Author
ngodan
View
223
Download
1
Embed Size (px)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Penelitian terdahalu dengan judul uji aktivitas antidiare infusa daun
salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) terhadap mencit jantan galur
swiss yang diinduksi minyak jarak (Riska,2015) pada penelitian tersebut
dosis infusa daun salam yang memberikan efek antidiare dengan 25% b/v dan
50% b/v.
B. Landasan Teori
1. Sistematika Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Jenis : Syzygium polyanthum [Wight] Walp
Gambar 2.1. Daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp) (Anonim, 2000)
2. Nama lain
Salam mempunyai nama lain selain Syzygium polyanthum (Wight)
Walp yaitu Eugenia polyantha Wight. Salam juga mempunyai nama asing:
salam leafunar serai (Melayu); salam manting (Jawa); salam gowok
(Sunda); dan kastolan (Kangean) (Hariana,2004).
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
5
3. Kandungan Kimia
Kandungan utama daun salam meliputi saponin, triterpen,
flavonoid, tannin, polifenol, dan alkaloid. Minyak atsiri daun salam terdiri
dari seskuiterpen, lakton dan fenol (Sudarsono dkk,2002). Tannin dalam
fungsi daun salam sebagai zat untuk saluran pencernaan atau kulit.
Kandungan kimia daun salam meliputi:
a. Tanin
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke
dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada
tumbuhan. Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar
mekanisme yang diperkirakan adalah toksisitas tanin dapat merusak
membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi
pembentukan kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat
menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. Mekanisme kerja tanin
diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga
mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat dan mati (Ajizah, 2004).
b. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik,
menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non
enzim. Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol
(Sjahid, 2008). Mekanisme kerja flavonoid berfungsi sebagai
antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap
protein extraseluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri.
Mekanisme kerjanya dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri
dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Juliantina,
2008).
4. Khasiat dan Kegunaan
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, selain antidiare daun salam
juga berkhasiat antihiperlipidemia, aprodisiak, antidiabetes, dan antiradang
(Anonim,2007).
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
6
C. Diare
1. Pengertian Diare
Diare merupakan keadaan dimana frekuensi defekasi melebihi
frekuensi normal dengan konsistensi feses yang encer (Anonim,1991).
Diare dapat bersifat akut atau kronis, serta penyebabnya bermacam-
macam (Anonim,1991). Diare akut umumnya disebabkan oleh infeksi
virus atau kuman, atau dapat pula akibat efek samping obat dan gejala
dari gangguan saluran cerna (Tjay dan Rahardja,2002). Diare kronis
biasanya berlangsung lebihb dari dua minggu. Diare ini mungkin
berkaitan dengan berbagai gangguan gastrointestinal (Anonim,1991).
Biasanya diare kronis terjadi pada tumor dan penyakit-penyakit radang
usus kronis (Crohn, colitis ulcerosa) (Tjay dan Rahardja,2002).
Penyebab diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan sekresi
getah lambung-usus dan motalitas usus meningkat. Menurut teori klasik
diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut, sehingga
peristaltik chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air
pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja (Tjay dan Rahardja,2002).
Terapi diare harus disesuaikan dengan penyebabnya (Mutschler, 1986).
Apapun bentuk diarenya, usaha pertama yang harus dilakukan adalah
menetapkan penyebabnya dan menghilangkan penyebabnya (Anwar,
2000). Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik
(pemberian makanan), obat-obatan (Abdoerracham dkk, 2002).
Resiko paling berbahaya pada diare adalah dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit (Hardaman dan Limbrid, 2007). Sehingga
penanganan teraupetikyang terpenting adalah penggantian cairan dan
elektrolit secukupnya (Mutschler, 1986). Pada diare yang hebat seringkali
disertai muntah-muntah, tubuh kehilangan banyak air dengan garam-
garamnya, terutama kalium dan natrium sehingga tubuh kekeringan (Tjay
dan Rahardja, 2002).
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
7
2. Etiologi Diare
a. Diare infeksi
Biasanya akut dan karena virus. Tak satupun enterovirus yang
umum (coxsackie, polio, echovirus) yang bisa dipersalahkan dengan
pasti. Diare pada bayi biasanya disebabkan oleh rotavirus. Sebagian
kejadian luar biasa diare disebakan oleh serotype tertentu dari
Eschericia coli dimana sebagian besar masyarakat tidak memiliki
kekebalan terhadap bakteri tersebut. Sebagian besar pasien berhasil
diobati dengan pengobatan simtomatik.
b. Diare noninfeksi
Keadaan berikut harus dipikirkan:
1) Obat-obatan, diantaranya pencahar (sering)
2) Divertikulitis (sering)
3) Kanker kolon, kadang-kadang disertai diare palsu sekunder akibat
obstruksi parsial (biasanya bergantian dengan serangan
konstipasi)
4) Sindroma iritasi usus (irritable bowel syndrome)
5) Sindroma malabsorpsi
Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah :
1) Kemoterapika untuk terapi kausal, yakni membrantas bakteri
penyebab diare seperti antibiotika, sulfonambida, kinolon, dan
furazolidon
2) Obstipansia untuk terapi simptomatis, yang dapat menghentikan
diare
3) Spasmolitik yakni zat-zat yang dapat mengurangi kejang-kejang
otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara
lain papaverin dan oksifenonium
D. Suspensi
Suspensi adalah bagian sediaan yang mengandung bahan obat dalam
bentuk halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
8
perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya
mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator
dapat dipergunakan bahan-bahan disebut sebagai emulgator (Joenoes, 1990).
Suspensi juga dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung
partikel obat yang terbagi sevara halus (dikenal sebagai suspensoid)
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan
kelarutan yang sangat minimum. Beberapa suspensi resmi diperdagangkan
tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa
dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya (Ansel,
1989).
Bahan obat yang diberikan dalam bentuk suspensi yaitu obat minum,
mempunyai keuntungan bahwa (oleh karena partikel yang sangat halus)
penyerapan zat berkhasiatnya lebih cepat daripada obat diberikan dalam
bentuk kapsul atau tablet, biovaibilitasnya pun baik. Suspensi dapat dibagi
menjadi dalam dua jenis yaitu: suspensi yang siap digunakan atau suspensi
yang dikonstitusikan dengan jumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang
sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena.
Pada bentuk sediaan suspensi harus diperhatikan bahwa obatnya betul
diminum dengan sendok yang sesuai, sehingga obat dimnium dengan dosis
yang tepat (Loenoes, 1990).
Menurut Joenoes (1990), beberapa faktor penting dalam formulasi
sediaan obat bentuk suspensi adalah:
1. Derajat kehalusan partikel yang terdispersi
2. Tidak terbentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorbsi dari saluran
pencernaan
3. Tidak terbentuk kristal/hablur
4. Dearajat viskositas cairan
Menurut Ansel (1989), sifat-sifat yang diinginkan dalam semua
sediaan farmasi dan sifat-sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi
adalah:
1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara
lambat dan harus rata bila dikocok
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
9
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyiapan
3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogeny
1. Cara Pembuatan Suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan dua cara, yaitu:
a. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersi dalam cairan pembawa.
Umumnya yang digunakan sebagai pembawa adalah air. Dalam
formula suspensi yang paling penting adalah partikel-partikel harus
terdispersi dalam fase air. Mendispersi serbuk yang tidak larut dalam
air kadang-kadang sulit. Hal ini disebabkan karena adanya udara,
lemak, kontaminan pada permukaan serbuk, dan lain-lain (Lachman
et al, 1994).
b. Metode presipitasi (presipitasi dengan pelarut organik, perubahan pH
media, dan penguraian rangkap).
Obat-obatan yang tidak larut dalam air dapat diendapkan
dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang bercampur
dengan air, dan kemudian menambahkan fase orgsnik ke air murni
dibawah kondisi standar disebut juga dengan metode presipitasi
dengan pelarut organik. Metode presipitasi dengan perubahan pH
media, metode ini hanya dapat diterapkan pada obat-obat yang
kelarutannya tergantung pada harga pH. Metode penguraian rangkap
hanya melibatkan proses kimia yang sederhana (Lachman et al.,
1994).
2. Formula Suspensi
Hampir semua sistem suspensi memisah pada penyimpanan,
karena itu perhatian utama dalam pembuatan sediaan suspensi bukan
untuk mengeliminasi pemisahan, tetapi untuk mrnahan laju pengendapan
dan memberikan kemampuan tersuspensi kembali dengan mudah dan
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
10
partikel yang mengendap. Suspensi yang baik harus tetap homogen, untuk
menjamin keseragaman dosis obat setelah digojog sebelum dituang.
Tiga hal utama yang sangat penting dalam pembuatan bentuk
sediaan suspensi, yaitu:
a. Memastikan bahwa partikel benar-benar terdispersi dengan baik
dalam cairan.
b. Meminimalkan pengendapan dari partikel kecil yang terdispersi.
c. Mencegah terjadinya caking dari partikel-partikel ini ketika
terjadinya pengendapan (Priyambodo, 2007).
3. Stabilitas Suspensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, antara lain
adalah: ukuran partikel, sedikit banyaknya pergerakan partikel, tidak
menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel, dan
konsentrasi suspenoid. Jika muatan partikel diabaikan maka faktor yang
memperngaruhi stabilitas suspensi, dapat dilihat dari hukum Stokes
berikut ini:
V =
18
g o) -s( d2
Keterangan:
V = kecepatan sedimentasi (cm/detik)
d = diameter partikel (cm)
ρs = kerapatan dari faseterdispers (g/ml)
ρo = kerapatan dari medium pendispers (g/ml)
g = gaya gravitasi (980,7 cm/det2)
η = viskositas medium dispers (poise)
Dari persamaan hukum Stokes tersebut, terlihat bahwa laju
sedimentasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, sangat
dipengaruhi oleh diameter partikel serta kandungan zat padat dalam
sistem suspensoidnya. Semakin besar ukuran partikel serta semakin
meningkat besar kandungan zat padat, maka kecepatan (laju) sedimentasi
juga akan tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi viskositas suatu sistem
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
11
suspenoid, maka kecepatan (laju) sedimentasinya semakin kecil. Namun
viskositas suspenoid yang terlalu besar juga bukan kondisi yang bagus,
karena akan menyebabkan terjadinya caking dan suspensi sukar
terdispersi kembali (Priyambodo, 2007).
4. Penilaian Stabilitas Suspensi
Kontrol stabilitas suspensi antara lain meliputi : volume
sedimentasi,viskositas,redispersibilitas, mudah tidaknya dituang, dan
ukuran partikel.
a. Volume Sedimentasi (F)
Volume sedimentasi yaitu mempertimbangkan rasio tinggi
akhir endapan (Hu) terhadap tinggi awal (Ho) pada waktu suspensi
mengendap dalam suatu kondisi standar.
F = Hu/Ho
Makin besar fraksi ini, makin baik kemampuan suspensinya.
Pembuat formulasi harus memperoleh rasio Hu/Ho, dan
memplotkannya sebagai ordinat dengan waktu sebagai abisnya
(Lachman et al., 1994).
b. Viskositas
Kenaikan viskositas menyebabkan penurunan kecepatan
sedimentasi dan peningkatan stabilitas fisik. Metode yang biasa
digunakan untuk meningkatkan viskositas adalah dengan
penambahan suspending agent. Penambahan suspending agent akan
menurunkan viskositas tetapi tidak dapat mencegah sedimentasi
(Lieberman et al., 1996).
c. Redispersibilitas
Redispersibilitas merupakan syarat dari suspensi, jadi
sedimen yang terjadi harus mudah terdispersi kembali dengan
penggojokan agar diperoleh keseragaman dosis (Priyambodo, 2007).
Untuk membantu tolak ukur ini sampai batas tertentu secara
kuantitatif dapat menggunakan suatu alat mekanik. Alat tersebut
menstimulasi gerakan lengan manusia selama proses pengocokan,
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
12
dan dapat memberikan hasil yang dapat diproduksi bila digunakan
dibawah kondisi terkontrol (Lachman et al., 1994).
d. Mudah tidaknya dituang
Suspensi merupakan cairan yang kental, tetapi kekentalan
suspensi tidak bolehterlalu tinggi, sediaan harus mudah digojog dan
juga mudah dituang (Joenoes, 2001). Besar kecilnya kadar
suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan suspensi untuk
dituang. Kadar zat pensuspensi yang besar dapat menyebabkan
suspensi terlalu kental dan sukar dituang (Ansel et al., 1995).
e. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang
partikel tersebut serta daya tekan kertas cairan suspensi. Ukuran
partikel berbanding terbalik dengan luas penampangnya, sedangkan
antara luas penampang dengan daya tekan ke atas merupakan
hubungan linear, artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin
kecil luas penampangnya. Daya tekan keatas cairan akan
mempercepat gerakan untuk mengendap, sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel (Lieberman et al., 1996).
5. Ekstraksi
a. Tujuan ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk
biota laut. Zat-zat aktif terdapat didalam sel, namun sel tanaman dan
hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan
metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengatasinya (Dirjen
POM, 1986).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada
prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
13
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian masuk
ke dalam pelarut (Dirjen POM, 1986).
b. Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM, 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah
ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air
dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan
sokhlet.
c. Cara-cara ekstraksi (Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986)
1) Ekstaksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih.
Uap penyari akan naik melalui pipa samping, kemudian
diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun
untuk zat aktif dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari
mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke labu alas
bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai
zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon.
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian
simpilisia dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5
bagian sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit
demi sedikit ke dalam perkolator, ditambahkan cairan penyari.
Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian krain
dibuka dengan keceoatan 1 ml permenit, sehingga simplisia tetap
terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan
dibiarkan 2 hari pada tempat terlindung cahaya.
3) Ekstrasksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian
simpilisia dengan derajat yang cocok ke dalam bejana, kemudian
dituangi dengan penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
14
5 hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap
hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi kembali dengan cara
penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi,
lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat
yang tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan.
Keuntungan cara penyari dengan maserasi adalahcara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.
Sedangkan kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama
dan penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1986).
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam
dengan cairan penanyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi
dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih.
Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan
dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini
biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4
jam.
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk
simplisia yang mengandung komponen kimia yang mempunyai
titik didih yang tinggi pada tekanan udara normal, yang pada
pemanasan biasanya terjadi kerusakan zat lainnya. Untuk
mencegah hal tersebut, maka penyari dilakukan dengan
penyulingan.
6. Tikus
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang
sengaja dipelihara dan diternakan untuk dipakai sebagai hewan model
guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu
dalam skala penelitian atau pengamatan laboratories (Malole dan
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
15
Pramono, 1989). Tikus merupakan hewan mamalia yang paling umum
digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, dikarenakan
banyak keunggulan yang dimiliki oleh tikus sebagai hewan percobaan
yaitu memiliki kesamaan fisiologi dengan manusia, siklus hidup relative
pendek, jumlah anak perkelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan
mudah dalam penanganan (Moriwaki et al., 1994). Tikus putih (Rattus
norvegicus) banyak digunakan pada penelitian-penelitian toksikologi,
metabolisme lemak, obat-obatan maupun mekanisme penyakit infeksius.
Tikus putih baik digunakan dalam penelitian karena mudah dipelihara,
mudah dikembang biak sehingga cepat mendapatkan hewan coba yang
seragam dan mudah dikelola dilaboratorium. Penelitian tentang obat-
obatan dan keracunan banyak menggunakan hewan coba tikus dan
mencit, karena mudah diperiksa melalui organ-organ utama yang berperan
yaitu hati dan ginjal (Leickteig, et al., 2007). Adapun taksonomi tikus
menurut Besselen (2004) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-Filum : Theria
Kelas : Mammalia
Sub-Kelas : Theria
Ordo : Rodensia
Sub-Ordo : Scuirognathi
Famili : Muridae
Sub-Famili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
7. Spektrofotometri Uv-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis
spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet
dekat (190-380) dan sinar tampak (380 - 780) dengan memakai instrumen
spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995:26). Spektrofotometri UV-
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
16
Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995:
26).Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas
sumber spektrum yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan
absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990:
216). Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap
sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa
larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain: 1. Pelarut yang
dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna. 2. Tidak terjadi interaksi dengan
molekul senyawa yang dianalisis. 3. Kemurniannya harus tinggi atau
derajat untuk analisis.(Mulja dan Suharman, 1995: 28). Serapan cahaya
oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibe tergantung
pada struktur elektronik dari molekul. Serapan ultraviolet dan visibel dari
senyawasenyawa organik berkaitan erat transisi-transisi diantara
tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini, maka
serapan radiasi ultraviolet atau terlihat sering dikenal sebagai
spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital
ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non
ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan
merupakan ukuran dari pemisahan tingkatantingkatan tenaga dari orbital
yang bersangkutan. Spektrum ultraviolet adalah gambar antara panjang
gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi
atau absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau
tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log
dari serapan molar, Emax atau log Emax (Sastrohamidjojo, 2001: 11).
Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi menuju ke
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
17
tingkat yang lebih tinggi oleh sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh
pemanasan listrik. Monokromator adalah suatu piranti optis untuk
memencilkan radiasi dari sumber berkesinambungan. Digunakan untuk
memperoleh sumber sinar monokromatis. Alat dapat berupa prisma atau
grating (Khopkar, 1990). Pengukuran pada daerah UV harus
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah
ini. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi maupun berbentuk
silinder dengan ketebalan 10 mm. Sel tersebut adalah sel pengabsorpsi,
merupakan sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya
spektrofotometer. Sel haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah
spektral yang diminati. Sebelum sel dipakai dibersihkan dengan air atau
dapat dicuci dengan larutan detergen atau asam nitrat panas apabila
dikehendaki (Sastrohamidjojo, 2001: 39-41). Skema susunan UV/Vis
spektrometer sumber yang berasal dari radiasi yang memiliki panjang
gelombang melewati filter monokromator kemudian mengenai sampel.
Pada sampel terjadi absorbansi panjang gelombang. Setelah melewati
sampel kemudian panjang gelombang tersebut mengenai detektor dan
direkam. hasil dari rekaman data tersebut merupakan grafik hubungan
antara panjang gelombang dengan absorbansi. Berikut ini dijelaskan
komponen komponen dari spektrometer UV vis.
a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi terdiri dari bahan yang dapat tereksitasi ke tingkat
energi yang inggi melalui a. proses pemanasan dengan bantuan arus
listrik b proses pelepasan elektron pada beda tegangan yang tinggi
ketika kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, bahan akan
melepaskan foton Panjang gelombang yang dihasilkan beragam pada
daerah pita energi yang luas Intensitas radiasi yang dihasilkan harus
sama dan tetap sehingga tidak ada beda Po pada saat standarisasi
dengan Po pada saat pengukuranhal ini sangat penting untuk model
single-beam. Pada double-beam, setiap saat Po dan P selalu diukur
dan dibandingkan secara simultan sehingga kestabilan sumber radiasi
tidak selalu diperhitungkan. Sumber radiasi UV, Lampu hidrogen,
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
18
Lampu deutorium,adiasi yang dihasilkan mempunyai panjang
gelombang 180-350 nm. Monokromator Fungsi dari monokromator
untuk memecah radiasi polikromatis dengan pita energi yang lebar
yang dihasilkan sumber radiasi menjadi radiasi dengan pita energi
yang lebih sempit atau menjadi radiasi monokromatis. Monokromator
mampu menghasilkan radiasi dengan lebar pitaefektif sebesar 35 - 0,1
nm.Lebar pita efektif yaitu kisaran panjang gelombang dimana
nilaitransmitansi minimal ½ dari nilai maksimalnya .Komponen –
komponen monokromator: Celah untuk masuknya radiasi
polikromatis dari , lensa/cermin untuk menyerap cahaya, pendispersi
cahaya yang berupa prisma atau grating yang dapat memecah radiasi
menjadi komponenkomponen panjang gelombang, lensa/cermin
pemfokus cahaya, celah keluar.
b. Wadah sampel (cuvet)
Cuvet terbuat dari kuarsa atau silika untuk radiasi UV dan gelas biasa
atau kuarsa untuk radiasi sinar tampak.Tebal cuvet bervariasi dari 1-
10 cm.Cuvet ditempatkan setelah monokromator supaya kemungkinan
terjadinya dekomposisi/fluorescence oleh panjang gelombang
berenergi tinggi yang masih ada didalam radiasi polikromatis dapat
diminimalkan.Posisi permukaan cuvet tegak lurus datangnya
radiasisehingga kehilangan radiasi akibat pantulan/ refraksi dapat
dikurangi.
c. Operasi single-beam dan double-beam
Single-beam. Radiasi dari monokromator yang masuk didispersikan
oleh prisma/ grating. Ketika alat pendispersi dirotasikan, berbagai pita
radiasi yang telah terpecah difokuskan pada celah keluar. Radiasi
dilewatkan sampel dan diterima detektor. Operasi single Sinar dari
monokromator diarahkan ke sel blangko dan sel sampel dengan
bantuan beam splitter (chopper). Kedua sinar dibandingkan terus
menerus/ bergantian secara berulangulang.Fluktuasi pada intensitas
sumber cahaya respon detektor dan hasil penguat sinyal dikompensasi
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
19
dengan mengamati perbandingan sinyal antara blangko dengan
sampel .
d. Menentukan koefisien absorbansi
Penentuan sifat optik penting dalam pembuatan lapisan tipis untuk
menentukan struktur dari semi konduktor. selain itu konstanta dalam
optik dapat memberikan informasi mengenai strukur dari lapisan tipi.
spektrum transmisi dan absorbansi dengan panjang gelombang antara
300-1100 nm. dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung
nilai koefisien absorbansi band gap energi dan konstanta optik yang
lainya. hubungan antara intensitas dari sinar datang (I0) dengan sinar
yang ditransmisikan(IT sebagai berikut :
IT I0 expt (1)
Diaman merupakan koefisien absorbansi dan t ebal dari sampel dari
persmaan 1 maka dapat dikeahui nilai koefisien absorbansi sebagai
berikut :
ln (1/ ) / T t (2)
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
20
C. KERANGKA KONSEP
Konsentrasi ekstrak etanol daun
salam ( 5%, 10% dan 15%)
Meningkatnya konsumsi daun salam
sebagai obat tradisional
Kandungan tanin daun salam
berpotensi salah satunya sebagai
antidiare
Pembuatan ekstrak etanol daun salam menjadi suspensi
Uji aktivitas antidare pada tikus Uji penetapan kadar tanin dan
fenol
Pemeriksaan efek antidiare pada tikus
Absorbansi
Analisis data dengan ANOVA satu arah (
One Way Anova)
Rata- rata kadar tanin dan
fenol
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017