39
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Apendisitis akut adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan sampai saat ini masih merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Apendisitis akut jarang ditemukan pada zaman dahulu. Sejak Hippocrates sampai Moses Maimonides, data mengenai apendisitis masih belum tercatat (Petroianu, 2012). Jean Fernel dari Prancis memberikan deskripsi acute typhlitis (berasal dari bahasa Yunani “typhlon” yang berarti sekum) sewaktu mengotopsi anak perempuan berusia 7 tahun yang meninggal karena apendiks perforasi di tahun 1554. Dia menemukan obstruksi lumen sekum dan apendiks dengan nekrosis, perforasi dan spillage dari isi usus ke dalam kavitas abdomen. Tahun 1711, Lorenzo Heister untuk pertama kalinya mengemukakan apendiks sebagai suatu infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, Claudius Amyand untuk pertama kalinya melakukan operasi apendisektomi (Williams, 1983; Prystowsky, 2005; Petroianu, 2012). Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Reginald Heber Fitz pada tahun 1886. Dia mengemukakan hubungan antara apendisitis dengan penyakit inflamasi yang berasal dari perut kanan bawah serta penanganan apendisektomi sedini mungkin. Charles McBurney di tahun 1889 mendeskripsikan pengalamannya mengoperasi penderita apendisitis akut. Dia memperkenalkan titik McBurney dan mengembangkan insisi muscle-splitting atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Apendisitis akut adalah peradangan yang terjadi pada apendiks

vermiformis, dan sampai saat ini masih merupakan penyebab akut abdomen yang

paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Apendisitis akut jarang

ditemukan pada zaman dahulu. Sejak Hippocrates sampai Moses Maimonides,

data mengenai apendisitis masih belum tercatat (Petroianu, 2012).

Jean Fernel dari Prancis memberikan deskripsi acute typhlitis (berasal dari

bahasa Yunani “typhlon” yang berarti sekum) sewaktu mengotopsi anak

perempuan berusia 7 tahun yang meninggal karena apendiks perforasi di tahun

1554. Dia menemukan obstruksi lumen sekum dan apendiks dengan nekrosis,

perforasi dan spillage dari isi usus ke dalam kavitas abdomen. Tahun 1711,

Lorenzo Heister untuk pertama kalinya mengemukakan apendiks sebagai suatu

infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun

1735, Claudius Amyand untuk pertama kalinya melakukan operasi apendisektomi

(Williams, 1983; Prystowsky, 2005; Petroianu, 2012).

Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh

Reginald Heber Fitz pada tahun 1886. Dia mengemukakan hubungan antara

apendisitis dengan penyakit inflamasi yang berasal dari perut kanan bawah serta

penanganan apendisektomi sedini mungkin. Charles McBurney di tahun 1889

mendeskripsikan pengalamannya mengoperasi penderita apendisitis akut. Dia

memperkenalkan titik McBurney dan mengembangkan insisi muscle-splitting atau

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

7

“Gridiron” yang sampai sekarang masih dipakai. Pada tahun 1902, kasus

apendisitis akut mulai dikenal oleh mayarakat umum pada saat Raja Edward VII

terkena penyakit tersebut dan membaik setelah Lord Joseph Lister dan Sir

Frederic Treves melakukan operasi (Prystowsky, 2005; Petroianu, 2012).

2.1 Struktur Apendiks

Apendiks merupakan saluran yang buntu seperti cacing dengan panjang

bervariasi, dari agenesis komplit sampai lebih dari 30 cm, akan tetapi biasanya

berukuran 5-10 cm dan lebar sekitar 0,5-1 cm. Jarak apendiks sekitar 2,5 cm di

bawah katup ileosekal dari pangkalnya di sekum (Prystowsky, 2005). Posisi

apendiks sangat bervariasi, mulai dari parakolika (35%), retrosekal (65,3%),

pelvik (31%), preileal (1%), postileal (1,5%), promontorik (1%) dan subsekal

(2,3%) (Gambar 2.1) (Wakeley, 1933; Rybkin dan Thoeni, 2007). Pangkal

apendiks vermiformis letaknya tetap, dan proyeksinya di titik McBurney (batas

sepertiga bagian lateralis dan sepertiga bagian tengah dari garis Monro-Richter,

yaitu garis antara spina iliaka anterior superior dan umbilikus) (Shelton, dkk.,

2003).

Gambar 2.1. Variasi letak apendiks vermiformis (Wakeley, 1933)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

8

Sekum mendapat darah dari arteri sekalis dan apendiks vermiformis dari

arteri apendikularis, keduanya cabang dari arteri ileokolika. Darah vena dialirkan

ke vena ileokolika, terus ke vena mesenterika superior. Limfe sekum dialirkan

nodus limfatik presekalis dan dari apendiks vermiformis ke nodus limfatikus pada

mesoapendiks dan dari keduanya dialirkan ke nodi limfatik ileokolika, terus ke

nodi limfatik mesenterika superior. Persarafan sekum dan apendiks vermiformis

diurus oleh saraf-saraf simpatis dan parasimpatis dari pleksus mesenterikus

superior. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang

mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri apendikularis, sedangkan

persarafan simpatis berasal dari nervus thorakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral

pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus (Prystowsky, 2005).

Apendiks menghasilkan lendir 2-3 ml per hari. Lendir itu secara normal

dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya

hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab

timbulnya apendisitis. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoar

yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang merupakan

zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan

immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun

demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem

imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks

kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain dan di

seluruh tubuh (Deshmukh, dkk., 2014).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

9

2.2 Epidemiologi Apendisitis Akut

Apendisitis akut merupakan kegawatdaruratan abdomen yang paling

sering ditemukan. Di Inggris terdapat 40.000 pasien dengan apendisitis akut yang

dirawat setiap tahunnya (Humes dan Simpson, 2006) sedangkan di Amerika

didapatkan angka insidensi yang meningkat setiap tahunnya, yaitu dari 7,62

menjadi 9,38 per 10.000 orang antara tahun 1993-2008 (Buckius, dkk., 2012).

Resiko seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya sebesar 9% dimana

pada laki-laki didapatkan angka sebesar 9% dan pada perempuan sebesar 6%

(Anderson, dkk., 2012; Petroianu, 2012). Apendisitis akut dapat terjadi pada

semua kelompok usia, akan tetapi hal ini sangat jarang pada orang dengan usia

sangat lanjut. Frekuensi apendisitis akut tertinggi ditemukan pada kelompok usia

10-19 tahun. Perbandingan rasio laki-laki dengan perempuan yang menderita

apendisitis akut adalah 1,4:1. Rasio apendisitis sederhana dengan apendisitis

kompleks adalah 3:1 (Buckius, dkk., 2012). Apendisitis akut banyak didapatkan

pada ras kulit putih yaitu sebesar 74% dan paling jarang pada kulit hitam yaitu

sebesar 5% (Petroianu, 2012). Buckius, dkk. (2012) mendapatkan angka kenaikan

yang signifikan pada ras hispanik, asia dan orang asli amerika sedangkan pada ras

kulit putih dan kulit hitam terjadi penurunan (Tabel 2.1).

Beberapa penelitian di Eropa menunjukkan kecenderungan penurunan

angka kejadian apendisitis akut pada dewasa muda yaitu usia 10-19 tahun (Humes

dan Simpson, 2006; Buckius, dkk., 2012) . Sebuah studi di Denmark

menunjukkan penurunan insiden apendisitis akut antara tahun 1996 dan 2004.

Penurunan apendisitis akut pada laki-laki kelompok usia 10-14 tahun adalah

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

10

Tabel 2.1.

Frekuensi pasien dengan apendisitis sederhana maupun komplikata

(Buckius, dkk., 2012)

sebesar 27,8% dan pada kelompok usia 15-19 tahun adalah 12,8%. Tren ini juga

sama pada populasi perempuan dengan penurunan insiden sebesar 35,9% pada

kelompok usia 10-14 tahun dan menurun menjadi 22,5% pada kelompok usia 15-

19 tahun. Sebuah studi retrospektif di Spanyol yang dilakukan antara tahun 1998-

2007 juga mendapatkan penurunan angka insiden apendisitis (Buckius, dkk.,

2012).

Rasio terjadinya perforasi lebih tinggi pada anak kecil dan orang lanjut

usia. Angka terjadinya perforasi pada anak kecil berumur kurang dari 5 tahun

sebesar 82% dan mendekati 100% pada anak usia 1 tahun. Secara keseluruhan,

angka perforasi bervariasi antara 20-76% (Morrow dan Newman, 2007).

Apendisitis akut yang terjadi pada orang lanjut usia atau lebih dari 50 tahun

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

11

sangatlah jarang. Keadaan ini lebih disebabkan oleh penyakit lain, seperti tumor

(Carr, 2000).

2.3 Patofiologi Apendisitis Akut

Hingga saat ini etiologi dari apendisitis akut masih belum jelas diketahui

dengan pasti. Selama ini dipercaya bahwa obstruksi lumen apendiks merupakan

penyebab tersering, diikuti oleh infeksi bakteri sekunder pada dinding apendiks.

Fekalit, hiperplasi limfoid, benda asing, parasit dan tumor merupakan penyebab

obstruksi pada apendisitis akut (Prystowsky, 2005; Birnbaum dan Wilson, 2000).

Pada penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Wangensteen dan

Dennis (1939) ditemukan obstruksi lumen yang pada akhirnya menjadi apendisitis

akut. Dasar teori ini adalah obstruksi menyebabkan inflamasi, meningkatkan

tekanan intralumen dan pada akhirnya terjadi iskemia. Apendiks mempunyai

lumen yang relatif lebih kecil apabila dihubungkan dengan panjangnya.

Konfigurasi ini merupakan predisposisi terbentuknya obstruksi “closed-loop” dan

berlanjut menjadi inflamasi. Obstruksi lumen yang terjadi pada bagian proksimal

membuat tekanan intralumen di distal dari obstruksi meningkat. Kapasitas lumen

apendiks hanya 1 ml, dimana peningkatan volume intralumen sebesar 0,5 ml dapat

meningkatkan tekanan intralumen sebesar 50-65 mmHg. Sekali tekanan

intralumen melebihi 85 mmHg, terjadilah trombosis pada vena yang

menyebabkan kongesti pembuluh darah, drainase limfatik terganggu dan apendiks

membengkak. Pada saat pembuluh darah kongesti, mukosa apendiks menjadi

hipoksik dan terjadi ulserasi. Hal ini menimbulkan kerusakan pada barrier

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

12

mukosa menyebabkan invasi bakteri intralumen ke dinding apendiks. Kebanyakan

bakteri yang teridentifikasi merupakan bakteri gram negatif, yaitu Escherichia

coli (70%), Bacteroides fragilis (70%), Enterococcus (30%) dan Pseudomonas

(20%). Secara umum, lebih dari 10 jenis bakteri dapat ditemukan. Perbandingan

bakteri anaerobik dan aerobik adalah 3:1. Pada tahap awal apendisitis akut,

kerusakan mukosa yang terjadi oleh karena infeksi dan inflamasi merupakan

karakteristik yang ditemukan pada pemeriksaan patologi. Proses inflamasi dapat

berlanjut pada serosa apendiks, melibatkan peritoneum parietalis sehingga

menyebabkan nyeri yang spesifik pada perut kanan bawah. Jika proses ini

terlampaui, tekanan intralumen meningkat merangsang terjadinya infark vena,

nekrosis “full-thickness” dan akhirnya perforasi. Perforasi dapat berlanjut menjadi

peritonitis atau berkembang membentuk abses. Waktu untuk terjadinya gangren

dan perforasi bervariasi. Waktu terjadinya nyeri abdomen pada apendiks

gangrenosa adalah 46,2 jam dan pada perforasi adalah 70,9 jam (Prystowsky,

2005; Petroianu, 2012).

Fekalit yang diduga sebagai penyebab obstruksi pada apendisitis akut

seringkali tidak ditemukan pada saat operasi (Carr, 2000). Pada penelitian dalam

skala kecil yang dilakukan oleh Horton (1977), dilaporkan fekalit hanya

ditemukan sebanyak 9% sedangkan 25% lumen berisi kosong. Sisa kasus lainnya

lumen berisi feses yang lembek dan material purulen. Penelitian tersebut diperkuat

oleh Arnbjörnsson dan Bengmark (1984) yang mengukur tekanan intralumen pada

33 pasien yang menjalani apendisektomi. Mereka melaporkan tekanan intralumen

yang tidak meningkat pada sebagian besar kasus, terutama pada apendisitis

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

13

phlegmonosa. Obstruksi apendiks dengan peningkatan tekanan intralumen timbul

oleh karena proses inflamasi dan berhubungan dengan apendisitis gangrenosa.

Sisson, dkk. (1971) melaporkan ulserasi yang terbentuk pada mukosa

superfisial terjadi lebih awal daripada dilatasi apendiks. Infeksi virus disinyalir

memiliki peran penting terbentuknya ulserasi tersebut. Hal ini diikuti oleh invasi

bakteri sekunder yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya apendisitis akut.

Apendisitis akut lebih sering dijumpai di negara maju dibanding negara

berkembang. Kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan rendah serat dan

pengaruh konstipasi berperan dalam timbulnya penyakit apendisitis. Feses yang

keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan

menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya

sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon

biasa. Sayuran hijau dan tomat memegang peran sebagai pelindung mukosa

apendiks dari invasi bakteri (Prystowsky, 2005).

2.4 Klasifikasi Apendisitis Akut

Perubahan yang terjadi akibat proses inflamasi pada apendiks dapat

melibatkan seluruh struktur apendiks ataupun hanya sebagian dari panjang

apendiks tersebut, akan tetapi, biasanya hanya melibatkan bagian distal dari

apendiks. Pada penglihatan secara kasat mata, akan terlihat pembuluh darah

apendiks yang melebar dan serosa yang mengkilap. Seiring dengan perkembangan

penyakit, abses intramural terbentuk, dilatasi lumen dan edema pada dinding

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

14

apendiks. Pada tahap ini, mesoapendiks biasanya ikut terlibat dalam proses

inflamasi (Carr, 2000).

Secara histologis, inflamasi akut pada apendiks dapat dibedakan menjadi

beberapa kelompok. Hal ini terangkum dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Klasifikasi apendisitis akut dan hubungan antara gambaran makro dan

mikroskopik (Carr, 2000)

Secara mikroskopik, inflamasi akut pada apendisitis terbagi menjadi

apendisitis akut kataral, supuratif/flegmonosa dan gangrenosa. Pada permulaan

apendisitis akut, inflamasi hanya terbatas pada mukosa apendiks sehingga disebut

apendisitis mukosal atau kataralis. Hal ini ditandai dengan ditemukannya netrofil

di dalam mukosa ditambah dengan ulserasi mukosa. Apabila mukosa apendiks

terlihat normal dan netrofil ditemukan di dalam lumen, terminologi apendisitis

intraluminal akut digunakan. Hal ini biasa ditemukan secara kebetulan ketika

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

15

dilakukan apendisektomi dan kejadian ini dianggap bukan merupakan inflamasi

apendiks yang sebenarnya. Pada pemeriksaan histopatologis, akan didapatkan

eksudat fibropurulen atau netrofil purulen di dalam lumen apendiks. Secara klinis,

apendisitis intraluminal akut sering tidak menunjukkan gejala apendisitis (Carr,

2000).

Apendisitis supuratif atau flegmonosa dikarakteristikkan dengan adanya

infiltrat netrofil yang melibatkan lapisan muskularis propria. Mukosa apendiks

biasanya mengalami inflamasi disertai dengan ulserasi. Pada tahap ini biasanya

gejala nyeri pada perut kanan bawah sudah mulai muncul. Perubahan lain yang

terjadi antara lain edema, serositis fibrinopurulen, mikro abses yang terjadi pada

dinding apendiks dan thrombus pada pembuluh darah (Gambar 2.2.) (Carr, 2000).

Gambar 2.2. Mikroskopis apendisitis akut supuratif. Tampak infiltrat inflamasi

akut transmural disertai dengan ulserasi mukosa, pus intraluminal dan serositis

fibrionpurulen (Carr, 2000)

Pada apendisitis gangrenosa, apendiks mengalami nekrosis pada dinding

apendiks dan hal ini merupakan tanda yang signifikan ditemukan pada

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

16

pemeriksaan secara makroskopis maupun histopatologis (Gambar 2.3.). Pada

kasus yang tidak tertangani dengan baik, perforasi akan terjadi. Bila tekanan

lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark

dan gangren. Dinding apendiks berwarna ungu, hijau keabuan ataupun merah

kehitaman (Carr, 2000).

Gambar 2.3. Makroskopis apendisitis akut gangrenosa. Panjang apendiks 75 mm

dan membengkak oleh karena edema. Tampak gambaran kehitaman pada

apendiks disertai dengan eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa (Carr,

2000)

2.5 Diagnosis Apendisitis Akut

2.5.1 Anamnesis

Diagnosis apendisitis akut tergantung dari riwayat penyakit yang detail

dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Kompleksitas diagnosis terletak pada

bervariasinya gejala yang muncul (Ahmad, dkk., 2011; Chong, dkk., 2010).

Kesulitan ini akan muncul terutama pada anak kecil, sedangkan pada usia lanjut

dapat berupa nyeri abdomen yang samar dan bahkan tanpa rasa nyeri. Seringkali

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

17

keterlambatan dalam mendiagnosis mencapai 72 jam apabila dihubungkan dengan

penderita usia lanjut (Shafi, dkk., 2011).

Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada apendisitis akut. Nyeri

progresif ini bermula sebagai nyeri kolik yang dirasakan pada bagian

periumbilikus disertai rasa mual dan muntah, dan kemudian bermigrasi serta

menetap di fossa iliaka kanan dalam 24 jam pertama. Nyeri ditemukan pada lebih

dari 95% pasien dengan apendisitis akut. Seringkali nyeri ini tidak dirasakan di

fossa iliaka kanan, akan tetapi dapat terjadi pada lokasi yang berbeda, contoh

apendiks retrosekal, kehamilan, pelvik dan lain-lain. Nyeri abdomen tersebut akan

bertambah bila pasien bergerak, batuk atau bersin. Anoreksia sering merupakan

fitur yang predominan, diikuti dengan rasa mual dan bahkan muntah (Petroianu,

2012; Froggatt dan Harmston, 2011; Hung, dkk., 2012; Lewis, dkk., 1975;

Prystowsky, 2005).

Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami gejala demam.

Demam ini dikarateristikkan sebagai demam yang tidak terlalu tinggi (38ºC).

Kejadian perforasi patut diwaspadai apabila demam melampaui 38,3ºC

(Prystowsky, 2005; Petroianu, 2012).

Gejala klasik apendisitis akut ini terdapat pada setengah sampai dua

pertiga penderita. Kegagalan dalam mengenali gejala dan tanda apendisitis akut

akan membuat penatalaksanaan tertunda dan meningkatkan angka morbiditas

(Prystowsky, 2005).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

18

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan abdomen akan ditemukan nyeri tekan pada fossa iliaka

kanan. Hal ini terdapat pada 95% pasien dengan apendisitis akut. Penekanan

maksimal dilakukan pada titik McBurney, yaitu titik sepertiga lateral dari garis

khayal yang menghubungkan Spina iliaka anterior superior kanan dengan

umbilikus. Nyeri tekan lepas (rebound tenderness) tidak dianjurkan dilakukan

apabila gejala nyeri sudah jelas karena akan membuat pasien tidak nyaman

(Petroianu, 2012).

Adanya rigiditas otot juga merupakan tanda yang bermakna untuk

apendisitis akut. Hal ini dikarenakan rangsangan peritoneal akibat apendisitis

yang berlanjut sampai ke peritoneum parietalis dan merupakan hal yang sangat

penting sebagai indikasi operasi. Nyeri ketok, rigiditas otot dan nyeri tekan lepas

merupakan tanda klinis yang paling dapat diandalkan terutama dalam

mendiagnosis apendisitis akut (Shelton, dkk., 2003; Humes dan Simpson, 2006).

Selain pemeriksaan tersebut, dapat juga dilakukan pemeriksaan lain seperti

tanda Blumberg, Rovsing, Psoasstretch dan Obturator. Pemeriksaan ini terdapat

pada kurang dari 10% pasien dengan apendisitis akut (Humes dan Simpson,

2006).

Nyeri pada pemeriksaan rektal dan vagina dapat ditemukan, bahkan tidak

jarang normal. Kegunaan pemeriksaan ini masih dipertanyakan. Pemeriksaan

yang berulang terutama pada anak-anak sangatlah menyiksa dan menyediakan

sedikit informasi sebagai diagnostik. Pemeriksaan ini hanya dilakukan apabila

kecurigaan apendisitis yang terletak di retrosekal atau pelvik (Petroianu, 2012).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

19

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang

2.5.3.1 Pemeriksaan Laboratorium

Sampai saat ini belum ada satupun pemeriksaan laboratorium yang berdiri

sendiri yang dapat mendiagnosis apendisitis akut. Data laboratorium awal

biasanya disertai peningkatan sel darah putih (lekositosis) dan jumlah netrofil.

Lekositosis (> 10.000/mm3) ditemukan pada 70-90% apendisitis akut. Netrofilia

ditemukan pada lebih 75% sebagian besar kasus. Akan tetapi, peningkatan ini juga

ditemukan pada pasien usia lanjut dan kehamilan yang menderita apendisitis akut.

Pada pasien gangguan sistem imun seperti penderita Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS), lekositosis ditemukan pada 12-14% kasus (Petroianu, 2012).

Pada penelitian prospektif yang dilakukan Cardall, dkk. (2004) untuk menilai

penggunaan klinis lekositosis dan demam dalam mendiagnosis apendisitis,

mereka mendapatkan angka sensitivitas 76%, spesifisitas 52%, nilai prediksi

positif 42%, nilai prediksi negatif 82% untuk lekosit dan sensitivitas 47%,

spesifisitas 64%, nilai prediksi positif 37%, nilai prediksi negatif 72% untuk

demam lebih dari 99,0ºF. Mereka menyimpulkan bahwa lekositosis dan demam

merupakan alat diagnostik yang tidak dapat diandalkan dalam mendiagnosis

apendisitis.

Dalam dua dekade terakhir, terdapat peningkatan penggunaan panel

diagnostik tambahan dalam memprediksi kejadian apendisitis. Di samping

diterapkannya pemeriksaan laboratorium rutin seperti jumlah lekosit dan hitung

netrofil, beberapa tes laboratorium lain dapat dipakai secara luas dan bersifat

praktis. Pengukuran CRP, suatu reaktan fase akut, telah mulai ditingkatkan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

20

Angka normal CRP adalah < 10 mg/l sedangkan pada penderita dengan

apendisitis akut meningkat >25 mg/l. Pada apendiks gangrenosa, angka CRP

melampaui 55 mg/l dan pada apendiks perforasi > 66 mg/l. Peningkatan CRP

pada apendisitis akut memiliki angka sensitivitas sebesar 47-75% dan spesifisitas

sebesar 56-82%. CRP ini meningkat dalam 12 jam sejak munculnya gejala.

Kombinasi dari lekositosis, netrofilia lebih dari 75% dan peningkatan CRP

meningkatkan sensitivitas sebesar 97-100% dalam mendiagnosis apendisitis akut

(Petroianu, 2012; Shogilev, dkk., 2014). Tsioplis, dkk. (2013) melaporkan bahwa

disamping riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, lekosit, CRP dan

ultrasonografi masih merupakan faktor yang penting dalam menegakkan diagnosis

apendisitis.

Level CRP pada penderita apendisitis akut sering dihubungkan dengan

beratnya derajat infeksi dan bahkan kadar CRP dipakai untuk membedakan

apendisitis flegmonosa dengan perforasi apendisitis (Kaya, dkk., 2012). Nilai cut-

off CRP yang diberikan oleh Moon, dkk. (2011) sebesar 7,05 mg/dL

mengindikasikan bahwa penanganan apendisitis harus segera dilakukan oleh

karena kemungkinan terjadinya perforasi sangat tinggi, terutama pada anak kecil

dan orang tua. Yokoyama, dkk. (2009) melaporkan bahwa hanya CRP yang

konsisten dengan derajat keparahan apendisitis dan merupakan tanda yang

mengindikasikan dilakukannya pembedahan apendisektomi dengan nilai cut-off

4,95 mg/dl. Asfar, dkk. (2000) mencatat angka sensitivitas CRP dalam

mendiagnosis apendisitis akut sebesar 93,6%, spesifisitas sebesar 86,6%, nilai

prediksi positif 96,7%, nilai prediksi negatif 76,5% dan kejadian apendisektomi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

21

negatif sebesar 19,2% (15 dari 78 pasien yang dioperasi; dimana dari 15 pasien

tersebut didapatkan kadar CRP normal pada 13 pasien). Mereka menilai bahwa

kadar CRP pre-operatif yang normal pada pasien dengan kecurigaan apendisitis

akut berhubungan dengan apendiks yang normal. Hal yang serupa dilaporkan oleh

Gurleyik, dkk. (1995) dalam penelitiannya yang membandingkan CRP dengan

penilaian klinis ahli bedah mengenai apendisitis akut. Mereka mendapatkan

sensitivitas 93,5%, spesifisitas 80%, akurasi 91%, negatif palsu 3%, positif palsu

11% kadar CRP dalam mendiagnosis apendisitis akut dan merekomendasikan

pemeriksaan CRP sebagai laboratorium rutin pada pasien dengan kecurigaan

apendisitis akut. Apabila parameter laboratorium lekositosis dan CRP

digabungkan, maka didapat angkasensitivitas 85%, spesifisitas 100%, nilai

prediksi positif 100% dan nilai prediksi negatif 81% (Kumar, dkk., 2011). Hal

serupa juga dikemukakan oleh Mohammed, dkk. (2004), mereka melaporkan

evaluasi klinis ditambah dengan pemeriksaan lekosit, netrofil dan CRP dapat

meningkatkan akurasi diagnosis apendisitis dan mengurangi insiden terjadinya

perforasi dan apendisektomi negatif. Kwan dan Nager (2010) melaporkan

penggunaan CRP yang dikombinasi dengan lekositosis merupakan alat bantu yang

berguna dalam mendiagnosis apendisitis akut pada anak-anak. Studi yang

dilakukan oleh mereka tersebut juga mirip oleh penelitian yang dilakukan

Mekhail, dkk. (2011). Bahkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Gavela, dkk.

(2012) tentang evaluasi procalcitonin (PCT) dan CRP sebagai prediktor derajat

keparahan apendisitis pada anak kecil, mereka mendapatkan bahwa CRP dan PCT

dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi hasil akhir apendisitis akut pada

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

22

anak kecil. Kadar CRP > 3 mg/dl dan/atau PCT > 0,18 mg/mL memiliki resiko

untuk terjadinya komplikasi yang pada akhirnya menentukan tindakan intervensi.

Mereka juga mendapatkan angka sensitivitas 95%, spesifisitas 74%, nilai prediksi

positif 68%, nilai prediksi negatif 96,2% untuk CRP dan sensitivitas 97%,

spesifisitas 80%, nilai prediksi positif 72%, nilai prediksi negatif 89,3% untuk

PCT. Hal serupa juga dilaporkan oleh Wu, dkk. (2005), mereka mendapatkan nilai

cut-off CRP selama 3 hari berturut-turut memberikan nilai prediksi yang berguna

terutama untuk mendiagnosis apendisitis akut pada tahap awal. Untuk kasus

apendisitis akut pada anak kecil yang menderita obesitas, kadar CRP bukan

merupakan marker inflamasi yang bisa dipercaya. Hal ini disebabkan lemak

viseral merupakan organ endokrin penting yang terlibat secara kompleks dalam

hubungannya dengan inflamasi sistemik yang dapat mengganggu kadar CRP pada

pasien dengan apendisitis akut (Kutasy, dkk., 2010).

Akan tetapi pada penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Hallan dan

Asberg (1997), mereka melaporkan CRP merupakan alat bantu diagnostik untuk

apendisitis akut dengan tingkat akurasi yang medium dan sedikit lebih inferior

dibanding pemeriksaan lekosit. Dari 22 artikel yang diteliti, mereka mendapatkan

angka sensitivitas 40%-99%, spesifisitas 27%-90%, nilai cut-off untuk apendisitis

yang positif bervariasi antara 5 sampai 25 mg/l serta hanya 2 artikel yang

melaporkan penambahan pemeriksaan CRP memberikan informasi yang

bermakna dalam mendiagnosis apendisitis akut.

Penggunaan serum biomarker tunggal dan diambil dalam waktu yang

berbeda untuk menegakkan apendisitis akut pada anak kecil apabila dibandingkan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

23

dengan skor Alvarado dan pemeriksaan radiologis mempunyai beberapa

keuntungan, antara lain biaya yang relatif lebih murah, obyektif dan lebih mudah

dilakukan oleh karena tanpa resiko terpapar radiasi atau kebutuhan sedasi untuk

anak kecil (Wu, dkk., 2012).

2.5.3.2 Sistem Skoring

Sejumlah sistem skoring telah dikembangkan dalam mendiagnosis

apendisitis akut dan mempengaruhi penatalaksanaan kasus tersebut. Sistem

tersebut merupakan penunjang diagnosis berharga dalam membedakan suatu

apendisitis akut dengan nyeri abdomen yang tidak spesifik. Ada beberapa sistem

skoring diagnosis yang dikenal, antara lain skor Alvarado, skor RIPASA, versi

modifikasi skor Alvarado, skor apendisitis pediatri, serta yang jarang dipakai

seperti skor Kharbanda dan Lintula (Wray, dkk., 2013; Chong, dkk., 2010;

Memon, dkk., 2013). Skor Alvarado sendiri merupakan sistem skoring yang

sederhana, mudah diterapkan dan paling banyak diadopsi oleh klinisi. Pada tahun

1986, Alfredo Alvarado mengembangkan sebuah sistem skoring untuk membantu

mendiagnosis apendisitis akut serta penatalaksanaannya. Sistem ini disebut juga

MANTRELS oleh karena terdiri dari kombinasi 8 gejala klinis dan tanda yang

ditemukan pada pemeriksaan klinis maupun penunjang. Jumlah skor yang

diperoleh akan menentukan apakah pasien yang dicurigai tersebut akan

dipulangkan, diobservasi atau dioperasi. Rentang skor dari 0-10, dimana skor < 5

merupakan indikasi bagi pasien untuk dipulangkan, skor 5-6 dilakukan observasi

dan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi serta skor ≥ 7 merupakan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

24

indikasi tindakan pembedahan (Wray, dkk., 2013; Ohle, dkk., 2011). Berdasarkan

skor Alvarado, kemungkinan pasien menderita apendisitis akut dengan skor < 5

adalah 30%, skor 5-6 adalah 66% dan skor ≥ 7 adalah 93% (Tabel 2.3.) (Ohle,

dkk., 2011). Penilaian obyektif adalah nyeri pada fossa iliaka kanan. Ali, dkk

(2013) melaporkan validasi skor Alvarado dalam mendiagnosis apendisitis akut.

Pada penelitian tersebut didapatkan sensitivitas sebesar 88,13%, spesifisitas

sebesar 70,96%, angka prediksi positif 85,24%, angka prediksi negatif 75,86%

dan 16,9% untuk apendisektomi negatif. Nizamuddin dkk. (2009) melaporkan

sensitivitas sebesar 86% pada grup dengan skor ≥ 7 dan 90,6% pada grup dengan

skor 5-6. Nilai prediksi positif sebesar 85,4% (laki-laki 88,3% dan perempuan

81,4%) dan tingkat akurasi sebesar 85,4%. Penelitian ini serupa dengan studi yang

dilakukan Memon, dkk. (2013) dimana mereka mendapatkan sensitivitas sebesar

93,5%, nilai prediksi positif sebesar 92,3% dan akurasi sebesar 89,9%. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Ohle, dkk. (2011) mendapatkan angka sensitivitas

sebesar 94-99% untuk skor < 5, 82% untuk skor ≥ 7 dan spesifisitas sebesar 81%.

Data yang terkumpul mengindikasikan bahwa skor Alvarado dapat digunakan

sebagai alat diagnostik yang efektif dan cepat dalam mendiagnosis apendisitis

akut.

2.5.3.3 Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis hanya dilakukan apabila terdapat kesulitan

mendiagnosis berdasarkan data anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pengaruh tehnik

pencitraan dengan angka kejadian apendisektomi negatif masih belum sepenuhnya

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

25

Tabel 2.3.

Probabilitas apendisitis berdasarkan skor Alvarado dan strategi

penatalaksanaan (Ohle, dkk., 2011)

jelas. Beberapa penelitian melaporkan angka kejadian apendisektomi negatif yang

tidak berubah walaupun banyak muncul tehnik pencitraan. Di sisi lain,

penggunaan ultrasonografi dan CT-scan menurunkan jumlah rawat inap dan

apendisektomi yang tidak diperlukan (Birnbaum dan Wilson, 2000; Humes dan

Simpson, 2006).

Pada tahun 1986, Puylaert mengusulkan penggunaan ultrasonografi

dalam mendiagnosis apendisitis akut. Pada ultrasonografi, kompresi secara

gradual pada abdomen kanan bawah meningkatkan ketepatan dalam mendiagnosis

apendisitis akut. Tehnik kompresi ini memiliki peran yang penting dalam

mengurangi jumlah apendisektomi yang negatif. Ultrasonografi merupakan alat

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

26

bantu yang cepat, non-invasif, murah dan tidak memerlukan persiapan ataupun

kontras. Kegunaan ultrasonografi sangatlah membantu klinisi dalam mendiagnosis

apendisitis akut terutama pada pasien yang hamil dan anak kecil. Anielski, dkk.

(2010) mencatat bahwa meskipun ultrasonografi merupakan alat yang membantu

dalam diagnosis preoperatif untuk kasus-kasus akut abdomen, kegunaannya untuk

apendisitis akut terbatas. Penggunaan ultrasonografi sangat bergantung dari

operator yang memerlukan keahlian khusus serta harus diperhatikan untuk

menghindari penafsiran yang berlebihan. Akan tetapi hal ini tertutup oleh

pentingnya ultrasonografi dalam memeriksa pasien dengan nyeri perut kanan

bawah. Kurva pembelajaran dibutuhkan operator dalam memeriksa dan

menganalisa pasien dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Kekurangan lain

dari ultrasonografi antara lain letak atau posisi apendiks yang menyulitkan, biaya

yang relatif mahal, interpretasi yang membutuhkan waktu, keberadaan gas di

dalam usus sehingga menyulitkan operator untuk melihat kondisi apendiks atau

berat badan pasien yang berlebihan (indeks massa tubuh > 25 merupakan faktor

yang dapat menurunkan sensitivitas sampai 37%) (Anielski, dkk., 2010; Lee, J.

H., 2003).

Di tangan yang ahli, sensitivitas ultrasonografi dilaporkan sebesar 75-90%,

spesifisitas 86-100%, akurasi 87-96%, nilai prediksi positif sebesar 91-94% dan

nilai prediksi negatif sebesar 89-97% dalam mendiagnosis apendisitis akut

(Birnbaum dan Wilson, 2000). Akurasi yang diberikan oleh ultrasonografi dapat

menekan angka apendisektomi negatif sebesar 10-20% (Morrow dan Newman,

2007; Wray, dkk., 2013; Kurane, dkk., 2008). Pada penelitian meta-analisis yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

27

dilakukan oleh Doria, dkk. (2006) mengenai penggunaan ultrasonografi atau CT-

Scan dalam mendiagnosis apendisitis akut pada pasien anak kecil, mereka

mendapatkan angka sensitivitas dan spesifisitas CT-scan yang lebih tinggi

dibanding ultrasonografi (94% dan 95% vs 88% dan 94%). Ultrasonografi harus

dilakukan dengan memeriksa abdomen dan organ pelvis. Hal ini penting terutama

untuk membedakan apakah apendiks terletak di rongga pelvis atau terdapat

kelainan di bidang ginekologi. Bendeck, dkk. (2002) melaporkan keuntungan

pemeriksaan radiologis berupa ultrasonografi atau CT-scan pada penderita

perempuan dewasa dengan kecurigaan apendisitis akut. Mereka mendapatkan

angka kejadian apendisektomi negatif yang lebih rendah dibandingkan yang tidak

dilakukan pemeriksaan radiologis pre-operatif. Akan tetapi pada kelompok lain,

tidak didapatkan perbedaan secara bermakna angka kejadian apendisektomi

negatif pada kelompok yang dilakukan pemeriksaan radiologis pre-operatif

maupun yang tidak.

Secara spesifik, ultrasonografi dilakukan dengan penekanan pada perut

kanan bawah. Menempatkan pasien dengan posisi dekubitus lateral kiri sangat

membantu memvisualisasi apendiks retrosekal. Pada pemeriksaan ultrasonografi,

apendiks yang mengalami inflamasi akan memiliki diameter 6 mm atau lebih.

Ditemukan juga adanya perubahan inflamasi pada jaringan sekitar khususnya pada

jaringan lemak yang mengelilinginya (Gambar 2.4.). Pada apendiks perforasi

gambaran ultrasonografi menunjukkan bentuk apendiks yang irregular dan adanya

penumpukan cairan di sekitar sekum (Birnbaum dan Wilson, 2000; Kaiser, dkk.,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

28

2002; Morrow dan Newman, 2007; Rybkin dan Thoeni, 2007; Kurane, dkk.,

2008; Doria, 2009; Poortman, dkk., 2009).

A B

Gambar 2.4. Gambaran ultrasonografi apendisitis akut. (a) Axis memanjang dan

(b) Potongan melintang (Birnbaum dan Wilson, 2000)

CT-scan merupakan alternatif diagnostik pada apendisitis akut. Alat ini

direkomendasikan apabila ultrasonografi belum dapat menyimpulkan apendisitis.

CT-scan merupakan alat diagnostik yang lebih superior dibanding ultrasonografi

dalam hal spesifisitas (96% vs 76%), akurasi (94% vs 83%) dan nilai prediksi

negatif (95% vs 76%). Dalam hal sensitivitas dan nilai prediksi positif, CT-scan

menyerupai ultrasonografi (91% vs 89% dan 95% vs 96%) (Shelton, dkk., 2003;

Hlibczuk, dkk., 2010; Birnbaum dan Wilson, 2000; Doria, 2009; Poortman, dkk.,

2009; Krajewski, dkk., 2011). CT-scan lebih superior dalam mendiagnosis

inflamasi periapendiks, kelainan abdomen akut selain apendisitis akut dan lebih

sensitif menganalisa apendiks normal dibanding ultrasonografi. Pada pemeriksaan

CT-scan, apendiks yang mengalami inflamasi memiliki diameter lebih besar dari 9

mm dan cenderung mengalami perubahan inflamasi pada jaringan sekitarnya.

Diameter apendiks normal yang ditemukan pada orang dewasa bervariasi mulai

dari 3 mm sampai 10 mm. Kadang kala dijumpai juga apendikolit yang terdapat

pada lumen apendiks yang menyebabkan inflamasi perisekal. Pemeriksaan ini

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

29

juga dapat membedakan penyebab apendisitis seperti obstruksi lumen akibat

keganasan. Kekurangan dari pemeriksaan CT-scan adalah waktu yang dibutuhkan

dalam memvisualisasi dan menginterpretasi hasil yang pencitraan serta biaya

untuk melakukan pemeriksaan ini (Shelton, dkk., 2003; Birnbaum dan Wilson,

2000).

Laparoskopi, CT-Scan dan MRI merupakan pemeriksaan yang relatif

mahal dan tidak mudah dilakukan di semua rumah sakit, terutama di Unit Gawat

Darurat. Pemeriksaan tersebut hanya akan menunda penegakkan diagnosis yang

pada akhirnya akan meningkatkan jumlah komplikasi, beban biaya dan masa

rawat inap serta waktu untuk beraktivitas kembali. Angka mortalitas akibat

penundaan diagnostik dan penatalaksanaan dilaporkan sebesar 0,2-0,8% dapat

meningkat sampai diatas 20% pada pasien dengan usia diatas 70 tahun (Ali, dkk.,

2013). Lee, dkk. (2001) bahkan melaporkan bahwa CT-scan dan ultrasonografi

tidak meningkatkan akurasi diagnostik apendisitis maupun menurunkan angka

kejadian apendisektomi negatif. Pemeriksaan tersebut hanya akan menghambat

diagnosis dan penanganan pasien dengan apendisitis.

2.6 Penatalaksanaan

Apendisektomi darurat merupakan suatu prosedur operasi yang efektif dan

diterima secara universal serta dilakukan lebih dari 250.000 kali per tahun di

Amerika Serikat. Prosedur apendisektomi merupakan tindakan operasi yang

paling sering dilakukan (Shelton, dkk., 2003). Beberapa studi melaporkan bahwa

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

30

prosedur ini mencakup 10% dari semua tindakan operasi kegawatdaruratan di

abdomen (Chong, dkk., 2010; Kareem, dkk., 2009).

Tindakan resusitasi yang diikuti dengan operasi apendisektomi merupakan

pilihan pertama pada pasien dengan apendisitis akut. Pemberian analgesia tidak

dianjurkan karena hal tersebut akan mengaburkan gejala yang muncul. Tindakan

operasi adalah pilihan standar dalam menangani kasus apendisitis (Humes dan

Simpson, 2006). Akan tetapi, apendisektomi untuk apendisitis akut bukanlah

tanpa resiko. Resiko jangka panjang terjadinya obstruksi akibat adhesi setelah

apendisektomi sebesar 1,3% selama 30 tahun setelah prosedur operasi. Angka

apendisektomi negatif dilaporkan sebesar 10-20% walaupun CT-scan digunakan

secara luas (Wray, dkk., 2013). Semua pasien harus mendapatkan antibiotika

spektrum luas preoperatif (1 sampai 3 dosis) untuk menurunkan angka kejadian

infeksi paska operasi dan pembentukan abses intraabdomen (Humes dan Simpson,

2006).

Apendisektomi merupakan prosedur yang relatif aman dengan angka

mortalitas 0,8 per 1.000 untuk kasus apendisitis yang belum perforasi dan

meningkat menjadi 5,1 per 1.000 kasus apendiks perforasi. Secara keseluruhan,

perforasi terjadi antara 16-30% dan meningkat secara bermakna pada penderita

usia lanjut dan anak kecil (Humes dan Simpson, 2006; Oliak, dkk., 2000). Infeksi

luka operasi tergantung dari derajat kontaminasi intraoperatif, berkisar antara <

5% untuk apendisitis sederhana dan mencapai 20% untuk apendiks gangrenosa

dan perforasi (Markides, dkk., 2010).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

31

Penelitian yang dilakukan oleh Abou-Nukta, dkk. (2006) menunjukkan

tidak adanya perbedaan bermakna komplikasi antara pembedahan yang dilakukan

< 12 jam dengan 12-24 jam. Apabila lebih dari 36 jam sejak gejala pertama

muncul, angka terjadinya komplikasi perforasi meningkat antara 16-36% dan

bahkan meningkat 5% pada setiap 12 jam penundaan operasi. Abou-Nukta,

dkk.(2006) menganjurkan prosedur apendisektomi harus dilakukan setelah

diagnosis apendisitis ditegakkan.

2.7 C-Reactive Protein

C-reactive protein (CRP) merupakan protein yang ditemukan dalam darah

dan meningkat sebagai respon terhadap inflamasi sebagai suatu protein fase akut.

Lebih lanjut CRP merupakan turunan pentraksin dan disintesis oleh hati. CRP

juga diproduksi oleh dinding pembuluh darah seperti sel endotel, sel otot polos

dan jaringan adiposa (Pepys dan Hirschfield, 2003).

CRP ditemukan untuk pertama kalinya oleh Tillet dan Francis pada tahun

1930. CRP adalah protein residual 224 dengan berat molekul 118-144 kDa. Gen

CRP terletak pada kromosom 1. Awalnya penamaan CRP berasal dari

kemampuannya mempresipitasi somatik C-polisakarida dari bakteri Streptococcus

pneumonia dan merupakan protein yang muncul pertama kali pada fase akut

sebagai petanda sistemik yang sensitif terhadap rangsangan inflamasi dan

kerusakan jaringan (Clyne dan Olshaker, 1999; Aziz dkk., 2003). Respon pada

fase akut meliputi respon fisiologik dan biokimia dari mahkluk endotermik

terhadap kerusakan jaringan, infeksi, inflamasi dan proses keganasan. Secara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

32

khusus, sintesis jumlah protein diatur di hati melalui kontrol sitokin yang

dihasilkan oleh jaringan yang sakit. Ini sama sekali tidak ada hubungan dengan

protein C ataupun peptida C. Protein fase akut yang lain termasuk inhibitor

proteinase dan sistem koagulasi, sistem komplemen, protein transport dan serum

protein amiloid A. CRP mengaktivasi sistem komplemen dan terikat dengan

reseptornya. Peningkatan CRP yang bermakna mengindikasikan inflamasi yang

terjadi (Pepys dan Hirschfield, 2003).

Konsentrasi median CRP di tubuh orang dewasa sehat adalah 0,8 mg/l, 90

persentil mencapai 3,0 mg/l dan 99 persentil mencapai 10 mg/l. CRP sebagai

petanda inflamasi akut mengalami kenaikan 100-1.000 kali setelah terjadinya

infeksi ataupun trauma. Bahkan pada reaksi fase akut CRP dapat meningkat

10.000 kali lipat (< 50 µg/l - > 500 mg/l). Plasma CRP diproduksi oleh hepatosit

melalui kontrol sitokin IL-6. CRP dapat meningkat melebihi 5 mg/l dan timbul 4-

6 jam setelah terjadinya rangsangan, berduplikasi setiap 8 jam dan mencapai

puncaknya dalam 48 jam. Waktu paruh di dalam plasma adalah 19 jam dan

membutuhkan waktu beberapa hari untuk kembali normal. Apabila rangsangan

sebagai pencetus inflamasi dihilangkan maka CRP akan kembali ke angka normal

secara cepat. Kadar CRP > 10 mg/l mengindikasikan reaksi inflamasi yang

bermakna. Kadar serum CRP yang meningkat terlihat pada kondisi trauma,

nekrosis jaringan, infeksi, pembedahan, infark miokardium dan berhubungan

dengan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskuler. Beberapa keadaan

noninflamasi juga dapat meningkatkan kadar CRP, seperti obesitas, depresi,

bertambahnya usia, inaktivitas fisik, radioterapi serta merokok. Hubungan antara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

33

produksi CRP dan polimorfisme genetik IL-1 dan IL-6 juga telah dikemukakan.

Pada penyakit atherosklerosis, CRP merupakan faktor resiko yang independen.

Kadar CRP yang tinggi sering dihubungkan dengan meningkatnya angka

mortalitas dan morbiditas (Aziz, dkk., 2003; Pepys dan Hirschfield, 2003;

Marnell, dkk., 2005; Volanakis, 2001). Pada kebanyakan kasus, representasi CRP

bervariasi menandakan inflamasi yang terjadi seperti dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4.

Respon CRP berbagai penyakit (Pepys dan Hirschfield, 2003)

CRP termasuk dalam turunan pentraksin protein calcium dependent

ligand-binding plasma. Molekul CRP pada manusia tersusun atas lima subunit

polipeptida nonglikosilasi yang identik, masing-masing terdiri dari 206 sisa asam

amino. Protomer CRP dihubungkan secara nonkovalen dalam konfigurasi annular

yang berbentuk penta siklik. Masing-masing protomer mempunyai karakteristik

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

34

“lectin fold” yang terdiri atas lembaran 2 lapis β dengan topologi jellyroll yang

datar. Situs yang mengikat ligan tersusun atas lengkungan dengan 2 ion kasium

yang terikat 4 Å terpisah oleh ikatan protein dan terletak pada bagian konkaf,

sedangkan bagian lain membawa heliks α tunggal (Gambar 2.5.) (Pepys dan

Hirschfield, 2003; Thompson, dkk., 1999).

Gambar 2.5. Struktur molekul dan morfologi CRP. (a). Dengan mikrograf

elektron menunjukkan struktur pentamerik, (b). Struktur kristal dengan diagram

berwarna yang menunjukkan “lectin fold” dan dua atom kalsium yang terikat

pada masing-masing protomer, dan (c) Molekul CRP dengan molekul fosfokolin

tunggal yang terletak pada masing-masing protomer (Pepys dan Hirschfield,

2003)

2.8 Hubungan C-Reactive Protein Dengan Apendisitis Akut

Inflamasi didefinifikan sebagai reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau

cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun didapat.

Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti

infeksi dan cedera jaringan. Inflamasi dapat bersifat lokal, sistemik, akut dan

kronis yang menimbulkan kelainan patologis. Petanda respon inflamasi lokal

pertama digambarkan oleh orang Romawi sekitar 2000 tahun yang lalu berupa

kemerahan, bengkak, panas dan nyeri. Pada abad ke-2, Galen menambahkan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

35

petanda inflamasi ke-5 berupa gangguan fungsi alat yang terkena. Dalam beberapa

menit setelah terjadi cedera jaringan, ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan

peningkatan volume darah di tempat. Volume darah yang meningkat di jaringan

dapat menimbulkan perdarahan. Permeabilitas vaskular yang meningkat

menimbulkan kebocoran cairan pembuluh darah yang menimbulkan edema

(Gambar 2.6.) (Baratawidjaja dan Rengganis, 2014).

Gambar 2.6. Respon vaskuler terhadap inflamasi (Baratawidjaja dan Rengganis,

2014)

Dalam beberapa jam lekosit menempel ke sel endotel di daerah inflamasi

dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke rongga jaringan yang disebut

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

36

ekstravasasi. Pada pemeriksaan histologik ditemukan cairan edema dan infiltrasi

sel lekosit. Berbagai faktor plasma seperti immunoglobulin, komplemen, sistem

aktivasi kontak koagulasi-fibrinolitik dan sel-sel inflamasi seperti neutrofil,

mastosit, eosinofil, monosit-fagosit, sel endotel dan molekul adhesi, trombosit,

limfosit dan sitokin berinteraksi satu dengan yang lain. Patogen yang menembus

sawar luar imunitas nonspesifik seperti kulit, membran mukosa, infeksi atau

cedera jaringan dapat memacu kaskade reaksi inflamasi yang kompleks

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2014).

Neutrofil merupakan sel utama pada inflamasi dini, bermigrasi ke jaringan

dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama. Untuk memenuhi hal tersebut

diperlukan peningkatan produksi neutrofil dalam sumsum tulang. Orang dewasa

normal memproduksi lebih dari 1010

neutrofil per hari tetapi pada inflamasi dapat

meningkat sampai 10 kali lipat. Pada inflamasi akut, neutrofil dalam sirkulasi

dapat meningkat dengan segera dari 5000/µl sampai 30.000/µl. Peningkatan

tersebut disebabkan oleh migrasi neutrofil ke sirkulasi yang berasal dari sumsum

tulang dan persediaan marginal intravaskular. Persediaan marginal ini merupakan

sel-sel yang untuk sementara menempel pada dinding vaskular yang keluar dari

sirkulasi. Proses inflamasi diperlukan sebagai pertahanan pertama terhadap

mikroorganisme yang masuk membutuhkan komponen seluler untuk

membersihkan debris lokal dan meningkatkan perbaikan jaringan (Baratawidjaya

dan Rengganis, 2014).

Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi

mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat yang

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

37

mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Inflamasi distimulasi

oleh faktor kimia (histamin, bradikini, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin)

yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem

kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi (

Baratawidjaja dan Rengganis, 2014).

Pada inflamasi akut, pelepasan berbagai mediator sel mast (histamin dan

bradikinin) disertai aktivasi komplemen, sistem koagulasi, sel inflamasi dan sel

endotel yang masing-masing melepaskan mediator yang menimbulkan efek

sistemik seperti panas, neutrofil dan protein fase akut seperti CRP. Inflamasi akan

pulih bila mediator tersebut menjadi tidak aktif. Bila penyebab tidak dapat

disingkirkan atau timbul pajanan ulang maka akan terjadi inflamasi kronik

(Baratawidjaya dan Rengganis, 2014).

Inflamasi lokal yang terjadi memberikan proteksi dini terhadap infeksi

atau cedera jaringan. Inflamasi akut melibatkan baik respon lokal dan sistemik.

Reaksi lokal terdiri atas tumor, rubor, kalor, dolor dan gangguan fungsi. Bila

darah keluar dari sirkulasi darah, kinin, sistem pembekuan dan fibrinolitik

diaktifkan. Banyak perubahan vaskular yang terjadi dini disebabkan oleh efek

langsung mediator enzim plasma seperti bradikinin dan fibrinopeptida yang

menginduksi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular. Beberapa efek

vaskular disebabkan efek anafilatoksin (C3a dan C5a) yang menginduksi

degranulasi sel mast yang melepas histamin. Histamin menimbulkan vasodilatasi

dan kontraksi otot polos. Prostaglandin juga berperan dalam vasodilatasi dan

peningkatan permeabilitas vaskular (Baratawidjaja dan Rengganis, 2014).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

38

Dalam beberapa jam setelah awitan perubahan vaskular, neutrofil

menempel pada sel endotel dan bermigrasi keluar pembuluh darah ke rongga

jaringan, memakan patogen dan melepas mediator yang berperan dalam respon

inflamasi. Makrofag jaringan yang diaktifkan melepas sitokin (IL-1, IL-6 dan

TNF-α) yang menginduksi perubahan lokal dan sistemik. Ketiga sitokin tersebut

menginduksi koagulasi dan IL-1 menginduksi ekspresi molekul adhesi pada sel

endotel seperti TNF-α yang meningkatkan ekspresi selektin-E, IL-1 menginduksi

peningkatan ekspresi ICAM-1 dan VICAM-1. Neutrofil, monosit dan limfosit

mengenal molekul adhesi tersebut dan bergerak ke dinding pembuluh darah dan

selanjutnya ke jaringan. IL-1 dan TNF-α juga memacu makrofag dan sel endotel

untuk memproduksi kemokin yang berperan pada influx neutrofil melalui

peningkatan ekspresi molekul adhesi. IFN-γ dan TNF-α juga mengaktifkan

makrofag dan neutrofil, meningkatkan fagositosis dan penglepasan enzim ke

rongga jaringan. Lama dan intensitas inflamasi lokal akut perlu dikontrol agar

tidak terjadi kerusakan jaringan. TGF-β membatasi respon inflamasi dan memacu

akumulasi dan proliferasi fibroblast dan endapan matriks ekstraselular yang

diperlukan untuk perbaikan jaringan (Gambar 2.7.) (Baratawidjaja dan Rengganis,

2014).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

39

Gambar 2.7. Tahapan migrasi lekosit dari sirkulasi ke jaringan tempat terjadinya

infeksi (Baratawidjaja dan Rengganis, 2014)

Pada umumnya respon inflamasi akut menunjukkan awitan yang cepat dan

berlangsung sebentar. Inflamasi akut biasanya disertai reaksi sistemik yang

disebut respon fase akut yang ditandai oleh perubahan cepat dalam kadar beberapa

protein plasma. Reaksi dapat menimbulkan reaksi berantai dan rumit yang

berdampak terjadinya vasodilatasi, kebocoran vaskulator mikro dengan eksudasi

cairan dan protein serta infiltrasi lokal sel-sel inflamasi. Inflamasi akut merupakan

respon khas imunitas nonspesifik. Hal ini adalah respon cepat terhadap kerusakan

sel dan berlangsung (beberapa jam – hari) serta dipacu oleh sejumlah sebab

seperti kerusakan kimiawi dan termal serta infeksi. Infeksi dihadapi oleh

makrofag yang melepas sejumlah kemokin dan sitokin yang menarik neutrofil ke

tempat infeksi. Inflamasi juga dapat dipicu oleh sel mast residen yang cenderung

menarik eosinofil. Segera setelah inflamasi dipacu berbagai perubahan terjadi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

40

dalam endotel vaskular yang memungkinkan ekstravasasi limfosit terutama

neutrofil, tetapi juga monosit dan limfosit (Baratawidjaja dan Rengganis, 2014).

Inflamasi akut berhubungan dengan produksi sitokin proinflamasi seperti

IL-1, IL-6 dan IL-8. Sitokin merangsang hati untuk membentuk sejumlah protein

yang disebut protein fase akut yang terdiri atas a1-antitripsin, komplemen (C3 dan

C4), CRP, fibrinogen dan haptoglobin. Molekul-molekul tersebut memiliki

sejumlah fungsi antara lain mencegah enzim (a1-antitripsin), opsonisasi, CRP

mengikat C-polisakarida dari S. pneumonia, scavenging (haptoglobin) dan

sebagainya (Gambar 2.8.). Produksi sitokin TNF-α dan IL-6 menyebabkan unsur

spontan pada fase akut yang dihasilkan oleh hepar seperti CRP tampak meningkat

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2014). Dalam klinik, pengukuran protein fase akut

diperlukan untuk menilai derajat inflamasi dan respon terhadap terapi.

Gambar 2.8. Stimulasi dan sintesis acute phase reactan selama proses inflamasi

(Hengst, 2003)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

41

Perubahan metabolik dan endokrinologi yang terjadi pada hampir semua

penderita dengan apendisitis akut dan perubahan tersebut tergantung pada berat

ringannya infeksi. Mekanisme itu mencakup pertahanan organ tersebut terhadap

infeksi misalnya perlindungan sendiri dan mempertahankan sistem homeostasis.

Salah satu reaksi yang terjadi setelah infeksi adalah pelepasan zat dari hepar

berupa acute phase reactans (APR) kedalam darah. Salah satu APR yang paling

terkenal adalah C-reactive protein (CRP). APR teraktivasi hasil respon sistemik

terhadap infeksi termasuk pada apendisitis akut. CRP yang merupakan salah satu

protein fase akut, termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah

meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas nonspesifik. Sebagai

opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme, protein C pneumokok yang

membentuk kompleks dan mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran

CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. CRP dapat meningkat

100 kali atau lebih dan berperan pada imunitas nonspesifik yang dengan bantuan

Ca++

dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforilkolin yang ditemukan

pada permukaan bakteri/jamur. Sintesis CRP yang meningkat meninggikan

viskositas plasma dan LED. Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi

yang persisten. CRP lebih sensitif dibandingkan LED karena dapat dijadikan

indikator respon fase akut dalam 24 jam pertama proses inflamasi sedangkan LED

terjadi setelahnya. Tidak seperti LED, CRP merupakan protein serum stabil yang

pengukurannya tidak dipengaruhi waktu dan komponen serum lain. Besar

inflamasi berhubungan langsung dengan kadar CRP (Clyne dan Olshaker, 1999).

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

42

Gambar 2.9. Fungsi utama C-reactive protein (CRP) pada sistim imun nonspesifik

(Hengst, 2003)

Fungsi fisiologi CRP adalah kemampuannya untuk mengikat berbagai

macam bahan eksogen dan endogen atau mengikat molekul toksik yang

dilepaskan oleh jaringan yang rusak untuk selanjutnya disingkirkan dari sirkulasi

darah (Volanakis, 2001).

Secara umum, inflamasi yang ringan dan infeksi virus dapat meningkatkan

kadar CRP berkisar antara 10-40 mg/L, sedangkan pada infeksi bakteri dan

inflamasi berat dapat meningkatkan CRP antara 40-200 mg/L. Beberapa

penelitian menunjukkan kadar serum CRP 100 mg/L memiliki sensitivitas 80-

85% untuk infeksi bakteri. Pada kebanyakan kasus, CRP lebih mencerminkan

inflamasi dan atau kerusakan jaringan yang sedang terjadi dibanding parameter

laboratorium respon fase akut yang lain seperti viskositas plasma dan laju endap

darah. Lebih lanjut, CRP pada fase akut tidak dipengaruhi oleh variasi diurnal dan

proses makan. Kerusakan hati mempengaruhi produksi CRP dan hanya sedikit

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

43

obat yang dapat mempengaruhi kadar CRP. Konsentrasi CRP merupakan petanda

inflamasi biokimia nonspesifik yang sangat berguna sebagai alat untuk

mengetahui penyakit organ, untuk memantau respon pengobatan terhadap

inflamasi dan infeksi serta mendeteksi infeksi pada penyakit imunokompromis

dan penyakit yang dikarakteristikkan dengan absennya CRP pada respon fase akut

(Aguiar, dkk., 2013).

Dalam menginterpretasikan hasil CRP, ada beberapa hal yang

mempengaruhinya yang berhubungan dengan inflamasi. Supaya pengukuran CRP

mempunyai arti klinis maka variasi biologis yang harus diperhatikan supaya tidak

mempengaruhi interpretasi. Hal-hal yang meningkatkan kadar CRP adalah

kegemukan, DM, hipertensi, merokok, sedangkan keadaan yang menurunkan

kadar CRP adalah diet dan penurunan berat badan, latihan fisik, berhenti

merokok, terapi aspirin dan statin (Huang, dkk., 2013).

Pemeriksaan klinis untuk CRP dapat dilakukan tanpa memandang waktu

pemeriksaan dan tidak perlu puasa. Sampel serum akan stabil dalam

penyimpanan 3 hari dengan suhu 20-250C, 8 hari pada suhu 2-8

0C dan untuk

jangka waktu lama disimpan pada suhu -700c (Ridker, dkk., 2000).

Awalnya metode yang umum dipakai adalah ELISA yang secara tunggal

digunakan beberapa studi epidemiologi. Metode ini semikuantitatif terutama

hanya untuk riset, tidak secara rutin disediakan di laboratorium klinis kemudian

dikembangkan metode CRP (metode kuantitatif) yang otomatis dan dapat

digunakan secara rutin di laboratorium klinis. Uji CRP yang disetujui oleh Food

and Drug Administration (FDA) adalah metode imunonefelometri dari Dade

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · infeksi primer dan tempat terbentuknya abses pada kasus acute typhlitis. Tahun 1735, ... pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

44

Behring karena banyak digunakan dalam penelitian dalam skala besar dan

hasilnya terdapat kesesuaian dengan metode sebelumnya yang telah disahkan

yaitu metode IRMA dan ELISA serta mempunyai kepekaan tinggi yaitu 0,15

mg/dl (Roberts, dkk., 2001).