113
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK TIFFANI APARTEMEN KEMANG JAKARTA SELATAN TAHUN 2010 OLEH : FRISTIYAN AHMAD DAULY NIM: 106101003323 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN

KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK

TIFFANI APARTEMEN KEMANG

JAKARTA SELATAN

TAHUN 2010

OLEH :

FRISTIYAN AHMAD DAULY

NIM: 106101003323

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Desember 2010

Fristiyan Ahmad Dauly

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, 17 Desember 2010

Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323

Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan Tahun 2010.

xix + 84 halaman, 14 tabel, 4 gambar, 4 lampiran.

Abstrak Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana

dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk

perencanaan. Kecelakaan dapat menghambat pembangunan proyek, kerugian materi,

kehilangan waktu, kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan

kematian. Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, diperoleh 22

kasus kecelakaan kerja dari 96 buruh konstruksi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan pada bulan Desember tahun 2010. Sampel penelitian sebanyak 60

orang dari total populasi sebesar 96 orang buruh konstruksi. Uji statistik

menggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel.

Yaitu variabel umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja yang

dihubungkan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh konstruksi yang mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 21 orang (35%) dan buruh konstruksi yang tidak

mengalami kecelakaan kerja sebanyak 39 orang (65%). Dari hasil uji statistik,

variabel yang berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah umur (Pvalue=0,003),

masa kerja (Pvalue=0,007) dan lama jam kerja (Pvalue=0,000).

Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja yang terjadi pada buruh

konstruksi yaitu dengan cara mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi yang

berumur muda dan meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai

pengetahuan, melakukan pengawasan yang lebih diprioritaskan kepada buruh

konstruksi yang berumur kurang dari 29 tahun, memberikan waktu istirahat yang

cukup untuk buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal, membuat

shift kerja, memberikan reward dan punishment kepada buruh konstruksi, dan

menekankan kepada buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari untuk lebih berhati-

hati dalam bekerja.

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

iii

Daftar bacaan : (1986 - 2011)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

CONCENTRATION HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, December 17th

2010

Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323

Factors Associated With Work Accidents On Construction Workers at PT. PP

(Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta in 2010.

xix + 84 pages, 14 tables, 4 images, 4 attachment.

Abstract

Accidents are unexpected events and is not expected that in the event there is

no element of premeditation, even more so in the form of planning. Accidents can

inhibit project development, material losses, lost time, disability which can reduce

quality of life for workers and even death. Based on PT. PP (Persero) Tiffani

Apartment Project, Kemang, South Jakarta evaluation accidents form in April-

September 2010, obtained 22 cases of work accidents than 96 construction workers.

This research is quantitative research with cross sectional desaign.

The research was conducted at PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project,

Kemang, South Jakarta in December 2010. The research sample of 60 construction

workers from total population of 96 construction workers. Statistical test using Chi

Square to see the relationship between two variables. That is the variable age, years

of work units and long working hours are associated with workplace accidents on

construction workers.

The result showed that the construction workers who suffered work accidents

as many as 21 people (35%) and construction workers who not suffered work

accidents as many as 39 people (65%). From the results of statistical tests, variables

related to the accident were age (p value = 0.003), years of work (p value = 0.007)

and longer working hours (p value = 0.000).

To reduce the number of accidents that occur on construction workers by

training the young-old construction worker and increase the frequency of

occupational health and safety training, to supervise a higher priority to the

construction workers are younger than 29 years, providing adequate rest periods for

construction workers who work more than the normal working hours, making the

work shift, giving reward and punishment to the construction workers, and

emphasizes the construction workers who worked > 8 hours / day to be more careful

in the work.

References : (1986 - 2011)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN

KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK

TIFFANI APARTEMEN KEMANG JAKARTA SELATAN

TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 17 Desember 2010

Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

Pembimbing 1

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM

Pembimbing 2

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 17 Desember 2010

Penguji I,

Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

Pembimbing 1

Penguji II,

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM

Pembimbing 2

Penguji III,

Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

vi

CURRICULUM VITAE

Nama : Fristiyan Ahmad Dauly

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 April 1988

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. As-syafi'iyyah Gg. H. Muchtar No.4

Kelurahan Cilangkap, Jakarta Timur

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum menikah

Nomor Handphone : 085692840020, 02193421943

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2006-Sekarang S1-Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2003-2006 SMA Daar El-Qolam Tangerang

2000-2003 MTS Daar El-Qolam Tangerang

1994-2000 SD Yasporbi I Jakarta Selatan

PENGALAMAN ORGANISASI

2008-Sekarang Dewan Pembina Solidaritas Remaja Islam (SORIS)

2009-2010 Staf Ahli Departemen Agama BEM Jurusan Kesehatan

Mayarakat 2009.

2008-2009 Staf Ahli Departemen Kesenian dan Keolahragaan BEM

Jurusan Kesehatan Masayarakat 2008.

2008-2009 Staf Ahli Departemen Kaderisasi Komisariat Fakultas

Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES) PMII

2008-2009 Koordinator Publikasi Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)

I & II Kecamatan Paku Haji, Kabupaten Tangerang

2006-2007 Staf Ahli Departemen Kemahasiswaan BEM Fakulatas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2006

2006-2008 Staf Ahli Departemen Sosial Solidaritas Remaja Islam

(SORIS)

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

vii

PENGALAMAN PELATIHAN DAN SEMINAR

2008 Pelatihan OSHAS 18001 dan ISO 14001

2008 Seminar Profesi K3 UIN Jakarta

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

viii

Lembar Persembahan

ب الالله س م ب الالله ب نب نب الله ب س

Anas ra. berkata, saya mendengar Rasulullah SAW

bersabda :

Allah SWT berfirman :

Wahai anak Adam selama engkau berdoa dan berharap

kepadaKu, niscaya kuampuni segala dosamu yang lalu

dan Aku tidak pedulikan lagi.

Wahai anak Adam jika dosamu membumbung setinggi

langit lalu engkau minta ampunanKu, pasti engaku

Kuampuni.

Wahai adan Adam jika engkau datang kepadaKu dengan

kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu

denganKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu

sedikitpun, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan

sepenuh bumi pula.

(HR. Tirmidzi)

“Tulisan sederhana ini saya persembahkan untuk kedua

orang tua selalu memenuhi hari-hari dengan doa dan kasih

sayang, untuk adik-adikku tercinta, untuk my beloved

women dan untuk sahabat-sahabat......”

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

ix

KATA PENGANTAR

ته كا ل و لله ور ة عل كن م ا لا

Dengan menyebut nama Allah SWT dengan segala Kekuatan dan Rahmat-

Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan

ibadah kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya.

Skripsi dengan judul ”Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan

Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan Tahun 2010” disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat

kepada :

1. Keluargaku yang tiada letih melimpahkan kasih sayangnya, kebahagiannya,

semangatnya, dan perjuangan serta pengorbanannya yang tiada terhingga

untukku. Terutama untuk ibu dan ayahku yang selalu mendoakanku disetiap

waktuku. Tak lupa pula tuk adikku yang memberikanku semangat baru untuk

menjadi lebih baik lagi. Semoga kalian selalu dimudahkan oleh ALLAH dalam

menempuh jenjang pendidikan.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku

Pembimbing I yang selalu siap memberikan bimbingan dan pengarahan yang

membangun dalam proses penyusunan skripsi, terima kasih bapak atas

bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

4. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3), Terima kasih kepada Ibu yang secara tulus dan

penuh kesabaran membimbing dan mengajarkan banyak hal tentang kuliah dan

kehidupan.

5. Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku Pembimbing II, terima kasih atas

bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

x

6. Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku dosen penguji dalam sidang skripsi,

terima kasih atas kesediaan Bapak menjadi penguji dan memberikan bimbingan,

saran-saran, kemudahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi.

7. Bapak Mulyono selaku Safety Supervisor yang telah banyak membantu dalam hal

pengambilan data, saran dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan untuk

melengkapi skripsi penulis. Terima kasih atas semua waktu dan bantuan yang

telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

8. Bapak Arief Budiman selaku salah satu SHE-O PT. PP (Persero) yang sudah

memberikan masukan kepada penulis.

9. Seluruh Karyawan, Staff dan pekerja di PT. PP (Persero) khususnya Proyek

Tiffani Apartemen Kemang, terimakasih atas waktunya, bantuannya, dan

perhatiannya.

10. For My Beloved Women, Ratih Swari Puspita yang selalu memberikan kasih

sayang, motivasi, candaan yang bisa membuat penulis tidak jenuh dalam

mengerjakan skripsi, yang selalu menemani penulis untuk mengerjakan skripsi.

Semoga cita-cita kita bisa tercapai.

11. Sahabat-sahabat terbaikku (Nouval, Andi, Adit Gizi, Fauzi Oji, Iban, Rawar,

Taufik, Yunus, Ali Imran, Luthfi, Tri, Zenal, Said ) yang tidak akan pernah

terlupakan, yang selalu memberikan semangat, arahan dan bimbingan. Trimaksih

telah menghibahkan kosan, printer, tinta dan kertas free untuk menyelesaikan

skripsi penulis.

12. Teman- teman UIN, FKIK, Kesmas, K3 Yang telah banyak memberikan

dukungan dan kebaikan selama perkuliahan hingga saat ini. Thanks 4 all.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca

lain.

ته كا ل و لله ور ة عل كن م ا لا و

Jakarta, 17 Desember 2010

Penulis

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................... ii

ABSTRACT ................................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

PANITIA SIDANG ....................................................................................... v

KURIKULUM VITAE ................................................................................. vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 7

1.3. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 8

1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan Kerja ..................................................................................... 12

2.1.1. Model Teori Kecelakaan Kerja .................................................. 12

2.1.2. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ......................................... 26

2.2. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja .............................................. 28

2.2.1. Umur .......................................................................................... 28

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xii

2.2.2. Jenis Kelamin ............................................................................. 29

2.2.3. Masa Kerja .................................................................................. 29

2.2.4. Lama Jam Kerja ......................................................................... 30

2.2.5. Shift Kerja .................................................................................. 30

2.2.6. Kebisingan ................................................................................. 31

2.2.6.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan ..................................... 32

2.2.6.2 Pengukuran Kebisingan ................................................. 32

2.2.7 Pencahayaan .............................................................................. 36

2.2.8 Lingkungan Kimia ..................................................................... 37

2.2.9 Beban Kerja ............................................................................... 37

2.2.10.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja) ........ 38

2.2.10.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja ...................................... 40

2.2.10 Penggunaan APD ........................................................................ 40

2.2.11 Unit Pekerjaan ........................................................................... 41

2.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja ............................................................... 41

2.4. Kerangka Teori ...................................................................................... 45

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep .................................................................................... 46

3.2. Definis Operasional ................................................................................ 47

3.3. Hipotesis ................................................................................................. 48

BAB IV METODOLGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian .................................................................................... 50

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 50

4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 50

4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................................... 51

4.4.1. Data Kecelakaan Kerja, Umur, Unit Pekerjaan, Lama Jam Kerja,

Masa Kerja dan Unsafe act ........................................................... 51

4.5. Pengolahan Data ..................................................................................... 52

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xiii

4.6. Analisis Data ........................................................................................... 53

BAB V HASIL

5.1. Gambaran Umum PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan ........................................................................................ 54

5.1.1. Visi dan Misi PT. PP (Persero) .................................................... 55

5.1.2. Kebijakan Perusahaan ................................................................. 55

5.1.3. Karakteristik SMK3 dan Mutu PT. PP (Persero) ........................ 56

5.1.4. Sumber Daya Manusia ................................................................ 56

5.1.5. General Contractor ..................................................................... 57

5.1.6. Pengembangan ............................................................................. 57

5.1.7. Investor ........................................................................................ 58

5.1.8. Penunjang .................................................................................... 58

5.1.9. Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O dan SS PT. PP (Persero) .... 58

5.2. Analisis Univariat ................................................................................... 60

5.2.1. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

Tahun 2010 .................................................................................. 60

5.2.2. Gambaran Umur Pekerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

Tahun 2010 .................................................................................. 61

5.2.3. Gambaran Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

Tahun 2010 .................................................................................. 62

5.2.4. Gambaran Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

Tahun 2010 .................................................................................. 63

5.2.5. Gambaran Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

Tahun 2010 .................................................................................. 64

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xiv

5.3. Analisis Bivariat ...................................................................................... 65

5.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .......................................... 65

5.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada

Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 67

5.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja

Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 68

5.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja

Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 69

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71

6.2. Gambaran Kecelakaan Kerja, Umur, Masa Kerja, Unit Pekerjaan,

Lama Jam Kerja, dan Unsafe Act pada Buruh Konstruksi ..................... 71

6.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ................. 72

6.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja .................... 72

6.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja ........... 74

6.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja ...... 75

6.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ............................................................................................. 78

7.2. Saran ....................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-

September 2010 …………………………………………….

6

Tabel 2.1 Tingkat Paparan Kebisisnga …………………...................... 33

Tabel 2.2 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik .................................. 38

Tabel 2.3 Evaluasi Tingkat Beban Kerja ............................................... 40

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................. 47

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan 2010 …………………………….

61

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pada Buruh Konstruksi di PT.

PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan 2010 ………………………………………………...

62

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di

PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan 2010 ………………………………………………...

63

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi

di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan 2010 ………………………………………..

64

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lama Jam Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan 2010 ………………………………

65

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja

Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ………….

66

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan

Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek

Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ….

67

Tabel 5.8 Tabulasi Silang Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan

Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek

68

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xvi

Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ….

Tabel 5.9 Tabulasi Silang Antara Lama Jam Kerja dengan

Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan Tahun 2010 ………………………………………..

69

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological ……………… 18

Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird & Germain (1990) ……… 25

Gambar 2.3 Kerangka Teori ………………………………………. 45

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ……………………………………. 47

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Penerimaan dari PT. PP (Persero)

Lampiran 3 Analisis Univariat

Lampiran 4 Analisis Bivariat/

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga

semul yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda

(PERMENAKER No. 03 /MEN/1998). Menurut Suma’mur (1996), definisi

kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak

terduga karena dibelakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan

atau unsur perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan

disertai kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling

ringan sampai skala paling berat.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi

kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa

kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban

jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan

kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang

tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang langsung nampak dari

timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan.

Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat

produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat

produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

2

kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety

Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di

Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara

sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring

dengan berkembangnya dunia industri di Amerika (Saehu, 2011).

Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2 juta

pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini, 354.000

orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada 270 juta

pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena penyakit

akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat

kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai

akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya mencapai lebih dari US$ 1.25

triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). (Mayulu, 2011

dan Yanri, 2006)

Pada tahun 2009, pemerintah mencatat 54.398 kasus kecelakaan kerja di

Indonesia. Angka tersebut mengalami tren menurun sejak 2007 yang sempat

mencapai 83.714 kasus dan menurun pada 2008 yang hanya 58.600 kasus. Namun

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengakui bahwa kasus

kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara

lain (Aryono, 2011). Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di

Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun.

Tahun 2000 terjadi 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

3

terjadi 103.804 kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418

kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus, dan

semester pertama 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus (Zubaedah, 2009). Namun,

menurut data terakhir yang dilaporkan pada tahun 2008 adalah sebanyak 93.823

kasus kecelakaan kerja. Terjadi peningkatan signifikan dari tahun 2007 yang hanya

83.714 kasus. Kasus kematian akibat kecelakaan kerja juga mengalami peningkatan

dari sebelumnya pada tahun 2007 sebanyak 13.251 kasus menjadi 14.451 kasus

pada tahun 2008. (Mayulu, 2011)

Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI, jumlah

kecelakaan kerja yang berujung pada kematian mencapai 2.974 kasus dengan total

asuransi yang dikeluarkan mencapai Rp 44,24 miliar. Sementara itu, jumlah pekerja

yang ada di DKI mencapai 2.331.580 jiwa. Angka ini meningkat dari dua tahun

sebelumnya. (Bataviase, 2011)

Kepala Disnaker dan Trans DKI Deded Sukendar memberi contoh kejadian pada

2007, jumlah kecelakaan kerja mencapai 9.480 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 734

pekerja cacat fungsi, 529 kasus cacat sebagian, empat kasus cacat tetap, dan 634

kasus meninggal dunia. Sementara sebanyak 7.519 kasus atau 79 persen, sembuh

dari kecelakaan. Dari data-data diatas, bisa diketahui bahwa kinerja penerapan K3 di

perusahaan Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Padahal, jika kita menyadari

secara nyata bahwa volume kecelakaan kerja juga menjadi kontribusi untuk melihat

kesiapan daya pesaing. Jika volume ini masih tinggi, Indonesia bisa kesulitan dalam

menghadapi pasar global. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

4

kecelakaan kerja (Warta Ekonomi, 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan.

Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan

adalah aset penting perusahaan.

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat

dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.

Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi

dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung

terdiri dari faktor lingkungan (zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan

mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%). Pada umumnya kecelakaan kerja

terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan,

kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya

mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi. (Effendy, 2011)

Faktor yang mempengaruhi kecelakaan menurut Surry dalam Colling (1990)

fenomena kecelakaan dihasilkan dari interaksi host (pekerja) berupa umur, jenis

kelamin, masa kerja, dan tingkat pendidikan, agent (mesin/pekerjaan) berupa unit

kerja dan waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan berupa fisik, kimia, dan biologi.

Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh

serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss

Causation Modelyang terdiri dari : Lack of Control (kurang kendali), Basic Causes

(penyebab dasar), Immediate Causes. (Katia, 2009)

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

5

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya beberapa faktor yang telah

disebutkan diatas berhubugan dengan terjadinya kecelakaan pada pekerja. Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) terdapat hubungan antara umur

dan masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo

Nusantara Semarang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sari (2000) terdapat

hubungan antara shift kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja di Perusahaan

Keramik PT. X Cikarang. Hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008)

terdapat hubungan yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja

di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber).

PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan

berdasarkan Akta No 48 dari 26 Agustus 1953. Dalam rangka memenuhi Peraturan

Pemerintah Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan

Perumahan berubah menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah

dan menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero), yang disahkan melalui Akta

No 78 tanggal 15 Maret 1973. Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi. Selama lebih

dari lima dekade, PT PP (Persero) telah menjadi pemain kunci dalam usaha

konstruksi nasional. Beberapa mega proyek telah dibangun di masa itu. Kemudian,

mulai tahun 1991, usaha PT PP (Persero) diversifikasi, termasuk sewa ruang kantor

di Plaza PP dan pengembangan bisnis perumahan di daerah Cibubur, dan juga

pendirian beberapa anak perusahaan melalui kemitraan dengan perusahaan asing,

antara lain PT PP Taisei Indonesia Konstruksi dan PT Mitracipta Polasarana.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

6

Proyek yang dibangun oleh PT. PP (Persero) adalaha Hotel Indonesia, Bali Beach

Hotel, Ambarukmo Palace Hotel dan Samudera Beach Hotel, gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta, dan salah satunya

proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan berada di Jl. Antasari, Kemang Jakarta-Selatan, proyek

dimulai pada bulan April 2010. Proyek ini mempunyai 46 lantai.

Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, masih

didapatkan kasus kecelakaan kerja yang cukup signifikan, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat di tabel 1.1.

Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

pada bulan April-September 2010

Bulan

Kecelakaan

Fatal Cidera

ringan Berat

April - - -

Mei - 2 -

Juni - 3 -

Juli - 7 -

Agustus - 6 -

September - 4 - Sumber : PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kasus kecelekaan di PT. PP (Persero)

Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September

2010 tercatat 22 kasus kecelekaan kerja dari 96 buruh konstruksi. Hal ini belum

sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka kecelakaan kerja hingga

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

7

Zero Accident. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

tahun 2010.

1.2 Rumusan Permasalahan

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dapat

menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan yang menyangkut aspek

kecelakaan kerja/keselamatan kerja. Kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat

pembangunan proyek, kerugian materi, kehilangan waktu, kecacatan yang dapat

menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan kematian. Berdasarkan evaluasi data

kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

pada bulan April-September 2010, diperoleh 22 kasus kecelakaan kerja dari 96

buruh konstruksi.

Sejak tahun 2006 pemerintah terus meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan,

sehingga angka kecelakaan kerja bisa ditekan menuju nihil kecelakaan kerja (zero

accident). Namun, faktanya PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan belum sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka

kecelakaan kerja hingga Zero Accident

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang

berhubungan dengan kasus kecelakaan kerja tersebut, selain itu belum dilakukannya

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

8

penelitian pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

1.3 Pertanyaan Penilitian

1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun2010?

2. Bagaimana gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja pada

buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010?

3. Apakah ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010?

4. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010?

5. Apakah ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010?

6. Apakah ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010?

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

9

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja

pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan tahun 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam

kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

3. Diketahuinya hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010.

4. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada

buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan tahun 2010.

5. Diketahuinya hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja

pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

10

6. Diketahuinya hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja

pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

1.5 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Perusahaan

Memberikan informasi dan rekomendasi kepada PT. PP (Persero) Proyek

Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan terkait hasil penelitian yang dapat

dijadikan sebagai acuan pengembangan bidang keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja.

1.4.2 Bagi Peneliti

1. Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah,

khususnya dalam bidang K3.

2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.

1.4.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,

khususnya faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja.

2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi

referensi tambahan bagi penelitian serupa.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

11

3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang

Kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Program studi

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta karena masih

ditemukannya 22 kasus kecelakaan kerja pada buruh konstruksi dalam rentang

waktu 5 bulan. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2010 di PT.

PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Penelitian ini

bersifat kuantitatif dengan desain Cross sectional (potong lintang). Data-data

tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik

dengan rumus chi square untuk melihat hubungan antar variabel independen dengan

variabel dependen. Populasi penelitian adalah buruh konstruksi PT. PP (Persero)

Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010 dengan jumlah

sampel sebanyak 60 responden. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan

data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner terkait

variable yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari profil perusahaan, dokumen

jumlah pekerja dan data pendukung lainnya.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tak terduga dan

tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan,

terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3

Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit

yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui

jalan biasa atau wajar dilalui. (Bab I pasal 1 butir 6 ).

2.1.1 Model Teori Kecelakaan Kerja

Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya

kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai

program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan

itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana

kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling (1990) telah mencatat teori-teori

kecelakaan sebagai berikut:

1) Teori Domino Heinrich

Dalam buku The Origin of Accident (1928) Heinrich mengemukakan

bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

13

kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama

yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang

berkontribusi 98% terhadap terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W.

Heinrich (1931) berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi

sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan

diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa:

a. Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki sifat tidak

baik (misalnya keras kepala) yang diperoleh karena faktor keturunan,

pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja

kurang hati-hati, dan banyak membuat kesalahan.

b. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan

lingkungan tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah

dalam melakukan pekerjaan.

c. Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan yang

berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan

terjadinya rangkaian berikutnya.

d. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya

disertai dengan kerugian.

e. Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat, kecacatan dan

bahkan kematian.

Pada teori Heinrich, dapat digambarkan bahwa akar permasalahan dari

terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai faktor utama penyebab

kecelakaan. Diyakini biasanya manusia memiliki sifat yang memiliki

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

14

kecenderungan untuk menimbulkan kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang

dimiliki manusia tersebut dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.

Birds, memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan

teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan

yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian.

Dalam teorinya, Birds itu mengemukakan bahwa usaha pencegahan

kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau

unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan

penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan

manajemen.

2) Human Error Model

Russel Ferrel (dalam Colling, 1990), menyatakan bahwa kecelakaan

merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-

penyebab merupakan kesalahan manusia. Kesalahan manusia ini

disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga) situasi ini:

a. Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan ketidaksesuaian dari

kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya.

b. Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan

ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan.

c. Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak

tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil

risiko.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

15

Overload dapat dipelajari di dalam model ini dengan melihat sumber-

sumber dari beban: beban tugas, beban dari lingkungan di sekitar, beban

dari dalam diri sendiri dan beban situasi. Sumber dari beban ini kemudian

bisa dibandingkan dengan sumber-sumber dari kapasitas. Ini merupakan

dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiran-pikirannya, tingkat

pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obat-obatan dan polusi, jumlah

tekanan, dan kelelahan. Dan semua ini terjadi saat seseorang berada dalam

dukungan tertentu yang mendorong dan memotivasi.

Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini dengan melihat

pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi muncul diantara pendorong

dan tanggapan yang diminta, atau dengan melihat ketidakcocokan di dalam

situasi kerja.

Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di dalam bagian-

bagian dari apakah seseorang mengetahui atau tidak aktivitas yang benar

atau sengaja atau tidak ia mengambil kesempatan, keputusan-keputusan di

dalam bagiannya bisa jadi karena ia merasa situasi tersebut memiliki

kemungkinan bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi

untuk terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi masalah sifat

situasi.

3) Teori Kecelakaan Model Petersen

Model ini berbeda dari model Ferrell, dimana model ini menyertakan 2

(dua) kemungkinan penyebab kecelakaan seperti yang dikemukakan dari

teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem. Penyebab-

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

16

penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu atau

keduanya.

Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3

(tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang

keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell Model.

Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan

yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan

kesalahan melalui keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar.

Berkali-kali pekerja akan memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak

aman karena sederhana saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka

mengerjakannya dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan

aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka

berada, tekanan produksi, dan lain-lain. Teori ini mengadopsi teori Ferell

yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori

ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaau yaitu

overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic, dan pengambilan

keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan bahwa pengambilan

keputusan yang salah pada suatu kondisi yang disadari atau tidak bertindak

tidak aman.

4) Model Epidemiologi

Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry

dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan

atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

17

yang dapat menjadi penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan.

Suatu model epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh

Suchman dan dikembangkan oleh Surry (dalam Colling, 1990).

Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan,

tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi

host (pekerja), agent (mesin/pekerjaan), dan faktor-faktor lingkungan.

Definisi ini lebih dirasa lebih mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai

studi tentang interaksi sekelompok orang, agen, dan lingkungan yang

menyebabkan penyakit.

Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan petunjuk

dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakaan itu sendiri

tindakannya tidak diharapkan, tidak dapat dihindari, dan tidak diperhatikan

yang dihasilkan dari interaksi dari korban atau penyebab kerusakan dan

faktor-faktor lingkungan disertai dengan situasi yang melibatkan

pengambilan risiko dan persepsi terhadap bahaya. Model ini sejalan dengan

yang digunakan untuk studi penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini

seseorang mencari suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan

beserta sekelompok orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor

lingkungan.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

18

Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological

(Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990)

a. Faktor pekerja, meliputi:

- Umur

Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap

kejadian kecelakaan kerja. Golongan umur tua mempunyai

kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan

dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur

muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi (Hunter,

1975). Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan,

pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 30 tahun

atau lebih.

PEKERJA

-Umur

-Jenis Kelamin

-Masa Kerja

-Tingkat Pendidikan

PEKERJAAN

-Unit Kerja

-Waktu Kerja

LINGKUNGAN

-Fisik

-Biologi

-Kimia

KECELAKAAN KERJA

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

19

Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler (1998) dalam Sukamto

mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi

antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai

titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO (1989) dalam Arifin

menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering

mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih

kurang dalam pengalaman kerja.

- Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan

kekuatan kerja ototnya. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam

analisis kejadian kecelakaan. Daya tahan, ukuran, dan postur tubuh

laki-laki dan wanita berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

peraturan jam kerja yang tidak diperbolehkan untuk wanita (Surya,

1972).

- Masa kerja

Pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap kejadian

kecelakaan sangat sulit untuk ditarik kesimpulannya, karena faktor-

faktor yang berbeda yang mempengaruhi kecelakaan misalnya

kebanyakan pekerja yang tidak berpengalaman dan masih muda

dengan pekerja yang berpengalaman dan sudah dewasa. Untuk

membedakan pengaruh karena umur dan pengalaman kerja ternyata

sangat sulit. Berdasarkan berbagai penelitian, meningkatnya

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

20

pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka

kecelakaan kerja (Suma’mur, 1981).

- Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi timbulnya kecelakaan

karena akan berpengaruh pada pola berpikir dan cara menghindari

terjadinya kecelakaan. Pendidikan juga berpengaruh terhadap lapangan

dan jenis pekerjaan. Masalah lain yang perlu diperhatikan masih

beragamnya penempatan pekerja yang berasal dari sekolah teknik dan

non-teknik pada industri. Pekerja dengan latar belakang pendidikan

teknik kecenderungan untuk mengalami kecelakaan lebih rendah

dibanding pekerja yang berlatar belakang non-teknik (Simanjuntak,

1985).

- Kelelahan

Kelelahan merupakan keadaan umum pada individu yang sudah

tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. Menurut Suma’mur

(1985), kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan

penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Sedangkan

Grandjean (1983), menyatakan bahwa kelelahan merupakan fenomena

kompleks fisiologis maupun psikologis yang sering menyebakan

timbulnya kecelakaan. Kelelahan akan mengurangi kesiagaan yang

bisa menimbulkan kecelakaan dalam bekerja.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

21

- Antropometri

Kurniawan (1983) menyatakan bahwa dengan ukuran tubuh

manusia dapat dibuat suatu rancangan alat-alat kerja yang

sepadan/sesuai bagi pekerja yang akan menggunakannya dengan

kemungkinan terciptanya kenyamanan kerja, keselamatan dan

kesehatan kerja, serta estetika kerja. Ukuran antropometri berbeda

menurut bangsa, jenis kelamin, dan umur.

- Kapasitas kerja

Kemampuan tiap pekerja berbeda-beda. Hal itu sangat tergantung

pada keterampilan, keserasian keadaan gizi, jenis kelamin, umur, dan

ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 1991).

b. Faktor pekerjaan, meliputi :

- Beban kerja dan jenis pekerjaan

Menurut Sastrowinoto (1985), beban kerja adalah volume yang

dibebankan kepada seorang pekerja dan hal ini merupakan tanggung

jawab dari pekerja tersebut. Beban kerja harus seimbang dengan

kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan atau kegagalan dalam

pelakasanaannya. Sedangkan Suma’mur (1988) menyatakan bahwa

jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan

jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja.

- Lama jam kerja

Dalam hal ini, lama jam kerja adalah lamanya waktu yang

dipergunakan untuk bekerja dan tidak termasuk waktu istirahat.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

22

Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam

seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih

dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi,

menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan

diikuti dengan meningkatnya angka sakit dan kecelakaan

(Sastrowinoto, 1985).

- Waktu kerja

Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam.

Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing

bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan

jumlah kelompok kerja. Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan

malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja

(Achmadi, 1991).

- Alat kerja

Pada perusahaan industri, peranan alat kerja (mesin atau alat-alat)

merupakan hal yang penting disamping pekerjanya. Menurut Budiono

(1989), terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena faktor

selain manusia hanya 10%.

c. Faktor lingkungan, meliputi

- Faktor kimia

Faktor kimia dapat disebabkan oleh bahan baku produksi, proses

produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk faktor kimia

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

23

dapat digolongkan ke dalam zat-zat yang korosif, mudah

terbakar/meledak, dan lain-lain.

- Faktor fisika

a. Penerangan

Penerangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan cahaya.

Penerangan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan

tergantung dari jenis dan sifatnya. Untuk pekerjaan yang

memerlukan ketelitian adalah 100-3.000 lux (KepMenKes RI No.

1405/Menkes/SK/XI/2002).

b. Suhu ruangan

Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 18 – 28 0C.

Temperatur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima

oleh tubuh dalam ruangan. Hal itu akan memberikan efek aman

bagi orang yang berada dalam ruangan (KepMenKes RI No.

1405/Menkes/SK/XI/2002).

c. Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Hal

itu akan menimbulkan gangguan perasaan, komunikasi, hilangnya

pendengaran sementara atau menetap sehingga risiko terjadinya

kecelakaan kerja akan semakin meningkat. Tingkat kebisingan di

ruangan kerja yang diizinkan maksimal 85 dBA (KepMenKes RI

No. 1405/Menkes/SK/XI/2002)

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

24

- Faktor biologi

Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur, dan mikroorganisme

lain yang diperlukan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi

atau hasil produksi.

5) Loss Causation Model

Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan

penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faklor penting

dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian

termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan

bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor

yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang

terdiri dari:

1) Lack of Control (kurang kendali)

Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam meneegah

terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control yaitu:

a. Inadequate programe

Hal ini dikarenakan program yang tidak bervariasi yang

berhubungan dengan ruang lingkup.

b. Inadequate programe standards

Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak

baik.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

25

c. Inadequate compliance -with standards

Kurangnya pemenuhan standar merupakan penyebab yang sering

terjadi.

2) Basic Causes: (penyebab dasar)

Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh:

a. Personal factor, faktor kepemirnpinan atau kepengawasan.

b. Job factor, tidak sesuainya design engineering.

3) Immediate Causes

Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila

kontak dengan bahaya. Immediate causes meliputi faktor sub-standard

dan faktor kondisi. Faktor substandard diantaranya tindakan tidak

aman seperti mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti

kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain. Perihal ini dapat dilihat

pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird & Germain (1990)

LACK OF

CONTROL BASIC

CAUSES IMMEDIATE

CAUSES INCIDENT LOSS

Inadequate

programe

Inadequate

programe

standarad

Inadequate

compliance

with

standards

Personal

factors

Job

factors

Substandards

Act

Substandard

Conditions

Contact with

energy or

substance

People

Property

Process

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

26

Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk dapat

menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori diatas perlu

dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat terjadi

(combination Theori) (ILO, 1989).

2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada

kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu

faktor, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan

terjadinya kecelakaan.

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam

Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam

penggolongan, yaitu :

1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Akibat Kerja

a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh.

d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

f. Pengaruh suhu tinggi.

g. Terkena arus listrik.

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

27

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau

kecelakaan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja

a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik.

b. Alat angkut dan alat angkat.

c. Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik.

d. Bahan-bahan atau zat-zat radiasi.

e. Lingkungan kerja.

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut.

g. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau

data tak memadai.

3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan

a. Patah tulang.

b. Dislokasi atau keseleo.

c. Regang otot atau urat.

d. Memar dan luka dalam lain.

e. Amputasi.

f. Luka-luka lain.

g. Luka di permukaan.

h. Gegar dan remuk.

i. Luka bakar.

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut).

k. Akibat cuaca.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

28

l. Mati lemas.

m. Pengaruh arus listrik.

n. Pengaruh radiasi.

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh

a. Kepala, Leher, dan Badan.

b. Anggota atas.

c. Anggota bawah.

d. Banyak tempat.

e. Kelainan umum.

f. Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

2.2.1 Umur

Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian

kecelakaan kerja. Menurut Hunter dalam Arifin (2005) Golongan umur tua

mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan

dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur muda

mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi. Dan pada umumnya,

kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi akan

menurun pada usia 30 tahun atau lebih. Berbeda dengan pendapat di atas,

Gary Dessler dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan

umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

29

turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO

(Arifin, 2005) menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih

sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih

kurang dalam pengalaman kerja. Oborno dalam Arifin (2005) menyebutkan

beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat

kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang

disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergea-gesa. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa terdapat

hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata

PT. Luxindo Nusantara Semarang.

2.2.2 Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja

ototnya. (Silastuti, 2006)

2.2.3 Masa kerja

Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya

masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka

kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja

bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat

kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Menurut M. A. Tulus dalam

Kadarwati (2006), masa kerja dapat dikategorikan, menjadi :

1. Masa kerja baru : < 6 tahun

2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

30

3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006)

bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik

Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang.

2.2.4 Lama Jam Kerja

Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam

seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10

jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya

kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan

meningkatnya angka sakit dan kecelakaan.

2.2.5 Shift kerja

Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam. Pekerja

dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama

kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah kelompok kerja.

Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran,

yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan

ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari

dan tidur pada siang hari (Arifin, 2005). Pergeseran waktu kerja pagi, siang,

dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja

(Benny dan Achmadi, 1991). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Halinda (2000) terdapat hubungan antara shift kerja dengan kejadian

kecelakaan kerja di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

31

2.2.6 Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia.

Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena

kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi

sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang

diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping

itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara

atau menetap. Bunyi didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh getaran-

getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi- bunyi tersebut tidak

dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang

menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi

dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan

intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam desibel

(db). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi- frekuensi diantara 16-

20.000 Hz. (Suma’mur, 1996)

Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan

memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga

dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk

mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level

meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah

desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBA

dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

32

dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker,

2004).

2.2.6.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan

Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar

tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Intensitas

kebisingan yang dianjurkan bedasarkan Kep. MenKes. No. 55 tahun

1999 adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja. Adapun tingkat paparan

kebisingan maksimal selama satu hari pada ruang proses produksi

yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Tingkat Paparan Kebisingan

No Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan Harian

1 85 8 jam

2 88 4 jam

3 91 2 jam

4 94 1 jam

5 97 30 menit

6 100 15 menit

Sumber : Kep. MenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1999

2.2.6.2 Pengukuran Kebisingan

Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang

ditimbulkan oleh kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

33

berbeda dengan survey bising. Untuk lebih memadai, pengukuran

kebisingan harus dapat mengidentifikasi pekerja yang terekspos pada

tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan menghasilkan informasi

yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan peraturan

perusahaan terkait dengan kebisingan. Contoh dari peraturan

perusahaan terkait dengan kebisingan adalah penurunan pajanan

kebisingan; pelindung telinga; tanda zona wajib memakai pelindung

telinga; pembekalan /pelatihan terhadap karyawan.

1. Alat Pengukur Kebisingan

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan

Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran

digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih

tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak

menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai

ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu

bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.

Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja

SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya

perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini,

selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah

alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

34

chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran

adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga.

Adapun operasional pengkuran dapat dilakukan sebagaimana

Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.:

Kep-48/MENLH/11/1996 sebgai berikut :

a. Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan

standar yang akan diacu dalam survei.

b. Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi pemeriksaan batere

sound level meter (SLM) dan kalibrator, serta aksesories

misalnya windscreen, rain cover, dan lain-lain.

c. Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu dilakukan sebelum dan

sesudah pengukuran berlangsung.

d. Pembuatan denah lokasi dan titik dimana pengukuran dilakukan.

e. Bila pengukuran dilakukan dengan free-field microphone

(standar IEC) maka SLM diarahkan lurus ke sumber.

Sedangkan jika mikropon yang digunakan merupakan random

incidence microphone (ANSI), maka SLM harus

diorientasikan sekitar 70o - 80

o terhadap sumber bising.

f. Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah,

maka sangat penting untuk memilih mikropon dan mounting

yang tepat yang memungkinkan untuk mencapai karakteristik

omnidirectional terbaik.

g. Pemilihan weighting network yang sesuai.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

35

h. Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk

mendapatkan pembacaan yang akurat.

i. Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator maupun blocking

suara dari arah tertentu.

j. Saat pengukuran berlangsung, selalu perhtikan haal-hal

berikut: (a) Hindari pengukuran dekan bidang pemantul; (b).

Lakukan pengukuran pada jarak yang tepat, sesuai dengan

standar atau baku mutu yang diacu; (c). Cek bising latar; (d).

Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap sumber bising

yang diukur; (e). Selalu gunakan windshield (windscreen), dan

(f). Tolak pembacaan overloud.

k. Laporan harus terdokumentasi dengan baik. Laporan ini

sedikitnya harus terdiri dari: (a). Sket pengukuran (meliputi

orientasi dan kedudukan SLM, luas ruangan atau tempat

pengukuran dilakukan serta kedudukan sumber bising); (b).

Standar yang diacu; (c). Identitas instrumen; jenis dan nomor

seri; (d). Metode kalibrasi; (e). Weighting network dan

respons detektor yang digunakan; (f). Deskripsi jenis suara

(impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data bising latar; termasuk

chart yang digunakan untuk perhitungan; (h). Kondisi

lingkungan; tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur

(jenis mesin, beban, kecepatan, dll); (j). Tanggal pengukuran

dan nama operator.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

36

2.2.7 Pencahayaan

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda- benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda

atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini

penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Pencahayaan

merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja.

Menurut ILO, beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang

tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang

maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja (Arifin,

2005). Selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan

yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur,

1996). Penerangan di tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu

diupayakan penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan

kerja dan memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman dan

nyaman, yang antara lain disebabkan karena mereka dapat melihat obyek yang

dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya tambahan, serta membantu

menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.

Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah:

1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

2. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.

3. Kerusakan alat penglihatan.

4. Meningkatnya kecelakaan (Budiono, 2003).

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

37

2.2.8 Lingkungan kimia

Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan penyebab

kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks,

hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun

limbah dari suatu produksi. (Arifin, 2005)

2.2.9 Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan

sehari- hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban

tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban

kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam

menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang

diterima seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik,

kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban

tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik

dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat,

mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat

keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya

(Manuaba,2000).

Everly dkk dalam Munandar (2001) mengatakan bahwa beban kerja

adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus

diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah

kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara

kuantitatif yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit,

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

38

sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan

tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi dari pekerja.

Beban kerja fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal,

merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.

2.2.11.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja)

Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan

menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986

yang dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Estimasi Pengukuran Panas Metabolik

A Body position and movement Kcal/min*

Sitting 0.3

Standing 0.6

Walking 2.0 -3.0

Walking uphill Add 0.8 per meter rise

B Type of work

Average

Kcal/min Range kcal/min

Hand work

Light

Heavy

0.4

0.9

0.2 – 1.2

Work one arm

Light

Heavy

1.0

1.8

0.7 – 2.5

Work both arms

Light

Heavy

1.5

2.5

1.0 – 3.5

Work whole body

Light

Moderate

Heavy

Very Heavy

3.5

5.0

7.0

9.0

2.5 – 9.0

C Basal metabolism 1.0

D Sample calculation** Average Kcal/min

Assembling work with heavy hand

tools

0.6

3.5

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

39

Standing

Two arm work

Basal metabolism

Total

1.0

5.1 kcal/min

* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8 m2 body

surface (19.4 ft2)

** Example of measuring metabolic heat production of worker when

performing initial screening

Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986

Selain estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH

1986, panas metabolisme dapat diukur melalui perhitungan beban kerja

berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Penilaian

beban kerja dilakukan dengan pengukuran berat badan tenaga kerja,

pengamatan aktifitas tenaga kerja dan kebutuhan kalori berdasarkan

pengeluaran energi sesuai tabel perhitungan beban kerja. Pengamatan

aktifitas kerja dilakukan dengan cara pengamatan pada kategori jenis

pekerjaan dan posisi badan pekerja setiap jam, kemudian posisi dan lama

gerakan tersebut dicatat dan dihitung.

2.2.11.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja

Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil

estimasi pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai

dengan kategori OSHA pada tabel 2.3. (Vanani, 2008)

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

40

Tabel 2.3

Tingkat Beban Kerja

No Pengukuran Panas

Metabolik

Tingkat Beban

Kerja

1 < 200 kcal/jam Ringan

2 200 - 350 kcal/jam Sedang

3 350 - 500 kcal/jam Berat

4 > 500 kcal/jam Sangat Berat

Sumber : OSHA dalam Vanani, 2008

2.2.10 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (1996), APD adalah suatu alat yang dipakai untuk

melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,

pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan

sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau

penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di

tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,

mekanik dan lainnya.

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat

pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,

sebelum memutuskan untuk menggunakan APD metode-metode lain harus

dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau

hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

41

Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik

kimia adalah sebagai berikut:

1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.

2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.

3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan

pekerja.

4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan

instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap

bahaya.

5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya

dengan menggunakan alat pelindung diri.

2.2.11 Unit Pekerjaan

Unit pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya

kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat

kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan

hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja di PT. Hok

Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber) dengan Pvalue sebesar 0,014

2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya.

Akan tetapi kecelakaan merupakan kejadian yang dapat dicegah (ILO,1989:14).

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

42

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja harus ditujukan untuk

mengenal dan menemukan penyebabnya, bukan menemukan gejalanya untuk

kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminir (Depnaker, 1996).

Menurut Suma’mur (1989), yang dapat dilakukan untuk mencegah

kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut :

1. Peraturan perundangan

Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi

kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemeliharaan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas

pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan

kesehatan.

2. Standarisasi

Yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi

mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarats

keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek

keselamatan dan hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan

Yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-

undangan yang diwajibkan.

4. Pengawasan bersifat teknik

Yaitu yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,

penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan

diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

43

penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-

tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis

Yaitu yang mliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan

patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik

yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis

Yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan

terjadinya kecelakaan

7. Penelitian secara statistic

Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya,

mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya.

8. Yaitu yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik,

sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan

Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang

baru, dalam keselamatan kerja.

10. Penggairahan

Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk

menimbulkan sikap untuk selamat.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

44

11. Asuransi

Yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan

misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh

perusahaan, jika tindakan keselamatan cukup baik.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

Yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan

kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan

pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada

tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pigak yang

bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat

kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi

seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik,

dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan pengusaha serta buruh

(Suma’mur,1981:11).

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

45

2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan teori dikatakan oleh Russel Ferrel serta Surry (dalam colling;1990),

faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, meliputi, : umur, jenis

kelamin, unit pekerjaan, shift kerja, massa kerja, kebisingan, pencahayaan, lama jam

kerja, faktor kimia dan beban kerja. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Surry (dalam colling;1990) dan Russel Ferrel

Umur

Jenis Kelamin

Beban Kerja

Shift Kerja

Faktor Kimia

Pencahayaan

Masa Kerja

Kebisingan

Penggunaan APD

Lama Jam Kerja

Unit Pekerjaan

Kecelakaan Kerja

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

46

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL dan HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada teori Surry (dalam colling;1990) dan Russel

Ferrel yang menyatakan bahwa faktor utama penyeebab kecelakaan adalah : umur, jenis

kelamin, shift kerja, masa kerja, kebisingan, pencahayaan, faktor kimia, beban kerja,

penggunaan APD, lama jam kerja dan unit pekerjaan. Variabel yang diteliti adalah umur,

masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja. Untuk variabel jenis kelamin tidak diteliti

karena bersifat homogen (semua pekerja berjenis kelamin laki-laki), untuk variabel shift

kerja tidak diteliti karena tidak ada pekerjaan yang menggunakan shift. Untuk Variabel

Beban kerja tidak diteliti karena variabel ini akan diteliti pada variabel unit pekerjaan.

Untuk variabel penggunaan APD tidak diteliti karena semua pekerja menggunakan

APD. Adapun untuk variabel kebisingan, pencahayaan dan faktor kimia tidak diteliti

karena keterbatasan alat penelitian.

Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas

(independen). Variabel bebas terdiri dari umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam

kerja dan kecelakaan kerja ditetapkan sebagai variabel terikat. Hubungan antara

beberapa variabel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

47

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala

1. Kecelakaan

kerja

Kejadian yang tak

terduga dan tidak

diharapkan dimana

dalam peristiwa

tersebut tidak

terdapat unsur

kesengajaan,

terlebih lagi dalam

bentuk

perencanaan

(Suma’mur, 1989).

Kuesionar Wawancara 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

2. Umur Masa yang pernah

dilalui seseorang

sejak tahun

kelahiran sampai

waktu penelitian

(Afriani, 2002).

Kuesioner Wawancara 1. < 29 tahun

2. > 29 tahun

Ordinal

3. Masa kerja Masa yang dilalui

buruh konstruksi

sejak bekerja di

jasa konstruksi PT.

PP (Persero)

sampai terjadinya

Kuesioner Wawancara 1. Baru ; < 6

tahun

2. Sedang ; 6

– 10 tahun

3. Lama ; >

10 tahun

Ordinal

Umur

Masa Kerja

Unit Pekerjaan

Lama Jam Kerja

Kecelakaan Kerja

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

48

No

. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala

kecelakaan

4. Unit

Pekerjaan

Bagian/tempat

buruh konstruksi

bekerja.

Kuesioner Wawancara 1. Struktur

2. Arsitektur

3. Mekanikal/

elektrikal

Ordinal

5. Lama jam

kerja

Lamanya waktu

yang dipergunakan

buruh konstruksi

untuk bekerja dan

tidak termasuk

waktu istirahat.

Kuesioner Wawancara 1. > 8

Jam/hari

2. < 8

Jam/hari

Ordinal

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur pekerja dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi

di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun

2010.

3. Ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

49

4. Ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan tahun 2010.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

50

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan

desain cross sectional (potong lintang) karena pada penelitian ini variable

independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember tahun 2010 di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah buruh konstruksi PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen Kemang Jakarta Selatan yang masih aktif bekerja yang berjumlah 96

orang. Sedangkan sampel yang diambil menggunakan simple random sampling dan

mengambil sampel sebanyak 60 buruh konstruksi yang mewakili populasi dengan

menggunakan uji beda proporsi dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n : 27

P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}

P1 : 0,69 (Proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dengan masa

kerja ≥ 5 tahun)

P2 : 0,26 (Proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dengan masa

kerja < 5 tahun)

n = [ Z1-/2 2 P (1-P) + Z1- P1 (1-P1) + P2 (1-P2) ]2

(P1-P2)2

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

51

Z2

1-/2 : Derajat kemaknaan pada uji dua sisi (two tail), = 5%

Z1- : Kekuatan uji 90%

Berdasarkan perhitungan uji statistik diatas, diperoleh jumlah sampel sebanyak

27 responden dikalikan 2 menjadi 54 responden. Untuk menghindari terjadinya

missing jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 6 dari jumlah sampel

tersebut, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebesar 60 orang

4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara menanyakan langsung pada

pekerja PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan dengan

menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Untuk pengumpulan data sekunder

diperoleh dengan menggunakan profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan

data pendukung lainnya. Adapun penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel

beserta instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

4.4.1 Data Kecelakaan Kerja, Umur, Unit Pekerjaan, Masa Kerja dan Lama

Jam Kerja

Data kecelakaan, umur, unit pekerjaan, masa kerja, dan lama jam kerja

diperoleh melalui wawancara kepada pekerja dengan menggunakan instrumen

berupa kuesioner.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

52

4.5. Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk

memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.

2. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti

kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap

jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan klasifikasi.

4. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut

tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah

dan dianalisis.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

53

4.6. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase

dari setiap variabel independen dan dependen yang dikehendaki dari tabel

distribusi.

2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen dengan melakukan uji Chi Square. Persamaan Chi

Square:

(O - E)2

X2 =

E

Keterangan :

X2 = Chi Square

O = Efek yang diamati

E = Efek yang diharapkan

Metode (analisis) ini untuk mendapatkan probabilitas kejadiannya. Jika P

value ≥ 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan

antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

54

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan

PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan

Akta No 48 dari 26 Agustus 1953. Pada saat itu didirikan, PT PP (Persero) telah

dipercaya untuk membangun rumah bagi para petugas PT Semen Gresik Tbk, anak

perusahaan dari BAPINDO di Gresik. Dalam rangka memenuhi Peraturan Pemerintah

Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan berubah

menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39

tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah dan menjadi PT Pembangunan

Perumahan (Persero), yang disahkan melalui Akta No 78 tanggal 15 Maret 1973.

Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi. Selama lebih dari lima dekade, PT PP (Persero)

telah menjadi pemain kunci dalam usaha konstruksi nasional. Beberapa mega proyek

telah dibangun di masa itu. Kemudian, mulai tahun 1991, usaha PT PP (Persero)

diversifikasi, termasuk sewa ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan bisnis

perumahan di daerah Cibubur, dan juga pendirian beberapa anak perusahaan melalui

kemitraan dengan perusahaan asing, antara lain PT PP Taisei Indonesia Konstruksi dan

PT Mitracipta Polasarana.

Seiring dengan meningkatnya kepercayaan, PT PP (Persero) menerima tugas untuk

membangun proyek-proyek besar yang berkaitan dengan kompensasi perang Pemerintah

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

55

Jepang yang dibayarkan kepada Republik Indonesia, yaitu: - Hotel Indonesia, Bali

Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel, Samudera Beach Hotel, gedung Fakulatas

Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta dan salah satunya adalah Proyek tiffani

apartemen kemang jakarta selatan yang sedang berlangsung. Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan berada di Jl. Antasari, Kemang Jakarta-Selatan, proyek dimulai

pada bulan April 2010. Proyek ini mempunyai 46 lantai.

5.1.1 Visi dan Misi PT. PP (Persero)

Visi PT. PP (Persero) adalah Untuk menjadi pemimpin dalam industri

konstruksi dengan memberikan keunggulan nilai tambah kepada para pemangku

kepentingan. Misi PT. PP (Persero) adalah Menyediakan jasa konstruksi untuk seluruh

masyarakat Indonesia yang akan memberikan nilai tambah kepada semua stakeholder,

Didukung oleh Sehat Struktur Keuangan, Efisien, Inovatif, Global Visi dan makmur

juga memiliki karyawan.

5.1.2 Kebijakan Perusahaan

Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam usaha Jasa Konstruksi, PT PP

(PERSERO) menetapkan kebijakan dibidang Kualitas, Keselamatan & Kesehatan

Kerja (K3) dan Lingkungan yang berlaku bagi Unit Kantor Pusat, Divisi Operasi

(DVO), Cabang dan Proyek.

1. Quality Policy

Peduli keinginan dan kepuasan pelanggan

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

56

Peningkatan Kualitas yang berkesinambungan

Pendekatan Rekayasa Teknik maupun Bisnis

Pemanfaatan Teknologi Mutakhir

Profesionalisme SDM yang berwawasan Global

2. Safety, Health and Environmental Policy

Mengurangi kehilangan waktu kerja (Lost Time) dan menurunkan

angka kecelakaan di Proyek

Melakukan perbaikan yang berkesinambungan terhadap

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Pengelolaan Lingkungan dengan

melibatkan pihak terkait

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat dan mempertimbangkan

Dampak Lingkungan dalam setiap kegiatan kerja

Penerapan Sistem Manajemen K3L selalu mengikuti peraturan-

peraturan yang berlaku

5.1.3 Karakteristik SMK3 dan Mutu PT. PP (Persero)

Pada tanggal 12 Juni 2006, PT PP (PERSERO) telah memperoleh sertifikat

Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:1999. Dan diikuti dengan diperolehnya Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:1999 pada tanggal 1 Agustus 2006.

5.1.4 Sumber Daya Manusia

Pada akhir 2007, PT PP (Persero) memiliki 391 karyawan tetap, didistribusikan

di Kantor Pusat, operasional Divisi, Cabang dan Proyek. Jumlah dana untuk

pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia pada tahun 2007 adalah Rp 2.38

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

57

miliar yang mewakili 8,03% dari total biaya yang berkaitan dengan Sumber Daya

Manusia. PT PP (Persero) menerapkan kebijakan kesempatan yang sama dan

mempromosikan berdasarkan prestasi, tanpa merujuk pada etnis, agama, ras, usia dan

jenis kelamin.

5.1.5 General Contractor

PT. Pembangunan Perumahan (Persero) adalah berurusan dengan Jasa

Konstruksi Umum sebagai bisnis inti yang meliputi: High-Rise Bangunan Jalan dan

Jembatan Bendungan dan irigasi Hydro Electric, dan Coal Fired Power Plants, dan

konstruksi-konstruksi lainnya. Mereka tidak hanya mempunyai nilai yang besar

kepada masyarakat tetapi juga monumental, dan tanda bagi bangsa, seperti: Indonesia

Hotel, Bali Beach Hotel, Cirata Hydro Electric Power Plant, Saguling Hydroelectric

Power Plant, PLTU Suralaya, Tambak Lorok PLTU, Bendungan Wonorejo, Jalan Tol

Padalarang, dan super jembatan Batam - Tonton Kabel Tinggal Bridge, dan banyak

lainnya.

5.1.6 Pengembangan

Pengembangan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) adalah mengatur

bisnis, terutama dalam mengelola dan menjual bangunan tinggi, berkaitan dengan

usaha Real Estate/pengembang (REI anggota No 00,400) dan mengatur bisnis properti,

terutama dalam mengelola dan menyewa tinggi bangunan bertingkat di Jakarta oleh

anak perusahaan.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

58

5.1.7 Investor

Investasi PT. PP (Persero) telah berpartisipasi dalam pembangunan nasional di

bidang infrastruktur, antara lain dengan membentuk anak perusahaan PT CITRA

WASPPUTOWA untuk melaksanakan pembangunan Depok - Antasari Toll Road dari

22,8 km panjang. Pada ukuran yang lebih kecil PT. PP juga mengembangkan pusat

perbelanjaan, mal dll

5.1.8 Penunjang

PT PP (Persero) tidak memiliki anak perusahaan, tetapi memiliki investasi

dalam bentuk kepemilikan saham dari beberapa perusahaan asosiasi. Tujuan dari

investasi langsung ini adalah untuk mengembangkan usaha dalam bidang yang

berkaitan dengan jasa konstruksi dan diharapkan untuk menghasilkan kontrak kerja

konstruksi untuk Perusahaan.

5.1.9 Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O (Safety, Health and Environmental

Officer) dan SS (Safety Supervisor) PT. PP (Persero)

1. Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O :

a. Menyusun perencanaan K3 dan Safety Plan.

b. Membuat Program Kerja dan Rencana Anggaran Biaya K3 sesuai

kebutuhan / kondisi proyek masing-masing.

c. Melengkapi data-data, peraturan K3 dikawasan setempat atau

peraturan lainnya yang terkait, Buku Prosedur dan Buku Saku K3 yang

ditempatkan diproyeknya.

d. Melakukan Safety Induction bagi seluruh pekerja baru dan Tamu.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

59

e. Melaksanakan Safety Talk, Inspeksi K3 dan Safety Patrol.

f. Melakukan rapat koordinasi K3 (Safety Meeting) dengan intern PP

maupun dengan Subkontraktor dan Mandor.

g. Menyusun kebutuhan Training K3 untuk personil diproyeknya.

h. Membuat Laporan Kecelakaan, Observasi dan Penyelesaian atas setiap

kecelakaan yang terjadi baik itu kecelakaan ringan, berat maupun

meninggal.

i. Membuat Laporan Bulanan & Lampirannya dan dikirim ke ASOP II

dikantor Cabang III.

j. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan bagi seluruh pekerja yang

dilaksanakan oleh JAMSOSTEK, (koordinasi dengan SAM).

k. Memastikan bahwa fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K) tersedia dan lengkap.

l. Memonitor secara rutin kondisi Alat Pemadam Kebakaran (APAR)

dan memastikan bahwa Alat Pemadam Kebakaran dalam keadaan siap

dan layak difungsikan.

m. Membuat data dan tanda pengenal untuk seluruh pekerja yang ada

dilingkungan proyek.

n. Mengkoordinir seluruh Safety Supervisor dan Pelaksana Housekeeping

dari PP, maupun dari Subkontraktor dan Mandor didalam pelaksanaan

seluruh kegiatan pekerjaan.

o. Melakukan deteksi, analisa dan evaluasi untuk menghilangkan

penyimpangan K3 serta meningkatkan mutu pelaksanaan K3

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

60

p. Memastikan pelaksanaan Housekeeping diproyek berjalan lancar.

q. Mengikuti Audit K3 dan menindak lanjuti hasil dari Audit tersebut.

2. Tugas dan Tanggung Jawab SS :

a. Melakukan Patroli untuk memonitor, mengawasi kegiatan pekerjaan

dilapangan dan mengarahkan serta memberikan petunjuk-petunjuk

kepada seluruh pekerja supaya dapat bekerja dengan aman.

b. Melakukan tindakan pencegahan secara langsung dilapangan apabila

melihat suatu tindakan atau pekerjaan yang dilakukan berpotensi

bahaya dan tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan K3.

c. Memonitor dan melakukan perbaikan seluruh sarana K3 bila ada yang

lepas / rusak, seperti Rambu K3, Railing dan lainnya. (Pelaksanaan

bersama tim lapangan).

d. Melaporkan seluruh hasil Safety Patrol kepada Safety & Health

Officer dan memberikan masukan-masukan segala sesuatu yang

berkaitan dengan kejadian-kejadian dilapangan.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun

2010.

Data kecelakaan kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner

kepada responden. Hasil penelitian ini menggambarkan kecelakaan kerja pada

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

61

buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.1

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.

No Kecelakaan Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 21 35%

2 Tidak 39 65%

Jumlah 60 100%

Data diatas menggambarkan tentang kecelakaan kerja pada buruh konstruksi

di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang 2010. Sebanyak 21 buruh

konstruksi (35%) mengalami kecelakaan kerja dan 39 buruh konstruksi (65%)

lainnya tidak mengalami kecelakaan kerja.

5.2.2 Gambaran Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek

Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.

Data umur didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

responden. Hasil penelitian ini menggambarkan umur pada buruh konstruksi di PT.

PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih jelas

dapat dilihat pada table 5.2

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

62

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek

Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 < 29 tahun 32 53,3%

2 > 29 tahun 28 46,7%

Jumlah 60 100%

Dari data diatas diketahui bahwa buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun

sebanyak 32 orang (53,3%), sedangkan buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun

sebanyak 28 orang (46,7%).

5.2.3 Gambaran Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)

Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.

Data masa kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

responden. Hasil penelitian ini menggambarkan masa kerja pada buruh konstruksi

di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih

jelas dapat dilihat pada table 5.3

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

63

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)

Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.

No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Baru ; < 6 tahun 30 50%

2 Sedang ; 6-10 tahun 10 16,7%

3 Lama ; > 10 tahun 20 33,3%

Jumlah 60 100%

Masa kerja buruh konstruksi yang < 6 tahun sebanyak 30 orang (50%), masa

kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun sebanyak 10 orang (16,7%)

dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun sebanyak 20 orang (33,3%).

5.2.4 Gambaran Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)

Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.

Data unit pekerjaan didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

responden. Hasil penelitian ini menggambarkan unit pekerjaan pada buruh

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan,

untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.4

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

64

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)

Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.

No Unit Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Struktur 23 38,3%

2 Arsitektur 21 35%

3 Mekanikal/elektrikal 16 26,7%

Jumlah 60 100%

Data diatas menggambarkan tentang unit pekerjaan pada buruh konstruksi di

PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 yang

bervariasi. Buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur sebanyak 23 orang

(38,3%), yang bekerja di unit arsitektur sebanyak 21 orang (35%) dan yang bekerja

si unit mekanikal/elektrikal sebanyak 16 orang (26,7%).

5.2.5 Gambaran Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP

(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun

2010.

Data lama jam kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

responden. Hasil penelitian ini menggambarkan lama jam kerja pada buruh

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

65

konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan,

untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.5

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)

Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.

No Lama Jam Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak normal ; > 8 jam/hari 32 53,3%

2 Normal ; < 8 jam/hari 28 46,7%

Jumlah 60 100%

Data diatas menggambarkan sebanyak 32 buruh konstruksi bekerja > 8

jam/hari (53,3%), sedangkan 28 buruh konstruksi lainnya bekerja < 8 jam/hari (46,7%)

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan Tahun 2010.

Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara umur dengan kecelakaan

kerja dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

66

Tabel 5.6

Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi

di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun

2010.

Umur

Kecelakaan Total Pvalue

OR Ya Tidak

N %

N % N %

< 29 tahun 17 53,1 15 46,9 32 100

0,003 6,8

> 29 tahun 4 14,3 24 85,7 28 100

Total 21 35 39 65 60 100

Data diatas menunjukkan bahwa dari 32 buruh konstruksi yang berumur < 29

tahun sebanyak 17 orang (53,1%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan

28 buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun sebanyak 4 orang (14,3%) yang

mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar

0,003. Artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur

terhadap kecelakaan kerja dan nilai OR sebesar 6,8 yang artinya adalah buruh

konstruksi yang berumur < 29 tahun memiliki resiko kecelakaan 6,8 kali lebih

besar dari buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun.

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

67

5.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan Tahun 2010.

Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan masa kerja dengan kecelakaan

kerja dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut:

Tabel 5.7

Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan Tahun 2010.

Masa Kerja

Kecelakaan Total Pvalue

Ya Tidak

N %

N % N %

Baru ; < 6 tahun 16 53,3 14 46,7 30 100

0,007

Sedang ; 6-10 tahun 7 30 7 70 10 100

Lama ; > 10 tahun 2 10 18 90 20 100

Total 21 35 39 65 60 100

Data diatas menunjukkan bahwa dari 30 buruh konstruksi yang masa

kerjanya baru ; < 6 tahun sebanyak 16 orang (53,3%) yang mengalami kecelakaan

kerja. Dari 10 buruh konstruksi yang masa kerjanya sedang ; 6-10 tahun sebanyak

3 orang (30%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan dari 20 buruh

konstruksi yang masa kerjanya lama ; > 10 tahun sebanyak 2 orang (10%) yang

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

68

mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistic, didapatkan P value sebesar

0,007. Artinya adalah pada α 5 % ada hubungan yang bermakna antara masa kerja

dengan kecelakaan kerja.

5.3.3 Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada

Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.

Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang

Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan

kerja dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut:

Tabel 5.8

Tabulasi Silang Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan Tahun 2010.

Unit Pekerjaan

Kecelakaan Total Pvalue

Ya Tidak

N %

N % N %

Struktur 10 43,5 13 56,5 23 100

0,483

Arsitektur 7 33,3 14 66,7 21 100

Mekanikal/Elektrikal 4 25 12 75 16 100

Total 21 35 39 65 60 100

Data diatas menunjukkan bahwa dari 23 buruh konstruksi yang bekerja di

unit struktur sebanyak 10 orang (43,5%) yang mengalami kecelakaan kerja. Dari

21 buruh konstruksi yang bekerja di unit arsitektur sebanyak 7 orang (33,3%) yang

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

69

mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan 16 buruh konstruksi yang bekerja di unit

mekanikan/elektrikal sebanyak 4 orang (25%) yang mengalami kecelakaan kerja.

Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar 0,483, artinya pada α = 5%

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara unit pekerjaan dengan

kecelakaan kerja.

5.3.4 Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada

Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.

Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen

Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara lama jam kerja dengan

kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut:

Tabel 5.9

Tabulasi Silang Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan Tahun 2010.

Lama Jam Kerja

Kecelakaan Total Pvalue

OR Ya Tidak

N %

N % N %

Tidak Normal ; > 8 jam/hari 19 59,4 13 40,6 32 100

0,000 19

Normal ; < 8 jam/hari 2 7,1 26 92,9 28 100

Total 21 35 39 65 60 100

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

70

Data diatas menunjukkan bahwa dari 32 buruh konstruksi yang bekerja > 8

jam/hari sebanyak 19 orang (59,4%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan

28 buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari sebanyak 2 orang (7,1%) yang

mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar

0,000. Artinya adalah pada α 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

lama jam kerja dengan kecelakaan kerja dan dengan nilai OR sebesar 19 yang

artinya adalah buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari memiliki resiko

kecelakaan 19 kali lebih besar dibandingkan buruh konstruksi yang bekerja < 8

jam/hari.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

71

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan menggunakan desain

penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias berupa tidak dapat

menentukan hubungan sebab akibat.

2. Kerangka konsep pada penelitian ini hanya menghubungkan faktor-faktor yang

diperkirakan mempunyai hubungan dengan variabel dependen, sehingga masih

ada kemungkinan variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep

karena tidak sesuai dengan kriteria penelitian.

3. Kesibukan responden pada saat bekerja menyebabkan responden agak lambat

dalam pengisian kuesioner.

4. Penelitian ini tidak melihat seberapa kuat hubungan antara variabel yang diteliti.

5. Hasil dari pengukuran variable unit pekerjaan hanya terkumpul di unit struktur.

6.2 Gambaran Kecelakaan Kerja, Umur, Masa Kerja, Unit Pekerjaan dan Lama

Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi.

Kecelakaan kerja menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tak terduga dan

tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan,

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

72

terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3

Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang

timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau

wajar dilalui. (Bab I pasal 1 butir 6 ).

Berdasarkan hasil penelitian, buruh konstruksi yang pernah mengalami kecelakaan

kerja (35%) lebih sedikit daripada buruh konstruksi yang tidak mengalami (65%)

kecelakaan kerja, buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun (53,3%) lebih banyak dari

buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun (46,7%), masa kerja buruh konstruksi yang <

6 tahun (50%) lebih banyak dari masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10

tahun (16,7%) dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun (33,3%), buruh

konstruksi yang bekerja di unit struktur (38,3%) lebih banyak dari buruh konstruksi yang

bekerja di unit arsitektur (35%) dan unit mekanikal/elektrikal (26,7%) dan buruh

konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari (53,3%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh

konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari (46,7%)

6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja

6.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja

Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian

kecelakaan kerja. Dessler (1998) dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa

kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

73

akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir 60 tahun dan 70 tahun. ILO

(1989) dalam Arifin (2004) menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung

lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih

kurang dalam pengalaman kerja.

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur

dengan kecelakaan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Romi (2005) bahwa terdapat hubungan antara umur dengan

kejadian kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Sama

halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa

terdapat hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca

Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang (Pvalue : 0,044). Jika dilihat dari hasil uji

statistik, diketahui nilai OR=6,8 yang artinya adalah buruh konstruksi yang

berumur < 29 tahun memiliki resiko kecelakaan 6,8 kali lebih besar dari buruh

konstruksi yang berumur > 29 tahun. Semakin muda umur seseorang dalam

bekerja akan mempengaruhi resiko kecelakaan kerja, karena buruh konstruksi yang

berumur muda hanya mempunyai pengalaman kerja yang sedikit. Pada penelitian

ini, buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun dan mengalami kecelakaan kerja

(53,1%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh konstruksi yang berumur > 29

tahun dan mengalami kecelakaan kerja (14,3 %). Hal ini mungkin disebabkan

karena beban pekerjaan proyek yang besar hingga proyek membutuhkan buruh

konstruksi yang relatif muda (< 29 tahun).

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

74

Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada

buruh konstruksi yang berumur muda untuk menghindari terjadinya kecelakaan

kerja dan meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan

secara berkala. Menurut Siluka yang dikutip oleh Helliyanti (2009), tujuan dari

pelatiahan secara umum adalah meningkatkan produktivitas, mutu, ketepatan

dalam perencanaan sumber daya manusia, semangat kerja, menunjang

pertumbuhan pribadi dan menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.

6.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja

Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah

baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang

bersangkutan (Suma’mur 1989).

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.007 (< 0,05)

hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan

kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi. Hal yang sama telah

dikemukakan oleh Kadarwati (2006) didalam penelitiannya bahwa terdapat

hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata

PT. Luxindo Nusantara Semarang (Pvalue : 0,012). Dari hasil penelitan didapatkan

bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja dan masa kerjanya < 6

tahun (53,3%) lebih banyak dari masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara

6-10 tahun (30%) dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun (10%). Jika

masa kerja dihubungkan dengan umur buruh konstruksi maka akan ditemukan

hubungan yang cukup signifikan antara kedua variabel tersebut, karena buruh

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

75

konstruksi yang berumur < 29 tahun memiliki masa kerja baru. Dari tabel 5.8 bisa

diketahui bahwa masih ditemukannya kecelakaan kerja pada buruh konstruksi

yang masa kerjanya berada diantara 6-10 tahun dan > 10 tahun, hal ini mungkin

disebabkan oleh beban kerja yang dipikul besar sehingga mempengaruhi kinerja

buruh konstruksi tersebut dan hasil akhirnya adalah kecelakaan kerja.

Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada

buruh konstruksi yang masa kerjanya baru untuk menambah wawasan tentang K3

agar dapat terhindar dari kecelakaan kerja. Setelah itu, meningkatkan frekuensi

pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan secara berkala. Menurut Siluka yang

dikutip oleh Helliyanti (2009), tujuan dari pelatiahan secara umum adalah

meningkatkan produktivitas, mutu, ketepatan dalam perencanaan sumber daya

manusia, semangat kerja, menunjang pertumbuhan pribadi dan menjaga kesehatan

dan keselamatan kerja.

6.3.3 Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja

Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai

kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh

p value sebesar 0,483 (> 0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi.

Dari hasil penelitan di atas didapatkan bahwa buruh konstruksi yang mengalami

kecelakaan kerja di unit struktur (43,5%) lebih banyak dari buruh konstruksi yang

mengalami kecelakaan kerja di unit arsitektur (33,3%) dan di unit

mekanikal/elektrikal (25%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Romi (2005) bahwa terdapat hubungan antara tempat dengan

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

76

kejadian kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang (Pvalue

0,02) dan peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja (Pvalue : 0,014)

di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber). Hal ini mungkin disebabkan

karena proyek sudah berjalan selama 8 bulan, semakin lama proyek tersebut

berjalan maka semakin sedikit angka kecelakaan karena mungkin pada tahap ini

beban kerja yang dipikul oleh buruh konstruksi lebih kecil dibandingkan pada

tahap awal.

Tetapi menurut tabel 5.9, unit struktur lebih banyak mengalami kecelakaan

kerja dibandingkan unit pekerjaan yang lain. Hal ini disebabkan karena beban

kerja pada unit struktur lebih besar dibandingkan unit pekerjaan lainnya. Misalnya

mengangkat batu, mengaduk semen dan lain-lain.

6.3.4 Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (1989), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam

seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10 jam

sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja

dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan meningkatnya angka sakit

dan kecelakaan.

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,000 (< 0,05)

hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara lama

jam kerja dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi. Dari hasil

penelitan di atas didapatkan bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

77

kerja dan bekerja > 8 jam/hari (59,4%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh

konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari (7,1%) dan didapatkan juga nilai OR=19

yang artinya adalah buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari memiliki resiko

kecelakaan 19 kali lebih besar dibandingkan buruh konstruksi yang bekerja < 8

jam/hari. Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil pada jam 6 – 7 jam pertama di

hari kerja. Akan tetapi pada jam-jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan

lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja sudah

melampaui tingkat kelelahan yang tinggi yang dapat menyebabkan kecelakaan

kerja.

Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja sebaiknya buruh

konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal diberikan waktu istirahat yang

cukup dan pihak perusahaan membuat shift kerja untuk mensubtitusi buruh

konstruksi yang bekerja lebih dari 8 jam/harinya. Selain itu, buruh konstruksi yang

bekerja > 8 jam/hari harus lebih berhati-hati ketika waktu kerja sudah berganti

menjadi malam dan harus mempersiapkan fisik yang kuat.

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

78

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja adalah sebesar

21 orang (35%) dan buruh konstruksi yang tidak mengalami kecelakaan kerja

sebesar 39 orang (65%)

2. Gambaran buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun adalah sebesar 32 orang

(53,3%) dan buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun sebesar 28 orang

(46,7%).

3. Gambaran masa kerja buruh konstruksi yang < 6 tahun adalah sebesar 30 orang

(50%), gambaran masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun

adalah sebesar 10 orang (16,7%) dan gambaran masa kerja buruh konstruksi

yang > 10 tahun adalah sebesar 20 orang (33,3%).

4. Gambaran buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur adalah sebesar 23

orang (38,3%), gambaran buruh konstruksi yang bekerja di unit arsitektur

adalah sebesar 21 orang (35%) dan gambaran buruh konstruksi yang bekerja di

unit mekanikal/elektrikal adalah sebesar 16 orang (26,7%).

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

79

5. Gambaran buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari adalah sebesar 32 orang

(53,3%) dan buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari sebesar 28 orang

(46,7%).

6. Terdapat hubungan antara umur tehadap kecelakaan kerja dengan Pvalue

sebesar 0,003 dan OR=6,8. Terdapat hubungan antara masa kerja terhadap

kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,007. Terdapat hubungan antara lama

jam kerja terhadapa kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,000 dan OR=19.

7. Tidak ada hubungan antara unit pekerjaan terhadap kecelakaan kerja dengan

Pvalue sebesar 0,483.

7.2 Saran

1. Buruh Konstruksi

Sebaiknya buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari harus lebih berhati-hati

ketika waktu kerja sudah berganti menjadi malam dan harus mempersiapkan fisik

yang kuat.

2. Perusahaan (PT. PP Persero)

1. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi

yang berumur muda untuk menambah pengetahuan agar terhindar dari

terjadinya kecelakaan kerja.

2. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk

buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal.

3. Sebaiknya pihak perusahaan membuat shift kerja untuk mensubtitusi buruh

konstruksi yang bekerja lebih dari 8 jam/harinya.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

80

4. Perlu diberikan reward kepada buruh konstruksi yang mentaati peraturan dan

punishment kepada buruh konstruksi yang tidak mentaati peraturan kerja

khususnya peraturan K3. Selain itu, perlu ditingkatkannya pengawasaan

(safety patrol) kepada buruh konstruksi yang sedang bekerja.

3. Pemerintahan

Sebaiknya pihak pemerintah pusat dan daerah yang terkait melakukan kontrol

dan evaluasi terhadap implementasi K3.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

81

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Odri. Analisis faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja. Thesis S2 Fakultas

Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2003.

Arifin, Syamsul dkk. Hubungan menstruasi dan Kecelakaan Kerja pada PT. tahun 2004.

(PKM Penelitian) Program Kreativitas Mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan

Kerja Universitas Indonesia. 2005.

Arifin, Zainal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Bukaka

Teknik. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2005.

Aryono, Mufid. 2009, 54.398 kasus kecelakaan kerja terjadi di Indonesia.

http://www.solopos.com/2010/channel/nasional/2009-54398-kasus-kecelakaan-

kerja-terjadi-di-indonesia-11664 (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.24).

Bataviase. Kecelakaan Kerja di DKI Tinggi. http://bataviase.co.id/node/127907 (diakses

tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.17).

Benny L. Priatna dan Umar Fahmi Achmadi. 1991. Pencegahan Kecelakaan Kerja pada

Sektor Informal. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Colling, David A. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall Inc,

1990.

Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

bulan April-September 2010.

Departemen Tenaga Kerja RI mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor 03

/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

Departemen Tenaga Kerja RI mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor

Kep 51/Men/1999 tentang nilai ambang batas iklim kerja Indeks Suhu Basah dan

Suhu Bola (ISSB) yang diperkenankan.

Depkes RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan dan Keputusan Direktur Jendral

PPM&PLP Tentag Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta : Depkes

RI.

Depnaker. 1996. Permenaker No. 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen

Keselamatan Kerja. Jakarta.

Depnaker. 2004. Training Material Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bidang

Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

82

Djunaedi, Zulkifli. Analisis kecelakaan kerja pada proyek penambangan batubara admo

PT. Saptaindra Sejati berdasarkan laporan kecelakaan tahun 2006 – 2008.

Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyrakat, UI Depok, 2009.

Effendy, Aspan. Usaha-usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. http://aspan-

kuteng.blogspot.com/ (diakses tanggal 21 Januari 2011 pukul 21.26).

Husna , Rofaul. Analisis tingkat risiko pada pengoperasian ketel uap di PLTU unit 3-4

UBP Priok Tahun 2009. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

UIN Jakarta, 2009.

ILO., 1989. Pencegahan Kecelakaan. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Jawawi, Iskandar. Beberapa Factor Resiko Yang Berhubungan Dengan Tingkat

Kecelakaan Kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber). Skripsi S1

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP, 2008

Kadarwati, Rini .dkk. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara

Semarang. Penelitian Mahasiswa dan Staf Pengajar FKM UNIMUS. Juni 2005-

Juni 2006.

Katia. Analisis Kecelakaan Kerja Pada Proyek Penambangan BatuBara ADMO PT.

Saptaindra Sejati Berdasarkan Laporan Kecelakaan Tahun 2006-2005. Skripsi

S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2009

Koesyanto, Herry dan Tunggul, Eram P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium

Kesehatan & Keselamatan Kerja, Semarang: UPT UNNES Press.

Litbang KOMPAS. Klaim Kecelakaan Kerja Terbanyak. Selasa, 4 November 2008.

http://www.kompas.co.id./index.klaim?act=detil&idb. (Diakses Tgl 30-12-2008

Pkl. 14.00 pukul 14.56).

Majalah KATIGA (Bisnis, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja), Edisi 31 Tahun 2008.

Jamsostek : Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

Manuaba, A. Ergonomi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Wygnyosoebroto S. &

Wiranto, SE. Eds. Proceeing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya.

Surabaya, 2000.

Mayulu, Erwan. Jamsostek Lakukan Analisa, Tingginya Musibah: Tiap Hari 7 Tewas,

Puluhan Ribu Pekerja Alami Kecelakaan.

http://www.progresifjaya.com/NewsPage.php?judul=Jamsostek%20Lakukan%20

Analisa,%20Tingginya%20Musibah:%20Tiap%20Hari%207%20Tewas,%20Pul

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

83

uhan%20Ribu%20%20Pekerja%20Alami%20Kecelakaan&kategori_tulisan=Hea

dline (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 19.55)

_____________. Kecelakaan dan Kematian Akibat Kerja Tinggi, Dimana Tanggung

Jawabmu Jamsostek ?.

http://www.progresifjaya.com/NewsPage.php?kategori_tulisan=Headline&judul

=Kecelakaan%20dan%20Kematian%20Akibat%20Kerja%20Tinggi,%20Dimana

%20Tanggung%20Jawabmu%20Jamsostek? (diakses tanggal 20 Januari 2011

pukul 20.38)

Mila, Siti Muslikatul. Hubungan antara masa kerja, pemakaian alat pelindung

pernafasan (masker) pada tenaga kerja bagian pengamplasan dengan kapasitas

fungsi paru PT. Accent House Pecangaan Jepara. Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Keolahragaan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri

Semarang, 2006

Munandar, A.S. Stress dan Keselamatan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi.

Penerbit Universitas Indonesia, 2001.

NIOSH. Occupational Exposure to Hot Environments. U.S. Departement of Health and

Human Services, Public Health Service, Center for Disease Control. Revised

Criteria 1986.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Prinsip–Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat, Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Ramli, Soehatman. Keselamatan Konstruksi. Ulang Tahun ke-3 Milis Migas Indonesia

25 Agustus. 2003

Romi. Kajian Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT.

Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan

Masyarakat, UI Depok, 2005.

Saehu, Syaiful. Konsep Kecelakaan Kerja.

http://syaifulsaehu.blogspot.com/2009/08/konsep-kecelakaan-kerja.html (diakses

tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.20)

Santoso, Gempur. 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta:

Prestasi Pustaka. OSHA (Ocupational Safey and Health Administration).

Sari, Helinda. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan terhadap Kecelakaan

yang Terjadi di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang. Skripsi FKM UI, Depok.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

84

Silastuti, Ambar. Hubungan antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga Kerja di

Bagian Penjahitan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia. Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNS Semarang 2006.

Sukamto. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada seismic

survey di unit geodata acguisitian PT. Elnusa Geosains tahun 2001-2003.

Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2004.

Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji Masagung.

Jakarta

________. 1996. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Gunung

Agung.

Vanani, Nurul Sawitri. Gambaran Tekanan Panas Dan Keluhan Subyektif Pada Pekerja

Di Bagian Curing PT Multistrada Arah Sarana, Tbk Tahun 2008. Skripsi

S1Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok, 2008

Warta Ekonomi. K3 Masih Dianggap Remeh. 2 Juni 2006. Jakarta

Yanri, Zulmiar. Sistem Manejemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3),

Membangun Budaya K3, Implementasi Dan Evaluasi. Kepala Pusat Keselamatan

Kerja dan HIPERKES DEPNAKERTRANS. Jakarta, 2006.

Zubaedah, Siti. Evaluasi Implementasi Program Observasi Keselamatan di Service

Departement PT. Trakindo Utama (PTTU) Cabang Jakarta Tahun 2009. Skripsi

S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2009

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

Lampiran 1

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek

Tiffani Apartemen Jakarta Selatan pada bulan Mei-September 2010. Hasil penelitian ini

merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk

mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap.

Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan

Bapak/Ibu/Saudara. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju

untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Wassallamu’alaikum Wr. Wb,

Jakarta, November 2010

Peneliti Responden

(Fristiyan Ahmad Dauly)

(....................................)

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda.

2. Beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda.

3. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan.

Diisi oleh responden/pekerja

UMUR

1 Pada tanggal, bulan dan tahun berapa anda lahir ?

A1 ( )

KECELAKAAN KERJA

2 Apakah anda pernah mengalami kecelakaan kerja dalam rentang waktu

bulan Mei-September 2010 di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani

Apartemen ?

1. Ya

2. Tidak

B1 ( )

MASA KERJA

3 Sejak kapan anda bekerja sebagai buruh konstruksi ?

C1 ( )

4 Apakah sebelumnya anda juga bekerja sebagai buruh konstruksi ?

1. Ya

2. Tidak

Jika ya, lanjut ke pertanyaan no.4, jika tidak langsung ke no.5

C2 ( )

5 Sejak kapan anda bekerja di tempat sebelumnya? C3 ( )

6 Jika tidak, anda dulu bekerja sebagai

-…………………

-…………………

-…………………

C4 ( )

UNIT PEKERJAAN

7 Saat ini anda bekerja di unit :

1. Struktur pada subunit …………………

2. Arsitektur pada subunit …………………

3. Mekanikal/elektrikal pada subunit ………………..

D1 ( )

Tgl…………….bulan………tahun

…………

tahun………

tahun…………

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

LAMA JAM KERJA

8 Berapa jam anda bekerja setiap harinya? E1 ( )

…………jam

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

Lampiran 3 dan 4

ANALISIS UNIVARIAT

Kecelakaan Kerja

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 21 35.0 35.0 35.0

tidak 39 65.0 65.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid muda 32 53.3 53.3 53.3

tua 28 46.7 46.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Masa Kerja

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid baru 30 50.0 50.0 50.0

Sedang 10 16.7 16.7 66.7

lama 20 33.3 33.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Unit Pekerjaan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid struktur 23 38.3 38.3 38.3

arsitektur 21 35.0 35.0 73.3

mekanikal/elektrikal 16 26.7 26.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

Lama Jam Kerja

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak normal 32 53.3 53.3 53.3

normal 28 46.7 46.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

ANALISIS BIVARIAT

Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Umur

Crosstab

kecelakaan

kerja Total

ya tidak

umur klompok muda Count 17 15 32

% within umur klompok 53.1%

46.9

% 100.0%

tua Count 4 24 28

% within umur klompok 14.3%

85.7

% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within umur klompok 35.0%

65.0

% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 9.902(b) 1 .002

Continuity Correction(a) 8.268 1 .004

Likelihood Ratio 10.491 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear

Association 9.737 1 .002

N of Valid Cases 60

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for umur klompok (muda / tua) 6.800 1.918 24.115

For cohort kecelakaan kerja = ya 3.719 1.418 9.750

For cohort kecelakaan kerja = tidak .547 .367 .815

N of Valid Cases 60

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Masa Kerja

Crosstab

kecelakaan kerja Total

ya tidak

masa kerja

klompok

baru Count 16 14 30

% within masa kerja klompok 53.3% 46.7% 100.0%

sedang Count 3 7 10

% within masa kerja klompok 30.0% 70.0% 100.0%

lama Count 2 18 20

% within masa kerja klompok 10.0% 90.0% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within masa kerja klompok 35.0% 65.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.037(a) 2 .007

Likelihood Ratio 11.018 2 .004

Linear-by-Linear Association 9.859 1 .002

N of Valid Cases 60

a 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.50.

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Unit Pekerjaan

Crosstab

kecelakaan kerja Total

ya tidak

unit pekerjaan struktur Count 10 13 23

% within unit

pekerjaan 43.5% 56.5% 100.0%

arsitektur Count 7 14 21

% within unit

pekerjaan 33.3% 66.7% 100.0%

mekanikal/elektrika

l

Count 4 12 16

% within unit

pekerjaan 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within unit

pekerjaan 35.0% 65.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.456(a) 2 .483

Likelihood Ratio 1.473 2 .479

Linear-by-Linear Association 1.427 1 .232

N of Valid Cases 60

a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN …

Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Lama Jam Kerja

Crosstab

kecelakaan kerja Total

ya tidak

lama jam kerja

kelompok

tidak normal Count 19 13 32

% within lama jam

kerja kelompok 59.4% 40.6% 100.0%

normal Count 2 26 28

% within lama jam

kerja kelompok 7.1% 92.9% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within lama jam

kerja kelompok 35.0% 65.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 17.908(b) 1 .000

Continuity Correction(a) 15.686 1 .000

Likelihood Ratio 20.054 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 17.610 1 .000

N of Valid Cases 60

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for lama jam kerja

kelompok (tidak normal / normal) 19.000 3.829 94.289

For cohort kecelakaan kerja = ya 8.313 2.121 32.579

For cohort kecelakaan kerja = tidak .438 .284 .673

N of Valid Cases 60