skor ≥

median)

Ordinal

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

62

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

7 Keterpaparan

terhadap

Media/Informasi

Pernyataan responden mengenai

promosi suplemen asam amino,

pernah

mendengar/melihat/membaca/menon

ton mengenai produk/manfaat

suplemen asam amino melalui media

komunikasi massa (TV, Radio,

Koran dan Majalah) atau media

komunikasi personal (orang tua,

teman, guru, pelatih, dokter atau ahli

gizi) dalam satu bulan terakhir.

Kuesioner Wawancara 0. Tidak terpapar,

jika responden

menjawab tidak

pernah pada item

pertanyaan

keterpaparan

media/informasi.

1. Terpapar, jika

responden

menjawab pernah

pada item

pertanyaan

keterpaparan. dan

minimal memilih

satu item jawaban.

Ordinal

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

63

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

8 Aktivitas Fisik Aktivitas sehari-hari yang meliputi

indeks kegiatan waktu bekerja,

indeks kegiatan olahraga dan

kegiatan waktu luang (Baecke,

1982).

Kuesioner Wawancara 0. Aktivitas Ringan

jika < 5,6

1. Aktivitas Sedang

jika 5,6 – 7,9

2. Aktivitas Berat

jika > 7,9.

(Baecke, 1982)

Ordinal

9 Status Merokok Status merokok responden selama

satu bulan terakhir (Utami, 1998

dalam Sarjono, 2010)

Kuesioner Wawancara 0. Merokok

1. Tidak Merokok

(Utami, 1998

dalam Sarjono,

2010)

Ordinal

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

64

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

10 Asupan Protein Rata-rata asupan protein responden

selama 2 hari/ 2 kali recall 24 jam

tanpa berturut-turut (Sanjur (1997)

dalam Supariasa (2012).

Kuesioner

Food Recall

2x24 Jam

Wawancara 0. Cukup jika ≥ 111

mg

1. Kurang jika < 111

mg

(Almatsier, 2009)

Ordinal

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

65

a. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan konsumsi suplemen asam amino pada

anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2013.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

3. Ada hubungan antara pendidikan dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

4. Ada hubungan antara pendapatan dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

5. Ada hubungan antara pengetahuan gizi tentang suplemen dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

6. Ada hubungan antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

7. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

66

8. Ada hubungan antara status merokok dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

9. Ada hubungan antara asupan protein dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

67

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik melalui pendekatan

kuantitatif dengan desain cross sectional karena pengambilan data variabel

independen dan variabel dependen dilakukan pada saat yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2010). Desain ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara variabel dependen (konsumsi suplemen asam amino) dengan

variabel independen (umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pengetahuan

gizi tentang suplemen, keterpaparan media promosi, status merokok, aktivitas

fisik, dan asupan protein) pada sampel dari suatu populasi yang diteliti dalam

waktu bersamaan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 di

tempat fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Fitness

Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota Fitness

Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

68

Sampel diperoleh dengan memperhatikan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Usia dewasa yang berumur sekitar 18 - 60 tahun.

Pengambilan sampel dewasa dilakukan dengan alasan karena diharapkan

responden dapat memberikan pendapatnya secara langsung.

2. Telah mengikuti fitness minimal selama 1 bulan

3. Tidak dalam keadaan sakit.

4. Bersedia menjadi responden dan dapat berkomunikasi dengan baik

Perhitungan penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan

rumus uji hipotesis 2 proporsi yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z 1-α/2 = Nilai Z dari pada derajat kemaknaan (CI) 95% dengan

α = 0,05 yaitu sebesar 1,96

Z 1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β = 90% yaitu

1,64

P = Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2

P1 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada

kelompok tertentu

P2 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada

kelompok tertentu

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

69

Adapun nilai P1, P2 didapatkan dari penelitian terdahulu, berkaitan dengan

konsumsi suplemen makanan:

Tabel 4.1

Perhitungan Sampel

No Variabel P1 P2 α% β% N

1 Umur

(Goston et.al,

2010)

P1: >30 tahun

P2: <30 tahun

0,47 0,289

5

90

149

10 122

1 212

5

80

112

10 88

1 167

2 Jenis Kelamin

(Indriana, 2003)

P1: Laki-laki

P2: Perempuan 0,747 0,52

5

90

93

10 36

1 132

5

80

70

10 55

1 104

3 Pendidikan

(Anggraini, 209)

P1: Tinggi

P2: Rendah

0,681 0,813

5

90

1544

10 1259

1 2187

5

80

1154

10 909

1 1717

4 Status Merokok

(White et.al

2004)

P1:Tidak

merokok

P2: Merokok

0,474 0,83

5

90

36

10 29

1 51

5

80

27

10 22

1 41

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

70

No Variabel P1 P2 α% β% N

5 Aktivitas Fisik

(Indriana, 2003)

P1: Berat

P2: Ringan 0,853 0,489

5

90

33

10 27

1 48

5

80

25

10 20

1 38

6 Pengetahuan

(Anggraini,

2009)

P1: Baik

P2: Kurang

0,821 0,593

5

90

61

10 50

1 87

5

80

46

10 37

1

69

7 Keterpaparan

Terhadap

Media Promosi

(Yunaeni, 2009)

P1: Terpapar

P2: Tidak

terpapar

0,798 0,475

5

90

45

10 37

1 64

5

80

34

10 27

1 51

Sumber: Hasil Perhitungan Sampel Berdasarkan Uji Hipotesis Beda Dua

Proporsi, (Goston et.al, 2010), (Indriana, 2003), (Yunaeni, 2009), (Anggraini,

2009), (Putri, 2004), (White et.al, 2004)

Berdasarkan hasil perhitungan sampel pada tabel 4.1, jumlah sampel

yang akan diambil adalah 76 orang (P1= proporsi pengetahuan baik dengan

mengkonsumsi suplemen makanan dan P2= proporsi pengetahuan buruk dengan

mengkonsumsi suplemen makanan). Dari hasil tersebut, kemudian dilakukan

penghitungan sampel minimal dengan menggunakan perbandingan dari hasil

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

71

penelitian Anggraini (2009) yaitu hasil dari responden yang tidak mengkonsumsi

suplemen makanan sebesar 80,4%.

61 = persentase tidak mengkonsumsi suplemen x n

n = 61 / persentase tidak mengkonsumsi suplemen

n = 61 / 0,804

n = 76 responden.

Berdasarkan perhitungan sampel di atas diperoleh jumlah sampel minimal

sebesar 76 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode simple random sampling.

4.4. Alat dan Cara Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Instrumen atau alat penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

a. Data Primer

Untuk memperoleh data primer pada penelitian ini diperoleh melalui

wawancara dan pengisian kuesioner.

1) Kuesioner, yang berisi sejumlah pertanyaan mengenai umur, jenis

kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi tentang suplemen,

keterpaparan terhadap promosi suplemen asam amino, aktivitas fisik,

status merokok. Pengisisan kuesioner dilakukan secara langsung oleh

peneliti dengan wawancara langsung kepada responden.

2) Formulir food recall 2x24 jam, yang digunakan untuk mengetahui

tingkat konsumsi makanan (asupan protein) pada responden.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

72

Data primer digunakan untuk mengetahui gambaran masing-masing setiap

variabel dan ada atau tidaknya hubungan antara variabel dependen

(konsumsi suplemen asam amino) dengan variabel independen (umur, jenis

kelamin, pendapatan, pendidikan, pengetahuan gizi tentang suplemen,

keterpaparan media promosi, status merokok, aktivitas fisik, dan asupan

protein).

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa profil fitness centre

Syahida Iin dan jumlah anggota fitness yang diperoleh dari pengelola fitness

centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data profil digunakan

untuk pembahasan mengenai gambaran umum fitness centre Syahida Inn,

sedangkan data jumlah fitness digunakan untuk mengetahui jumlah populasi

dan menghitung jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam

penelitian.

4.5. Pengukuran Data

1. Konsumsi Suplemen Asam Amino

Untuk mengetahui perilaku konsumsi suplemen asam amino respoden,

peneliti menggunakan pertanyaan bagian B yang terdapat pada kuesioner.

Variabel ini diukur melalui satu pertanyaan tentang perilaku konsumsi

suplemen asam amino dalam satu minggu terakhir terakhir yang

dikategorikan menjadi dua yaitu “ya” jika responden menyatakan

mengkonsumsi suplemen asam amino dan “tidak” jika responden

menyatakan tidak mengkonsumsi suplemen asam amino dalam satu minggu

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

73

terakhir serta untuk mengetahui gambaran tentang frekuensi konsumsi

suplemen asam amino respoden.

2. Umur

Umur merupakan lama hidup responden dari lahir hingga saat

dilakukan penelitian. Variabel umur diukur dengan pertanyaan yang ada pada

kuesioner bagian A nomor 4. Dalam penelitian ini umur dikategorikan

“dewasa dini” jika umur < mean/median, “dewasa madya” jika umur ≥

mean/median.

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan seks responden yang dibedakan

antara laki-laki dan perempuan. Variabel jenis kelamin berdasarkan

pertanyaan pada kuesioner bagian A nomor 2 dikategorikan “laki-laki” dan

“perempuan”.

4. Pendapatan

Pendapatan merupakan keseluruhan pendapatan responden dalam satu

bulan. Variabel pendapatan diukur dengan pertanyaan yang ada pada

kuesioner bagian A nomor 10 dan dikategorikan “rendah” jika skor <

mean/median, “tinggi” jika skor ≥ mean/median.

5. Pendidikan

Pendidikan merupakan jenis pendidikan formal yang terakhir yang

diselesaikan oleh responden. Variabel pendidikan diukur dengan pertanyaan

pada kuesioner bagian A nomor 8 dan dikategorikan dalam 3 kategori, yakni

pendidikan “dasar” jika lulusan SD/SMP, pendidikan “menengah” jika

lulusan SMA, dan pendidikan “atas” jika lulusan Diploma, S1, S2, S3.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

74

Menjadi 2 kategori yakni pendidikan “rendah” jika lulusan SD/SMP,

pendidikan “tinggi” jika lulusan ≥ SMA.

6. Pengetahuan Gizi tentang Suplemen

Dalam penelitian ini, terdapat 10 pertanyaan yang bersifat tertutup

berkaitan dengan pengetahuan responden mengenai gizi dan suplemen pada

bagian C. Setiap point pertanyaan diberi nilai 1 bila jawaban benar. Untuk

setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang sama, dengan asumsi setiap

pertanyaan sama pentingnya. Selanjutnya, semua nilai dijumlahkan kemudian

dikategorikan yaitu “rendah” bila skor < mean/median, “tinggi” bila skor ≥

mean/median.

7. Keterpaparan Promosi Suplemen Asam Amino

Seperti halnya yang terdapat dalam tabel definisi operasional. Hasil

ukur tentang keterpaparan promosi suplemen diukur dari jawaban responden

pada kuesioner bagian D. Dikatakan “tidak terpapar” jika responden

menjawab “tidak pernah” pada item pertanyaan keterpaparan media/informasi

(pertanyaan nomor 1) dan dikatakan “terpapar” jika responden menjawab

“pernah” pada item pertanyaan keterpaparan dan minimal memilih satu item

jawaban dari (pertanyaan 2).

8. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dilakukan dengan kuesioner yang dikembangkan oleh

Baecke, et.al. (1982). Pertanyaan terkait aktivitas fisik pada kuesioner bagian

E. Berdasarkan riset yang dilakukan, terdapat tiga aspek yang secara

bermakna dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang, yaitu

aktivitas fisik waktu bekerja, olahraga dan aktivitas fisik di waktu luang. Pada

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

75

penelitian ini aktivitas fisik perhitungan aktivitas fisik berdasarkan Beacke

(1982) yakni dengan:

Indeks Aktivitas Waktu Kerja = {E1a1+(6-E1a2)+E1a3+ E1a4+

E1a5+ E1a7+ E1a8}/ 8

Indeks Aktivitas Olah Raga = {[(E2a1 x E2a2 x E2a3) x (E2b1 x

E2b2 x E2b3)] + E4+E5+E6} / 4

Indeks Aktivitas Waktu Luang = [(6 – E7a1) + E7a2 + E7a3 +

E7a4] / 4

Setelah dilakukan perhitungan kemudian diukur dengan kategori “aktivitas

ringan” jika < 5,6, “aktivitas sedang” jika 5,6 – 7,9, dan “aktivitas berat” jika

> 7,9.

Setelah di kategorikan menjadi aktivitas ringan, sedang dan tinggi kemudian

dijadikan 2 kategori yaitu “ringan” jika kategori aktivitas ringan, “berat” jika

kategori aktivitas sedang dan berat.

9. Status Merokok

Variabel status merokok diukur dengan pertanyaan pada kuesioner

bagian F dan dikategorikan “merokok” dan “tidak merokok”.

10. Asupan Protein

Variabel asupan makanan diukur dengan pertanyaan pada formulir food

recall 2x24 jam pada bagian G. Variabel ini dikategorikan menjadi dua

kategori yaitu “cukup” jika asupan ≥ 111 mg dan “kurang” jika < 111 mg.

Asupan makanan dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan nutrisurvey

kemudian membandingkan hasil di nutri survey dengan asupan pada orang

dewasa yakni 111 mg, apakah asupan protein asam aminonya kurang atau

cukup.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

76

4.6. Pengolahan Data

Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, beberapa

tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Pengolahan data yang telah

dikumpulkan dilakukan dengan proses komputerisasi melalui beberapa langkah

sebagai berikut:

1. Editing

Pada langkah ini peneliti akan melakukan kegiatan pengecekan atau

melihat masing-masing jawaban kuesioner untuk memastikan isi kuesioner

yang ada sudah lengkap jawabannya (diisi semua), jelas terbaca, relevan,

konsisten dan dapat dibaca dengan baik. Hal ini dilakukan dengan meneliti

tiap lembar kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:

1. Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

2. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca

3. Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya

4. Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawaban konsisten. Misalnya antara pertanyaan mengkonsumsi suplemen

makanan ya atau tidak dan manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi

suplemen. Bila pertanyaan mengkonsumsi suplemen terisi tidak dan pada

pertanyaan manfaat yang dirasakan terisi salah satu pilihan jawabannya,

berarti tidak konsisten.

Jika jawaban atau isian kuesioner belum jelas atau belum sesuai

dengan poin-poin tersebut (poin 1 sampai 4) maka peneliti akan menelpon

atau SMS responden untuk memastikan jawaban yang ada di kuesioner

dan melengkapi jawaban yang kurang atau tidak jelas. Proses

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

77

editing/pengecekan ini dapat peneliti lakukan sebelum meninggalkan

responden penelitian atau setelahnya.

2. Coding

Sebelum dimasukkan ke komputer, dilakukan proses pemberian kode

pada setiap jawaban yang terdiri dari variabel konsumsi suplemen makanan

(vitamin, mineral dan asam amino), umur, jenis kelamin, pendidikan,

pendapatan, riwayat penyakit, pengetahuan gizi tentang suplemen,

keterpaparan media promosi, status merokok, aktivitas fisik, dan asupan

protein. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan agar lebih mudah dalam mengentry dan

menganalisis data. Beberapa contoh pengkodingan data dalam penelitian ini

diantaranya:

a. Konsumsi suplemen makanan (0 = Ya, 1 = Tidak)

b. Umur (0 = Dewasa dini bila skor < mean/median, 1 = Dewasa madya bila

skor ≥ mean/median)

c. Jenis kelamin (0 = Laki-laki, 1 = Perempuan)

d. Pendidikan (0 = Dasar (SD/SMP), 1 = Menengah (SMA), 2 = Atas (Diploma,

S1/S2/23) menjadi (0 = Rendah (SD, SMP), 1 = Tinggi (≥ SMA))

e. Pendapatan (0 = rendah (bila skor < mean/median), 1= Tinggi (bila skor ≥

mean/median)

f. Pengetahuan gizi tentang suplemen (0 = Rendah (bila skor < mean/median), 1

= Tinggi (bila skor ≥ mean/median).

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

78

g. Keterpaparan media promosi (0 = Tidak Terpapar (tidak terpapar jika

responden menjawab “tidak pernah” pada item pertanyaan keterpaparan

media/informasi) 1 = Terpapar (terpapar jika responden menjawab “pernah”))

h. Status merokok (0 = Tidak merokok, 1 = Merokok)

i. Aktivitas fisik (0 = ringan, 1= Sedang, 2 = Berat) menjadi (0 = ringan, 1 =

berat)

j. Asupan Protein (0 = Cukup (jika asupan ≥ 111 mg/hari), 1 = Kurang (jika

asupan < 111 mg/hari))

3. Entry

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah

melewati proses coding, maka selanjutnya data akan di entry ke computer

dengan menggunakan software statistics agar dapat dilakukan analisis data.

Sebelum data di entry, peneliti membuat template terlebih dahulu dengan

menggunakan program epidata, kemudian data yang telah di kode

dimasukkan dalam progran komputer untuk selanjutnya akan diolah

menggunakan aplikasi software statistics berupa Statistical Program for

Social Science (SPSS).

4. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekkan

kembali, untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data yang sudah

dimasukkan/entry, baik dalam pengkodean maupun kesalahan dalam

membaca kode, kemudian mencari apakah ada entry yang salah, melihat

responden serta mengcroscheck ulang di kuesioner. Untuk melihat apakah

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

79

terdapat kesalahan dalam mengentry maka dilakukan dengan cara membuat

distribusi frekuensi sehingga akan muncul kesalahan dalam mengentry data.

Misalnya 0 = laki-laki, 1 = perempuan, ketika dilakukan pengecekan kembali

ternyata ada kesalahan dalam mengentry misalanya ada angka 2 sedangkan

pada pengkodean tidak ada angka tersebut. Maka untuk mengeluarkan angka

2 tersebut dengan cara mengklik angka yang salah pada entry data kemudian

mereset pada tabel frekuensi lalu diganti dengan kode yang benar. Kemudian

data baru siap untuk di analisis.

4.7. Analisis Data

4.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil tiap

penelitian (Notoatmodjo, 2002). Pada analisis ini akan menghasilkan

distribusi dan persentase dari masing-masing variabel. Analisa ini

digunakan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan cara

membuat distribusi dan frekuensi dari setiap variabel, hasil analisis ini

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

4.7.2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan

antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen),

dan sekaligus untuk melihat kemaknaan antara variabel. Uji statistik yang

digunakan adalah uji chi square dengan menggunakan derajat kemaknaan

α = 0,05 Bila nilai P value < 0,05 maka hasil uji statistik bermakna atau

ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dan

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

80

bila P value ≥ 0,05 maka hasil uji statistik tidak bermakna atau tidak

adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Pada analisis ini digunakan uji chi square dengan rumus:

X2 = Ʃ

dF = (k-1)(b-1)

Keterangan:

X2 = Chi square

O = Nilai observasi

E = Nilai ekspektasi

k = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

81

BAB V

HASIL

5.1. Gambaran Umum Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Di Indonesia kini semakin banyak bermunculan pusat-pusat kebugaran

jasmani atau fitness centre. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya

kesadaran masyarakat akan potensi fitness centre yang dapat dijadikan sebagai

lahan profesi. Persaingan antar perusahaan fitness centre di ciputat juga

dirasakan semakin ketat peningkatan kualitas pelayanan serta penyediaan

peralatan yang lengkap dan modern.

Syahida Fitness Centre yang berada di lingkungan kampus Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tepatnya di gedung Syahida Inn

yang dibangun dengan dana bantuan dari Islamic Development Bank (IDB),

merupakan tuntutan perkembangan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang membutuhkan adanya tempat kebugaran yang representatif, baik bagi

kegiatan civitas akademika maupun bagi masyarakat umum.

Pada bulan juli tahun 2004 Syahida Fitness Centre mulai efektif

beroperasi berdasarkan Keputusan Tim Pengelola Wisma Syahida UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Kegiatan yang bergulir saat itu adalah fitness, senam

aerobik dan Body language. Pada saat ini berkembang dengan diadakannya

senam salsa, vilatage serta yoga.

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

82

5.1.1. Tugas dan Fungsi

Adapun tugas pokok Syahida fitness Centre adalah memberikan

pelayanan civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

masyarakat umum yang membutuhkan sarana kebugaran (fitness).

Adapun fungsi Syahida Inn adalah sebagai penunjang kegiatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dalam kegiatan kebugaran kepada segenap

civitas akademika UIN Syarif Hidayutullah serta masyarakat umum yang

membutuhkan.

5.1.2. Anggota Fitness Centre Syahida Inn

Pada saat dilakukan penelitian atau pada 7 juni – 14 juli 2013,

anggota fitenss center Syahida Iin berjumlah 105 anggota yang aktif, yang

terbagi atas 65 anggota berjenis kelamin laki-laki dan 40 anggota berjenis

kelamin perempuan. Bagi para anggota fitness yang aktif ini, boleh

melakukan fitness setiap hari atau kapan saja anggota ingin melakukan

fitness.

5.2. Analisis Univariat

Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel

dependen. Dimana variabel dependen pada penelitian ini adalah konsumsi

suplemen asam amino sedangkan variabel independen antara lain: umur, jenis

kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, keterpaparan media promosi,

sktivitas fisik, status merokok, dan asupan protein.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

83

5.2.1. Gambaran Konsumsi Suplemen Asam Amino

Dibawah ini merupakan gambaran konsumsi suplemen asam amino

pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013. Dalam analisis data, konsumsi suplemen asam amino

dikategorikan menjadi 2 yakni ya dan tidak dari responden yang

mengkonsumsi suplemen asam amino yang disajikan pada tabel 5.1 di

bawah ini:

Tabel 5.1

Distribusi Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness

Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Konsumsi

Suplemen

Asam Amino

Jumlah (n) Persentase (%)

Ya 37 48,7

Tidak 39 51,3

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 76 responden

yang ikut dalam penelitian ini diketahui gambaran anggota fitness yang

tidak mengkonsumsi suplemen asam amino lebih banyak yaitu sebesar

51,3%.

5.2.2. Gambaran Umur Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran umur pada Anggota Fitness

Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Dalam

analisis data, umur dikategorikan menjadi 2 yakni dewasa dini dan

dewasa madya dari responden, yang di sajikan pada tabel 5.2 di bawah

ini:

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

84

Tabel 5.2

Distribusi Umur pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Umur Jumlah (n) Persentase (%)

Dewasa Dini 43 56,6

Dewasa Madya 33 43,4

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 76 responden lebih

banyak responden yang ikut dalam penelitian ini berada pada rentang

umur dewasa dini atau berada pada umur < 24 tahun yaitu sebesar 56,6%.

5.2.3. Gambaran Jenis Kelamin Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran jenis kelamin pada Anggota

Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Dalam analisis data, jenis kelamin dikategorikan menjadi 2 yakni laki-

laki dan perempuan dari responden, yang di sajikan pada tabel 5.3 di

bawah ini:

Tabel 5.3

Distribusi Jenis Kelamin pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 56 73,7

Perempuan 20 26,3

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 76 responden yang ikut

dalam penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebesar 73,7%.

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

85

5.2.4. Gambaran Pendidikan Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran pendidikan pada Anggota

Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Dalam analisis data, pendidikan dikategorikan menjadi 2 yakni rendah

dan tinggi, yang di sajikan pada tabel 5.4 di bawah ini:

Tabel 5.4

Distribusi Tingkat Pendidikan pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 3 3,9

Tinggi 73 96,1

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 76 responden

yang ikut dalam penelitian ini sebagian besar responden memiliki

pendidikan tinggi (≥ SMA) yaitu sebesar 96,1%.

5.2.5. Gambaran Pendapatan Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran konsumsi suplemen asam amino

pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013. Dalam analisis data, pendapatan dikategorikan

menjadi 2 yakni rendah dan tinggi berdasarkan nilai median (2.500.000),

berikut distribusinya pada tabel 5.6 di bawah ini:, yang di sajikan pada

tabel 5.5 di bawah ini:

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

86

Tabel 5.5

Distribusi Pendapatan pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Pendapatan Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 35 46,1

Tinggi 41 53,9

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 76 responden yang ikut

dalam penelitian ini lebih banyak yang memiliki pendapatan tinggi (≥

Rp. 2.500.000) yaitu sebesar 53,9%.

5.2.6. Gambaran Pengetahuan Gizi tentang Suplemen Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran pengetahuan gizi tentang

suplemen pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Untuk mengetahui pengetahuan gizi

tentang suplemen pada responden, peneliti memberikan 10 pertanyaan

terkait pengetahuan gizi dan suplemen makanan. Analisis data

pengetahuan gizi tentang suplemen dikelompokkan menjadi 2 kategori

berdasarkan nilai median (7,0) yakni rendah jika mampu menjawab

pertanyaan dengan benar sebanyak 1-6 pertanyaan, tinggi jika mampu

menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 7-10 pertanyaan, berikut

distribusinya pada tabel 5.6 di bawah ini:

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

87

Tabel 5.6

Distribusi Pengetahuan Gizi tentang Suplemen

pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Pengetahuan Gizi

tentang Suplemen Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 35 46,1

Tinggi 41 53,9

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari hasil analisis pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 76

responden yang ikut dalam penelitian ini lebih banyak responden yang

memiliki pengetahuan gizi tentang suplemen tinggi yaitu sebesar 53,9%.

5.2.7. Gambaran Keterpaparan Media Promosi Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran keterpaparan media promosi

pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013. Dalam analisis data, keterpaparan media promosi

dikategorikan menjadi 2 yakni tidak terpapar dan terpapar, yang di

sajikan pada tabel 5.7 di bawah ini:

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

88

Tabel 5.7

Distribusi Keterpaparan Media Promosi pada Anggota

Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2013

Keterpaparan

Media Promosi Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Terpapar 34 44,7

Terpapar 42 55,3

Total 76 100

Sumber keterpaparan

media promosi

(n = 76)

Pelatih 15 35,71

Teman 28 66,67

Televisi (TV) 17 40,48

Dokter 4 9,5

Poster/Pamflet 7 16,7

Majalah 29 69

Multi Level

Marketing (MLM)

4 9,5

Sumber: Data Primer, 2013

berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 76 responden

yang ikut dalam penelitian ini, proporsi responden lebih banyak yang

terpapar terhadap media promosi suplemen asam amino yaitu sebesar

55,3%. Sumber keterpaparan media promosi paling banyak yaitu berasal

dari majalah yakni sebanyak 69%.

5.2.8. Gambaran Aktivitas Fisik Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran aktivitas fisik pada Anggota

Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Dalam analisis data, aktivitas fisik dikategorikan menjadi 2 yakni ringan

dan berat, yang di sajikan pada tabel 5.8 di bawah ini:

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

89

Tabel 5.8

Distribusi Aktivitas Fisik pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%)

Ringan 9 11,8

Berat 67 88,2

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 76 responden yang ikut

dala m penelitian ini sebagian besar responden yang memiliki aktivitas

fisik berat (skor > 7,9) yaitu sebesar 88,2%.

5.2.9. Gambaran Status Merokok Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran status merokok pada Anggota

Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Dalam analisis data, status merokok dikategorikan menjadi 2 yakni

merokok dan tidak merokok, berikut distribusinya pada tabel 5.9:

Tabel 5.9

Distribusi Status Merokok pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Status Merokok Jumlah (n) Persentase (%)

Merokok 25 32,9

Tidak Merokok 51 67,1

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 76 responden yang ikut

dalam penelitian ini lebih banyak responden tidak merokok yaitu sebesar

67,1%.

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

90

5.2.10. Gambaran Asupan Protein Anggota Fitness

Dibawah ini merupakan gambaran asupan protein pada Anggota

Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Dalam analisis data, asupan protein dikategorikan menjadi 2 yakni cukup

dan kurang, yang di sajikan pada tabel 5.10 di bawah ini:

Tabel 5.10

Distribusi Asupan Protein pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Asupan Protein Jumlah (n) Persentase (%)

Cukup 49 64,5

kurang 27 35,5

Total 76 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil analisis tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 76

responen yang ikut dalam penelitian ini sebagian besar responden

mengkonsumsi asupan protein cukup (jumlah skor asam aino ≥ 111 mg)

yaitu sebesar 64,5%.

5.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang dikategorikan melalui uji Chi

Square. Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai Pvalue, dimana

dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian

antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai P < 0,05 dan

dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai P > 0,05.

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

91

5.3.1. Hubungan antara Umur dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Untuk mengetahui hubungan antara umur responden dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn

tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.11

dibawah ini:

Tabel 5.11

Analisis Hubungan antara Umur dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Umur

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,468 N % N %

Dewasa Dini 23 53,5 20 46,5 43 100

Dewasa Madya 14 42,4 19 57,6 33 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 43 responden pada

kelompok umur dewasa dini, sebesar 53,5% yang mengkonsumsi

suplemen asam amino. Sedangkan dari 33 responden pada kelompok

umur dewasa madya sebesar 42,4% yang mengkonsumsi suplemen asam

amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,468 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan konsumsi suplemen asam amino pada

anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

92

5.3.2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin responden

dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre

Syahida Inn tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada

tabel 5.12 dibawah ini:

Tabel 5.12

Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Jenis Kelamin

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,027 N % N %

Laki-laki 32 57,1 24 42,9 56 100

Perempuan 5 25 15 75 20 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 56 responden

yang berjenis kelamin laki-laki, sebesar 57,1% yang mengkonsumsi

suplemen asam amino. Sedangkan dari 20 responden yang berjenis

kelamin perempuan, sebesar 25% yang mengkonsumsi suplemen asam

amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,027 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan konsumsi suplemen asam amino pada

anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

93

5.3.3. Hubungan antara Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan responden dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn

tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.13

dibawah ini:

Tabel 5.13

Analisis Hubungan Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Pendidikan

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

1,000 N % N %

Rendah 1 33,3 2 66,7 3 100

Tinggi 36 49,3 37 50,7 73 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa dari 3 responden

pada kelompok pendidikan rendah, sebesar 33,3% yang mengkonsumsi

suplemen asam amino. Sedangkan dari 73 responden pada kelompok

pendidikan tinggi, sebesar 49,3% yang mengkonsumsi suplemen asam

amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 1,000 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

94

5.3.4. Hubungan antara Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan responden dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn

tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.14

dibawah ini:

Tabel 5.14

Analisis Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Pendapatan

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,804 N % N %

Rendah 16 45,7 19 54,3 35 100

Tinggi 21 51,2 20 48,8 41 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.14 dapat diketahui bahwa dari 35 responden yang

memiliki pendapatan rendah, sebesar 45,7% yang mengkonsumsi

suplemen asama amino, sedangkan dari 41 responden yang memiliki

pendapatan tinggi, sebesar 51,2% yang mengkonsumsi suplemen asam

amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,804 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pendapatan dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

95

5.3.5. Hubungan antara Pengetahuan Gizi tentang Suplemen dengan

Konsumsi Suplemen Asam Amino

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi tentang

suplemen dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness

centre Syahida Inn tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan

pada tabel 5.15 dibawah ini:

Tabel 5.15

Analisis Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Pengetahuan Gizi

tentang Suplemen

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,257 N % N %

Rendah 20 57,1 15 42,9 35 100

Tinggi 17 41,5 24 58,5 41 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.15 dapat diketahui bahwa dari 35 responden pada

kelompok pengetahuan rendah, sebear 57,1% yang mengkonsumsi

suplemen asam amino. Sedangkan dari 41 responden pada kelompok

pengetahuan tinggi, sebesar 41,5% yang mengkonsumsi suplemen asam

amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,257 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan gizi tentang suplemen dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn tahun

2013.

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

96

5.3.6. Hubungan antara Keterpaparan Media Promosi dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino

Untuk mengetahui hubungan antara keterpaparan media promosi

dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre

Syahida Inn tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada

tabel 5.16 dibawah ini:

Tabel 5.16

Analisis Hubungan Keterpaparan Media Promosi dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Keterpaparan Media

Promosi

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,020 N % N %

Tidak Terpapar 11 32,4 23 67,6 34 100

Terpapar 26 61,9 16 38,1 42 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.16 dapat diketahui bahwa dari 34 responden yang

tidak terpapar, sebesar 32,4% yang mengkonsumsi suplemen asam

amino. Sedangkan dari 42 responden yang terpapar, sebesar 61,9% yang

mengkonsumsi suplemen asam amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,020 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi suplemen asam

amino pada anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

97

5.3.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn

tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.17

dibawah ini:

Tabel 5.17

Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Aktivitas Fisik

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,481 N % N %

Ringan 3 33,3 6 66,7 9 100

Berat 34 50,7 33 49,3 67 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa dari 9 responden

yang memiliki aktivitas fisik ringan, sebesar 33,3% yang mengkonsumsi

suplemen asam amino. Sedangkan dari 67 responden yang memiliki

aktivitas fisik berat, sebesar 50,7% yang mengkonsumsi suplemen asam

amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,481 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara aktivitas fisik dengan konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

98

5.3.8. Hubungan Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Untuk mengetahui hubungan antara status merokok dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn

tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.18

dibawah ini:

Tabel 5.18

Analisis Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Status Merokok

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,034 N % N %

Merokok 17 68 8 32 25 100

Tidak Merokok 20 32,2 31 60,8 51 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.18 dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang

merokok, sebesar 68% yang mengkonsumsi suplemen asam amino.

Sedangkan dari 51 responden yang tidak merokok, sebesar 32,2% yang

mengkonsumsi suplemen asam amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,034 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara status merokok dengan konsumsi suplemen asam amino pada

anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

99

5.3.9. Hubungan Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn

tahun 2013 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.19

dibawah ini:

Tabel 5.19

Analisis Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Asupan Protein

Konsumsi Suplemen

Asam Amino Total P value

Ya Tidak N %

0,000 N % N %

Cukup 35 71,4 14 27,5 49 100

Kurang 2 7,4 25 92,6 27 100

Sumber: Data Primer, 2013

Dari tabel 5.18 dapat diketahui bahwa dari 49 responden yang

cukup asupan protein, sebesar 71,4% yang mengkonsumsi suplemen

asam amino. Sedangkan dari 27 responden yang kurang asupan protein,

sebesar 7,4% yang mengkonsumsi suplemen asam amino.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,000 yang artinya

pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara asupan protein dengan konsumsi suplemen asam amino pada

anggota fitness centre Syahida Inn tahun 2013.

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

100

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya data yang di ambil dalam

penelitian ini merupakan data primer, yang diambil dengan menggunakan

angket yang diisi langsung oleh responden, sehingga memungkinkan

responden untuk bertanya atau melihat jawaban responden lain tanpa

sepengetahuan peneliti. Selain itu ada sebagian responden yang mengisi angket

sambil melakukan fitness seperti sepeda statis sehingga konsentrasinya terbagi

dua dan akhirnya angket diisi seadanya saja dan terburu-buru. Namun,

keterbatasan tersebut dapat peneliti minimalisir dengan cara berusaha

melakukan pengawasan kepada masing-masing responden agar hasil yang diisi

sesuai dengan kemampuan responden tanpa melihat jawaban atau bertanya

kepada responden yang lain, serta peneliti segera melakukan pengecekan

kembali kuesioner yang diisi kemudian jika tidak sesuai maka peneliti akan

langsung menanyakan kepada responden, sehingga tidak mempengaruhi hasil

penelitian.

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

101

6.2. Gambaran Konsumsi Suplemen Asam Amino

Menurut Goston dan Correia (2009) suplemen asam amino dapat

membentuk atau membesarkan sel-sel otot (penebalan otot) untuk orang yang

memiliki aktivitas fisik berat setiap harinya, dapat meningkatkan berat badan

dengan disertai olahraga fitness, memberikan energi dan meningkatkan daya

tahan tubuh. Pada dasarnya konsumsi suplemen dimaksudkan untuk memenuhi

kekurangan zat gizi yang tidak dapat terpenuhi dari makanan yang dikonsumsi,

selain itu konsumsi suplemen hanya dibutuhkan oleh orang-orang dengan

kondisi tertentu seperti sedang sakit (Whitney dan Gershoff, 1990). Selain itu,

salah satu manfaat suplemen makanan adalah untuk menghindari kekurangan

gizi akibat pola makan yang tidak teratur dan tidak sehat serta membantu

mengembalikan vitalitas tubuh (Vitahealth, 2004).

Penambahan suplemen sebenarnya tidak diperlukan jika tingkat asupan

protein yang berasal dari makanan saja sudah di atas kecukupan, tetapi dalam

praktiknya konsumsi suplemen asam amino ini merupakan sesuatu hal yang

dianggap wajib bagi para anggota fitness atau binaragawan. Penambahan dari

suplementasi protein akan dibakar menjadi energi atau disimpan dalam bentuk

lemak tubuh yang akan dijadikan cadangan energi di dalam otot sehingga dapat

mencegah terjadinya kelemahan otot sewaktu latihan beban (Husaini, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa lebih banyak

responden yang tidak mengkonsumsi suplemen asam amino. Sementara jenis

suplemen asam amino yang banyak dikonsumsi oleh responden yang

mengkonsumsi suplemen asam amino dalam penelitian ini yakni rata-rata

suplemen yang mengandung asam amino yang tinggi seperti amino 2000 yang

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

102

mengandung 2000 mg asam amino esensial lengkap (histidin, isoleusin, lisin,

leusin, metionin, fenilalanin, triptofan, dan valin serta branched-chain amino

acid (BCAA)) yang tinggi, dan enzim pencernaan alami yang membuat

penyerapannya menjadi sempurna. Suplemen asam amino ini sebenarnya mutlak

diperlukan bagi para anggota ftiness untuk mendapatkan hasil yang maksimal

(Liany, 2012).

Dalam penelitian ini, jenis suplemen yang dikonsumsi responden

minimal 1 jenis suplemen asam amino, namun banyak juga responden yang

mengkonsumsi lebih dari 1 jenis suplemen asam amino. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian yang di lakukan National College Association Divission I

University (NCAA) menunjukkan 88% pada orang dewasa mengkonsumsi

suplemen minimal 1 jenis suplemen dan 58% mengkonsumsi lebih dari 2 jenis

suplemen makanan (McDowall, 2007). Sedangkan frekuensi responden dalam

mengkonsumsi suplemen kebanyakan responden mengkonsumsi dalam waktu 3

kali seminggu, namun ada pula yang mengkosumsi setiap kali sebelum dan

setelah melakukan latihan fitness.

Menurut Liany (2012) konsumsi suplemen asam amino dalam jumlah

yang besar secara langsung ternyata kurang efektif apabila dibandingkan dengan

mengkonsumsi suplemen asam amino dalam jumlah yang kecil namun

dikonsumsi secara rutin. Hal ini disebabkan karena efek stimulan dari konsumsi

suplemen asam amino terhadap sintesis protein otot bersifat sementara dan

hanya dapat bertahan sekitar 1-2 jam. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan

bahwa mengkonsumsi suplemen asam amino sebaiknya dalam jumlah sedikit

atau 1 jenis saja namun dikonsumsi rutin atau setiap hari.

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

103

Berdasarkan aktivitas fisik, penelitian ini didasari oleh penelitian yang

dilakukan oleh Goston dan Correia (2009) pada anggota fitness centre di Kota

Belo Horizonte, Brazil didapatkan bahwa 58% anggota fitness mengkonsumsi

suplemen asam amino, dan mengkonsumsi suplemen asam amino setidaknya 1

jenis suplemen asam amino dalam seminggu, namun frekuensi konsumsi

suplemen asam amino tertinggi yakni setiap hari sebesar 90,3%. Kristiansen et al

(2005) dalam McDowall (2007) juga menyebutkan bahwa 94,3% atlet kanada

ditemukan mengkonsumsi satu atau lebih jenis suplemen sedikitnya satu kali

dalam sebulan. Hasil penelitian ini juga hampir sama dengan hasil penelitian

Putri (2004) anggota Cilandak Sport Center Jakarta Selatan yang menyatakan

bahwa 70,4% responden pernah mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral

dalam satu bulan terakhir.

Pada penelitian ini anggota fitness yang mengkonsumsi suplemen asam

amino beranggapan bahwa dengan mengkonsumsi suplemen asam amino dapat

membantu membentuk massa otot dan membuat tubuh lebih prima. Namun

menurut peneliti, kebanyakan responden mengkonsumsi suplemen tanpa indikasi

yang jelas atau tidak megetahui bahaya dan apakah mereka akan benar-benar

memperoleh manfaat dari suplemen yang dikonsumsi. Kaufman et.al (2002) dan

Millen et.al (2004) dalam Putri (2004) mengatakan tentang peningkatan

konsumsi suplemen seringkali tidak dilakukan pemeriksaan medis secara rutin

pada seseorang. Penggunaan suplemen yang tidak terkendali dapat merusak

bioavailabilitas zat gizi lain dan efektivitas beberapa obat bila dikonsumsi secara

berlebihan.

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

104

6.3. Faktor Internal

6.3.1. Hubungan antara Umur dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Ketika memasuki umur dewasa atau usia produktif seseorang

akan lebih memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya. Umur

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam

mengkonsumsi suplemen makanan (Lyle et.al, 1998). Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh bahwa anggota fitness yang berada pada rentang usia

dini lebih banyak dari pada yang berada pada rentang umur dewasa

madya. Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan konsumsi

suplemen asam amino. Hal tersebut dimungkinkan karena umur pada

penelitian ini kurang bervariatif atau lebih banyak yang berada pada

rentang dewasa dini.

Ketidakbermaknaan ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Anggraini (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan konsumsi suplemen vitamin dan mineral

pada atlet renang di klub renang di wilayah Jakarta Selatan. Namun,

penelitian lain menyebutkan bahwa hal ini tidak sejalan dengan penilitian

yang dilakukan oleh Goston dan Correia (2010) yang menyatakan bahwa

ada hubungan antara umur dengan konsumsi suplemen asam amino pada

anggota fitness di fitness center Kota Belo Horzonte, Brazil tahun 2010,

hal ini dikarenakan umur dalam penelitian yang dilakukan oleh Goston

et.al lebih bervariatif dan responden dalam penelitiannya lebih banyak.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

105

Selain itu peneliti berpendapat bahwa kebanyakan responden

yang mengkonsumsi suplemen asam amino adalah yang berusia masih

produktif atau dewasa dini (< 24 tahun) karena responden percaya bahwa

mengkonsumsi suplemen pada usia muda, selain dengan fitness yang

dilakukan secara rutin mengkonsumsi suplemen juga dapat membentuk

performa sejak usia muda, meningkatkan massa otot dan mengganti

energi yang dikeluarkan saat latihan. Seperti yang dijelaskan oleh Goston

dan Correia (2010) menjelaskan bahwa konsumsi suplemen asam amino

pada anggota fitness saat usia muda dapat meningkatkan stamina dan

membantu meningkatkan massa otot.

6.3.2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Jenis kelamin dianggap sebagai salah satu faktor yang penting

untuk melihat hubungannya dengan konsumsi suplemen asam amino. Hal

ini disebabkan karena biasanya laki-laki akan lebih memperhatikan

tubuhnya untuk mendapatkan hasil yang dininginkan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Pereira et.al (2003) di Sao Paulo, Brazil,

dengan sampel 309 di 7 tempat fitness centre di Sao Paulo terdapat 77%

laki-laki dan 23% perempuan yang mengkonsumsi suplemen. Rata-rata

jenis suplemen yang dikonsumsi oleh anggota fitness adalah suplemen

asam amino atau jenis protein lainnya (38,9%).

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa lebih banyak anggota

fitness laki-laki dibandingkan anggota perempuan. Berdasarkan hasil

analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

106

antara jenis kelamin dengan konsumsi suplemen asam amino. Proporsi

konsumsi suplemen asam amino pada kedua kelompok jenis kelamin,

laki-laki lebih banyak mengkonsumsi suplemen asam amino dari pada

perempuan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Pereira

(2003) yang menyebutkan bahwa pada anggota fitness center di Sao

Paulo, Brazil tahun 2003 bahwa yang mengkonsumsi suplemen asam

amino lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (77%). Sejalan pula

dengan penelitian yang dilakukan oleh Goston dan Correia (2010) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness centre di Kota Belo

Horizonte, Brazil.

Menurut peneliti adanya hubungan antara jenis kelamin dengan

konsumsi suplemen asam amino dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa laki-laki yang mengikuti fitness sangat menginginkan performa

tubuh yang lebih prima dan menarik, karena itulah laki-laki lebih banyak

dan tertarik untuk mengkonsumsi suplemen asam amino. Seperti yang

dijelaskan oleh Pereira et.al (2003) bahwa laki-laki yang mengikuti

fitness lebih gemar mengkonsumsi suplemen asam amino atau suplemen

fitness guna mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut

peneliti menyarankan bagi anggota ftiness yang mengkonsumsi suplemen

asam amino baik laki-laki maupun perempuan agar selalu

memperhatikan suplemen yang dikonsumsi, apakah benar-benar sesuai

dengan kebutuhan.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

107

6.3.3. Hubungan antara Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Pendidikan adalah faktor utama dalam pembentukkan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau

buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan

merupakan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh

sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat

dengan tingkat pendidikan (Karsidi, 2005). Suatu studi menunjukkan

bahwa pengguna dari suplemen makanan berasal dari golongan dengan

pendidikan tinggi (Williams, 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anggota

fitness memiliki pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil analisis uji Chi-

Square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan konsumsi suplemen asam amino. Artinya, baik yang

memiliki pendidikan tinggi maupun pendidikan rendah dapat

mengkonsumsi atau membeli suplemen asam amino.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Putri (2004) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

pendidikan dengan konsumsi suplemen vitamin dan mineral pada

anggota Cilandak Sport Center Jakarta Selatan. Namun hasil penelitian

ini tidak sesuai dengan penelitian Zeisel (2000) yang menunjukkan

bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan konsumsi suplemen

makanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin banyak mengkonsumsi suplemen makanan. Hal

tersebut dijelaskan juga oleh Krumel (1996) menyatakan bahwa

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

108

seharusnya kelompok yang lebih cenderung mengkonsumsi suplemen

ialah kelompok yang lebih berpendidikan (≥ SMA).

Menurut peneliti, tidak adanya hubungan antara pendidikan

dengan konsumsi suplemen asam amino dalam penelitian ini dikarenakan

pendidikan memang tidak mutlak dapat membentuk seseorang untuk

mengambil sebuah tindakan atau mengambil keputusan untuk

mengkonsumsi suplemen asam amino.

6.3.4. Hubungan antara Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa

uang kontan maupun natura. Menurut Krumel (1996) yang menyatakan

bahwa seseorang yang cenderung mengkonsumsi suplemen adalah

kelompok yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Sama seperti

yang dijelasakan oleh Williams (2002) bahwa pengguna suplemen

makanan lebih banyak berasal dari golongan dengan pendapatan yang

tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak

responden yang memiliki pendapatan tinggi. Dari hasil analisis uji Chi-

Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

kelompok yang berpendapatan rendah dengan kelompok yang

berpendapatan tinggi. Artinya, responden yang memiliki pendapatan

rendah maupun tinggi tetap dapat mengkonsumsi suplemen asam amino

atau dengan kata lain pendapatan tidak menjadi jaminan seseorang untuk

mengkonsumsi suplemen asam amino.

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

109

Ketidakbermaknaan ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Indriana (2003) pada orang dewasa yang mengatakan

bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan konsumsi suplemen

makanan. Hal itu juga sejalan dengan penelitian dari Medeiros et.al

(1991) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara pengguna

suplemen dengan bukan pengguna suplemen dalam hal tingkat

pendapatan. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Pereira

et.al (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan

dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre di

Sao Paulo, Brazil tahun 2003, serta tidak sejalan juga dengan penelitian

Lyle et.al (1998) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

pendapatan dengan konsumsi suplemen makanan. Hal tersebut dapat

disebabkan karena perbedaan karakteristik dan jumlah responden.

Rata-rata anggota fitness yang memiliki pendapatan tinggi

mengkonsumsi suplemen asam amino lebih dari 1 jenis suplemen dalam

sehari serta frekuensi mengkonsumsi suplemen 1 kali dalam sehari setiap

jenisnya. Sedangkan pada anggota fitness yang memiliki pendapatan

rendah rata-rata mengkonsumsi suplemen asam amino hanya 1 jenis saja

dan frekuensinya pun hanya saat mereka melakukan latihan fitness.

Menurut peneliti, bagi anggota fitness centre Syahida Iin UIN

Jakarta pendapatan tidak menjadi acuan untuk bisa membeli suplemen

asam amino atau suplemen fitness ini, karena anggota yang memiliki

pendapatan rendah pun bisa membeli suplemen asam amino. Rata-rata

dari mereka merasa bahwa mereka memang harus mengkonsumsi

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

110

suplemen asam amino untuk membantu membentuk otot dan tubuhnya

meskipun hanya membeli suplemen saat latihan saja, karena memang

suplemen asam amino ini dijual langsung oleh pelatih yang bisa di beli

saat ingin latihan atau setelah latihan untuk takaran suplemen sekali

konsumsi. Hal tersebut supaya semua anggota yang ingin mengkonsumsi

suplemen bisa membeli dengan mudah tanpa mengeluarkan biaya yang

besar dalam sekali pembelian suplemen.

6.4.Faktor Eksternal

6.4.1. Hubungan antara Pengetahuan Gizi tentang Suplemen dengan

Konsumsi Suplemen Asama Amino

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam

bertindak atau bagaimana seseorang mengambil keputusan.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil dari

tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan gizi

tentang suplemen. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa lebih banyak

responden yang memiliki pengetahuan gizi tentang suplemen tinggi

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan rendah.

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi tentang suplemen

dengan konsumsi suplemen asam amino. Hal ini sesuai dengan hasil

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

111

penelitian yang dilakukan oleh Indriana (2003) yang menyatakan tidak

ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan konsumsi

suplemen makanan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang

tinggi tentang suplemen belum tentu menjadi jaminan seseorang untuk

mengambil keputusan untuk mengkonsumsi suplemen. Penelitian ini

sejalan juga dengan penelitian Anggraini (2009) tentang konsumsi

suplemen vitamin dan mineral pada atlet renang, yang menyebutkan

bahwa responden yang paling banyak mengkonsumsi suplemen adalah

yang berpengetahuan gizi kurang (35,5%) dibandingkan yang

berpengetahuan gizi baik (11,1%) dan tidak ada hubungan antara

pengetahuan dengan konsumsi suplemen vitamin dan mineral. Namun

hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Zainal (2002) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan gizi seseorang dengan konsumsi suplemen makanan. Hal ini

berarti responden yang memiliki pengetahuan gizi lebih tinggi, lebih

banyak mengkonsumsi suplemen makanan dibandingkan dengan

responden yang berpengetahuan rendah.

Peneliti berpendapat bahwa responden yang memiliki

pengetahuan rendah tentang suplemen namun tetap mengkonsumsi

suplemen disebabkan oleh keinginan yang besar untuk mengkonsumsi

suplemen dan untuk mendapatkan tampilan fisik yang diinginkannya.

Tingginya responden yang berpengetahuan rendah (57,1%) yang

mengkonsumsi suplemen asam amino dibandingkan dengan yang

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

112

berpengetahuan tinggi (41,5%) yang mengkonsumsi suplemen asam

amino di tempat penelitian yaitu fitness centre Syahida Iin, hal ini

dikarenakan banyak anggota fitness yang masih kurang pengetahuan

tentang kesehatan dan gizi serta mereka tidak begitu memperhatikan apa

yang harus diketahui dari suplemen, misalnya dampak jangka panjang

dan sebagainya. Selain itu, pengetahuan memang tidak ada hubungan

dengan konsumsi suplemen asam amino namun responden terpapar

terhadap media promosi baik dari majalah, teman, pelatih, televisi, dan

sebagainya sehingga walaupun pengetahuan rendah mereka tetap

mengkonsumsi suplemen asam amino atau mengambil suatu tindakan

yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau

bagaimana seseorang mengambil keputusan (Notoatmodjo, 2007).

Rendahnya angka konsumsi suplemen pada responden yang

berpengetahuan tinggi dibandingkan dengan yang berpengetahuan

rendah, hal ini dapat dikarenakan jika seseorang memiliki tingkat

pengetahuan gizi yang tinggi maka akan memiliki kesadaran tentang gizi

yang sempurna terutama dalam memilih jenis makanan yang tepat untuk

dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan tubuhnya, sehingga akan lebih

memilih mengkonsumsi makanan seimbang dibandingkan

mengkonsumsi suplemen (Roedjito, 1989 dalam Sutriyanta, 2001).

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

113

6.4.2. Hubungan antara Keterpaparan Media Promosi dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino

Media diduga sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap

konsumsi suplemen makanan. Media massa memberikan kesan bahwa

tubuh ideal yang baik untuk seorang yang gemar melakukan fitness dapat

mengkonsumsi suplemen fitness atau suplemen asam amino. Dalam

penelitian ini anggota fitness telah terpapar oleh media terutama dari

iklan TV maupun majalah sehingga tidak sedikit responden yang

mengkonsumsi suplemen asam amino. Hal tersebut diperjelas oleh

Krumel (1996) yang menyatakan bahwa media massa, khususnya iklan

memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi standar masyarakat

atas apa itu bentuk tubuh yang ideal dan lebih prima.

Media memainkan peran yang sangat penting dalam mengambil

keputusan untuk mengkonsumsi suplemen makanan (Scofield dan Unruh,

2006). Menurut Conner (2003) menyebutkan bahwa berdasarkan

beberapa penelitian tentang kaitan keterpaparan media dengan konsumsi

suplemen, rata-rata respoden terpapar oleh media dari pada sisi keilmuan

atau tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli gizi atau tenaga

kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa lebih banyak responden

yang terpapar terhadap media promosi dibandingkan yang tidak terpapar

media promosi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden yang

terpapar terhadap media promosi akan lebih percaya untuk

mengkonsumsi suplemen asam amino dari pada yang tidak terpapar. Dari

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

114

analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi

suplemen asam amino. Dari hasil penelitian bahwa responden yang

terpapar terhadap media promosi paling banyak terpapar oleh majalah

(69%) kemudian terpapar media promosi dari teman (66,67%).

Kebermaknaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Goston dan Correia (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan

asupan protein dengan keterpaparan media pada anggota fitness di fitness

center Kota Belo Horzonte, Brazil tahun 2010. Hal ini juga sejalan

dengan penelitian Yunaeni (2009), yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara keterpaparan promosi suplemen dengan konsumsi

suplemen vitamin dan mineral. Suistriyanta (2001) menyatakan bahwa

sebagian besar respondennya yaitu sebesar 84,0% memperoleh informasi

produk suplemen berasal dari media massa seperti majalah, poster,

televisi, dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini diperkuat juga dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Gusmali dkk (2000) tentang konsumsi

suplemen makanan di 3 kota (Jakarta, Bandung dan Surabaya)

menyatakan bahwa promosi suplemen makanan terbesar berasal dari

teman, saudara dan orang tua (54,7%) dan berasal dari iklan (23,4%).

Menurut YLKI (2002) peredaran suplemen makanan tidak

hanya melalui iklan, banyaknya suplemen makanan yang beredar melalui

Multi Level Marketing (MLM) sangat ampuh daya siarnya, seperti dari

mulut ke mulut, dari tangan ke tangan, dan seterusnya, dapat menjadi

alasan untuk mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Seperti yang

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

115

dijelaskan pula oleh Kotler dan Amstrong (1997) dalam Hardinsyah

(2002) bahwa promosi merupakan usaha yang dilakukan oleh produsen

untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat kenal dengan produk

yang ditawarkan kemudian menjadi senang dan membeli produk tersebut.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berpendapat bahwa responden

sering membaca majalah atau iklan sehingga dapat mempengaruhi

responden untuk mengkonsumsi suplemen asam amino. Selain itu teman

juga mempengaruhi keterpaparan terhadap media promosi suplemen

asam amino karena memang teman tersebut mungkin sudah

membuktikan manfaat dari suplemen sehingga teman dapat

mempengaruhi keterpaparan media promosi. Namun, ada sebagian

responden yang terpapar terhadap media promosi tetapi tidak

mengkonsumsi suplemen asam amino. Hal ini berarti responden hanya

sekedar pernah mendengar, melihat atau membaca tentang suplemen

asam amino namun tidak terpengaruh untuk mengkonsumsi suplemen

asam amino.

Menurut peneliti berdasarkan hal tersebut anggota fitness dapat

dengan mudah mendapatkan informasi mengenai suplemen asam amino

yang dapat membantu membentuk tubuh yang diinginkannya, selain itu

suplemen juga dapat dibeli dengan mudah di lokasi latihan fitness itu

sendiri.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa keterpaparan responden

dengan promosi suplemen cukup tinggi, oleh karena itu disarankan

kepada instansi yang terkait bahwa diperlukan pengawasan yang lebih

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

116

ketat terhadap berbagai iklan atau promosi suplemen. Memberikan

informasi mengenai suplemen yang benar kepada masyarakat seiring

dengan semakin terbukanya arus informasi dan semakin maraknya

peredaran suplemen makanan melalui berbagai media massa baik

elektronik maupun cetak untuk melindungi konsumen dari kemungkinan

promosi produk suplemen yang tidak benar dan maraknya iklan yang

menawarkan produk suplemen dengan berbagai klaim, sehingga

masyarakat dapat selektif memilih suplemen makanan yang sesuai

dengan kebutuhannya.

6.4.3. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Kegiatan fisik

sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani, latihan fisik

yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur akan mempengaruhi atau

meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak

tubuh (Departemen Kesehatan, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proporsi

responden dengan aktivitas fisik tinggi lebih banyak dibandingkan

dengan responden yang memiliki aktivitas fisik ringan. Dalam penelitian

ini aktivitas fisik dinilai berdasarkan aktivitas waktu luang, aktivitas

waktu bekerja dan aktivitas olahraga (Beacke, 1982).

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

117

Dari hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan konsumsi

suplemen asam amino. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Putri (2004) pada anggota Cilandak Sport Center yang mengatakan

bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi

suplemen makanan. Sejalan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Indrianan (2003) pada karyawan PT. Bank BNI yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi

suplemen vitamin dan mineral. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Goston dan Correia (2010) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi

suplemen asam amino pada anggota fitness. Hal tersebut dimungkinkan

karena sampel dalam penelitian ini lebih sedikit dari pada penelitian yang

dilakukan oleh Gosthon dan Correia.

Peneliti berpendapat bahwa seseorang yang memiliki aktivitas

fisik berat jika energi yang dibutuhkan sudah tercukupi dari makanan

maka tidak dibutuhkan lagi untuk mengkonsumsi suplemen seperti

dijelasakan oleh Wirakusumah (2000) menyebutkan bahwa selama

makanan mampu memenuhi kebutuhan gizi yang berimbang, maka

suplemen tidak diperlukan. Tetapi dalam beberapa penelitian dinyatakan

bahwa individu yang teratur berolahraga setidaknya tiga kali seminggu

lebih cenderung untuk mengkonsusmsi suplemen makanan (Lyle et.al,

1998).

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

118

6.4.4. Hubungan antara Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino

Merokok merupakan salah satu faktor gaya hidup utama yang

berpengaruh pada kesehatan seseorang. Orang yang merokok dalam

waktu lama mempunyai resiko tinggi terhadap beberapa penyakit seperti

atherosclerosis dengan dampak sistemik yang signifikan. Kebiasaan

merokok terutama berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler (Fatmah,

2010).

Hasil penelitian ini diketahui bahwa proporsi responden yang

tidak merokok lebih banyak dibandingkan responden yang merokok. Dari

hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara status merokok dengan konsumsi suplemen asam

amino. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ishihara

et.al (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status

merokok dengan konsumsi suplemen makanan dengan P value < 0,001.

Hal tersebut berarti orang yang aktif secara fisik lebih sedikit untuk

merokok serta menurut peneliti bahwa responden memiliki pengetahuan

tantang dampak merokok dan percaya jika zat yang terkandung di dalam

rokok dapat menghambat penyerapan zat-zat gizi.

Peneliti berpendapat bahwa kecenderungan responden yang

tidak memiliki kebiasaan merokok untuk mengkonsumsi suplemen

makanan, hal ini dapat disebabkan karena responden yang tidak berstatus

merokok cenderung lebih peduli dengan kesehatan. Sedangkan pada

responden yang merokok dan tidak mengkonsumsi suplemen asam amino

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

119

kemungkinan uang yang seharusnya digunakan untuk membeli suplemen

tidak digunakan dengan baik atau malah digunakan untuk membeli

rokok.

Berdasarkan hal tersebut disarankan bagi anggota fitness

sebaiknya untuk tidak merokok karena zat yang terkandung dalam rokok

dapat menghambat penyerapan zat gizi dan akan berdampak pada

penyakit-penyakit lain, seperti yang dijelaskan oleh Gunawan (2013)

yang menyatkan bahwa zat nikotin yang terkandung dalam rokok dapat

menghambat penyerapan zat gizi dan mengurangi nafsu makan.

6.4.5. Hubungan antara Asupan Protein dengan Konsusi Suplemen Asam

Amino

Kebutuhan akan zat gizi mutlak bagi tubuh agar dapat

melaksanakan fungsi normalnya. Pada dasarnya kebutuhan makanan bagi

atlet atau olahragawan atau orang yang sering melakukan aktivitas fisik

berat seperti fitness sangat perlu diperhatikan. Dalam hal ini makanan

yang diperlukan tubuh adalah makanan yang seimbang dengan

kebutuhan tubuh sesuai dengan umur dan jenis pekerjaan yang dilakukan

sehari-harinya (Fatmah, 2010). Makanan harus mengandung zat gizi

penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus

mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan

untuk aktivitas olahraga (Departeman Kesehatan RI, 2000).

Protein dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan,

pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, pembentukan antibodi,

mengangkut zat-zat gizi, dan sumber energi. Protein dapat berfungsi

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

120

sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak

mencukupi seperti pada waktu berdiit ketat atau pada waktu latihan fisik

intensif. Agar cukup energi yang dikonsumsi untuk latihan pembentukan

otot, makanan harus mengandung 60% karbohidrat dan 15% protein dari

total energi (Fatmah, 2010).

Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu

sama lain dalam ikatan peptida (Almatsier, 2009). Protein merupakan

salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan

makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih

penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun

demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini

dapat juga di pakai sebagai sumber energi. Protein merupakan suatu zat

makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping

berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber

asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak

dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Budianto, A.K, 2009).

Menurut teori protein berfungsi sebagai pembentuk otot

sehingga dijadikan pedoman bagi para atlet, olahragawan dan para

angota fitness. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden

dengan asupan protein cukup lebih tinggi dibandingkan responden

dengan asupan protein kurang. Dalam penelitian ini asupan protein

dinilai berdasarkan mutu protein yang terkandung di dalam makanan

yang dihitung berdasarkan skor asam amino. Berdasarkan hal tersebut

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

121

responden dengan asupan protein cukup lebih tinggi, berarti skor asam

amino yang dikonsumsi juga tinggi.

Dari hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan konsumsi

suplemen asam amino. Berdasarkan karakteristik yang sama pada

penelitian yang dilakukan oleh Goston dan Correia (2010) hasil

penelitian ini sesuai bahwa ada hubungan asupan protein dengan

konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness di fitness centre

Kota Belo Horzonte, Brazil tahun 2010.

Menurut peneliti, pada penelitian ini menunjukkan bahwa

asupan protein dinilai cukup baik, namun yang menarik berdasarkan

tabel 5.19 justru responden yang mengkonsumsi suplemen asam amino

lebih banyak bahkan semua responden yang mengkonsumsi suplemen

asam amino mempunyai tingkat asupan protein yang tergolong “cukup”

yaitu sebesar (71,4%) dibandingkan dengan responden yang mempunyai

tingkat asupan protein “kurang” (7,4%). Padahal menurut Wirakusumah

(2000) menyebutkan bahwa selama makanan mampu memenuhi

kebutuhan gizi yang berimbang, maka suplemen tidak diperlukan.

Peneliti berpendapat pula, tingginya konsumsi suplemen asam

amino pada responden yang memiliki asupan protein cukup baik,

dimungkinkan karena responden percaya bahwa asupan protein yang

tinggi dapat membentuk massa otot dan dapat membentuk performa

tubuhnya menjadi lebih maksimal. Namun, untuk penambahan suplemen

sebenarnya tidak diperlukan karena tingkat asupan protein yang berasal

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

122

dari makanan saja sudah di atas kecukupan, tetapi konsumsi suplemen

bagi responden memang sesuatu yang wajib. Selain itu menurut

kebanyakan responden yang mengkonsumsi suplemen asam amino

dengan mengkonsumsi tambahan suplemen asam amino ini maka dapat

meningkatkan kinerja otot, meningkatkan massa otot, dan dapat

membentuk tubuh yang lebih prima. Namun, asupan protein yang

berlebihan dan asam amino dapat mengakibatkan efek samping seperti

ketosis, asam urat, peningkatan lemak tubuh, peningkatan kerja ginjal,

dehidrasi, dan hilangnya massa tulang (Tarnopolsky, 1995).

Selain itu, di dalam Alqur’an Allah SWT juga menjelaskan

bahwa tidak boleh makan dan minum secara berlebihan. Seperti

diterangkan dalam surah AL-A’raf ayat 31, Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535].

Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. 7:31)”.

[535] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh

tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Disebutkan juga dalam surah At-Thaha ayat 81, Allah SWT. Berfirman:

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

123

Artinya:

“Makanlah di antara rezki yang baik (bergizi) yang Telah kami berikan

kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan

kemurkaan-Ku menimpamu. dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku,

Maka Sesungguhnya binasalah ia. (QS. 20:81)”.

Berdasarkan ayat alqur’an diatas bahwa dalam ilmu kesehatan,

makan dan minum merupakan kebutuhan dalam pemenuhan nutrisi

sebagai penunjang hidup, yang jumlah dan macamnya harus sesuai

dengan keperluan tubuh, tidak boleh kekurangan dan tidak boleh

berlebihan. Bila kekurangan atau berlebihan akan menggangu kesehatan

tubuh. Sebagaimana dijelaskan juga dalam sabda Nabi Muhammad

SAW. Yang artinya: “Tidaklah seseorang manusia memenuhi satu wadah

yang lebih buruk daripada perutnya, cukuplah bagi anak manusia

beberapa makanan yang dapat menegakkan tulang rusuknya, jika

memang harus makan banyak, maka sepertiga untuk makanannya,

sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya”. (HR.

Tirmidzi: 2302, Nasai dari Ibnu Majah).

Olahragawan atau orang yang memiliki aktivitas fisik berat

seperti fitness memang sangat identik dan gemar mengkonsumsi

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

124

suplemen untuk meningkatkan atau memperbaiki performanya. Latihan

yang berat dan ketidakseimbangan asupan energi dan protein dapat

meningkatkan kebutuhan akan vitamin, mineral dan asam amino. Oleh

sebab itu, suplemen dengan kandungan gizi yang esensial dalam dosis

tinggi kerap kali dikonsumsi. Menurut Departemen Kesehatan (1997),

menyebutkan bahwa ada tiga alasan dasar mengapa seorang atlet

menggunakan suplemen makanan yaitu :

1. Makanan yang mereka makan merasa masih kurang atau belum

mencukupi

2. Kebutuhan zat-zat gizi untuk atlet adalah tinggi

3. Beberapa suplemen makanan diyakini dapat mengubah prestasi

mereka secara langsung.

Berdasarkan hal tersebut di sarankan bagi anggota fitness untuk

memperhatikan asupan makanan mereka, walaupun kebutuhan akan zat-

zat gizi terutama protein pada pada orang yang memiliki aktivitas tinggi

atau aktivitas berat seperti orang-orang fitness tergolong cukup tinggi,

namun penggunaan suplemen tidaklah bijaksana. Sebaiknya responden

membiasakan diri berperilaku makan seimbang setiap hari. Jika hendak

mengkonsumsi suplemen maka sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu

dengan dokter spesialis atau ahli gizi.

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

125

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anggota fitness centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari anggota fitness yang ikut dalam penelitian ini menunujukkan bahwa

anggota fitness yang mengkonsumsi suplemen asam amino sebanyak 48,7%,

sedangkan yang tidak mengkonsumsi suplemen asam amino sebanyak 51,3%.

2. Berdasarkan hasil analisis univariat, maka dapat disimpulkan bahwa, 56,6%

anggota fitness berada pada rentang umur dewasa dini, 73,3% anggota fitness

berjenis kelamin laki-laki, 53,9% anggota fitness berpendidikan tinggi

(≥SMA), 53,9% anggota fitness memiliki pendapatan tinggi, 53,9% anggota

fitness berpengetahuan tinggi, 55,3% anggota fitness terpapar terhadap media

promosi, 88,2% anggota fitness memiliki aktivitas fisik tinggi, 67,1% anggota

fitness tidak merokok, dan 64,5% anggota fitness asupan protein cukup.

3. Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square dapat

disimpulkan bahwa, variabel jenis kelamin, keterpaparan media promosi,

status merokok, dan asupan protein memiliki hubungan yang bermakna

dengan konsumsi suplemen asam amino. Variabel umur, pendidikan,

pendapatan, pengetahuan gizi tentang suplemen, dan aktivitas fisik tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi suplemen asam amino.

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

126

7.2. Saran

7.2.1. Bagi Anggota Fitness Center Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Walaupun kebutuhan akan zat-zat gizi terutama protein pada pada orang

yang memiliki aktivitas tinggi atau aktivitas berat seperti orang-orang

fitness tergolong cukup tinggi, namun penggunaan suplemen tidaklah

bijaksana. Sebaiknya responden membiasakan diri berperilaku makan

seimbang setiap hari. Jika hendak mengkonsumsi suplemen maka

sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan ahli gizi.

7.2.2. Bagi Penyelenggara Fitness

Sebaiknya penyelenggara fitness meneydiakan tenaga gizi (ahli gizi) yang

bertugas memantau status gizi dan kebutuhan gizi anggota fitness serta

memberikan layanan konseling gizi atau penyuluhan untuk anggota

fitness.

7.2.3. Bagi pemerintah, khususnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM)

a. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keterpaparan responden dengan

promosi suplemen cukup tinggi, oleh karena itu diperlukan pengawasan

yang lebih ketat terhadap berbagai iklan atau promosi suplemen.

Memberikan informasi mengenai suplemen yang benar kepada

masyarakat seiring dengan semakin terbukanya arus informasi dan

semakin maraknya peredaran suplemen makanan melalui berbagai media

massa baik elektronik maupun cetak untuk melindungi konsumen dari

kemungkinan promosi produk suplemen yang tidak benar dan maraknya

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

127

iklan yang menawarkan produk suplemen dengan berbagai klaim,

sehingga masyarakat dapat selektif memilih suplemen makanan yang

sesuai dengan kebutuhannya.

b. Melakukan pengawasan terhadap produk suplemen dengan memperluas

jaringan seperti mengadakan kerjasama dengan lembaga swadaya

masyarakat yang bergerak dibidang pelayanan dan perlindungan

konsumen seperti YLKI (Yayasan Layanan Konsumen Indonesia) dalam

rangka memperluas jaringan pengawasan terhadap berbagai produk

suplemen makanan yang beredar di Indonesia (baik produk dari dalam

negeri maupun luar negeri).

7.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan suplemen

makanan di Indonesia dengan skala yang lebih besar, agar didapatkan

gambaran yang lebih mendalam mengenai penggunaan suplemen di

Indonesia.

b. Diperlukan juga penelitian lebih lanjut menggunakan variabel-

variabel lain yang berbeda seperti indeks masa tubuh (IMT), dosis

penggunaan suplemen, efek penggunaan suplemen, dan berbagai

variabel lainnya yang dapat memberikan gambaran yang lebih

signifikan terhadap penggunaan suplemen makanan terutama

suplemen asam amino.

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

128

c. Diperlukan penelitian dengan desain studi yang berbeda, seperti

desain studi kasus kontrol dan kohort untuk melihat faktor penyebab

penggunaan suplemen atau pengaruh penggunaan suplemen terhadap

kesehatan.

d. Selain itu juga diperlukan penelitian lain untuk mendeteksi apakah

individu-individu yang mengkonsumsi suplemen memang benar-

benar membutuhkannya.

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

129

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. Jakarta:

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama

Almuhtaram. 2011. Suplemen Makanan – Food Supplement. Diakses melalui

http://www.metris-community.com/suplemenmakanan-foodsupplement/

pada tanggal 11 Mei 2013.

AL Qur’an dan Terjemahnya. Q.S. 7:31. Departemen Agama Republik Indonesia,

Jakarta. Bandung: Penerbit Diponegoro

AL Qur’an dan Terjemahnya. Q.S. 20:81. Departemen Agama Republik Indonesia,

Jakarta. Bandung: Penerbit Diponegoro

Anggondowati, T. 2002. Gambaran Konsumsi Suplemen Vitamin dan Faktor-Faktor

yang Berhubungan pada Mahasiswa Program S1 Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Skripsi, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Anggraini, Rian. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi

Suplemen Vitamin dan Mineral pada Atlet Renang di Klub Renang Wilayah

Jakarta Selatan Tahun 2009. Depok. Skripsi, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Baecke JAH Burema J Frijters ER. 1982. A Short Questionnaire For The

Measurement of Habitual Physical Activity in Epidemiological Studies. Am

J Clin Nutr. 1982; 36: 936-942.

Balluz et al. 2000. Vitamin and Mineral Supplement Use in The United States:

Results From The Third National Health and Nutrition Examination Survey.

American Medical Association 2000;9:258-262

Bender, et.al, 1992. Trends in Prevalence and Magnitude of Vitamins and Mineral

Supplement Usage and Correlation with Health Status. Journal of American

Dietary Association, 92 : 1096-1101

BPOM, 2004. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.23.3644 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen

Makanan. Jakarta : BPOM

Budianto, A.K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keempat. Malang : Penerbit

UMM Press.

Conner, et.al. 2003. Environmental Influences: Factors Influencing a Woman's

Decision to Use Dietary Supplements. School of Psychology, University of

Leeds, Leeds, LS2 9JT, UK. [email protected].

Jun;133(6):1978S-1982S.

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

130

Dennis, Julie. 2010. Dietary Supplements, Despite Globalization Issues, Scientific

Validation Concerns, Potentially Restrictive Regulations, Rocky Economics

and An Uneasy Healthcare System, The Dietary Supplement Market

Continues To Grow. Diakses melalui

http://www.nutraceuticalsworld.com/issues/2010-04/view_features/dietary-

supplements-2010/ pada tanggal 18 Juni 2013

Departemen Kesehatan RI, 1997. Gizi olahraga untuk Prestasi Depkes RJ. Jakarta

Departeman Kesehatan RI, 2000. Pedoman pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi.

Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Dilapanga, Alfira. 2008. Faktor-faktor yang Behubungan dengan Perilaku

Konsumsi Soft Drinks Pada Siswa SMP Negeri 1 Ciputat Tahun 2008.

Skripsi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keshatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Efyu. 2010. Pentingkah Fitness dengan Asupan Suplemen?. Diakses melalui

http://suplemen.biz pada tanggal 8 April 2013

Franklin, et.al. 2009. Factors Associated with the Use of Dietary Supplements among

African-American Adults. Californian Journal of Health Promotion 2009,

Volume 7, Issue 1, 67-75

Fatmah. 2010. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Penerbit Lubuk Agung

Bandung

Foote, et al. 2003. Factor Associated With Dietary Supplement Use Among Healthy

Adults of Five Ethnicities The Multiethic Cohort Study. American Journal of

Epidemiology, 157:888-897

Frankle, et.al. 1993. Nutrition in The Community, The Art of Delivering Service.

USA: Mosby Year Book. Inc

Goston, JL dan Correia, MITD. 2009. Applied Nutritional Investigation Intake of

Nutritional Supplements Among People Exercising in Gyms and Influencing

Factors. Journal Nutrition 26, 604–611

Greger, J.I. 2001. Dietary Supplement Use : Consumer Characteristics and Interest.

Journal of Nutrition, 131 ; 13395-13435

Gsianturi. 2003. Nutrisi untuk Tumbuh Kembang Anak. Diakses melalui

http://www.tempo.co.id/kliniknet/artikel/2003/index-isi.asp?file=28072003-

1 pada tanggal 30 Agustus 2013

Gunawan. 2013. Bahaya Rokok Bagi manusia. Diakses melalui http://www.pustaka-

kampar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=145&Itemi

d=182 Pada tanggal 15 Agustus 2013

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

131

Gusmali, Desy dkk. 2000. Kajian Keamanan Beberapa Food Supplement yang

Beredar di 3 Kota Besar Berdasarkan Informasi dari Penandaan dan

Pengalaman Konsumen. Jakarta: Laporan Penelitian, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional

Habibi, YN. 2003. Perilaku Suplemen pada Anak Pra Sekolah. Bogor: Skripsi

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Faultas Pertanian IPB

Hadits Terjemah, Hadits Riwayat Tirmidzi: 2302, Nasai dari Ibnu Majah

Hardinsyah. 2002. Alasan Wanita Mengkonsumsi Suplemen dan Manfaat yang

Dirasakan di Jakarta dan Depok dalam Gizi Seimbang untuk Semua.

Kongres Nasional dan Temu Ilmiah XII, Persatuan Ahli Gizi Indonesia,

Jakarta

Harrison, R.A. et.al. 2003. Are Those in Need Taking Dietary Supplement? A Survey

of 21.923 Adults. British Journal of Nutrition (2004) 91. 617-623

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatna Sepanjang

Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga

Husaini, MA. 2000. Kebutuhan Protein untuk Berprestasi Optimal, dalam: Pedoman

Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Depkes RI, Dirjen Kesehatan

Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Hal. 35-40

Indriana, Tengku Melani. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Suplemen

Makanan pada Karyawan PT.Bank Negara Indonesia (PERSERO) TBK.

KCU Senayan tahun 2003. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, Depok

Ishihara, J. et. al. 2003. Demographics, Lifestyle, Health Characteristics and Dietary

Intake Among Dietary Supplement Users in Japan. Internasional Journal of

Epidemiology. 32 : 546 -533

Jong, Nynke de, et.al. 2003. Demographic and Lifestyle Characteristics of

Functional Food Consumers and Dietary Supplement User. British Journal

of Nutrition. 89. 273-281

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Semarang: UNN Press dan LPP UNS

Koplan, et al. 1996. Nutrient Intake and Supplementation in The United States

(NHANESS III). American Journal Public Health, 76:287-289

Krumel, Debra A. 1996. Nutrition in Woman’s Health. Maryland: An Aspen

Publication, Aspen Publisher, Inc.

Liany. 2012. Doping dalam Fitness dan Binaraga. Diakses melalui

http://artikel.binaraga.net/2012/05/23/doping-steroid/ Pada tanggal 15

Agustus 2013

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

132

Lyle, B.J,et. Al. 1998. Supplement Users Differ from Nonusers in Demographic,

Lifestyle, Dietary and Health Characteristics. The Journal of Nutrition vol.

128 no. 12 December, pp. 2355-2362

Massad, et.al. 1995. High School Athlete and Nutritional Supplement: A Study A

Knowledge and Use. International Journal Sport Nutrition, 5: 232-245

McDowall, Jill Anne. 2007. Supplement Use by Young Athletes. Journal of Sport and

Medicine 6 ; 37-342

Medeiros, et.al. 1991. Long Term Supplemenr Users and Dossages Among Adults

Wesrerners. Journal of American Dietary Association, 91: 980-982

Messerer, et.al. 2001. Sociodemographig and Health Behavior Factor Among

Dietary Supplement and Natural Remedy Users. European Journal of

Clinical Nutrition, vol 55 No. 12, 104-110

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta

Pertiwi, M.A. 2008. Gambaran Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dan

Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Model Remaja Puteri di Empat

Agensi Model di Jakarta. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, Depok.

Pereira, et.al. 2003. Supplement Consumption Among Fitness Center Users in São

Paulo, Brazil. Journal of Nutrition, Campinas, 16(3):265-272, jul./set

Putri, Dwi Sisca Kumala. 2004. Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dan

Faktor-faktor yang Berhubungan pada Orang Dewasa (Studi Kasus di

Cilandak Sport Centre Jakarta Selatan Tahun 2004. Skripsi: UI Depok

Rai, Ade. 2009. Tingkatkan Fitness IQ Anda!: Rahasia Tuntas Bakar Lemak dan

Gaya Hidup Sehat. Jakarta: Penerbit Libri

Ramadani, Mery. 2005. Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dan Faktor-Faktor

Yang Berhubungan pada Remaja SMA Islam Al Azhar 3 Jakarta Selatan.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, I (2) Universitas Indonesia,

Depok.

Rock, Cheryl L. 2007. Multivitamin-Multimineral Supplement: Who Uses Them?

The American Journal of Clinical Nutrition 2007: 85

Scofield, D.E. and Unruh, S. 2006. Dietary Supplement Use Among Adolescent

Athletes in Central Nebraska and Their Sources Of Information. Journal of

Strength and Conditioning Research 220(2), 452-455

Sarjono, Ajeng Hadiati. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi

Suplemen Makanan Pada Mahasiswa Rumpun Kesehatan Dan Non-

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

133

Kesehatan Di Ui Tahun 2010. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, Depok

Supariasa, I Dewa, Noman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Sutriyanta. 2001. Perilaku Konsumsi Suplemen pada Wanita Dewasa di Kota

Banjarmasin. Skripsi Sarjana yang tidak Dipublikasikan. IPB Bogor

Tarnopolsky, et.al. 1995. Evaluation of Protein Requirements For Trained Strength

Athletes. J Appl Physiol 73(5): 1986-1995

Vitahealth. 2004. Seluk Beluk Food Supplement. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

White et.al, 2004. Vitamin and Lifestyle Cohort Study : Study Desaign and

Characteristics Of Supplement Users. American Journal of Epidemiology

2004; 159; 83-93

Wirakusumah. 2000. Suplemen Vitamin dan Mineral Kapan Diperlukan?. Selera,

No.9, tahun XIV, Desember.

Worthington, Robbert. 2000. Nutrition Troughout The Life Cycle. The MacGraw Hill

International Edition: USA

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). 2002. Ada Apa dengan Food

Supplement?. Jakarta: YLKI bekerjasama dengan Food Foundation. Hal 73-

78

Yuliarti, Nurheti. 2008. Food Supplemen, Panduan Mengonsumsi Makanan

Tambahan Untuk Kesehatan Anda. Yogyakarta: Penerbit Banyu Media

Yuliarti, Nurheti. 2009. A to Z Food Supplement. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Yogyakarta

Yunaeni. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen

Vitamin dan Mineral Pada Siswa-Siswi SMA Negeri Ragunan (Khusus

Olahragawan) Jakarta Selatan Tahun 2009. Skripsi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keshatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Whitney, C, and Gershoff, SW. 1990. Tufft University Guide Total Nutition. Harper

and Row Publisher, New York

Williams M. 2005. Dietary Supplements and Sports Performance: Amino Acids.

Journal of The Internationl Society of Sports Nutrition, 2:63-67.

Zainal, Entos. Dkk. 2002. Jenis, Bentuk dan Konsumsi Suplemen pada Pria Dewasa

di Jakarta Selatan. Prosiding Kongres Nasional dan Temu Ilmiah XII,

Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Jakarta

Zeisel, Steven H, 2000. Is There a Metabolic Basic for Dietary Supplementation ?.

American Journal of Clinical Nutrition, 2: 507s-511

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …
Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …
Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat, perkenalkan saya Tika Widya Sari mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Gizi, sedang melakukan

penelitian tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino Pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2013. Untuk itu saya memohon bantuan kepada bapak/ibu/saudara/i

untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Kejujuran bapak/ibu/saudara/i dalam

menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan jawaban

bapak/ibu/saudara/i akan saya rahasiakan. Atas perhatian, bantuan dan kejujuran

bapak/ibu/saudara/i dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

A. Identitas Responden

A. Identitas Responden

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino Pada Anggota Fitness Centre

Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia

diwawancarai dalam penelitian ini.

Nama:

Tgl Diisi:

No. Responden:

(Diisi peneliti)

Tertanda,

(...............................)

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

A. Identitas Responden

1. Nama lengkap/panggilan

2. Jenis Kelamin (lingkari nomor) 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Tanggal Lahir

4. Umur (Umur ulang tahun terakhur)

5. Alamat

6. No. Hp/Telp

8. Pendidikan Terakhir 1. SD/SMP

2. SMA

3. Diploma, S1, S2, S3

9. Pekerjaan

(Mahasiswa) Loncat ke nomor 11

10. Pendapatan keseluruhan responden

dalam 1 bulan

Rp.

11. Uang saku per bulan Rp.

B. Karakteristik Produk dan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi

kebutuhan zat gizi makanan, mengandung salah satu atau lebih bahan berupa

vitamin, mineral, asama amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau

bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam

jumlah terkonsentrasi (BPOM, 2004).

Contoh Merk Suplemen

L-Men, Ultimate Nutrition Muscle Juice 2544, Beef Aminos, Champion

Nutrition Pure Whey, Twinlab 100% Whey Protein Fuel, Twinlab Amino Fuel

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Liquid Concentrate (16 oz), Twinlab Creatine Fuel Powder, BCAA (Branched

Chain Amino Acids) 4500 mg, dll.

1. Apakah saudara mengkonsumsi suplemen makanan asam amino dalam

sebulan terakhir ? (Lingkari jawaban)

a. Ya

b. Tidak

Jika ya, isilah tabel dibawah ini dengan jenis suplemen asam amino yang

biasa saudara konsumsi (suplemen boleh lebih dari satu)

No Nama/Merk

Suplemen

Frekuensi Konsumsi Lama

Mengkonsumsi .....kali/hari ....sendok/kapsul/hari

1

......bln/........thn

2

......bln/........thn

3

......bln/........thn

4

......bln/........thn

5

......bln/........thn

C. Pengetahuan Gizi tentang Suplemen

LINGKARI (B) JIKA PERNYATAAN BENAR, LINGKARI (S) JIKA

PERNYATAAN SALAH

1. B – S Konsumsi makanan bergizi sangat penting untuk meningkatkan stamina

tubuh

2. B – S Suplemen masih tetap diperlukan meskipun menu makanan sudah seimbang

3. B – S Suplemen termasuk golongan obat untuk mengobati penyakit

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

4. B – S Semua orang membutuhkan suplemen makanan

5. B – S Vitamin, mineral dan asam amino hanya dapat diperoleh dari produk

suplemen makanan

6. B – S Vitamin A, D, E, K termasuk vitamin larut air

7. B – S Kandungan vitamin, mineral dan asam amino pada suplemen lebih unggul

dibanding bahan makanan alami

8. B – S Kalsium, natrium dan senk merupakan golongan mineral

9. B – S Suplemen vitamin C dapat dikonsumsi melebihi anjuran

10. B – S Semakin tinggi dosis vitamin, mineral dan asam amino dalam suplemen

maka semakin bermanfaat bagi kesehatan

D. Keterpaparan Media Promosi

1. Dalam satu bulan terakhir pernahkah anda mendengar/ melihat/

membaca/menonton mengenai produk/manfaat dari suplemen asam

amino?

a. Pernah b. Tidak pernah

2. Jika pernah, dari manakah saudara mendengar/ melihat/ membaca/

menonton mengenai produk/manfaat dari suplemen asam amino

tersebut? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Pelatih g. Poster/pamflet

b. Teman h. Majalah

c. Televisi (TV) i. Multi Level Marketing (MLM )

d. Dokter

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

E. Aktivitas Fisik

Berikut adalah kuesioner yang digunakan untuk menilai level aktivitas fisik

yang Saudara lakukan setiap hari. Anda diminta untuk melingkari jawaban

yang telah disediakan sesuai kondisi yang ditanyakan.

No Pertanyaan Jawaban

Aktivitas Fisik Waktu Kerja

E1a1 Apa pekerjaan utama anda? ......................... Aktivitas ringan

Aktivitas sedang

Aktivitas berat

E1a2 Di tempat kerja saya duduk. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E1a3 Di tempat kerja saya berdiri. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E1a4 Di tempat kerja saya berjalan. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E1a5 Di tempat kerja saya mengangkat beban yang

sangat berat.

Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Sangat sering/selalu

E1a6 Setelah bekerja saya merasa lelah. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E1a7 Di tempat kerja saya berkeringat. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E1a8 Bila dibandingkan dengan orang lain yang

sebaya, saya pikir pekerjaan saya secara fisik?

Lebih berat

Berat

Sangat berat

Ringan

Sangat ringan

Aktivitas Fisik Waktu Olahraga

E2 Apakah saudara berolahraga? Ya

Tidak

(Langsung ke)

E3 Olah Raga yang Paling Sering Dilakukan

(Jika tidak ada langsung ke E4)

E3a1 Olahraga apa yang paling sering saudara

lakukan?

Intensitas Rendah

(Biliar, bowling, golf, dll)

(yang sengaja dilakukan untuk berolahraga,

bukan berjalan dari rumah/tempat kos ke

kampus)

Intensitas Sedang

(bulu tangkis, bersepeda,

menari/dansa, berenang,

tenis)

Lain-lain:............................... Intensitas Tinggi

(bola basket, fitness,

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

sebak bola/futsal, tinju,

dayung, aerobik)

E3a2 Berapa jam saudara melakukan olahraga

tersebut dalam satu minggu?

<1 jam

1-2 jam

2-3 jam

3-4 jam

>4 jam

E3a3 Berapa bulan saudara melakukan olahraga

tersebut dalam satu tahun?

<1 bulan

1-3 bulan

4-6 bulan

7-9 bulan

>9 bulan

E3b Olah Raga yang Kedua Paling Sering Dilakukan

(Jika tidak ada langsung ke E4)

E3b1 Olahraga yang kedua paling sering saudara

lakukan?

Intensitas Rendah

(Biliar, bowling, golf, dll)

Intensitas Sedang

(bulu tangkis, bersepeda,

menari/dansa, berenang,

tenis)

Lain-lain:........................ Intensitas Tinggi

(bola basket, fitness,

sebak bola/futsal, tinju,

dayung, aerobik)

E3b2 Berapa jam saudara melakukan olahraga

tersebut dalam satu minggu?

<1 jam

1-2 jam

2-3 jam

3-4 jam

>4 jam

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

E3b3 Berapa bulan saudara melakukan olahraga

tersenut dalam satu tahun?

<1 bulan

1-3 bulan

4-6 bulan

7-9 bulan

>9 bulan

E4 Dibanding orang lain seusia saya, aktivitas fisik

yang saya lakukan saat waktu

luang... .

Jauh lebih sedikit

Lebih sedikit

Sama

Lebih banyak

Jauh lebih banyak

E5 Saat waktu luang saya ........berolahraga. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Serimg

Sangat sering

E6 Saat waktu luang, saya ....berkeringat. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering

Aktivitas Fisik Waktu Luang

E7a1 Pada waktu luang, saya........menonton TV. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E7a2 Pada waktu luang, saya.......berjalan. Tidak pernah

Jarang

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E7a3 Pada waktu luang, saya .........bersepeda. Tidak pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

Sangat sering/selalu

E7a4 Berapa menit per hari saudara berjalan atau

bersepeda selama pulang-pergi dari

kampus/tempat berbelanja ke rumah?

< 5 menit

5 – 15 menit

15 – 30 menit

30 – 45 menit

>45 menit

F. Status Merokok

1. Apakah anda pernah merokok dalam sebulan ini?

1. Ya 2. Tidak

2. Apakah anda merokok setiap hari?

1. Ya 2. Tidak

3. Berapa rata-rata jumlah rokok yang anda hisap dalam sehari?

.................batang.

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

G. Kebisasaan Makan Responden

LEMBAR FOOD RECALL 2X24 JAM

WAKTU

MAKAN /

JAM

NAMA BAHAN

MAKANAN

BAHAN JUMLAH

YANG

DIMAKAN JENIS BANYAKNYA

URT GRAM

PAGI Nasi Beras 1 Piring

CONTOH

Sayur Bayam Bayam 1 Mangkok

Tempe Goreng Tempe 1 Potong

Ayam Gulai Ayam 1 Potong

Snack Sukro

Susu bubuk Putih

Buah Pisang

PAGI

SIANG

MALAM

“Terimakasih atas Partisipasinya ^_^”

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Hasil Uji Normalitas

1. Faktor Internal

1. Umur

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umurresponden 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

umurresponden Mean 26.91 .918

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 25.08

Upper Bound 28.74

5% Trimmed Mean 26.08

Median 23.50

Variance 64.111

Std. Deviation 8.007

Minimum 19

Maximum 55

Range 36

Interquartile Range 9

Skewness 1.577 .276

Kurtosis 2.039 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

umurresponden .208 76 .000 .808 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

2. Jenis Kelamin

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenisklminres 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

jenisklminres Mean .26 .051

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .16

Upper Bound .36

5% Trimmed Mean .24

Median .00

Variance .196

Std. Deviation .443

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness 1.097 .276

Kurtosis -.818 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jenisklminres .460 76 .000 .549 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

3. Pendidikan

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penddkanres 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

penddkanres Mean 1.41 .065

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.28

Upper Bound 1.54

5% Trimmed Mean 1.44

Median 1.00

Variance .325

Std. Deviation .570

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.293 .276

Kurtosis -.789 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

penddkanres .316 76 .000 .723 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

4. Variabel Pendapatan

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendapatanbaru2 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pendapatanbaru2 Mean 6.31E6 3.256E6

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound -1.79E5

Upper Bound 1.28E7

5% Trimmed Mean 2.91E6

Median 2.50E6

Variance 8.056E14

Std. Deviation 2.838E7

Minimum 1000000

Maximum 2.E8

Range 2.E8

Interquartile Range 1500000

Skewness 8.665 .276

Kurtosis 75.378 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pendapatanbaru2 .439 76 .000 .125 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

2. Faktor Eksternal

1. Pengetahuan Gizi tentang Suplemen

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuanres 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pengetahuanres Mean 6.41 .215

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.98

Upper Bound 6.84

5% Trimmed Mean 6.44

Median 7.00

Variance 3.498

Std. Deviation 1.870

Minimum 2

Maximum 10

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness -.291 .276

Kurtosis -.690 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuanres .164 76 .000 .952 76 .006

a. Lilliefors Significance Correction

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

2. Keterpaparan Terhadap Media Promosi

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ktepaparanres 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

ktepaparanres Mean .55 .057

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .44

Upper Bound .67

5% Trimmed Mean .56

Median 1.00

Variance .251

Std. Deviation .501

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness -.216 .276

Kurtosis -2.007 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ktepaparanres .367 76 .000 .632 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

3. Aktivitas Fisik

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

aktivfisres 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

aktivfisres Mean 1.32 .078

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.16

Upper Bound 1.47

5% Trimmed Mean 1.35

Median 1.00

Variance .459

Std. Deviation .677

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.485 .276

Kurtosis -.755 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

aktivfisres .278 76 .000 .773 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

4. Status Merokok

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

statusmrokokres 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

statusmrokokres Mean .67 .054

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .56

Upper Bound .78

5% Trimmed Mean .69

Median 1.00

Variance .224

Std. Deviation .473

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness -.743 .276

Kurtosis -1.488 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

statusmrokokres .428 76 .000 .592 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

5. Asupan Protein

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

asupnprotein 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

asupnprotein Mean .36 .055

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .25

Upper Bound .47

5% Trimmed Mean .34

Median .00

Variance .232

Std. Deviation .482

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness .617 .276

Kurtosis -1.664 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

asupnprotein .414 76 .000 .605 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

1. Variabel Konsumsi Suplemen Asam Amino

Frequencies

Statistics

konsumsuplmen

N Valid 76

Missing 0

Mean .51

Median 1.00

Std. Deviation .503

Minimum 0

Maximum 1

konsumsuplmen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 37 48.7 48.7 48.7

tidak 39 51.3 51.3 100.0

Total 76 100.0 100.0

2. Variabel Umur

Frequencies

Statistics

umurbaruresponden

N Valid 76

Missing 0

Mean .43

Median .00

Std. Deviation .499

Minimum 0

Maximum 1

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

umurbaruresponden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dewasa dini 43 56.6 56.6 56.6

dewasa madya 33 43.4 43.4 100.0

Total 76 100.0 100.0

3. Variabel Jenis Kelamin

Frequencies

Statistics

jenisklminres

N Valid 76

Missing 0

Mean .26

Median .00

Std. Deviation .443

Minimum 0

Maximum 1

jenisklminres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki2 56 73.7 73.7 73.7

perempuan 20 26.3 26.3 100.0

Total 76 100.0 100.0

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

4. Variabel Pendidikan

Frequencies

Statistics

pndidikanbaru2

N Valid 76

Missing 0

Mean .96

Median 1.00

Std. Deviation .196

Minimum 0

Maximum 1

pndidikanbaru2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 3 3.9 3.9 3.9

tinggi 73 96.1 96.1 100.0

Total 76 100.0 100.0

5. Variabel Pendapatan

Frequencies

Statistics

pendptnres

N Valid 76

Missing 0

Mean .50

Median .50

Std. Deviation .503

Minimum 0

Maximum 1

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

pendptnres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 38 50.0 50.0 50.0

tinggi 38 50.0 50.0 100.0

Total 76 100.0 100.0

6. Variabel Pengetahuan

Frequencies

Statistics

katpengetahuan

N Valid 76

Missing 0

Mean .54

Median 1.00

Std. Deviation .502

Minimum 0

Maximum 1

katpengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 35 46.1 46.1 46.1

tinggi 41 53.9 53.9 100.0

Total 76 100.0 100.0

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

7. Variabel Keterpaparan Media Promosi

Frequencies

Statistics

ktepaparanres

N Valid 76

Missing 0

Mean .55

Median 1.00

Std. Deviation .501

Minimum 0

Maximum 1

ktepaparanres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tdk terpapar 34 44.7 44.7 44.7

terpapar 42 55.3 55.3 100.0

Total 76 100.0 100.0

8. Variabel Aktivitas Fisik

Frequencies

Statistics

aktivbaru2

N Valid 76

Missing 0

Mean .88

Median 1.00

Std. Deviation .325

Minimum 0

Maximum 1

Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

aktivbaru2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ringan 9 11.8 11.8 11.8

berat 67 88.2 88.2 100.0

Total 76 100.0 100.0

9. Variabel Status Merokok

Frequencies

Statistics

statusmrokokres

N Valid 76

Missing 0

Mean .67

Median 1.00

Std. Deviation .473

Minimum 0

Maximum 1

statusmrokokres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid merokok 25 32.9 32.9 32.9

tdk merokok 51 67.1 67.1 100.0

Total 76 100.0 100.0

Page 185: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

10. Variabel Asupan Protein

Frequencies

Statistics

asupnprotein

N Valid 76

Missing 0

Mean .36

Median .00

Std. Deviation .482

Minimum 0

Maximum 1

asupnprotein

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid cukup 49 64.5 64.5 64.5

kurang 27 35.5 35.5 100.0

Total 76 100.0 100.0

Page 186: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

HASIL ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan Umur dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umurbaruresponden *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

umurbaruresponden * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

umurbaruresponden dewasa dini Count 23 20 43

% within

umurbaruresponden 53.5% 46.5% 100.0%

dewasa madya Count 14 19 33

% within

umurbaruresponden 42.4% 57.6% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within

umurbaruresponden 48.7% 51.3% 100.0%

Page 187: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .915a 1 .339

Continuity Correctionb .526 1 .468

Likelihood Ratio .917 1 .338

Fisher's Exact Test .364 .234

Linear-by-Linear Association .903 1 .342

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,07.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

umurbaruresponden

(dewasa dini / dewasa

madya)

1.561 .626 3.893

For cohort konsumsuplmen =

ya 1.261 .776 2.049

For cohort konsumsuplmen =

tidak .808 .523 1.247

N of Valid Cases 76

Page 188: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenisklminres *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

jenisklminres * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

jenisklminres laki2 Count 32 24 56

% within jenisklminres 57.1% 42.9% 100.0%

perempuan Count 5 15 20

% within jenisklminres 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within jenisklminres 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.094a 1 .014

Continuity Correctionb 4.876 1 .027

Likelihood Ratio 6.327 1 .012

Fisher's Exact Test .019 .013

Linear-by-Linear Association 6.014 1 .014

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,74.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 189: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jenisklminres

(laki2 / perempuan) 4.000 1.277 12.534

For cohort konsumsuplmen =

ya 2.286 1.035 5.048

For cohort konsumsuplmen =

tidak .571 .385 .848

N of Valid Cases 76

3. Hubungan Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pndidikanbaru2 *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

pndidikanbaru2 * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

pndidikanbaru2 rendah Count 1 2 3

% within pndidikanbaru2 33.3% 66.7% 100.0%

tinggi Count 36 37 73

% within pndidikanbaru2 49.3% 50.7% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within pndidikanbaru2 48.7% 51.3% 100.0%

Page 190: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .295a 1 .587

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .301 1 .583

Fisher's Exact Test 1.000 .520

Linear-by-Linear Association .291 1 .590

N of Valid Casesb 76

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,46.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

pndidikanbaru2 (rendah /

tinggi)

.514 .045 5.919

For cohort konsumsuplmen =

ya .676 .134 3.406

For cohort konsumsuplmen =

tidak 1.315 .573 3.021

N of Valid Cases 76

Page 191: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

4. Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pndapatankatebaru *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

pndapatankatebaru * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

pndapatankatebaru rendah Count 16 19 35

% within pndapatankatebaru 45.7% 54.3% 100.0%

tinggi Count 21 20 41

% within pndapatankatebaru 51.2% 48.8% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within pndapatankatebaru 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .229a 1 .632

Continuity Correctionb .062 1 .804

Likelihood Ratio .229 1 .632

Fisher's Exact Test .653 .402

Linear-by-Linear Association .226 1 .634

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,04.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 192: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

pndapatankatebaru (rendah /

tinggi)

.802 .325 1.981

For cohort konsumsuplmen =

ya .893 .559 1.426

For cohort konsumsuplmen =

tidak 1.113 .719 1.722

N of Valid Cases 76

5. Hubungan Pengetahuan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

katpengetahuan *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

katpengetahuan * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

katpengetahuan rendah Count 20 15 35

% within katpengetahuan 57.1% 42.9% 100.0%

tinggi Count 17 24 41

% within katpengetahuan 41.5% 58.5% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within katpengetahuan 48.7% 51.3% 100.0%

Page 193: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.858a 1 .173

Continuity Correctionb 1.283 1 .257

Likelihood Ratio 1.865 1 .172

Fisher's Exact Test .250 .129

Linear-by-Linear Association 1.834 1 .176

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,04.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

katpengetahuan (rendah /

tinggi)

1.882 .755 4.692

For cohort konsumsuplmen =

ya 1.378 .867 2.190

For cohort konsumsuplmen =

tidak .732 .462 1.161

N of Valid Cases 76

6. Hubungan Keterpaparan Media Promosi dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ktepaparanres *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Page 194: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

ktepaparanres * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

ktepaparanres tdk terpapar Count 11 23 34

% within ktepaparanres 32.4% 67.6% 100.0%

Terpapar Count 26 16 42

% within ktepaparanres 61.9% 38.1% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within ktepaparanres 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.568a 1 .010

Continuity Correctionb 5.439 1 .020

Likelihood Ratio 6.679 1 .010

Fisher's Exact Test .012 .010

Linear-by-Linear Association 6.482 1 .011

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,55.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

ktepaparanres (tdk terpapar /

terpapar)

.294 .114 .762

For cohort konsumsuplmen =

ya .523 .304 .898

For cohort konsumsuplmen =

tidak 1.776 1.132 2.785

N of Valid Cases 76

Page 195: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

aktivbaru2 * konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

aktivbaru2 * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

aktivbaru2 ringan Count 3 6 9

% within aktivbaru2 33.3% 66.7% 100.0%

berat Count 34 33 67

% within aktivbaru2 50.7% 49.3% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within aktivbaru2 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .963a 1 .326

Continuity Correctionb .392 1 .531

Likelihood Ratio .982 1 .322

Fisher's Exact Test .481 .267

Linear-by-Linear Association .950 1 .330

N of Valid Casesb 76

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,38.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 196: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for aktivbaru2

(ringan / berat) .485 .112 2.103

For cohort konsumsuplmen =

ya .657 .253 1.705

For cohort konsumsuplmen =

tidak 1.354 .803 2.281

N of Valid Cases 76

8. Hubungan Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

statusmrokokres *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

statusmrokokres * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

statusmrokokres merokok Count 17 8 25

% within statusmrokokres 68.0% 32.0% 100.0%

tdk merokok Count 20 31 51

% within statusmrokokres 39.2% 60.8% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within statusmrokokres 48.7% 51.3% 100.0%

Page 197: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.564a 1 .018

Continuity Correctionb 4.471 1 .034

Likelihood Ratio 5.653 1 .017

Fisher's Exact Test .028 .017

Linear-by-Linear Association 5.491 1 .019

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,17.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

statusmrokokres (merokok /

tdk merokok)

3.294 1.198 9.052

For cohort konsumsuplmen =

ya 1.734 1.123 2.678

For cohort konsumsuplmen =

tidak .526 .285 .971

N of Valid Cases 76

9. Hubungan Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

asupnprotein *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Page 198: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI …

asupnprotein * konsumsuplmen Crosstabulation

konsumsuplmen

Total ya tidak

asupnprotein cukup Count 35 14 49

% within asupnprotein 71.4% 28.6% 100.0%

kurang Count 2 25 27

% within asupnprotein 7.4% 92.6% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within asupnprotein 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 28.560a 1 .000

Continuity Correctionb 26.055 1 .000

Likelihood Ratio 32.417 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 28.184 1 .000

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,14.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for asupnprotein

(cukup / kurang) 31.250 6.515 149.903

For cohort konsumsuplmen =

ya 9.643 2.512 37.022

For cohort konsumsuplmen =

tidak .309 .196 .487

N of Valid Cases 76