30

Click here to load reader

BAB I,II,III dIARE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diare

Citation preview

Page 1: BAB I,II,III dIARE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator kesehatan Indonesia suatu bangsa ialah derajat

kesehatan anak, yang biasa diukur melalui angka kematian anak, cermin dunia

kedokteran kali ini menyoroti berbagai masalah kesehatan anak dari berbagai

aspek, masalah diare tentu menjadi fokus utama, disamping penyakit-penyakit lain

seperti pneumonia, campak, malaria dan malnutrisi. Oleh sebab itu gejala penyakit

dan cara penanganannya perlu dikenali. Penanganan juga bukan hanya membantu

penyembuhan, namun juga dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih jauh

(Depkes RI, 1997).

Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah faktor

lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku

masyarakat (Depkes RI, 1994).

Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dari 1

sampai 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.

Tingginya kejadian diare di negara barat ini oleh karena foodborn infections dan

waterborn infections. Diare infeksi di negara berkembang menyebabkan kematian

sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7

kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya mengalami serangan

diare 3 kali setiap tahunnya (diare akut) (WHO, 2002).

Di negara berkembang kebanyakan disebabkan oleh lima hal, atau

kombinasi dari mereka yaitu : Pnumonia, diare, campak, malaria dan malnutrisi.

1

Page 2: BAB I,II,III dIARE

Di seluruh dunia 3 dari 4 anak yang pergi ke sentral pengobatan penderita

setidaknya satu dari kondisi di atas. Banyak dari kematian ini dapat dicegah

dengan manajemen kesehatan yang lebih baik (WHO, 1997). Diare adalah

penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak dengan perkiraan 1,3 milyar

dan 3,2 kematian tiap tahun pada balita. Keseluruhan anak-anak mengalami rata-

rata 3,3 diare per tahun. Tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 per tahun.

Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan

cairan dan elektrolit melalui tinjanya (Hendarwanto, 2003)

Di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 – 2 kali setahun. Hasil dari

SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) di Indonesia angka kematian diare anak

balita dan bayi per mil per tahun berturut-turut menunjukkan angka sebagai

berikut : 6,6 (anak balita) 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (bayi) pada tahun 1992 ; 1

(anak balita) dan 8 (bayi) pada tahun 1995. Menurut Departemen Kesehatan di 8

propinsi pada tahun 1989, 1990 dan 1995 berturut-turut morbiditas diare

menunjukkan 78,5%, 103% dan 100%. Apalagi dengan terjadinya krisis ekonomi

yang melanda di negara-negara Asia dimana Indonesia yang terparah, angka

kejadian diare menunjukkan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun

penyakit yang terkait dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA (Infeksi

Saluran Pernafasan Akut) (Depkes RI, 1999).

Provinsi Sumatera Utara mencatat penderita diare pada tahun 2005

sebanyak 168.072 orang. 11 Kabpuaten/Kota dinyatakan Kejadian Luar Biasa

diare pada tahun 2005 dengan 926 kasus, dan angka kematian 25 orang termasuk

2

Page 3: BAB I,II,III dIARE

di Kota Sibolga. Penderita terbanyak pada tahun 2005 terdapat di Kota Medan

dengan jumlah 38.012 orang (Depkes RI, 2005).

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa/i mampu menerapkan ilmu pengetahuan kesehatan umumnya,

khususnya ilmu perawatan kesehatan masyarakat dan ilmu yang dipilih

terkait dengan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melakukan pendekatan pada masyarakat.

Mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang keadaan umum

masyarakat diwilayah praktek belajar lapangan.

Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah yang ditemukan.

Mahasiswa mampu menganalisa masalah dan akhirnya membuat

intervansi yang diwujudkan dalam implementasi masalah yang

ditemukan.

Mahasiswa dapat membuat evaluasi terhadap segala tindakan yang

dilakukan

3

Page 4: BAB I,II,III dIARE

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan

lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces

(Ngastiyah, 1999). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara buang air

besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001). Sedangkan

menurut (Arief Mansjoer, 2000) Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan

atau tanpa darah atau lendir. Adapun menurut Donna L.Wong tahun 2008, diare

merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi

pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan

elektrolit yang abnormal dalam usus.

2.2 Klasifikasi

Diare biasanya diklsifikasikan sebagai berikut :

a. Diare Akut

Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut

didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi

defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Diare

akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari). Dan akan

mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. Diare infeksius

akut (Gastroenteritis infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan

parasit yang patogen.

4

Page 5: BAB I,II,III dIARE

b. Diare kronis

Diare kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi

dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14

hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom

malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defesiensi kekebalan, alergi makanan,

intolernsi laktosa atau diare non spesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari

penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.

c. Diare yang membandel (intraktabel) pada bayi

Diare ini merupakan sindrom yang terjdi pada bayi dalam usia beberapa

minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa

ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat

resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering

adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.

d. Diare kronis non spesifik

Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler

merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak – anak

yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak – anak ini memperlihatkan feses

yang lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak tercerna, dan

lamanya diare 2 minggu. Anak –anak yang menderita diare kronis non

spesifik akan tumbuh secara normal dan apada anak –anak ini tidak terdapat

gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi

enterik. Kesalahan maakan dan sensitifitas terhadap makanan pernah

dikaitkan dengan diare kronis, khususnya konsumsi jus dan pemanis buatan

5

Page 6: BAB I,II,III dIARE

seperti sorbitol yang banyak dijumpai dalam produk makanan serta minuman

kemasan mungkin menjadi faktor pemicunya.

2.3 Penyebab

Adapun faktor penyakit diare yang dibagi menjadi 4(empat) faktor

(Ngastiyah,1997) antara lain :

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi eksternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan

Infeksi bakteri : vibrio, E coli, rotavirus

Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus

Infeksi parasit : cacing, protozoa, jamur

b. Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan

Tonsilitis

Bronkopneumonia

Ensefalitis

2. Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor Makanan

a. Makanan beracun

b. Makanan basi

c. Alergi terhadap makanan

4. Faktor psikologis

6

Page 7: BAB I,II,III dIARE

Rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak yang lebih besar)

Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui dengan

pasti, penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Suharyono,2003) :

a. Penyebab tidak langsung

Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau

mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan sanitasi,

kepadatan penduduk, sosial ekonomi.

b. Penyebab langsung

Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri virus dan

parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan

oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran.

Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyakit diare akut dibagi menjadi 2

golongan yaitu :

1) Diare sekresi

a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella,

salmonella, E. coli, bacillus careus, clostridium. Golongan virus

seperti protozoa, entamoeba histolitica, giardia lamblia, cacing

perut, ascaris, jamur.

b) Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan

kimia misalnya keracunan makanan, makanan pedas, terlalu asam,

gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin, alergi.

c) Definisi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri dan jamur.

7

Page 8: BAB I,II,III dIARE

2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein

dan berat badan lahir rendah

2.4 Patogenesis

Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

a. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat

yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus meningkat sehingga penggeseran air dan elektrolit berlebihan

akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu

(misalnya: foksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu

peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare karena

pq`eningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus yaitu hiperstaltik yang mengakibatkan

kurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang

menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare.

2.5 Tanda dan gejala

a. Cengeng, gelisah

b. Suhu tubuh meningkat

c. Mata cekung

d. Nafsu makan berkurang

e. Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah

f. Warna tinja kehijau-hijauan

8

Page 9: BAB I,II,III dIARE

g. Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi

h. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare

i. Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan

dehidrasi

j. Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar, menjadi

cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering

(Ngastiyah,1997).

2.6 Cara penularan

Kuman penyakit diare ditularkan melalui fecal – oral antara lain melalui

makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja

penderita (Depkes,2000).

2.7 Pencegahan diare

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI, memperbaiki

makanan pendamping ASI, membuang sampah pada tempatnya atau menjaga

kebersihan lingkungan, menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari,

mencuci tangan sebelum makan,menutup makanan atau menjaga kebersihan

makanan, menggunakan jamban, membuang tinja anak pada tempat yang tepat

(Depkes, 2000).

2.8 Komplikasi

Menurut Suryadi dan yuliani (2005), akibat diare dan kehilangan cairan

serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai:

9

Page 10: BAB I,II,III dIARE

( dehidrasi ringan,sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik ), hipokalemia,

hipokalsemia, hiponatremia, syok hipovolemik, dan asidosis.

2.9 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi terjadinya diare pada

anak (Pudjiadi,2005; Notoatmodjo,2003) meliputi :

1. Faktor umum atau secara langsung

a. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba di mana sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan

ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan

telinga (pendengaran). Menurut Padmonodewo (2000) menyatakan

pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan

jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang

didapat.

b. Perilaku cuci tangan

Kebersihan pada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku

mencuci tangan setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Sebagian

besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal-oral. Dapat

10

Page 11: BAB I,II,III dIARE

ditularkan dengan memasukan ke dalam mulut, cairan atau benda yang

tercemar dengan tinja misalkan air minum dan makanan. Kebiasaan

dalam kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare,

dengan mengubah kebiasaan dengan tidak mencuci tangan menjadi

mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Penularan 14-18%

terjadinya diare diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan

dan perbaikan kebiasaan (Depkes,2000).

c. Hygiene sanitasi

Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang

mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan

manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian

rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk upaya

melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia

(perorangan atau masyarakat). Sedemikian rupa sehingga berbagai

faktor lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai

menimbulkan gangguan kesehatan (Azwar,1990).

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang

menitikberatkan pada pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan usaha pencegahan

terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga

munculnya penyakit dapat terhindari (Azwar,1990). Sanitasi

lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (Mandi, Cuci, Kakus),

11

Page 12: BAB I,II,III dIARE

tempat sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu balita yang dalam

pemanfaatannya kurang terpelihara, hal ini berhubungan dengan

pendidikan kesehatan pada ibu balita yang berdampak pada tingkat

kesadaran atau pengetahuan dalam menjaga sanitasi lingkungannya.

Selanjutnya menimbulkan tercapainya perilaku kesehatan yang

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya cara membuang

sampah sembarangan hal ini akan menimbulkan pencemaran pada

sumber air, udara serta bau yang menyengat yang tidak sehat dan

mengganggu dalam segi kesehatan (Notoatmodjo,2003). Adapun

macamnya antara lain :

1) Kualitas Sumber Air

Bagi manusia minum merupakan kebutuhan utama bagi

manusia yang menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti

mandi, mencuci, kakus, produksi pangan, pangan dan sandang.

Berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat

memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih atau air

minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.

Demikian diharapkan semakin banyak pengetahuan masyarakat

yang menggunakan air bersih maka akan semakin turun modifitas

penyakit akibat bawaan air (Soemirat,1994).

Sumber air minum merupakan sarana sanitasi yang penting

berkaitan dengan kejadian diare. Pada prinsipnya sumber air dapat

diproses menjadi air minum, sumber-sumber air ini dapat

12

Page 13: BAB I,II,III dIARE

digambarkan sebagai berikut : air hujan, di mana air hujan dapat

ditampung dan kemudian dijadikan air minum. Air sungai dan

danau, kedua sumber air ini sering disebut air permukaan. Mata air

yaitu air yang keluar dan berasal dari tanah yang muncul secara

alamiah. Air sumur dangkal yaitu air yang berasal dari lapisan air

di dalam tanah yang dangkal biasanya berkisar antara 5-15 meter.

Air sumur dalam yaitu air berasal dari lapisan air kedua di dalam

tana, dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter.

Sebagian besar air sumur dalam ini adalah cukup sehat untuk

dijadikan air minum langsung. Sebagian besar kuman-kuman

infleksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral yang

dapat ditularkan dengan dimasukkan ke dalam mulut cairan atau

benda yang tercemar dengan tinja. Sumber air yang bersih baik

kualitas maupun kuantitasnya akan dapat mengurangi tertelannya

kuman penyebab diare oleh balita. Kualitas air minum hendaknya

diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan, diusahakan

mendekati persyaratan air sehat yaitu persyaratan fisik yang tidak

berasa, bening atau tidak berwarna. Secara bakteriologi air harus

bebas dari segala bakteri terutama bakteri pathogen. Dari sisi

kimiawi air minum yang sehat itu harus mengandung zat-zat

tertentu di dalam jumlah tertentu di dalam jumlah tertentu seperti

flour, chlor, besi.(Notoatmodjo, 2003)

2) Kebersihan jamban

13

Page 14: BAB I,II,III dIARE

Dengan adanya jamban dalam rumah mempengaruhi

kesehatan lingkungan sekitar. Untuk mencegah atau mengurangi

kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka tinja harus dibuang

pada tempat tertentu agar menjadi jamban yang sehat untuk daerah

pedesaan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori

permukaan air di sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak

menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana

desainnya, murah, dapat diterima oleh pemakainya

(Notoatmodjo,1999).

2. Faktor Pendukung atau tidak langsung

B. Umur

Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan di

setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu

pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian besarnya

akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka

semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih

berbakti dari usia muda (Notoatmodjo,2002). Karakteristik pada ibu

balita berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap cara penanganan

dalam mencegah terjadinya diare pada balita, semakin tua umur ibu

maka kesiapan dalam mencegah kejadian diare akan semakin baik dan

dapat berjalan dengan baik.

14

Page 15: BAB I,II,III dIARE

C. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh. Dari kepentingan keluarga itu sendiri amat diperlukan

seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama kejadian

diare di dalam keluarganya dan biasa mengambil tindakan secepatnya

(Kodyat,1996).

Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare

berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi

tingkat pendidikan ibu maka semakin rendah prevalensi diarenya.

Lamanya menderita diare pada balita yang ibunya berpendidikan

rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang dibandingkan dengan

anak dari ibu yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih tinggi pada

anak yang ibunya tidak pernah sekolah menengah (Julianti,1999).

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai

dan kepercayaan akan takhayul di samping tingkat penghasilan yang

masih rendah merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan.

Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya ibu

balita merupakan salah satu masalah kesehatan yang berpengaruh

terhadap cara penanganan diare, sehingga sikap hidup dan perilaku

yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah.

Semakin tinggi pendidikan ibu maka mortalitas (angka kematian) dan

mordibilitas (keadaan sakit) semakin menurun, hal ini tidak hanya

15

Page 16: BAB I,II,III dIARE

akibat kesadaran ibu balita yang terbatas, karena kebutuhan status

ekonominya yang belum tercukupi (Suhardjo,1999).

D. Status Pekerjaan Ibu

Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna

dengan kejadian diare pada anak balita. Pada pekerjaan ibu atau

keaktifan ibu dalam berorganisasi sosial berpengaruh pada kejadian

diare pada balita. Dengan pekerjaan tersebut diharapkan ibu mendapat

informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak balita

menderita diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu yang tidak

bekerja sebanyak 12% (Irianto,1996).

E. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas

kesehatan yang baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin

baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin baik

(Berg, 1986). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas

dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga. Demikian ada

hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian diare yang

didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang

meningkatkan, perbaikan sarana atau fasilitas kesehatan serta masalah

keluarga lainnya, yang berkaitan dengan kejadian diare, hampir

berlaku terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan. (Berg, 1986).

16

Page 17: BAB I,II,III dIARE

Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidup, di mana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh

pada fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo, 2003). Apabila tingkat

pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka khususnya di dalam

rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam penyediaan air bersih,

penyediaan jamban sendiri atau jika mempunyai ternak akan diberikan

kandang yang baik dan terjaga kebersihannya. Rendahnya pendapatan

merupakan rintangan yang menyediakan orang tidak mampu

memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005). Pada ibu

balita yang mempunyai pendapatan kurang akan lambat dalam

penanganan diare karena ketiadaan biaya berobat ke petugas kesehatan

yang akibatnya dapat terjadi diare yang lebih parah.

17

Page 18: BAB I,II,III dIARE

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Donna L.Wong tahun 2008, diare merupakan gejala yang terjadi

karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi.

Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus

dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada

anak, dengan konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces.

Diare diklasifikan menjadi :

a. Diare akut

b. Diare kronik

c. Diare intraktabel pada bayi

d. Diare kronis nonspesifik

Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui dengan

pasti, penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu

a. Penyebab tidak langsung

Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau

mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan sanitasi,

kepadatan penduduk, sosial ekonomi.

b. Penyebab langsung

Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri virus dan

parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun

yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran.

18

Page 19: BAB I,II,III dIARE

3.2 Saran

1. Bagi masyarakat agar dapat menjalankan hidup bersih dan sehat

2. Bagi masyarakat agar dapat melakukan pencegahan dan segera melakukan

pengobatan jika

19

Page 20: BAB I,II,III dIARE

DAFTAR PUSTAKA

Wong L.Donna,2008, buku ajar keperawatan pediatrik.jakarta : EGC

Ngastiyah,2005, perawatan anak sakit,edisi 2. Jakarta : EGC

20