Upload
ricka27
View
149
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RICKA FITRIYANA PRAMITASARIJ 500 080 107
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
PEMBIMBING :KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL
(K), MBA., MARS., M.Si, Audiologistdr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT - KL
SINUSITIS MAKSILARIS DEXTRA
IDENTITAS PASIENNama : Tn. KUsia : 52 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : Brongkol, Kwangsan, JumapoloAgama : Islam No . RM : 23. 35. XXTanggal pemeriksaan : 26 September 2012
1. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : Sering mencium bau tak
sedap Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 2 minggu yang lalu, pasien sering mengeluh mencium bau tak sedap,bau yang dikeluhkan terutama saat pasien tidur dan saat bangun tidur pasien mengeluh keluarnya cairan berwarna jenih kental, saat pasien beraktivitas mengeluh hidung yang sering tersumbat terutama hidung sebelah kanan, pasien sering mengeluh sakit tenggorokan. Sebelum pasien berobat (26 September 2012) pasien sering mengeluh sakit gigi terutama pada geraham sebelah kanan atas namun tidak pernah diobati hingga sembuh sendiri dan sakit di sekitar pipi bagian kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu :1. Riwayat keluhan serupa sebelumnya :
disangkal2. Riwayat penyakit kencing manis : disangkal 3. Riwayat batuk pilek sebelumnya : diakui4. Riwayat Hipertensi : disangkal5. Riwayat Allergi : disangkal6. Riwayat Asma : disangkal7. Riwayat benturan kepala : disangkal8. Riwayat Trauma Sebelumnya : disangkal9. Riwayat Paparan suara keras : disangkal10. Riwayat sakit gigi geraham atas sebelah kanan
2. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalisata :
1. Tekanan darah : 120/90 mmHG2. Frekuensi Nafas : 19 x/ menit3. Frekuensi Nadi : 78x/ menit4. Suhu : 36 derajat Celcius
Pemeriksaan Sistemik:Kepala : Tidak ada kelainanMata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.Thorax : Jantung dan paru-paru diharapkan dalam batas normal Abdomen : Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus (-), distensi (-)Ekstremitas : Akral hangat, perfusi jaringan baik.
PEMERIKSAAN FISIK : STATUS LOKALIS TELINGA
KANAN KIRI
AURIKULA NORMAL NORMAL
CAE Cukup Lapang
Cukup Lapang
Membar Tympani intak Intak
Discharge Tidak ada Tidak
Mastoid Normal Normal
Telinga kanan Telinga kiri
Tes Rinne : (-) Tes Rinne : (-)
Tes Weber : tidak ada
lateralisasi
Tes Weber : tidak ada
lateralisasi
Tes Swabach : sama
dengan pemeriksa
Tes Swabach : sama
dengan pemeriksa
PEMERIKSAAN FISIK : STATUS LOKALIS HIDUNG
1. Inspeksi : Deformitas (-), bekas luka (-), sekret (-), edema (-)
2. Palpasi : Krepitasi (-), nyeri tekan (-)
RINOSKOPI ANTERIOR
ND: Mukosa hiperemis (-), concha media dan inferior hipertrofi (-), concha hiperemis (-), secret (+), septum nasi deviasi (-), udem (-), massa dirongga hidung (-).
NS: Mukosa hiperemis (-), concha media dan inferior hipertrofi (-), concha hiperemis (-), secret (-), septum nasi deviasi (-), udem (-), massa dirongga hidung (-).
RINOSKOPI POSTERIOR Dinding belakang : Sulit
dievaluasi Muara tuba eustachii : Sulit
dievaluasi Adenoid : Sulit
dievaluasi Tumor : Sulit
dievaluasi
PEMERIKSAAN FISIK : STATUS LOKALISTENGGOROKAN
OROFARINGInspeksi : Mukosa faring hiperemis (-),
granulasi (-), tonsil membesar (-), tonsil hiperemis (-), kripte melebar (-), detritus (-), uvula
dbn, palatum mole dbn.Palpasi : limfadenopati (-), nyeri tekan (-)
LARINGOSKOPI INDIREK
Epiglotis : sde Gerak Plika vokalis : sdeAritenoid : sde Subglotis : sdePlika vokalis : sdeTumor : sde
KEPALA DAN LEHER
KEPALA : dalam batas normalLEHER : Pembesaran KGB (-), Massa abnormal (-)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rotgen : foto Sinus Paranasal dengan posisi Water’s diharapkan akan didapatkan gambaran perselubungan pada sinus maksilaris kanan.
Pemeriksaan Laboratorium
USULAN PEMERIKSAAN
Tidak Dilakukan
•Sinusitis Maksilaris Dextra
Diagnosis
•Sinusitis OdontogenikDiagnosis Banding
4. TERAPI
Amoxicilin tab 500mg 3 x sehari (10hari)
Paracetamol tab 500mg (bila perlu) Afrin spray 2 x 1 sehari
PEMBAHASAN
Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, merupakan sinus yang sering terinfeksi :
1. merupakan sinus paranasal yang terbesar.2. Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga
aliran sekret atau drainase dari sinusmaksila hanya tergantung dari gerakan silia
3. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila.
4. ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitar hiatus semilunaris yangsempit, sehingga mudah tersumbat
Infeksi berulang pada mukosa hidung mukosa hidung mengalami degenerasi, periplebitis, serta perilimfangitis mengganggu aliran balik cairan interstisial edema pada mukosa hidung gangguan drainase dan ventilasi sinus silia menjadi kurang aktif serta lendir yang diproduksi menjadi lebih kental.
Keadaan diatasmedia pertumbuhan kuman patogen yang sangat baik dan apabila sumbatan berlangsung terus hipoksia dan menyebabkan infeksi bakeri anaerob.
SELAIN ITU..
karena adanya infeksi berulang pada gigi terutama gigi geraham pada rahang atasdasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempatnya akar gigi rahang atas sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas.
Infeksi gigi geraham pada rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan limfe.
USULAN PEMERIKSAAN
Foto SPN dengan 3 posisi yaitu posisi Water’s, postero-anterior dan lateral yang bertujuan untuk melihat keadaan sinus paranasal pasien yang diharapkan jika pasien mengalami sinusitis maksilaris maka akan tampak adanya perselubungan pada sinus maksilaris kanan karena adanya akumulasi pus menyebabkan gambaran perselubungan (air-fluid level) yang khas pada sinusitis maksilaris.
USULAN TERAPI
Pasien diberi antibiotik spektrum luas (amoxicillin, ampisilin atau eritromisin), dekongestan (pseudoefedrin juga bermanfaat dan tetes hidung poten seperti fenilefrin atau oksimetazolin dapat digunakanselama beberapa hari pertama infeksi),dan analgetik ringan bila perlu (parasetamol atau antalgin)
Mengeluarkan sekret dari sinus dengan cara irigasi.
Koreksi pada gangguan gigi