20
KONJUNGTIVITIS Oleh : Annita Wasbiru 0810312114 Stevani Irwan 0810312186 Yusnida Rahmawati 0810312105 Preseptor : dr. M. Hidayat, Sp.M dr. Fitratul Ilahi, Sp.M BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session (CSS) yang berjudul Konjungtivitis. CSS ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik

download KONJUNGTIVITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

STANDAR KOMPETENSI DOKTER UMUM = 4Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtivaEpidemiologi Paling sering ditemui.Klasifikasi Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hari Contoh : Konjungtivitis Neonatorum Neonatorum Konjungtivitis Gonorhoe Chemical Konjungtivitis Neonatorum Konjungtivitis Gonorhoe dewasa Konjungtivitis akut Contoh : Konjungtivitis Kataralis Acute/ Bakteri Konjungtivitis Inklusi pada Neonatus Konjungtivitis Inklusi pada Dewasa Konjungtivitis Folikular Akut Pharyngo Conjungtivitis Fever (PCF) Epidemic Kerato Conjungtivitis (EKC) Herpes Simplex Kerato Conjungtivitis Newcastle Conjungtivitis Inclusion Conjungtivitis Other Clamydia Infection (zoonoses) Acute Hemorrhagic Conjungtivitis (ACH) Konjungtivitis kronis Contoh : Konjungtivitis folokularis kronik Trachoma Non Trachoma Konjungtivitis inklusi kronik Konjungtivitis folikular toxic Konjungtivitis virus lain Konjungtivitis bakteri kronik S. Aureus Syphilis TBEtiologi Agen infeksi : virus, bakteri, jamur Imunologi (alergik) Autoimun Iritatif : zat kimia Berhubungan dengan penyakit sistemik IdiopatikPatofisiologiBila konjungtiva terpapar agen infeksi => melakukan perlawanan dengan: Film air mata => unsur berairnya mengencerkan materi infeksi Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan IgA). Mukus => menangkap debris Pompa palpebra => hanyutkan air mata ke duktus air mata.Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian palpebra (terutama pagi hari).Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtivaGejala Klinis Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair. Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris => menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam). Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial. Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti angin, matahari, asap, dll. Fotofobia Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan terkenanya kornea. Eksudasi => ciri semua konjungtiva akut. Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya berlapis-lapis dan amorf (tidak berbentuk). Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya berserabut Bila eksudat mengakibatkan palpebra saling melengket (terutama setelah bangun tidur), kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau klamidia. Secret pada mata : Serosa => akibat virus Mukosa dan purulent => akibat bakteri Pseudoptosis => turunnya palpebra superior karena inflitrasi ke muskulus Muller. Dijumpai pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika. Hip

Citation preview

Page 1: download KONJUNGTIVITIS

            KONJUNGTIVITIS

                                                                        Oleh :                  Annita Wasbiru     0810312114

                                             Stevani Irwan               0810312186                                                  Yusnida Rahmawati     0810312105

                                                                         Preseptor :                                                                   dr. M. Hidayat, Sp.M                                                                   dr. Fitratul Ilahi, Sp.M

                                                   BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA                                      FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS                                                                           PADANG                                                                             2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session (CSS) yang berjudul Konjungtivitis.

CSS ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. M. Hidayat, Sp.M dan dr. FitratulIlahi Sp. M selaku pembimbing, beserta semuapihak yang telah membantu penyusunan CSS ini.

Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap agar CSS ini bisa bermanfaat bagi kita bersama, serta dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman sebagai klinisi yang nantinya dapat diaplikasikan untuk penatalaksanaan pasien dengan lebih baik dan komprehensif.

 Padang, 23 Agustus 2012

Penulis

Page 2: download KONJUNGTIVITIS

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iDaftar Isi iiBAB I Pendahuluan1.1.  Latar Belakang 11.2.  Tujuan 11.3.  Batasan Masalah 21.4.  Metode Penulisan 2BAB II Pembahasan2.1.  Anatomi Konjungtiva 32.2.  Histologi Konjungtiva 52.3.  Fungsi Konjungtiva 52.4.  Definisi Konjungtivitis 62.5.  Epidemiologi Konjungtivitis 62.6.  Etiologi Konjungtivitis 72.7.  Klasifikasi Konjungtivitis 82.8.  Patofisiologi Konjungtivitis 92.9.  Gambaran Klinis Konjungtivitis 92.10.  Macam-macam Konjungtivitis 12

A. Konjungtivitis Bakterial 12B. Konjungtivitis Klamidia 15C. Konjungtivitis Virus 19D. Konjungtivitis Imunologik (Alergi) 25E. K onjungtivitis Kimia atau Iritatif 31

BAB III Penutup 33Daftar Pustaka 34

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPermukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior sklera dibungkus oleh membran mukosa transparan dan tipis yang disebut Konjungtiva. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor – faktor lingkungan lain yang mengganggu. Keadaan ini dapat menyebabkan 

Page 3: download KONJUNGTIVITIS

radang konjungtiva atau Konjungtivitis.Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulent kental. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,  alergi,  atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.Konjungtivitis merupakan salah satu penyakit infeksi mata yang paling umum dan sering terjadi di seluruh dunia dan juga merupakan penyakit yang mudah menular. Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotic, sementara konjungtivitis virus tidak memerlikan pengobatan spesifik karena bersifat self limitied disease. Pada konjungtivitis alergi, dapat dicegah dengan menghindari allergen penyebabnya. Konjungtivitis berkaitan dengan higien pribadi sehingga selain dengan pengobatan, tatalaksana yang juga diperlukan adalah dengan menjaga higien.

Pada dasarnya konjungtivitis bukanlah penyakit yang berat, namun jika tidak ditatalaksana segera, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan mata dan penglihatan.1.2 TujuanPenulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai konjungtivitis, khususnya konjungtivitis bakteri, virus, klamidia, dan alergi.

1.3 Batasan MasalahReferat ini membahas mengenai anatomi, histologi dan fungsi konjungtiva, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan konjungtivitis bakteri, virus, klamidia, dan alergi.

1.4 Metode PenulisanReferat ini ditulis dengan metode tinjauan pustaka yang mengacu kepada berbagi literatur.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu:1. Konjungtiva palpebralis yang menutupi permukaan posterior dari palpebra

Page 4: download KONJUNGTIVITIS

2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera3. Konjungtiva forniks atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.3Namun, secara letak areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. 3Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.2Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sclera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm). Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan membran mukosa.2Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.4Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva

.Gambar 2.1. Anatomi Konjungtiva

Gambar 2.2. 10) Plika semilunaris; 11) Karunkula

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan –bersama dengan banyak  vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya– membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. 6Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 6,32.2. Histologi KonjungtivaJika dilihat dari segi histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus dan di atas karunkula. Di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.2Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di 

Page 5: download KONJUNGTIVITIS

seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.2Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus, pembuluh darah dan serabut saraf. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.2Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus atas.2

2.3. Fungsi Konjungtiva

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan  kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA. 6Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan medium yang baik. 6

2.4. Definisi Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.7Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.3, 6

2.5. Epidemiologi Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua gender.8 Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2 Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, 

Page 6: download KONJUNGTIVITIS

sangat tidak diragukan lagi. Sekitar 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.8 Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Occular cicatrical pemphigoid dan konjungtivitis neoplasma jarang tampak.82.6. Etiologi Konjungtivitis

1. Bakteriala. Hiperakut (purulen) : Neisseria Gonnorhoea, N. Meningitis, N.Gonorrhoea sub kochiib. Akut (Mukupurulen): Pneumokokkus / Strept Pneumoniae, Haemophillus Aegyptius (iklim tropik)c. Subakut : Haemophillus Influenzae (iklim sedang)d. Menahun : Staphilococcus aureus, Maxella Lacunatae. Lain-lain : Streptococci, Calliform, Corynebact.Diptheriae, M. Tuberculose

2. Klamidiala. Trachoma (Chlamydia Trachomatitis Serotipe A-C)b. Konjungtivitis Inklusi (Chlamydia trachomatis Serotipe D-K)c. Limfogranuloma Venerum (LGV)

3. Virusa. Konjungtivitis folikuler virus akut: demam faringokonjungtivitis (Adenovirus tipe 3 dan 7), kerotokonjungtivitis epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus herpes simplex, konjungtivitis hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)b. Konjungtivitis folikuler virus menahun : virus molluscum contagiosumc. Blefarokonjungtivitis karena virus : Varicella, herpes zoster

4. Ricketsia, Konjungtivitis non purulen dengan hiperemia

5. Fungala. Eksudatif menahun : Candidab. Granulomatosa : Rhinosporidium Seeberi, Sporotix Schenckii

6. ParasitikKonjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium, Schistosa Haemotobium, Loa-Loa.

STANDAR KOMPETENSI DOKTER UMUM = 4

Page 7: download KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva

Epidemiologi

Paling sering ditemui.

Klasifikasi 

1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hariContoh :

o Konjungtivitis Neonatorum Neonatorum Konjungtivitis Gonorhoe Chemical Konjungtivitis Neonatorum

o Konjungtivitis Gonorhoe dewasa2. Konjungtivitis akut

Contoh :o Konjungtivitis Kataralis Acute/ Bakterio Konjungtivitis Inklusi pada Neonatuso Konjungtivitis Inklusi pada Dewasa o Konjungtivitis Folikular Akut

Pharyngo Conjungtivitis Fever (PCF) Epidemic Kerato Conjungtivitis (EKC) Herpes Simplex Kerato Conjungtivitis Newcastle Conjungtivitis Inclusion Conjungtivitis Other Clamydia Infection (zoonoses) Acute Hemorrhagic Conjungtivitis (ACH)

3. Konjungtivitis kronisContoh :

o Konjungtivitis folokularis kronik Trachoma Non Trachoma

Konjungtivitis inklusi kronik Konjungtivitis folikular toxic

Page 8: download KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis virus laino Konjungtivitis bakteri kronik

S. Aureus Syphilis TB

Etiologi

1. Agen infeksi : virus, bakteri, jamur2. Imunologi (alergik)3. Autoimun4. Iritatif : zat kimia5. Berhubungan dengan penyakit sistemik 6. Idiopatik

PatofisiologiBila konjungtiva terpapar agen infeksi => melakukan perlawanan dengan:

Film air mata => unsur berairnya mengencerkan materi infeksi Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan

IgA).  Mukus => menangkap debris Pompa palpebra => hanyutkan air mata ke duktus air mata.

Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian palpebra (terutama pagi hari). Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva

Gejala Klinis

Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair. Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak

nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris => menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).

o Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.o Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika.

Page 9: download KONJUNGTIVITIS

o Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti angin, matahari, asap, dll.

Fotofobia Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan

terkenanya kornea.  Eksudasi => ciri semua konjungtiva akut.

o Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya berlapis-lapis dan amorf (tidak berbentuk).

o Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya berserabut

Bila eksudat mengakibatkan palpebra saling melengket (terutama setelah bangun tidur), kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

Secret pada mata :o Serosa => akibat viruso Mukosa dan purulent => akibat bakteri

Pseudoptosis => turunnya palpebra superior karena inflitrasi ke muskulus Muller. Dijumpai pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.

Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.

o Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidiao Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan

keratokonjungtivitis vernal.o Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik

Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis konjungtiva bulbi terlihat pada  pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada infiltrat atau eksudat.

Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat) => kebanyakan pada konjungtivitis karena virus. (Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)

Pseudomembran dan membran =. hasil proses eksudatif berupa pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel akan tetap utuh (mudah diangkat).

Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak). Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.

Phlyctenula (plikten) => reaksi hipersensitif terhadap mikroba (misal : staphylococcus). Awalnya terdiri dari perivaskulitis dengan bungkusan limfositik pada pembuluh darah. Bila keadaan ini sampai mengakibatkan ulkus pada konjungtiva, dasar ulkus dipenuhi leukosit polimorfonuklear.

Adenopati pre-aurikuler => adalah tanda penting konjungtivitis. Sebuah nodus preaurikuler jelas tampak pada sidrom okulogular Parinaud dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemika.Kelenjar limfe pre-aurikuler => nyeri tekan.

Page 10: download KONJUNGTIVITIS

Simblefaron (adhesi konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi) dan ankiloblefaron (fusi antara satu palpebra dengan palpebra lain).

Diagnosis

Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari konjungtivitis.

Pemeriksaan Lab :o Pulasan:  gram, giemsa, KOHo Kulturo Sentivitas test

Tatalaksana

Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata atau kompres hangat.Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.

Komplikasi

Jaringan parut pada konjungtiva Kerusakan dukstus kelenjar lakrimal Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke

dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.

Prognosis

Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.

Pola pikir

Bila ada pasien mengeluh mata perih, berair, merah, terdapat sekret => periksa dan pastikan apakah tanda-tanda di atas terdapat pada pasien. Bila yakin konjungtiva meradang, pastikan penyebabnya apa (agen infeksi, alergi, autoimun, dll) => tatalaksana sesuai etiologi.

Page 11: download KONJUNGTIVITIS

DOWNLOAD - Konjungtivitis.pdf cara download

SumberGambar (c) googleKuliah Pengantar Blok 3.6 FKUAVaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

STANDAR KOMPETENSI DOKTER UMUM = 4

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva

Epidemiologi

Paling sering ditemui.

Klasifikasi 

1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hariContoh :

o Konjungtivitis Neonatorum Neonatorum Konjungtivitis Gonorhoe Chemical Konjungtivitis Neonatorum

o Konjungtivitis Gonorhoe dewasa2. Konjungtivitis akut

Contoh :o Konjungtivitis Kataralis Acute/ Bakterio Konjungtivitis Inklusi pada Neonatuso Konjungtivitis Inklusi pada Dewasa o Konjungtivitis Folikular Akut

Pharyngo Conjungtivitis Fever (PCF) Epidemic Kerato Conjungtivitis (EKC) Herpes Simplex Kerato Conjungtivitis Newcastle Conjungtivitis Inclusion Conjungtivitis

Page 12: download KONJUNGTIVITIS

Other Clamydia Infection (zoonoses) Acute Hemorrhagic Conjungtivitis (ACH)

3. Konjungtivitis kronisContoh :

o Konjungtivitis folokularis kronik Trachoma Non Trachoma

Konjungtivitis inklusi kronik Konjungtivitis folikular toxic Konjungtivitis virus lain

o Konjungtivitis bakteri kronik S. Aureus Syphilis TB

Etiologi

1. Agen infeksi : virus, bakteri, jamur2. Imunologi (alergik)3. Autoimun4. Iritatif : zat kimia5. Berhubungan dengan penyakit sistemik 6. Idiopatik

PatofisiologiBila konjungtiva terpapar agen infeksi => melakukan perlawanan dengan:

Film air mata => unsur berairnya mengencerkan materi infeksi Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan

IgA).  Mukus => menangkap debris Pompa palpebra => hanyutkan air mata ke duktus air mata.

Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian palpebra (terutama pagi hari). Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva

Page 13: download KONJUNGTIVITIS

Gejala Klinis

Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair. Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak

nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris => menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).

o Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.o Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika.o Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti

angin, matahari, asap, dll. Fotofobia Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan

terkenanya kornea.  Eksudasi => ciri semua konjungtiva akut.

o Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya berlapis-lapis dan amorf (tidak berbentuk).

o Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya berserabut

Bila eksudat mengakibatkan palpebra saling melengket (terutama setelah bangun tidur), kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

Secret pada mata :o Serosa => akibat viruso Mukosa dan purulent => akibat bakteri

Pseudoptosis => turunnya palpebra superior karena inflitrasi ke muskulus Muller. Dijumpai pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.

Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.

o Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidiao Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan

keratokonjungtivitis vernal.o Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik

Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis konjungtiva bulbi terlihat pada  pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada infiltrat atau eksudat.

Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat) => kebanyakan pada konjungtivitis karena virus. (Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)

Pseudomembran dan membran =. hasil proses eksudatif berupa pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel akan tetap utuh (mudah diangkat).

Page 14: download KONJUNGTIVITIS

Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak). Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.

Phlyctenula (plikten) => reaksi hipersensitif terhadap mikroba (misal : staphylococcus). Awalnya terdiri dari perivaskulitis dengan bungkusan limfositik pada pembuluh darah. Bila keadaan ini sampai mengakibatkan ulkus pada konjungtiva, dasar ulkus dipenuhi leukosit polimorfonuklear.

Adenopati pre-aurikuler => adalah tanda penting konjungtivitis. Sebuah nodus preaurikuler jelas tampak pada sidrom okulogular Parinaud dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemika.Kelenjar limfe pre-aurikuler => nyeri tekan.

Simblefaron (adhesi konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi) dan ankiloblefaron (fusi antara satu palpebra dengan palpebra lain).

Diagnosis

Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari konjungtivitis.

Pemeriksaan Lab :o Pulasan:  gram, giemsa, KOHo Kulturo Sentivitas test

Tatalaksana

Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata atau kompres hangat.Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.

Komplikasi

Jaringan parut pada konjungtiva Kerusakan dukstus kelenjar lakrimal Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke

dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.

Prognosis

Page 15: download KONJUNGTIVITIS

Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.

Pola pikir

Bila ada pasien mengeluh mata perih, berair, merah, terdapat sekret => periksa dan pastikan apakah tanda-tanda di atas terdapat pada pasien. Bila yakin konjungtiva meradang, pastikan penyebabnya apa (agen infeksi, alergi, autoimun, dll) => tatalaksana sesuai etiologi.

DOWNLOAD - Konjungtivitis.pdf cara download

SumberGambar (c) googleKuliah Pengantar Blok 3.6 FKUAVaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.