22
1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada pria usia kurang dari 19 tahun (Romauli,2009). Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan remaja (Kumalasari, 2012). Pernikahan usia dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati, 2008). Didalam Undang-Undang Perkawinan terdapat beberapa pasal diantaranya pada pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal 2 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (YPAN, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

  • Upload
    doanh

  • View
    241

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

1

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda

a. Pengertian

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada

wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada pria usia kurang dari

19 tahun (Romauli,2009).

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh

sepasang laki-laki dan perempuan remaja (Kumalasari, 2012).

Pernikahan usia dini yaitu merupakan intitusi agung untuk

mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan

keluarga (Lutfiati, 2008). Didalam Undang-Undang Perkawinan

terdapat beberapa pasal diantaranya pada pasal 1 menyatakan bahwa

perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau

rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa. Pada pasal 2 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan

kepercayaannya itu, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku (YPAN, 2008).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

2

2

b. Faktor-faktor yang mendorong untuk melangsungkan perkawinan usia

muda (R. Muhammad, 2011) adalah

1. Faktor ekonomi

Orang tua mengawinkan anaknya karena keadaan ekonomi

keluarga yang kurang, sehingga untuk meringankan beban

orang tua, mereka dikawinkan dengan orang yang dianggap

mampu.

2. Faktor kemauan sendiri

Pasangan usia muda merasa sudah saling mencintai dan

adanya pengaruh media, sehingga mereka terpengaruh untuk

melakukan pernikahan usia muda.

3. Faktor pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan

orang tua, anak, dan masyarakat akan pentingnya pendidikan,

makna serta tujuan perkawinan sehingga menyebabkan

terjadinya perkawinan usia muda.

4. Faktor keluarga

Kekhawatiran orang tua akan anaknya yang sudah mempunyai

pacar yang sudah sangat dekat, membuat orang tua ingin

segera mengawinkan anaknya meskipun masih dibawah umur.

Hal ini merupakan hal yang sudah turun-temurun. Sebuah

keluarga tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya

menikah.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

3

3

c. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda menurut

(Romauli, 2009) adalah

1. Tingkat pendidikan

Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya

perkawinan usia muda

2. Sikap dan hubungan dengan orang tua

Perkawinan ini dapat berlangsung karena adanya kepatuhan atau

menentang dari remaja terhadap orang tuanya.

3. Sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan

Misalnya kesulitan ekonomi

4. Pandangan dan kepercayaan

Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercayaan yang

salah

Misalnya kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan,

status janda lebih baik dari pada perawan tua.

5. Faktor masyarakat

Lingkungan dan adat istiadat adanya anggapan jika anak gadis

belum menikah dianggap sebagai aib keluarga.

d. Menurut (Noorkasiani, 2009) faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perkawinan usia muda di Indonesia adalah

1. Faktor individu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

4

4

a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.

Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula

berlangsungnya perkawinan sehingga mendorong terjadinya

perkawinan pada usia muda.

b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah

tingkat pendidikan, makin mendorong berlangsungnya

perkawinan usia muda.

c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Perkawinan usia muda

dapat berlangsung karena adanya sikap patuh dan atau

menentang yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua.

Hubungan dengan orang tua menentukan terjadinya

perkawinan usia muda. Dalam kehidupan sehari-hari sering

ditemukan perkawinan remaja karena ingin melepaskan diri

dari pengaruh lingkungan orang tua.

d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang

dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan

perkawinan yang berlangsung dalam usia sangat muda,

diantaranya disebabkan karena remaja menginginkan status

ekonomi yang lebih tinggi.

2. Faktor keluarga

Peran orang tua dalam menentukan perkawinan anak-anak mereka

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

a. Sosial ekonomi keluarga

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

5

5

Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai

keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan

tersebut akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung

jawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami

atau keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja di

keluarga, yaitu menantu yang dengan sukarela membantu

keluarga istrinya.

b. Tingkat pendidikan keluarga

Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering

ditemukan perkawinan diusia muda. Peran tingkat pendidikan

berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang

kehidupan berkeluarga.

c. Kepercayaan dan atau adat istiadat yang berlaku dalam

keluarga

Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga

juga menentukan terjadinya perkawinan diusia muda. Sering

ditemukan orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia

yang sangat muda karena keinginan untuk meningkatkan status

sosial keluarga, mempererat hubungan antar keluarga, dan atau

untuk menjaga garis keturunan keluarga.

d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi

masalah remaja

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

6

6

Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau

mengatasi masalah remaja, (misal : anak gadisnya melakukan

perbuatan zina), anak gadis tersebut dinikahkan sebagai jalan

keluarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa malu

atau rasa bersalah.

3. Faktor masyarakat lingkungan

a. Adat istiadat

Terdapat anggapan di berbagai daerah di Indonesia bahwa anak

gadis yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akan

dipandang “aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk

mengatasi hal tersebut ialah menikahkan anak gadis yang

dimilikinya secepat mungkin sehingga mendorong terjadinya

perkawinan usia muda.

b. Pandangan dan kepercayaan

Pandangan dan kepercayaan yang salah pada masyarakat dapat

pula mendorong terjadinya perkawinan di usia muda. Contoh

pandangan yang salah dan dipercayai oleh masyarakat, yaitu

anggapan bahwa kedewasaan seseorang dinilai dari status

perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua dan

kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan

perkawinan. Interpretasi yang salah terhadap ajaran agama juga

dapat menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda, misalnya

sebagian besar masyarakat juga pemuka agama menganggap

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

7

7

bahwa akil baliq ialah ketika seorang anak mendapatkan haid

pertama, berarti anak wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal

akil baliq sesungguhnya terjadi setelah seorang anak wanita

melampaui masa remaja.

c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan

Sering ditemukan perkawinan usia muda karena beberapa

pemuka masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau

kekuasaan yang dimilikinya, yaitu dengan mempergunakan

kedudukannya untuk kawin lagi dan lebih memilih menikahi

wanita yang masih muda, bukan dengan wanita yang telah

berusia lanjut.

d. Tingkat pendidikan masyarakat

Perkawinan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat

pendidikan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang

tingkat pendidikannya amat rendah cenderung mengawinkan

anaknya dalam usia yang masih muda

e. Tingkat ekonomi masyarakat

Masyarakat yang tingkat ekonominya kurang memuaskan,

sering memilih perkawinan sebagai jalan keluar dalam

mengatasi kesulitan ekonomi.

f. Tingkat kesehatan penduduk

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

8

8

Jika suatu daerah memiliki tingkat kesehatan yang belum

memuaskan dengan masih tingginya angka kematian, sering

pula ditemukan perkawinan usia muda di daerah tersebut.

g. Perubahan nilai

Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai, yaitu

semakin bebasnya hubungan antara pria dan wanita.

h. Peraturan perundang-undangan

Peran peraturan perundang-undangan dalam perkawinan usia

muda cukup besar. Jika peraturan perundang-undangan masih

membenarkan perkawinan usia muda, akan terus ditemukan

perkawinan usia muda.

e. Alasan pernikahan usia muda (Kumalasari, 2012)

1. Faktor sosial budaya

Beberapa daerah di Indonesia masih menerapkan praktik kawin

muda, karena mereka menganggap anak perempuan yang terlambat

menikah merupakan aib bagi keluarga.

2. Desakan ekonomi

Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup

di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya, maka

anak perempuannya dikawinkan dengan orang yang dianggap

mampu.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

9

9

3. Tingkat pendidikan

Pendidikan yang rendah makin mendorong cepatnya pernikahan

usia muda.

4. Sulit mendapatkan pekerjaan

Banyak dari remaja yang menganggap kalau mereka menikah

muda, tidak perlu lagi mencari pekerjaan atau mengalami kesulitan

lagi dalam hal keuangan karena keuangan sudah ditanggung

suaminya.

5. Media massa

Gencarnya ekspos seks di media massa menyebabkan remaja

modern kian permisif terhadap seks.

6. Agama

Dari sudut pandang agama menikah di usia muda tidak ada

pelarangan bahkan dianggap lebih baik daripada melakukan

perzinaan.

7. Pandangan dan kepercayaan

Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercayaan yang

salah misalnya kedewasaan dinilai dari status pernikahan, status

janda dianggap lebih baik daripada perawan tua.

f. Penyebab pernikahan usia dini (Surbakti, MA, 2008) adalah

1. Pendidikan yang rendah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

10

10

Pendidikan yang rendah adalah salah satu penyebab terjadinya

pernikahan dini. Kebanyakan dari mereka kurang menyadari

bahaya yang timbul akibat pernikahan dini

2. Peraturan budaya

Faktor budaya bisa jadi merupakan salah satu penyebab pernikahan

dini. Usia layak menikah menurut budaya dikaitkan dengan

datangnya haid pertama bagi wanita. Dengan demikian banyak

remaja yang belum layak menikah, terpaksa menikah karena

desakan budaya.

3. “ Kecelakaan”

Tidak sedikit pernikahan dini disebabkan karena “kecelakaan”

yang tidak sengaja akibat pergaulan yang tidak terkontrol.

Dampaknya mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan

dengan menikah dini.

4. Keluarga cerai

Banyak anak – anak korban perceraian terpaksa menikah seara dini

karena berbagai alasan misalnya, tekanan ekonomi, untuk

meringankan beban orang tua tunggal, membantu keluarga,

mendapatkan pekerjaan, meningkatkan taraf hidup, dan

sebagainya.

6. Daya tarik fisik

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

11

11

Faktor lain yang mendorong terjadinya pernikahan dini adalah

daya tarik fisik. Banyak remaja yang terjerumus ke dalam

pernikahan karena daya tarik fisik.

e. Masalah dan Dampak yang terjadi

1) Perkawinan yang dilangsungkan pada usia remaja umumnya akan

menimbulkan masalah-masalah, sebagai berikut (Romauli, 2009) :

a) Secara fisiologis

(a) Alat reproduksi masih belum siap untuk menerima

kehamilan sehingga dapat menimbulakan berbagai bentuk

komplikasi

(b) Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada

usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi

daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29

tahun

b) Secara psikologis

(a) Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya

masih belum matang, sehingga masih labil dalam

menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

12

12

(b) Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin

cerai biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada

waktu kawin relatif masih muda.

c) Secara sosial ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk

kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan semakin

nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya umur akan

semakin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai penopang

hidup.

2) Dampak pernikahan usia dini

Akibat-akibat perkawinan di bawah umur mencakupi

pemisahan dari kelurga, isolasi serta kurangnya kebebasan untuk

berinteraksi dengan teman – teman sebaya. Karena perkawinan

anak – anak sering menyebabkan kehamilan usia dini, maka akses

mereka ke pendidikan berkurang, yang selanjutnya mengakibatkan

berkurangnya potensi penghasilan dan meningkatkan

ketergantungan pada pasangan. Pengantin (anak) tampaknya, kecil

kemungkinan untuk tidak berhubungan seks dan mendesak

penggunaan kondom, karena itu mereka rentan terhadap resiko

kesehatan seperti kehamilan dini, penyakit menular seksual serta

HIV/AIDS (Erica, 2009).

Dampak yang terjadi karena pernikahan usia muda menurut

(Kumalasari, 2012) yaitu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

13

13

1. Kesehatan perempuan

a. Alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga

dapat menimbulkan berbagai komplikasi

b. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya

sendiri

c. Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi

d. Beresiko pada kematian usia dini

e. Meningkatkan angka kematian ibu (AKI)

f. Studi epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih dari

10 kali bila jumlah mitra seks 6/ lebih atau bila berhubungan

seks pertama dibawah uais 15 tahun

g. Semakin muda perempuan memiliki anak pertama, semakin

rentan terkena serviks

h. Resiko terkena penyakit menular seksual

i. Kehilangan kesempatan mengembangkan diri

2. Kualitas anak

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya

kebutuhan nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya

dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri

b. Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18

tahun rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki

kemungkinan 5-30 kali lebih tinggi untuk meninggal

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

14

14

3. Keharmonisan keluarga dan perceraian

a. Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan

tingginya angka perceraian

b. Ego remaja yang masih tinggi

c. Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya

usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah

d. Perselingkuhan

e. Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua

f. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan

emosional

g. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi

2. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2010) secara garis besarnya pengetahuan

dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu

1. Tahu (know)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

15

15

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya tahu terhadap objek

tersebut, tidak hanya sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek

yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu.

c. Pentingnya Pengetahuan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

16

16

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)

didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni

1. Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tersebut.

Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Menimbang-nimbang (Evaluation) baik tidaknya stimulus tersebut

terhadap dirinya.

4. Trial, sikap dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

Namun, sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari

pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi

pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

17

17

merubah perilaku, sehingga perilaku tersebut langgeng menurut

Notoadmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2011).

Menurut teori Lawrence Green dalam (Notoatmodjo 2010) ada

3 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu

1. Faktor –faktor predisposisi (predisposing factors)

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,

dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors)

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masayarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

dan sebagainya dari orang atau masyarakat. Di samping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan

terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

18

18

terbentuknya perilaku, atau bisa juga karena fasilitas-fasilitas dan

sarana-sarana kesehatan.

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Wawan & Dewi,

2011) adalah

1. Pendidikan

Yaitu bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju cita- cita tertentu yang menentukan manusia

untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaan. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam (2003) semakin

cukup umur, semakin tinggi tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

4. Pengalaman

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

19

19

Pengetahuan dapat berasal dari pengalaman, baik dari pengalaman

pribadi maupun pengalaman yang berasal dari orang lain.

Pengalaman di anggap pengetahuan yang paling benar.

5. Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder,

keluarga yang status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila di

banding dengan keluarga yang status ekonominya rendah. Hal ini

akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi

pendidikan yang termasuk dalam kebutuhan sekunder.

6. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat berpengaruh dalam

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

7. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

8. Paparan Media Massa dan Informasi

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik

sebagai alat informasi yang di terima oleh masyarakat. Sehingga

masyarakat yang lebih banyak mendapatkan informasi dari media

massa seperti televisi, radio, majalah, koran, dan lainnya akan

memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak dari

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

20

20

pada yang tidak pernah terpapar media sama sekali (

Notoadmodjo, 2005 ).

e. Cara mengukur pengetahuan

Cara mengukur pengetahuan adalah dengan mengajukan pertanyaan –

pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan adalah

tingginya pengetahuan atau besarnya persentase kelompok responden

tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan

(Notoadmodjo, 2010).

f. Kategori tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterprestasi dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu seperti:

1. Baik : Hasil presentase 76 %-100%

2. Cukup : Hasil presentase 56 %-75 %

3. Kurang : Hasil presentase <56 %

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

21

21

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2010)

Keterangan : yang diteliti

Faktor-faktor Predisposisi

1.

2. Sikap

3. Kepercayaan

4. Keyakinan

5. Nilai-nilai

Faktor-faktor Pemungkin

1. Sarana-dan prasana

2. Keterjangkauan

fasilitas

3. Ketersediaan

pelayanan kesehatan

Faktor-faktor Pendorong

4. Sikap dan perilaku

petugas kesehatan

5. Sikap dan perilaku

masyarakat

Pernikahan Usia Dini

Pengetahuan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-nanikkusum... · 1 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia

22

22

C. Kerangka Konsep

Bagan 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan orang tua tentang pernikahan usia dini dengan

pernikahan usia dini di Desa Bogorejo Kecamatan Japah Kabupaten Blora.

Pengetahuan Orang Tua

tentang Pernikahan DiniPernikahan usia dini

Variabel bebas Variabel terikat