32
BENJOLAN PADA LEHER Skenario 1 Seorang laki-laki 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan benjolan pada leher bagian lateral kiri, yang dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.Benjolan ini mula-mula kecil, yang kemudian membesar dengan cepat. Benjolan teraba keras tetapi tidak nyeri. Penderita mengeluh telinga berdengung di sebelah kiri. Kata Kunci 1. Laki-laki 50 tahun 2. Benjolan leher, lateral kiri 3. 4 bulan yang lalu 4. Membesar dengan cepat 5. Benjolan keras 6. tidak nyeri 7. telinga berdengung, sebelah kiri Pertanyaan 1. Jelaskan Anatomi kelenjar limfa leher ? 2. Sebutkan penyakit-penyakit dengan tanda benjolan pada leher ? 3. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan benjolan pada leher ? 4. Bagaimana patogenesis terjadinya benjolan pada leher yang bersifat progresif ?

Benjolan Pada Leher 2A

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Benjolan Pada Leher 2A

BENJOLAN PADA LEHER

Skenario 1

Seorang laki-laki 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan benjolan

pada leher bagian lateral kiri, yang dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.Benjolan ini

mula-mula kecil, yang kemudian membesar dengan cepat. Benjolan teraba keras

tetapi tidak nyeri. Penderita mengeluh telinga berdengung di sebelah kiri.

Kata Kunci

1. Laki-laki 50 tahun

2. Benjolan leher, lateral kiri

3. 4 bulan yang lalu

4. Membesar dengan cepat

5. Benjolan keras

6. tidak nyeri

7. telinga berdengung, sebelah kiri

Pertanyaan

1. Jelaskan Anatomi kelenjar limfa leher ?

2. Sebutkan penyakit-penyakit dengan tanda benjolan pada leher ?

3. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan benjolan pada leher ?

4. Bagaimana patogenesis terjadinya benjolan pada leher yang bersifat

progresif ?

5. Bagaimana patomekanisme gejala yang terjadi pada skenario di atas ?

6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis dari scenario tersebut ?

7. Jelaskan differential diagnosis yang terjadi pada skenario ?

Page 2: Benjolan Pada Leher 2A

Jawaban

1. Anatomi leher dan kelenjar limfa leher ?

Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara

thoraks dan caput. Batas disebelah cranial adalah basis mandibula dan

suatu garis yang ditarik dari angulus mandibula menuju ke procesus

mastoideus, linea nucrae suprema sampai ke protuberantia occipitalis

eksterna. Batas kaudal dari ventral ke dorsal dibentuk oleh incisura

jugularis sterni, klavikula, acromion, dan suatu garis lurus yang

menghubungkan kedua acromion.

Gambar 1. Anatomi leher

Leher dibagi oleh musculus sternokleidomastoideus menjadi trigonum

anterior atau medial dan trigonum posterior atau lateral.

1. Trigonum anterior : di anterior dibatasi oleh sternokleidomastoideus,

linea mediana leher dan mandibula, terdiri dari :

a) Trigonum muscular : dibentuk oleh linea mediana, musculus

omohyoid venter superior, dan musculus sternokleidomastoideus.

Page 3: Benjolan Pada Leher 2A

b) Trigonum caroticum : dibentuk oleh musculus omohyoid venter

superior, musculus sternokleidomastoideus, musculus digastricus

venter posterior.

c) Trigonum submentale : dibentuk oleh venter anterior, musculus

digastricus, os.hyoid dan linea mediana.

d) Trigonum submandibulare : dibentuk oleh mandibula, venter

superior, musculus digastricus, dan venter anterior musculus

digastricus.

2. Trigonum posterior : dibatasi superior oleh musculus

sternokleidomastoideus, musculus trapezius dan clavicula,terdiri dari :

a) Trigonum supraclavicular : dibentuk oleh venter inferior

musculus omohyoid, clavicula dan musculus

sternokleidomastoideus.

b) Trigonum occipitalis : dibentuk oleh venter inferior musculus

omohyoid, musculus trapezius dan musculus

sternokleidomastoideus.

Gambar 2. Trigonum anatomicum

Page 4: Benjolan Pada Leher 2A

Anatomi Kelenjar Limfe Leher

Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher,

kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis

asesorius.Kelenjar limfa yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah

kelenjar limfa pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang anatar

klavikula sampai dasar terngkorak.Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam

kelompok superior, media, dan inferior.Kelompok kelenjar limfa yang lain

adalah submental, submandibula, servikalis superficial, retrofaring, paratrakeal,

spinalis asesorius, skalenus anterior dan supraklavikula.

Kelenjar limfe servical dibagi kedalam gugusan superficial dan gugusan

profunda.Kelenjar limfe superficial menembus lapisan pertama fascia servikal

masuk kedalam gugusan kelenjar limfe profunda.Meskipun kelenjar limfe

nodus kelompok superficial lebih sering terlibat dengan metastasis,

keistimewaan yang dimiliki kelenjar kelompok ini adalah sepanjang stadium

akhir tumor, kelenjar limfe nodus kelompok ini masih signifikan terhadap

terapi pembedahan.

Kelenjar limfe profunda sangat penting sejak kelenjar-kelenjar

kelompok ini menerima aliran limfe dari membrane mukosa mulut, faring,

laring, glandula saliva dan glandula thyroidea sama halnya pada kepala dan

leher.

Hampir semua bentuk radang dan keganasan pada kepala – leher akan

melibatkan kelenjar getah bening leher bila ditemukan pembesaran kelenjar

getah bening di leher, perhatikan ukurannya, apakah nyeri atau tidak,

bagaimana konsistensinya, apakah lunak kenyal atau keras, apakah melekat

pada dasar atau kulit. Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center

Classification, kelenjar getah bening leher dibagi atas 5 daerah penyebaran.

Page 5: Benjolan Pada Leher 2A

Gambar 3. Daerah penyebaran kelenjar limfe leher

Daerah Kelenjar Limfa Leher

Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer

Center Classification, dibagi dalam lima daerah penyebaran kelompok kelenjar,

yaitu daerah :

I. Kelenjar yang terletak di segitiga sub-mental dan submandibula.

II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfa jugular

superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior superior.

III. Kelenjar lumfa jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan

m.omohioid dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior

m.sternokleidomastoid.

IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklaviula

V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.

Page 6: Benjolan Pada Leher 2A

Gambar 4. Penyebaran kelenjar limfe dikepala dan leher

a. Kelenjar limfe occipitalis terletak diatas os occipitalis pada apeks

trigonum cervicalis posterior. Menampung aliran limfe dari kulit kepala

bagian belakang. Pembuluh limfe efferen mencurahkan isinya kedalam

kelenjar limfe cervicalis profundi.

b. Kelenjar limfe retroaurikular terletak diatas permukaan lateral processus

mastoideus. Mereka menampung limfe sebagian kulit kepala diatas

auricular dan dari dinding posterior meatus acusticus externus. Pembuluh

limfe eferen mencurahkan isinya kedalam kelenjar limfe cervicalis

profundi.

c. Kelenjar limfe parotid terletak pada atau di dalam glandula parotis.

Menampung limfe dari sebagian kulit kepala di atas glandula parotis, dari

permukaan lateral auricular dan dinding anterior meatus acusticus

externus, dan dari bagian lateral palpebra. Pembuluh limfe eferen

mencurahkan isinya ke dalam kelenjar limfe cervicalis profundi.

d. Kelenjar limfe jugualris interna superior menerima aliran limfa yang

berasal dari daerah palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar

lidah, sinus piriformis dan supraglotik laring. Juga menerima aliran limfa

Page 7: Benjolan Pada Leher 2A

yang berasal dari kelenjar limfa retrofaring, spinalis asesorius, parotis,

servikalis superficial dan kelenjar limfa submandibula.

e. Kelenjar limfe jugularis interna media menerima aliran limfa yang berasal

langsung dari subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior dan daerah

krikoid posterior. Juga menerima aliran ,imfa yang berasal dari kelenjar

limfa jugularis interna superior dan kelenjar limfa retrofaring bagian

bawah.

f. Kelenjar limfe jugularis interna inferior menerima aliran limfa yang

berasal langsung dari glandula tiroid, trakea, esophagus bagian servikal.

Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugualris

interna superior dan media, dan kelenjar limfa paratrakea.

g. Kelenjar limfe submental, terletak pada segitiga submental di antara

platisma dan m.omohioid di dalam jaringan lunak. Pembulubh aferen

menerima aliran limfa yang erasal dari dagu, bibir bawah bagian tengah,

pipi, gusi, dasar mulut bagian depan dan 1/3 bagian bawah lidah.

Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa submandibula sisi

hiomolateral atau kontralateral, kadang-kadang dapat langsung ke

rangkaian kelenjar limfa jugularis interna.

h. Kelenjar limfe submandibula, terletak di sekitar kelenjar liur

submandibula dan di dalam kelenjar liurnya sendiri. Pembuluh aferen

menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar liur submandibula, bibir

artas, bagian lateral bibir bawah, rongga hidung, bagian anterior rongga

mulut, bagian medial kelopak mata, palatum mole dan 2/3 depan lidah.

Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar jugularis interna superior.

i. Kelenjar limfe servical superficial terletak di sepanjang vena jugularis

eksterna, menerima aliran limfe yang berasal dari kulit muka, sekitar

kelenjar parotis, daerah retroaurikula, kelenjar parotis dan kelenjar limfe

occipital. Pembuluh eferen mengalirkan limfe ke kelenjar limfe jugularis

interna superior.

Page 8: Benjolan Pada Leher 2A

j. Kelenjar limfa retrofaring, terletak di antara faring dan fasia prevertebra,

mulai dari dasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks.

Pembuluh aferen menerima aliran limfa dari nasofaring, hipofaring,

telinga tengah dan tuba Eustachius. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke

kelenjar limfa jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesoris bagian

superior.

k. Kelenjar limfa paratrakea, menerima aliran limfa yang berasal dari laring

bagian bawah, hipofaring, esophagus bagian servikal, trakea bagian atas

dan tiroid. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis

interna inferior atau kelenjar limfa mediastinum superior.

l. Kelenjar limfa spinal asesoris, terletak di sepanjang saraf spinal asesoris,

menerima aliran limfa yang berasal dari kulit kepala bagian parietal dan

bagian belakang leher. Kelenjar limfa parafaring menerima aliran limfa

dari nasofaring, orofaring dan sinus paranasal. Pembuluh eferen

mengalirkan limfa ke kelenjar limfa supraklavikula.

m. Rangkaian kelenjar limfa jugularis interna mengalirkan limfa ke trunkus

jugularis dan selanjutnya masuk ke duktus torasikus untuk sisi sebelah

kiri, dengan untuk sisi yang sebelah kanan masuk ke duktus limfatikus

kanan atau langsung ke system vena pada pertemuan vena jugularis interna

dan vena subklavia. Juga duktus torasikus dan duktus limfatikus kanan

menerima aliran limfa dari kelenjat supraklavikula.

n. Kelenjar supraclavicular terletak di dalam cekungan diatas clavicula,

lateral dan persendian sternum. Menerima aliran dari bagian cavum

thoraks dan abdomen.

Page 9: Benjolan Pada Leher 2A

2. Sebutkan penyakit-penyakit dengan tanda benjolan pada leher ?

Secara umum benjolan di daerah leher, disebabkan oleh lima kelainan atau

penyebab utama yaitu :

a. Kelainan congenital

b. Infeksi

c. Neoplasma

d. Trauma

e. Kelainan lainnya

Bahaya benjolan di leher dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir

atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa.

Pada kelainan ini, benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian

kiri atau kanan sebelah atas dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran

benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi juga bisa sebesar bola tenis. Kelainan

congenital yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah hygroma colli,

kista branchial, kisa ductus thyroglossus.

Hygroma colli adalah kelainan bawaan lahir akibat adanya gangguan

saluran limfe, biasanya muncul sejak lahir dan makin bertambah besar dengan

bertambahnya usia, bahkan bisa sampai ukuran bola tenis atau lebih, biasanya

benjolan agak lunak.

Kista ductus thyroglossus, benjolannya umumnya di garis tengah leher

diantara bawah dagu sampai kelenjar thyroid. Pada kelainan ini bisa muncul pada

masa kank-kanak atau setelah usia dewasa. Benjolannya berisi cairan.

Kista branchial seperti kista thyroglossus, juga berisi cairan, namun

letaknya paling sering di samping leher.

Infeksi pada daerah leher dapat berupa infeksi akut atau infeksi menahun.

Biasanya, infeksi akut disertai dengan adanya gejala panas badan, rasa sakit dan

adanya warna kemerahan pada benjolan tersebut. Infeksi menahun atau kronis

yang paling sering ditemukan adalah benjolan akibat penyakit TBC kelenjar. Pada

Page 10: Benjolan Pada Leher 2A

TBC kelenjar benjolan dapat berupa benjolan kecil ukuran beberapa mm sampai

ukuran cm, bisa hanya satu buah namun juga dapat langsung beberapa buah an

paling sering terletak di samping leher kiri atau kanan, bahkan kadang disamping

leher kiri dan kanan sekaligus.

Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel. Neoplasma terdiri dari sel-

sel baru yang memunyai bentuk, sifat dan kinetika berbeda dari sel normal

asalnya. Pertumbuhannya liar, autonom dan terlepas dari kendali pertumbuhan sel

normal. Neoplasma ini ada yang bersifat jinak dan ada yang bersifat gnas atau

biasa disebut kanker.

Kanker yang asal pertumbuhannya memang berawal dari daerah leher itu

sendiri, misalnya yang paling sering adalah struma, kanker jaringan lunak yang

berasal dari otot dan jaringan lunak lainnya di leher. Kanker yang terjadi di daerah

leher, namun sebenarnya kanker induknya asalnya ada di tempat lain, dengan kata

lain merupakan metastasis tumor dari kanker di tempat lain yang letaknya bukan

di leher. Contoh pada kanker jenis ini adalah kanker nasofaring, kanker di daerah

kepala, kanker di rongga mulut, yang umumnya menyebabkan metastasis berupa

adanya benjolan di leher samping atas sedikit dibawah telinga kiri atau kanan.

Juga kanker-kanker dari organ yang jauh seperti kanker paru, kanker saluran

pencernaan, kanker saluran kemih, kanker payudara, kanker alat genitalia wanita

yang dapat memberikan metastasis berupa adanya benjolan diatas tulang selangka

atau supraclavicula, terutama di sebelah kanan.

Kanker di daerah leher yang sebenarnya merupakan penyakit sistemik

yang dapat terjadi di seluruh tubuh, yaitu limfoma maligna.

Trauma di daerah leher bisa terjadi akibat benturan benda tumpul sehingga

terjadi bekuan darah atau hematom dan membentuk benjolan seperti tumor.

Page 11: Benjolan Pada Leher 2A

3. Jelaskan faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan benjolan pada

leher ?

Ada 3 faktor penyebab terjadinya benjolan pada leher, yaitu adanya

infeksi Virus Epstein Barr (EBV), faktor genetik, dan faktor lingkungan yang

memungkinkan terjadinya insidens ini.

a. Virus Epstein Barr (EBV)

Pada hampir semua kasus kanker telah mengaitkan terjadinya

kanker nasofaring dengan keberadaan virus ini. Virus ini merupakan virus

DNA yang diklasifikasi sebagai anggota famili virus Herpes yang saat ini

telah diyakini sebagai agen penyebab beberapa penyakit yaitu,

mononucleosis infeksiosa, penyakit Hodgkin, limfoma-Burkitt dan kanker

nasofaring. Virus ini seringkali dijumpai pada beberapa penyakit

keganasan lainnya tetapi juga dapat dijumpai menginfeksi orang normal

tanpa menimbulkan manifestasi penyakit.Virus tersebut masuk ke dalam

tubuh dan tetap tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam

jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu

mediator. Jadi, adanya virus ini tanpa faktor pemicu lain tidak cukup untuk

menimbulkan proses keganasan.

b. Faktor Genetik

Telah banyak ditemukan kasus herediter dari pasien karsinoma

nasofaring. Penelitian pertama menemukan adanya perubahan genetik

pada ras Cina yang dihubungkan dengan karsinoma nasofaring adalah

penelitian tentang Human Leucocyte Antigen (HLA). Perubahan genetik

Page 12: Benjolan Pada Leher 2A

mengakibatkan proliferasi sel-sel kanker secara tidak terkontrol. Beberapa

perubahan genetik ini sebagian besar akibat mutasi, putusnya kromosom,

dan kehilangan sel-sel somatik. Teori tersebut didukung dengan adanya

studi epidemiologik mengenai angka kejadian dari kanker nasofaring.

Kanker nasofaring banyak ditemukan pada masyarakat keturunan

Tionghoa.

c. Faktor Lingkungan

Ikan yang diasinkan kemungkinan sebagai salah satu faktor

etiologi terjadinya kanker nasofaring. Teori ini didasarkan atas insiden

kanker nasofaring yang tinggi pada nelayan tradisionil di Hongkong yang

mengkonsumsi ikan kanton yang diasinkan dalam jumlah yang besar dan

kurang mengkonsumsi vitamin, sayur, dan buah segar.

Faktor lain yang diduga berperan dalam terjadinya kanker

nasofaring adalah debu, asap rokok, uap zat kimia, asap kayu bakar, asap

dupa, serbuk kayu industri, dan obat-obatan tradisional, tetapi hubungan

yang jelas antara zat-zat tersebut dengan kanker nasofaring belum dapat

dijelaskan.

Belakangan ini penelitian dilakukan terhadap pengobatan alami

(chinese herbal medicine atau CHB) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang erat antara terjadinya kanker nasofaring, infeksi Virus

Epstein Barr (EBV), dan penggunaan CHB. Kebiasaan merokok dalam

jangka waktu yang lama juga mempunyai resiko yang tinggi menderita

kanker nasofaring.

Page 13: Benjolan Pada Leher 2A

4. Bagaimana patogenesis terjadinya benjolan pada leher yang bersifat progresif ?

Ada banyak factor yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada

leher, seperti trauma, infeksi, hormone, neoplasma dan kelainan herediter.

Factor-faktor ini bekerja dengan caranya masing-masing dalam menimbulkan

benjolan.Hal yang perlu ditekankan adalah tidak selamanya benjolan yang ada

pada leher timbul karena kelainan yang ada pada leher.Tidak jarang kelainan

itu justru berasal dari kelainan sistemik seperti limpoma atau TBC.

Hampir semua struktur yang ada pada leher dapt mengalami benjolan entah itu

kelenjar tiroid, paratiroid dan getah bening, maupun benjolan yang berasal dari

struktur jaringan lain seperti lemak, otot dan tulang.

Infeksi dapat menimbulkan benjolan pada leher melalui beberapa cara

yang diantaranya berupa benjolan yang berasal dari invasi bakteri langsung

pada jaringan yang terserang secara langsung maupun benjolan yang timbul

sebagai efek dari kerja imunitas tubuh yang bermanifestasi pada

pembengkakan kelenjar getah bening.

Sedangkan mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma itu dari

otot, sel limfoid, tulang maupun kelenjar secara umum hampir sama. Awalnya

terjadi dysplasia dan metaplasia pada sel matur akibat berbagai factor sehingga

differensiasi sel tidak lagi sempurna.Dysplasia ini menimbulkan sejumlah

kelainan fisiologs molekuler seperti peningkatan laju pembelahan sel dan

inaktifasi mekanisme bunuh diri sel terprogram.Hal ini berakibat pada

proliferasi sel tak terkendali yang bermanifestasi pada timbulnya benjolan pada

jaringan.Neoplasma dapat terjadi pada semua sel yang ada dileher entah itu

kelenjar tiroid, adenoma tiroid, lemak-lipoma, kartilago-kondroma, jaringan-

limfe limpoma, maupun akibat dari metastase kanker dari organ diluar leher.

Page 14: Benjolan Pada Leher 2A

5. Bagaimana patomekanisme gejala yang terjadi pada skenario di atas ?

Mekanisme Telinga berdengung :

Neoplasma di resessus faringeus & dinding lateral nasofaring menekan

tuba eustachia, menyebabkan tekanan negatif yang menghambat udara

sehingga telinga berdengung.

Mekanisme tidak terasa nyeri :

Rasa nyeri timbul karena adanya perangsangan pada reseptor nosispetik.

Pada skenario tidak dirasakan nyeri disebabkan benjolan tersebut bukan karena

proses infeksi sehingga reseptor nyeri tidak tertekan . Tetapi apabila massa

tersebut menekan saraf disekitarnya maka akan menimbulkan nyeri ( stadium

lanjut ).

6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis dari scenario tersebut ?

Anamnesis

Pada skenario di atas pasien tersebut datang dengan keluhan benjolan

pada leher bagian lateral kiri. Menggali keluhan utama pasien. Tanyakan:

a. Onset nya ( sejak kapan benjolan tersebut mulai muncul?)

b. Lokasi benjolan tersebut dimana ?

c. Apakah hanya ada 1 benjolan pada tempat tersebut?

d. Apakah benjolan tersebut membesar dengan cepat?

e. Apakah pasien merasakan nyeri pada benjolan tersebut?

f. Setelah keluhan utama kita gali, maka selanjutnya kita dapat menanyakan

keluhan lain pada pasien tersebut. Pada skenario diatas, keluhan lain yang

pasien rasakan adalah telinga berdengung pada sebelah kiri.

Keluhan lain sepeerti :

a. Apakah pasien merasakan nyeri pada kepala atau nyeri pada wajah?

b. Apakah ada gangguan pendengaran atau merasakan telinga berdengung?

c. Apakah pasien merasakan hidung sering tersumbat atau sering keluar

ingus kental bercampur arah ?

d. Apakah pasien merasakan gangguan pada penglihatan seperti pandangan

kabur ataupun penglihatan ganda?

e. Apakah pasien mengeluh sulit menelan dan sulit berbicara?

Page 15: Benjolan Pada Leher 2A

f. Apakah pasien merasakan demam, mual, muntah, dan penurunan nafsu

makan?

Untuk lebih memastikan diagnosis diatas, perlu dilakukan juga pemeriksaan

fisis. Karena benjolan tersebut berada pada leher, maka sebaiknya kita lakukan

pemeriksaan fisis THT-KL.

Inspeksi :

Lokasi benjolan tersebut, ukuran benjolan, apakah hanya ada 1 benjolan

yng muncul, jika tidak, pastikan lokasi benjolan yang lain berada dimana.

Perhatikan pula, apakah ada perubahan warna di sekitar benjolan tersebut.

Palpasi :

Raba benjolan tersebut untuk memastikan :

a. Ukuran benjolan

b. Bentuk benjolan tersebut

i. Tumor jinak umumnya berbentuk bulat atau lonjong.

ii. Tumor ganas umumnya tidak beraturan.

c. Batas tumor

i. Tumor jinak memiliki kapsul utuh, batas tegas.

ii. Tumor ganas tumbuh infiltratif, batas tidak jelas.

d. Konsistensi benjolan tersebut

i. Konsistensi tumor bisanya padat keras , padat kenyal atau kistik.

e. Raba juga permukaan benjolan tersebut.

i. Permukaan tumor jinak umumnya licin.

ii. Permukaan tumor ganas umumnya berbenjol tidak rata.

f. Mobil atau terfiksir

i. Raba juga apakah benjolan tersebut dapat digerakkan(mobil) atau

terfiksir(tidak dapat digerakkan)

g. Perhatikan juga apakah ada nyeri tekan saat kita meraba benjolan tersebut.

Page 16: Benjolan Pada Leher 2A

Selanjutnya kita lakukan pemeriksaan THT:

a. Rhinoskopi anterior dan posterior. Untuk melihat keadaan pada daerah

hidung dan adenoid.

b. Pemeriksaan Nasofaringoskop juga dapat kita lakukan untuk melihat

perkembangan tumor tersebut. Dapat juga kita lakukan otoskopi apabila

ada gangguan pada telinga pasien.

Pemeriksaan penunjang

Pada kasus tersbut, sebaiknya pasien dianjurkan untuk pemeriksaan darah

rutin, serologi virus EB, CT scan nasofaring potongan axial lalu setelah ada hasil

CT scan, selanjutnya kita lakukan biopsi untuk diagnosis histopatologi.

Apabila tumor tersebut sudah bermetastase jauh, maka kita dianjurkan

untuk melakukan pemeriksaan foto thorax atau foto polos abdomen.

7. Jelaskan differential diagnosis dan apa analisa kasus dari skenario di atas ?

Differential Diagnosa dari seknario :

a. Ca Nasofaring

b. Limfadenitis TB

c. Limfoma Maligna

Analisa Kasus :

Dari skenario ditemukan gejala-gejala seperti : benjolan pada leher kiri

lateral, benjolan teraba keras tetapi tidak nyeri , dan telinga teras berdengung.

Dari gejala-gejala diatas kemungkinan penderita suspek Ca Nasofaring .

Tetapi untuk memastikan penderita menderita Ca Nasofaring maka kitaharus

melakukan pemeriksaan lanjutan seperti CT-Scan , Biopsi , dan Laboratorium.

Karsinoma nasofaring

Definisi

Karsinoma nasofaring disebut juga tumor kanton.Menurut WHO,sekitar

80 % dari kasus karsinoma nasofaring didunia terjadi di china.

Page 17: Benjolan Pada Leher 2A

ANATOMI

Nasofaring terletak diantara basis cranial dan pallatum

mole,menghubungkan rongga hidung dan orofaring.Rongga nasofaring

menyerupai sebuah kubus yang tidak beraturan,diameter atas-bawah dan kiri-

kanan masing masing sekitar 3 cm, diameter depan belakang 2-3 cm,dapat

dibagi menjadi dinding anterior,superior,inferior dan 2 dinding lateral yang

simetri bilateral.Dinding supero-posterior.Dinding superior dan posterior

bersambung dan miring membentuk lengkungan,diantara kedua dinding tidak

terdapat batas anatomis yang jelas

Epidemiologi

Kanker nasofaring dapat terjadi pada segala umur,tapi umumnya

menyerang usia 30-60 tahun,menduduki 75-90 %.Proporsi pria dan wanita 8:1.

Etiologi

Terjadinya kanker nasofaring mungkin multifactor,proses

karsinogenesisnya mungkin mencakup banyak tahap.Faktor yang mungkin

terkait dengan timbulnya kanker nasofaring adalah :

1. Kerentanan genetic

Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen)

dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan

adalah,gen kerentanan terhadap kanker nasofaring.

Page 18: Benjolan Pada Leher 2A

2. Virus EB

Metode imunologi membuktikan antigen spesifik seperti antigen

kapsid virus (VCA) antigen membrane (MA),antigen dini(EA),antigen

nuklir,dll.

3. Faktor lingkungan

Menurut laporan luar negeri,orang cina generasi pertama (umumnya

penduduk kanton) yang bermigrasi ke Amerika Serikat,Kanada memiliki

angka kematian akibat kanker nasofaring 30 kali tinggi dari kulit putih

setempat.Penelitian akhir akhir ini menemukan zat berikut berkaitan dengan

timbulnya kanker nasofaring:

a. Golongan nitrosamine : ini dapat menilbulkan kanker pada

hewan.Diantaranya dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin

kandungannya agak tinggi pada ikan asin Guangzhou.Tikus putih

yang diberi pakan ikan asin dapat timbul kanker rongga nasal atau

sinus nasal.

b. Hidrokarbon aromatic: pada keluarga di area insiden tinggi kanker

nasofaring,kandungan 3,4-benzpiren

c. Unsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinogenesis pada

proses timbulnya kanker nasofaring pada tikus akibat

dinitrosopiperazin dosis kecil.

Patologi

Rongga nasofaring diselaputi selapis mukosa epitel tipis,terutama

berupa epitel skuamosa,epitel torak bersilia berlapis semu dan epitel

transisional.Di dalam lamina propria mukosa sering terdapat sebukan limfosit,

di submukosa terdapat kelenjar serosa dan musinosa.Kanker nasofaring adalah

tumor ganas yang berasal dari epitel yang melapisi nasofaring.

Page 19: Benjolan Pada Leher 2A

Manifestasi klinis

1. Epistaksis :sekitar 70 % pasien mengalami gejala ini,diantaranya 23,2 %

pasien datang dengan gejala awal ini.

2. Hidung tersumbat : Sering hanya sebelah dan secara progresif bertambah

hebat.Ini disebabkan tumor menyumbat lubang hidung posterior,insiden

sekitar 48 %.

3. Tinitus dan pendengaran menurun : masing masing menempati 51,6-62,5

% dan 50 %.Penyebabnya adalah tumor diresesus faringeus dan dinding

lateral nasofaring menginfiltrasi,menekan tuba eustaki,menyebabkan

tekanan negative di dalam kavum timpani,hingga terjadi otitis media

transudatif.

4. Sefalgia : Menempati 57,68,6 %,kekhasannya adalah nyeri kontinu di

region temporoparietal atau oksipital satu sisi.Ini sering disebabkan

desakan tumor,infiltrasi saraf cranial atau os basis cranial,juga mungkin

karena infeksi local atau iritasi pembuluh darah yng menyebabkan sefalgia

reflektif.

5. Pembesaran kelenjar limfe leher : sekitar 40 % pasien dating dengan gejala

pertama pembesaran kelenjar limfe leher,pada waktu diagnosis

ditegakkan,sekitar 60-80 % sudah metastasis kelenjar limfe.

6. Gejala metastasis jauh : karena 95 % lebih sel kanker nasofaring

berdiferensiasi buruk.Lokasi metastasis paling sering ke tulang,paru,hati.

Diagnosis

1. 2 gejala à curiga KNF

3 gejala à klinis KNF

2. Nasopharyngoskopi

3. Peningkatan titer viral kapsid Ag (VCA Epstein-Barr)

4. Biopsi nasopharyng à diagnosis pasti

Page 20: Benjolan Pada Leher 2A

Penanganan

Pada kasus Ca Nasofaring penanganan dilakukan sesuai dengan stadium

1. Radioterapi

Terapi terhadap kanker nasofaring berprinsip pada individualisasi

dan tingkat keparahan. Pasien stadium 1 ataupun 2 dengan radioterapi

eksternal ditambah brakiterapi kavum nasofaring; pasien stadium 3

ataupun 4 dengan kombinasi radioterapi dan kemoterapi.

2. Kemoterapi

Kemoterapi yang dimaksud berupa kemoterapi adjuvant dan

kemoradioterapi. Kemoterapi yang sering dipakai adalah PF (DDP +

5FU),karboplatin + 5FU, paklitaksel +DDP.

3. Terapi Bedah

Dilakukan operasi residif local nasofaring pasca radioterapi,lesi

relative terlokalisasi. 3 bulan pasca radioterapi kuratif terdapat residif lesi

primer nasofaring . Pasca radioterapi kuratif terdapat residif atau rekurensi

kelenjar limfe leher.

Prognosis

Stadium I à lebih dari 76,9 %

Stadium II à 56%

Stadium III à 36,4%

Stadium IV à 16,4 %

Page 21: Benjolan Pada Leher 2A

DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar Onkologi klinis Edisi Kedua Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2011

Dr.Suyatno SpB(K)Onk dan Dr.Emir Taris Pasaribu SpB(K)Onk. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi.2009

Aru Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi IV.

Jakarta: IPD Press

Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar THT Edisi 6. Jakarta: UI Press

http://www.emedicine.medscape.com/oncology/ diakses pada pukul 7.3 0 22

December 2009

Theopilus B. dkk. 2008. Buku AjarAnatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi

FK Unhas

Wan Desen. 2008. Buku Ajar Onkologi. Jakarta: UI Press