20
BAB III DASAR TEORI III.1. Seismik Refraksi Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak dipakai di dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Dalam menentukan struktur geologi, metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yang besar, yaitu seismik bias dangkal (head wave or refracted seismic) dan seismik refleksi (reflected seismic). Seismik refraksi efektif digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal, sedangkan seismik refleksi untuk struktur geologi yang dalam. Dasar teknik pada seismik dapat digambarkan sebagai berikut. Suatu sumber gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastis maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Di permukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan 11

BAB III DASAR TEORI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SEISMIK REFRAKSI

Citation preview

BAB IIIDASAR TEORI

III.1. Seismik RefraksiMetode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak dipakai di dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Dalam menentukan struktur geologi, metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yang besar, yaitu seismik bias dangkal (head wave or refracted seismic) dan seismik refleksi (reflected seismic). Seismik refraksi efektif digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal, sedangkan seismik refleksi untuk struktur geologi yang dalam. Dasar teknik pada seismik dapat digambarkan sebagai berikut. Suatu sumber gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastis maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Di permukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil line), kemudian dicatat/direkam oleh suatu alat seismogram. Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan sumber ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya.Dalam memahami perambatan gelombang seismik di dalam bumi, perlu mengambil beberapa asumsi untuk memudahkan penjabaran matematis dan menyederhanakan pengertian fisisnya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain; Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda. Makin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak. Panjang gelombang seismik < ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan setiap lapisan yang memenuhi syarat tersebut akan dapat terdeteksi. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum-hukum dasar lintasan sinar di atas. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan pada lapisan di bawahnya. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui bidang batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan terjadi pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah gelombang kompresi (gelombang P) maka terjadi empat gelombang yang berbeda yaitu, gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS1), gelombang P-refraksi (PP2), gelombang S-refraksi (PS2). Dari hukum Snellius yang diterapkan pada kasus tersebut diperoleh :

(III.1)

dimana : VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1 VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2 VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1 VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2

Gambar III.1 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang III.2. Metode T-X Metode T-X merupakan salah satu cara yang dianggap paling sederhana dan hasilnya relatif cukup kasar, kedalaman lapisan diperoleh pada titik-titik tertentu saja. Namun pada sistem perlapisan yang cendrung homogen dan relatif rata, cara ini mampu memberikan hasil yang bisa diandalkan dengan kesalahan yang relatif kecil. Akan tetapi pada saat kondisi yang kompleks diperlukan cara interpretasi lain yang lebh akurat. Metode ini terdiri dari dua macam, yaitu Intercept Time Method (ITM) dan Critical Distance Method (CDM).

III.3. Metode Intercept Time Metode Intercept Time atau Intercept Time Method (ITM) merupakan metode yang paling sederhana, hasilnya cukup kasar dan merupakan metode paling dasar dalam pengolahan data seismik.Asumsi yang digunakan metode ini adalah:a. Lapisan homogen (kecepatan lapisan relatif seragam)b. Bidang batas lapisan rata (tanpa undulasi)Intercept Time artinya waktu penjalaran gelombang seismik dari sumber ke geophone secara tegak lurus (zero offset)Pengolahan data seismik refraksi menggunakan metode ITM terdiri atas dua macam:1. Satu Lapisan Datar (Single Horizontal Layer)1. Banyak Lapisan Datar (Multi Horizontal Layers)

II.3.1. Metode Intercept Time Satu Lapis

Gambar II1.2 Kurva Travel Time dan penjalaran gelombang pada satu lapisan.

Gambar 1 menjelaskan bahwa titik O (source) dan R (geophone), dan S-M-P-R merupakan jejak penjalaran gelombang refraksi, maka persamaan waktu total (Tt) untuk satu lapisan dari sumber menuju geophone yaitu:

Tt= (III.2) Dapat disederhakan menjadi

Tt= (III.3)

Berdasarkan defenisi Intercept Time (ti), maka X=0, maka Tt=ti, sehingga:

Tt= (III.4)

Maka, ketebalan lapisan pertama (Z1) dapat dicari dengan persamaan

Z1= (III.5)

Persamaan Intercept Time (ti) sendiri yaitu:

ti= (III.6)

Kecepatan lapisan pertama (V1) dan lapisan kedua (V2)

V1= dimana m1= (III.7)

V2= dimana m2= (III.8)

m1 dan m2 merupakan slope/kemiringan tendensi waktu gelombang lansung dan refraksi. Persamaan (2.6) dan (2.7) hanya berlaku bila surveynya menggunakan penembakanan maju. Dengan kata lain, kecepatan V1 didapat dari slope tendensi gelombang lansung, sedangkan kecepatan V2 dari slope tendensi gelombang refraksi pada grafik jarak vs waktu.

II.3.2. Metode Intercept Time Banyak Lapis

Gambar III.3 Ilustrasi penjalaran gelombang seismik dua lapisan datar yang berhubungan dengan kurva Jarak-Waktu.

Gambar 3 menjelaskan bahwa titik O=Sumber (source) dan G= geophone, dan O-M-M-P-P-R = jejak penjalaran gelombang refraksi lapisan ke dua, maka persamaan waktu total (Tt) untuk dua lapisan mulai dari source menuju geophone yaitu,

Tt= (III.9)

Dapat disederhanakan menjadi:

Tt=(III.10)Berdasarkan Intercept time (ti), X=0, maka Tt=t12, sehingga :

Tt=t12= (III.11)

Maka, ketebalan lapisan kedua (Z2) dapat dicari dengan persamaan,

Z2(III.12)

Untuk lapisan yang lebih dari 2 lapisan Waktu total dicari dengan persamaan:

Tt= (III.13)

Sedangkan untuk 3 lapisan datar, kedalaman Z1,Z2, dan Z3dapat dicari dengan:

Z1= + (III.14)

Z2= (III.15)

Z3= (III.16)

II.3.3. Metode Intercept Time untuk Lapisan MiringBila reflektor mempunyai dip, maka:1. Kecepatan pada kurva T-X bukan kecepatan sebenarnya (true velocity), melainkan kecepatan semu (apparent velocity)1. Membutuhkan dua jenis penembakan: Forward dan Reverse Shoot1. Intercept time pada kedua penembakan berbeda, maka ketebalan refraktor juga berbedaApparent Velocity ialah kecepatan yang merambat di sepanjang bentangan geophone

Gambar III.4 Skema perambatan gelombang pada lapisan miring dan hubungannya dengan kurva T-X pada lapisan miring menggunakan forward dan reverse shoot.

Metode sebelumnya hanya menggunakan forward shooting, sedangkan untuk aplikasi lapisan miring menggunakan forward shooting dan reverse shooting. Pada gambar 4, titik A = sumber dan B= geophone (forward shooting),sedangkan titik B= sumber dan A= geophone (reverse shooting). Sumber energi di titik A menghasilkan gelombang refraksi down-going (raypath A-M-P-B) , dan sumber energi di titik B menghasilkan gelombang refraksi up-going (ray path B-P-M-A).Waktu rambat ABCD (Tt) pada lapisan miring sebagai berikut:

Tt= (III.17)

Sedangkan waktu rambat Down-Dip dan Up-Dip:Down-Dip Td= Up-Dip Tu= (III.18)Besar sudut kemiringan lapisan ( dan sudut kemiringan (c), dapat dicari dengan:

= dan c= (III.19)

Vd dan Vu merupakan kecepatan semu, didapat dengan:

Vd = dan Vu = (III.20)

Dimana, V1>Vd dan V1