37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Dasar Lansia a. Teori Lansia Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Umur manusia sebagai makhuk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar 6 (enam) kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun, sama dengan 120 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, stabil dan regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. 7

Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Dasar Lansia

a. Teori Lansia

Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Umur manusia

sebagai makhuk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar 6 (enam)

kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun, sama dengan 120 tahun. Proses

menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase

progresif, stabil dan regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah

kemunduran yang dimulai dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia.

Sel-sel dominan halus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan

kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur

anatomik, proses manjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini

berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya

akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh

dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan serta keseluruhan

(Departemen Kesehatan RI,2005)

7

Page 2: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

8

Orang yang mencapai tahap perjalanan hidup sampai mencapai lansia dapat

dikatakan sebagai orang yang beruntung, karena mereka telah mengenyam kehidupan

dalam masa yang panjang. Di Indonesia pemerintah dan lembaga-lembaga pengelola

lansia, memberi patokan bahwa mereka yang disebut lansia adalah yang telah

mencapai usia 60 tahun yang dinyatakan dengan pemberian Kartu Tanda

Penduduk(KTP) seumur hidup.

Penuaan yang terjadi secara fisiologis dan patologis perlu hati-hati dalam

mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological

aging), diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat (healthy aging). Penuaan itu

sesuai dengan kronologis usia (penuaan primer) dipengaruhi oleh faktor endogen.

Perubahan yang dimulai dari sel jaringan organ sistem tubuh. Penuaan banyak

dipengaruhi oleh faktor eksogen yaitu lingkungan, sosial budaya, dan gaya hidup

disebut penuaan sekunder (Pudjiastuti,2000).

Proses tua secara umum ditandai dengan adanya kemunduran fungsi organ tubuh.

Kemunduran yang seringkali dihadapi oleh lansia lebih dikenal dengan istilah

“Geriatric Giants 13 I” yang meliputi : immobility, instability, intellectual

impairment, isolation, incontinence, impotence, immunodeficiency, infection,

inanition, impaction, latrogenic, insomnia and impairment. Adapun penurunan fungsi

kognitif (perhatian, bahasa, ingatan, kemampuan, visual sparsial dan intelegensi

umum) dan psikomotor (hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak) pada

Lansia terkait dengan pertambahan usia (Departemen Kesehatan RI, 2005)

Page 3: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

9

b. Karakteristik Proses Penuaaan

Menurut H.P. Von Hahn (1975, dalam Hardywinoto, 2007)

“Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang komplek yaitu adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis , terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal bebas dan adanya kesalahan di molekul DNA, dan perubahan yang terjadi di dalam sel dapat mengganggu sistem pengaturan pertumbuhan atau secara sekunder akibat pengaruh dari luar sel.”

c. Teori Biologis Tentang Penuaan

Menurut Mary Ann Christ (1999 dalam Hardywinoto, 2007) perubahan fisik

yang terjadi pada proses penuaaan , disusun dalam teori biologis tentang penuaan

merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif

dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan

juga menyangkut struktur sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya yang pada

akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif. Teori biologis tentang proses penuaan

dapat dibagi menjadi teori instrinsik dan ekstrinsik. Di mana teori instrinsik

menyatakan perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam

sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi

diakibatkan oleh perubahan lingkungan.

Menjadi tua merupakan suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak

mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua

sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meski proses menjadi

tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorang pun mengetahui penyebab

Page 4: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

10

penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda. Menurut

ahli gerontology, James Birren dalam (Hardywinoto,2007) bertambahnya umur

harapan hidup sessorang merupakan hasil dari perkembangan di bidang kedokteran

dan teknologi modern yaitu dengan penemuan teknik pengobatan terhadap penyakit

ganas, teknik dan alat-alat bedah/operasi modern dan alat diagnosis.

Untuk menghasilkan penduduk lansia yang sehat tidaklah mudah dan memerlukan

kerja sama para pihak antara para lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat,

pemerintah, organisasi dan kelompok kesejahteraan lansia serta profesi di bidang

kesehatan. Kerja sama ini menyangkut penyediaan dana, sarana serta sumber daya

manusia profesional. Tidak kalah pentingnya adalah peran aktif dari lansia dan

keluarganya dalam melaksanakan gaya hidup sehat serta perawatan diri lansia itu

sendiri.

Perlindungan kesehatan bagi Lansia dilaksanakan oleh pihak pemerintah dengan

peran aktif dari swasta, institusi kesejahteraan Lansia dan masyarakat, dengan

mempertahankan nilai budaya.

d. Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoatmodjo, 2007,

hlm.279). Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No. 13 Tahun 1998

Page 5: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

11

adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program

kesehatan lanjut usia, Departemen Kesehatan membuat pengelompokkan yaitu :

1) Kelompok Pertengahan Umur

Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang

menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun).

2) Kelompok Usia Lanjut Dini

Kelompok usia yang memasuki 55-64 tahun

3) Kelompok Usia Lanjut

Kelompok dalam usia 65 tahun ke atas

4) Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi

Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut hidup

sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.

e. Masalah Dalam Lanjut Usia

Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini membuat

jumlah penduduk yang tergolong lanjut usia semakin meningkat. Hal ini

menimbulkan permasalahan tersendiri yang menyangkut aspek kesehatan dan

kesejahteraan mereka. Menurut Depkes (2005, hlm.15). Aspek kesehatan pada lansia

ditandai dengan adanya perubahan faal akibat proses menua yang meliputi yaitu :

Page 6: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

12

1) Gangguan penglihatan, yang biasanya disebabkan oleh degenerasi makular

senilis, katarak dan glaucoma.

2) Gangguan pendengaran, gangguan ini meliputi presbikusis (gangguan

pendengaran pada lansia) dan gangguan komunikasi

3) Perubahan komposisi tubuh, dengan bertambahnya usia maka massa bebas

lemak (terdiri dari otot) berkurang 6,3% dari berat badan.

4) Saluran cerna, dengan bertambahnya usia maka jumlah gigi berangsur-angsur

berkurang karena tanggal atas indikasi tertentu. Ketidaklengkapan saluran

cerna yaitu gigi dapat mengurangi kenyamanan makan serta membatasi jenis

makanan yang dapat dimakan.

5) Hepar, hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia 80

tahun ke atas.

6) Ginjal, pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7%per dekade

mulai usia 25 tahun.

7) Sistem musculoskeletal, dengan bertambahnya usia maka sendi dan sistem

musculoskeletal semakin banyak. Sebagai respoperatif maka dapat terjadi

pembentukan tulang baru.

2.1.2 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Secara umum pelayanan kesehatan pada usia lanjut dapat dibagi menjadi 2 yaitu

pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit (Hospital Based Geriatric Service)

Page 7: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

13

dan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Community Based Geriatric Service).

(Notoatmodjo, 2007, hlm.285).

Pada upaya pelayanan kesehatan lansia di masyarakat berhubungan dan

dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam menangani

kesehatan para lansia. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok yang di

dalamnya dilaksanakannya pelayanan kesehatan dengan usaha preventif, kuratif, atau

rehabilitatif. Pelayanan kesehatan di kelompok lansia meliputi pemeriksaan kesehatan

fisik, mental, dan emosional.

b. Posbindu

1) Pengertian

Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap Lansia

di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas ( Departemen

Kesehatan RI ,2005). Keterpaduan dalam Posbindu berupa keterpaduan pada

pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kriteria Lansia yang memiliki berbagai macam

penyakit. Dasar pembentukan Posbindu yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat terutama lansia. (Departemen Kesehatan RI ,2005).

Posbindu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-

sama masyarakat menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk

melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai

kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum.

Page 8: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

14

Sasaran Posbindu dapat dibagi menjadi dua kelompok di mana kelompok yang

pertama adalah sasaran langsung meliputi kelompok virilitas/pra senilis adalah usia

45-59 tahun dan kelompok Lansia yaitu berusia 60-69 tahun dan kelompok Lansia

resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Adapun sasaran kelompok tidak langsung

adalah, keluarga yang mempunyai Lansia, masyarakat di lingkungan Lansia berada,

organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan Lansia,petugas kesehatan usia

lanjut, dan masyarakat luas (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi

Kesehatan, 2001).

2) Tujuan

Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata

kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia

lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat

termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok

Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi

usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan

upaya rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes, 2007).

Page 9: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

15

3) Manfaat Posbindu

Posbindu ini merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif bagi usia lanjut

untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang

mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek kuratif dan

rehabilitatif. Posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut :

a) Memberikan semangat hidup kepada usia lanjut

b) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut

c) Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari

keluarga miskin atau tidak mampu

d) Memberikan dukungan atau bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri

5) Proses Pembentukan

Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan masyarakat

usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan

posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah,

misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti kelompok

pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.

Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan

Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

.

Page 10: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

16

6) Bentuk Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan

mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan

pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau

ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam

Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi

kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang

dapat diberikan kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:

a) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui

kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi,

berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

b) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit.

c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT);

d) Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama 1 menit;

e) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli;

f) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

gula (diabetes mellitus);

Page 11: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

17

g) Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya

penyakit ginjal;

h) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan

kelainan;

i) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka

kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut;

j) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia

lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan

masyarakat (public health nursing)

k) Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu

makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta

menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut;

l) Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain

sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.

7) Komponen

Menurut Posbindu sebagai tempat sebagai pemberdayaan masyarakat, yang akan

berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok,

yaitu : adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya

anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.

Page 12: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

18

a) Kepemimpinan

Posbindu merupakan kegiatan dari oleh dan untuk masyarakat. Untuk

pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin

penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan

mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari

anggota Posbindu itu sendiri.

b) Pengorganisasian

Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya pembagian

tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya.

Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris,

Bendahara dan beberapa seksi dan kader.

c) Anggota Kelompok

Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu

diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam

penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup

kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100

orang.

d) Kader

Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,

volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.

Page 13: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

19

e) Pendanaan

Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran

atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain

yang tidak mengikat

8) Sarana dan Prasarana

Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana

penunjang antara lain:

a) Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)

b) Meja dan kursi

c) Alat tulis

d) Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)

e) Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi

badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer.

f) Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut

9) Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di

kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5

tahapan/5 meja sebagai berikut:

a. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan

Page 14: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

20

b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

c. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan

pemeriksaan status mental

d. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium

sederhana)

e. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling

10) Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam upaya pembinaan Lansia melalui kegiatan

pelayanan kesehatan di Posbindu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan

dan pelaporan, pengamatan khusus dan penilitian, dengan menggunakan patokan

yaitu :

a) meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang

berperan serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut

b) berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat

c) meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan

oleh 50% puskesmas dan menjangkau 100% panti werda

d) menurunnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, dengan jangkauan

pelayanan yang mencakup 40% usia lanjut.

Page 15: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

21

2.1.3 Konsep Dasar Motivasi

a.Pengertian

Motivasi dari bahasa latin yang berarti to move mempunyai maksud kekuatan atau

dorongan yang menggerakkan individu untuk berperilaku tertentu. (Notoatmodjo,

2005, hlm.120). Sedangkan menurut Sondang (2004,hlm138) motivasi merupakan

kesediaan untuk menggerakkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan. Dapat

disimpulkan dari pengertian di atas bahwa motivasi merupakan dorongan yang

menggerakkan individu dalam berperilaku, berusaha untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Teori Motivasi 

Menurut Wood et all (1998, dalam Notoatmodjo, 2005, hlm.126) dijelaskan

bahwa terdapat dua teori motivasi yaitu motivasi yang dikaji dengan mempelajari

kebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku tertentu dan motivasi

yang mengkaji dengan mempelajari prosesnya yaitu berusaha memahami proses

berpikir yang ada sehingga mendorong seseorang untuk berperilaku.

1) Teori Kebutuhan

Teori ini dikenal dengan teori kebutuhan Maslow. Keseluruhan teori motivasi

yang dikembangkan oleh Maslow yaitu bahwa kebutuhan manusia dapat

diklasifikasikan pada lima hirarkhi kebutuhan diantaranya :

Page 16: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

22

a) Kebutuhan fisiologis

b) Kebutuhan akan keamanan

c) Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai

d) Kebutuhan untuk dihargai

e) Aktualisasi diri

2) Teori X dan Y

Menurut Douglas McGregor (1975, dalam Sondang,2004) menyebutkan bahwa

motivasi sangat penting dalam berorganisasi. Teori ini diciptakan dalam konteks

organisasi kerja. Inti teori McGregor terlihat pada klasifikasi yang dibuat tentang

manusia yaitu Teori “X” yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung

berperilaku negative dan Teori “Y” yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia

cenderung berperilaku positif

Bila dikaitkan dengan teori Maslow akan terlihat gejala bahwa manusia tergolong

pada kategori “X” akan lebih mementingkan pemuasaan kebutuhan “ tingkat rendah

seperti kebutuhan pokok dan kurang memberikan perhatian pada kebutuhan pada

anak tangga yang teratas yaitu aktualisasi diri. Sebaliknya yang terjadi pada manusia

yang tergolong pada kategori “Y” dalam arti bahwa pemuasan kebutuhan yang

sifatnya psikologis dan non material lebih diutamakan daripada pemuasaan kebutuhan

yang bersifat kebendaan.

Page 17: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

23

3) Teori “Tiga Kebutuhan”

Teori ini dikemukakan oleh David McCland (dalam Sondang, 2004), teori ini

mengatakan bahwa manusia mempunyai tiga jenis kebutuhan yaitu : “ Need for

Achievment” (yang sering dinayatakan dengan rumus nAch.), “Need for Power”

(nPo) dan “Need for Affiliation” (nAff.).

c. Pengukuran Motivasi

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur.

(Notoatmodjo,2005, hlm.135) Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu

dengan tes proyektif, kuesioner, dan observasi perilaku.

1) Tes Proyektif

Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita.

Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikrkan orang, maka kita berikan

stimulus yang harus diintrepretasikan. Salah satu teknik proyektif yang banyak

dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). Dalam tes ini diberikan

gambar dan diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut.

2) Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan

meminta klien untuk mengisikuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

dapat memancing motivasi klien. Sebagai contoh adalah EPPS (Edward’s

Personal Preference Schedule). Kuesioner tersebut terdiri dari 210 nomer di mana

Page 18: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

24

pada masing-masing nomor terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta untuk

memilih salah satu dari kedua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan

dirina. Dari pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis

kebutuhan yang ada dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan

dalam diri kita.

3) Observasi Perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga

klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya.

2.1.4 Konsep Dasar Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003, hlm.121).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu melalui proses sensoris khususnya mata dan

telinga terhadap objek tertentu. (Sunaryo, 2004, hlm. 25). Jadi pengetahuan adalah

hasil dari apa yang kita tahu tentang suatu objek tertentu melalui proses sensoris,

khususnya mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran

dan sikap yang positif, akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.

Page 19: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

25

Dalam Notoatmodjo ( 2003, hlm.121 ) menyebutkan bahwa sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru akan terjadi suatu proses yang berurutan dalam diri orang

tersebut yaitu:

1) Awarenees ( kesadaran ); yaitu orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus ( objek ) terlebih dahulu.

2) Interest ( tertarik ); yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation ( mempertimbangkan ); yakni baik atau tidaknya stimulus tersebut

bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang sudah lebih baik.

4) Trial ( mencoba ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru.

5) Adoption ( mengadaptasi ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besar menurut Notoatmodjo (2005,hlm. 50) pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Karena tahu ini hanya mengingat kembali sesuatu yang spesifik

maka tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.

2) Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Page 20: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

26

3) Aplikasi (aplication) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-

hukum, rumus dan metode dalam situasi nyata.

4) Analisis (analysis) artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam

bagian-bagian lebih kecil tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut

dan masih terkait satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun

sendiri.

2.1.5 Hubungan Pengetahuan dengan Motivasi

Menurut Anderson (1974 dalam Becker, 1995) bahwa “faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah

berkunjung ke Posbindu yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan selanjutnya

faktor motivasi”. Menurut model ini keputusan dalam menggunakan pelayanan

kesehatan di pengaruhi oleh :

1. Faktor Predisposisi (pendorong), seseorang dalam menggunakan pelayanan

kesehatan. Komponen ini merupakan faktor yang menggambarkan karakteristik

Page 21: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

27

perorangan yang sudah ada sebelum seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Komponen ini menjadi dasar atau motivasi seseorang untuk berperilaku dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini meliputi yaitu jenis kelamin,

umur, pendidikan dan pekerjaan.

a. Umur

Dalam penelitian Anderson (1972), disebutkan bahwa penggunaan atau

pemanfaatan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa pelayanan

kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang berusia sangat

muda dan berusia tua.

b. Pendidikan

Anderson dan Andersen (1972) menyebutkan bahwa seseorang yang

mendapatkan pendidikan formal biasanya lebih banyak mengunjungi ahli

kesehatan.

c. Pekerjaan

Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tentang Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita Penggunaan Posyandu di

Kecamatan Bogor Barat, membuktikan bahwa ada faktor pekerjaan

(status pekerjaan ) ibu yang berhubungan signifikan dengan penggunaan

Posyandu.

Page 22: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

28

2. Faktor Enabling atau faktor pendukung kemampuan seseorang untuk

menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung yaitu meliputi sumber daya

keluarga dan sumber daya masyarakat.

3. Faktor Motivasi yaitu salah satu dari faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan lansia khususnya untuk berkunjung ke Posbindu. Motivasi

merupakan kekuatan atau dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku

tertentu. (Notoatmodjo, 2005,).

Sedangkan menurut Feldmen (2003, dalam Notoatmodjo,2005) dijelaskan bahwa

motivasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor

instrinsik meliputi pengetahuan, harapan, dorongan, dan imbalan. Faktor ekstrinsik

meliputi lingkungan fisik dan non fisik. Pengetahuan merupakan salah satu faktor

instrinsik yang mempengaruhi motivasi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

(Notoatmodjo, 2003,).

Page 23: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

29

2.2 Kerangka Konsep

BAGAN 1KERANGKA KONSEP

Teori Motivasi Teori Anderson

Siagian, Sondang P. (2004)

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Karakteristik Predisposisi:

- Jenis kelamin- Umur- Pendidikan- Pekerjaan

Faktor Internal :

- PengetahuanKarakteristik Motivasi

Dorongan serta Kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pelayanan Posbindu

Karakteristik Pendukung :

- Sumber daya keluarga- Sumber daya

masyarakat

- Harapan- Persepsi- Imbalan- Dorongan

Faktor Eksternal :

- Lingkungan Fisik

- Lingkungan Non-Fisik

Page 24: Bab ii tinjauan pustaka (repaired)

30

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Notoatmodjo ( 2005, hlm. 72 ) hipotesis penelitian adalah jawaban

sementara dari suatu penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

2.3.1 Ho : Tidak ada hubungan antara Pengetahuan lansia tentang Posbindu dengan

motivasi pada Lansia berkunjung ke Posbindu di Wilayah RW 03 Kelurahan Utama

Kecamatan Cimahi Selatan.

2.3.2 H1 : Ada hubungan antara Pengetahuan lansia tentang Posbindu dengan

motivasi pada Lansia berkunjung ke Posbindu di Wilayah RW 03 Kelurahan Utama

Kecamatan Cimahi Selatan.