49
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Pengertian Diare Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Menurut Arief Mansjoer (2000) diare adalah defekasi lendir dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir. Sedangkan menurut Suharyono (2008) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare merupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang, dimana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu (host), dan faktor lingkungan (environment) (Suharyono, 2008). Faktor penyebab (agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (Ngastiyah, 2005). Sedangkan dari faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare pada balita yaitu dari faktor status gizi balita dan faktor perilaku hygiene yang buruk misalnya dalam perilaku mencuci tangan, kebersihan puting susu, kebersihan dalam botol susu dan dot susu pada balita. Kemudian dari faktor lingkungan (environment) yang menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian Diare

Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali pada anak,

konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan

darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Menurut Arief Mansjoer (2000) diare adalah

defekasi lendir dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir. Sedangkan

menurut Suharyono (2008) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak

normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare merupakan

salah satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang, dimana adanya faktor

yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor

penyebab (agent), penjamu (host), dan faktor lingkungan (environment) (Suharyono,

2008).

Faktor penyebab (agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita

diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (Ngastiyah,

2005). Sedangkan dari faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare pada balita yaitu

dari faktor status gizi balita dan faktor perilaku hygiene yang buruk misalnya dalam

perilaku mencuci tangan, kebersihan puting susu, kebersihan dalam botol susu dan dot

susu pada balita. Kemudian dari faktor lingkungan (environment) yang menyebabkan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

balita terkena diare yaitu dari kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik misalnya

dalam penggunaan kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan

balita (Soegijanto, 2002).

Menurut Widjaja (2008), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda

adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair

dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.

Menurut Ngastiyah (2005), diare merupakan salah satu gejala dari penyaki tpada

sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan,dikarenakan

keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali pada anak konsistensi feses encer

dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

Sedangkan menurut WHO (2009) diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau

lebih dalam sehari semalam (24 jam).

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijelaskan penulis dapat

mengambil kesimpulan pengertian diare adalah suatu keadaan dimana terjadi

perubahan pola buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari disertai perubahan

konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.

2.1.2 Etiologi diare

Menurut Widjaja (2012), diare disebabkan oleh adanya beberapa faktor, antara lain:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

1. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak

balita. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang dibagi menjadi lima (Widjaja,

2012) ,yaitu:

a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak.

b. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter.

c. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno virus,

Rotavirus, Astrovirus.

d. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa

(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonashominis), jamur (Candida

albicans).

e. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitismedia

akut (OMA), tonsillitis/tonsilo faringitis, bronko pneumonia, ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terjadi pada bayi dananak berumur di bawah

dua tahun.

2. Faktor Malabsorbsi

Faktor ini dibagi menjadi dua, yaitu (Adriani, 2016):

a. Malabsorpsi karbohidrat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula

dapatmenyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau asam,

dansakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anakakan

terganggu.

b. Malabsorpsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan

bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yangsiap diabsorpsi

usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosausus, diare dapat jadi

muncul karena lemak tidak terserap dengan baik, Gejalanya adalah tinja

mengandung lemak.

3. Faktor makanan

Faktor makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,

beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Makanan yang

terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak balita (Adriani,

2016):

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mengakibatkan terjadi diare, meliputi rasa takut cemas dan

tegang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis.Tetapi jarang terjadi

pada anak balita dan umumnya terjadi pada anak yang lebih besar atau dewasa

(Adriani, 2016).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

2.1.3 Klasifikasi diare

Klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi berat, diare

dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, diare persisten, disentri (Hidayat,

2015).

a. Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis

ataumengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit

jelek.Penatalaksanaannya yaitu lakukan pemasangan infuse, berikan cairan IV Ringer

Laktat, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan agar bayi dalam keadaan

hangat dan kadar gula tidak turun.

b. Diare dehidrasi sedang atau ringan

Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, sertaturgor

kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebihlama untuk setiap kali

pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuatoralit, lanjutkan pemberian ASI,

berikan penjelasan kapan harus segera dibawa ke petugas kesehatan.

c. Diare tanpa dehidrasi

Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat atau

ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali

pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau airmatang sebanyak

keinginan balita, ajari pada ibu cara memberikan oralit dengan memberi 6 bungkus

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit yangdiberikan sebagai tambahan cairan,

anjurkan untuk meminum sedikit tapi sering.

d. Diare persisten

Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan dan

pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri dalam manajemen

balita sakit dapat diatasi sesuai dengan tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar

gula agar tidak turun, anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera.

e. Disentri

Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan saluran

pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan diare persisten.

2.1.4 Gejala diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali

atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas,

tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah

dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba

menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau

kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-

gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung

darahatau demam tinggi (Amiruddin, 2011).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Beberapa Perilaku keluarga yang dapat meningkatkan kejadian diare pada balita

di antaranya adalah (Pusat Promosi Kesehatan, 2011):

1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.

Pada balita yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada

balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih

besar.

2. Menggunakan botol susu

Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol

susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai

selama berjam-jam dan dibiarkan di lingkungan yang panas, sering

menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh

kuman-kuman atau bakteri penyebab diare.

3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar

Makanan bila disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan tersebut akan

tercermar dan kuman akanberkembang biak.

4. Menggunakan air minum yang tercemar.

5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja

anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

6. Tidak membuang tinja dengan benar

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Seringnya anggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya tinja

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang

juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2.1.5 Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah

LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak

Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare

juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE (Kemenkes RI,

2011) yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

2.1.6 Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga

dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan

rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di

pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi

penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum

harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui

infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

1. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

2. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya

diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

3. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas

untuk di infus (Kemenkes RI, 2011)

Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok

dengan cara sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh

dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah

hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok

setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

(Juffrie, 2010).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

2.1.7 Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat

menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini

meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan

dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama

kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume

tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami

diare (Kemenkes RI, 2011). Dosis pemberian Zinc pada balita (Kemenkes RI, 2011):

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian

tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut

berikan pada anak diare.

2.2 Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar merupakan salah satu persyaratan dalam rumah sehat. Sarana

sanitasi dasar berkaitan langsung dengan masalah kesehatan, terutama masalah

kesehatan lingkungan. Sarana sanitasi dasar menurut Kepmenkes No

852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategi nasional STBM (Sanitasi Total Berbasis

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Masyarakat), sanitasi dasar rumah meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan

sampah dan limbah rumah tangga (Kemenkes RI, 2013).

Sanitasi lingkungan rumah juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai

lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal yang

mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup

manusia. Usaha sanitasi lingkungan rumah menurut Kusnoputranto (2012) adalah

usaha kesehatan yang menitikberatkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan

fisik yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan

fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia lain (Suyono, 2010).

Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah.

Lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik serta lingkungan sosial. Lingkungan

rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk

tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan

pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan

rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor

yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan

masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Menurut model segitiga epidemiologi, suatu

penyakit timbul akibat interaksi satu sama lain yaitu antara faktor lingkungan, agent

dan host (Timmreck, 2013). Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

menjadi penentu pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor

yang paling penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan

sanitasi lingkungan (Zubir, 2013).

Menurut Winslow dan APHA, rumah yang sehat harus memenuhi beberapa

persyaratan antara lain (Suyono, 2010):

a. Menurut Suyono (2010) bahwa memenuhi kebutuhan fisiologis adalah:

1) Pencahayaan yang cukup, baik cahaya alam (sinar matahari) maupun cahaya

buatan (lampu). Pencahayaan yang memenuhi syarat sebesar 60 – 120 lux. Luas

jendela yang baik minimal 10 % - 20 % dari luas lantai.

2) Perhawaan (ventilasi) yang cukup untuk proses pergantian udara dalam

ruangan. Kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat adalah

bertemperatur ruangan sebesar 18o – 30o C dengan kelembaban udara sebesar

40 % - 70 %. Ukuran ventilasi memenuhi syarat 10% luas lantai.

3) Tidak terganggu oleh suara-suara yang berasal dari luar maupun dari dalam

rumah (termasuk radiasi).

4) Cukup tempat bermain bagi anak-anak dan untuk belajar.

b. Menurut Suyono (2010) bahwa memenuhi kebutuhan psikologis adalah:

1) Setiap anggota keluarga terjamin ketenangannya dan kebebasannya.

2) Mempunyai ruang untuk berkumpulnya anggota keluarga.

3) Lingkungan yang sesuai, homogen, tidak telalu ada perbedaan tingkat yang

ekstrem di lingkungannya. Misalnya tingkat ekonomi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

4) Mempunyai fasilitas kamar mandi dan WC sendiri.

5) Jumlah kamar tidur dan pengaturannya harus disesuaikan dengan umur dan

jenis kelaminnya. Orang tua dan anak dibawah 2 tahun boleh satu kamar. Anak

diatas 10 tahun dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Anak umur 17 tahun

ke atas diberi kamar sendiri.

6) Ukuran ruang tidur anak yang berumur 5 tahun sebesar 4,5 m3, dan umurnya5

tahun adalah 9 m3. Artinya dalam satu ruangan anak yang berumur 5 tahun ke

bawah diberi kebebasan menggunakan volume ruangan 1,5 x 1 x 3 m3, dan 5

tahun menggunakan ruangan 3 x 1 x 3 m3.

7) Mempunyai halaman yang dapat ditanami pepohonan.

8) Hewan/ternak yang akan mengotori ruangan dan ribut/bising hendaknya

dipindahkan dari rumah dan dibuat kandang tersendiri dan mudah dibersihkan.

c. Menurut Suyono (2010) bahwa pencegahan Penularan Penyakit adalah

1) Tersedia air bersih untuk minum yang memenuhi syarat kesehatan

2) Tidak memberi kesempatan serangga (nyamuk, lalat), tikus dan binatang lainnya

bersarang di dalam dan di sekitar rumah.

3) Pembuangan kotoran/tinja dan air limbah memenuhi syarat kesehatan.

4) Pembuangan sampah pada tempat yang baik, kuat dan higienis.

5) Jarak antara tempat tidur minimal 90 cm untuk terjaminnya keleluasaan

bergerak, bernapas dan untuk memudahkan membersihkan lantai.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

6) Luas kamar tidur maksimal 3,5 m2 perorang dan tinggi langit-langit maksimal

2,75 m. Ruangan yang terlalu luas akan menyebabkan mudah masuk angin,

tidak nyaman secara psikologis, sedangkan apabila terlalu sempit akan

menyebabkan sesak napas dan memudahkan penularan penyakit karena terlalu

dekat kontak.

7) Tempat masak dan menyimpan makanan harus bersih dan bebas dari

pencemaran atau gangguan serangga, tikus dan debu.

d. Menurut Suyono (2010) bahwa pencegahan terjadinya kecelakaan adalah:

1) Cukup ventilasi untuk mengeluarkan gas atau racun dari dalam ruangan dan

menggantinya dengan udara segar.

2) Cukup cahaya dalam ruangan untuk mencegah bersarangnya serangga atau

tikus, mencegah terjadinya kecelakaan dalam rumah karena gelap.

3) Bahan bangunan atau konstruksi rumah harus memenuhi syarat bangunan sipil,

terdiri dari bahan yang baik dan kuat.

4) Jarak ujung atap dengan ujung atap tetangga minimal 3 m, lebar halaman

antara atap tersebut minimal sama dengan tinggi atap tersebut. Hal ini tidak

berlaku bagi perumahan yang bergandengan (couple).

5) Rumah agar jauh dari rindangan pohon- pohon besar yang rapuh/ mudah patah.

6) Hindari menaruh benda-benda tajam dam obat-obatan atau racun serangga

sembarangan apabila didalam rumah terdapat anak kecil.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

7) Pemasangan instalasi listrik (kabel-kabel, stop kontak, fitting dll) harus

memenuhi standar PLN.

8) Apabila terdapat tangga naik/ turun, lebar anak tangga minimal 25cm, tinggi

anak tangga maksimal 18 cm, kemiringan tangga antara 30o-360. Tangga harus

diberi pegangan yang kuat dan aman.

Menurut Notoatmodjo (2012), rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai

tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005),

secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak

yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privasi yang cukup, komunikasi yang

sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas

vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan dan cukup sinar

matahari pagi.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah

roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh

tergelincir.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Menurut Kemenkes (2015), rumah sehat adalah proporsi rumah yang

memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga

komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing

parameter adalah sebagai berikut :

1. Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai,

jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap

dapur, dan pencahayaan.

2. Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban (sarana

pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana

pembuangan sampah.

3. Perilaku

Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan sebagai tempat berlindung yang

mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 2011). Sarana sanitasi tersebut

antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian, penerangan alami,

konstruksi bangunan rumah, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan

kotoran manusia dan penyediaan air. Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan

angka kesakitan penyakit menular, terutama diare. Lingkungan perumahan sangat

berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya diare (Azwar, 2011).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya

disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena

rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo,

2012). Keadaan perumahan merupakan salah satu faktor yang menentukan kondisi

hygiene dan sanitasi lingkungan pemiliknya. Rumah yang layak huni adalah bangunan

yang memenuhi syarat kesehatan penghuninya. Sedangkan, sanitasi rumah adalah

usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap faktor

fisik dimana orang menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat

kesehatan manusia (Zubir, 2013).

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.3.1.Pengertian Perilaku

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sendiri sebagai hasil pembelajaran perilaku hidup

bersih dan sehat yang diterapkan pada lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga,

sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, dan tempat umum. Program ini

mengajarkan dan menciptakan kondisi perorangan, keluarga, kelompok, dan

masyarakat dengan memberikan komunikasi, informasi, edukasi, untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam perialku hidup bersih dan sehat melalui

pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (sosial support), dan pemberdayaan

masyarakat (Kemenkes RI, 2012).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga

anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan

dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Adalah wujud

keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam

hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana

Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM (Kemenkes RI, 2011).

Green (1990) dan Notoadmodjo (2010) menganalis perilaku manusia berangkat

dari tingkat kesehatan bahwa seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh 2 (dua)

faktor yakni faktor perilaku dan faktor di luar prilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 (tiga) faktor, yaitu:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari

seseorang.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan

fisik,tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana-sarana kesehatan

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok

referensi dan perilaku masyarakat.

Berdasarkan teori Green, dikembangkan teori lain yang dinamakan health belief

seperti dikutip Notoadmodjo (2010) bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan

kepercayaan tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan itu sesuai atau tidak

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu

tersebut. Teori ini mempunyai kelompok variabel sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

1. Latar belakang sosio-demografis seperti kelompok umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, tingkat sosial penghasilan atau pendapatan dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2. Pengertian tentang ancaman penyakit (perceived threat) yang terdiri dari

(Notoatmodjo, 2010):

a. Pengertian tentang kerentanan terhadap penyakit (perceived

susceptibility).

b. Pengertian tentang keparahan penyakit tersebut (perceived severity).

3. Pengertian tentang jalan untuk tindakan (path of action) yang terdiri dari

(Notoatmodjo, 2010):

a. Pengertian tentang kegunaan untuk melakukan tindakan tersebut

(perceived benefits).

b. Pengertian tentang hambatan untuk melakukan tindakan tersebut

(perceived harriers).

4. Kemampuan diri untuk berperilaku melaksanakan tindakan yang

bersangkutan (selt-afficacy) (Notoatmodjo, 2010).

5. Dorongan dari luar (cues) antara lain sumber informasi tambahan yang akan

mempengaruhi pengertian tersebut. Misalnya pesan atau informasi dari

media massa, tokoh masyarakat dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

6. Cetusan peristawa terutama pengalaman pribadi atau keluarga yang ada

kaitannya dengan tindakan yang diharapkan (Notoatmodjo, 2010).

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau

seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tertentu. Respons ini

berbentuk dua macam (Soekidjoe, 2012) yaitu :

1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir,

tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa

imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut

tidak membawa anaknya ke Puskesmas untuk di imunisasi. Dari contoh tersebut

terlihat bahwa si Ibu telah tahu gunanya imunisasi. Oleh sebab itu perilaku ibu

tersebut masih terselubung (covert behavior).

2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

Misalnya pada contoh si ibu yang telah membawa anaknya ke Puskesmas atau

fasilitas kesehatan lain untuk diimunisasi. Oleh karena itu perilaku mereka ini

sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka di sebut (overt behavior).

2.3.2 Perilaku Kesehatan

Sehat adalah sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan

tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,

sosial dan spiritual. Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif

untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

Perilaku kesehatan pada dasarnya suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni

respons dan stimulus atau perangsangan masyarakat (Kemenkes RI, 2012).

Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respons seseorang individu

terhadap stimulus yang yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini

dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif

(melakukan tindakan). perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan

dengan kesehatan (Notoadmojo, 2010).

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni (Notoadmodjo, 2010).

1. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health

promotion behavior). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan

sebagainya. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour) adalah

respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya.

Termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. Perilaku

sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior), yaitu

perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha

mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

kesehatan moderen (puskesmas, mantra, dokter praktek, dan sebagainya),

maupun ke fasilitas-faslitas tradisional (dukun, dan sebagainya). Perilaku

sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu

perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah

sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-

anjuran dokter dalam rangka melakukan kesehatannya.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan moderen maupun tradisional. Perilaku ini

menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas

kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuaan, persepsi,

sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respons seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi

pengetahuan, persepsi, sikap dan kita terhadap makanan serta unsur-unsur

yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya

sehubungan kebutuhan tubuh kita.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah

respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

Lingkungan perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.

2.3.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan

aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan

mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan

lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu di jaga, dipelihara

dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua

pihak (Kemenkes RI, 2010).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga adalah untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat (Kemenkes RI, 2010). Adapun tujuan dari perilaku hidup bersih dan sehat

yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif

masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal (Kemenkes RI, 2010).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar

promosi kesehatan dan PHBS (Atmojo, 2012) yaitu:

1. Advocacy (pendekatan kepemimpinan)

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Pihak-

pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal dan non formal yang

umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang

dana pemerintah. tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh

pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu

“kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non

pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan

melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat (Kemenkes RI,

2015). Tahapan-tahapan advokasi (Kemenkes RI, 2015) yaitu :

a. Mengetahui atau menyadari adanya masalah.

b. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah.

c. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai

alternatif pemecahan masalah.

d. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif

pemecahan masalah.

e. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

2. Bina Suasana (menjembatani)

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu

apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang

yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan

masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena

itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam

upaya meningkatkan para individu dari fase ke fase perlu dilakukan Bina

Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan

individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum (Kemenkes

RI, 2015). Langkah-langkah melakukan bina suasana (Kemenkes RI, 2015) yaitu :

a. Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan

suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.

b. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap

tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.

c. Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan

disempurnakan.

d. Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

3. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-

menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta

proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu

menjadi tahu atau sadar, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (Kemenkes RI, 2015).

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta

kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu

melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini

kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang

sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses

pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan

masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah

mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan

kesulitan yang dihadapi (Kemenkes RI, 2015). Langkah-langkah melakukan

kegiatan gerakan pemberdayaan (Kemenkes RI, 2015) yaitu :

a. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan

pembinaan.

b. Menganalisis dan mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya

seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluhan

individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

c. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap

tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya.

d. Mengembangkan metoda dan teknik serta media yang telah diujicoba dan

disempurnakan.

e. Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama

dengan lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.

f. Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan,

eksekutif).

Menurut Kemenkes RI, 2015, PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai

rumah tangga sehat dengan melakukan 10 indikator yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan antara lain

yaitu: bidan, dokter, dan tenaga medis lainnya.

2. Memberi bayi Asi eksklusif

Adalah bayi 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan

makanan atau minuman lain.

Asi adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang

cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang

dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan

(kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan

terhadap penyakit (Kemenkes RI, 2015).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Keunggulan Air Susu Ibu yaitu : 1) Mengandung zat gizi sesuai

kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan,

2) Mengandung zat kekebalan, 3) Melindungi bayi dari alergi, 4) Aman dan

terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam

keadaan segar, 5) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan

dapat diberikan kapan saja dan dimana saja, 6) Membantu memperbaiki refleks

menghisap,menelan dan pernapasan bayi. Sedangkan manfaat dari air susu Ibu

adalah: menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi, mengurangi

pendarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu,

menunda kehamilan berikutnya, mengurangi risiko terkena kanker payudara

(Kemenkes RI, 2015).

3. Menimbang bayi dan balita

Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau

pertumbuhannya setiap bulan. Manfaat dari penimbangan balita setiap bulan

yaitu : 1) Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, 2) Untuk mengetahui

dan mencegah gangguan pertumbuhan balita, 3) Untuk mengetahui

kelengkapan imunisasi, 4) Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam, batuk,

pilek, diare) berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat

badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat

segera dirujuk ke puskesmas, 5) Untuk mendapatkan penyuluhan (Kemenkes RI,

2015).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

4. Menggunakan air bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk

minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-

alatdapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit

atau terhindar dari (Kemenkes RI, 2015).

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab

penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman

dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun

dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun

kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Kemenkes RI, 2015).

6. Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembungan

kotoran masusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan

leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Kemenkes RI, 2015).

Jenis-jenis jamban yang digunakan ;

a. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang

yang berfungsi menyimpan kotoran atau tinja kedalam tanah dan

mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung

diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

b. Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa

yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi

sebagai wabah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang di

lengkapi dengan resapan (Kemenkes RI, 2015).

Syarat-syarat jamban sehat antara lain :

a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan

lubang penampung minimal 10 meter)

b. Tidak berbau

c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.

e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

g. Penerangan dan ventilasi cukup.

h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

7. Memberantas jentik nyamuk

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang selalu melakukan

pemeriksaan jentik secara berkala dan tidak terdapat jentik nyamuk.

8. Makan buah dan sayur setiap hari

Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2

porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap sangat

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

penting, karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan

dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

dan bugar sepanjang hari. Seseorang harus melakukan aktivitas fisik secara

teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga dapat menyehatkan

jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya.

Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur yaitu :

a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, dan tekanan

darah tinggi.

b. Berat badan terkendali.

c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat.

d. Bentuk tubuh menjadi bagus.

e. Lebih percaya diri, bertenaga dan bugar.

f. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

10. Tidak merokok di dalam rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok

ibarat pabrik bahan kimia. dalam satu batang rokok yang dihisap akan

dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

berbahaya adalah nikoton, tar, dan Carbon Manoksida (CO) (Kemenkes RI,

2015).

2.3.4 Manfaat PHBS Di Masyarakat

Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi rumah tangga:

a. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

c. Prokduktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya

kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk

kesekahatan dapat diahlikan untuk biaya investasi seperti biya pendidikan,

Pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan

keluarga (Kemenkes RI, 2015).

Manfaat Perilaku Hidup dan Sehat bagi masyarakat :

a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat

b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan

c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

(UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin

(tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dll (Kemenkes

RI, 2015).

2.3.4 Sasaran PHBS Di Masyarakat

1. Sasaran Primer

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Yaitu sasaran secara langsung, yang meliputi : individu anggota masyarakat,

kelompok dalam masyarakat, dan masyarakat secara keseluruhan, yang diharapkan

untuk mempraktekkan PHBS (Kemenkes RI, 2015).

2. Sasaran Sekunder

Yaitu mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam

pengambilan keputusan untuk mempraktekkan PHBS. Yang meliputi : para pemuka

masyarakat atau tokoh masyarakat, tokoh atau pemuka adat, tokoh pemuka agama,

tokoh politik, tokoh pertanian, tokoh pendidikan, tokoh bisnis, tokoh remaja, tokoh

pemuda, tokoh wanita, dan tokoh kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2015).

3. Sasaran Tersier

Yaitu mereka yang berada dalam posisi pengambilan keputusan formal,

sehingga dapat memberikan dukungan, baik berupa kebijakan/pengaturan dan sumber

daya dalam proses pembinaan PHBS terhadap sasaran primer. Mereka sering juga

disebut sebagai tokoh masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisi

menentukan dalam stuktur formal di masyarakatnya (disebut juga penentu kebijakan).

Dengan posisinya itu, mereka juga memiliki kemampuan untuk mengubah sistem nilai

dan norma masyarakat melalui pemberlakuan kebijakan/pengaturan, disamping

menyediakan sarana yang diperlukan (Kemenkes RI, 2015).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

2.4 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Diare Pada Balita

2.4.1 Pemberian ASI Eksklusif

Air susu ibu adalah (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar air susu ibu.

Penelitian telah membuktikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik pada bayi dan

dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia enam bulan. ASI Eksklusif adalah

pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan makanan lainnya ataupun cairan lainnya

seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat

ataupun seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim sampai

usia enam bulan (Roeli, 2010).

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan

cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, serta tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan

nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI

dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Kristiyanasari, 2011).

WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama 6

bulan pertama tanpa tambahan makanan apapaun. Selama ASI eksklusif pemantauan

tumbuh kembang bayi harus dilakukan rutin tiap bulan baik posyandu atau dirumah

sakit (Tjipta, 2014).

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik

fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

dengan benar, faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara

dini dengan posisi yang benar, teratur, dan eksklusif oleh karena itu, salah satu yang

perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu dapat tetap memberikan ASI kepada

bayinya secara eksklusif sampai 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur

dua tahun (Sudargo, 2015). WHO dan Pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan

Menteri Kesehatan RI No 450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Asi Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif pada bayi Indonesia mulai tanggal 7 April 2004 (Puslitbang Gizi Dan

Makanan, 2014).

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, vitamin, dan

mineral yang berfungsi sebagai makanan bayi. ASI mengandung laktosa yang

merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber

energy untuk otak. Kandungan laktosa didalam ASI hamper dua kali lipat lebih banyak

dibandingkan didalam susu formula. Namun kejadia diare akibat tidak mampu

mencerna laktosa jarang ditemukan pada bayi (intoleransi laktosa). Ini disebabkan

penyerapan laktosa ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan susu sapi atau susu

formula (IDAI,2015).

Protein merupakan makronutrien yang ditemukan pada ASI. Susu sapi

mengandung lebih banyak protein (3,5 g/dl) dibandingkan dengan ASI (0,7 g/dl), tetapi

kadar ini melebihi kebutuhan bayi. ASI lebih banyak mengandung protein whey,

terutama laktalbumin suatu protein yang lebih komplek dibandingkan dengan protein

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

kasein. Tingginya persentase kasein dalam susu sapi menyebabkan terbentuknya

gumpalan keju keras dan besar (Wong dkk, 2013).

Zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI yaitu vitamin D, E, A, K dan vitamin

yang larut dalam air. Vitamin D rendah didalam ASI tetapi sudah cukup mampu

memenuhi kebutuhan bayi. Vitamin E berfungsi dalam mempertahankan dinding sel

darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan anemia. Bahan baku pembuat

vitamin A yaitu beta karoten banyak ditemukan pada ASI. Vitamin A berfungsi menjaga

kesehatan mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Hal

ini yang dapat menarangkan kenapa anak dengan ASI mengalami tumbuh kembang dan

daya tahan yang baik. Vitamin K dibutuhkan dalam pembekuan darah, kadar vitamin K

didalam ASI hanya seperempat dibandingkan dengan susu formula, oleh karena itu bayi

baru lahir diberikan vitamin K dalam bentuk injeksi (IDAI, 2015).

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, artinya hanya memberikan ASI saja

selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman yang lain. Pemberian cairan

dan makanan dapat menjadikan sarana masuknya bakteri patogen. Bayi usia dini

sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama dilingkungan yang kurang

higienis dan sanitasi buruk. Di beberapa Negara kurang berkembang, 2 diantara 5 orang

tidak memiliki sarana air bersih. ASI menjamin bayi dapat memperoleh suplai air bersih

yang siap tersedia setiap saat (Yuliarti, 2010).

Penelitian di Filipina menegaskan tentang mamfaat pemberian ASI eksklusif dan

dampak negative pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

penyakit diare. Seorang bayi (tergantung usianya) yang diberi air putih, teh, atau

minuman herbal lainnyan akan beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibanding

bayi yang diberi ASI eksklusif. Pada kasus diare ringan, dianjurkan untuk meningkatkan

frekuensi menyusui. Jika bayi menderita tingkat diare sedang hingga parah, segera

hubungi petugas kesehatan dan teruskan menyusui, sebagaimana dianjurkan dalam

pedoman Penanganan Terpadu Penyakit Anak-Anak/PTPA (Integrated Management Of

Chldhood illness//IMCI). Bayi yang tampaknya mengalami dehidarsi mungkin

membutuhkan terapi rehidrasi oral, yang hanya boleh diberikan atas saran petugas

kesehatan (Yuliarti, 2010).

2.4.2 Kebiasaan Cuci Tangan

Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five moments (lima waktu) cuci

tangan menurut SPO gizi adalah: a) Sebelum masuk ke dalam area produksi dan

distribusi, b) Setelah memegang bahan mentah/ kotor, c) Setelah memegang anggota

tubuh, d) Sebelum dan setelah memporsikan makanan di plato/ alat saji pasien, e)

Setelah keluar dari kamar mandi/ toilet (Suratun, 2012).

Kebersihan tangan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu mencuci tangan dengan air

mengalir dan sabun (Hand-wash) dan mencuci tangan dengan antiseptik berbasis

alkohol (Hand-rub). Langkah-langkah cuci tangan Hand-wash yaitu: a) membasuh

tangan dengan air, lalu tuangkan sabun anti septik di telapak tangan secukupnya, b)

meratakan dengan kedua telapak tangan, c) menggosok punggung dan sela-sela jari

tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, d) menggosok kedua telapak dan sela-

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

sela jari tangan kanan dan tangan kiri bergantian, e) jari-jari sisi dalam dari kedua

tangan saling mengunci, f) menggosok ibu jari kiri dengan cara berputar dalam

genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya, g) menggosok dengan memutar

ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya searah jarum jam, h)

membilas kedua tangan dengan air mengalir, i) mengeringkan dengan handuk sekali

pakai/ kertas tisu, j) menutup kran dengan menggunakan handuk sekali pakai/ kertas

tisu tersebut, k) semua prosedur dilakukan selama 40-60 detik, l) indikasi cuci tangan

dilakukan pada tangan yang tampak kotor, setelah menggunakan sarung tangan,

setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, serta setelah 5 X Hand-rub (Kariadi, 2012).

Langkah-langkah cuci tangan Hand-rub yaitu: a) menuangkan larutan anti septik

berbasis alkohol ke telapak tangan secukupnya, b) meratakan di kedua telapak tangan,

c) menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan

sebaliknya, d) menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan kanan dan tangan kiri

bergantian, e) jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci, f) menggosok ibu

jari kiri dengan cara berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya,

g) menggosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan

sebaliknya searah jarum jam, h) biarkan sampai kering, i) semua prosedur dilakukan

selama 20-30 detik (Kariadi, 2012).

2.4.3 Sumber Air Minum

Sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih karena

tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Sumber-sumber air tersebut secara kuantitas harus cukup dan darisegi kualitas harus

memenuhi syarat untuk mempermudah proses pengolahan. Secara umum air berasal

dari sumber-sumber sebagai berikut (Sumantri, 2010):

1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air murni yang ketika turun dan

melalui udara akan melarutkan benda-benda di udara seperti gas O2,CO2, N2, jasad

renik, dan debu (Sumantri, 2010).

2. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada daerah akifer

(Effendi, 2011). Air tanah berdasarkan kedalamannya dibagi menjadi dua, yaitu:

3. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan

tanah.Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman 15 meter, ditinjau dari segi

kualitasnya air tanah dangkal dikaterigorikan agak baik dan dari segi kuantitas urang

baik, tergantung pada musim.

4. Air Tanah Dalam

Pengambilan air tanah dalam harus menggunakan bor dan memasukkan pipa

kedalamnya sampai kedalaman 100-300 m. Jika tekanan air tanah besar, maka air

dapat menyembur keluar, sumur ini disebut sumur artesis (Sutrisno, 2013).

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

5. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah, misalnya air

sungai, air rawa, dan danau (Slamet, 2012). Adapun sarana penyediaan air bersih dibagi

dalam beberapa jenis (Laila,2001) yaitu:

1. Sumur Gali

Sumur gali adalah jenis sarana air bersih dengan cara tanah digali sampai

mendapatkan lapisan air dengan kedalaman tertentu. Sumur gali terdiri dari bibir

sumur, dinding sumur, lantai sumur, saluran air limbah, dan dilengkapi dengan kerekan

timba dengan gulungan atau pompa. Menurut Kemenkes 2012, dalam pembuatan

sumur gali perlu memperhatikan beberapa hal,yaitu:

a. Jarak antara sumur gali dengan tempat pembuangan sampah, parit, dan tempat

penampungan tinja harus lebih dari 10 meter.

b. Dinding sumur dibuat kedap air dengan kedalaman minimal 3 meter dari

permukaan tanah.

c. Diatas permukaan tanah dibuat dinding tembok yang kedap air setinggi 80 cm.

Sebaiknya diberi penutup agar air hujan dan kotoran lainnya tidak dapat masuk

kedalam sumur.

d. Lantai sumur dibuat kedap air dengan lebar minimal 1 meter dari tepi bibir atau

dinding sumur dengan ketebalan 10-20 cm.

e. Saluran air limbah 10 meter dari sumur gali dan sumur resapan air buangan

yang dibuat dari bahan kedap air dan licin

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

f. Tali dan timba tidak terletak di lantai.

2. Penampungan Air Hujan

Penampungan air hujan adalah sarana air bersih yang digunakan untuk menampung

air hujan sebagai persediaan air bersih dan pengadaan air bersih.

3. Sumur Pompa

Sumur pompa adalah sarana penyediaan air bersih yang digunakan untuk

menaikkan air dari sumur dengan menggunakan pompa air, baik itu pompa tangan

maupun listrik.

4. Ledeng atau Perpipaan (PDAM)

Ledeng atau perpipaan adalah adalah air yang diproduksi melalui proses

penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui saluran air.

Air ledeng atau perpipaan (PDAM) merupakan air yang berasal dari perusahaan air

minum yang dialirkan langsung kerumah dengan beberapa titik kran.

5. Perlindungan

Perlindungan mata air adalah sumber air bersih yang berasal dari air tanah dalam,

biasanya bebas dari cemaran mikroorganisme.Bila air tersebut dimanfaatkan yang

harus diperhatikan adalah perlindungan mata air tersebut, perpipaan yang membawa

air ke konsumen atau jaringan distribusinya, dan terminal akhir dari jaringan

distribusinya.

2.4.4 Sarana Pembuangan Jamban

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang

harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan kotoran yang baik

harus dibuang ke dalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban. Jamban

atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk

membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC dan memenuhi

jamban sehat dan baik. Setiap individu harus menggunakan jamban untuk buang air

besar (Soedjono, 2011).

Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat,

dan tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya.

Jamban juga tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi

penular penyakit diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran

pencernaan, penyakit kulit dan keracunan (Suparmin, 2012).

Menurut Rahmawati (2012), syarat jamban yang sehat adalah :

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan

lubang penampungan tinja minimal 10 meter).

2. Tidak berbau.

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

4. Tidak mencemari tanah sekitarnya.

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

7. Penerangan dan ventilasi yang cukup.

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

2.4.5 Saluran Pembuangan Air Limbah

Menurut Steel (2010), air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari

rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung

bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta

mengganggu kelestariaan lingkungan (Chandra, 2011).

Menurut Budiman Chandra (2012), air limbah sebelum dibuang ke pembuangan

akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat menerapkan

pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Tujuan

dari pengelolaan air limbah yaitu:

1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga

2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air

3. Menghindari pencemaran tanah permukaan

4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.

Sementara itu, saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang diterapkan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber – sumber air Minum

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit

5. Tidak terbuka dan harus tertutup

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

Air limbah rumah tangga berasal dari air bekas mandi, bekas cuci pakaian,

maupun cuci perabot, bahan makanan, dan sebagainya. Air ini sering disebut sullage

atau gray water yang banyak mengandung sabun atau deterjen dan mikroorganisme

penyebab berbagai penyakit. Salah satu penyebab penyakit dari mikroorganisme yang

ada pada air limbah yaitu penyakit diare. Mikroorganisme ini akan dibawa oleh vektor

atau serangga yang akan diinfeksikan kepada manusia melalui makanan dan minuman.

Untuk memutus mata rantai penyakit tersebut diperlukan saluran pembuangan air

limbah (SPAL) rumah tangga yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (Juli Soemirat,

2014).

2.4.6 Tempat Pembuangan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi

oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,

sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,

atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan

sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia

yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang

tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya benda-benda alam, benda –

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang

tumbang akibat angina rebut, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012)

Pembuangan Sampah Rumah Tangga adalah kegiatan secara sistematis,

menyeluruh, berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah

yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan

sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).

Sedangkan menurut (Hadiwiyato, 2008) mengemukakan bahwa Pembuangan

sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangakan

masalah-masalah yang erat kaitannya dengan lingkungan yang dapat timbul. Jadi pada

prinsipnya Pembuangan sampah dapat diartikan sebagai suatu perilaku terhadap

timbulan mulai dari tempat penyimpanan sampah pembuangan akhir sampah yang

mana pengaturan ini didasarkan pada prinsip memperkecil atau menghilangkan

masalah-masalah yang ditimbulkan oleh adanya sampah baik terhadap lingkungan

maupun terhadap kesehatan masyarakat.

Menurut Irianto (2014), terdapat beberapa jenis sampah yaitu:

1. Berdasarkan sumbernya, sampah digolongkan dua kelompok sebagai berikut:

a) Sampah domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh kegiatan dan

kepentingan manusia secara langsung: dari rumah tangga, sekolah, pemukiman,

dan rumah sakit.

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

b) Sampah non – domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh kegiatan

dan kepentingan manusia secara tidak langsung: dari pabrik industri,

peternakan, dan pertanian.

2. Berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan ke dalam tiga kelompok sebagai

berikut:

a) Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan,

kotoran ataupun benda – benda lain yang berbentuk padat

b) Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri,

pertanian, peternakan maupun manusia yang berbentuk cair, misalnya air

buangan dan urine

c) Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan, cerobong

pabrik yang semuanya berbentuk gas atau asap.

3. Berdasarkan jenisnya, dikenal ada dua kelompok sampah, yaitu:

a) Sampah organik, terdiri atas berbagai jenis sampah yang sebagian besar

senyawa organik (sisa tanaman, hewan ataupun kotoran)

b) Sampah anorganik, terdiri atas berbagai jenis sampah yang tersusun oleh

senyawa anorganik seperti botol dan logam.

Sedangkan menurut Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin (2012), sampah dapat

dibedakan menjadi:

1. Solid waste refuse, yaitu sampah yang berbentuk padat.

2. Liquid waste/waste water, yaitu sampah yang berbentuk cair/air buangan.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

3. Atmospheric waste, yaitu sampah yang berbentuk gas.

4. Human waste/excreta disposal, yaitu sampah yang berasal dari kotoran manusia

5. Special waste, yaitu sampah dalam jenis khusus, sebab tergolong

sampah yang berbahaya.

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang

langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang

disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah

beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan

lain-lainnya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga

dapat menimbulkan penyakit.

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses

pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya

terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara anaerobic apabila

oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobik akan menghasilkan cairan yang disebut

leachate beserta gas. Leachate atau lindi ini adalah cairan yang mengandung zat padat

yang tersuspensi yang sangat halus dan hasil penguraian mikroba, biasanya terdiri atas

Ca, Mg, Na, K, Fe, Khlorida, Sulfat, Phospat, Zn, Ni, CO2, H2O, NH3, H2S, asam organik,

dan H2. Tergantung dari kualitas sampah, maka di dalam leachate bisa pula didapat

mikroba patogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya. Dengan bertambahnya

waktu, maka jumlah lindi akan berkurang. Zat anorganik seperti khlorida sulit sekali

berkurang sekalipun ada proses atenuasi di dalam tanah. Proses atenuasi seperti ini

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

telah diuraikan terdahulu dapat berupa pertukaran ion, adsorpsi, pembentukan

kompleks, filtrasi, biodegradasi, dan presipitasi. Oleh karenanya, khlorida dan zat padat

terlarut dapat digunakan sebagai indikator untuk mengikuti aliran lindi. Pengaruh

terhadap kesehatan dapat terjadi karena tercemarnya air tanah, tanah, dan udara. Efek

tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam

sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus.

Dimana lalat adalah vektor berbagai penyakit perut, salah satunya diare.. Demikian

juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering

membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pest (Soemirat, 2014).

Adapaun syarat-syarat pokok tempat penyimpanan sampah sementara

(container) tentang pembuangan sampah antara lain adalah (Kemekes RI, 2012) :

1. Syarat kontruksi

a. Tidak mudah berkarat

b. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan, kedap air.

c. Mempunyai tutup dan sebaiknya mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori

tangan.

d. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan.

e. Mempunyai pegangan tangan/handdle di kedua belah sisinya.

f. Alasnya harus dijaga supaya tidak mudah berlubang

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah kejadian frekuensi

2. Syarat volume

Volumenya dapat menampung sampah yang dihasilkan oleh pemakai dalam waktu

tertentu (3 hari).

3. Syarat lokasi

Mudah dijangkau baik oleh pemakai maupun petugas pengumpul sampah.

2.5. Kerangka Teoritis

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas maka disusunlah

kerangka teoritis sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka TeoriSumber : Sumber: Widjaja (2002), Juli Soemirat (2007), Sukidjo Notoadmodjo (2003),

Depkes RI (2002).

SanitasiDasar

Sumber Air Minum

SaranaPembuangan

tinja

Sarana tempatpembuangan

sampah

Sarana SPAL

Saluran Drainase

Status rawanbanjir

Pemberian ASIEklusif

Cucitangan

Personalhygiene

PHBS

Ketahanantubuh

Kuman Infeksi Diare