29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basic Science Related for Nursing merupakan unsur-unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam bidang keperawatan. Ini disebabkan karena unsur ini merupakan dasar bagaimana perawat, tenaga kesehatan lain dan masyarakat memandang keperawatan itu sendiri. Perawat juga harus memahami unsur ini karena merupakan dasar bagaimana seorang perawat dapat melakukan tindakan keperawatan. Dengan adanya laporan pembelajaran ini atau makalah ini dengan tidak secara langsung mahasiswa/i keperawatan sebagai calon perawat dapat mengetahui atau memahami unsur-unsur ini sehingga dapat mempersiapkan diri untuk menjadi seorang perawat yang professional. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini ditujukan yakni sebagai berikut : Umumnya yaitu: Memacu para mahasiswa berpikir secara kritis. Serta untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para mahasiswa. Khususnya yaitu: Setiap mahasiswa mampu memahami bagaimana pengertian, fungsi dan tujuan pendokumentasian keperawatan, serta dapat 1

makalah diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah diare

Citation preview

Page 1: makalah diare

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basic Science Related for Nursing merupakan unsur-unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam

bidang keperawatan. Ini disebabkan karena unsur ini merupakan dasar bagaimana perawat,

tenaga kesehatan lain dan masyarakat memandang keperawatan itu sendiri. Perawat juga

harus memahami unsur ini karena merupakan dasar bagaimana seorang perawat dapat

melakukan tindakan keperawatan.

Dengan adanya laporan pembelajaran ini atau makalah ini dengan tidak secara langsung

mahasiswa/i keperawatan sebagai calon perawat dapat mengetahui atau memahami unsur-

unsur ini sehingga dapat mempersiapkan diri untuk menjadi seorang perawat yang

professional.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ditujukan yakni sebagai berikut :

Umumnya yaitu:

Memacu para mahasiswa berpikir secara kritis. Serta untuk menambah ilmu pengetahuan

dan wawasan para mahasiswa.

Khususnya yaitu:

Setiap mahasiswa mampu memahami bagaimana pengertian, fungsi dan tujuan

pendokumentasian keperawatan, serta dapat mengaplikasikannya dalam membuat

pendokumentasian secara tepat dan benar.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola deskripsi,

yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat

dan telah kami pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami padukan menjadi

satu rangkaian berdasarkan pemahaman kami, agar para mahasiswa juga dapat mengerti dan

memahami tentang salah satu mata kuliah yang kami sajikan.

1

Page 2: makalah diare

Ada pula metode penulisan untuk bahan sumber yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:

1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai dengan materi

2. Mencari buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan

3. Menanyakan kepada pakar yang lebih memahami materi ini

4. Mencari ke internet , dll.

1.4 Sistematika Penulisan

Pada bab I yakni Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan yang kami paparkan serta jelaskan secara rinci.

Kemudian pada bab II yakni tinjauan teoritis, bab ini berisikan isi secara keseluruhan dari

materi yang kami sajikan yaitu Diare Ditinjau dari Mikrobiologi, Parasitologi, Patologi,

Patofisiologi dan Farmakologi teori keperawatan dan lain sebagainya.

Pada bab III yakni kesimpulan, bab ini berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan isi

yang telah disajikan.

2

Page 3: makalah diare

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Diare

Diare adalah peningkatan jumlah feces dan keluarnya feces cair, tidak berbentuk ( Potter &

Perry, 2005). Kondisi ini disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya perubahan diet,

toleransi makanan, seperti laktosa, gangguan inflamasi pada usus, karena mengkonsumsi

obat, seperti anti biotic, kandungan magnesium dalam antacid, infeksi bakteri (keracunan

obat) atau infeksi virus (rotavirus pada anak-anak). Diare khususnya pada anak-anak dan

orang tua lebih cepat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi dapat bersifat fatal dan memerlukan

penanganan medis secepatnya.

2.2 Diare Ditinjau dari Mikrobiologi

Ada beberapa mikroorganisme patogen yang biasa menyebabkan kasus diare ;

2.2.1 Pertama, Vibrio cholerae, bakteri berbentuk batang bengkok yang dapat bergerak dan

tidak membentuk spora. Bakteri ini bertanggung jawab terhadap adanya wabah diare

atau muntaber dengan angka kematian yang tinggi. Hal ini berhubungan dengan

kemampuan bakteri ini dalam menghasilkan enterotoksin yang disebut dengan

kholeragen. Metabolit yang sebagian besar berupa protein ini dapat mengakibatkan

dikeluarkannya cairan sel beserta larutan elektrolit ke dalam lumen usus sehingga

menyebabkan gejala muntaber. Selain itu, kemampuan bergerak dan mucinase dapat

menambah daya infeksi dari bakteri ini. Pergerakan atau motilitas berperan dalam

perlekatan dan patogenitas Vibrio cholerae, sedangkan mucinase berguna dalam

melakukan penetrasi kedalam lapisan mukosa dari usus halus. Gejala penyakit bisa

timbul secara mendadak berupa nausea, bentuk diare yang disertai muntah dan kejang

perut. Pada kasus yang berat, kejadian berak yang sangat sering menyebabkan tubuh

kehilangan banyak cairan dan elektrolit sehingga terjadi dehidrasi. Jika tidak segera

ditangani, penderita akan masuk ke dalam keadaan syok dan meninggal dunia

beberapa jam atau beberapa hari setelah terjadinya infeksi. Penularan dapat melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri yang terdapat dalam

3

Page 4: makalah diare

muntahan maupun feses penderita. Walaupun telah sembuh dari penyakit, dalam kurun

waktu 7-14 hari, bakteri penyebab masih terdapat dalam feses penderita dan berpotensi

untuk menularkannya kepada orang lain. Selain itu, penularan juga bisa oleh perantara

binatang seperti lalat. Dari spesies Vibrio ini terdapat bakteri lain yang menjadi

penyebab penyakit serupa, yakni Vibrio parahaemolyticus. Bakteri ini tahan terhadap

kadar garam tinggi sehingga tumbuh di laut. Diare ringan sampai berat yang terjadi

biasanya didahului dengan mengonsumsi makanan laut tanpa dimasak atau kurang

sempurna memasaknya. Diare cair terjadi seperti pada kolera dengan tinja yang

disertai darah dan lendir. Selain itu, juga disertai sakit kepala, mual, muntah, nyeri

perut dan kadang-kadang panas.

2.2.2 Kedua, Shigella sp. Merupakan bakteri penyebab utama disentri basiler, suatu penyakit

dengan gejala disentri yaitu nyeri perut hebat, berak yang sering, dan sakit dengan

volume tinja sedikit disertai lendir dan darah. Terdapat empat spesies yang

bertanggung jawab dalam terjadinya penyakit ini, yaitu S. dysenteriae, S. boydii, S.

flexneri, dan S. sonnei. Namun, yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah S.

dysentriae. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak bergerak, dan mampu

membentuk spora ini menginfeksi manusia dengan kemampuan mempertahankan

hidup dalam perjalanannya melawan pertahanan alami tubuh penderita serta daya

invasinya yang cukup baik. Shigella yang virulen mampu mengadakan penetrasi ke

dalam mukosa usus dan sel epitel. Selain itu, bakteri ini juga menghasilkan toksin

yang disebut shigatoxin. Shigella membawa gen toksin ke dalam kromosomnya dan

organisme yang memproduksi toksin paling tinggi menimbulkan penyakit yang lebih

berat. Toksin ini memiliki efek ganda, yaitu neurotoksik, sitotoksik, dan enterotoksik.

Semuanya berperan dalam terjadinya diare cair. Pada penyakit yang lebih berat, terjadi

gejala seperti muntaber, diare mencapai 20-40 kali sehari disertai muntah, kolaps,

dehidrasi bahkan menyebabkan kematian terutama terjadi pada anak-anak. Selain itu,

disentri basiler ini tidak menimbulkan kekebalan sehingga penderita bisa mengalami

infeksi ulang. Walaupun penderita sudah sembuh, selama 3-5 minggu bakteri dapat

ditemukan dalam feses penderita, sehingga berpotensi untuk menularkan pada orang

lain. Terlebih lagi, penularan bakteri ini sangat mudah yaitu melalui makanan atau

4

Page 5: makalah diare

minuman yang terkontaminasi. Bakteri dapat terbawa melalui jari tangan, lalat,

maupun air yang kontak dengan kotoran penderita.

2.2.3 Ketiga, Escherichia coli, bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, fakultatif anaerob,

dan tak mampu membentuk spora. Seperti kita ketahui bakteri E. coli merupakan

organisme yang normal terdapat dalam usus manusia sehingga keberadaannya bukan

merupakan masalah. Namun, beberapa strain tertentu dari bakteri ini dapat

menimbulkan penyakit seperti diare atau muntaber. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan strain ini dalam membentuk enterotoksin yang berperan dalam

pengeluaran cairan dan elektrolit. Terlebih, E. coli yang infeksi oleh bakteriofage

dapat memproduksi sejenis verotoksin yang mirip dengan shigatoksin yang dihasilkan

oleh bakteri Shigella sp. Faktor lainnya adalah kemampuan beberapa strain bakteri

dalam menginvasi sel mukosa usus. Gejala yang terjadi bebeda-beda beda, namun

secara umum gejala yang timbul mirip dengan penyakit yang ditimbulkan oleh shigella

sp. Bakteri ini juga sering menyebabkan wabah diare pada anak di rumah sakit.

2.2.4 Keempat, amoeba. Beberapa dari jenis organisme bersel satu ini kemungkinan dapat

berperan dalam terjadinya wabah diare atau bahkan muntaber. Organisme yang biasa

berperan dalam hal ini adalah Entamoeba histolytica dan Balantidium coli. Entamoeba

histolytica atau yang dikenal juga dengan Entamoeba dysentriae merupakan jenis

protozoa yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia, kucing, anjing, maupun

babi. Manusia dapat terinfeksi karena memakan kista yang terdapat dari makanan atau

minuman. Kista bahkan dapat terbawa oleh lalat maupun kecoa dan mengontaminasi

makanan maupun minuman. Apabila air untuk keperluan rumah tangga bagi

masyarakat terkontaminasi feses manusia, terutama waktu hujan di mana selokan

mampet dan sampah serta kotoran lainnya meluap kemana-mana, saat itulah biasanya

wabah dapat terjadi. Gejala klasik yang terjadi adalah sering buang air besar, tinja

sedikit yang dengan darah dan lendir dan disertai demam dan sakit perut. Dalam

keadaan akut bisa disertai sakit kepala, nausea, kram perut, dan kadang muntah.

Protozoa lainnya adalah Balantidium coli, manusia terinfeksi karena memakan kista

yang berasal dari feses penderita atau binatang yang terinfeksi. Gejalanya terkadang

tidak jelas, namun secara umum gejalanya menyerupai disentri yaitu berupa diare,

muntah, tenesmus, hilang napsu makan, nausea, lesu, dan berat badan menurun.

5

Page 6: makalah diare

2.2.5 Kelima, virus, mikroorganisme penyebab infeksi terkecil ini, di antaranya dapat

menyerang saluran pencernaan, terutama bayi. Contohnya seperti Rotavirus, virus

Norwalk, dan Calicivirus. Rotavirus adalah adalah virus penyebab utama penyakit

diare pada bayi maupun hewan muda. Namun demikian, infeksi pada orang dewasa

pun sering kali dijumpai. Virus yang termasuk ke dalam famili Reoviridae ini, dapat

menginfeksi sel-sel dalam vili usus halus. Diare yang disebabkan oleh virus ini

kemungkinan karena adanya gangguan penyerapan natrium dan absorpsi glukosa

karena adanya sel usus yang terinfeksi. Gejala khas yang dapat ditemukan adalah

diare, demam, nyeri perut, muntah-muntah sehingga terjadi dehidrasi. Pada bayi dan

anak-anak kekurangan cairan dan elektrolit dapat mematikan apabila tidak ditangani

secepat mungkin. Selain rotavirus, virus lain penyebab wabah muntaber juga bisa

diakibatkan oleh aktivitas Virus Norwalk dan Calicivirus maupun Astrovirus. Secara

umum gejala yang terjadi adalah diare yang disertai muntah-muntah sehingga

menyebabkan dehidrasi yang cukup berbahaya.

2.3 Diare dalam Parasitologi

Parasit memasuki saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar,

jenisnya adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium.

2.3.1 Entamoeba histolytica termasuk dalam kelas Rhizopoda dalam Protozoa. Ada 2 bentuk

dalam perkembangan hidupnya yaitu, bentuk tropozoit dan bentuk kista. Bentuk

tropozoit Entamoeba histolytica dibagi menjadi 2 yaitu, bentuk histolitika dan bentuk

minuta.

a. Bentuk histolitika

1) Ukuran 20-40 µm

2) Ektoplasma bening homogen pada tepi sel dan terlihat nyata

3) Endoplasma berbutir halus, tidak mengandung bakteri/sisa makanan,

mengandung sel eritrosit dan inti entamoeba

4) Berkembangbiak dengan pembelahan biner

5) Patogen pada usus besar, hati, paru-paru, otak, kulit dan vagina

b. Bentuk minuta

1) Ukuran 10-20 µm

6

Page 7: makalah diare

2) Ektoplasma tampak berbentuk pseupodium dan tidak terlihat nyata

3) Endoplasma berbutir kasar, mengandung bakteri/sisa makanan, mengandung inti

entamoeba tetapi tidak mengandung eritrosit

c. Bentuk kista

1) Ukuran 10-20 µm

2) Bentuk kista dibentuk sebagai bentuk dorman pertahanan terhadap lingkungan

3) Dinding kista dibentuk oleh hialin.

4) Pada kista muda terdapat kromatid dan vakuola

5) Kista immatur: kromosom sausage-like

6) Kista matang: 4 nukleus

Bentuk tropozoitbentuk aktif/vegetatif/proliferatifbersifat patogen

Bentuk kistabentuk infektif/dormanbentuk infektif, bukan patogen.

2.3.2 Giardia lamblia

Parasit ini ditemukan di semua negara di dunia. Penularan dimulai dari menelan

parasit dalam bentuk kista. Dinding kista yang tebal akan pecah terkena asam

lambung, dan keluarlah bentuk tropozoit Bentuk tropozoit segera membelah dua, dan

bergerombol dengan parasit lain di daerah usus halus, yang kemudian mulai

menimbulkan gejala gangguan saluran cerna. Bentuk tropozoit ini mirip buah pear

yang dibelah dan mempunyai sepasang cambuk (flagella) untuk membantu bergerak

dan berenang bebas di dalam lumen usus. Bentuk tropozoit ini kontak dengan cairan

empedu, mengubah campuran makanan dan enzim pencernaan, Kemudian mulai

menembus lapisan selaput lendir usus, sambil terus membelah memperbanyak diri

sampai bertahun tahun. Bentuk tropozoit ada yang mati karena enzim pencernaan dan

ada yang berubah menjadi bentuk kista berdinding tebal dan keras. Yang ikut aliran

cairan usus, akan ikut keluar bersama kotoran,

mencemari air sungai, air danau, air selokan, atau mata air di pegunungan. Parasit G.

lamblia mencemari air permukaan, bersama-sama

1. Virus Hepatitis A, menyebabkan sakit kuning (hepatitis)

2. Kuman Salmonella menyebabkan penyakit demam tipus,

3. Kuman Campilobacter menyebabkan diare pada manusia yang tertular melalui

konsumsi daging babi, atau susu mentah.

7

Page 8: makalah diare

Sanitasi air minum perlu diperhatikan untuk menghindari penularan parasit, virus dan

kuman penyebab penyakit tersebut

1. Port d’entrée: fecal-oral

2. Morfologi

Ada 2 stadium dalam daur hidupnya:

a.Bentuk tropozoit

1) Pear shape, 9-20 μm x 5-15 μm

2) nukleus, 8 flagela

3) Aksonema, badan tengah

b.Bentuk kista

1) Ukuran 8-12 µm, 4 nukleus

2) Dinding tipis dan kuat

Sewaktu kista dibentuk, tropozoit menarik kembali flagel-flagel ke dalam

aksonema sehingga tampak sebagai 4 pasang benda sabitsisa dari flagel.

2.3.3 Cryptosporidium

Cryptosporidiosis (kriptosporidiosis), juga dikenal sebagai crypto, adalah penyakit

yang disebabkan oleh parasit Cryptosporidium, yang merupakan protozoa parasit

dalam divisi Apicomplexa. Ia akan mempengaruhi usus mamalia dan biasanya berupa

infeksi akut jangka pendek. Hal ini menyebar melalui rute fecal-oral (kotoran-mulut),

sering juga dari air yang terkontaminasi.

Infeksi cryptosporidiosis biasanya bersifat infeksi akut jangka pendek, namun dapat

menjadi parah dan sulit disembuhkan pada anak-anak dan individu dengan

immunocompromised (seperti pasien AIDS). Infeksi penyakit ini dari material yang

terkontaminasi seperti tanah, air, makanan yang tidak dimasak atau telah kontak

dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Kontak kemudian ditransfer ke

mulut dan ditelan. Hal ini terutama terjadi diantara mereka yang biasa kontak dengan

air tawar saat berenang. Tingginya resistensi oocysts Cryptosporidium terhadap

disinfektan seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka

waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi. Gejala muncul dari dua

sampai sepuluh hari setelah terinfeksi, dengan rata-rata 7 hari, dan batasnya sampai

8

Page 9: makalah diare

dua minggu, atau dalam beberapa kasus langka sampai satu bulan. Penyakit dapat

tidak bergejala atau dapat menyebabkan diare akut atau terus-menerus yang dapat

berlangsung selama beberapa minggu. Diare biasanya berair dengan lendir. Sangat

langka untuk menemukan darah atau sel darah putih dalam penyakit ini. Selain diare

berair tadi, sering ada rasa sakit atau kram perut dan demam ringan. Gejala lainnya

termasuk mual, muntah, malabsorption (rendahnya penyerapan nutrisi oleh usus) dan

dehidrasi. Anorexia dapat terjadi, seperti kehilangan berat badan. Orang-orang yang

mengalami asymptomatic (tidak memiliki gejala), penyakit ini tetap infective (bisa

menularkan).

2.4 Diare Ditinjau dalam Patologi

2.4.1 Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapafaktor, yaitu:

1. Faktor infeksi

a.Infeksi bakteri

b.Infeksi virus

2.Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah

intoleransi laktrosa.

b. Malabsorbsi protein.

c. Malabsorbsi lemak.

3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan

diare. Terutama pada anak paling besar.

9

Page 10: makalah diare

2.4.2 Patogenesis.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah

1. gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbulnya diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin). Pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare

timbul karena terdapatnya peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila periastaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

2.5 Diare Ditinjau dalam Patofisiologi

Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan

elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai

berikut :

2.5.1 Diare Osmotik

Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :

10

Page 11: makalah diare

1) Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap.

Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang

besar sekaligus.

2) Waktu pengosongan lambung yang cepat

Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan

hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk

menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami

gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik

akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus.

Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba

sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang

berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses

absorbsi intestinal.

3) Defisiensi enzim

Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang

disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida

glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus

sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur

masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan

Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang pada orang

Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat

menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa

senang minum susu.

4) Laksan osmotik

Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang

memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa karakteristik

klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:

- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara

11

Page 12: makalah diare

aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan

pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut

dengan memberikan dekstrose 5 %.

- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.

- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan)

dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.

2.5.2 Diare sekretorik

Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2

kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.

Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus

ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui

dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi

dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih

banyak dari pada aliran sekresi.

Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi

pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan

vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.

2.5.3 Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit

Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit

sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas

vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.

2.5.4 Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)

Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan

hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.

12

Page 13: makalah diare

2.5.5 Diare eksudatif

Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter,

yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi

cairan serta mukus.

2.6 Diare Ditinjau dalam Farmakologi

Diare akut adalah diare yang biasanya dimulai tiba-tiba dan berlanjut selama 5-7 hari, dapat

sembuh kembali dalam waktu relatif singkat atau kurang dari 2 minggu. Kebanyakan kasus

jinak dan sembuh sendiri, dan biasanya disebabkan oleh sumber penularan tertentu.Berbagai

jenis obat, iskemia usus dan penyakit peradangan usus (colitis ulseratif atau penyakit crohn)

juga dapat menimbulkan diare akut.

Diare Kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu dapat ditimbulkan oleh

faktor-faktor yang sama denganpenyebab diare akut . Tapi kebanyakan viral dan bakteri

infeksius tidak bertahan selama itu. Karena penyebab diare kronis tergolong jinak, maka

dibutuhkan evaluasi yang lengkap.

Obat antidiare

2.6.1. AMEROL

Indikasi : Diare akut dan kronik

Dosis : Dewasa awal 2 tab kmd 1 tab setiap habis defekasi.Maksimal 8 tab / hari.

Anak > 8 tahun awal 1 tab kmd sesuai kebutuhan. Maksimal 4-6 tab / hari.

Anak < 8 tahun 0.08 mg /kg BB/ hari.

Kontra Indikasi : Bayi

Efek samping : Nyeri perut, megakolon toksik, mulut kering, pusing, lelah, ruam kulit.

2.6.2. ANDIKAP

Indikasi : Pengobatan diare , non spesifik

Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun 2 kapsul setiap habis defekasi, maksimal

12 kapsul / hari. Anak 6-12 tahun 1 kapsul setiap habis defekasi,

maksimal 6 kapsul / hari.

13

Page 14: makalah diare

Kontra Indikasi : Konstipasi, obstruksi usus

Efek samping : Konstipasi, obstruksi usus

2.6.3. BEKARBON

Indikasi : Diare, kembung

Dosis : Dewasa 3-4 tab, anak 1-2 tab.Diberikan 3x /hari

Efek samping : Muntah, konstipasi, feses hitam

2.6.4. BIODIAR

Indikasi : Terapi simptomatik untuk diare non spesifik

Dosis : Dewasa 2 tab setelah buang air besar pertama kali, 2 tab tiap kali setelah

buang air besar berikutnya. Maksimal 12 tab/hari.

Anak 6-12 tahun ½ dosis dewasa.Maksimal 6 tab / hari.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap atapulgit.Demam tinggi.Stenosissal cerna.

2.6.5. COLIDIUM

Indikasi : Lihat dosis

Dosis : Diare akut Dewasa awal 2 tab.Diikuti 1 tab setiap BAB.

Diare kronik awal sama seperti diare akut.Diberikan sampai didapatkan 1-2 fesesnya padat/

hari. Maksimal 8 tab / hari.

Kontra Indikasi : Hindari inhibisi peristaltik.Gangguan fungsi hati.Anak < 12 tahun.

Efek samping : Mulut kering, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi

2.6.6. DIADIUM

Indikasi : Lihat dosis

Dosi Diare akut awal 2 tab. Diikuti dengan 1 tiap kali BAB.

Diare kronik awal seperti pada diare akut.Maksimal : 8 tab / hari

Kontra Indikasi : Bila tindakan menghambat peristaltik merupakan kontra indikasi.

Efek samping : Mulut kering, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi.

2.6.7. DIAEND

Indikasi : Terapi simtomik untuk diare non spesifik.

Dosis Dewasa dan Anak > 12 tahun 2 tab tiap x sesudah BAB. Maksimal 12 tab/ 24 jam.

Anak 5-12 tahun 1tab tiap x sesudah BAB. Maksimal : 6 tab / 24 jam

Kontra Indikasi : Obstruksi usus, konstipasi.

Efek samping : Konstipasi dan impaksi feses (dosis benar)

14

Page 15: makalah diare

2.6.8. DIAGIT

Indikasi : pengobatan simptomatik pada diare non spesifik

Dosis Dewasa dan anak >12 tahun awal 2 tab, diikuti 2 tab/diare, maksimal 12 tab/hr. Anak 6-12

tahun awal 1 tab, kmd 1tab/diare, maksimal 6tab/hr.

Kontra Indikasi : Stenosis saluran cerna.

Efek Samping : Konstipasi atau fekolit (dosis besar)

2.6.9. DIAPET

Indikasi : Diare non-spesifik

Dosis : Dewasa dan anak 2 kaps 2x/hari. Diare akut 2 kaps 2x/hari dgn interval 1

jam.

2.6.10. DIASEC

Indikas : Mengendalikan dan meredakan gejala diare akut non-spesifik dan diare

kronik yang berhubungan dengan penyakit infeksi usus besar.

Dosis : Diare akut Dewasa Awal 2 tab. Anak > 5 tahun Awal 1 tab. Diikuti

dengan 1 tab tiap x setelah BAB.

Diare kronik dewasa awal 2 tab/ hari.

Kontra Indikasi : Kondisi dimana peristaltik tidak boleh dihambat.

Efek samping : Mulut kering, pusing, sakit kepala, mual, gangguan lambung, ruam kulit,

dan frekuensi BAB meningkat.

2.6.11. DIASTRON

Indikasi : Diare akut yang tidak diketahui penyebabnya dan diare kronik

Dosis : Diare akut, Dewasa awal 2 kapsul, kemudian 1 kapsul tiap x

diare.Maksimal: 8 kapsul/ hari.

Diare kronik Dewasa awal 2 kapsul, diikuti 1 klinis sesudah penggunaan 48 jam, hentikan

terapi segera.

Kontra Indikasi : Kolitis akut.Keadaan dimana konstipsi harus

dihindari.Hipersensititas.Anak < 12 tahun.

Efek samping : Kembung, konstipasi, mual, muntah, nyeri abdomen, Reaksi

hipersensititas, termasuk kemerahan pada kulit, letih, mengantuk,

pusing, megakolon toksik.

15

Page 16: makalah diare

2.6.12. ENTROGARD

Indikasi : Diare non-spesifik

Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun 2 tab setelah diare pertama,2 tab/diare

berikutnya. Maksimal 12 tab/hari.

Anak 6-12 tahun 1 tab setelah diare pertama, kemudian 1 tab/diare.maksimal:6 tab/hari.

Kontra Indikasi : Konstipasi, obstruksi usus.

Efek samping : Konstipasi, impaksi feses.

2.6.13. FUZIDE

Indikasi : Diare kronik kuman E coli dan Staph, kolopati spesifik dan non spesifik

pada dewasa dan anak.

Dosis : Dewasa 1-2 sdtm3x/hari. Anak dan bayi >6 bulan 1 sdt 3x/hari.<6 bulan

1 sdt 2x/hari.

Kontra Indikasi : Gangguan fungsi hati atau ginjal

Efek samping : Neurotoksisitas, nyeri abdoment, diare, pigmen hijau pada lidah,urin, dan

feses.Penurunan jumlah mikroflora dalam saluran GL.

2.6.14. IMODIUM

Indikasi : Diare akut dan kronik

Dosis : Diare akut dosis aqal 2 tab.Dianjurkan dengan 1 tab tiap diare .

Diare kronik dosis awal seperti diare akut. Tambahkan 1-2 dosis s/d feses keras. Maksimal:8

tab/hr

Kontra indikasi : Inhibisi peristaltik gangguan fungsi hati. anak <12 tahun

Efek samping : Mulut kering, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi

2.6.15. IMOSA

Indikasi : Diare non spesifik akut dan kronis

Dosis : Diare akut awal 4 mg, kemudian 1 tab/diare.

Diare kronik awal 2 tab. maks :16mg/hari. hentikan bila tak ada perbaikan setelah 48 jam.

Kontra Indikasi : Anak < 12 tahun. konstipasi yang harus dihindari

Efek Samping : Nyeri abdomen, mulut kering, pusing, megakolon toksin, ruam kulit

2.6.16. INAMID

Indikasi : Terapi simptomatik diare non spasifik yang akut dan kronis

Dosis : Dewasa 1-2 tab/hr

16

Page 17: makalah diare

Kontra indikasi : Kasus dimana konstipasi harus dihindari. hipersensitif

Efek Samping : Mulut kering, konstipasi, mual, muntah.

17. XEPARE

Indikasi : pengobatan simtomatik untuk diare akut dan kronik non-spesifik

Dosis : Diare akut dewasa awal 2 tab. Anak > 5 tahun awal 1 tab. Selanjutnya 1

tab tiap habis BAB. Diare kronik dewasa Awal 2 tab/hari, maks : 8

tab/hari. Anak >5 tahun 1tab/hari, maks: 4-6 tab/hari

Kontra Indikasi : Bayi

Efek Samping : Mulut kering, lemas, ruam mulut, nyeri perut, megaklon toksis.

17

Page 18: makalah diare

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diare adalah peningkatan jumlah feces dan keluarnya feces cair, tidak berbentuk ( Potter &

Perry, 2005). Kondisi ini disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya perubahan diet, toleransi

makanan, seperti laktosa, gangguan inflamasi pada usus, karena mengkonsumsi obat, seperti anti

biotic, kandungan magnesium dalam antacid, infeksi bakteri (keracunan obat) atau infeksi virus

(rotavirus pada anak-anak).

18

Page 19: makalah diare

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Prof. Dr. Adhi. 2008. Petunjuk Konsultasi. Edisi 8. 2008 : PT. Info Master.

Herman, Adam. Gastroenterologi. M. Rachman dan M.T Dardjat. Segi-segi Praktis Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2002; 119-124,129.

\

Jawetz, dkk. Amoeba Usus. dr. Dripa Sjabana. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba

Medica 2005; 374-378.

Kadri, N, dkk. Gastroenterologi. Ruspeno Hassan dan Husein Alatas. Buku Kuliah 1 Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta 1985; 286,306-311.

Skach, Daley, dan Forsmark. 1996. Penuntun Terapi Medis. Jakarta : EGC

Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : F.K.U.I Press

http//; Matakebajikan.blogspot.com/2009/05/tugas-patologi-masih-sangat-harus.html

http//:ackogtg.wordpress.com/2009/04/03/grastitis-ulkus-peptikum-diare

19