51
‘CASE PASIEN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI Nama Mahasiswa : Mayo Yapri TandaTangan: NIM : 030.06.161 Dokter Pembimbing : dr. Mas Wishnuwardana Sp.A I. IDENTITAS Data Pasien Ayah Ibu Nama An. I Tn. A Ny. R Tanggal Lahir / Umur 4 Bulan 35 tahun 34 tahun Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Alamat Kp.Tambun Kel. Samudra Jaya Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi Agama Islam Islam Islam Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda Pendidikan - SLTA SD Pekerjaan - Buruh Ibu Rumah Tangga Penghasilan - - - Diare Akut Page 1

Case Diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus diare anak

Citation preview

Page 1: Case Diare

‘CASE PASIEN BAGIAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

Nama Mahasiswa : Mayo Yapri TandaTangan:

NIM : 030.06.161

Dokter Pembimbing : dr. Mas Wishnuwardana Sp.A

I. IDENTITAS

Data Pasien Ayah Ibu

Nama An. I Tn. A Ny. R

Tanggal Lahir /

Umur4 Bulan 35 tahun 34 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

Alamat Kp.Tambun Kel. Samudra Jaya Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi

Agama Islam Islam Islam

Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda

Pendidikan - SLTA SD

Pekerjaan - Buruh Ibu Rumah Tangga

Penghasilan - - -

Keterangan

Hubungan dg

orangtua anak

kandung

- -

II. RIWAYAT PENYAKIT

Diare Akut Page 1

Page 2: Case Diare

Anamnesis : Alloanamnesis dengan ibu pasien tgl 30 Januari 2013

Keluhan Utama : Mencret sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan : Mual, muntah, demam dan batuk

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret. Mencret lebih dari 10x sehari,

kurang lebih setengah gelas belimbing setiap mencret, konsistensi cair dan terdapat

ampas berwarna kekuningan dan lendir, terdapat darah di sangkal. Sebelum mencret

penderita juga mengalami muntah 4x sebanyak kurang lebih setengah gelas belimbing

tiap muntah. muntah terutama setelah makan minum dan muntah berisikan makanan dan

cairan. OS rewel dan terus menangis disertai tambah sering menetek dengan minum

sangat bernafsu (seperti kehausan). Menurut Ibu OS, anaknya juga mengalami demam

sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam terus menerus dan muncul mendadak.

Riwayat kejang disangkal. Penderita masih bisa BAK dengan lancar. Gejala mimisan

atau gusi berdarah disangkal. Ibu os mengatakan terdapat batuk yang muncul 1 hari

sebelum masuk rumah sakit.

Sehari-hari menurut ibu OS satu keluarga biasa meminum air yang berasal dari air

sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air sumur yang

sama. Botol susu biasanya hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan air

mendidih.

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam

Berdarah- Kejang - Darah -

Diare Akut Page 2

Page 3: Case Diare

Demam

Thypoid- Kecelakaan - Radang paru -

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi - Lainnya -

Kesan :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya

Riwayat Penyakit Pada Anggota Keluarga Lain / Orang Lain Serumah

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang serupa dengan pasien.

Kedua orangtua pasien tidak ada riwayat darah tinggi dan kencing manis

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ada

Perawatan antenatalSering periksa ke bidan tiap

bulan, vaksin TT(+)

KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah bersalin

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Spontan/normal

Masa gestasi Cukup bulan (38 minggu)

Keadaan bayi

Berat lahir : 3000 gram

Lingkar kepala : tidak tahu

Langsung menangis (+)

Kulit kemerahan

Diare Akut Page 3

Page 4: Case Diare

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan normal

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Pertumbuhan gigi I : - (Normal: 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap : - (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : - (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : - (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : - (Normal: 13 bulan)

Bicara : - (Normal: 9-12 bulan)

Baca dan Tulis : -

V. RIWAYAT MAKANAN

- Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun semenjak lahir

hingga sekarang.

- Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia.

a. Riwayat perkembangan

VI. RIWAYAT IMUNISASI

Jenis imunisasiUmurBulan

0 1 2 3 4Hepatitis B v v DPT v BCG v vPolio v Campak Hepatitis A MMR

Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap

VII. RIWAYAT KELUARGA

Diare Akut Page 4

Page 5: Case Diare

Corak Reproduksi

No Tanggal

lahir (umur)

Jenis

kelamin

Hidup Lahir

Mati

Abortus Mati

(sebab)

Keterangan

kesehatan

1. 12 tahun Laki-Laki + - - - Sehat

2. 8 Tahun Perempuan + - - - Sehat

3. 4 Bulan

(pasien)

Perempuan + - - - Sakit

VIII. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI LINGKUNGAN

Pasien tinggal bersama ayah, ibu serta kakaknya di sebuah rumah tinggal milik

sendiri dengan dua kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai

keramik, berdinding tembok, terletak di jalan gang yang padat penduduk dan agak

kumuh. Keadaan rumah sempit, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air

bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan

pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.

Kesan :

Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien kurang baik yang memungkinkan pasien

menderita penyakit.

IX. PEMERIKSAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 30 Januari 2013

Keadaan Umum : tampak lemah

Tanda Vital

Kesadaran : kompos mentis

Nadi : 156 x / menit

Pernafasan : 38x / menit, reguler

Suhu Tubuh : 37,9⁰C

Data Antropometri

Berat Badan : 6 kg

Tinggi Badan : 70cm

Status Gizi

BB/U = (17 kg/18 kg) x 100 % = 94 % gizi baik (80-120 %)

TB/U= (112 cm/109 cm) x 100 % = 102 % tinggi normal (90-110%)

Diare Akut Page 5

Page 6: Case Diare

BB/TB= (17 kg/ 17,5 kg) x 100% = 97,1 % normal (90-110%)

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien

baik

Kepala

Bentuk : Normocephali, ubun-ubun cekung (+)

Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.

Mata : Pupil isokor, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), sklera tidak

Ikterik, konjungtiva tidak anemis

Telinga : Normotia, membrane timpani intak, serumen -/-, darah -/-

Hidung : Bentuk normal,deviasi septum (-), sekret(-), nafas cuping

hidung -/-

Mulut : Bibir merah muda, kering, sianosis (-), trismus (-)

Leher : KGB tidak teraba membesar

Kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Thoraks :

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi ICS (-)

Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus sulit dinilai

Perkusi : Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Cor : BJ I & II normal, murmur -, gallop –

Abdomen :

Inspeksi : Perut tampak datar .

Auskultasi : Bising usus meningkat

Palpasi :Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit menurun

Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-).

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik,

edema -/-

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan H2TL pertama kali pada tanggal 27 Januari 2013

Diare Akut Page 6

Page 7: Case Diare

XI.

RESUME

Anak B, 4 bulan, BB 6 kg, datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari SMRS. Selain

itu pasien mengeluh adanya mual, muntah, penurunan nafsu makan,demam, lemas.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampah lemah, suhu 37,9 ⁰C, ubun-

ubun cekung, bibir terlihat kering. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HB

11,2 g/dl, HT 31,3 %.

XII. DIAGNOSIS KERJA

Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang ec Infeksi virus

XIII. DIAGNOSIS BANDING

Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang ec Infeksi bakteri

XIV. PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan Darah dan Elektrolit

Pemeriksaan Feses

XV. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa

- Tirah baring

- Kebutuhan cairan terpenuhi

- Edukasi kepada orangtua agar menjaga kesehatan lingkungan

Medikamentosa

- IVFD 2 jalur :

Diare Akut Page 7

JENIS PEMERIKSAAN HASIL

PEMERIKSAAN

NILAI NORMAL

Hematologi

Hemoglobin 11,2 g/dL 13-16 g/Dl

Hematokrit 31,3 % 40 – 48 %

Lekosit 9,8 rb /uL 5-10 rb/ul

Trombosit 298 rb/uL 150-400 rb/Ul

Page 8: Case Diare

Kaen 3B 16 tpm (mikro)

RL 60ml 5 tpm (mikro)

- Lacto B 2 x ½ sachet

- Sanmol drip 75mg (jika suhu > 38oC)

- Zinkid Sirup 1 x 1cth

XVI. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanasionam : ad bonam

Diare Akut Page 8

Page 9: Case Diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT PADA ANAK

2.1. Definisi

Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang

frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan berlangsung

kurang dari 7 hari.

2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia sebesar 6

juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian tersebut terjadi di

negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas

pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian

setiap tahunnya. (Parashar,2003).

Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode per

tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-2003,

prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki

10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11

bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).

Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang telah turun

dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di Indonesia angka

kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10%

tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian

karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di

negara berkembang.

Diare Akut Page 9

Page 10: Case Diare

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara

berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB

(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

2.3 Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama

diare)

Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,

aeromonas, dan sebagainya

Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain

Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia lamblia,

tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)

b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media Akut),

tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya (sering terjadi

pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)

2. Faktor Malabsorpsi

a. Malabsorbsi karbohidrat

Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa

Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan

Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan

4. Lain-lain

a. Imunodefisiensi

b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)

c. Faktor-faktor langsung:

KKP (Kurang Kalori Protein)

Kesehatan pribadi dan lingkungan

Sosioekonomi

Diare Akut Page 10

Page 11: Case Diare

2.4 Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,

sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.

- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh

usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus

meningkat yang akan menarik cairan.

- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan

cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.

- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol

otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus serta

hipertiroid.

Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:

1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan

malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.

2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg spesifik yang

menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal sehingga menyebabkan

gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui

makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus

halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi

mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan

meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul

diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan

pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis

terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh

virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa

usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke

dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat

menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Diare Akut Page 11

Page 12: Case Diare

2.5 Manifestasi kinis

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian

timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan

karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi

dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat

timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau

akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi

mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi),

selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi

renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan

tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang

cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak

pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).

2.6. Komplikasi Diare

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan cairan (dehidrasi)

Klasifikasi:

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda

berikut ini:

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

DEHIDRASI BERAT

Diare Akut Page 12

Page 13: Case Diare

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan kulit perut kembalinya

sangat lambat

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda

berikut ini:

Gelisah, rewel/mudah masalah

Mata cekung

Cubitan kulit perut kembalinya

lambat

DEHIDRASI

RINGAN/SEDANG

Tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau

ringan/sedang

TANPA DEHIDRASI

Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)

Metabolik asidosis terjadi karena :

a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

Diare Akut Page 13

Page 14: Case Diare

b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga

benda keton tertimbun dalam tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

oleh ginjal.

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan, pernapasan

bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull. Pernapasan ini merupakan

homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.

3. Hipoglikemia

Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering

terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena :

a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu

b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.

Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%

pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa: lemas, apatis, peka

rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.

4. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya

penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan

bertambah berat.

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena

adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah

berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia

Diare Akut Page 14

Page 15: Case Diare

dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan di otak yang

menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita

dapat meninggal.

2.7. Kriteria Diagnosis

a. Anamnesis

Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi tinja,

lendir dan atau darah dalam tinja

Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,

demam, sesak, kejang, kembung

Jumlah cairan yang masuk selama diare

Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan

yang tidak biasa

Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum

b. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital

Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,

turgor kulit abdomen menurun

Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu, dan

lidah

Berat badan

Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan

dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau

hipernatremia)

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:

Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)

Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan

Keadaan umum baik, sadar

Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut

dan bibir basah

Diare Akut Page 15

Page 16: Case Diare

Turgor abdomen baik, bising usus normal

Akral hangat

Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan

Keadaan umum gelisah atau cengeng

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa

mulut dan bibir sedikit kering

Turgor kurang, akral hangat

Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda

tambahan

Keadaan umum lemah, letargi, atau koma

Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa

mulut dan bibir sangat kering

Turgor sangat kurang dan akral dingin

c. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,

hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak

diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi

berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi

saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada saat diare

akut :

Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan

kepekaan terhadap antibiotika.

Feses :

PH asam diare osmotic

Leukosit > 5 / LPB disentri

Diare Akut Page 16

Page 17: Case Diare

Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:

- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau

- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

2.8. Pengobatan Diare

Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:

a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah terjadinya

dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak

dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila

tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan

diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke petugas

kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu

Diare Akut Page 17

Page 18: Case Diare

dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena

dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Pemberian ASI / makanan

Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya

berat badan.

d. Pemberian Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90 macam

enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim superoksida

dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal bebas superoksida

sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses inflamasi, kadar

radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jenis jaringan

termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).

Zinc  yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak

menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam

proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan

mendatang.

Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare

karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang anak

menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta menurunkan

kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.

Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk

membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun

diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek di

Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc dalam

bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.

Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :

Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari

selama sepuluh hari berturut-turut.

Diare Akut Page 18

Page 19: Case Diare

Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama

sepuluh hari berturut-turut.

Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam sendok

teh.

Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit

Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti sebelum

10 hari)

Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi tablet

zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali hingga satu

dosis penuh.

Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet zinc

segera setelah anak dapat minum atau makan.

e. Pemberian Probiotik

Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang

tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan sesuai

indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi

kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran

cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui

reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik

dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan

oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang

disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated

diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada

anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam

pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya

diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2 kali.

Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan

lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen,

Diare Akut Page 19

Page 20: Case Diare

kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor

toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.

Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan sebagai

suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria (LAB).

Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang berfungsi

menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri

patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada awal

abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk menguji

kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung probiotik sebagai

suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama banyak dilihat dari

aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan infeksi.

Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling banyak

dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat

mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,

meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.

Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis yang

dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen Lactobacillus

mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95% CI) dengan level

of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi rotavirus,

yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.

f. Pemberian Antibiotik

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena

pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian

kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada

anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi

terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau

pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau

menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti

Diare Akut Page 20

Page 21: Case Diare

motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga

terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.

Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:

Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5

mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari

Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone

mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.

Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat),

Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5

hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

g. Mengobati masalah lain

Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan diare. Anti

diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya guna,

sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.

h. Pemberian nasehat

Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya kepada

petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut:

Buang air besar cair lebih sering

Muntah berulang-ulang

Rasa haus yang nyata

Makan atau minum sedikit

Demam

Tinja berdarah

DIARE TANPA DEHIDRASI

- Cairan rehidrasi oralit diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan

usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200

ml, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai

kemauan anak. ASI harus tetap diberikan.

Diare Akut Page 21

Page 22: Case Diare

- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau

minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar deberikan sebanyak 75 ml/kgBB dalam 3

jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10

ml/kgBB setiap diare cair

- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum

walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa

nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau

NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi

dievaluasi secara berkala.

- Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari

- Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari

- Berat badan > 15 kg: 135 ml/kgBB/hari

- Pasien dipantau selama proses rehidrasi sambil memberikan edukasi kepada orangtua

DIARE DENGAN DEHIDRASI BERAT

- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100

ml/kgBB, dengan cara pemberian:

- Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan70

ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya

- Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB

dalam 2,5 jam berikutnya

- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum dimulai

dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi

Diare Akut Page 22

Page 23: Case Diare

Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi

Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk

mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda

dehidrasi dapat terjadi. (1)

Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak

lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus

memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka harus juga tahu apa

tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah

tersebut dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A.

Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah

dehidrasi

Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga

diberikan air bersih yang matang.

Komposisi larutan oralit baru :

Natrium klorida 2,6 gram/liter

Glukosa 13,5 gram/liter

Kalium klorida 1,5 gram/liter

Trisodium sitrat 2,9 gram/liter

Komposisi larutan oralit lama :

Natrium klorida 3,5 gram/liter

Glukosa 20 gram/liter

Kalium klorida 1,5 gram/liter

Trisodium sitrat 2,55 gram/liter

Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam

(NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi cairan oralit.

Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti minuman

youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam (kurang

lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus buah-buahan

yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.

Diare Akut Page 23

Page 24: Case Diare

Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1 sendok teh

penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun tidak dianjurkan karena

seringkali lupa resepnya.

Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus buah-buahan yang manis.

Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan

karena bersifat diuretik.

Umur (tahun) Jumlah Cairan Yang Harus

Diberikan

<> 50-100 ml cairan

2-10 100-200 ml

> 10 > 200 atau sebanyak yang mereka mau

Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 –14 hari

Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan

terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat keparahan

episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari,

zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki episode baru diare

dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang. (1)

Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk memberikan

zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran seperti ini.

Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi

Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya.

Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan. pemberian

ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya nutrisipada

anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu makan mereka

setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu

makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan

secara normal sesegera mungkin.

Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung

pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus

normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada

Diare Akut Page 24

Page 25: Case Diare

anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan berat

badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus.

Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang

diperlukan oleh anak-anak yang sehat.

o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan

selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus didukung.

o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula) sekurang-

kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.

o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI lebih

banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain harus

diturunkan.

Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi

sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut

belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare berhenti.

Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti pisang,

air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.

Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi kecil

yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare berhenti, dapat

terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan

daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi,

makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal-untuk-height.

Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah

lainnya

Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

• Buang air besar cair sering terjadi

• Muntah berulang-ulang

• Sangat haus

• Makan atau minum sedikit

• Demam

• Tinja Berdarah

• Anak tidak membaik dalam tiga hari.

Diare Akut Page 25

Page 26: Case Diare

Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO 2005

menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.

2.3.2 Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-

sedang

Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan jumlah larutan yang tepat.

Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka

penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel 2.5.

Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama

Usiaa <> 4 – 11

bulan

12 – 23

bulan

2 – 4

tahun

5 – 14

tahun

> 15 tahun

Berat

Badan

<> 5–7.9 kg 8-10.9 kg 11-15.9kg 16-29.9kg > 30 kg

Jumlah

(ml)

200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

a Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasien

Tabel 2.5 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi Sedang

• Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.

• Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.

• Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit WHO yang

lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air bersih selama

periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah yang baru

mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih.

Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini terjadi,

hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri

diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan

Rencana Terapi A.

Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan pada

anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi

dapat digunakan pipet atau syringe. Untuk anak <>(1)

Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai sesuai

Rencana Terapi C.

Diare Akut Page 26

Page 27: Case Diare

Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa, teruskan

terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama dimulai

pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana Terapi A, dan

terus menilai kembali anak.

Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap. Bila

rehidrasi adalah lengkap:

Turgor kulit normal

Tidak haus

Urin

Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.

Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan makanan

seperti pada Rencana Terapi A.

Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul

kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit osmolaritas

rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat berkurang menjadi 3%,

atau kurang.

Penyebab kegagalan tersering ialah:

Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada beberapa

anak-anak dengan kolera

Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan

Sering terjadi muntah-muntah yang parah.

Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau

larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di rumah sakit.

Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera

setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi.

Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama periode

rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih dari empat jam harus

diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua anak

yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu untuk

menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare.

Diare Akut Page 27

Page 28: Case Diare

Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI 1999 ialah

adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan adanya perbedaan untuk

menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia. Pedoman yang dipakai

Depkes RI 1999 ialah :

2.3.3 Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat

Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat,

mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit. Panduan untuk

rehidrasi intravena diberikan dalam tabel 2.7.

Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara

peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua anak

harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam

(untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan

potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.

Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan i.v

dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin bila ringer laktat

tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:

Tabel 2.7 Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat(1)

Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.

Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat tetesan

intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel

Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.

Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba kuat.

Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa

hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat.

Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:

o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan dalam

Rencana terapi C.

o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi

sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana

ditetapkan dalam Rencana terapi B.

Diare Akut Page 28

Page 29: Case Diare

o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak

membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.

Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu dekat

(yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat

minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk memberikannya

kepada anaknya selama perjalanan.

Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat

memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB

/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus

diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.

Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit harus

diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml /

kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini, maka

memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah mereda.

Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit setiap

jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera dibawa ke

fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.

Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam jam

dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk terapi IV

yang diberikan.

Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak harus segera

dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.

Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan pedoman

penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.

RENCANA TERAPI A

UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH

PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

Diare Akut Page 29

Page 30: Case Diare

Diare Akut Page 30

Page 31: Case Diare

Diare Akut Page 31

Page 32: Case Diare

RENCANA TERAPI B

UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

RENCANA TERAPI C

Diare Akut Page 32

Page 33: Case Diare

UNTUK DEHIDRASI BERAT

Diare Akut Page 33

Page 34: Case Diare

2.9. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare

Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak, mengajari

pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan membantu usaha mereka

untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare yang benar:

Menilai status gizi

Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare

Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak lanjutnya.

Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.

Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi diperbolehkan

sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk menambah larutan

oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul dehidrasi maka pemberian susu

harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak

bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di

teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih

harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi

makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di lanjutkan lagi. Paling

tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau

lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.

Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam

penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5 hari

dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi penyakit

diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan respon

imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan

menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi defekasi secara

drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok

kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok

probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok

probiotik.

2.10. Pencegahan Diare

Diare Akut Page 34

Page 35: Case Diare

Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan pemberian

makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko

kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi

yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan

resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.

Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan

meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan

perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan

imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:

1. Pemberian ASI

2. Perbaikan makanan pendamping ASI

3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

4. Cuci tangan

5. Penggunaan jamban

6. Pembuangan tinja bayi yang aman

7. Imunisasi campak.

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,

termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang

bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.

Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-cara

mengurangi penularan.

DAFTAR PUSTAKA

Diare Akut Page 35

Page 36: Case Diare

1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International Edition.

Saunders 2004. p 1239-1241

2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare . Jakarta:

Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009

3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 September 2010

www.depkes.go.id

4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi.

Edisi 3. Bandung : 2005

5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK.

Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001

6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan Dokter

Anak Indonesia. 2004

7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta

8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Diare Akut Page 36