20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara pembaca. Oleh karena itu diperlukannya kajian teori dalam sebuah penelitian. 2.1.1. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 2.1.1.1. Pengertian IPS Kamarga (1994) mengatakan, “berdasarkan fungsi pengajarannya disekolah, IPS terdiri dari ilmu sosial dan pendidikan sosial”. Pendidikan ilmu- ilmu sosial biasanya dikembangkan dalam kurikulum akademik atau kurikulum disiplin ilmu pada tingkat sekolah menengah. Sedangkan pendidikan ilmu sosial dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar. Nu’man Somantri (Somantri, 2001) menyatakan bahwa; IPS merupakan perpaduan antara konsep-konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji secara sistematis, psikologis dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti : 1. Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan. 2. Mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna. Penulis memberikan kesimpulan berdasarkan pengertian diatas untuk memberikan gambaran yang lebih singkat mengenai IPS. IPS merupakan disiplin ilmu yang mencakup konsep-konsep sosial dan dikembangkan dalam kurikulum akademik sesuai dengan tingkat perkembangan pendidikan baik tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Konsep-konsep sosial dalam hal ini berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan alam dengan dunia sekelilingnya. Latar telaahnya adalah kehidupan nyata manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar

didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara

pembaca. Oleh karena itu diperlukannya kajian teori dalam sebuah penelitian.

2.1.1. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar

2.1.1.1. Pengertian IPS

Kamarga (1994) mengatakan, “berdasarkan fungsi pengajarannya

disekolah, IPS terdiri dari ilmu sosial dan pendidikan sosial”. Pendidikan ilmu-

ilmu sosial biasanya dikembangkan dalam kurikulum akademik atau kurikulum

disiplin ilmu pada tingkat sekolah menengah. Sedangkan pendidikan ilmu sosial

dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar.

Nu’man Somantri (Somantri, 2001) menyatakan bahwa;

IPS merupakan perpaduan antara konsep-konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji secara sistematis, psikologis dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti :

1. Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan.

2. Mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.

Penulis memberikan kesimpulan berdasarkan pengertian diatas untuk

memberikan gambaran yang lebih singkat mengenai IPS. IPS merupakan disiplin

ilmu yang mencakup konsep-konsep sosial dan dikembangkan dalam kurikulum

akademik sesuai dengan tingkat perkembangan pendidikan baik tingkat SD,

SLTP, dan SLTA. Konsep-konsep sosial dalam hal ini berkaitan dengan hubungan

manusia dengan sesamanya dan hubungan alam dengan dunia sekelilingnya. Latar

telaahnya adalah kehidupan nyata manusia.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

8

Pengertian diatas mengambarkan kompleksitas kehidupan secara umum.

Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi oleh peserta didik nantinya, bukan

hanya kompleksitas akibat perkembangan ilmu dan teknologi belaka, melainkan

juga kompleksitas kemajemukan masyarakat dunia.

2.1.1.2. Fungsi Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar

siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh

dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama (Somantri, 2001).

Pembelajaran IPS di SD menekankan pada unsur pendidikan dan

pembekalan pemahaman, nilai-moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada

siswa. Untuk itu, penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya

mencekoki atau menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan

belaka, melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa memiliki seperangkat

pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan agar mereka mampu menjadikan apa

yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam

melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Disinilah sebenarnya

penekanan misi dari pembelajaran IPS di sekolah dasar.

2.1.1.3. Tujuan Pembelajaran IPS

Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran

IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan

nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis

dan jenjang pendidikan.

Tujuan IPS secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan

instruksional atau tujuan pembelajaran. Sub bahasan ini dibatasi pada uraian

tujuan bidang studi IPS. Tujuan IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya

meliputi hal-hal berikut :

1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam

kehidupan masyarakat;

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

9

2. Membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi, menganalisa dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan

di masyarakat;

3. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama

warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai

keahlian;

4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan

keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya

yang tidak terpisahkan; dan

5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan

dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkembangan

masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.

Kelima tujuan di atas harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS di

berbagai lembaga pendidikan dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai

dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan. Selain itu pembelajaran

IPS dimaksudkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang

baik (Soewarso, 2010:6).

2.1.1.4. Karakteristik Peserta Didik

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang

berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua

belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan

perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya,

perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa,

perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Setiap anak sekolah

dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih

baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non

sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan

kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan

tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan. Mereka

mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang

baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

10

perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun

perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan

negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar.

Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui

anak (Sumantri dan Syaodih, 2006:16) yaitu:

a. Tahap sensorimotor (0 – 2 tahun)

Anak mengembangkan konsep pada dasarnya melalui interaksi dunia fisik.

b. Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)

Anak sudah mulai mengembangkan dengan menggunakan bahasa untuk

menyatakan suatu ide, tetapi ide tersebut masih sangat tergantung pada

persepsi. Pada tahap ini anak telah mulai menggunakan simbol, dia belajar

untuk membedakan antara kata/istilah dengan objek yang diwakili oleh

kata/istilah. Anak tidak melihat bahasa banyaknya objek adalah tetap/tidak

berubah tanpa memperhatikan susunan ruang yang ditempati objek tadi.

c. Tahap Operasional konkrit (7 – 12 tahun)

Anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda kongkrit

untuk menyelidiki hubungan dan model hubungan abstrak. Bahasa merupakan

alat yang sangat penting, pada tahap ini anak sudah mulai berfikir logis, akibat

dari adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda konkrit. Pada tahap ini

anak dapat mengelompokkan benda kongkrit berdasarkan warna, bentuk atau

ukurannya.

d. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas.)

Anak sudah mulai berfikir secara abstrak, dia dapat menyusun hipotesis dari

hal-hal yang abstrak menjadi dunia real dan tidak terlalu tergantung pada

benda-benda kongkrit.

Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan uraian di atas bahwa, siswa

sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak

mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta

perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-

objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi. Bertitik tolak pada

perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

11

menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam

proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-

hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar

masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan

dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia

pengetahuan.

2.1.2. Pendekatan Pembelajaran

Wahyu dan Kriswandani (2010:45) mengemukakan “Pendekatan

pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap

proses pembelajaran, yang merajuk pada pandangan tentang terjadinya suatu

proses yang sifatnya masih umum”. Pemilihan pendekatan dan stategi

pembelajaran merupakan bagian yang cukup terpenting dalam merencanakan

proses pembelajaran IPS sebab didalam pendekatan pembelajaran mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu. Wahyu dan Kriswandani (2010:46) memberikan pendapat bahwa

pendekatan dalam pembelajaran dibedakan atas dua jenis yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered apporoach).

2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran sebaiknya berangkat dari

perumusan tujuan yang jelas agar pembelajaran menjadi efisien dan efektif.

Kriteria yang lain adalah memilih pendekatan pembelajaran yang dapat

melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran

peserta didik dituntut untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan

dalam pembelajaran IPS sangat dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap IPS

dan peserta didik dalam pembelajaran. Pendekatan cooperative learning dalam

pembelajaran IPS bukan hanya memindahkan IPS dari guru ke peserta didik tetapi

tempat untuk peserta didik menemukan kembali ide dan konsep IPS melalui

eksplorasi dalam kehidupan sehari-hari.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

12

2.1.3. Pembelajaran Cooperative

2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran Cooperative

Pembelajaran cooperative merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran cooperative berasal dari kata

“cooperative” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Menurut

Johnson (Isjoni 2011 : 15) pembelajaran cooperative mengandung pengertian

bekerja sama demi mencapai tujuan bersama.

Isjoni (Isjoni, 2011:15) dalam tulisannya mengutip pendapat Slavin

mengenai model pembelajaran cooperative yaitu “suatu model pem-belajaran

dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang

berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih

bergairah dalam belajar”. Agus Suprijono (Suprijono 2011:54) mengemukakan

“pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis

kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru”.

Peneliti memberikan kesimpulan dari pengertian-pengertian diatas mengenai

pembelajaran cooperative yaitu suatu strategi belajar dengan membagi siswa ke

dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dengan tujuan

setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompoknya. Oleh

sebab itu, pembelajaran cooperative sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa

dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi.

Belajar dengan pendekatan cooperative dapat diterapkan untuk

memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat

teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar

biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh

sebab itu, pembelajaran cooperative sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa

dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang

dihadapinya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

13

Pendekatan pembelajaran cooperative, tidak hanya unggul dalam

membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.

Dalam pembelajaran cooperative, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi

yang berkualitas, serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi

belajarnya.

2.1.3.2. Tujuan Pembelajaran Cooperative

Muslimin Ibrahim memberikan penjelasan terdapat tiga tujuan

pembelajaran cooperative yang kemudian dikutip oleh Isjoni (Isjoni, 2011: 27)

yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,

pengembangan keterampilan sosial.

1. Hasil Belajar Akademik

Belajar cooperative meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa

ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa

model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok

bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

2. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa

dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung

pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

belajar saling menghargai satu sama lain.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

14

3. Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat

penting untuk dimiliki oleh siswa, karena kenyataan yang dihadapi bangsa ini

dalam mengatasi masalah – masalah sosial yang semakin kompleks, serta

tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global.

2.1.3.3. Unsur-Unsur Pembelajaran Cooperative

Agus Suprijono (Suprijono, 2011:58) mengambil refrensi dari Roger dan

David Johnson mengenai unsur – unsur pembelajaran kooperatif. Unsur-unsur

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Positive interdependence (saling ketergantungan). 2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif). 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota). 5. Group processing (pemrosesan kelompok).

Peserta didik menyadari bahwa dirinya membutuhkan teman dalam

kelompok tersebut untuk mengisi kekurangannya. Saling ketergantungan positif

menjadikan peserta didik saling melengkapi satu sama lain. Hal inilah

menimbulkan tanggung jawab setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan

setiap tugas dan pencapaian hasil yang maksimal. Sementara langkah yang

diusahakan untuk mencapai hal tersebut berupa saling membantu, saling memberi

informasi, saling mengingatkan, saling percaya, dan saling memotivasi untuk

memperoleh keberhasilan bersama. Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta

didik diperlukan saling mengenal, mempercayai, mampu berkomunikasi secara

benar, saling menerima, saling mendukung dan mampu menyelesaikan konflik

yang terjadi dalam kelompok. Dalam menyelesaikan tugas kelompok perlunya

penilaian tahapan dan kerja kelompok untuk meningkatkan efektivitas anggota

dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan kelompok.

Pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti

menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

15

atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas

anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Guru yang ingin melaksanakan pendekatan pembelajaran kooperatif di

dalam kelasnya atau mata pelajaran yang diampunya, maka guru tersebut harus

memperhatikan dan merencanakan dengan matang, agar pada pembelajarannya

tersebut terdapat empat tahapan ketrampilan kooperatif yang akan dikuasai peserta

didik.

Keempat tahapan ketrampilan kooperatif itu adalah sebagai berikut:

1. Forming (pembentukan), yaitu suatu ketrampilan kooperatif yang dibutuhkan

untuk membentuk kelompok yang solid dan membentuk sikap yang sesuai

dengan norma.

2. Functioning (pengaturan), yaitu suatu ketrampilan kooperatif yang dibutuhkan

untuk mengatur aktifitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina

hubungan kerja sama di antara anggota kelompok.

3. Formating (perumusan), yaitu suatu ketrampilan kooperatif yang dibutuhkan

untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang

sedang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berfikir yang lebih tinggi,

dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

4. Fermenting (penyerapan), yaitu suatu ketrampilan kooperatif yang dibutuhkan

untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, memunculkan

konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan

pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja,

dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Langkah-langkah dalam pembelajaran cooperative learning menurut

David Hornsby, 1981 (Solihatin,2009:12) dapat digambarkan seperti berikut ini:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

16

Gambar 2.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative

2.1.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative

Keuntungan dalam pembelajaran cooperative menurut slavin (1995),

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa sering dengan peningkatan kemampuan mereka berpendapat.

Pembelajaran cooperative juga mempunyai kelemahan yang harus

dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Ini dapat terjadi jika

PROGRAM PENGAJARAN/ PROGRAM PEMBELAJARAN

TARGET PEMBELAJARAN1. Penguasaan Materi/konsep 2. Sikap dan ketrampilan sosial

Perencanaan Pembelajaran

PEMBENTUKAN KELOMPOK DAN PENGARAHAN/PENGKONDISIAN SISWA UNTUK BEKERJASAMA

Peer Tutur (Tutor Teman Sebaya)

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM KELOMPOK BELAJAR Pengembangan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam suasana belajar kelompok

Belajar Kolaboratif

HASIL KERJA KELOMPOK

PENYAJIAN/UNJUK KERJA SISWA/ KELOMPOK SISWA

PROSES KERJA KELOMPOK

CACATAN OBSERVASI GURU MENGENAI KERJA SISWA

Pemberian Hadiah dan Kritik Siswa

DEBRIEFINGRefleksi dan Internalisasi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

17

hanya ada satu permasalahan saja. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara

seperti dikatakan oleh Slavin (1995), yaitu :

1. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan kelompok.

2. Masing-masing kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini karena hasil kelompok ditentukan oleh skor perkembangan masing-masing individu.

2.1.4. Pendekatan Cooperative Metode Snowball Throwing

Snowball throwing adalah metode yang digunakan untuk memperdalam

satu topik. Metode ini biasanya dilakukan oleh beberapa kelompok yang terdiri

dari empat sampai delapan orang yang memiliki kemampuan merumuskan

pertanyaan yang ditulis dalam sebuah kertas menyerupai bola. Kemudian, kertas

itu dilemparkan kepada kelompok lain yang untuk ditanggapi dengan menyawab

pertanyaan yang dilemparkan tersebut.

Snowball throwing ini dapat melatih peserta didik untuk mendengarkan

pendapat orang lain, teman, tugas-tugas kelompok akan memacu peserta didik

untuk bekerjasama, saling membantu, serta aktif dalam pembelajaran. Dibentuk

kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru

kemudian ketua kelompok membagikan tugas kepada teman kelompoknya dan

masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas

pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab

pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Suprijono (2011:128) memberikan penjelasan bahwa, langkah-langkah

yang ditempuh dalam metode snowball throwing adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. c. Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-

masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih ± 15 menit.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

18

f. Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi. h. Penutup.

Langkah-langkah metode snowball throwing dapat disederhanakan sebagai

berikut; siswa merumuskan pertanyaan secara tertulis dikertas berdasarkan materi

yang diterangkan oleh guru dan ketua kelompok. Kemudian kertas tersebut

dilipat-lipat menyerupai bola lalu dilemparkan kepada kelompok lain. Setelah

membuka kertas tersebut, kelompok lain itu menjawab pertanyaan dan

melemparkan kembali kekelompok yang menulis pertanyaan tadi.

Metode snowball throwing ini dapat memberikan kesempatan kepada

teman dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan secara sistematis. Di

samping itu dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukan

pertanyaan dengan tuntunan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. Juga

melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

Dapat pula merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik

yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Berikutnya dapat mengurangi

rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru serta melatih

kesiapan siswa. Terakhir, dengan menggunakan metode ini memungkinkan siswa

saling memberikan pengetahuan.

Kelebihan dari metode snowball throwing diantaranya adalah melatih

kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi

yang diajarkan dan saling memberikan pengetahuan. Sedangkan kelemahan dari

metode ini yakni pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar

siswa serta tidak efektif. Meskipun terdapat kelemahan dalam metode ini,

kelebihan metode ini masih tetap menonjol dan efektif dalam pembelajaran IPS.

Pendekatan cooperative learning metode snowball throwing tepat

digunakan sebab materi dalam pembelajaran IPS itu sangat luas meliputi IPS

terpadu dan sejarah Nasional. IPS terpadu adalah pengetahuan yang bersumber

dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan ilmu politik yang mengupas

tentang berbagai kenyataan dan gejala dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

19

sejarah Nasional adalah pengetahuan mengenai proses perkembangan masyarakat

Indonesia dari masa lampau sampai dengan masa kini. Oleh sebab itu

pengetahuan yang bersumber dari guru saja tidak mampu diserap dengan baik

oleh peserta didik harus ada proses pembelajaran yang dilakukan dengan tindakan

langsung dan proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Metode pembelajaran ini merupakan metode dimana peserta didik dapat berperan

aktif untuk menyerap pengetahuan dari guru dan tutor sebaya serta peserta didik

yang lain sebab dalam metode ini terjadi hubungan interaksi antar peserta didik

dalam kelompok. Selain itu langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran ini

menyangkut hubungan sosial antar individu satu dengan yang lainnya, ini sesuai

dengan karakteristik pendidikan IPS yaitu mengatur hubungan antar manusia.

2.1.5. Belajar

2.1.5.1. Pengertian Belajar

R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto (Slameto, 2010: 13) dalam

bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua

definisi belajar, yaitu:

1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang diperoleh

melalui pengalaman, melalui proses stimulus-respon, melalui pembiasaan, melalui

peniruan, melalui pemahaman dan penghayatan, melalui aktivitas individu meraih

sesuatu yang dikehendakinya (Prayitno, 2009:203).

Belajar secara sederhana memiliki pengertian yaitu serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.5.2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “hasil”

dan “belajar” yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

20

lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu pengertian

“hasil” dan “belajar”.

Arikunto (Arikunto, 2010:133) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah

hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam

perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur”. Nana Sujana (Sujana, 2011: 22)

mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang

optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.

2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama

diingatannya, membentuk prilakunya, bermanfaat untuk mempelajarai aspek

lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan

pengetahuan yang lainnya.

4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya

terutama adalah menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Peneliti memberikan kesimpulan dari beberapa pengertian diatas bahwa

hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar dari perubahan

yang tampak dalam perbuatan yang diamati dan diukur. Perubahan itu dapat

dilihat dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

2.1.6. Pembelajaran Metode Pertanyaan Berantai

Pertanyaan berantai adalah metode yang digunakan untuk mengingatkan

memori tentang materi pelajaran dan memperdalam satu materi. Pembelajaran

pertanyaan berantai memberikan variasi dalam pembelajaran dibanding dengan

pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru. Tujuan pembelajaran pertanyaan

berantai adalah mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran dan

menumbuhkan ketrampilan aktivitas belajar dalam menjawab pertanyaan yang

diundi oleh guru.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

21

Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode pertanyaan berantai adalah

sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2. Guru memberikan penjelasan tentang materi kepada peserta didik.

3. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu pertanyaan dari hasil undian

pertanyaan.

4. Setelah siswa mendapat satu pertanyaan sesuai dengan nomor urut pertanyaan

diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis

dalam kertas tersebut secara bergantian sesuai dengan nomor urut pertanyaan.

5. Guru mengevaluasi kegiatan tersebut dengan cara memberikan rumusan

pertanyaan, rumusan kalimat, kemudian memberikan contoh rumusan

pertanyaan yang benar.

6. Kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan.

7. Penutup.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan pembelajaran pendekatan cooperative

metode snowball throwing terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

telah dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia. Penelitian yang dilakukan

oleh Imas Hodijah dengan judul “Penerapan Model Cooperatif Learning Metode

Snowball Throwing pada Konsep Kenampakan Alam, Sosial, dan Budaya untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SD”. Penelitian ini dilaksanakan

pada tahun 2010/2011.

Hasil penelitian tersebut yaitu pada pelaksanaan penelitian di lapangan

dari hasil observasi dan pemantauan ditemukan hal-hal sebagai berikut: pada

pertemuan pertama, antusias belajar peserta didik merasa merdeka, tidak harus

duduk manis mendengarkan ceramah guru yang biasanya sampai satu jam atau

lebih. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya diskusi-diskusi kecil antar sesama

yang membahas tentang penampakan alam, sosial dan budaya.

Hasil belajar yang cukup signifikan pada mata pelajaran Ilmu Pendidikan

Sosial dengan nilai rata-rata 54,81 dan 67,04. Dengan demikian bahwa

penggunaan pembelajaran pendekatan cooperative dengan metode snowball

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

22

throwing dapat membantu peserta didik lebih bergairah dalam belajar,

membangun kerjasama dengan teman-temannya dan terjadi interaksi yang begitu

demokratis yang pada akhirnya mendorong pencapaian hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hasil pengamatan dan observasi pada penelitian ini maka dapat

disimpulkan sebagai berikut : (1) Terjadi perubahan dalam proses pembelajaran

yang meliputi peningkatan ketrampilan sosial, interaksi dan kerjasama antar

peserta didik, keberanian mengemukakan pendapat, (2) Suasana pembelajaran

lebih rileks dan peserta didik selalu terdorong untuk bertanya baik kepada teman-

temannya maupun kepada guru. Selain itu, guru memotivasi peserta didik-peserta

didik yang belum aktif, sehingga proses pembelajaran sesuai dengan desain

pembelajaran yang telah direncanakan. (3) Adanya peningkatan hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial yang dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu

pembelajaran yaitu metode snowball throwing.

Pendekatan cooperative learning dengan menggunakan metode snowball

throwing dapat diterapkan pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dan

diharapkan pengalaman belajar dengan metode pembelajaran pendekatan

kooperatif metode snowball throwing akan menciptakan suasana belajar yang

kondusif dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Dalam proses

pembelajaran akan tampak lebih interaktif karena terjadi interaksi antara guru

dengan peserta didik maupun antar kelompok peserta didik.

Hasil diatas menunjukkan bahwa pendekatan cooperative learning

dengan metode snowball throwing dalam pembelajaran IPS memberikan

pengaruh yang baik terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dan

pemahaman peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran yang konvensional

dengan metode ceramah. Oleh sebab itu penulis akan menerapkan pendekatan

dan metode tersebut terhadap sekolah yang ingin penulis teliti berbeda dengan

kajian relevansi sebelumnya yang menekankan pada materi tentang koperasi

sehingga pendekatan dan metode tersebut dapat memberikan kontribusi yang

positif bagi sekolah-sekolah tersebut. Peneliti akan melakukan penelitian dengan

judul “Keefektifan Penggunaan Pendekatan Cooperative Learning dengan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

23

Metode Snowball Throwing dalam Pembelajaran IPS Peserta Didik Kelas IV SD

Gugus Kenanga Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” dengan harapan

peneliti dapat menggambarkan keefektifan penggunaan pendekatan cooperative

learning dengan metode snowball throwing dalam pembelajaran IPS kelas IV SD.

2.3. Kerangka Berfikir

IPS sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti

dengan materi yang banyak dan membutuhkan penghafalan. Indikasinya dapat

dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang biasa

diterapkan selama ini menggunakan metode ekspositori, di mana pembelajaran

berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini

menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat

belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar

mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi metode maupun

media pembelajaran.

Pendekatan cooperative metode snowball throwing adalah salah satu

alternatif bagi guru dalam mengajar peserta didik, yang merupakan sebuah variasi

dalam kelompok yang ciri khasnya adalah guru memanggil ketua kelompoknya

untuk menerima tugas yang disampaikan oleh guru, dan ketua kelompok kembali

ketiap anggota kelompok untuk menyampaikan materi lalu membuat pertanyaan

sesuai materi yang sudah disampaikan oleh ketua. Setelah diberi waktu membuat

pertanyaan setiap kelompok melempar pertanyaan kepada kelompok lain untuk

menjawab sampai setiap peserta didik mendapatkan satu pertanyaan untuk

dijawab. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya

yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam

kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan

berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik. Dan peserta didik dapat

bertukar pengetahuan antara teman yang satu dengan yang lainnya.

Penulis dalam penelitian ini akan melakukan penelitian dengan judul

“Keefektifan Penggunaan Pendekatan Cooperative Learning dengan Metode

Snowball Throwing dalam Pembelajaran IPS Peserta Didik Kelas IV SD Gugus

Kenanga Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang”. Penelitian akan disertai

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

24

dengan memberikan pretes terhadap kedua kelas yaitu SD Negeri Kebonagung 01

dan SD Negeri Kebonagung 03. Penelitian dengan soal yang sama dihari yang

sama karena sekolah tersebut memberikan waktu tersebut. Waktu pelaksanaanya

bergantaian dimulai dari SD Kebonagung 01 kemudian dilanjutkan SD

Kebonagung 03. Setelah didapatkan hasil pretes ternyata kedua kelompok tersebut

hasil nilai peserta didik homogen/setara. Kelompok eksperimen penelitian

dilakukan dengan menggunakan pendekatan cooperative learning metode

snowball throwing, sedangkan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran

pertanyaan berantai. Hasil belajar pada penelitian ini diperoleh dari hasil posttest

pada peserta didik dikurangi hasil pretest pada peserta didik baik pada kelas

eksperimen maupun pada kelas kontrol. Penggunaan pendekatan kooperatif

learning metode snowball throwing dikatakan efektif apabila hasil belajar dalam

pembelajaran IPS yang menggunakan kooperatif learning metode snowball

throwing lebih besar dari pada hasil belajar yang menggunakan pembelajaran

pertanyaan berantai. Adapun kerangka berpikirnya dapat digambarkan dalam

skema berikut:

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

25

Gambar 2.2 Skema Kerangka Berfikir

Kelompok Eksperimen

Pretest

Pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kooperatif

metode snowball throwing

Posttest

Kelompok Kontrol

Pretest

Pembelajaran dengan

menggunakan metode

pertanyaan berantai

Posttest

Hasil Belajar

(Posttest – Pretest)

Hasil Belajar

(Posttest – Pretest)

Hasil belajar kelompok

eksperimen ≠ hasil belajar kelompok

kontrol sehingga dapat dinyatakan ada

perbedaan hasil belajar

jadi penggunaan pendekatan cooperative

learning metode

snowball throwing

efektif dalam pembelajaran

IPS

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/934/3/T1_292008211_BAB II.pdf2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian

26

2.4. Hipotesis Penelitian

Kerangka berpikirnya dapat dirumuskan dari hipotesis dalam penelitian

ini sebagai berikut:

a. Ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan cooperative learning dengan metode snowball

throwing dengan peserta didik yang pembelajarannya menggunakan metode

pertanyaan berantai.

b. Penggunaan pendekatan cooperative learning dengan metode snowball

throwing efektif dalam pembelajaran IPS peserta didik kelas IV SD Gugus

Kenanga Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

Hipotesis Statistika:

H0 : μ1 = μ2

Yaitu: “rata-rata hasil belajar peserta didik kelompok eksperimen dalam

penggunaan pendekatan cooperative learning dengan metode snowball throwing

sama dengan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol yang pembelajaran

penggunaan metode pertanyaan berantai”. Artinya, tidak ada perbedaan hasil

belajar IPS peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

cooperative learning dengan metode snowball throwing dalam pembelajaran IPS.

H1 : μ1 ≠ μ2

Yaitu: “rata-rata hasil belajar peserta didik kelompok eksperimen dalam

penggunaan pendekatan cooperative learning dengan metode snowball throwing

tidak sama dengan rata-rata hasil belajar peserta didik kelompok kontrol

pembelajaran penggunaan metode pertanyaan berantai”. Artinya, ada perbedaan

hasil belajar IPS peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

cooperative learning dengan metode snowball throwing dalam pembelajaran IPS.

Penggunakan pendekatan cooperative learning dengan metode snowball throwing

efektif dalam pembelajaran IPS ditunjukan dengan adanya perbedaan hasil belajar

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.