84
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT TIMUR BULAN AGUSTUS 2010 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: LYDIA AMALIYA NIM:107103001630 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL

EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

BALITA DI KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT

TIMUR BULAN AGUSTUS 2010

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

LYDIA AMALIYA

NIM:107103001630

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Oktober 2010

Lydia Amaliya

Page 3: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT

TIMUR BULAN AGUSTUS 2010

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Lydia Amaliya

NIM: 107103001630

Pembimbing

Dr. Riva Auda, SpA, MKes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 4: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN

SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI

KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT TIMUR BULAN AGUSTUS 2010

yang diajukan oleh Lydia Amaliya (NIM: 107103001630), telah diujikan dalam

sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 7 Oktober 2010. Laporan

penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 7 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang & Pembimbing Penguji

Dr. Riva Auda, SpA , MKes Dr. Yanti Susianti, SpA

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM

Page 5: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh…

Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu saya panjatkan atas nikmat dan berkah

yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor

Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan

Ciputat Timur Bulan Agustus 2010”. Saya menyadari tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

penelitian ini. Untuk itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1) Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Gholib, MA, dan

Dra. Farida Hamid MPd, selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah

kami PSPD dan senantiasa memberikan semangat agar terus berjuang untuk

menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

2) DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk

semua dosen, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan

kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di

PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala

yang telah mereka berikan.

3) Dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan riset ini di tengah kesibukan beliau.

4) Dr. Yanti Susianti, SpA selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

saran dan kritik yang membangun.

5) Drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. selaku penanggung jawab riset PSPD

2007 yang selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.

6) Puskesmas Ciputat Timur beserta staf dan kader-kader posyandu yang telah

membantu dalam pengambilan sampel penelitian.

Page 6: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

vi

7) Mama dan Papa tercinta yang selalu mendukung dan memberikan motivasi

untuk belajar lebih baik lagi. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang

telah kalian berikan juga pelajaran hidup yang sangat berharga sehingga

menjadikanku dewasa.

8) Kakak-kakakku Vivi Luthfiyanti, Firmansyah, dan Riza Umami yang telah

banyak mengajarkan arti kehidupan. Terima kasih karena kalian menjadikan

hidupku penuh warna.

9) Keponakanku terlucu dan tersayang Kayla, Hasya, dan Azzam yang selalu

membuatku tertawa dan selalu membuatku rindu kalian.

10) Seluruh keluarga besar, terima kasih atas dukungan materil dan moril yang

tidak ternilai harganya.

11) Teman-teman kelompok riset Yurilla, Hilya, Karina, Emi, Idha, dan Ridwan.

Terima kasih atas waktu dan canda tawa kalian selama ini. Mari berjuang

kawan.

12) Tut Wuri Handayani, yang selalu memberikan kejutan dan semangat yang

tiada henti. Terimakasih atas perhatiannya selama ini.

13) Seluruh teman seperjuangan PSPD angkatan 2007. Keep spirit.

14) Fitri Kurnia Rahim dan teman-teman terdekat yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih atas support dan bantuan kalian.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 7 Oktober 2010

Penulis

Page 7: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

vii

ABSTRAK

Nama : Lydia Amaliya

Program Studi : Pendidikan Dokter

Judul : HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL

EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

BALITA DI KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT

TIMUR BULAN AGUSTUS 2010

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fakor lingkungan

dan sosial ekonomi terhadap kejadian diare di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur

pada bulan Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap 96 responden ibu-ibu

yang memiliki balita dengan menggunakan desain analisis potong lintang,

kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis statistik

menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan dari faktor sosial

ekonomi tidak ada hubungan antara faktor pekerjaan ibu (p=0,816), dan jumlah

anak (p=0,065) dengan kejadian diare di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.

Namun, Penghasilan keluarga menunjukkan adanya hubungan terhadap kejadian

diare di wilayah tersebut (p=0,001). Faktor lingkungan menunjukkan adanya

hubungan antara sumber air bersih (p=0,033), jamban (p=0,023), dan limbah

(p=0,001) terhadap kejadian diare. Kualitas air (p=0,271) dan sampah (0,426)

tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian diare di Kelurahan

Pisangan Ciputat Timur.

Disarankan pada petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan pada

masyarakat tentang penggunaan sumber air bersih, jamban, dan pengelolaan

limbah.

Kata kunci:

Diare, sosial ekonomi, dan lingkungan.

Page 8: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

viii

ABSTRACT

Name : Lydia Amaliya

Study Program : Medical Education

Title : RELATIONSHIP BETWEEN THE ENVIRONMENT

FACTORS AND ECONOMIC SOCIAL FACTORS

WITH DIARRHEA CASE AT CHILDREN UNDER

FIVE YEARS OLD IN KELURAHAN PISANGAN

CIPUTAT TIMUR IN AUGUST 2010

The purpose of this analytical study is to know the relationship between the

environment factors and Economic social factors with diarrhea case at children

under five years old in Kelurahan Pisangan Ciputat Timur in August 2010. This

research was conducted on 96 women respondents who has children under five

years old using cross-sectional analitical design, and then performed univariate

and bivariate analysis. Statistic analyzed used chi square test. The result of this

research showed from economic social there was not relationship between mother

job (p=0,816), and number of children (p=0,065) with diarrhea case at children

under five years old in Kelurahan Pisangan Ciputat Timur. The family income

showed there was relationship with diarrhea case in that place (p=0,001). The

environment factors suggest a relationship between clean water sources (p =

0.033), latrine (p = 0.023), and waste (p = 0.001) on the incidence of diarrhea.

However, from water quality (p = 0.271) and garbage (0.426) showed no

relationship with incidence of diarrhea in Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.

It is recommended to health care workers to provide counseling to the community

about the use of clean water sources, latrines, and waste management.

Key words:

diarrhea, environment, and economic social.

Page 9: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK....................................................................................................... vii

ABSTRACT ………………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1. LANDASAN TEORI .………….................................................... 5

2.1.1. Definisi Diare …………….......................................................... 5

2.1.2. Klasifikasi Diare ………………….............................................. 5

2.1.3. Etiologi......................................................................................... 6

2.1.4. Epidemiologi................................................................................ 7

2.1.5. Patofisiologi................................................................................. 8

2.1.6. Manifestasi klinis ........................................................................ 10

2.1.7. Dehidrasi ………………………………………………………. 10

2.1.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare …………… 12

2.1.9. Pencegahan diare ………………………………………………. 12

2.1.10.Penatalaksanaan ……………………………………………….. 13

2.2. Faktor Lingkungan Memperngaruhi Kejadian Diare …………….. 19

2.3. Faktor Sosial Ekonomi Mempengaruhi Kejadian Diare …………. 28

2.4. KERANGKA KONSEP PENELITIAN ………………………. 31

2.5. DEFINISI OPERASIONAL …………………………………... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 34

3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 34

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 34

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 34

3.4. Kriteria Penelitian .......................................................................... 35

3.5. Cara Kerja ...................................................................................... 36

3.6. Analisis Data .................................................................................. 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ........................... 38

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian …………………………….. 38

4.1.2. Keadaan Geografi ………………………………….................... 38

4.1.3. Keadaan Demografi ……………………………......................... 38

Page 10: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

x

4.2. Analisis Univariat ……………………………............................... 39

4.2.1. Gambaran Sosial Ekonomi ……………………………………... 39

4.2.2. Gambaran Keadaan Lingkungan ……………………………….. 40

4.3.3. Gambaran Kejadian Diare ……………………………………… 42

4.3. Analisis Bivariat …………………………………………………. 42

4.3.1. Faktor Sosial Ekonomi ………………………………………… 43

4.3.2. Faktor Lingkungan …………………………………………….. 46

4.4. Keterbatasan Penelitian ………………………………………….. 51

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 52

5.1. Simpulan ....................................................................................... 52

5.2. Saran ............................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54

LAMPIRAN .................................................................................................. 58

Page 11: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Derajat Keparahan Dehidrasi .................................................... 11

Tabel 2.2. Kebutuhan oralit per kelompok umur (terapi A) ...................... 16

Tabel 2.3. Kebutuhan oralit berdasarkan umur dan berat badan ………… 16

Tabel 2.4. Kandungan yang terdapat dalam air yang ideal ……………… 22

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 38

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu, Penghasilan

Keluarga, dan Jumlah Anak …………………………………..

39

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih,

Kualitas Air, Jamban, Sampah, dan Limbah.

40

Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kejadian Diare …….. 42

Tabel 4.5. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Diare …… 43

Tabel 4.6. Hubungan Antara Penghasilan Keluarga Dengan Kejadian

Diare ………………………………………………………….

44

Tabel 4.7. Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Kejadian Diare 45

Tabel 4.8. Hubungan Antara Sumber Air Bersih Dengan Kejadian Diare. 46

Tabel 4.9. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Kejadian Diare ……... 47

Tabel 4.10. Hubungan Antara Jamban Dengan Kejadian Diare ………….. 48

Tabel 4.11. Hubungan Antara Sampah Dengan Kejadian Diare …………. 49

Tabel 4.12. Hubungan Antara Pengelolaan Limbah Dengan Kejadian

Diare …………………………………………………………..

50

Page 12: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Jalur Penularan Penyakit Melalui Tinja Manusia ................... 24

Gambar 2.2. Kerangka Konsep .....................................................................31

Page 13: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara yang

sedang berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab

kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di

dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian

besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17%

kematian anak di dunia disebabkan oleh diare. Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab

kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 5,5%. (Juffrie M

dan Mulyani NS, 2009)

Statistik di Amerika mencatat tiap tahun terdapat 20-35 juta kasus diare

dan 16,5 juta diantaranya adalah balita. Angka kematian balita di negara

berkembang akibat diare ini sekitar 3,2 juta setiap tahun. (Direktorat Jendral

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman

(P2MPLP), 1999) Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa

tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara anggota Assosiation South East Asia Nation (ASEAN).

Penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang adalah

diare. Sampai saat ini diare tetap sebagai child killer peringkat pertama di

Indonesia. (Andrianto P, 1995; Warouw PS, 2002)

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2001,

diare menduduki peringkat pertama penyebab kematian anak dengan persentasi

sebesar 35%. Di Indonesia sendiri dapat ditemukan sekitar 60 juta penderita diare

setiap tahunnya sekitar 70-80% dari penderitanya adalah anak di bawah lima

tahun dengan masih tingginya angka kesakitan yang dilaporkan, yaitu 23,35 per

1000 penduduk pada tahun 1998 meningkat menjadi 26,13 per 1000 penduduk

pada tahun 1999. (Profil Kesehatan Indonesia, 2004)

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa

banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak.

Faktor-faktor

Page 14: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

2

tersebut salah satunya adalah faktor lingkungan dan sosial ekonomi. Berdasarkan

hasil penelitian Yulisa (2008) yang melakukan penelitian di Kelurahan Kasongan

Baru, Kalimantan Tengah, diketahui bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan,

sumber air minum, kualitas fisik air minum, jenis jamban keluarga, serta tidak ada

pengaruh jenis pekerjaan dengan kejadian diare pada anak balita. Sedangkan hasil

penelitian Irianto dan kawan kawan diketahui bahwa faktor sosiodemografi yang

mempengaruhi kejadian diare pada balita yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan

ibu dan umur anak balita merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi

kejadian diare pada balita, sedangkan umur ibu tidak berhubungan dengan

kejadian diare pada balita. (Irianto J dkk, 1996)

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengetahui

hubungan antara lingkungan dan sosial ekonomi dengan kejadian diare pada balita

di Kelurahan Pisangan dengan mengambil data dari Posyandu di Kelurahan

Pisangan Ciputat Timur.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah Apakah terdapat hubungan antara faktor lingkungan dan sosial ekonomi

terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur pada

bulan Agustus 2010?

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1.3.1. Adanya hubungan antara keadaan lingkungan, yakni sumber air bersih,

kualitas air, jamban, sampah dan pengelolaan limbah, dengan kejadian

diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur pada bulan

Agustus 2010.

1.3.2. Adanya hubungan antara faktor sosial ekonomi yakni pekerjaan ibu,

penghasilan keluarga, dan jumlah anak dengan kejadian diare pada balita

di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur pada bulan Agustus 2010.

Page 15: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

3

1.4. Tujuan penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dan sosial ekonomi

terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur .

1.4.2. Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan antara jenis pekerjaan ibu dengan kejadian diare di

Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

Mengetahui hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian diare

di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

Mengetahui hubungan antara jumlah anak dengan kejadian diare di

Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

Mengetahui hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare di

Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

Mengetahui hubungan antara kualitas air dengan kejadian diare di

Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

Mengetahui hubungan antara tempat pembuangan tinja (jamban) dengan

kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

Mengetahui hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare

pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

Mengetahui hubungan antara pengelolaan limbah dengan kejadian diare

pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1. Bagi instansi terkait

Memberikan informasi bagi instansi terkait tentang faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi kejadian diare pada balita sehingga dapat dijadikan

dasar dalam pengambilan kebijakan dan penanggulangan diare di

Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

1.5.2. Bagi masyarakat

Memberikan informasi tentang faktor lingkungan dan faktor sosial

ekonomi yang mempengaruhi kejadian diare pada balita sehingga

Page 16: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

4

masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan kasus diare di Kelurahan

Pisangan, Ciputat Timur.

1.5.3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi

peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lain.

Page 17: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Definisi Diare

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja menjadi lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi

buang air lebih dari biasanya (lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari).

(Departemen Kesehatan RI, 1993)

Menurut Hippocrates diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang

tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair.

Menurut WHO diare adalah buang air besar tiga kali atau lebih dalam sehari

dengan atau tanpa disertai darah. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi

yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat

mendadak datangnya. (Suharyono, 2008)

2.1.2. Klasifikasi Diare

Rendle Short membuat klasifikasi berdasarkan ada atau tidaknya infeksi

(Suharyono, 2008) :

a. Diare infeksi spesifik

b. Diare non-spesifik.

Berdasarkan organ yang terkena infeksi :

a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,

parasit)

c. Diare infeksi parenteral (sistemik) atau diare karena infeksi di luar

usus (otitis media, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin dan

lainnya).

Ellis dan Mitchell membagi diare pada bayi dan anak secara luas

berdasarkan lamanya diare dibagi atas (Suharyono, 2008):

a. Diare akut : diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak. Diare

karena infeksi usus dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang

bayi umumnya disebut gastroenteritis infantil.

Page 18: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

6

b. Diare kronik : umumnya bersifat menahun; di antara diare akut dan

kronik disebut diare subakut.

2.1.3. Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan,

efek obat, imunodefisiensi dan keadaan-keadaan tertentu.

a. Infeksi

Infeksi terdiri dari infeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral yaitu

infeksi saluran pencernaan dan infeksi parenteral yaitu infeksi di

bagian tubuh lain di luar alat pencernaan. (Ngastiyah, 2005)

Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak.

Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,

dan lain-lain.

Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia

lamblia, Trichomonas hominis).

jamur (Candida albicans).

Infeksi parenteral (sistemik) : infeksi di luar alat pencernaan makanan

seperti : otitis media akut (OMA), tonslitis atau tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. (Mansjoer dkk,

2000, Asnil dkk, 2003)

b. Makanan

Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan pedas,

makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap

makanan tertentu seperti susu sapi akan terjadi malabsorbsi

karbohidrat, disakarida, lemak, protein, vitamin dan mineral.

(Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003)

Page 19: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

7

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang

matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah

mengakibatkan diare pada anak-anak balita. (Widjaja, 2002)

c. Imunodefisiensi

Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau

ketiadaan respon imun normal.

Defisiensi imun terutama Secretory Immunoglobulin A (SigA) yang

mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama

Candida. (Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003)

d. Terapi obat

Walaupun sebagian besar besar diare disebabkan oleh infeksi, namun

diare juga dapat dipicu oleh pemakaian obat-obatan.

Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik dan

antasida. (Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003)

e. Keadaan tertentu

Keadaan lain yang menyebabkan seseorang diare seperti gangguan

psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf. (Mansjoer dkk, 2000, Asnil

dkk, 2003)

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita,

umumnya terjadi pada anak yang lebih besar. (Widjaja, 2002)

2.1.4. Epidemiologi

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang

lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral melalui makanan dan

minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Prevalensi

diare yang tinggi di negara berkembang merupakan kombinasi dari sumber air

Page 20: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

8

yang tercemar dengan kekurangan protein yang menyebabkan turunnya daya

tahan tubuh. (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman, 1999)

Penurunan angka kejadian diare pada bayi di negara-negara maju erat

kaitannya dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI), yang sebagian disebabkan oleh

kurangnya pencemaran minum anak dan sebagian lagi karena faktor pencegahan

imunologik dari ASI. (Asnil dkk, 2003) Perilaku yang dapat menyebabkan

penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare antara lain,

tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan,

menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,

menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, dan

tidak mencuci tangan sesudah buang air besar. (Direktorat Jendral Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999)

2.1.5. Patofisiologi

a. Proses sekretorik

Proses ini terjadi karena dihasilkannya enterotoksin oleh kuman, zat

metabolik, atau sumber toksin dari luar. Enterotoksin merangsang sekresi air dan

elektrolit oleh sel-sel kripta dari mukosa usus halus. Proses tersebut melalui

pengaktifan adenyl siklase dan peningkatan sekresi aktif cairan dan elektrolit dari

sel kripta ke lumen usus halus. Proses ini juga melibatkan prostaglandin. Dengan

mekanisme yang belum jelas, Enterotoksin juga menghambat reabsorpsi cairan

dan elektrolit oleh sel-sel villi usus halus. Proses ini terjadi pada infeksi oleh

Vibrio cholera, Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), Shigella stadium awal,

Clostridium sp, Salmonella sp, Campylobacter sp, dan Staphylococcus sp.

Gejala-gejalanya: diare disertai dengan muntah, tidak ada demam, dan

cepat menyebabkan dehidrasi. Diare yang disebabkan oleh ETEC berlangsung

lebih singkat dibandingkan kolera, sehingga penggunaan antibiotik tidak atau

kurang berguna. Infeksi karena ETEC biasanya berlangsung selama 2-3 hari.

(Garnadi Y,dkk, 2000)

Page 21: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

9

b. Proses invasif

Pada proses ini ditandai dengan terjadinya kerusakan atau destruksi sel-sel

mukosa villi usus halus, sering disebabkan oleh invasi virus. Setelah sel

mengalami lisis, vili memendek sehingga luas permukaan untuk absorbsi

berkurang. Selain itu infeksi Rotavirus dapat meningkatkann aktivitas enzim

laktase dan disakaridase, sehingga menyebabkan gangguan penyerapan

disakarida. Sementara itu sel kripta yang berfungsi sekretorik tidak banyak

terganggu, dengan demikian hasil akhir adalah penurunan absorbsi dan sekresi

relatif bertambah sehingga terjadi diare yang bersifat cair. (Garnadi Y,dkk, 2000)

c. Proses osmotik

Diare osmotik disebabkan oleh adanya bahan non-absorbsi di traktus

gastrointestinal. Proses ini sering terlihat pada sindrom malabsorbsi, meskipun

sebenarnya secara fungsional terjadi pula pada diare karena proses sekretorik dan

invasif yang mana terdapat penurunan kemampuan absorbsi cairan dan nutrien

secara normal. Sindrom malabsorbsi yang paling sering adalah intoleransi laktosa.

Mekanisme diare osmotik karena malabsorbsi terjadi peningkatan tekanan

osmotik lumen usus sehingga cairan tertarik dari intraselular ke ekstraselular.

Gejalanya : demam, pantat merah, perut kembung (distensi abdomen), tinja asam,

dan diare encer. (Garnadi Y,dkk, 2000)

d. Proses disenterik

Pada proses ini terjadi peradangan pada mukosa dari ileum terminal dan

usus besar. Peradangan ini sering akibat invasi bakteri patogen, udem mukosa,

perdarahan, dan infiltrasi leukosit. Absorbsi cairan, yang merupakan fungsi utama

usus besar dapat menurun. Iritasi pada usus besar dapat menyebabkan peningkatan

frekuensi defekasi dan sering disertai tenesmus. Bakteri yang sering menjadi

penyebab adalah Shigella sp, Salmonella sp, Campylobacter jejuni, dan beberapa

jenis E.coli (ETEC).(Garnadi Y,dkk, 2000)

Page 22: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

10

2.1.6. Manifestasi klinis

Mula-mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair,

mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-

hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya

lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang

berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah

dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Anak-anak yang tidak mendapatkan

perawatan yang baik selama diare akan jatuh pada keadaan-keadaan seperti

dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa, hipoglikemia, gangguan gizi, dan

gangguan sirkulasi. (Asnil dkk, 2003)

2.1.7. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada pemasukan

air. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan gejala klinis dan kehilangan berat

badan.

Page 23: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

11

Klasifikasi Keparahan Dehidrasi pada Anak-anak dengan Diare

Tabel 2.1. Derajat Keparahan Dehidrasi

Klasifikasi Tanda atau gejala Tata laksana

Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih dari

tanda-tanda berikut:

Letargis atau tidak

sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum

atau malas minum

Cubitan kulit perut

kembalinya sangat

lambat

Jika tidak ada klasifikasi

berat lainnya: beri cairan

untuk dehidrasi berat

(rencana terapi C)

Jika anak juga

mempunyai klasifikasi

berat lainnya :

- Rujuk segera dan selama

dalam perjalanan ibu

diminta terus member

larutan oralit sedikit demi

sedikit.

- Anjurkan ibu agar tetap

member ASI.

Jika ada kolera di daerah

tersebut, beri obat

antibiotik untuk kolera.

Dehidrasi

ringan/sedang

Terdapat dua atau lebih dari

tanda-tanda berikut :

Gelisah, rewel, atau

mudah marah

Mata cekung

Haus, minum

dengan lahap

Cubitan kulit perut

kembalinya lambat

Beri cairan dan makanan

sesuai rencana terapi B

Jika anak juga

mempunyai klasifikasi

berat lainnya :

- Rujuk segera ke rumah

sakit dan selama dalam

perjalanan ibu diminta

terus member larutan

oralit sedikit demi

sedikit.

- Anjurkan ibu agar tetap

member ASI.

Nasihati ibu kapan harus

kembali segera.

Kunjungan ulang setelah

5 hari bila tidak ada

perbaikan.

Tanpa dehidrasi Tidak cukup tanda-tanda Beri cairan dan makanan

sesuai rencana terapi A.

Nasihati ibu tentang

kapan harus kembali

segera.

Kunjungan ulang setelah

5 hari bila tidak ada

perbaikan. Dikutip dari WHO, 2005 ; Depkes, 2006

Page 24: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

12

2.1.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare

Kejadian diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gizi, kepadatan

penduduk, sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan.

a. Faktor Gizi

Interaksi diare dan gizi merupakan lingkaran setan, karena diare

menyebabkan gizi kurang dan gizi kurang dapat memperberat diare. Pengobatan

dengan makanan yang tepat dan cukup terhadap penderita diare merupakan

komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah.

Defisiensi zat makanan dan cairan pada penderita diare harus segera diatasi.

Terdapat banyak bukti nyata bahwa pemberian makanan yang tepat dan cukup

dapat mempercepat proses penyembuhan selama dan sesudah menderita diare.

(Arifin Z, 2001)

b. Faktor Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat partisipasi aktif

dalam melaksanakan upaya pelayanan masyarakat, misalnya meningkatkan

fasilitas kesehatan lingkungan, meningkatkan status gizi masyarakat yang

merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di masyarakat. Selain

itu misalnya berpenghasilan rendah pada umumnya mempunyai keadaan sanitasi

yang buruk dan kebersihan perorangannya juga buruk. (Arifin Z, 2001)

c. Faktor Kesehatan Lingkungan

Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik atau daya

tahannya terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit. Penyakit-

penyakit tersebut seperti diare, kolera, campak, demam berdarah dengue, difteri,

pertusis, malaria, influenza, hepatitis, tifus dan lain-lain yang dapat ditelusuri

determinan-determinan lingkungannya. (Arifin Z, 2001)

2.1.9. Pencegahan diare

Tindakan dalam pencegahan diare ini antara lain dengan perbaikan

keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber air minum yang bersih,

Page 25: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

13

penggunaan jamban, pembuangan sampah pada tempatnya, sanitasi perumahan

dan penyediaan tempat pembuangan air limbah yang layak. Perbaikan perilaku ibu

terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun, perbaikan

cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas,

membuang tinja anak pada tempat yang tepat, memberikan imunisasi campak.

(Andrianto P, 1995) Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan

pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan

lingkungan sosialnya menjadi sehat. (Notoadmodjo, 2007)

2.1.10. Penatalaksanaan

a. Prinsip penatalaksanaan diare akut

1. Rehidrasi

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat

etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang

telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan

yang hilang melalui keringat, urin, pernapasan dan ditambah dengan banyaknya

cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung.

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing

anak atau golongan umur. (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular

dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999)

2. Nutrisi

Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk

menghindarkan efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak

dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang

mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai

berikut yakni, pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24

jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang,

makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna dan makanan

diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan

pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin

dan mineral dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk penderita diare karena

Page 26: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

14

malabsorbsi diberikan makanan sesuai dengan penyebabnya, antara lain :

malabsorbsi lemak berikan trigliserida rantai menengah, intoleransi laktosa

berikan makanan rendah atau bebas laktosa, parenteral nutrisi dapat dimulai

apabila ternyata dalam 5-7 hari masukan nutrisi tidak optimal. (Suandi IKG, 1999)

3. Medikamentosa

Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin. Obat-obat

anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, atau

opium. Sedangkan adsorben seperti Norit, kaolin, atau atapulgit. Anti muntah

termasuk prometazin dan klorpromazin. (Direktorat Jendral Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999)

b. Rencana pengobatan

Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi

menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B dan C.

1. Rencana pengobatan A

Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare

di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah

tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair, atau air matang. (Myrnawati,

2004)

a. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan kepada ibu :

- Pada bayi muda pemberian ASI merupakan cara pemberian

cairan tambahan yang utama.

- Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali

pemberian.

- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air

matang sebagai tambahan.

- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau

lebih cairan berikut ini : oralit, larutan gula garam, cairan

makanan (kuah sayur, atau air tajin) atau air matang.

Page 27: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

15

Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika :

- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam

kunjungan ini.

- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah

parah.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6

bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang

harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya

sehari-hari:

- Sampai umur 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali buang

air besar

- 2 tahun atau lebih 100 sampai 200 ml setiap kali buang air

besar

Katakan kepada ibu :

- Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk

atau cangkir atau gelas.

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan

lagi dengan lebih lambat.

- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare

berhenti.

b. Berikan suplemen zink

Jelaskan kepada ibu berapa banyak zink yang diberikan

- Sampai usia 6 bulan ½ tablet (10 mg) per hari untuk 10-14

hari.

- Satu tablet (20 mg) per hari diberikan pada bayi ≥ 6 bulan

Tunjukkan kepada ibu bagaimana memberikan suplemen zink

- Untuk bayi, tablet dapat dilarutkan dengan sedikit air

matang, ASI, atau oralit.

- Untuk anak, tablet dapat dikunyah atau dilarutkan dalam

air matang atau oralit.

c. Lanjutkan pemberian makan atau ASI.

Page 28: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

16

d. Kapan harus kembali. (WHO, 2005 ; Depkes, 2006)

Tabel 2.2. Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB

< 12 bulan 50-100 ml

1-4 tahun 100-200 ml

≥ 5 tahun 200-300 ml

Dewasa 300-400 ml

Dikutip dan di modifikasi dari Myrnawati. Buku Ajar Epidemiologi. Jakarta: Bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat FKUI. 2004.

2. Rencana pengobatan B

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan sedang,

dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/KgBB. (Myrnawati, 2004)

Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

a. Tentukan jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama.

Tabel 2.3. Kebutuhan oralit berdasarkan umur dan berat badan

Umur * Sampai 4

bulan

4 -12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat

badan

< 6 kg 6 - < 10 kg 10 - <12 kg 12 – 19 kg

Dalam ml 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 – 1400

*Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui. Jumlah

oralit yang diperlukan (dalam ml) dapat dihitung dengan cara berat badan

(dalam kg) dikalikan 75.

- Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas

berikan.

- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menetek,

berikan juga 100-200 ml air matang sampai periode ini.

b. Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit:

Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir atau mangkuk atau

gelas.

Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan

lebih lambat.

Page 29: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

17

Lanjutkan ASI selama anak mau.

c. Setelah 3 jam :

Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.

Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.

Mulailah memberi makan jika anak berumur 6 bulan atau lebih,

ketika masih di klinik.

Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan, lanjutkan pemberian ASI

selama bayi mau.

d. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :

Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.

Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah

untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.

Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi. Juga beri 6

bungkus sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A.

Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah :

- Berikan cairan tambahan

- Berikan suplemen zink

- Lanjutkan pemberian makan

- Kapan harus kembali. (WHO, 2005 ; Depkes, 2006)

3. Rencana pengobatan C

Ikuti tanda panah. Jika jawaban “Ya”, lanjutkan ke kanan. Jika “tidak”,

lanjutkan ke bawah. (WHO, 2005 ; Depkes, 2006)

Page 30: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

18

Dapatkah saudara

segera memberikan

cairan intravena

Tidak

Ya

Apakah ada fasilitas

pemberian cairan

intravena yang

terdekat (dalam 30

menit)

Tidak

Ya

Apakah saudara telah

dilatih menggunakan

pipa nasogastrik

untuk rehidrasi

Tidak

Apakah anak masih

bisa minum

Rujuk segera untuk

pengobatan IV/NGT

Ya

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui

mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan ringer laktat (jika

tidak tersedia, gunakan NaCl) yang dibagi sebagai berikut:

Umur Pemberian pertama

30 ml/kg selama:

Pemberian berikut

70 ml/kg selama :

Bayi

(dibawah umur 12

bulan)

1 jam* 5 jam

Anak

(12 bulan – 5 tahun)

30 menit* 2 ½ jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika status hidrasi belum membaik,

beri tetesan intravena lebih cepat.

Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum :

biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan

dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, C ) untuk

melanjutkan pengobatan.

Rujuk segera untuk pengobatan intravena.

Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara

meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan.

Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik

atau mulut : beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg)

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:

Jika anak muntah terus menerus atau perut makin kembung, beri cairan

lebih lambat. Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk

anak untuk pengobatan intravena.

Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.

Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A,B,atau C) untuk

melanjutkan pengobatan.

Catatan: Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah

rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi

dengan pemberian larutan oralit peroral

Mulai disini

Page 31: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

19

2.2. Faktor Lingkungan Memperngaruhi Kejadian Diare

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang

saling berkaitan dengan masalah – masalah lain di luar kesehatan sendiri.

2.2.1. Pengertian

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik

berupa benda hidup, benda mati, benda nyata maupun abstrak, termasuk suasana

yang terbentuk karena interaksi di antara elemen-elemen tesebut. (Soemirat J,

2002) Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya. (UU

RI tahun 1997) Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. (Notoatmodjo, 2003)

2.2.2. Klasifikasi Lingkungan

Lingkungan fisik : yaitu lingkungan alami yang terdapat di sekitar

manusia, misalnya panas, sinar, udara, air, radiasi, atmosfer dan

tekanan. Contoh : Pencemaran udara di perkotaan, terutama di kota

besar akan dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan.

Lingkungan biologis: dalam hubungannya dengan penyakit,

lingkungan biologi dapat dibagi dalam beberapa hal :

Agen penyakit yang infeksius

Reservoir (manusia atau binatang)

Vektor pembawa penyakit (lalat, nyamuk)

Lingkungan non fisik : yaitu lingkungan yang muncul sebagai akibat

adanya interaksi antar manusia, yang bersifat dinamis, misalnya

lingkungan sosial, ekonomi dan budaya.

2.2.3. Pengaruh lingkungan terhadap timbulnya penyakit

1. Sebagai faktor penunjang terjadinya penyakit atau predisposing factor.

2. Sebagai penyebab langsung timbulnya penyakit.

3. Sebagai media transmisi penyakit, misalnya air dapat menjadi media

penyebaran penyakit kolera.

Page 32: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

20

4. Sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.

Masalah kesehatan lingkungan utama di negara-negara yang sedang

berkembang adalah penyediaan air minum, tempat pembuangan kotoran,

pembuangan sampah, perumahan dan pembuangan air limbah. (Notoatmodjo,

2003)

Air Bersih

Air digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari seperti minum,

mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut,

yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk

keperluan minum, termasuk untuk masak, air harus mempunyai persyaratan

khusus agar tidak menimbulkan penyakit pada manusia. (Soemirat J, 2002)

Air bersih merupakan kebutuhan asasi manusia untuk kelangsungan

hidupnya dan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang kesehatan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan air bersih yang berkaitan

dengan kejadian diare adalah:

- Tercukupi dari segi kuantitas baik untuk mandi, mencuci, maupun

memasak dan air minum.

- Hindari wadah tempat penampungan air kontak langsung dengan tanah,

jauh dari sumber pencemaran kotoran hewan atau lainnya, serta jauh dari

tempat anak-anak bermain.

- Tidak memasukkan jari atau tangan kotor ke dalam wadah tempat

penampungan air bersih tapi gunakanlah gayung atau cangkir bila hendak

mengambil air, tapi bila sudah selesai hendaklah gayung diletakkan

dengan cara telungkup.

- Air untuk keperluan memasak hendaklah ditutup di dalam suatu wadah

agar tidak masuk kotoran. Tercukupi dari segi kuantitas, baik untuk mandi,

mencuci, maupun memasak dan air minum serta hindari kontak bak

penampungan agar tidak tercemar. (Rahmah S, 2007)

Page 33: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

21

Air bersih yang sehat harus memenuhi persyarata Peraturan Menteri

Kesehatan No 416/MENKES/PER/IX/1990:

1.Syarat Fisik :

Jernih

Tidak berwarna

Tidak berasa

Tidak berbau

Temperatur tidak melebihi suhu udara.

2. Syarat Kimia :

Tidak mengandung unsur kimia yang bersifat racun.

Tidak mengandung zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.

3. Syarat Bakteriologis :

Tidak mengandung kuman parasit, atau kuman patogen, air tidak

mengandung bakteri E.coli yang melampaui batas yang ditentukan,

yaitu kurang dari 4 kuman setiap 100 cc air.

4. Syarat Radioaktif :

Tidak mengandung sinar alfa, ataupun sinar gama.

Tidak mencukupinya kebutuhan air bersih akan menyebabkan masyarakat

menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah

tangga sehari-hari. Hal ini memudahkan masuknya kuman penyakit dan

terkontaminasinya makanan yang akan dikonsumsi masyarakat. Keluarga yang

menggunakan air dari sumber air yang bersih dan handal, menunjukkan angka

kejadian diare yang lebih sedikit daripada keluarga yang tidak mendapatkan air

bersih. (Arifin Z, 2001)

Jenis air yang dikaitkan dengan sumber atau asalnya, dibedakan menjadi :

1. Air hujan dan embun yaitu air yang diperoleh dari udara atau angkasa

karena terjadi proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengandung

air.

Air hujan tidak mengandung kalsium, oleh karena itu agar dapat

dijadikan air yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.

Page 34: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

22

2. Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air yang

mengalir, misalnya danau, sungai, dan laut.

Menurut asalnya, sebagian air sungai dan air danau ini juga dari air

hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau

danau ini. Air sungai dan danau ini sudah tercemar atau terkontaminasi

oleh berbagai macam kotoran, maka apabila akan dijadikan air minum

harus diolah terlebih dahulu.

3. Air tanah yaitu air permukaan yang meresap ke dalam tanah sehingga

telah mengalami penyaringan oleh tanah, batu-batuan maupun pasir.

Air tanah dapat juga menjadi air permukaan.

Masing-masing jenis sumber air tersebut secara alamiah memiliki

karakteristik kualitas air tersendiri, hal ini terjadi karena kualitas air

sangat dipengaruhi oleh keadaan alam tempat air tersebut berada dan

kondisi tempat-tempat lain yang dilaluinya. Sumber air yang

dibutuhkan untuk kehidupan manusia, pada umumnya diambil dari air

permukaan dan air tanah, karena ditinjau dari potensi kuantitas dan

kualitasnya kedua sumber air ini paling baik. Perusahaan air minum

pemerintah pada umumnya menggunakan air sungai sebagai air baku,

karena dari segi kuantitas potensinya cukup besar, sementara

masyarakat yang tidak memperoleh air dari PAM, mendapatkan air

bersih dari sumber air tanah. (Notoatmodjo, 2003)

Tabel 2.4. Kandungan yang terdapat dalam air yang ideal

Jenis bahan Kadar yang dibenarkan

Flour (F) 1-1,5

Chlor (Cl) 250

Arsen (As) 0,05

Tembaga (Cu) 1,0

Besi (Fe) 0,3

Zat organik 10

pH (keasaman) 6,5-9,0

CO2 0 Dikutip dari Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta.

Page 35: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

23

Di Indonesia, sumber air utama bagi rumah tangga adalah (Notoatmodjo S,

2003) :

1. Sumur Gali (SGL)

2. Air Leding (Perpipaan / PAM)

3. Sumur Pompa Tangan (SPT)

4. Penampungan Air Hujan (PAH)

5. Perlindungan Mata Air (PMA)

6. Sungai

Pada daerah permukiman padat hampir tidak mungkin untuk mendapatkan

air bersih dari sumur pompa tangan, apalagi sumur dangkal, karena hampir tidak

mungkin untuk memperoleh jarak aman antara sumber air minum dengan limbah

rumah tangga. Sekurang-kurangnya ada 39 penyakit yang bersumber pada

masalah air minum, antara lain diare, kolera, disentri dan lain-lain. (Notoatmodjo

S, 2003)

Sumur yang memenuhi syarat kesehatan

o Letak sumur minimal 10 meter dari jamban untuk mencegah

tercemarnya sumber air dari kotoran.

o Dinding sumur 3 meter untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.

Bagian atas harus dibuat dari tembok kedap air.

o Kira-kira 1,5 meter ke bawah berikutnya terbuat dari tembok yang

tidak disemen agar dinding tidak runtuh.

o Dasar sumur dilapisi dengan kerikil agar air menjadi jernih.

o Di sekeliling bibir sumur dibuat tembok ke atas kira-kira 1 meter agar

tercegah dari air yang tercemar di sekitarnya dan untuk menjaga

keselamatan pengguna sumur.

o Tanah di sekitar sumur sebaiknya disemen kira-kira 1,5 meter, dan

dibuat miring serta tepinya dibuat saluran agar air yang telah tercemar

tidak kembali ke tanah.

o Sumur diberi atap dan ember tetap tergantung setelah digunakan.

Page 36: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

24

o Akan lebih baik bila air sumur diambil dengan pompa. (Notoatmodjo

S, 2003)

Pengaruh air terhadap kesehatan

o Pengaruh tidak langsung karena adanya bahan-bahan yang dapat

mencemarkan air sehingga akan merusak ekosistem air itu sendiri

misalnya zat kimia organik yang dibutuhkan mikroba dalam

metabolismenya. Proses tersebut membutuhkan oksigen sehingga

oksigen dalam air akan berkurang jumlahnya dan merusak kehidupan

di dalam air tersebut.

o Pengaruh langsung seperti zat-zat kimia yang persisten seperti

detergen yang tidak dapat diuraikan akan terjadi akumulasi di dalam

tubuh dan zat radioaktif yang dalam jumlah banyak akan menimbulkan

gangguan pada kesehatan. (Notoatmodjo S, 2003)

Pembuangan kotoran manusia

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh

tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan CO2.

Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok karena kotoran

manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Beberapa

penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, diare,

disentri, kolera, bermacam-macam cacing seperti cacing gelang, kremi, tambang,

pita, dan schistosomiasis.

Syarat membangun jamban yang sehat antara lain:

- Tidak mengotori tanah permukaan

- Tidak mengotori air permukaan

- Tidak mengotori air tanah

- Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk

bertelur atau berkembang biak

- Kakus harus terlindung atau tertutup

- Tidak menyebarkan bau, aman digunakan, mudah dibersihkan dan tersedia

alat pembersih yang cukup. (Notoatmodjo, 2003)

Page 37: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

25

Gambar 2.1. Jalur Penularan Penyakit Melalui Tinja Manusia

Dikutip dari Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan

Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : rumah

kakus, lantai kakus, sebaiknya semen, slab, closet tempat feses masuk, pit sumur

penampungan feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan jamban ditempatkan

pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau,

disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. (Notoatmodjo, 2007)

Jenis kakus antara lain :

1. Jamban Cemplung, kakus (Pit Latrine)

Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 4 meter, dapat dibuat dari

bambu, dinding bambu, dan atap daun kelapa ataupun dari padi. Jarak dari

sumber air minum sekurang-kurangnya 25 meter.

2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP

Latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap,

yakni menggunakan ventilasi pipa.

3. Jamban Empang (Fishpond Latrine)

Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Tinja dapat langsung dimakan

ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja,

demikian seterusnya.

tinja

air

tangan

lalat

tanah

makanan,

minuman,

sayur-sayuran

dsb

mati

Pejamu

sakit

Page 38: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

26

4. Jamban Pupuk (The Compost Privy)

Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal

galiannya. Di samping itu jamban ini juga utuk membuang kotoran

binatang dan sampah, serta daun-daunan.

5. Septic Tank

Jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan. Oleh sebab

itu, cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic tank

terdiri dari sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan

masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tanah ini tinja akan berada

selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2

proses yakni proses kimiawi dan proses biologis. (Notoatmodjo S, 2007)

Pembuangan sampah

Sampah adalah sebagian dari benda atau barang yang berwujud padat,

yang dianggap tidak digunakan, tidak dipakai atau tidak diinginkan lagi oleh

pemakai, yang umumnya adalah hasil dari kegiatan manusia yang bukan hasil

biologis, dan perlu dibuang agar tidak mengganggu kelangsungan hidupnya.

(Myrnawati, 2004)

Jenis- jenis sampah antara lain:

- Berdasarkan zat kimia yakni sampah an-organik, adalah sampah yang

umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan

gelas, plastik. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat

membusuk, misalnya : sisa makanan, daun-daunan, atau buah-buahan.

- Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar yakni sampah yang mudah

terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, dan sebagainya. Sampah

yang tidak dapat terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan sebagainya.

- Berdasarkan karakteristik sampah yakni garbage (hasil pengolahan

makanan), rabish (berasal dari perkantoran), ashes (abu), sampah jalanan,

sampah industri, bangkai binatang, bangkai kendaraan dan sampah

pembangunan.

Page 39: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

27

Cara pengolahan sampah antara lain sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah diperlukan tempat sampah yang terbuat dari

bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, harus tertutup rapat,

ditempatkan di luar rumah. Pengangkutan dilakukan oleh dinas

pengelola sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).

2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Dilakukan dengan berbagai cara yakni, ditanam (landfill), dibakar

(inceneration), dijadikan pupuk (composting). (Notoatmodjo S, 2003)

Air limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,

industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan.

Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak

diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit

terutama kolera, diare, tifus, media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen,

tempat berkembangbiaknya nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta

pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah

dan lingkungan hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia, karena bekerja

tidak nyaman. (Notoatmodjo S, 2003)

Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan

kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak

mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak

mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak

menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena

udara luar sehingga baunya tidak mengganggu. (Notoatmodjo S, 2003)

Tempat penampungan air limbah atau dapur atau cuci terdiri dari:

Page 40: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

28

1. Penampungan tertutup di pekarangan yaitu penampungan limbah

rumah tangga yang berupa lubang (biasanya tepinya di semen dan

diberi penutup).

2. Penampungan terbuka di pekarangan yaitu penampungan limbah

rumah tangga yang berupa lubang namun tidak diberi penutup.

3. Penampungan di luar pekarangan yaitu penampungan limbah rumah

tangga yang berupa lubang baik ditutup maupun tidak tetapi terletak di

luar pekarangan.

4. Tanpa penampungan atau langsung ke got yaitu jika air limbah rumah

tangga disalurkan atau dibuang langsung ke selokan (got) atau sungai

atau waduk atau laut tanpa memperhatikan ada tidaknya bak

penampungan. (Badan Pusat Statistik, 2009)

2.3. Faktor Sosial Ekonomi Mempengaruhi Kejadian Diare

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang

atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti

tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan

besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai

akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan

semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. (Soetjiningsih, 2004)

Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak.

Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk mendukung

perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang

kurang, miskin diet, maupun miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin

memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua

penyakit. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang berpenghasilan rendah 2 kali

lebih besar menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), 3 kali lebih tinggi

resiko imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak

karena penyakit dibanding anak yang orangtuanya berpenghasilan cukup.

(Suharyono, 2008)

Page 41: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

29

Secara individual, kemiskinan adalah suatu keadaan rumah tangga dimana

penghasilan rumah tangga tersebut dalam kurun waktu tertentu akan habis

dikonsumsi atau untuk pengeluaran agar keluarganya dapat bertahan untuk hidup.

Faktor ekonomi sosial mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor

penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari

keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak

punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan

orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan.

Karena itu, faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam

pencegahan dan penanggulangan diare. (Suharyono, 2008)

1. Jenis pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan

jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan

untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. (Friedman,

2004)

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status

sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan

dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan

risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta

merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja.

(Widyastuti P, 2005)

2. Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang

baik dari pihak lain maupun hasil sendiri. Sedangkan menurut Bayu Wijayanto,

pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota

keluarga yang bekerja. Pendapatan sebagai faktor ekonomi mempunyai pengaruh

terhadap konsumsi pangan.(Alhidayad, 2007)

Semakin tinggi pendapatan keluarga maka persentase pendapatan yang

dialokasikan untuk pangan semakin sedikit, dan semakin rendah pendapatan

keluarga maka persentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin

Page 42: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

30

tinggi. Hal ini dikarenakan semua hasil pendapatan digunakan untuk mencukupi

kebutuhan pangan. Jika terjadi kenaikan pendapatan, maka yang dibeli akan lebih

bervariasi atau berubah. Mereka yang mempunyai pendapatan sangat rendah

cenderung akan membeli karbohidrat, sementara yang lebih mampu akan

cenderung membeli makanan lain seperti protein dan vitamin. (Alhidayad, 2007)

3. Jumlah anak

Penduduk Indonesia tahun 2000 yang semula diperkirakan akan mencapai

sekitar 275 juta jiwa, ternyata dengan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional) dan bantuan jajaran pembangunan lainnya telah berhasil

membantu keluarga Indonesia menghasilkan penduduk yang jumlahnya hanya

sekitar 206 juta jiwa saja. Keberhasilan itu adalah karena tingkat fertilitas atau

tingkat kelahiran yang biasanya setiap keluarga melahirkan sekitar 6 anak, telah

berhasil diturunkan lebih dari 50 persen, sehingga setiap keluarga hanya

melahirkan kurang dari 3 orang anak. Dalam waktu yang bersamaan tingkat

kematian bayi dan anak juga turun drastis. Dengan jumlah anak yang jauh lebih

sedikit dan lebih sehat para orang tua dapat memberi perhatian yang lebih tinggi

dan lebih mampu untuk menyekolahkan anak-anak itu ke sekolah pilihannya.

(Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009)

Gerakan Keluarga Berencana yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak

Pelita I merupakan program yang secara langsung diarahkan untuk mengatasi

masalah pertumbuhan penduduk di Indonesia. Gerakan Keluarga Berencana

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar bagi

terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran. Nilai dan

jumlah anak sangat mempengaruhi dalam mencapai terwujudnya NKKBS dimana

salah satu Norma dalam NKKBS adalah norma tentang jumlah anak yang

sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup, dan laki-laki atau perempuan sama saja.

(Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009)

Dengan program Keluarga Berencana yang dilaksanakan secara intensif

selama 20 tahun untuk membudayakan NKKBS, maka diharapkan terjadi

perubahan pola pikir masyarakat dimana mendidik dan memelihara anak jauh

Page 43: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

31

lebih penting daripada menambah jumlah anak. (Badan Kordinasi Keluarga

Berencana Nasional, 2009)

2.4. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.5. DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel

Dependen Definisi Alat Ukur Cara Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

1 Diare

Buang air besar tiga kali atau

lebih dalam sehari dengan

atau tanpa disertai darah.

Kuesioner wawancara Nominal 0= Tidak pernah

1= diare

No Variabel

Independen Definisi

Alat

Ukur Cara Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

1

Lingkungan :

Masalah kesehatan

lingkungan utama di negara-

negara yang sedang

berkembang adalah

penyediaan air minum,

tempat pembuangan kotoran,

pembuangan sampah, dan

pembuangan air limbah

Kuesioner Wawancara

a. Sumber air

bersih

Sumber air yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Dengan

kriteria:

Kuesioner Wawancara Nominal 0 = air tanah

1= air permukaan

Sumber Air

bersih

Jamban

Sampah

Faktor

lingkungan

Pendapatan

Faktor

sosial

ekonomi

Pekerjaan

Kejadian

diare

Limbah

Jumlah anak

Kualitas air

Page 44: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

32

1. air sumur

2. pompa

3. sungai

4. PAM

Dekelompokkan menjadi air

tanah (1 dan 2) dan air

permukaan (3 dan 4)

b. Kualitas air keadaan air responden yang

dinilai dari kepemilikan air,

akses sepanjang tahun, dan

kebersihan air.

Kuesioner Wawancara Ordinal 0 = kurang

1 = baik

c. Limbah keadaan limbah rumah

tangga responden yang

dinilai dari tempat

penampungan air limbah dan

saluran pembuangan air

limbah

Kuesioner Wawancara Ordinal

0 = kurang

1 = baik

d. Sampah keadaan sampah rumah

tangga responden yang

dinilai dari kepemilikan

tempat pembuangan sampah,

serta tempat

pengumpulan/penampungan

sampah rumah tangga di luar

rumah

Kuesioner Wawancara Ordinal 0 = kurang

1 = baik

e. Jamban Macam tempat buang air

besar yang digunakan

keluarga

termasuk balita untuk

membuang tinja.

keadaan jamban responden

yang dinilai dari kepemilikan

septic tank, serta jarak septic

tank dengan sumur / sumber

air

Kuesioner Wawancara

Nominal

0 = jamban tidak

sehat

1 = jamban sehat

2. Sosial ekonomi

Gambaran tentang keadaan

seseorang (responden) yang

ditinjau dari segi pekerjaan,

pendapatan dan jumlah anak.

Kuesioner Wawancara

a. Pekerjaan

Kegiatan rutin yang

dilakukan dalam upaya

mendapatkan penghasilan

untuk pemenuhan kebutuhan

hidup keluarga.

a. Ibu rumah tangga

b. Karyawan

c. Guru

d. Bidan/ petugas kesehatan

e. Wiraswata

f. Lain-lain.

Dikelompokkan menjadi

tidak bekerja (a) dan bekerja

(b,c,d,e,dan f)

Kuesioner wawancara Nominal 0 =Tidak bekerja

1=Bekerja

Page 45: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

33

b.Pendapatan pendapatan yang diperoleh

seluruh anggota keluarga

yang bekerja.

Tingkat penghasilan

dikelompokkan menurut rata-

rata pendapatan pekerja

perbulan perprovinsi

menurut Biro Pusat Statistik

Agustus 2006 dan 2007

untuk Provinsi Banten

menjadi:

a. Rendah: < Rp. 1.074.485

b. Sedang: antara Rp.

1.074.485 – Rp. 1.202.749

c. Tinggi: > Rp. 1.202.749

Kuesioner Wawancara Ordinal 0 = Rendah

1 = Sedang

2 = Tinggi

c. Jumlah anak

Nilai dan jumlah anak sangat

mempengaruhi dalam

mencapai terwujudnya

NKKBS dimana salah satu

Norma dalam NKKBS adalah

norma tentang jumlah anak

yang sebaiknya dimiliki yaitu

2 anak cukup.

Kuesioner Wawancara Ordinal 0 = >2

1 = ≤2

Page 46: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

34

Page 47: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

34

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Disain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik, dengan

pendekatan cross sectional yang merupakan dinamika korelasi antara faktor-

faktor risiko dengan efek melalui pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat. (Notoatmodjo, 2005) Dalam penelitian ini yaitu

menganalisis faktor risiko yang berupa lingkungan dihubungkan dengan faktor

efek yaitu kejadian diare pada balita.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di posyandu-posyandu yang ada di Kelurahan

Pisangan Ciputat Timur. Adapun posyandu yang dijadikan sebagai tempat

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Posyandu Mawar

2. Posyandu Kenanga

3. Posyandu Wijaya Kusuma

4. Posyandu Peruri

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi target adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki anak berusia

1-5 tahun.

Populasi terjangkau adalah ibu-ibu balita yang berkunjung ke

Posyandu Kelurahan Pisangan.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita berusia 1 – 5

tahun.

Page 48: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

35

Teknik pengambilan sampel dengan metode Non Random (Non

Probability) Sampling dengan teknik quota sampling yaitu

pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan

sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah.

Besar Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini

digunakan rumus sebagai berikut:

(zα)2 P.Q

d2

Keterangan:

n : jumlah sampel

P : keadaan yang akan dicari = 0.05

d : tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0.1

α : tingkat kemaknaan = 1.96

Q: 1 – P = 1 – 0.05 = 0.95

(1.96)2 . 0,5 . 0,5

(0,1)2

n = 96

Maka, diperoleh jumlah sampel yang diperlukan adalah 96 subjek.

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.2. Kriteria Inklusi

Ibu-ibu yang mempunyai anak usia 1 – 5 tahun.

Ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur.

3.4.3. Kriteria Eksklusi

Ibu-ibu yang tidak bersedia untuk di wawancara.

Ibu-ibu yang mempunyai anak di bawah usia 1 tahun atau di atas 5

tahun.

n =

n =

Page 49: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

36

3.5. Cara Kerja

3.5.1. Variabel

Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare

akut pada anak balita. Variabel bebas atau independen yakni lingkungan (sumber

air bersih, kualitas air, jamban, sampah, dan limbah) dan ekonomi sosial (jenis

pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, dan jumlah anak).

3.5.2. Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan setelah

penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian. Data dikumpulkan denga

cara menyebarkan kuesioner.

3.5.3. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian

diolah dengan menggunakan program SPSS for window. Langkah awal dimulai

dengan editing, coding, data entry, dan dilanjutkan dengan tabulasi. Untuk

mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap variabel yang

diteliti, yaitu variabel dependen dan independen, akan digunakan analisis bivariat.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.6. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat.

3.6.1. Analisis univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran atau distribusi

frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel yang diamati, baik

variabel independen maupun variabel dependen.

3.6.2. Analisis bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara setiap

variabel independen dengan variabel dependen. Oleh karena itu,

menggunakan beberapa uji statistik sebagai berikut :

- Uji chi square (kai kuadrat) : dengan cara membandingkan

frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan

dengan α = 0.05.

Page 50: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

37

- Apabila nila p < α maka hasilnya bermakna secara statistik

atau terdapat hubungan (Ho ditolak dan Ha diterima),

sedangkan bila nilai P > α maka hasilnya tidak bermakna

secara statistik atau tidak terdapat hubungan (Ho gagal

ditolak/diterima dan Ha ditolak).

Page 51: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

38

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di 4 posyandu dari 22 posyandu yang ada di

Kelurahan Pisangan Ciputat Timur pada bulan Agustus 2010. Besar sampel yang

dikumpulkan dalam kurun waktu tersebut sebanyak 96 subyek.

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.2. Keadaan Geografi

Kelurahan Pisangan merupakan satu dari 4 kelurahan yang ada di

Kecamatan Ciputat Timur. Kelurahan Pisangan memiliki luas wilayah 405 Hektar

(Ha/Km2)

dengan penggunaan lahan untuk perkebunan yaitu 0,5 Ha, lahan

darat/kering 80 Ha, permukiman 299,5 Ha dan lahan industri sebesar 25 Ha.

Adapun batas wilayah administrasi Kelurahan Pisangan adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kelurahan Cirendeu dan Karang Tengah -Jakarta Selatan.

b. Sebelah Timur : Pd. Cabe Udik dan Cinere Sawangan Depok.

c. Sebelah Barat : Kelurahan Cipayung dan Cempaka Putih.

d. Sebelah Selatan: Kelurahan Cipayung dan Pd. Cabe Udik.

4.1.3. Keadaan Demografi

Kelurahan Pisangan terdiri dari 9.733 KK dengan jumlah penduduk

sebanyak 34.195 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 17.660 jiwa dan jumlah

perempuan sebanyak 17.135 jiwa. Data mengenai tingkat pendidikan penduduk

Kelurahan Pisangan dapat dilihat pada Tabel 4.1.dibawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Tidak/ belum sekolah 1.460

2. Belum tamat SD/ sederajat 1.550

3. Tamat SD/ sederajat 720

4. SLTP/ sederajat 1.255

5. SLTA/ sederajat 1.571

6. Diploma III/ akademik 320

7. Diploma IV/ Strata I 1.150

8. Strata II 45

9. Strata III 25

Jumlah 8.096

Page 52: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

39

Sumber: Data Demografi Kelurahan Pisangan, (2009)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Gambaran Sosial Ekonomi

Gambaran sosial ekonomi responden dari hasil penelitian dapat dilihat

pada tabel 4.2. di bawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu, Penghasilan

Keluarga, dan Jumlah Anak.

Karakteristik Frekuensi Persen ( %)

Pekerjaan ibu

Bekerja 20 20,8

Tidak bekerja 76 79,2

Jumlah 96 100

Penghasilan Keluarga

Rendah 36 37,5

Sedang 18 18,8

Tinggi 42 43,8

Jumlah 96 100

Jumlah anak

>2 23 24,0

≤2 73 76,0

Jumlah 96 100

Pekerjaan responden dibagi menjadi dua yaitu kategori tidak bekerja (ibu

rumah tangga) dan kategori bekerja. Sebagian besar responden masuk pada

kategori tidak bekerja yaitu sebanyak 76 responden (79,2%). Hal ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian Wulandari A (2009) yang melakukan penelitiannya di

Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Sragen, menunjukkan bahwa responden

yang bekerja lebih banyak dibandingkan responden yang tidak bekerja yaitu

sebanyak 46 dari 70 responden (65,7%)

Penghasilan keluarga responden dibagi menjadi tiga yaitu kategori

penghasilan rendah (< Rp. 1.074.485), penghasilan sedang (Rp. 1.074.485 – Rp.

1.202.749), dan penghasilan tinggi (>Rp. 1.202.749). sebagian besar responden

masuk dalam kategori penghasilan tinggi yaitu sebanyak 42 responden (43,8%).

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Warman Y (2005) yang melakukan

penelitiannya di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan kabupaten

Indragiri Hilir menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam

golongan penghasilan rendah yaitu sebanyak 79,1%.

Page 53: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

40

Jumlah anak responden dibagi menjadi dua yaitu kategori jumlah anak >2

dan kategori jumlah anak ≤2. Sebagian besar responden masuk dalam kategori

jumlah anak ≤2 yaitu sebanyak 73 responden (76%). Sampai saat ini, peneliti

belum menemukan penelitian yang sama sehingga tidak dapat dibandingkan

dengan hasil penelitian lain.

4.2.2. Gambaran Keadaan Lingkungan

Gambaran keadaan lingkungan responden dari hasil penelitian dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber air bersih, kualitas air,

jamban, sampah, dan limbah.

Karakteristik Frekuensi Persen ( %)

Sumber air

Air Tanah 62 64,6

Air Permukaan 34 35,4

Jumlah 96 100

Kualitas air

Baik 85 88,5

Kurang 11 11,5

Jumlah 96 100

Jamban

Sehat 23 24

Tidak sehat 73 76

Jumlah 96 100

Pengelolaan Sampah

Baik 49 51

Kurang 47 49

Jumlah 96 100

Limbah

Baik 28 29,2

Kurang 68 70,8

Jumlah 96 100

Page 54: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

41

Hasil penelitian mengenai sumber air bersih diperoleh dari hasil kuesioner.

Sumber air bersih dibagi menjadi dua kategori yaitu air tanah (sumur, pompa) dan

air permukaan (air sungai, danau, dan PAM). Sumber air tanah sebanyak 62

responden (64,6%) sedangkan sumber air permukaan sebanyak 34 responden

(35,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005)

yang melakukan penelitian di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan air sumur yaitu

sebanyak 67,5%.

Hasil penelitian mengenai kualitas air diperoleh dari hasil kuesioner.

Kualitas air responden dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori baik dan

kurang. Kualitas air yang baik sebanyak 85 responden (88,5%) sedangkan kualitas

air yang kurang baik sebanyak 11 responden (11,5%). Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki kualitas air yang tidak memenuhi syarat yaitu

sebanyak 35 dari 60 responden (58,3%).

Tempat pembuangan tinja dibagi menjadi dua yaitu jamban sehat dan

jamban tidak sehat. Jamban yang tidak sehat sebanyak 73 responden (76%),

sedangkan jamban yang sehat sebanyak 23 responden (24%). Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki jamban yang tidak sehat yaitu sebanyak 103

dari 120 responden (85,8%) .

Pengelolaan sampah dibagi menjadi dua yaitu kategori pengelolaan

sampah baik dan kurang. Pengelolaan sampah yang baik sebanyak 49 responden

(51%), sedangkan pengelolaan sampah yang kurang baik sebanyak 47 responden

(49%). Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005)

yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengelolaan

sampah yang baik yaitu sebanyak 83 dari 120 responden (69,2%).

Pengelolaan limbah dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan limbah baik

dan kurang. Pengelolaan limbah yang baik sebanyak 28 responden (29,2%),

sedangkan pengelolaan limbah yang kurang baik sebanyak 68 responden (70,8%).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang

Page 55: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

42

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengelolaan limbah yang

baik yaitu sebanyak 83 dari 120 responden (69,2%).

4.2.2. Kejadian Diare

Hasil penelitian mengenai kejadian diare diperoleh dari hasil kuisioner

yang diberikan kepada responden. Dalam variabel ini responden yang diambil

dibatasi pada ibu-ibu yang memiliki balita. Kejadian diare dibagi menjadi dua

yaitu kategori diare dan tidak diare. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4

di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare

Posyandu Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Wijaya

Kusuma

14 56,0 11 44,0 25 100

Kenanga 23 71,9 9 28,1 32 100

Peruri 13 52,0 12 48,0 25 100

Mawar 5 35,7 9 64,3 14 100

Jumlah 55 57,3 41 42,7 96 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir balita

yang menjadi sampel sebagian besar mengalami diare yaitu sebanyak 55 balita

(57,3%), sedangkan yang tidak mengalami diare sebanyak 41 balita (42,7%). Dari

ke empat posyandu, di Kelurahan Pisangan, balita yang paling banyak menderita

diare adalah posyandu Kenanga, Ciputat Molek yaitu sebanyak 23 dari 32 balita.

4.3. Analisis Bivariat

Penelitian ini menguji hubungan faktor lingkungan dan faktor sosial

ekonomi yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan

Pisangan Ciputat Timur. Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji chi

square, dengan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 56: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

43

4.3.1. Faktor Sosial Ekonomi

4.3.1.1.Pekerjaan Ibu

Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada balita disajikan

pada tabel 4.5. berikut ini :

Tabel 4.5. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Diare

Pekerjaan

Ibu

Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Tidak

bekerja

44 57,9 32 42,1 76 100

Bekerja 11 55,0 9 45,0 20 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa balita dari ibu yang

tidak bekerja, yang mengalami diare sebanyak 44 responden (57,9%), yang tidak

diare sebanyak 32 responden (42,1%). Sedangkan balita dari ibu yang bekerja,

yang mengalami diare sebanyak 11 responden (55%), yang tidak diare sebanyak 9

responden (45%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan,

Ciputat Timur dengan p = 0,816 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Mansyah B (2005) yang menunjukkan faktor status ibu bekerja atau

tidak bekerja tidak memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita. Hal ini

mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti perilaku dan tingkat

pengetahuan ibu yang kurang.

Page 57: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

44

4.3.1.2.Penghasilan Keluarga

Hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian diare pada balita

disajikan pada tabel 4.6. berikut ini :

Tabel 4.6. Hubungan Antara Penghasilan Keluarga Dengan Kejadian Diare

Penghasilan

Keluarga

Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

frekuensi Persen

(%)

Rendah 27 75,0 9 25,0 36 100

Sedang 13 72,2 5 27,8 18 100

Tinggi 15 35,7 27 64,3 42 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keluarga yang

berpenghasilan rendah lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 27

responden (75%), sedangkan balita yang tidak mengalami diare adalah balita dari

keluarga yang berpenghasilan tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di

Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,001 (p < 0,05).

Jika terjadi kenaikan pendapatan atau penghasilan, maka yang dibeli akan

lebih bervariasi atau berubah. Mereka yang mempunyai pendapatan sangat rendah

cenderung memiliki keterbatasan dalam usaha untuk pencegahan penyakit, dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan masyarakat rentan

menderita penyakit menular seperti diare ini. Kemiskinan bertanggung jawab atas

penyakit yang ditemukan pada anak. Kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua

untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung

memiliki higiene yang kurang, miskin diet, maupun miskin pendidikan. Sehingga

anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk

hampir semua penyakit. (Behrman dkk, 1999).

Page 58: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

45

4.3.1.3. Jumlah anak

Hubungan antara jumlah anak dengan kejadian diare pada balita disajikan

pada tabel 4.7. berikut ini :

Tabel 4.7. Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Kejadian Diare

Jumlah

Anak

Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

>2 17 73,9 6 26,1 23 100

≤2 38 52,1 35 47,9 73 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang mempunyai

anak ≤2 lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 38 responden (52,1%) dari

pada ibu yang memiliki anak >2. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada

hubungan antara jumlah anak dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan

Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,065 (p > 0,05).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan data dari BKKBN yang

menyatakan bahwa nilai dan jumlah anak sangat mempengaruhi dalam mencapai

terwujudnya NKKBS. Salah satu norma dalam NKKBS adalah norma tentang

jumlah anak yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup, dan laki-laki atau

perempuan sama saja. Berdasarkan data dari BKKBN setelah terwujudnya

penurunan jumlah anak dalam keluarga sehingga menghasilkan anak yang kurang

dari 3 menunjukkan tingkat kematian bayi dan anak-anak yang turun drastis.

Dengan jumlah anak yang jauh lebih sedikit dan lebih sehat para orang tua dapat

memberi perhatian yang lebih tinggi tidak terkecuali dalam hal kesehatan. (Badan

Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009)

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

jumlah anak dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat

Timur. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pengetahuan ibu yang kurang

sehingga jumlah anak yang banyak ataupun sedikit tidak mempengaruhi kondisi

kesehatan anaknya khususnya dalam kasus diare.

Page 59: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

46

4.3.2. Faktor Lingkungan

4.3.2.1.Sumber Air Bersih

Hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita

disajikan pada tabel 4.8. berikut ini :

Tabel 4.8. Hubungan Antara Sumber Air Bersih Dengan Kejadian Diare

Sumber

Air Bersih

Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Air Tanah 41 65,1 22 34,9 63 100

Air

Permukaan

14 42,4 19 57,6 33 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita yang mengalami

diare sebagian besar berasal dari keluarga yang menggunakan sumber air tanah

(sumur, pompa) yaitu sebanyak 41 responden (65,1%). Hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada

anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,033 (p < 0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang

menunjukkan bahwa sumber air bersih dari ibu balita penderita diare adalah

sebagian besar berasal dari sumur (air tanah) sebanyak 67,5%.

Sumber air yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia, pada umumnya

diambil dari air permukaan dan air tanah, karena ditinjau dari potensi kuantitas

dan kualitasnya kedua sumber air ini paling baik. Perusahaan air minum

pemerintah (PAM) pada umumnya menggunakan air sungai sebagai air baku,

karena dari segi kuantitas potensinya cukup besar, sementara masyarakat yang

tidak memperoleh air dari PAM, mendapatkan air bersih dari sumber air tanah.

(Notoatmodjo, 2003)

Page 60: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

47

4.3.2.2. Kualitas Air

Hubungan antara kualitas air dengan kejadian diare pada balita disajikan

pada tabel 4.9. berikut ini :

Tabel 4.9. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Kejadian Diare

Kualitas

air

Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Baik 47 55,3 38 44,7 85 100

Kurang 8 72,7 3 27,3 11 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita yang menderita

diare adalah sebagian besar berasal dari responden yang memiliki kualitas air

yang baik yaitu sebanyak 47 responden (55,3%). Hasil uji statistik menunjukkan

tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak

balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,271 (p >0,05),.

Kualitas air responden dinilai dari kepemilikan, akses air sepanjang tahun,

dan kualitas fisik air. Tidak mencukupinya kebutuhan air bersih akan

menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat

kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini memudahkan

masuknya kuman penyakit dan terkontaminasinya makanan yang akan

dikonsumsi masyarakat. Keluarga yang menggunakan air dari sumber air yang

bersih dan handal, menunjukkan angka kejadian diare yang lebih sedikit daripada

keluarga yang tidak mendapatkan air bersih. (Arifin, 2001)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan,

Ciputat Timur. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian penelitian Fauzi Y, Setiani

O, raharjo M (2005) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara kualitas air

dengan kejadian diare. Hal ini mungkin disebabkan karena pengujian kualitas air

hanya berdasarkan pengisian kuesioner oleh responden, bukan dari pengamatan

peneliti langsung.

Page 61: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

48

4.3.2.3. Jamban

Hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita

disajikan pada tabel 4.10. berikut ini :

Tabel 4.10. Hubungan Antara Jamban Dengan Kejadian Diare

Jamban Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Tidak

Sehat

37 50,7 36 49,3 73 100

Sehat 18 78,3 5 21,7 23 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan jamban

yang tidak sehat lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 37 responden

(50,7%) dari pada responden dengan jamban yang sehat. Hasil uji statistic

menunjukkan ada hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada

anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,023 (p < 0,05).

Pada penelitian ini jenis tempat pembuangan tinja dibedakan menjadi jenis

jamban sehat dan jenis jamban tidak sehat. Jenis jamban tidak sehat yaitu jenis

jamban tanpa septic tank atau jamban cemplung. Jenis tempat pembuangan tinja

tersebut termasuk jenis tempat pembuangan tinja yang tidak saniter. Jenis tempat

pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan, akan berdampak pada

banyaknya lalat. Sedangkan jenis jamban sehat yaitu jamban yang memiliki septic

tank atau lebih dikenal dengan jamban leher angsa.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

kualitas jamban dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan,

Ciputat Timur. Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari A (2009) yang

menunjukkan adanya hubungan antara jenis tempat pembuangan tinja dengan

kejadian diare pada anak balita dengan nilai p = 0,001, (p < 0,05).

Page 62: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

49

4.3.2.4. Sampah

Hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita

disajikan pada tabel 4.11. berikut ini :

Tabel 4.11. Hubungan Antara Sampah Dengan Kejadian Diare

Sampah Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Baik 30 61,2 19 38,8 49 100

Kurang 25 53,2 22 46,8 47 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan

pengelolaan sampah yang baik lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 30

responden (61,2%) sedangkan responden dengan pengelolaan sampah yang

kurang baik sebanyak 25 responden (53,2%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak

ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak balita

di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,426 (p >0,05). Hal ini tidak

sesuai dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang menyebutkan

bahwa terdapat hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare. Hal

ini mungkin dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam mengisi kuesioner.

Cara pengolahan sampah yang baik antara lain pengumpulan sampah

diperlukan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak

mudah rusak, harus tertutup rapat, ditempatkan di luar rumah. Pengangkutan

dilakukan oleh dinas pengelola sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat

menjadi media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu

kesehatan. Tikus, lalat dan vektor penyakit lain dapat hidup pada tempat

pembuangan sampah yang terbuka yang pada akhirnya dapat menyebarkan

penyakit seperti penyakit kulit, jamur dan penyakit saluran pencernaan pada

manusia. Penularan tersebut dapat melalui kontak langsung, kontaminasi makanan

dan minuman maupun melalui udara yang bersumber pada sampah.

(Notoatmodjo, 2003)

Page 63: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

50

4.3.2.5.Limbah

Hubungan antara pengelolaan limbah dengan kejadian diare pada balita

disajikan pada tabel 4.12. berikut ini :

Tabel 4.12. Hubungan Antara Pengelolaan Limbah Dengan Kejadian Diare

Limbah Kejadian Diare Jumlah

Diare Tidak Diare

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Frekuensi Persen

(%)

Baik 9 32,1 19 67,9 28 100

Kurang 46 67,6 22 32,4 68 100

Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan

pengelolaan limbah yang kurang baik lebih banyak mengalami diare yaitu

sebanyak 46 responden (67,6%) dari pada responden dengan pengelolaan limbah

yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengelolaan

limbah dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur

dengan p = 0,001 (p < 0,05). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fauzi Y,

Setiani O, raharjo M (2005) yang menunjukkan adanya hubungan antara

pengelolaan limbah dengan kejadian diare dengan p=0,018.

Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang

tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat

dan lingkungan hidup antara lain :

- Limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera,

diare, tifus, media berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen.

- Sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk.

- Menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak sedap.

- Sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup

lainnya.

- Mengurangi produktivitas manusia, karena bekerja tidak nyaman.

(Notoatmodjo, 2003)

Page 64: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

51

Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan

kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak

mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak

mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak

menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena

udara luar sehingga baunya tidak mengganggu. (Notoatmodjo, 2003)

4.4. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain

potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik

independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak

bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.

2. Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang berkunjung ke

Posyandu yang ada di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur sehingga

kurang mewakili suatu populasi.

3. Pada penelitian ini gambaran keadaan lingkungan didapatkan hanya

berdasarkan hasil kuesioner saja, peneliti tidak melihat keadaan

lingkungan responden secara langsung sehingga kejujuran responden

patut dipertanyakan.

4. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami

oleh peneliti, ada beberapa responden yang kurang bersahabat

sehingga jawaban yang diberikan cenderung sekedarnya saja. Hal ini

bisa menyebabkan bias informasi.

Page 65: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

52

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

1. Balita dari ibu yang tidak bekerja, yang mengalami diare sebanyak 44

balita (57,9%), yang tidak diare sebanyak 32 balita (342,1%). Sedangkan

balita dari ibu yang bekerja, yang mengalami diare sebanyak 11 balita

(55%), yang tidak diare sebanyak 9 balita (45%).

2. Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada

balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,816)

3. Keluarga yang berpenghasilan rendah lebih banyak mengalami diare yaitu

sebanyak 27 responden (75%).

4. Ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian diare pada

anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,001)

5. Ibu yang mempunyai anak ≤2 lebih banyak mengalami diare yaitu

sebanyak 38 responden (52,1%).

6. Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan kejadian diare pada balita

di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,065)

7. Balita yang mengalami diare sebagian besar berasal dari keluarga yang

menggunakan sumber air tanah (sumur, pompa) yaitu sebanyak 41

responden (65,1%).

8. Ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak

balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,033)

9. Balita yang menderita diare adalah sebagian besar berasal dari ibu yang

memiliki kualitas air yang baik yaitu sebanyak 47 responden (55,3%).

10. Tidak ada hubungan antara kualitas air dengan kejadian diare pada anak

balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,271)

11. Responden dengan jamban yang tidak sehat lebih banyak mengalami

diare yaitu sebanyak 37 responden (50,7%).

12. Ada hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada anak

balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,023)

13. Responden yang mengelola sampah dengan baik lebih banyak mengalami

diare yaitu sebanyak 30 responden (61,2%).

Page 66: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

53

14. Tidak ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare

pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,426)

15. Responden dengan pengelolaan limbah yang kurang baik lebih banyak

mengalami diare yaitu sebanyak 46 responden (67,6%).

16. Ada hubungan antara pengelolaan limbah dengan kejadian diare pada

balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,001)

5.2.Saran

1. Bagi instansi terkait

Hendaknya petugas kesehatan melakukan penyuluhan untuk memotivasi

masyarakat dalam pengadaan dan penggunaan sumber air minum yang

terlindungi, pemakaian jamban, dan pengelolaan limbah.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Mengupayakan jamban yang memenuhi syarat sanitasi antara lain dengan

model septic tank dan memelihara kebersihan tempat pembuangan tinja,

serta tidak membiasakan buang air besar di sembarang tempat. Serta

mengelola limbah dengan baik agar tidak mencemari sumber air bersih.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel yang lebih banyak

dan menggunakan metode penelitian yang berbeda.

Page 67: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

54

DAFTAR PUSTAKA

Alhidayad. Analisis pendapatan petani di desa Pulau Pandan Kecamatan Limun

Kabupaten sarolangan. Skripsi Rrogram Ekstensi Fakultas Ekonomi. UNEJ.Jember.

2007

Andrianto P. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare akut, edisi 2. Jakarta : EGC,

1995. 1-2, 29-33

Arifin, Zaenal. Hubungan faktor lingkungan, umur, dan pelayanan kesehatan dengan

insiden diare di Kabupaten Majalengka Tahun 1999-2000. Skripsi Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.Depok. 2001

Asnil P, Noerasid H, Suraatmaja S. Gastroenteritis (Diare) Akut. Jakarta: FKUI; 2003.

Hal 56-57

Behrman, et. al. Ilmu Kesehatan Anak.Vol. 1. Edisi 15. Jakarta: EGC. 1999

Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional.2009

Depkes RI. 1993. Diare. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta.

Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman. 1999

Friedman. Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC. 2004.

Garnadi Y,dkk. Kumpulan Kasus Pediatri. Jakarta:MediaDIKA: 2000. Hal.234, 236-

238, 243-246,248.

Irianto J, dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita.

Page 68: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

55

(Analisis Lanjut Data SDKI 1994). Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 24 (2 dan 3)

1996 : 77-96.

Juffrie M,Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK gastro hepatologi IDAI.

Jakarta:FKUI. 2009. Hal 1, 6-11.

http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/ diakses pada tanggal 25 September 2010,

pukul 21.00

Mansjoer A, Suorohaita, Wardhani W, Setiawula W. Kapita selekta kedokteran, edisi

3. Jakarta: Media aresculapius, 2000. Hal. 470-476

Mansyah, B. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada

Balita di Desa Sigayam Wilayah Kerja Puskesmas Wonotunggal Kabupaten Batang.

(Skirpsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. 2005

Myrnawati. Buku Ajar Epidemiologi. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

FKUI. 2004. Hal 128.

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Ed2. Jakarta: EGC. 2005. Hal-223-225.

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

2002

Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta. 2003. Hal 135-149.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan

Pengawasan Kualitas Air

Rahmah, Siti. Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 tahun

Terhadap Kejadian Diare. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program

Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2007

Soemirat, J. Kesehatan Lingkungan, cetakan kelima. Yogyakarta : Gadjah

Page 69: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

56

Mada University Press. 2002.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta EGC.2004

Suandi IKG. Diit pada anak sakit. Jakarta : EGC, 1999. Hal.61-63

Suharyono. Diare Akut: Klinik Dan Laboratorik. Jakarta: Rhineka Cipta.2008. Hal 1-

2,81-83.

Warman Y. Hubungan faktor lingkungan, social ekonomi, dan pengetahuan ibu

dengan kejadian diare akut pada balita di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan

Tembilangan Kabupaten Indragiri Hilir. Fakultas Kedokteran Riau. Riau. 2008

Warouw PS. Hubungan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dengan morbiditas

ISPA dan Diare. Direktorat penyehatan lingkungan. 2002. Diunduh dari http : //

digilib.Litbang.Depkes.Go.Id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002-sonny-836-

lingkungan (diakses 30 September 2010)

WHO.Pocket Book of Hospital Care for Children. Switzerland: WHO Press:2005. p

114, 117, 120.

Widjaja. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka.

2002

Widyastuti, P. Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi 2. Jakarta : EGC. 2005

Wulandari, Anjar P. Hubungan antara factor lingkungan dan Faktor Sosiodemografi

dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo

Kabupaten Sragen. Skripsi Program Studi Kesehatan Mayarakat. Universitas

Muhammadiyah. Surakarta. 2009

Yulisa. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (Studi

pada Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan Kasongan Baru Kecamatan Kentingan Hilir

Page 70: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

57

Kabupaten Kentingan Kalimantan Tengah).(Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Diponegoro. 2008

Yusran F, Onny S, Mursi R. Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang

Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading

Cempaka Kota Bengkulu. Tesis Program Studi Kesehatan masyarakat. Universitas

Diponegoro. Semarang. 2005

Page 71: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

56

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………………

Umur : ………………………… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari

penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN

PISANGAN CIPUTAT TIMUR PADA BULAN AGUSTUS 2010

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan

bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan

persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Jakarta, Agustus 2010

Mengetahui Yang menyetujui

Penanggung jawab penelitian Peserta

( ) ( )

Page 72: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

57

KUESIONER HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL

EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI

KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT TIMUR PADA BULAN AGUSTUS

2010

No. Kuesioner :

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama

2. Umur ……….. tahun

3. Jumlah anak ……….. orang

4. Pendidikan 1. Tidak pernah

sekolah

2. Tidak tamat SD

3. Tamat SD

4. Tamat SMP

5. Tamat SMU

6. Tamat Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan 1. Ibu rumah tangga

2. Karyawan

3. Guru

4. Bidan/petugas kesehatan

5. Wiraswasta

6. Lain-lain

6. Pengahasilan/bulan 1. < Rp. 1.074.485

2. Rp. 1.074.485 – Rp. 1.202.749

3. > Rp. 1.202.749

II. LINGKUNGAN

1. Apakah memiliki sumber

air di rumah?

1. Ya

2. Tidak

2. Darimana sumber air bersih

digunakan setiap hari ?

1. pompa air

2. sumur

3. sungai / kali

4. PAM

5. Lainnya……

3. Apakah sumber air untuk

semua kebutuhan rumah

tangga diperoleh dengan

mudah sepanjang tahun?

1. Ya (mudah)

2. Sulit di musim kemarau

3. Sulit sepanjang tahun

4. Bagaimana kualitas fisik air

minum?

1. Jernih

2. Berasa

3. Berwarna

4. Berbau

5. Keruh

5. Apakah jenis sarana /

tempat penampungan air

minum sebelum dimasak?

1. Tidak ada/langsung dari sumber

2. Wadah terbuka

3. Wadah tertutup

Page 73: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

58

6. Dimana tempat

penampungan air limbah

dari kamar mandi / tempat

cuci/ dapur?

1. Penampungan tertutup

2. Penampungan terbuka

3. Langsung ke got/sungai

7. Bagaimana saluran

pembuangan air limbah dari

kamar mandi / dapur/

tempat cuci?

1. Saluran terbuka

2. Saluran tertutup

3. Tanpa saluran

8. Apakah tersedia tempat

pembuangan sampah?

1. Ya

2. Tidak 2. Tidak

9. Apa jenis tempat

pengumpulan/penampungan

sampah rumah tangga di

luar rumah?

1. Tempat sampah tertutup

2. Tempat sampah terbuka

10. Apakah keluarga memiliki

tempat pembuangan septik

tank?

1. Ya

2. Tidak 2. Tidak

11. Apakah Jarak septic tank

dengan sumur > 10 m?

1. Ya

2. Tidak 2. Tidak

Page 74: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

63

Lampiran 2

Frequencies

Sosial Ekonomi

jenis pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak bekerja 76 79.2 79.2 79.2

Bekerja 20 20.8 20.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <Rp. 1.074.485 36 37.5 37.5 37.5

Rp. 1.074.485 - Rp.

1.202.749 18 18.8 18.8 56.2

>Rp. 1.202.749 42 43.8 43.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

jumlah anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >2 23 24.0 24.0 24.0

<3 73 76.0 76.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Page 75: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

64

Lingkungan

sumber air bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid air tanah 62 64.6 64.6 64.6

air permukaan 34 35.4 35.4 100.0

Total 96 100.0 100.0

Kualitas Air

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang 11 11.5 11.5 11.5

Baik 85 88.5 88.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

Jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak sehat 23 24.0 24.0 24.0

Sehat 73 76.0 76.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Page 76: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

65

Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang 47 49.0 49.0 49.0

Baik 49 51.0 51.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Limbah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 68 70.8 70.8 70.8

Baik 28 29.2 29.2 100.0

Total 96 100.0 100.0

Kejadian diare

posyandu * diare2 Crosstabulation

diare2

Total tidak diare diare

posyandu wijaya kusuma Count 11 14 25

% within posyandu 44.0% 56.0% 100.0%

% within diare2 26.8% 25.5% 26.0%

kenanga Count 9 23 32

% within posyandu 28.1% 71.9% 100.0%

% within diare2 22.0% 41.8% 33.3%

peruri Count 12 13 25

% within posyandu 48.0% 52.0% 100.0%

% within diare2 29.3% 23.6% 26.0%

mawar Count 9 5 14

% within posyandu 64.3% 35.7% 100.0%

% within diare2 22.0% 9.1% 14.6%

Total Count 41 55 96

% within posyandu 42.7% 57.3% 100.0%

% within diare2 100.0% 100.0% 100.0%

Page 77: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

66

Sosial Ekonomi - Diare

1. Pekerjaan ibu - diare

jenis pekerjaan * diare Crosstabulation

diare

Total tidak pernah diare

jenis pekerjaan tidak bekerja Count 32 44 76

% within jenis pekerjaan 42.1% 57.9% 100.0%

bekerja Count 9 11 20

% within jenis pekerjaan 45.0% 55.0% 100.0%

Total Count 41 55 96

% within jenis pekerjaan 42.7% 57.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .054a 1 .816

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .054 1 .816

Fisher's Exact Test 1.000 .505

Linear-by-Linear

Association .054 1 .817

N of Valid Casesb 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.54.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 78: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

67

2. Penghasilan - diare

penghasilan * diare Crosstabulation

Diare

Total tidak pernah diare

penghasilan <Rp. 1.074.485 Count 9 27 36

% within penghasilan 25.0% 75.0% 100.0%

Rp. 1.074.485 - Rp.

1.202.749

Count 5 13 18

% within penghasilan 27.8% 72.2% 100.0%

>Rp. 1.202.749 Count 27 15 42

% within penghasilan 64.3% 35.7% 100.0%

Total Count 41 55 96

% within penghasilan 42.7% 57.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 14.245a 2 .001

Likelihood Ratio 14.529 2 .001

Linear-by-Linear Association 12.417 1 .000

N of Valid Cases 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.69.

Page 79: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

68

3. Jumlah Anak - diare

jumlah anak * diare Crosstabulation

diare

Total tidak pernah diare

jumlah anak >2 Count 6 17 23

% within jumlah anak 26.1% 73.9% 100.0%

% within diare 14.6% 30.9% 24.0%

<3 Count 35 38 73

% within jumlah anak 47.9% 52.1% 100.0%

% within diare 85.4% 69.1% 76.0%

Total Count 41 55 96

% within jumlah anak 42.7% 57.3% 100.0%

% within diare 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.415a 1 .065

Continuity Correctionb 2.580 1 .108

Likelihood Ratio 3.557 1 .059

Fisher's Exact Test .091 .052

Linear-by-Linear

Association 3.380 1 .066

N of Valid Casesb 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.82.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 80: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

69

Lingkungan - Diare

1. Sumber Air - diare

sumber air bersih * diare Crosstabulation

diare

Total tidak pernah diare

sumber air bersih air tanah Count 22 41 63

% within sumber air bersih 34.9% 65.1% 100.0%

air permukaan Count 19 14 33

% within sumber air bersih 57.6% 42.4% 100.0%

Total Count 41 55 96

% within sumber air bersih 42.7% 57.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.543a 1 .033

Continuity Correctionb 3.664 1 .056

Likelihood Ratio 4.532 1 .033

Fisher's Exact Test .050 .028

Linear-by-Linear

Association 4.495 1 .034

N of Valid Casesb 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.09.

b. Computed only for a 2x2 table

2. Kualitas air -diare

diare

Total tidak pernah diare

A kurang Count 3 8 11

% within A 27.3% 72.7% 100.0%

baik Count 38 47 85

% within A 44.7% 55.3% 100.0%

Total Count 41 55 96

% within A 42.7% 57.3% 100.0%

Page 81: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

70

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.210a 1 .271

Continuity Correctionb .602 1 .438

Likelihood Ratio 1.264 1 .261

Fisher's Exact Test .343 .221

Linear-by-Linear

Association 1.197 1 .274

N of Valid Casesb 96

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.70.

b. Computed only for a 2x2 table

3. Jamban – diare

j * diare Crosstabulation

diare

Total tidak pernah diare

j tidak sehat Count 5 18 23

% within j 21.7% 78.3% 100.0%

Sehat Count 36 37 73

% within j 49.3% 50.7% 100.0%

Total Count 41 55 96

% within j 42.7% 57.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.435a 1 .020

Page 82: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

71

Continuity Correctionb 4.367 1 .037

Likelihood Ratio 5.765 1 .016

Fisher's Exact Test .029 .017

Linear-by-Linear

Association 5.379 1 .020

N of Valid Casesb 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.82.

b. Computed only for a 2x2 table

4. Sampah - diare

s * diare Crosstabulation

diare

Total tidak pernah diare

s kurang Count 22 25 47

% within s 46.8% 53.2% 100.0%

baik Count 19 30 49

% within s 38.8% 61.2% 100.0%

Total Count 41 55 96

% within s 42.7% 57.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .633a 1 .426

Continuity Correctionb .347 1 .556

Likelihood Ratio .633 1 .426

Fisher's Exact Test .536 .278

Page 83: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

72

Linear-by-Linear

Association .626 1 .429

N of Valid Casesb 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.07.

b. Computed only for a 2x2 table

5. Limbah - diare

L * diare Crosstabulation

diare

Total tidak pernah diare

L kurang Count 22 46 68

% within L 32.4% 67.6% 100.0%

baik Count 19 9 28

% within L 67.9% 32.1% 100.0%

Total Count 41 55 96

% within L 42.7% 57.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.218a 1 .001

Continuity Correctionb 8.818 1 .003

Likelihood Ratio 10.258 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .001

Linear-by-Linear

Association 10.111 1 .001

N of Valid Casesb 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.96.

Page 84: HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25965/1/LYDIA... · EKONOMI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

73

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.218a 1 .001

Continuity Correctionb 8.818 1 .003

Likelihood Ratio 10.258 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .001

Linear-by-Linear

Association 10.111 1 .001

N of Valid Casesb 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.96.

b. Computed only for a 2x2 table