16
1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: FAHMI AFIF ALBONEH J 50009 0033 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

  • Upload
    trannhi

  • View
    242

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

1

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN

KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh:

FAHMI AFIF ALBONEH

J 50009 0033

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

NASKAH PUBLIKASI

Page 3: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

ABSTRAK

Fahmi Afif Alboneh. J500090033. 2012. Hubungan Status Gizi Dengan

Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Latar belakang: Tiap tahunnya diare menjadi salah satu penyakit yang

menyebabkan malnutrisi dan mortalitas pada anak, sehingga menjadikan anak

mengalami gangguan tumbuh kembang. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2

miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5 juta pertahun. Pada negara

berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode

diare pertahun. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi

Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare

masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan

pendekatan cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan

kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun. Jumlah sampel sebanyak 100 responden.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner diare, penimbangan berat badan,

dan pengukuran tinggi badan. Analisis data menggunakan Chi square.

Hasil: Status gizi pada balita dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu baik dan tidak baik.

Sebanyak 72 balita memiliki gizi baik, 58% dari balita yang memiliki gizi baik

menderita diare, dan 42% dari balita tersebut tidak diare. Balita dengan gizi tidak

baik sebanyak 28 balita, dimana sebanyak 36% menderita diare, dan 64% tidak

diare. Hasil analisis didapatkan nilai p = 0,042.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian diare pada

balita usia 2-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar.

Kata kunci: Status Gizi, Diare Pada Balita

Page 4: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

ABSTRACT

Fahmi Afif Alboneh. J500090033. 2012. Correlation Between Nutritional Status

and Diarrhea Incident Among 2-5 Years Old Children in Work-are of Local

Government Clinic Karanganyar Regency of Karanganyar. Background: Each year, diarrhea becomes one of disease causing malnutrition and

mortality for children. It caused growth and developmental disturbances among

children. Globally, there are 2 billions of diarrhea cases with mortality rate of 1.5

milion cases per year. In developing countries, children under 3 years old

experienced 3 diarrhea episodes per year. Based on household health survey,

mortality and health survey, it was found that diarrhea becomes a main cause of

young children mortalities in Indonesia.

Method: The research used observational-analytical method with cross sectional

approach in attempts of knowing correlation between malnutritional status and

diarrhea incidents among 2-5 years old children. Sample are 100 respondents. The

data collected by using diarrhea questionnaire, weight and height measurements.

Data of the research analyzed by using Chi square analysis.

Result: Nutritional status of the young children can be catagorized as good and

poor. There were 72 young childrens with good nutritional status, and 58% of them

experienced diarrhea, and 42% of them had no diarrhea. Young children with poor

nutritional status were 28, and 36% of them experienced diarrhea, and 64% of them

with no diarrhea. Result of analysis found p-value = 0.042.

Discussion: The research found no corelation between nutritional status and

diarrhea incidents among 2-5 years old children .

Kata kunci: Nutritional Status, Diarrhea of Young Children.

Page 5: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara

global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5

juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-

rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan

menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga

diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/

MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari

tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun

diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di

Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak

tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian

karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Depkes RI, 2011).

Jumlah kasus diare di Jawa Tengah tahun 2007 yaitu sebanyak 625.022

penderita dengan Incidence Rate (IR) 1,93%, sedangkan jumlah kasus diare pada

balita yaitu sebanyak 269.483 penderita. Jumlah kasus diare setiap tahunnya rata-

rata di atas 40%, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare masih tetap tinggi

dibandingkan golongan umur lainnya (Dinkes Jateng, 2007).

Data dari Dinas Kesehatan Karanganyar (2009-2011), angka kejadian diare di

Kabupaten Karanganyar cukup tinggi, dalam tiga tahun terakhir (2009-2011),

mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 total kasus diare sebanyak 15.573,

dan pada tahun 2010 sebanyak 18.069, pada tahun 2011 terjadi peningkatan menjadi

20.331.

Tahun 2011 didapatkan Puskesmas Kecamatan Karanganyar mempunyai

angka kejadian tinggi yaitu sebesar 1570 di bandingkan puskesmas lain di daerah

Kabupaten Karanganyar (Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, 2011).

Data pada tahun 2007 memperlihatkan empat juta balita di Indonesia

mengalami kekurangan gizi, 700 ribu di antaranya mengalami gizi buruk (Marimbi,

2010). Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2003, perkembangan

keadaan gizi masyarakat yang dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan

pelaporan program menunjukkan bahwa keadaan gizi masyarakat Jawa Tengah yang

tercermin dari hasil penimbangan balita pada tahun 2003 menunjukkan jumlah

balita yang ada 2.816.499 anak, dari jumlah tersebut yang datang ditimbang

posyandu sebanyak 1.993.448 anak dengan rincian yang naik berat badannya

sebanyak 1.575.486 anak atau 79,03% dan balita yang ada dibawah garis merah

(BGM) sebanyak 46.679 anak atau 2,34%. Data tersebut menunjukkan bahwa di

Jawa Tengah masih banyak balita yang status gizinya berada dibawah standar

Page 6: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

(Dinkes Jateng, 2003).

Data status gizi balita di Kabupaten Karanganyar didapatkan status gizi lebih

sebanyak 320 balita, status gizi baik 50.934 balita, status gizi kurang 1.704 balita,

dan status gizi buruk sebanyak 172 balita (Dinas Kesehatan Kabupaten

Karanganyar, 2010).

Status gizi balita di Puskesmas Kecamatan Karanganyar didapatkan data

sebanyak 16 balita memiliki status gizi lebih, 3.925 dengan status gizi baik, 89 balita

dengan status gizi kurang dan sebanyak 41 balita memiliki status gizi buruk. Angka

status gizi buruk di Kabupaten Karanganyar tertinggi adalah di Puskesmas

Karanganyar sebesar 1.01%, diikuti Puskesmas Gondangrejo 0.60% (Dinas

Kesehatan Kabupaten Karanganyar, 2010).

TINJAUAN PUSTAKA

Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih

(Almatsier, 2010).

Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi dilakukan

dengan interpretasi informasi dari beberapa metode penelitian status gizi yaitu:

a. Antropometri

1). Berat badan menurut umur (BB/U)

2). Tinggi badan menurut umur (TB/U)

3). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

b. Klinis

c. Biokimia

d. Biofisik

Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih

dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu

buang air besar encer lebih dari tiga kali per hari. Buang air besar encer tersebut

dapat / tanpa disertai lendir dan darah (Daldiyono, 2009).

Menurut Daldiyono (2009) Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi

(gangguan penyerapan zat gizi), dan makanan.

Menurut Suraatmaja (2010), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu:

a. Diare Akut

b. Diare kronik

c. Diare persisten

d. Diare dengan masalah lain

Page 7: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Dalam Subagyo & Santoso (2010) menjelaskan tatalaksana pengobatan diare

pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan

merujuk pada panduan WHO, yaitu:

a. Rehidrasi dengan oralit

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

c. ASI dan makanan tetap diteruskan

d. Antibiotik selektif

e. Nasihat kepada orang tua

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare

Hubungan status gizi dan kejadian diare menurut Brown, K.H. (2003),

kekurangan gizi dapat menyebabkan rentan terhadap infeksi karena dampak negatif

terjadi perubahan pada perlindungan yang diberikan oleh kulit dan selaput lendir

serta menginduksi perubahan fungsi kekebalan tubuh.

Menurut Brown, K.H. (2003), malnutrisi meningkatkan kejadian diare. Selain

itu dijelaskan juga ada hubungan antara indikator antropometri status gizi dengan

durasi penyakit diare. Pada malnutrisi terjadi peningkatan derajat keparahan

penyakit diare.

Hubungan antara gizi anak dan penyakit infeksi adalah hubungan dua arah,

yaitu penyakit yang sering dapat mengganggu status gizi dan status gizi yang buruk

dapat meningkatkan resiko infeksi. Pada penelitian menunjukkan bahwa efek

merugikan dari infeksi tertentu (misalnya diare) pada pertumbuhan dapat dikurangi

atau dihilangkan dengan memperbaiki gizi. Intervensi meningkatkan gizi menjadi

lebih baik dapat mencegah dan mengendalikan infeksi. Hal ini adalah cara yang

paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan anak (Dewey & Mayers, 2011).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

(cross-sectional) (Taufiqurrahman, 2010).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar, pada bulan Agustus 2012.

Populasi Penelitian

Balita usia 2-5 tahun yang berada di wilayah Puskesmas Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Page 8: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Sampel dan Tekhnik Sampling

Sampel pada penelitian ini adalah anak balita usia 2-5 tahun yang bertempat

tinggal di wilayah Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara purposive

sampling.

Estimasi Besar Sampel

Jumlah sampel ditentukan dari variabel independen x (15 – 20 observasi)

(Murti, 2006). Dalam penelitian ini menerapkan 2 variabel yaitu status gizi dan

diare, sehingga jumlah sampel yang diperlukan adalah 2 x 15 = 30 responden. Akan

tetapi jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 100 responden.

Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

a. Balita usia 2-5 tahun.

b. Tinggal di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

2. Kriteria eksklusi

a. Anak menderita kelainan kongenital atau cacat fisik

b. Subjek tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian

Definisi Operasional

1. Variabel independen: Status gizi

a. Definisi

Status gizi balita menurut antropometri pada anak balita yang

ditentukan dengan menggunakan Z - Skor.

b. Kategori:

1) Status gizi baik jika skor - 2 SD sampai 2 SD

2) Status gizi tidak baik jika skor > 2 SD atau < 2 SD

c. Alat ukur :

1) Timbangan (BB)

2) Microtoise (TB)

3) Kuesioner (Umur)

d. Skala : Nominal

2. Variable dependen : Kejadian diare pada balita

a. Definisi

Page 9: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Diare yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air

besar encer tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah.

b. Kategori

1) Terjadi diare dalam waktu 3 bulan terakhir

2) Tidak terjadi diare dalam waktu 3 bulan terakhir.

c. Skala : Nominal

Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan

dacin, microtoise dan kuesioner tentang diare.

1. Kuesioner : Untuk menilai kejadian diare pada balita

2. Timbangan dacin : Untuk mengukur berat badan

3. Microtoise : Untuk mengukur tinggi badan

Tekhnik Pengambilan Data

Data primer diambil dari pengisian kuesioner dan pengukuran status gizi

dengan mengukur berat badan dan tinggi badan subjek penelitian. Pengukuran status

gizi dibantu oleh petugas gizi di Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar.

Analisis data

Data tersebut diuji dengan teknik analisis uji chi-square. Seluruh data yang

diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS versi 19 for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Balita

Distribusi Usia Balita

Umur (Tahun) Frekuensi Presentase %

2-2,5

2,6-3

3,1-3,5

3,6-4

4,1-4,2

56

24

10

9

1

56 %

24 %

10 %

9 %

1%

Total 100 100 %

Page 10: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Distribusi Jenis Kelamin Balita

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase %

Laki-laki

Perempuan

50

50

50 %

50 %

Total 100 100 %

Analisis Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita

Analisis dengan menggunakan uji Chi square didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 2. Analisis Status Gizi BB/TB Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Kelompok

Status Gizi

Kejadian Diare

Diare Tidak diare Total P.Value

N % N % N

0,042 Baik 42 58 30 42 72

Tidak baik 10 36 18 64 28

Tabel 3. Analisis Status Gizi BB/U Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Kelompok

BB/U

Kejadian Diare

Diare Tidak diare Total P.Value

N % N % N

0,042 Baik 42 58 30 42 72

Tidak baik 10 36 18 64 28

Tabel 4. Analisis Status Gizi TB/U Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Kelompok

TB/U

Kejadian Diare

Diare Tidak diare Total P.Value

N % N % N

0,036 Baik 44 58 32 42 76

Tidak baik 8 33 16 67 24

Table 5. Analisis Status Gizi Dengan Kejadian Diare

Kelompok

Status Gizi

Kejadian Diare

Diare Tidak diare Total P Value

N % N % N

Baik 42 58 30 42 72 0,042

Tidak Baik 10 36 18 64 28

Page 11: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Hasil analisis status gizi baik menurut BB/U, TB/U, BB/TB, dengan diare

dengan uji Chi Square didapatkan nilai p < 0,05, artinya secara statistik terdapat

hubungan yang bermakna, tetapi dari data kasar balita dengan status gizi tidak baik

lebih jarang menderita diare.

Pembahasan

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan status

gizi menjadi 2 yaitu status gizi baik dan status gizi tidak baik (status gizi kurang dan

status gizi lebih). Pada penelitian didapatkan dari 100 responden, umumnya balita

memiliki status gizi baik yaitu 71 balita (71%), dan balita yang memiliki gizi tidak

baik yaitu 29 balita (29%).

Sebanyak 58% dari balita yang memiliki gizi baik menderita diare, dan 42%

dari balita tersebut tidak diare. Balita dengan gizi tidak baik sebanyak 29 balita,

dimana sebanyak 38% menderita diare, dan 62% tidak diare. Pada balita dengan

status gizi tidak baik, prosentase angka kejadian diare sebesar 36%, angka ini lebih

kecil dari angka tidak diare sebanyak 64%, hal ini secara perhitungan didapatkan

data yang tidak bermakna, dimana pada status gizi tidak baik angka kejadian diare

lebih rendah daripada tidak diare, dan juga pada kelompok status gizi baik, angka

kejadian diare lebih tinggi daripada tidak diare.

Hasil penelitian ini dilakukan uji dengan menggunakan Chi square dengan

menggunakan SPSS versi 19 for windows dan didapatkan nilai p = 0,042, akan tetapi

secara perhitungan kasar tidak bermakna, ini dapat dikarenakan pengelompokan

status gizi hanya menjadi dua kelompok yaitu status gizi baik dan tidak baik. Pada

status gizi tidak baik terdiri dari status gizi lebih dan status gizi kurang. Menurut

Rahmawati (2008), semakin baik status gizi balita maka semakin besar peluang

tidak menderita ISPA dan penyakit infeksi. Zulkifli (2003) menambahkan, status

gizi kurang mempunyai peluang yang lebih besar untuk menderita diare, sedangkan

balita dengan status gizi baik mempunyai peluang yang lebih kecil untuk menderita

diare. Menurut Nuryanto (2012), status gizi baik umunya akan meningkatkan

resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi.

Penelitian ini sesuai dengan Hendarto & Musa (2002), balita dengan status gizi

baik lebih sering terkena penyakit infeksi jika dibandingkan dengan balita dengan

status gizi tidak baik. Menurut Zulkifli (2003) yang dikutip dari Santoso (2000),

didapatkan bahwa status gizi balita tidak mempunyai hubungan dengan kejadian

diare pada balita. Penelitian ini juga didukung oleh Primayani (2009), hasil

penelitian didapatkan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan lama rawat

inap pada pasien diare di RSUD Soe NTT. Menurut Hendarto & Musa (2002), tidak

terdapat hubungan antara status gizi dengan kekerapan sakit pada balita. Penelitian

ini juga sejalan dengan penelitian Sukmawati & Ayu (2010), hasil penelitian

didapatkan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada

balita. Akan tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan Hamisah (2011), balita dengan

Page 12: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

status gizi tidak baik lebih cenderung untuk terjadi diare 3.6 kali lebih tinggi

disbanding status gizi baik.

Menurut Palupi, Hadi, dan Soenarto (2009) yang dikutip dari Pudjiadi (2000),

anak umur 2-5 tahun merupakan konsumen aktif yang bias terpapar dari makanan

diluar rumah. Pada umur tersebut, anak-anak lebih suka makan jajanan mengikuti

jejak teman-temannya, padahal pengolahan dan penyajian makanan tersebut

kemungkinan kurang higienis yang berakibat pada kontaminasi makanan oleh

kuman yang dapat menyebabkan seorang anak menderita diare. Pendapat Achmadi

(2011), diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan, yang umumnya diakibatkan

oleh mikroorganisme. Cara penularan diare melalui berbagai media yang kita kenal

seperti air dan pangan yang intinya adalah kondisi sanitasi dasar yang kurang baik.

Status gizi merupakan faktor resiko kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan

(Erdan, 2005), sedangkan sampel pada penelitian ini diambil pada usia 2-5 tahun.

Selain itu menurut Subagyo & Santoso (2010) faktor diare yaitu faktor umur,

sebagian besar episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insidensi

tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan

pendamping ASI.

Data epidemiologi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan gejala

keluhan gangguan gastrointestinal (Ho & Spiegel, 2008). Menurut Aro et al (2005),

pasien obesitas lebih memungkinkan jumlah gula yang terserap lebih sedikit, yang

dapat meningkatkan diare osmotik. Ho & Spiegel (2008), melakukan analisis

terhadap 5 studi antara hubungan obesitas dengan gejala gastrointestinal kronis, dari

5 penelitian didapatkan 4 penelitian positif mengalami gejala diare dan 1 penelitian

negative. Gejala diare ini terjadi pada pasien-pasien irritable bowel syndrome (IBS).

Brown (2003) menyebutkan, kekurangan gizi dapat menyebabkan rentan

terhadap infeksi karena dampak negatif terjadi perubahan pada perlindungan yang

diberikan oleh kulit dan selaput lendir serta menginduksi perubahan fungsi

kekebalan tubuh. Harohalli & Dona (2009) menyatakan, pada malnutrisi terjadi

penurunan fungsi absorbsi usus yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

enteral. Menurut Tarigan (2003) yang dikutip dari Depkes RI (1997), penyakit

infeksi yang sering pada anak-anak adalah diare dan infeksi saluran pernafasan akut

(ISPA), diare dapat menyebabkan anak tidak mempunyai nafsu makan sehingga

terjadi kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh yang

dapat berakibat gizi kurang.

Tidak memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan awal dari kehidupan

adalah merupakan faktor kejadian diare. Selain itu tidak memberikan ASI selama 2

tahun dapat meningkatkan insidensi dan lamanya diare (Simatupang, 2004). Pada

penelitian ini tidak diketahui apakah balita diberikan ASI eksklusif yang dilanjutkan

sampai 2 tahun atau tidak. Selain itu menurut Adisasmito (2007), diare juga

dipengaruhi oleh faktor imunisasi, sampel pada penelitian ini tidak diambil data

mengenai riwayat imunisasi balita. Menurut Adisasmito (2007), pemberian vitamin

Page 13: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

A adalah faktor kejadian diare. Umumnya setiap balita di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Karanganyar mendapatkan vitamin A setiap 6 bulan sekali.

Kelemahan penelitian ini ada tiga hal yaitu, pertama adalah masih banyaknya

faktor perancu yang belum dikendalikan dalam penelitian, sehingga dapat terjadi

bias pada hasil penelitian. Faktor kedua yaitu, data diare yang diukur dalam tiga

bulan terakhir dapat saja terjadi bias recall terhadap riwayat sakit diare dalam tiga

bulan terakhir yang terjadi pada balita. Faktor ketiga kemungkinan terjadi human

error yang terjadi saat melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan dan

masih kurangnya jumlah sampel dalam penelitian serta pengambilan sampel yang

kurang merata, sehingga dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa secara statistik

bermakna dimana nilai p = 0,042 < 0,05, akan tetapi secara perhitungan kasar tidak

bermakna yaitu pada status gizi baik kejadian diare lebih tinggi daripada status gizi

tidak baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian 100 responden di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan

antara status gizi dengan kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun.

Saran

1. Bagi ibu dan masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan

lingkungan serta balita sehingga terhindar dari berbagai penyakit.

2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih

banyak dan meminimalisasi faktor-faktor bias.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. (2011). Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Depok:

Rajawali Pers

Adisasmito, W. (2007). Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita di Indonesia:

Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.

Makara Kesehatan vol. 11, no. 1, juni: 1-10.

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Aro, et al. (2005). Body Mass Index And Chronic Unexplained Gastrointestinal

Symptoms: an Adult Endoscopic Population Based Study. Obesitas and

Gastrointestinal Symptom. www.gutjnl.com Gut; 54: 1377-1383. doi:

10.1136/ gut.2004.057497

Brown, K.H., (2003). Diarrhea and Malnutiriton. American Society for Nutritional

Sciences. JN the Journal of Nutrition 0022-3166/03

Page 14: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Caulfield, L.E., et al. (2004). Undernutrition as an Underlying Cause of Child

Deaths Associated with Diarrhea, Pneumonia, Malaria, and Measles.

American Journal of Clinical Nutrition; 80 193-8

Corwin, E.J., (2008). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Daldiyono. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. Jakarta: FK UI

Depkes RI. (2004). Analisis Status Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Depkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Diunduh dari

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONES

IA_2011.pdf. Pada tanggal 10 april 2012.

Dewey, K.G., & Mayers, D.R. (2011). Early Child Growt: How Do Nutrition and

Infection Interact?. Maternal and Child Nutrition, Volume 7 Issue

Supplement s3, Article first published online: 19 SEP

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. (2009). Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Karanganyar. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. (2010). Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Karanganyar. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. (2011). Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Karanganyar. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.

Dinkes Jateng. (2003). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003.

Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20jateng%22003.pdf

Pada tanggal 10 april 2012.

Dinkes Jateng. (2007). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007.

Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20jateng%202007.pdf

Pada tanggal 10 april 2012.

Erdan. (2005). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Diare Akut

Pada Usia 0-24 Bulan di Kabupaten Gunung Kidul. Universitas Gadjah

Mada. Tesis

Hadi, S. (2002). Gastroenterologi. Bandung: PT Alumni

Hamisah, I. (2011). Hubungan Status Gizi dan prefalensi Diare Akut Pada Anak

Usia di Bawah 5 Tahun di Kabupaten Klaten. Universitas Gadjah Mada.

Tesis

Hendarto, A. & Musa, D. A. (2002). Hubungan Status Gizi Dengan Kekerapan Sakit

Balita Penghuni Rumah Susun Kemayoran Jakarta-Pusat. Jurnal Sari

Pediatri, Vol. 4, No. 2, September: 88-97.

Ho, W. & Spiegel, B. M. R. (2008). The Relationship Between Obesity and

Functional Gastrointestinal Disorders: Caustion, Asociation, or Neither?

Journal Gastrointestinal and Hepatology. Volume 4, Issue 8, August

Page 15: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Moyo, S.J., et al. (2011). Age Specific Aetiological Agents of Diarrhoea in

Hospitalized Children Aged Less Than Five Years in Dar es Salam,

Tanzania. BMC Pediatric, 11:19.

Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Nursalam. (2008). KONSEP DAN PENERAPAN METODOLOGI PENELITIAN

ILMU KEPERAWATAN, Edisi 2 Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen

Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal : 91 - 92.

Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuryanto. (2012). Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita. Jurnal Pembangunan

Manusia Vol. 6. No. 2.

Palupi, A., Hadi, H., & Soenarto, S.S. (2009). Status Gizi dan Hubungannya dengan

Kejadian Diare pada Anak Diare Akut di Ruang Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 6 No 1, Juli : 1-7.

Puskesmas Kecamatan Karanganyar. (2012). Laporan Bulanan Puskesmas

Kecamatan Karanganyar. Puskesmas Kecamatan Karanganyar.

Rahmawati, D. (2008). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian ISPA Pada

Balita di URJ Anak RSU Dr Soetomo Surabaya. Bulletin penelitian RSU

Dr Soetomo. Vol. 10. No. 3. Sept

Schmidt, et al. (2010). Weight-for-age Z-score as a Proxy Marker for Diarrhoea in

Epidemiological Studi. J Epidemiol Community Health. December;

64(12): 1074–1079.

Schmidt, W.P., Genser, B., Luby, S.P., & Chalabi, Z. (2011). Estimating the Effect

of Recurrent Infectious Diseases on Nutritional Status: Sampling

Frequency, Sample Size, and Bias. J Health Popul Nutr. August; 29(4):

317–326.

Simatupang, M. (2004). Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Diare Pada Balita di Kota Sibolga Tahun 2003. Universitas

Sumatra Utara. Tesis

Soebagyo, B. (2008). Diare Akut Pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Press

Subagyo & Santoso. (2010). Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi jilid 1. Jakarta:

Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Sukmawati & Ayu, S. D. (2010). Hubungan Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL),

Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada

Page 16: 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tunikamaseang Kabupaten Maros.

Media Gizi Pangan Vol. X. Edisi 2. Juli - Desember

Sulistyoningsih, H., (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B., & Fajar, B. (2012). Penilaan Status Gizi. Jakarta:

EGC.

Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto

Primayani, D. (2009). Status Gizi Pada Pasien Diare Akut di Ruang Rawat Inap

Anak RSUD Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Sari Pediatri,

Vol. 11. No. 2, Agustus.

Taufiqurrahman, M.A., (2010). Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan

UPT Penerbitan dan Percetakkan UNS (UNS Press).

Tirtawinata, T.C., (2006). Makanan Dalam Prespektif Al-Quran dan Ilmu Gizi.

Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Weisz, A., Meuli, G., Thakwalakwa, C., Trehan, I., Maleta, K., & Manary, M.,

(2011). The Duration and Diarrhea and Fever is Associated with Growth

Faltering in Rural Malawian Children Aged 6-8 Month. Noutrition

journal, 10:25

WHO. (2009). Diarrhoea. Available from : http://www.who.int/mediacentre

/factsheets/fs330/en/index.ht ml diakses pada tanggal 26 mei 2012

Wierzba, T.F., et al. (2001). The Interrelationship of malnutrition and Diarrhea in a

Periurban Area Outside Alexandria, Egypt. Jurnal of Pediatric

Gastroenterology and Nutrition 32: 189-196

Wilunda, C., & Panza, A., (2009). Factors Associated With Diarrhea Among

Children Less Than 5 Years Old In Thailand: A Secondary Analysis Of

Thailand Multiple Indicator Cluster Survey 2006. Journal Health Res, 23

(suppl): 17-22

Zulkifli. (2003). Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare

Untuk Menentukan Kebijakan Penanggulangan Diare di Wialayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Tahun 2003. Universitas

Sumatra Utara. Tesis