33
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar (Sisdiknas, 2006:14). Menurut Mulyana (2008: 35) Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang memiliki kedudukan sebagai identitas bangsa dan kebangaan dari daerah. Sehingga pembelajaran bahasa Jawa wajib diajarkan di sekolah dasar karena syarat dengan nilai-nilai yang baik. Mata pelajaran bahasa jawa di Sekolah Dasar tidak teritegrasi dengan mata pelajaran lainnya, sehingga dimasukan ke dalam muatan lokal (Mulok). Dalam kurikulum KTSP pasal 37 ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan bahwa:“Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal”. Mulok (muatan lokal) merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang mengembangkan potensi daerah yang disesuikan dengan ciri khas maupun potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut yang materinya di kelompokkan ke dalam mata pelajaran dan substansinya ditentukan oleh satuan pendidikan. Untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai budi pekerti dan penguasan bahasa Jawa pada jenjang SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTS di jawa timur maka dikeluarkanlah keputusan gubernur nomor 188/188/KTSP/013/2005 tentang kurikulum mata pelajaran bahasa jawa.

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan

siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar (Sisdiknas,

2006:14). Menurut Mulyana (2008: 35) Bahasa Jawa merupakan bahasa

daerah yang memiliki kedudukan sebagai identitas bangsa dan kebangaan

dari daerah. Sehingga pembelajaran bahasa Jawa wajib diajarkan di

sekolah dasar karena syarat dengan nilai-nilai yang baik. Mata pelajaran

bahasa jawa di Sekolah Dasar tidak teritegrasi dengan mata pelajaran

lainnya, sehingga dimasukan ke dalam muatan lokal (Mulok).

Dalam kurikulum KTSP pasal 37 ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan

bahwa:“Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan

lokal”. Mulok (muatan lokal) merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang

mengembangkan potensi daerah yang disesuikan dengan ciri khas maupun

potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut yang materinya di kelompokkan

ke dalam mata pelajaran dan substansinya ditentukan oleh satuan

pendidikan. Untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai budi pekerti dan

penguasan bahasa Jawa pada jenjang SD/SDLB/MI dan

SMP/SMPLB/MTS di jawa timur maka dikeluarkanlah keputusan

gubernur nomor 188/188/KTSP/013/2005 tentang kurikulum mata

pelajaran bahasa jawa.

Page 2: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

14

Ruang lingkup muatan lokal bahasa Jawa terdiri dari kegiatan

membaca, menulis, mendengarkan dan menyimak. Kegiatan membaca

diarahkan untuk memahami isi bacaan. Untuk kegiatan menulis diarahkan

agar mampu mengungkapkan perasaan atau gagasan dalam bentuk tulisan.

Kegiatan mendengarkan bertujuan untuk memahami isi atau makna dari

apa yang didengar dan kegiatan menyimak untuk pemahan secara lisan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar adalah mata pelajaran yang

termasuk pada muatan lokal di SD yang mempelajari tentang kebudayaan

daerah masyarakat Jawa untuk penanaman nilai-nilai budi pekerti dan

pengusaan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah. Dalam pembelajaran

bahasa Jawa SD terdapat materi ajar yakni aksara Jawa yang termasuk

dalam kebudayaan daerah yang perlu dipelajari. Aksara Jawa merupakan

warisan karya sastra budaya Jawa yang harus dipelajari oleh siswa.

a. Pembelajaran Membaca Aksara Jawa di SD

Membaca merupakan kegiatan menafsirkan suatu informasi

melalui alat indera penglihatan, sehingga dapat di ketahui maknanya.

Membaca bagi pembaca berarti memberi makna atas bacaan.

Membaca adalah memahami isi dari apa yang ditulis (KBBI,

2007:83). Hal yang terjadi ketika kita membaca yaitu adanya suatu

penangkapan dan pemahaman sebuah informasi. Kegiatan

pemahaman ini melibatkan otak dalam mencerna dan memaknai

simbol-simbol. Semakin sering orang membaca maka semakin sering

Page 3: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

15

otak berfikir mencerna apa yang mereka baca. Saat seseorang sedang

membaca, seluruh aspek kejiwaan dapat dikatakan ikut terlibat.

Dalam kegiatan membaca sendiri memiliki tahapan tersendiri,

sebelum ingin membaca pasti kita memiliki rasa keingintahuan,

keingintahuan tersebut akan menimbulkan sebuah ketertarikan, dari

ketertarikan akan membuat suatu keinginan, selanjutnya akan

melakukan sebuah tidakan nyata yang disebut action. Action yang

dimaksud disini yaitu kegiatan membaca (Prasetyo, 2009: 57). Agar

dalam pembelajaran guru mampu mengajarkan kegiatan membaca,

maka perlu memperhatiakan beberapa hal sebagai berikut (1)

pengembangan fisik dari siswa, (2) interaksi sosial siswa, (3)

perkembangan kognitif siswa yang berpengaruh dalam lancar tidaknya

siswa dalam kegiatan membaca.

Cara agar siswa termotivasi untuk membaca yaitu dengan

memberikan permainan yang dapat meningkatkan motivasi siswa

dalam kegiatan membaca. Untuk dapat memicu gairah yang dapat

mengembangkan kemampuan membaca seorang siswa, kondisi yang

nyaman sangat berpengaruh sekali. Kondisi yang dimaksud yaitu

sebagai berikut: (1) diperoleh melalui interaksi sosial dan tingkah laku

emultif (kompetitif), (2) dari pengalaman hidup, (3) jika ia

mengetahui tujuan membaca, (4) kegiatan membaca harus dilakukan

dengan perasaan senang dan gembira.

Bermain adalah cara untuk menciptakan suasana yang

menyanangkan. Oleh karena itu, peran guru sangat berpengaruh bagi

Page 4: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

16

siswa dalam menumbuhkan minat baca. Gurulah yang menentukan

bagaimana proses pengajaran membaca siswa tejadi. Proses

pengajaran inilah yang akan menentukan keberhasilan dari tujuan

pembelajaran.

Ada beberapa hal mengenai prinsip umum dalam

membelajarkan membaca yaitu sebagai berikut (1)Membaca secara

kontinu, (2) Membaca menggunakan alat bantu agar siswa tidak

bosan, (3) mencari teknik tertentu agar siswa bersemangat dan senang

dalam belajar membaca (Hariyanto (2009:88). Menurut Doman

(dalam Prasetyono, 2008:126) dalam proses membaca harus didukung

dengan suasana yang mengasikkan sehingga tidak menimbulkan rasa

malas pada diri siswa tersebut. Sangat penting menciptakan sebuah

kesan bahwa belajar membaca bagi siswa adalah sesuatu yang

mengasyikkan.

Sedangkan menurut Rahim (2005: 16-30), keterampilan siswa

dalam membaca dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik dan jenis

kelamin. Faktor kesehatan ini misalnya kelelahan yang dialami

oleh siswa. Kelelahan ini memicu siswa tidak bersemangat,

sehingga menyebabkan siswa malas dalam belajar. Selain itu

gangguan alat indera seperti indera mata sangat berpengaruh sekali.

Siswa kadang sulit membedakan huruf atau kata-kata karena indera

Page 5: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

17

penglihtannya terganggu. Dalam aksara Jawa biasanya anak sukar

membedakan huruf tertentu karena bentuknya yang mirip.

Misalnya: na (n ) dan ka (k) , sa ( s) dan da (f ) , ha ( a)

dan la (l )

b. Faktor Intelektual

Intelegensi sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan

diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman (Dalyono,

2009:183). Dalam kaitannya dengan membaca, Ehansky, Muehl

dan Forrell telah meneliti bahwa terdapat hubungan positif (tetapi

rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-

rata peningkatan remedial membaca (Rahim, 2005: 17). Meskipun

demikian, faktor mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru

juga turut mempengaruhi keterampilan membaca anak.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keterampilan membaca

siswa: 1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan 2)

faktor sosial ekonomi keluarga siswa. Keluarga yang harmonis,

orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku,

menghargai membaca, dan senang membacakan cerita.

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keterampilan membaca

yaitu motivasi dan minat. Motivasi akan mendorong seseorang

belajar atau melakukan suatu kegiatan. Sedangkan minat baca

Page 6: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

18

merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang

untuk membaca (Rahim, 2005: 28).

e. Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri

Aspek kematangan emosi dan sosial meliputi tiga aspek yaitu

stabilitas emosi, kepercayaan diri, dan kemampuan berpartisipasi

dalam kelompok.

Menurut Endraswara (2009:86-87) ada beberapa prinsip belajar

aksara Jawa yang perlu guru perhatikan yaitu sebagai berikut:

1) Imitating, adalah belajar aksara Jawa yang hanya meniru dari

pengajar, buku, maupun apa saja yang pernah dilihat.

2) Remembering, adalah belajar aksara Jawa dengan metode

memberdayakan daya ingat.

3) Reformulating, adalah mencoba menulis ulang yang pernah

diingat, dilihat dalam contoh.

4) Creating, adalah langkah membuat atau mencipta aksara jawa.

5) Justifying, adalah menilai mana tulisan aksara Jawa yang benar

dan yang salah.

Berdasarkan prinsip tersebut jika dikaitkan dengan pembelajaran

membaca aksara Jawa, maka guru perlu memperhatikan prinsip

imitating dan remembering. Dua prinsip inilah yang melandasi guru

dalam mengajarkan membaca aksara Jawa pada siswa.

b. SK dan KD Pembelajaran Bahasa Jawa Kurikulum KTSP

Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah membaca Aksara

Jawa. Materi disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi

Page 7: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

19

dasar pembelajaran bahasa Jawa di kelas V sekolah dasar. Peneliti

juga merancang materi yang mengacu pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar dan disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas V

sekolah dasar. Materi yang dijabarkan tersebut terdapat pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Jawa untuk

siswa kelas V SD semester 2, SK dan KD tersebut sebagaimana pada

tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya jawa

7.3 Membaca kalimat beraksara Jawa yang menggunakan pasangan.

( Sumber : Standar Isi, 2013:15)

Peneliti merancang media PERDASAWA untuk pembelajaran

bahasa Jawa yang disesuaikan kurikulum KTSP yang masih

dilaksanakan oleh SD yang dijadikan sebagai subjek uji coba.

c. Materi Pembelajaran Aksara Jawa di SD

Aksara Jawa merupakan huruf Jawa dasar berjumlah 20 yang

belum dilekati sandhangan (Jatirahayu, 2005:45). Setiap huruf aksara

jawa mempunyai pasangan berjumlah 20, fungsi dari huruf pasangan

tersebut untuk mengganti aksara yang mati kecuali huruf r, h dan ng.

Dalam akasara jawa dikenal juga dengan aksara murda yang

digunakan untuk menulis gelar, nama dan lembaga. Selain itu juga

terdapat aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan

pasangan-nya, beberapa sandhangan untuk mengatur vokal, beberapa

huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda tata tulis. Akan

Page 8: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

20

tetapi, dalam penelitian ini pembahasan dibatasi pada materi aksara

Jawa nglegena dan pasangan, serta sandhangan dan juga panyigeg.

1) Aksara Legena dan Pasangan

Aksara legana digunakan sebagai dasar penulisan. Aksara

legena/nglegena ini memiliki pasangan berjumlah 20 yang

berfungsi sebagai suku kata mati dengan suku kata berikutnya.

Gambar 2.1 Aksara Legena

(Sumber : Prihantono, 2011: 41)

Gambar 2.2 Aksara pasangan

(Sumber : Prihantono, 2011: 42)

Page 9: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

21

Berikut ini contoh penulisan kalimat menggunakan pasangan:

Tabel 2.2 Penulisan kalimat yang menggunakan pasangan

Ha Gulane Wis Alus gul[n wisHlus\

Na Wulan Nandur Pari wulnNnF|/pri

Ca Iku Anak Cecak aikuankCeck\

Ra Aku Mangan Rujak aku mznR|jk\

Ka Amir Numpak Kapal ami/ numPkKpl\

Da Sari Jupuk Duren srijupuk F|[rn\

Ta Santi Lagi Nyapu snTilgivpu

Sa Ibu Masak Sayur aibumskSyu/

Wa Ibu Masak Ing Kwali aibumskH i= kWli

La Aku Menyang Klaten akumev= kL [tn\

Pa Cedhak Pasar Kliwon cedkPs/kLi[won\

Dha Mundhut Roti Bolu

munD|[tRoti [bolu

Ja Ngunjuk Jamu Pahit zunJ| kJmupait\

Ya Anak Yatim Piyatu ankYtimPiytu

Nya Adhik Nyapu Latar adikV pult/

Ma Adhik Mangan Roti

adikMz[nRoti

Page 10: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

22

Ga Sikil Gajah Gedhi

sikilGjhgedi

Ba Rina Bakul Batik rin bkulBtik\

Tha Aku Mangan Thiwul

aku mznQiwul\

Nga Bapak Ngasta Buku bpkZsTbuku

2) Sandhangan dan Panyigeg

Sandhangan merupakan penanda pengubah bunyi aksara

jawa. Sandhangan dibagi menjadi dua yaitu sandhangan vokal dan

konsonan. Sandhangan vokal terdiri dari wulu, pepet, taling, taling

tarung dan suku. Sedangkan sandhangan konsonan terdiri dari

wignyan, layar, cecak, dan pangkon.

Tabel 2.3 Sandangan Lan Panyigeg

Nama Sandhangan

Aksara Jawa

Keterangan Nama Sandhangan

Aksara Jawa

Keterangan

wulu i

tanda vokal i

wignyan h

konsonan h

suku u

tanda vokal u

cecak = konsonan ng

pepet e

tanda vokal ê

pangkon \ penghilang vokal

taling [

tanda vokal é

cakra ]

konsonan ra

taling tarung

[o tanda

vokal o

cakra keret

} konsonan

re

Page 11: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

23

layar

tanda vokal r

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari kata medium yang berarti perantara atau

pengantar. Makna umumnya yaitu sesuatu yang dapat mengantarkan

informasi dari sumber informasi ke penerima iniformasi (Falahudin,

2014:6). Menurut Asyhar (2012:8) media dapat menyampaikan

informasi secara efektif jika dilakukan dengan matang dan terencana.

Sedangkan menurut Sadiman (2010:6) media pembelajaran dijadikan

sebagai perantara pengantar pesan. Hal ini berarti media sebagai alat

bantu yang digunakan guru untuk menyampaikan materi kepada siswa

agar siswa mudah memahami apa yang dijelaskan (Meylinda,

2015:68).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa Media pembelajaran merupakan suatu perantara yang

memudahkan guru dalam dalam menyampaikan materi kepada siswa,

sehingga pembelajaran dapat terlaksana sesuai tujuan pembelajaran.

Selain itu adanya media pembelajaran menjadikan pembelajaran

menjadi variatif dan tidak membosankan.

Pengunaan media pembelajaran pada proses belajar mengajar

bertujuan untuk materi yang bersifat abstrak mudah dipahami siswa

dan tidak terjadi multitafsir pada siswa. Kesalahan konsep

Page 12: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

24

pengetahuan oleh pimikiran siswa akan berkurang apabila guru dapat

memanfaatkan media dengan baik.

b. Kriteria Pemilihan Media

Dalam memilih media harus dilakukan dengan baik, karena media

memiliki jenis yang bermacam-macam. Tidak hanya jenisnya yang

banyak tetapi kegunaannya juga berbeda-beda. Seorang guru harus

cermat dalam memilih media, karena media yang baik harus sesuai

dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Dalam memilih

media yang baik maka harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai

berikut: Sedangkan Menurut Arsyad (2010:75) kriteria media

pembelajaran yang baik yang perlu diperhatikan dalam proses

pemilihan media anatar lain adalah sebagai berikut:

1) Sesuai dengan tujuan yang dicapai. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum

mengacu kepada satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang isinya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan

grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena

itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda

untuk memahaminya.

Page 13: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

25

3) Praktis, luwes, dan bertahan.lama Kriteria ini menuntun para guru

memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat

sendiri oleh guru.

4) Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas

baik.

5) Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Media yang terlalu

besar sulit digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas

dan dapat menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang kondusif.

c. Manfaat Media

Menurut Arsyad (2010:25-27) menyimpulkan pendapat dari

beberapa ahli bahwa manfaat dari penggunaan media pembelajaran

adalah sebagai berikut: (1) dapat memperluas cakrawala materi, (2)

memperoleh pengalaman yang beragam, (3) membantu keterbatasan

indera, (4) dapat merangsang siswa intuk berfikir kritis, (5)

meningkatkan efesiensi proses pembelajaran. Sedangkan menurut

Haryono (2014:51) berdasarkan rancangannya, media pembelajaran

yang dapat dimanfaatkan memiliki dua jenis yakni mulai dari yang

sederhana (langsung dapat dimanfaatkan yang ada di lingkungan)

sampai dengan yang kompleks atau canggih yang adalah sebagai

berikut.

1) Media yang dirancang (by design), yakni media yang dirancang

sebagai fasilitas pembelajaran.

Page 14: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

26

2) Media yang dimanfaatkan (by utilization), yakni media yang

keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran.

Berdasarkan kajian pernyataan Arsyad dan haryono tersebut,

maka dapat diperoleh manfaat dari media PERDASAWA dalam

membelajarkan membaca aksara Jawa adalah sebagai berikut: (1)

memperluas meteri, (2) membangkitkan perhatian siswa, (3)

memperjelas informasi yang disampaikan, (4) memotivasi siswa untuk

mengikuti materi pembelajaran, (5) mendorong ingatan, mentransfer

pengetahuan keterampilan, dan sikap yang sedang dipelajari.

Sedangkan Menurut Levie & Lentz (dalam Arsyad, 2010: 50)

media pembelajaran mempunyai empat fungsi yaitu: (1) fungsi atensi

yaitu penarik perhatian siswa, (2) fungsi afektif yaitu membuat siswa

senang belajar,(3) fungsi kognitif yaitu mengembangkan daya fikir

siswa, (4) fungsi kompensatoris yaitu menganalisis dan mengingat

materi. Menurut Sutikno (2013:50) fungsi media pembelajaran adalah

mengatasi keterbatasan ruang, memperjelas menyajian materi,

membantu mempercepat pemahaman, siswa lebih aktif,

menghilangkan kebosanan, meningkatkan motivasi siswa dan

melayani gaya belajar siswa yang beragam.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak

sekali manfaat dan fungsi dari media. Salah satu manfaat dan fungsi

yang cukup penting bahwa media pembelajaran sebagai fasilitator

bagi siswa sehingga siswa mempunyai pengalaman belajar yang

Page 15: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

27

bermakna dengan memahami dan mengingat informasi atau pesan

yang terkandung dalam media pembelajaran.

d. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Menurut Asyhar (2010: 44-45) media dikelompokkan menjadi 4

macam, yaitu:

1) Media visual, yaitu media yang penggunaannya mengandalkan

indera penglihatan.

2) Media audio, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran.

3) Media audio-visual, yaitu media yang melibatkan indera

penglihatan dan pendengaran.

4) Multimedia, yaitu media yang melibatkan perangkat komputer dan

beberapa media elektronik lainnya.

Sedangkan menurut sudjana dan ahmad (2010: 3), jenis media sebagai

berikut :

1) Media grafis ( dua dimensi), seperti gambar, poster, diagram dll.

2) Media tiga dimensi, yaitu media yang terlihat panjang, lebar dan

tingginya.

Menurut Sanjaya (2008: 98) jenis media berdasarkan

penggunaannya, dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1) Media auditif, yaitu media yang dapat didengar.

2) Media visual, yaitu media yang dapat dilihat dengan indera

penglihatan,

Page 16: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

28

3) Media audiovisual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan

dapat dilihat.

Berdasarkan kategori di atas maka media PERDASAWA

termasuk dalam kategori media visual grafis tiga dimensi. Hal ini

dikarenakan dalam media PERDASAWA terbuat dari kayu yang diukir

dan terlihat dimensi dari media tersebut. Selain itu media

PERDASAWA dilengkapi dengan buku petunjuk dan kartu soal

sehingga membutuhkan desain visual garfis yang bagus. Unsur-unsur

yang ada dalam grafis, antara lain :

a) Tulisan. Tulisan dalam hal ini berfungsi sebagai penyampai pesan.

Mendesain tulisan agar dapat dibaca maka perlu memperhatikan

ukuran tulisan ukuran huruf, tebal-tipisnya huruf, jarak antar huruf

dan lainnya.

b) Ilustrasi. Ilustrasi berfungsi sebagai penarik minat dan perhatian,

mampu menonjolkan keistimewaan dari media dan mampu

menciptakan suasana ilustrasi seperti foto atau gambar.

c) Warna

Pemilihan warna sangat menentukan kesan pertama orang dalam

melihat media yang kita kembangankan. Warna yang sesuai dengan

anak sekolah dasar yaitu warna yang cerah dan ceria. Tetapi untuk

mengenalkan keklasikan dari sebuah budaya, warna coklat atau

gelap juga cocok dalam mengenalkan ke-klasikan dari sebuah

kebudayaan jawa.

1) Pengelompokkan warna

Page 17: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

29

Ahli grafis Jerman Le Bond mengemukakan temuan bahwa

terdapat 3 warna primer yaitu biru, kuning dan merah. Dalam

desain grafis istilah pada warna primer tersebut yaitu cyan

(biru), magenta (merah), yellow (kuning) dan masih

ditambahkan warna key (hitam), sehingga dalam aplikasi desain

grafis biasa ditemukan istilah warna CMYK. Jika warna-warna

primer tersebut digabungakan maka akan menciptakan warna-

warna sekunder.

2) Dimensi Warna

Dimensi merupakan sifat-sifat dasar warna. Warna dibagi

menjadi tiga dimensi yaitu:

1) Hue yaitu berkaitan panas-dinginnya warna.

2) Value yaitu berkaitan dengan gelap-terangnya warna.

3) Intensity yaitu berkaitan cerah-suramnya warna, menunjukkan

kuat lemahnya warna.

3. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Pada masa usia 7-11 tahun anak Sekolah Dasar berada pada jenjang

kelas V. Mereka sudah memiliki ruang lingkup pergaulan yang lebih luas.

Menurut Maisaroh (2011 :6) pada usia ini anak berada pada masa

pertumbuhan dan perkembangan, dimana pertumbuhan fisik, kognitif,

spiritual, emosi mereka dibangun. Dalam psikologi pendidikan dikenal

dengan teori perkembangan anak. Teori ini dikembangkan oleh jean piaget

dikenal dengan empat tahapan perkembangan yaitu sensorimotor stage (0-

Page 18: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

30

2 tahun), preoperational stage (2-7 tahun), concrete operational stage (7-11

tahun) dan formal stage (11- keatas). Apabila siswa berada pada kelas V

Sekolah Dasar berarti mereka berada pada masa atau tahap concrete

operational stage. Menurut (Mulyasa, 2010:50) untuk menunjang

keberhasilan suatu pembelajaran, seorang guru harus memahami

karakteristik siswanya sesuai dengan tahap perkembangannya. Setiap

tahapan perkembangan ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Sehingga guru harus bisa memahami karakteristik dari setiap tahap

perkembangan siswa.

Karakteristik siswa yang berada pada tahap operasional konkrit yaitu

konsep yang dipahami sudah konktret, senang bermain beregu, memiliki

rasa ingin tau yang besar, mampu berfikir sistematis, senang bergerak dan

bermain kelompok. Menurut Yusuf (2006:24), menyatakan bahwa siswa

sekolah dasar sering disebut dengan masa intelektual, karena mereka

sudah matang untuk memasuki lingkungan persekolahan dengan

didampingi guru dan orangtua. Sehingga dengan adanya kesempatan ini,

guru dapat memaksimalkan proses pembelajarannya dengan menggunakan

media yang menarik dan edukatif yang mampu meningkatkan intelektual

siswa. Jika guru menggunakan media dalam proses pembelajaran maka

siswa akan senang dan tertarik, siswa akan merasa bahwa pembelajaran

tidak menjenuhkan dan terasa menyenangkan.

Berdasarkan karakteristik siswa usia SD tersebut, maka media

PERDASAWA didesain sesuai dengan karakteristik siswa SD supaya

media PERDASAWA ini dapat digunakan sesuai dengan tahap

Page 19: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

31

perkembangan dan kebutuhan siswa. Beberapa karakteristik yang menjadi

acuan dalam pembuatan media PERDASAWA ini yaitu: 1) siswa senang

bermain, 2) siswa mudah bosan, 3) siswa menyukai hal-hal yang menarik,

4) siswa suka dengan hal-hal yang baru yang mampu memacu semangat

mereka dalam memecahan suatu permasalahan baik secara individu

maupun kelompok.

4. Permainan Dakon

a. Pengertian Permainan Dakon

Dakon merupakan permainan tradisional yang sudah ada sejak

lama. Dakon berbentuk bidang panjang dengan cekungan didalamnya.

Didalam permainan dakon memili dua lumbung yang dijadikan sebagai

tempat menaruh hasil yang diperoleh melalui permainan dakon.

Cekungan dan lumbung pada dakon biasanya disi dengan biji-bijian,

kerikil atau kulit kerang (Aisyah, 2011:10). Permainan dakon pada

umumnya dimainkan oleh anak perempuan, karena terkesan feminim

untuk dimainkan oleh anak laki-laki. Jumlah pemain dalam permainan

dakon umumnya berjumlah 2 orang perempuan, mereka bermain secara

bergantian. Permainan dakon ini miliki nama yang berbeda-beda dari

setiap daerahnya, di daerah sumatera sering disebut dengan nama

dentuman lamban, di sulawesi disebut makotan.

Menurut sejarah, permainan dakon dibawa pertama kali oleh

orang arab yang singgah di Indonesia. Mereka berdagang dan

berdakwah melalui berbagai media. Tidak hanya hal itu, mereka juga

Page 20: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

32

mengenalkan sejumlah permainan salah satunya yaitu permainan dakon.

Permainan ini memiliki jumlah lubang 16 dan memilik 2 lumbung. Skor

kemenangan dalam permainan ini diperoleh dari hasil akhir pendapatan

kecik yang berada dalam lumbung (Mandala, 2013). Piranti permainan

dakon ini berupa papan kayu atau plastik berbentuk persegi panjang

denan jumlah lubang sebanyak 7 x 2 yang melambangkan 7 hari dalam

seminggu dan dilengkapi dengan kecik.

b. Teknik Permainan Dakon

Adapun teknik permaianan dakon dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemain terdiri dari dua orang anak

2. Sebuah papan dakon dan biji dakon sebanyak 7 x 7 x 2 biji atau

keseluruhannya sebanyak 98 biji.

3. Pemain saling berhadapan dan papan dakon diletakkan di tengah-

tengah secara membujur.

4. Setiap pemain memiliki satu lubang lumbung di sebelah kirinya

dan tujuh lubang kecil.

5. Pemain memilih kecik yang ada dilubang dan membagikannya ke

dalam lubang lain.

6. Jika biji dakon terakhir ditangan masuk ke dalam lubang kecil yang

kosong, pemain dinyatakan mati bermain dan digantikan oleh

pemain lawan.

7. Dengan catatan, jika lubang kecil yang kosong tersebut adalah

lubang kecil miliknya sendiri dan dihadapan lubang kecil tersebut

Page 21: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

33

terdapat lubang kecil lawan yang berisi biji dakon, pemain berhasil

menembak biji dakon lawan tersebut, tapi dengan syarat perguliran

biji dakon harus sudah memutar lubang-lubang kecil lawan satu

putaran sehingga seluruh biji dakon lawan yang berada dilubang

yang ditembak tersebut menjadi milik penembak dan diambil

beserta biji penembaknya untuk disimpan ke dalam lumbung

penembak. Jika-biji terakhir masuk ke lubang kosong lawan atau

masuk lubang kecil kosong sendiri dan di depannya kosong juga,

penembak tidak mendapat apa-apa.

8. Pemain lawan yang melanjutkan permainan dan bebas memilih biji

dakon dari lubang kecilnya sendiri untuk di gulirkan

9. Permainan tahap pertama berakhir, jika biji dakon yang terdapat

dilubang kecil sudah habis. Dengan catatan, pemain yang terakhir

menggulirkan biji dakon menjadi pemain yang akan memainkan

permainan pada tahap berikutnya

10. Setelah permainan dakon tahap pertama berakhir, seluruh biji

dakon tersimpan di lumbung dikeluarkan dan di hitung.

11. Setiap lubang kecil kepunyaan sendiri diisi kembali dengan biji

dakon yang berasal dari lumbung tadi, setiap lubang tetap sebanyak

tujuh butir.

12. Jika lubang kecil yang terisi biji dakon hanya lima lubang, dua

lubang yang tidak terisi dianggap sudah mati dan tidak

dipergunakan untuk bermain. Sementara yang tersisa misalnya

lima butir disimpan ke dalam lumbung. Dengan catatan, lubang

Page 22: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

34

yang mati dapat dipergunakan lagi, jika pada tahap berikutnya

dapat disembuhkan dengan memberi biji dakon sesuai persyaratan

sebanyak tujuh butir per lubang.

13. Permainan dilanjutkan kembali dan yang menjadi pemain adalah

pemain yang memegang kendali terakhir tahap pertama tadi

14. Catatan : untuk tahap berikutnya, misalnya ternyata pemain lawan

hanya tinggal memiliki 5 butir biji dakon lagi (tidak mencukupi

persyaratan per lubang 7 butir), kelima biji dakon tersebut dibagi

pada kelima lubang sehingga per lubangnya menjadi satu butir dan

satu lubang mati. Berikut juga, keenam lubang kecil milik kita pun

diisi per lubangnya satu butir biji dakon juga. Lalu permainan

dilanjutkan seperti biasa.

15. Permainan dakon berakhir, jika pemain lawan sudah tidak

memiliki simpanan biji dakon lagi untuk bermain.

16. Pemain yang berhasil memiliki seluruh biji dakon dinyatakan

sebagai pemenang dalam permainan dakon ini (Surya, 2006:70-73)

c. Manfaat Permainan Dakon

a) Melatih otak kiri untuk berfikir

b) Melatih strategi mengumpulkan angka terbanyak

c) Untuk perkembangan dan pembentukan otak kanan.

d) Melatih anak dalam bekerjasama

e) Melatih emosi anak

Page 23: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

35

d. Kelebihan dan Kekurangan Media Dakon

Kelebihan dan kekurangan media pembelajaran dakon dikemukakan

oleh Sutiono (2012: 25) sebagai berikut:

Kelebihan Media Dakon:

a) Tidak memerlukan biaya yang sangat besar, murah meriah.

b) Siswa senang dalam belajar

c) Meningkatkan daya kreativitas siswa, baik aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik.

d) Menjalin kerjasama, sportivitas dan meningkatkan interaksi siswa.

e) Mengenal permainan tradisional

Kekurangan dan kelemahan media pembelajaran dakon ini

adalah:

a) Tidak semua guru paham permainan dakon

b) Media mudah rusak jika terbuat dari bahan tidak awet

c) Tidak semua daerah mengenal permainan dakon

d) Waktu permainan cukup lama

5. Desain Pengembangan Media PERDASAWA

Media ini terinspirasi dari ketertarikan siswa terhadap permainan

tradisional khususnya permainan dakon untuk dijadikannya sebagai media

pembelajaran. Tetapi siswa sekarang jarang sekali bermain dengan

menggunakan permainan yang mempunyai nilai edukasi, sehingga media

PERDASAWA berupa dakon ini dirancang untuk siswa agar bermain

Page 24: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

36

sambil belajar dan permainan ini juga mengandung nilai karakter yang

baik (Peneliti, 2018).

Permainan ini dapat dikatakan sebagai media pembelajaran yang

memiliki unsur pembelajaran, jadi permainannya tidak hanya memiliki

aspek menghibur tetapi juga ada aspek edukasi. Pembuatan media

PERDASAWA didesain dengan konsep yang menarik agar anak lebih

berminat memainkannya dengan tujuan siswa dapat memperoleh informasi

terhadap materi pembelajaran bahasa Jawa sehinga pada akhirnya siswa

mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Media PERDASAWA ini dibuat

oleh peneliti dengan cara mengadopsi permainan tradisional yang hampir

hilang tetapi dimodifikasi baik bentuk, warna, maupun desain keciknya.

Kemudian dikembangkan menjadi media permainan yang memiliki

karakteristik tersendiri yaitu ditandai dengan adanya tulisan Aksara Jawa

diatas aklarik yang berperan sebagai kecik, dalam permainan adanya

penyisipan pertanyaan untuk membaca aksara jawa menggunakan

pasangan melalui kartu soal yang disediakan bagi pemain bila selesai

memainkan keciknya (Peneliti, 2018).

a. Kelebihan Media Perdasawa

1) Mudah di bawa-bawa: terbuat dari bahan kayu yang ringan dengan

ukuran diameter 60 cm dan dapat dilipat menjadi setengah

lingkaran serta dikasih pegangan membuat media perdasawa dapat

dibawa kemana saja dengan mudah.

2) Praktis: dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media

Perdasawa sangat praktis, guru hanya sebagai pendamping dan

Page 25: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

37

fasilitator saja. Jika akan menggunakan kita tinggal bermain sesuai

dengan permainan dakon dan yang menjadi kelebihannya media

perdasawa ini bisa dimainkan oleh 4 orang siswa, dan jika sudah

digunakan tinggal disimpan kembali dengan cara dilipat dan

dikunci lagi.

3) Mudah diingat: karakteristik media perdasawa adalah menyajikan

huruf-huruf aksara jawa pada setiap lubang dakon. Sajian huruf-

huruf dalam kartu ini akan memudahkan siswa untuk mengingat

dan menghafal bentuk huruf aksara jawa tersebut. Selain itu bentuk

keciknya terbuat dari aklarik yang diatasnya berisi huruf aksara

jawa

4) Menyenangkan: Media kartu huruf dalam penggunannya melalui

permainan. Sehingga dapat mengasah kemampuan kognitif , afektif

dan psikomotorik. Dari segi kognitif siswa dapat mempelajari cara

membaca aksara jawa menggunakan pasangan melalui kartu soal,

dari segi afektif siswa dapat memupuk sikap saling menghargai,

tenggang rasa, percya diri, gotong-royong dan jujur, adapun dari

segi psikomorik siswa mampu menyusun strategi bagaimana cara

agar permainan dakon tersebut dapat dimenangkan dengan skor

tertinggi (Peneliti, 2018).

b. Teknik Pembuatan Media Perdasawa

1) Siapkan kayu dengan ketebalan 3 cm.

Page 26: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

38

2) Potong kayu dan bentuk menjadi lingkaran dengan diameter 60 cm

dan dipotong menjadi 2 bagian.

3) Dengan menggunakan penggaris bagi setengah lingkaran menjadi

10 bagian.

4) Setiap bagain dari lingkaran buatlah lubang didalamnya.

5) Ukir huruf Aksara Jawa dibawah lubang.

6) Hiasi bagian atas Aksara Jawa dengan ukiran.

7) Hiasi tengah lingkaran dengan ukiran icon kartun wayang.

8) Satukan bagian dari setengah lingkaran dengan angsel agar dapat

dilipat.

9) Lakukan tahap pewarnaan dengan pelitur dan cat

10) Pasang pegangan di bagian tengah dari media.

11) Persiapkan kecik yang terbuat dari aklarik dan tulisi kecik dengan

pasangan Aksara Jawa.

12) Media siap digunakan.

c. Persiapan Penggunaan Media Perdasawa

1) Mempersiapkan diri. Guru harus menguasai materi dengan baik.

Guru dalam menggunakan media harus siap dan lancar agar siswa

paham apa yang dijelaskan oleh guru. Kalau perlu guru harus

berlatih secara berulang-ulang mesti tidak dihadapan siswa secara

langsung. Persiapkan juga peralatan dan perlengkapan media

seperti media perdasawa, kecik, pion dan buku penggunaan media.

Page 27: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

39

2) Mempersiapkan kecik dan kartu soal: Sebelum dimulai

pembelajaran pastikan bahwa jumlahnya cukup dan tata kecik

merata pada lubang-lubang dan tata kartu sesuai urutannya, cek

juga urutannya apakah sudah benar, dan perlu atau tidaknya media

lain untuk membantu.

3) Mempersiapkan tempat, hal ini berkaitan dengan posisi siswa

dalam memainkan media pembelajaran. Untuk tempatnya siswa

duduk lesehan di lantai agar memberikan suasana tersendiri dalam

proses belajar yang berbeda dengan proses belajar pada umumnya.

Posisi siswa yaitu duduk melingkat mengelilingi media

PERDASAWA.

4) Mempersiapkan siswa. Pada tahap ini siswa harus siap dalam

memulai permainan. Siswa disiapkan untuk bermain secara

berkelompok karena siswa memungkinkan semua siswa

mendapatkan bagian untuk bermain (peneliti, 2018).

d. Penggunaan Media PERDASAWA

Media PERDASWA digunakan untuk siswa kelas V SD. Media

tersebut digunakan pada pembelajaran bahasa Jawa materi pokok

Aksara Jawa menggunakan pasangan. Langkah-langakah penggunaan

media PERDASAWA ini disusun berdasarkan langkah-langkah dalam

membaca aksara Jawa dan dikombinasikan dengan langkah

Page 28: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

40

penggunaan media visual. Berikut ini langkah-langkah penggunaan

media PERDASAWA :

Pambuka panuntun dolanan:

1) Cacahe Aksara Jawa nglegena ing PERDASAWA ana 20.

2) Cacahe kertu soal Aksara Jawa ana 20, sing isine tembung kang

kudu di waca karo siswa.

3) Ing kecik isine Aksara Pasangan, ing burine ana tulisan cara

maca.

4) Sadurunge miwiti dolanan, siswa kudu ngrungokake andhanane

guru ngenani panuntune dolanan PERDASAWA.

5) Saben siswa utawa kelompok kudu bisa maca aksara jawa

nganggo pasangan, yen bisa maca oleh biji 2, yen ora bisa maca

oleh biji 0.

6) Kertu Aksara Jawa

Tuntunan Cara Dolanan :

1) Siswa dibagi dadi 4 kelompok (siswa heterogen/Campur lanang

lan wadon).

2) Cacahe siswa utawa kelompok sing arep dolanan paling sithik 2-5

saben kelompok.

3) Saben kelompok lungguh miturut urutan kelompok (diwiwiti saka

kelompok 1-4) muteri PERDASAWA lan papan dakon diselehne

ing tengah-tengah. Penanda pembeda kelompok yaiku duweni raja

wayang kartun sing bentuk gambare beda-beda.

Page 29: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

41

4) Saben kelompok duweni siji lumbung (omah) ing kiwane lan papat

bolongan cilik.

5) Saben kelompok diwenehi 8 kecik fiber, banjur di selehake ing

bolongan, saben bolongan diwenehi 2 kecik.

6) Dolanan diwiwiti saka kelompok 1. Siswa 1 saka kelompok 1 milih

bolongan sing dipengeni banjur njupuk kecik lan diselehake ing

bolongan ing kiwane siji-siji, kecik dilakokne muter searah

pandom jam, nganti kecik entek.

7) Yen kecike wis entek , siswa kudu njupuk Kertu sing isine soal

maca tembung Aksara Jawa gawe pasangan, miturut aksara

terakhir ing kecik. Yen siswa bisa maca oleh biji 2, yen ora bisa

maca oleh biji 1. ( siswa ora langsung maca tembung, kartu soal

digawa siswa banjur diwaca sak uwise dolanan rampung, ).

8) Sak banjure siswa saka kelompok 2,3 lan 4 nglanjutake dolanan

nganti dolanan rampung, yaiku kabeh kecik uwis ana lumbung.

Yen siswa saka kelompok dolanan, siswa saka kelompok liya maca

materi aksara jawa lan pasangan.

9) Kelompok bisa nambah nilai yen bisa maca tembung sing dipilih

saka jupuk kecik babon sing uwis disiapne guru. Kecik babon

dhuweni nilai 4.

10) Juara dolanan medhia PERDASAWA yaiku kelompok sing

dhuweni kecik paling akeh ana ing lumbung lan bisa maca tembuh

sing dipilih saka jupuk kecik babon.

Page 30: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

42

Sak rampunge dolanan :

1) Murid maringake kartu soal menyang guru

2) Murid maringake kecik menyang guru

3) Murid ngringkesi medhia perdasawa

4) Murid nutup medhia perdasawa

5) Murid maringake medhia menyang guru

Page 31: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

43

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti yaitu dari

(Nurhasanah, 2014) tentang pengembangan media KIJANK (Komik

Indonesia, Jawa, dan Aksara Jawa) Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas 5

Sekolah Dasar. Dalam jurnal yang dibuat oleh Nurhasanah telah disimpulkan

bahwa media tersebut dapat membantu siswa dalam membaca Aksara Jawa.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil validasi ahli materi 94%, ahli media

84.6 %, dan ahli pembelajaran 89%. Untuk hasil coba media diperoleh hasil

89% untuk kelompok kecil dan 94.5% untuk kelompok besar.

Hasil penelitian yang relevan kedua oleh (Ummi Azizah, 2015) tentang

Pengembangan Media Kartu Carawa Dalam Pembelajaran Bahasa Jawa

Materi Asksara Jawa Untuk Siswa SD/MI. Dalam jurnalnya media carawa

tersebut dikembangakan dengan kualitas yang baik dengan hasil validasi dan

respon siswa sebagai berikut, untuk hasil validasi ahli materi 90.77%, ahli

media 82.5 %, ahli pembelajaran 89.52 %. Sedangkan hasil respon siswa

sangat positif terhadap adanya media caraway tersebut.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh (Sylvia Anggraini

Kusuma Wardani, 2016) tentang “Pengembangan media KANCIL (Komik

Anak Cerdas Inovatif dan Lebih Kreatif) untuk Pembelajaran Bahasa Jawa

Kelas V SD”. Mengembangakan media komik yang dididalamnya terdapat

desain komik yang mengandung percakapan bahasa jawa. Melalui media

komik diharapkan siswa mampu mempelajari materi aksara jawa dengan

mudah.

Page 32: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

44

Adapun hasil dari penelitian yang terdahulu memiliki persamaan dan

perbedaan dengan yang akan dilakukan oleh penulis. Persamaan dari ketiga

penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian R&D

(Research and Development) dan sama-sama menghasilkan sebuah produk

untuk pembelajaran bahasa Jawa materi aksara Jawa. Perbedaan dari kedua

penelitian ini adalah pada materi yang dikembangkan dalam media yaitu pada

penelitian terdahulu peneliti mengembangkan materi dalam media KIJANK

dan Kartu Carawa yakni membaca kalimat berhuruf Jawa yang menggunakan

sandhangan panyigeg wanda yang meliputi wignyan, layar, cecek dan

pangku, sedangkan penelitian yang sekarang peneliti mengembangkan materi

dalam media PERDASAWA membaca kalimat beraksara Jawa yang

menggunakan pasangan.

Selain itu perbedaan lain juga terletak pada bentuk yang

dikembangkan. Apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terdahulu media KIJANK dikemas dalam bentuk komik yang memiliki dua

bahasa dan satu tulisan yaitu bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan aksara Jawa,

media Kartu Carawa dikemas dalam bentuk kartu yang terdiri dari 30 kartu

berwarna hijau (kartu bergambar) dan 30 kartu berwarna merah (kartu

bertuliskan aksara Jawa. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti

media PERDASAWA dikemas dalam permainan dakon yang memiliki bentuk

lingkaran, dapat digunakan 4 siswa dan desain keciknya berasal dari aklarik

yang atasnya bertulis huruf aksara jawa.

Page 33: KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

45

C. Kerangka Pikir

Kondisi Ideal

Adanya media yang inovatif, kreatif dan menarik perhatian siswa dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kondisi lapang

Analisis Kebutuhan

SISWA

Siswa kesulitan membaca aksara jawa menggunakan pasangan karena: Minat baca yang kurang, belum hafal

GURU

Metode pembelajaran konvensional(ceramah dan tanya jawab), media pembelajaran

yang minim.

SAPRAS

Perlengkapan kelas seperti papan tulis masih blackboard, tidak ada LCD, media terbatas.

Model ASSURE

1. Analyze Learner Characteristics (Menganalisis Siswa)

2. State Standards And Objectives (Menentukan Standard Dan Tujuan)

3. Select Strategies, Technology, Media, and Material

4. Utilize Media And Materials ( Penggunaan Media Dan Bahan).

5. Requires Learner Respons

6. Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki)

Terwujudnya media PERDASAWA (Permainan Dakon Aksara Jawa)

Pembelajaran bahasa Jawa sangatlah penting dan memiliki makna yang luar biasa. Dalam pembelajaran bahasa Jawa mengandung pendidikan untuk budi pekerti. Oleh karena itu pembelajaran bahasa jawa wajib ada di Sekolah Dasar.