25
LAPORAN KASUS SINUSITIS MAKSILARIS Andik Sunaryanto 0402005114 Pembimbing dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT-KL

Sinusitis Maksilaris Gg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

maksilaris sinusitis

Citation preview

Page 1: Sinusitis Maksilaris Gg

LAPORAN KASUS

SINUSITIS MAKSILARIS

Andik Sunaryanto 0402005114

Pembimbing dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK MADYA DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK

FK UNUD - RS SANGLAHDENPASAR

2008

Page 2: Sinusitis Maksilaris Gg

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “sinusitis

maksilaris pada dewasa” ini tepat pada waktunya.

Laporan kasus ini dibuat sebagai prasyarat untuk menyelesaikan KKM di

Departemen Telinga Hidung Tenggorok dan kepala Leher FK UNUD/RS Sanglah

Denpasar.

Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis memperoleh banyak bimbingan,

petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. I Wayan Suardana, Sp.THT-KL (K) selaku kepala Lab/UPF Ilmu

Penyakit THT FK UNUD RS Sanglah Denpasar

2. dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT-KL selaku pembimbing dalam menyusun

laporan kasus di Lab/UPF Ilmu Penyakit THT FK UNUD RS Sanglah Denpasar

3. Semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan

kepada penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih banyak terdapat

kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan

laporan kasus ini.

Penulis

DAFTAR ISI

i

Page 3: Sinusitis Maksilaris Gg

Kata Pengantar i

Daftar isi ii

Abstrak 1

Pendahuluan 2

Tinjauan Pustaka 3

Definisi 3

Etiologi 3

Epidemiologi 3

Patogenesis 4

Diagnosis 5

Diagnosis banding 6

Penatalaksanaan 6

Standar baku penatalaksanaan sinusitis PERHATI KL 8

Laporan Kasus 9

Diskusi 10

Kesimpulan 11

Daftar Pustaka 12

Lampiran 14

ii

Page 4: Sinusitis Maksilaris Gg

ABSTRAK

Sinusitis adalah salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di masyarakat kira – kira 50 persen dari kasus rinologi. Sinusitis dikelompokkan menjadi akut, subakut, dan kronis. Selain itu sinusitis juga dikelompokkan berdasarkan lokasinya, yaitu frontalis, maksilaris, etmoidalis, sfenoidalis. Sinus yang paling sering terkena adalah sinus maksila. Gejala yang dirasakan penderita sinusitis adalah nyeri wajah, keluar ingus kental, hidung buntu. Ketiganya adalah gejala klasik dari sinusitis, tetapi seringkali disertai dengan panas, sakit telinga. Pada pemeriksaan didapatkan bengkak pada wajah. Selain itu dilakukan pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan transluminasi dan perlu dibuat foto polos sebagai skrining sinusitis. Pemeriksaan bakteriologi perlu dilakukan, sehingga pasien tersebut perlu dirujuk ke ahli THT. Prinsip penatalaksanaan dari sinusitis adalah: mengembalikan fungsi silia mukosa, memperbaiki drainase, eradikasi bakteri, dan menghilangkan keluhan nyeri Telah dilaporkan suatu kasus dengan sinusitis maksilaris akut dekstra dan sinistra disertai rinofaringitis akut pada dewasa. Setelah dilakukan irigasi, keluhan menghilang.

ABSTRACT

Sinusitis is one of infectious disease that common in public about 50% of rhinology cases. Sinusitis is grouped into acute, sub-acute, and chronic. Otherwise, based on the location of the infection, sinusitis is also grouped into maxilla, frontal, ethmoid, and sphenoid. The most common sinus that usually got infections is sinus maxilla. The Symptom that usually occurs is mid-face pain, purulent nasal discharge, nasal obstruction. All of them are classic symptom of sinusitis. But the symptom also associated with fever and otalgia. From the physical examination, reveal facial edema. Anterior and posterior Rhino-scope, transluminance examination also be done for the diagnosis. We also have to make plain photo as a screening test. To do Bacteriology test, we must consult to Otolaryngologist. In general, medication is intended to restore normal mucociliary function and drainage, eradicate bacteria, and provide analgesia. We have report one case with acute sinusitis maxilla Dexter and Sinister associated with acute rhino-pharyngitis on adult. After the irrigation had been done, the complaint was relieved.

BAB 1

PENDAHULUAN

1

Page 5: Sinusitis Maksilaris Gg

Sinus paranasalis (maksilaris, frontalis, etmoidalis, dan sfenoid) adalah rongga di sekitar

hidung yang selalu terisi udara dan berhubungan dengan saluran hidung melalui ostium

yang kecil.1 Sinus paranasalis mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk

melembabkan, menyaring dan mengatur suhu udara yang akan masuk ke paru-paru.2

Kondisi inflamasi dari sinus paranasalis mempunyai dampak sosial ekonomi

yang signifikan setiap tahunya, berhubungan dengan biaya kesehatan dan berkurangnya

jam kerja akibat sakit.3 Sinusitis mewakili salah satu dari penyakit yang paling sering

yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotika pada populasi dewasa.3 Tantangan

bagi para klinisi dalam mengevaluasi pasien dengan kemungkinan sinusitis adalah

untuk mencoba membedakan infeksi virus saluran nafas atas atau rinitis alergika, yang

tidak membutuhkan pengobatan dengan antibiotika, dengan sinusitis kronis atau akut

yang memberikan respon dengan pengobatan dengan antibiotika.3

Kebanyakan infeksi bakteri terjadi pada keadaan dimana terjadi gangguan

fungsi, obstruksi anatomi, inflamasi, drainase yang terganggu, dan perkembangan

bakteri yang berlebihan. Kemudian sinus akan dipenuhi dengan cairan purulen.1 Hal

tersebut terjadi karena proses inflamasi menyebabkan peningkatan sekresi dan edema

pada mukosa sinonasal.2 Dengan progresifnya komponen inflamasi, sekret tersebut

tertahan di dalam sinus paranasal yang dapat terjadi karena gangguan fungsi silia dan

obstruksi dari ostium sinus yang relatif kecil. Posisi ostium yang melawan gravitasi

secara tidak langsung juga menyebabkan buruknya drainase.2,4 Obstruksi tersebut

menyebabkan pengurangan tekanan parsial oksigen di dalam sinus dan menyebabkan

kondisi anaerobik di dalam sinus.2 Faktor-faktor inilah menyebabkan kondisi yang ideal

dalam pertumbuhan bakteri patogen, dan menyebabkan sinusitis.2 Rinitis alergi dan

infeksi virus pada saluran nafas atas yang berkepanjangan dapat menyebabkan

terjadinya sinusitis.3,5 Sinus maksilaris adalah sinus yang paling sering terkena infeksi.4

Sinusitis khususnya sinusitis maksilaris adalah penyakit yang sering sekali

terjadi di masyarakat, sehingga perlu sekali bagi mahasiswa kedokteran untuk

mempelajari penyakit ini sehingga dapat menjadi bekal dalam melakukan praktek

sebagai general practitioner. 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Page 6: Sinusitis Maksilaris Gg

2.1 Definisi

Sinusitis adalah kondisi klinis yang karakteristiknya adalah radang pada mukosa

sinus paranasalis. 3,4,6,7 Sinusitis maksilaris adalah peradangan atau inflamasi pada

mukosa sinus maksilaris. Sinusitis maksilaris diklasifikasikan menjadi akut, sub akut

dan kronik.3,4 Sinusitis akut bila gejalanya berlangsung beberapa hari sampai 4 minggu,

sinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan, dan sinusitis kronis

bila berlangsung lebih dari 3 bulan.4 Dalam menentukan secara pasti apakah sinusitis

tersebut akut, sub akut atau kronis, harus menggunakan pemeriksaan histopatologis.4

Sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut, sinusitis subakut bila tanda-tanda

radang akut sudah reda, dan sinusitis kronik bila terjadi perubahan histologis mukosa

sinus yang irreversible.4 Diagnosis sinusitis digunakan sebagai diagnosis infeksi sinus

oleh bakteri.3

2.2Etiologi

Penyebab tersering dari Sinusitis maksilaris adalah infeksi saluran nafas atas

karena virus, seperti rinitis akut, campak, dan batuk rejan.7,8 Hanya 10% diakibatkan

oleh radang pada gigi molar atau premolar.8 Penyebab lain yang jarang adalah karena

menyelam dan fraktur tulang maksila dan tulang frontal.8,9 Sinusitis yang terjadi karena

menyelam disebabkan menyelam dengan kaki yang masuk air terlebih dahulu tanpa

menjepit hidung.9

2.3 Epidemiologi

Prevalensi Sinusitis tinggi di masyarakat. Di bagian THT Departemen Ilmu

Kesehatan Anak RSCM Jakarta, pada tahun 1999 didapatkan data sekitar 25 % anak-

anak dengan ISPA menderita sinusitis maksila akut.7 Sedang pada Departemen Telinga

Hidung dan Tenggorok sub bagian Rinologi didapatkan data dari sekitar 496 penderita

rawat jalan, 249 orang terkena sinusitis (50%). Di Amerika Serikat diperkirakan 0,5%

dari infeksi saluran nafas atas karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut. Sinusitis

kronis mengenai hampir 31 juta rakyat Amerika Serikat.6

2.4 Patogenesis

3

Page 7: Sinusitis Maksilaris Gg

Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae telah disepakati sebagai

patogen primer pada sinusitis bakterial, selain itu M. Catarrhalis juga didapatkan pada

sinusitis maksilaris (40% pada anak-anak).2,7 Di RS Sanglah, bakteri penyebab sinusitis

maksilaris terbanyak adalah Streptococcus dan Staphylococcus.8

Faktor – faktor predisposisi sinusitis maksilaris adalah obstruksi mekanik, rinitis

kronis, serta rinitis alergi, polusi, udara dingin dan kering, riwayat trauma, menyelam,

renang, naik pesawat, riwayat infeksi pada gigi, infeksi pada faring.4 Rinitis adalah

faktor predisposisi yang paling penting dalam terbentuknya sinusitis.3

Pada saat terjadi infeksi, akan terjadi reaksi radang yang salah satunya berupa

edema, edema tersebut terjadi di daerah kompleks ostiomeatal yang sempit. Mukosa

yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan

lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dalam

sinus, lendir yang diproduksi oleh mukosa sinus menjadi kental. Lendir yang kental

tersebut menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Bila sumbatan

berlangsung terus menerus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul

infeksi oleh bakteri anaerob.2,3,4,5

2.5 Diagnosis

Subjektif

1. Rhinorrhea yang kental dan bewarna agak hijau dan kadang berbau 7 hari

hingga 14 hari 2,4,10

2. Sakit pada wajah

3. Hidung buntu

Gejala yang disebutkan di atas ini adalah gejala klasik dari sinusitis akut, gejala klasik

tersebut sering juga disertai dengan gejala lain seperti yang tersebut di bawah ini:

4. Sakit pada pipi dan dapat juga pada kepala

5. Demam dan rasa lesu

6. Batuk

7. Nyeri pada telinga

8. Penurunan atau gangguan penciuman (decreased or altered sense of smell)

Bila telah menjadi kronik dapat juga terdapat komplikasi di paru-pari berupa bronchitis

atau bronkiektasis atau asma bronkiale sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.4

4

Page 8: Sinusitis Maksilaris Gg

Objektif

Pemeriksaan fisik

1. Tampak pembengkakan di daerah pipi dan kelopak mata bawah sisi yang

terkena.

2. Pada rinoskopi anterior, mukosa konka tempak hiperemi dan edema, selain itu

tampak mukopus atau nanah di meatus media.

3. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring.

Pemeriksaan penunjang

1. Dengan pemeriksaan tranluminasi, sinus yang sakit akan terlihat suram atau

gelap.4,8 Akan lebih bermakna hasilnya bila hanya salah satu sisi sinus saja yang

sakit, sehingga terlihat sekali perbedaanya antara yang suram atau sakit dengan

yang normal.4,8

2. Pemeriksaan radiologi, yaitu foto Waters, PA, dan lateral. Akan tampak

perselubungan atau penebalan mukosa atau air- fluid level pada sinus yang

sakit.4,8 CT scan merupakan tes yang paling sensitive dalam mengungkapkan

kelainan anatomis selain melihat adanya cairan dalam sinus, tetapi karena mahal,

CT scan tidak dipakai sebagai skrining dalam mendiagnosis sinusitis.1

3. Pemeriksaan kultur, sample diambil dari sekret dari meatus medius atau meatus

superior.4,8 Pasien harus dirujuk ke otolaringologis untuk aspirasi maksila dan

kultur, bila tidak sembuh dengan pengobatan antibiotika yang sesuai dan

adekuat.

2.6 Diagnosis Banding4

Vakum sinus

Infeksi gigi geraham atas

Benda asing dalam rongga hidung.

2.7 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan dari sinusitis adalah: mengembalikan fungsi silia

mukosa, memperbaiki drainase, eradikasi bakteri, dan menghilangkan keluhan nyeri.3

5

Page 9: Sinusitis Maksilaris Gg

Seringkali sinusitis, tidak perlu dirujuk ke ahli THT, tetapi bila gagal dengan

pengobatan medikamentosa, maka harus dirujuk ke ahli THT untuk penanganan lebih

lanjut seperti terapi bedah, irigasi, dll.

Medikamentosa

Antibiotika golongan penisilin selama 10-14 hari4, menurut pedoman terapi di bagian

THT RS Sanglah tahun 1992, pemberian antibiotika selama 5-7 hari.

Ampisilin 4x500mg

Amoksisilin 3x500mg

Eritromisin 4x500mg

Kotrimoksasol 2x1tablet

Doksisiklin 2x100mg/hari diikuti 100 mg/hari hari ke 2 dan berikutnya.

Vasokonstriktor local dan dekongestan lokal untuk memperlancar drainase sinus

Solusio efedrin 1-2% tetes hidung

Solusio Oksimetasolin HCl 0,05% semprot hidung

(untuk anak-anak memakai 0,025%)

Tablet pseudoefedrin 3x60mg (dewasa)

Analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri

Parasetamol 3x500mg

Metampiron 3x500mg

Bila dengan pengobatan medikamentosa gagal, maka harus konsultasi dengan ahli

THT.3

Tindakan non invasif

Diatermi dengan gelombang pendek, digunakan pada sinusitis subakut sebanyak 5-6

kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Bila belum

membaik dilakukan pungsi sinus dan irigasi sinus yang harus dilakukan oleh ahli THT.

Tindakan pembedahan

Dilakukan bila pengobatan konservatif gagal, yaitu dengan mengangkat mukosa yang

patologis dan membuat drainase sinus yang terkena. Tipe pembedahan yang dilakukan

adalah antrostomi intra nasal dan operasi Caldwell-Luc.8 Selain itu ada pembedahan non

radikal yaitu dengan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF), yang telah menjadi

tindakan pembedahan utama untuk menangani sinus, yang prinsipnya dengan membuka

dan membersihkan daerah ostio-meatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi

6

Page 10: Sinusitis Maksilaris Gg

hingga ventilasi dan drainase menjadi lancar kembali melalui ostium alami.3,4 Tingkat

keberhasilan BSEF mencapai 90% dengan tanpa meninggalkan jaringan parut.3

Penanganan sinusitis dapat dilihat pada lampiran di halaman berikutnya.

Panduan baku penanganan sinusitis ini dikeluarkan oleh Perhati KL.

BAB 3

LAPORAN KASUS

7

Page 11: Sinusitis Maksilaris Gg

Pasien laki-laki umur 51 tahun datang ke poliklinik THT Rumah Sakit Sanglah pada

tanggal 9 Mei 2008 dengan keluhan utama keluar air dan sakit pada hidungnya.

Keluhan tersebut berlangsung sejak 1 minggu sebelum datang ke rumah sakit.

Sebelumnya penderita sering menderita pilek, kira-kira sejak 2 bulan yang lalu.

Penderita pernah menjalani operasi sinusitis pada bagian kanan 5 tahun yang lalu.

Riwayat batuk berdahak (+). Penderita juga menderita sakit kepala sejak 1 minggu yang

lalu, dan bertambah berat.

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan di poliklinik RS Sanglah. Tidak ada

kelainan pada pemeriksaan telinga. Sedangkan pada pemeriksaan hidung, kavum nasi

menjadi sempit pada kedua sisi; tidak terdapat deviasi; tidak terdapat tumor; terdapat

discharge yang mukoid pada kedua lubang hidung; mukosa hiperemi; konka kongesti.

Pada pemeriksaan tenggorok tidak didapatkan pembesaran tonsil; terdapat karies pada

gigi molar 1 kiri atas dan gigi molar 1 kanan atas. Tidak terdapat pembesaran kelenjar

leher. Laring tidak dievaluasi. Tes-tes pendengaran normal, tes keseimbangan tidak

dilakukan

Pada foto Waters (10 Mei 2008), terdapat penebalan mukosa pada sinus

maksilaris kanan dan kiri (pada sisi kanan lebih tebal), tampak juga penebalan mukosa

kavum nasi. Deviasi septum nasi tidak tampak. Sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus

sphenoid tampak normal. Kesan umum yang didapatkan adalah sinusitis maksilaris

dextra dan sinistra (kanan lebih berat) dan penebalan mukosa kavum nasi (suspek

rhinitis).

Pasien ini didiagnosis dengan sinusitis maksilaris dextra dan sinistra eksaserbasi

akut dengan Rinofaringitis akut

Pada tanggal 11 mei 2008 dilakukan irigasi sinus maksilari dextra, tidak

didapatkan adanya pus. Pasien diberikan antibiotika siproflokasin 2x500mg selama 10

hari, ambroxol 3x1. Lalu direncanakan untuk foto Water ulang untuk mengetahui

keberhasilan penanganan.

BAB 4

PEMBAHASAN

8

Page 12: Sinusitis Maksilaris Gg

Adanya hidung buntu, rinore selama seminggu lebih dan sakit kepala adalah tanda

penting dalam diagnosis sinusitis, yang didapatkan pada pasien ini. Pemeriksaan fisik

mengungkapkan adanya edema, hiperemi dan banyaknya discharge pada hidung, yang

juga ada pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini. Rinitis yang lama, menjadi

faktor penting penyebab dari sinusitis juga didapatkan pada pasien ini, pasien ini

menderita rhinitis sudah selama kira – kira 2 bulan. Selain itu, pasien ini juga terdapat

karies gigi pada geraham 1 kiri dan kanan atas yang juga menjadi salah satu faktor

penyebab sinusitis maksilaris.

Sinusitis akut harus dipikirkan sebagai abses atau empiema2 sehingga

pengobatannya harus bertujuan untuk drainase dan eradikasi infeksi lokal dan sistemik.

Pada kebanyakan pasien drainase dan eradikasi dapat diselesaikan dengan

medikamentosa saja. Pada pasien ini pengobatan tidak cukup hanya dengan

medikamentosa, karena pasien ini adalah penderita berulang dari sinusitis, maka perlu

juga dilakukan dengan irigasi atau tindakan non invasif. Pemberian antibiotika

siproflokasin disesuaikan dengan pola resistensi kuman di RS Sanglah terbaru, di mana

pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari sekret sinus. Pemberian

ambroxol bertujuan untuk mengatasi batuk berdahak sebagai mucolytic agent.

Sebenarnya tindakan yang terbaik adalah dengan menggunakan BSEF yang menjadi

modalitas utama dalam penanganan sinus, tetapi sayangnya tidak semua pusat kesehatan

di Indonesia terdapat alat ini, termasuk RS Sanglah. BSEF dapat membuka dan

membersihkan daerah ostio-meatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi

hingga ventilasi dan drainase menjadi lancar kembali melalui ostium alami tanpa

meninggalkan jaringan parut pada pasien.3,4

BAB 5

KESIMPULAN

9

Page 13: Sinusitis Maksilaris Gg

Telah dilaporkan satu kasus dengan sinusitis maksilaris akut dekstra dan sinistra disertai

rinofaringitis akut pada dewasa. Seseorang yang datang dengan keluhan pilek selama

lebih dari 7 hari (7-14 hari), nyeri pada wajah, dan hidung buntu patut dicurigai

menderita sinusitis. Penanganan dengan antibiotika yang adekuat dan irigasi didapatkan

hasil yang memuaskan. Irigasi sinus harus dilakukan oleh ahli THT, sehingga harus

dirujuk ke ahli THT.

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 14: Sinusitis Maksilaris Gg

1. Van David C. ENT Emergencies Disorders of The Ear, Nose, Sinuses,

Oropharynx, & Mouth. in: Stone C, Humprhries R, editors. Current Emergency

diagnosis and treatment 4th editions (Lange current series). Mc Graw Hill,

Philadelphia, 2004, p 348-350.

2. Johnson Jonas T, Ferguson Berylin J. Paranasal Sinuses. in: Cummings CW,

Frederickson JM, Harker LA, Krause CJ, Richardson M, editors.

Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Mosby, St Luois-Missouri, 1998, p

1059-1118.

3. Handley John G, Tobin Evan, Tagge bryan. The Nose and Paranasal Sinuses. in:

Rakel Robert E, editors. Textbook of family practice 6th editions. WB Saunders

Company, Philadelphia, 2001, p 446-453.

4. Mangunkusumo Endang, Rifki nusjirwan. Sinusitis. in: Soepardi Efiaty A,

Iskandar Nurbaiti, editor. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

edisi 4. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2000, p 121-125.

5. Shames Richard S, Kishiyama Jeffrey L. Disorders of The Immune System. in:

McPhee Stephen J, Lingappa Vishwanath R, Ganong William F, editors.

Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine 4th editions.

Mc Graw Hill, Philadelphia, 2003, p 31-57.

6. Dykewicz Mark S, Corren Jonathan. Rhinitis, Nasal Polyps, Sinusitis, and Otitis

Media. in: Adelman Daniel C, Casale Thomas B, Corren Jonathan, editors.

Manual of Allergy and Immunology: diagnosis and therapy 4th editions.

Lippincott Williams & Wilkins Publishers, New York, 2002, p 316-324.

7. Soetjipto Damayanti. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Medik

Sinusitis. disampaikan dalam: Simposium Penatalaksanaan Otitis Media

Supuratifa Kronik, Sinusitis, dan Demo Operasi timpanoplasti 22-23 Maret

2003, Denpasar, Bali.

8. Suardana W, et al. Rhinologi. in: Suardana W, Bakta M, editor. Pedoman

Diagnosis dan Terapi. Komite Medik RSUP Sanglah, Denpasar, 2000.

9. Pracy R, Siegler J, Stell PM. Sinusitis Akuta. in: Pelajaran Ringkas Telinga,

Hidung, Tenggorok. Gramedia, Jakarta, 1985, p 81-91.

11

Page 15: Sinusitis Maksilaris Gg

10. Sadovsky R. Antibiotic Therapy for Severe Acute Maxillary Sinusitis. Journal

of American Academy of Family Physicians, June 15th 2004.

LAMPIRAN

Status Poliklinik Penyakit Hidung Telinga dan Tenggorok

12

Page 16: Sinusitis Maksilaris Gg

IDENTITAS

Nama : INS

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Umur : 51 tahun

Alamat : Br Susila Panjer Denpasar

Tanggal Pemeriksaan 9 Mei 2008

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Hidung sakit

Pasien mengeluh hidung sakit, pilek sejak satu minggu SMRS. Riwayat pilek lama kira-

kira 2 bulan. Riwayat operasi sinus kanan 5 tahun yang lalu. Batuk (+) dahak (+) sakit

kepala (+).

TELINGA HIDUNG

Sekret Sekret

Tuli Tersumbat

Tumor Tumor

Tinitus Pilek

Sakit Sakit

Korpus alienum Korpus alienum

Vertigo Bersin

TENGGOROK

Riak

Gangguan

Suara

Tumor

Batuk

Korpus alienum

Sesak nafas

PEMERIKSAAN

TELINGA HIDUNG

Daun Telinga Hidung luar

13

Page 17: Sinusitis Maksilaris Gg

Liang telinga Kavum Nasi

Discharge Septum

Membran timpani Discharge

Tumor Mukosa

Mastoid Tumor

Konka

SinusKoana

Tes Pendengaran TENGGOROK

Berbisik Dispneu Stridor

Weber Sianosis Suara

Rinne Mukosa Tonsil

Schwabach Dinding belakang faring

LARING

Tes Keseimbangan Epiglotis

Aritenoid

Kel Limfe Leher Plika Ventrikularis

Plika Vokalis

Rima Glotis

DIAGNOSIS

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

14