Upload
vandien
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian IPA
Sains menurut Suyoso (1998: 23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh
melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku
secara universal. Sementara Carin (1993:3) mendefinisikan Sains sebagai The
activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s
hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam
semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
IPA meliputi empat unsur utama yaitu; sikap, proses, produk, aplikasi.
a. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
b. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,
evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
c. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
2.1.2 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA
Prinsip pembelajaran IPA
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA (Abruscato, 1999) diterapkan
dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan
pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar
5
6
yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan
dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.
Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami
proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru
mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik
3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu
berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
2.1.3 Tujuan pembelajaran IPA
Bernal (1998: 3) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPA bagi
peserta didik agar peserta didik memiliki berbagai kemampuan. Kemampuan
tersebut diantaranya sebagi berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan,keindahan,dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan
MI, bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
7
a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar
sains bukan hanya merupakan hafalan yang harus hafal diluar kepala, melainkan
belajar sains adalah suatu ilmu yang harus dimengerti dan dipahami. Ilmu
Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa fisika harus
diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk
ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal.
Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan
untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
2.1.4 Pengertian motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dengan demikian,
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya (Uno, 2008).
Usman (2003) berpendapat bahwa motif merupakan daya atau kemauan
dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah usaha
membangkitkan motif-motif sehingga menjadi suatu perbuatan. Hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal tersebut mempunyai peranan
8
besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan;
d. Adanya penghargaan dalam belajar;
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seorang siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2008).
Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy
change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Hamalik (2003), dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Sardiman A.M (2007), menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam
belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of
learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila terdapat motivasi. Makin
tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
kata lain, adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar akan dapat melahirkan hasil yang baik. Intensitas motivasi seorang
siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya.
Fungsi-fungsi motivasi adalah:
a. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi
sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
9
b. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau
cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas
pula jalan yang harus ditempuh.
c. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.
(Ngalim Purwanto, 2002: 71)
Jenis-jenis motivasi berdasarkan sumbernya adalah:
Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya
keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi
dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi
kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar
individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu.
(Tabrani, 1992: 120)
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai
di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu
yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama
maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Hadiah.
Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu
siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi
akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah
berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa
10
menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya.
Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih
istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.
c. Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
d. Pujian.
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang
paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”,
“wah itu kamu bisa…”.
e. Hukuman.
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini
hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun
membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu
kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas
akan menganggu psikis siswa.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik,
khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini
guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan
hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban
setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik
anak mereka.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar
sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih
11
termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman
dengan buku-buku yang mendukung.
h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.
i. Menggunakan metode yang bervariasi.
Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa
membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan
yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti
Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum
Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat
intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Semakin banyak metode
mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil
meningkatkan motivasi belajar siswa.
j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Baik itu media visual maupun audio visual.
Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu
tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula
motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan
seseorang.
2.1.5 Reward dan Punishment
Reward dan punishment merupakan dua bentuk cara dalam meningkatkan
motivasi siswa untuk melakukan tindakan positif dan menghindari tindakan
negatif. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan.
Reward motivation muncul karena adanya rangsangan berupa pemberian hadiah
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Reward merupakan
salah satu alat untuk peningkatan motivasi para siswa. Metode ini bisa meng-
asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang,
dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara
berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar siswa menjadi giat
12
lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil yang telah dapat
dicapainya.
Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward
merupakan bentuk penguatan yang positif, maka punishment sebagai bentuk
penguatan yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi
alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada
siswa supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang
dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke
arah yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam
memotivasi siswa. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi
pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar siswa menjadi lebih baik, termasuk
dalam memotivasi para siswa dalam belajar.
Landasan munculnya motivasi reward dan punishment.
Reward dimunculkan untuk memotivasi seseorang karena ada anggapan
bahwa dengan memberikan hadiah atas hasil pekerjaannya, ia akan bekerja atau
melakukan sesuatu secara lebih maksimal. Apalagi jika hadiah yang diberikan
cukup menggiurkan.
Sedangkan punishment dimunculkan untuk memotivasi seseorang agar
tidak melakukan kesalahan dalam melakukan sesuatu. Kedua bentuk motivasi ini
tidak bisa dikatakan mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi lebih cocok
jika dilihat dari baik dan buruknya, bukan benar atau salahnya. Sedangkan tujuan
dari kedua bentuk motivasi itu cuma satu, yaitu memotivasi agar melakukan
sesuatu demi mendapatkan hasil yang diharapkan
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 2008:272) unsur yang terpenting dalam
belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan kemungkinan
bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah
konsekuensi yang menurunkan kemungkinan terjadinya suatu perilaku.
13
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, dan penguatan dibagi menjadi
dua bagian yaitu :
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,
kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai
A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan
penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di
hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar
istilah ini tidak rancu, maka perlu diingat bahwa penguatan negatif meningkatkan
kemungkinan terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan
kemungkinan terjadinya perilaku.
2.1.6 Pengertian Hasil Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh
guru. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalalui
kegiatan belajar Abdulrahman (1999). Hasil belajar adalah perubahan sikap /
tingkah laku setelah anak melalui proses belajar W. S Winkel (1999).
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut
suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam
mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang
14
telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang
menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
2.1.7 Hubungan Reward and Punishment Dengan Hasil Belajar di SD
Reward dan punishment merupakan alat pendidikan represif. Artinya
pemberian Reward dan punishment merupakan alat pendidikan yang bersifat
menekan atau menahan. Reward merupakan alat motivasi, yaitu alat yang bisa
menimbulkan motivasi ekstrinsik atau berasal dari luar. Dengan reward dapat
menjadikan pendorong bagi siswa untuk belajar yang baik, lebih giat lagi.
Sedangkan punishment merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat
pendidikan yang bersifat negatif, namun meski demikian dapat juga menjadi alat
motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajarnya siswa. Dengan adanya
reward diharapkan agar siswa lebih giat belajar, belajar lebih baik dan tekun.
Dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk mencapai hasil
belajar. Sedangkan punishment merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seorang guru sebagai pendorong bagi siswa untuk berbuat lebih baik.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan
penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun
penelitian yang terdahulu diantaranya sebagai berikut:
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Lindawati terhadap siswa
kelas II di SD Negeri Margaluyu Kecamatan Sagaranten Kabupaten Sukabumi
tentang pemberian Reward dan Punishment dalam meningkatkan hasil belajar
pada pelajaran matematika menunjukkan hasil yang baik. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mengetahui bagaimana proses belajar pada mata pelajaran
matematika dan apakah hasil belajar siswa akan meningkat pada pembelajaran
matematika melalui pemberian Reward dan Punishment pada siswa kelas II SD
Negeri Margaluyu Kecamatan Sagaranten Kabupaten Sukabumi. Dari penelitian
itu diperoleh hasil pada siklus I rata – rata post test 61,48%, siklus II rata – rata
post test 73,70% dan pada siklus III rata – rata post test 80,37%. Berdasarkan
15
uraian tersebut diatas, maka kesimpulannya adalah : Pemberian Reward dan
Punishment dalam pembelajaran matematika di kelas II SD Negeri Margaluyu
Kecamatan Sagaranten Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2010/2011 dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa. Hal tersebut
diindikasikan dari peningkatan rata – rata post test pada tiap siklus.
Nurul Inayah dalam penelitiannya mengenai peningkatan motivasi belajar
siswa dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 02 Puntukrejo melalui
pemberian Reward dan Punishment menunjukkan hasil yang baik. Metode
pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran PKn melalui pemberian reward dan punishment. Hal ini
dapat dilihat dari rata – rata sebelum tindakan adalah 62, setelah tindakan rata –
ratanya pada siklus I adalah 67 dan pada siklus II adalah 79. Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa pemberian Reward dan Punishment dapat
meningkatkan motivasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 02
Puntukrejo Ngargoyoso Karanganyar.
Dari penelitian yang dilakukan Lindawati yang mengkaji tentang
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan
pemberian Reward dan Punishment dan Nurul Inayah dalam penelitiannya
mengenai peningkatan motivasi belajar dalam mata pelajaran PKn melalui
pemberian Reward dan Punishment menunjukkan peningkatan pada pembelajaran
dan hasil belajar.
Dalam penelitian-penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
yang tercantum di atas tidak sekedar berpatokan pada hasilnya saja. Namun dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar ataupun
motivasi belajar tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran menyenangkan dan
mendukung siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran yang
terkandung dalam pemberian Reward dan Punishment sehingga pembelajaran
IPA menjadi lebih mudah dipahami.
16
Dari penelitian di atas terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu pada pada penelitian ini menekankan pada pemberian Reward dan
Punishment dalam mata pelajaran IPA pada pokok bahasan energy dan
kegunaannya.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada pembahasan mengenai Reward and Punishment di atas, dikemukakan
bahwa menurut, Skinner (1978) Reward and Punishment merupakan faktor
penting dalam belajar. Apabila individu melakukan hal yang diharapkan maka ia
akan mendapatkan reward sebagai penguat untuk menguatkan perilakunya.
Sedangkan apabila perilakunya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka ia
akan mendapatkan punishment.
Untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau
informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Berdasar pada teori tersebut, peneliti memilih Reward and
Punishment untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas IV SD N
Penawangan 2 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA.
Hal ini sesuai dengan karakteristk reward and punishment dalam pembelajaran
sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreatif, dan komprehensif, karena :
a) Dapat menambah pengetahuan peserta didik melalui lingkungan
sekitar,
b) Melatih peserta didik memiliki kesadaran sendiri kebutuhan
belajarnya,
c) Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
Dengan asas pembelajaran aktif yang digunakan dalam proses belajar
mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehingga
siswa mampu menguasai pengeteahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan
efisien.
17
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Reward and
Punishment Dalam Pembelajaran IPA Dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar IPA di SD Penawangan 02 Kabupaten Semarang Akan Meningkat”.
OBSERVASI
REWARD AND PUNISHMENT
HASIL OBSERVASI A. Partisipasi siswa rendah dalam kegiatan
Pembelajaran B. Dominasi siswa tertentu dalam proses
pembelajaran C. Siswa lebih suka bermain dengan teman
sendiri D. Siswa bosan
SISWA KELAS IV
MOTIVASI
ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF
HASIL BELAJAR IPA