21
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika di sekolah dasar berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dalam memahami konsep matematika, menjelaskan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (Yuliani, 2018:38). Tujuan mempelajari matematika yaitu agar memperoleh pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, adanya sumber belajar, alat peraga, pendekatan, model, dan media yang tepat. Pembelajaran yang menarik akan menimbulkan semangat dan minat siswa untuk belajar lebih giat belajar. Pada tingkat sekolah dasar pembelajaran matematika diberikan kepada peserta didik dengan tujuan antara lain, yaitu kemampuan memperoleh, mengelolah, dan peranan penting untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang bermakna akan membuat peserta didik lebih tertarik dan memengaruhi kemampuan untuk menuju lebih baik. Matematika merupakan suatu ide abstrak yang berisi tentang konsep, prinsip matematika, dimana dalam pembelajarannya menyajikan simbol (lambang) untuk melatih penalaran supaya berpikir logis, kritis, analitis, dan menanamkan pengetahuan konsep yang harus mengetahui karakteristik peserta didik (Erna, 2018:2).

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika di sekolah dasar berdasarkan Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

dalam memahami konsep matematika, menjelaskan konsep secara luwes,

akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (Yuliani, 2018:38). Tujuan

mempelajari matematika yaitu agar memperoleh pembelajaran yang bermakna,

menyenangkan, adanya sumber belajar, alat peraga, pendekatan, model, dan

media yang tepat. Pembelajaran yang menarik akan menimbulkan semangat

dan minat siswa untuk belajar lebih giat belajar.

Pada tingkat sekolah dasar pembelajaran matematika diberikan kepada

peserta didik dengan tujuan antara lain, yaitu kemampuan memperoleh,

mengelolah, dan peranan penting untuk menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang bermakna akan membuat peserta

didik lebih tertarik dan memengaruhi kemampuan untuk menuju lebih baik.

Matematika merupakan suatu ide abstrak yang berisi tentang konsep, prinsip

matematika, dimana dalam pembelajarannya menyajikan simbol (lambang)

untuk melatih penalaran supaya berpikir logis, kritis, analitis, dan menanamkan

pengetahuan konsep yang harus mengetahui karakteristik peserta didik (Erna,

2018:2).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

12

Sedangkan menurut (Dewi Cahyani, 2018:342) matematika merupakan

salah satu ilmu yang mempelajari tentang bilangan-bilangan, simbol, dan

rumus-rumus yang memiliki tujuan menjadikan siswa sanggup dalam

menghadapi keadaan dalam kehidupan sehari-sehari, serta menjadikan siswa

untuk berkembang dan memiliki pola pikir yang luas. Terbukti, bahwa

pembelajaran matematika banyak digunakan umtuk membahas yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah disampaikan, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu rangkaian

proses pembelajaran yang mempelajari konsep, baik menggunakan simbol,

bilangan-bilangan, dimana siswa dan guru terlibat dengan tujuan mempelajari

materi yang mencakup dalam kehidupan sehari-hari. Proses tersebut jika

metode, teknik, pendekatan, strategi, dan media pembelajaran yang digunakan

oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Materi Pecahan Biasa

a. Pengertian Pecahan

Berdasarkan Permendikbud No. 12 Tahun 2016 mengatur mengenai

ruang lingkup pembelajaran matematika kelas IV SD yang berisi tentang

standar isi, dimana mencakup materi dari bilangan asli dan pecahan

sederhana, pengukuran sederhana serta geometri, dan konsep sederhana

serta statistika. Berikut ini merupakan KI dan KD yang tercantum dalam

pembelajaran pecahan tematik kurikulum 2013.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

13

Kompetensi Inti :

Tabel 2.1 Kompetensi Inti

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan

rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-

benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam

karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

(Sumber: Silabus kelas IV)

Komptensi Dasar dan Indikator :

Tabel 2.2 Komptensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.2 Menjelaskan berbagai bentuk

pecahan (biasa, campuran, desimal,

dan persen) dan hubungan di

antaranya

3.2.1 Mengidentifikasi bentuk pecahan

biasa (penjumlahan dan

pengurangan)

3.2.2 Menguraikan bentuk pecahan biasa

(penjumlahan dan pengurangan) 4.2 Mengidentifikasi berbagai bentuk

pecahan (biasa, campuran, desimal,

dan persen) dan hubungan di

antaranya

4.2.1 Menentukan bentuk pecahan biasa

(penjumlahan dan pengurangan)

pada media roda arsir

4.2.2 Menyelesaikan bentuk pecahan biasa

(penjumlahan dan pengurangan)

pada media roda arsir

(Sumber : Olahan peneliti)

Pecahan mencakup beberapa materi dalam mempelajari dan

memahami matematika, sehingga peserta didik harus menguasai seluruh

materi pecahan, terutama pada operasi hitung pecahan biasa. Pecahan

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk

, dimana a dan b merupakan simbol pecahan yang dinyatakan dalam (1)

pecahan biasa, (2) pecahan senilai, (3) pecahan desimal, (4) pecahan

persen, (5) dan bilangan pecahan campuran (Yusfika, 2013:3). Pecahan

merupakan sebagian dari sesuatu yang utuh, dalam ilustrasi gambar bagian

yang dimaksudkan ialah sebuah arsiran (Yusfika, 2013:3). Setiap pecahan

memiliki dua bagian yaitu pembilang dan penyebut yang tulisannya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

14

dipisahkan oleh garis lurus bukan garis miring (/) seperti , . Bahwa

angka satu disebut pembilang, sedangkan angka dua disebut penyebut.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pecahan

merupakan bilangan yang terdiri dari dua angka yakni pembilang dan

penyebut, dimana dengan b≠0, a disebut pembilang, dan b adalah

penyebut. Mempelajari konsep matematika bilangan pecahan memerlukan

pemahaman yang baik, sehingga siswa mampu memperoleh peranan

penting dalam mempelajari materi pecahan dengan mudah.

b. Materi Pecahan di Kelas IV SD

1) Pecahan Sederhana

Pecahan merupakan bilangan yang bukan bilangan bulat atau tidak utuh

yang memiliki penyebut dan pembilang (Rita Destiana, 2009:12). Pecahan

dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian yang utuh

(Gunanto, 2016:2). Contohnya jika sebuah benda bisa dibagi menjadi dua yang

bagiannya sama besar, maka nilai setiap bagian tersebut ialah setengah atau

satu perdua bagian dari jumlah benda keseluruhan. Pecahan biasa merupakan

suatu bilang yang dinyatakan dalam bentuk , dimana a disebut “pembilang”

dan b disebut “penyebut” (Gunanto, 2016:2). Hal pertama dalam mengerjakan

pecahan yaitu menyamakan penyebutnya dengan mencari KPK (Kelipatan

Persekutuan Kecil). Oleh karena itu, bilangan dapat dinyatakan pecahan apabila

memiliki nilai yang tidak utuh. Berikut ini merupakan contoh gambar pecahan

menggunakan benda konkrit.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

15

Gambar 2.1 Contoh Penyelesaian Pecahan Sederhana

Berdasarkan gambar di atas, menyatakan bahwa dari bilangan pecahan

yang awalnya secara utuh dapat dipotong menjadi enam bagian yang sama

besar, maka disebut dalam bentuk pecahan . Oleh karena itu gambar

tersebut dapat dinyatakan dalam sebuah pecahan, karena bagian yang utuh

dapat dipotong menjadi beberapa bagian sama besar.

Gambar pecahan selanjutnya yaitu menggunakan arsiran yang

biasanya digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada peserta

didik. Arsiran berupa daerah-daerah bangun datar seperti persegi, persegi

panjang, maupun lingkaran. Gambar arsiran pecahan dapat berupa

horizontal maupun vertical. Pola gambar arsiran akan memudahkan siswa

untuk memahami bentuk-bentuk dari sebuah pecahan. Oleh karena itu,

siswa dapat memahami bentuk pola pecahan mengunakan arsiran. Berikut

ini merupakan contoh gambar pecahan arsiran membentuk pola bangun

datar.

Gambar 2.2 Pecahan Arsiran Berupa Bangun Datar

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

16

Berdasarkan gambar diatas, merupakan bentuk arsiran pecahan yang

sering kali digambarkan guru pada saat pembelajaran pecahan. Arsiran

pecahan dari berbagai bentuk bangun datar yang berbeda-beda yaitu dari

lingkaran, persegi dengan garis vertical, dan persegi garis diagonal,

sehingga memperoleh hasil yang sama yaitu pecahan . Berdasarkan

penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pecahan dibentuk dari

keseluruhan bagian dengan jumlah yang sama besar. Dari bagian yang

sama besar disebut “penyebut”, sedangkan “1” (satu) menunjukkan

banyaknya bagian yang menjadi perhatian atau diambil dari keseluruhan

disebut “pembilang”. Oleh karena itu, pecahan merupakan bagian dari

keseluruhan jika sebuah benda dibagi menjadi setengah atau satu perdua

bagian dari jumlah keseluruhan.

2) Pecahan Senilai

Pecahan senilai merupakan suatu bentuk pecahan yang dituliskan dalam

bentuk berbeda, namun mempunyai nilai yang sama (Gunanto, 2016:4).

Pecahan senilai dapat diperoleh dengan cara pembilang dan penyebut pecahan

diketahui dikalikan dengan bilangan yang sama. Selain itu, pecahan senilai

dapat diketahui dengan cara menggambar pola arsiran, maka akan memperoleh

bentuk pecahan yang sama. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa pecahan senilai merupakan dua atau lebih pecahan yang memiliki nilai

sama, meskipun angka pecahannya berbeda. Berikut ini merupakan contoh

gambar membentuk pola pecahan senilai antara lain:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

17

Gambar 2.3 Contoh Bentuk Pecahan Senilai

Gambar diatas merupakan bentuk pola pecahan senilai. Pola pecahan

memperoleh nilai yang sama dengan pecahan dan . Jika dilihat dari

gambar pecahan tersebut memperoleh pola yang sama meskipun hasil

pecahannya berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pecahan

senilai merupakan pecahan yang memiliki bentuk ataupun nilai yang

sama. Mengerjakan pecahan senilai juga dapat menggunakan media roda

arsir yang telah dikembangkan oleh peneliti. Tujuan penggunaan media

roda arsir yaitu siswa dapat mengetahui pola arsiran pecahan senilai

dengan berbantuan palstik mika.

3) Pecahan Biasa

Menurut (Gunanto, 2016:11) pecahan biasa merupakan suatu bentuk

bilangan yang menerapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu berupa

bilangan yang mempunyai pembilang dan penyebut. Soal-soal yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari bilangan pecahan seperti

memberikan kue dengan cara dipotong yang memperoleh nilai sama besar,

maka disebut sebuah pecahan. Pecahan biasa mempunyai dua jenis yaitu

pecahan murni dan pecahan tidak murni (Gunanto, 2016:11). Pecahan

murni merupakan pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari pada

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

18

penyebut. Sedangkan pecahan tidak murni merupakan pecahan yang

pembilangnya lebih besar dari penyebut.

Pembelajaran pecahan berada pada kelas IV semester satu. Guru dapat

menjelaskan materi pecahan dengan memperagakan materi secara

bervariasi, misalnya menggunakan berbagai media seperti gambar bangun

datar yang diarsir, garis bilangan, puzzle pecahan, plastik mika, dan bisa

menggunakan kertas lipat. Metode pembelajaran tersebut dapat

memberikan pembelajaran yang kreatif karena menggunakan media

konkrit. Penggunaan media konkrit dapat mempermudah siswa dalam

memahami materi pecahan penjumlahan dan pengurangan. Berikut ini

merupakan garis besar praktek yang dilakukan di kelas, antara lain:

a. Pecahan penjumlahan dan pengurangan berpenyebut sama

Isi dari mempelajari penjumalahan dan pengurangan pecahan ialah

(1) pengertian pecahan, (2) peragaan konsep pecahan, (3) arti

penjumlahan dan pengurangan menggunakan media roda arsir

pecahan.

1. Dengan Menggunakan Media Roda Arsir Bewarna

a) Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama

Contoh : + = ……

Gambar 2.4 Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

19

Berdasarkan percobaan diatas menunjukkan bilangan pecahan

ditambahkan dengan maka hasilnya ialah . Kesimpulnya ialah jika

melakukan pecahan penjumlahan berpenyebut yang sama dapat

diperoleh hasilnya dengan cara menjumlahkan pembilangnya saja,

sedangkan penyebutnya tetap tanpa mencari KPK nya terlebih dahulu.

Jika mengerjakan menggunakan media roda arsir, maka jika pecahan

dengan penyebut yang sama pembilang dijumlahkan dengan memutas

tuas ke arah kanan (searah jarum jam). Oleh karena itu, siswa dapat

menerapkan pecahan penjumlahan berdasarkan aturan permainan

seperti gambar arsiran diatas.

b) Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama

Contoh : - = ….

Gambar 2.5 Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama

Percobaan diatas menunjukkan pengurangan pecahan dikurangi

maka hasilnya ialah . Karena kedua pecahan tersebut mempunyai

penyebut yang sama, maka yang dikurangi ialah pembilangnya saja.

Jika menggunakan media roda arsir yang dikurangi maka tuas roda

diputar ke kiri (berlawanan arah jarum jam).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

20

b. Penjumlahan dan Pengurangan Berpenyebut Tidak Sama

Mempelajari pecahan dengan berpenyebut tidak sama harus benar-

benar dikuasai oleh siswa. Sebaiknya materi ini diberikan

pengalaman-pengalaman yang mencakup kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dalam menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan

berpenyebut tidak sama bisa menggunakan media roda arsir. Media ini

dimaksudkan agar menumbuhkan pemahaman siswa dalam

mengetahui bentuk pecahan lebih mendalam lagi. Ada beberapa syarat

dalam mempelajari pecahan berpenyebut tidak sama yaitu dengan cara

mencari KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil) terlebih dahulu dengan

menyamakan penyebutnya. Berikut ini merupakan contoh dalam

mengerjakan pecahan dengan berpenyebut berbeda.

1. Menggunakan Media Roda Arsir Bewarna

a. Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Berbeda

Pembelajaan matematika materi pecahan biasa dapat memudahkan

siswa dalam mengerjakan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda

menggunakan media roda arsir, maka peneliti akan memberikan

contoh-contoh materi yang tidak terlalu besar. Dalam mengerjakan

penjumlahan pecahan dilakukan dengan cara mencari KPK dari

penyebutnya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

21

Contoh + = ….

Gambar 2.6 Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Berbeda

Cara mengerjakan pecahan yang berbeda penyebut yaitu dengan

cara menyamakan penyebutnya dengan cara mencari KPK. Penyebut 6

dan 3 dapat disamakan dengan cara mencari KPK terlebih dahulu

yaitu 6. Karena nilai 6 dapat sama-sama dikalikan dan dibagi dengan

penyebut yang lainnya. Peragaan diatas dapat dilihat hasil akhirnya

ialah berarti + = . Tampak pula bahwa memperoleh pecahan

senilai ialah . Sehingga dapat dituliskan + = = . Karena

penyebut yang satu merupakan kelipatan dari penyebut yang lainnya.

b. Pengurangan Pecahan Berpenyebut Berbeda

Contoh : - = …..

Gambar 2.7 Pengurangan Pecahan Berpenyebut Berbeda

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

22

Peragaan diatas merupakan pengurangan pecahan berpenyebut

tidak sama. Cara mengerjakan sama seperti penjumlahan, yaitu

disamakan penyebutnya dengan cara mencari KPK (kelipatan

persekutuan terkecil). Dari contoh tersebut dapat dituliskan - =

, didapatkan - = =

Berdasarkan pemahaman pecahan berpenyebut berbeda dengan

cara menyamakan penyebutnya mencari KPK terlebih dahulu,

kemudian siswa akan mencari pecahan senilai sesuai dengan angka

pecahan yang kedua. Jika sudah menyamakan penyebutnya, maka

siswa dapat mengoperasikan bentuk pecahan sederhannya.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yang berarti bentuk jamak dari kata

“medium”. Secara harfiah memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Oleh

karenanya, media memiliki tujuan sebagai perantara atau pengantar dari

sumber pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran sebagai alat atau

bahan yang bisa merangsang siswa dalam memahami suatu materi

pembelajaran (Ari, 2014:47). Hal ini dimaksudkan bahwa media sebagai

penyampaian pesan atau informasi suatu pembelajaran yang memudahkan

guru dalam menjelaskan materi, sehingga siswa lebih tertarik dan proses

pembelajaran. Menurut (Daryanto, 2016:5) media merupakan proses

komunikasi penyampaian pesan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

23

berupa isi atau ajaran yang dituangkan dalam simbol komunikasi baik verbal

maupun nonverbal.

Mulanya penggunaan media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat

bantu bagi guru dalam penyampaian materi untuk mengajar. Penggunaan

media tersebut benar-benar membantu guru dalam menyampaikan materi.

Seperti yang disampaikan oleh (Ari, 2014: 48) bahwa media merupakan

segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemampuan siswa dalam belajar, sehingga akan terjadi dorongan selama

proses pembelajaran yang disengaja dengan mencapai tujuan tertentu.

Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru harus sesuai dan

bermakna dengan menggunakan sumber belajar, media pembelajaran yang

tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (Satrianawati,

2018:7).

Menurut (Yusfika, 2013:3) dalam penggunaan media pembelajaran

terdapat beberapa kriteria untuk kepentingan pengajaran, antara lain: (1)

ketepatan penggunaan media dengan tujuan pengajaran, (2) dukungan

terhadap isi bahan pengajaran bersifat fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi

sangat membutuhkan media yang lebih mudah dipahami oleh siswa, (3)

media yang diperlukan mudah diperoleh, dan mudah dibuat oleh guru, (4)

syarat utama dalam pembuatan media yaitu kreativitas guru dalam

mengimplementasikan saat proses pembelajaran berlangsung, (5) media yang

digunakan dapat bermanfaat bagi siswa, (6) media harus sesuai dengan taraf

berpikir, dan makna isi pembelajaran mudah dipahami oleh siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

24

Media pembelajaran merupakan alat untuk membantu siswa dalam

proses belajar mengajar guna untuk memberikan pengalaman konkrit,

memotivasi siswa serta mempertinggi daya ingat dengan lebih mudah dalam

kegiatan pembelajaran (Iwan Falahudin, 2014:109). Oleh karena itu, media

pembelajaran bertujuan untuk komunikasi dalam proses pembelajaran yang

berguna mempermudah siswa dalam proses kegiatan belajar. Adanya

penggunaan media dapat membantu guru dalam berkomunikasi dengan siswa

dalam meyampaikan materi pelajaran.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan

informasi materi pembelajaran, sehingga dapat memperlancar dan

meningkatkan proses pembelajaran yang menarik dan bermakna. Sehingga

dengan adanya media pembelajaran siswa dengan aktif menerima

pembelajaran lebih menyenangkan.

b. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

Media memiliki peranan penting dalam setiap proses pembelajaran, yakni

untuk menjelaskan hal-hal abstrak yang mewakili guru sebagai alat

komunikasi dengan materi pembelajaran. Menurut (Ari, 2015:50) dalam

(Sumanto,2010) bahwa penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa

manfaat, antara lain:

1. Penggunaan media dapat meningkatkan perhatian siswa dalam proses

pembelajaran.

2. Memperjelas materi yang akan disampaikan.

3. Menstimulasi ingatan siswa terhadap konsep pembelajaran.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

25

4. Memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, karena media sebagai

penyampaian pesan yang menarik.

5. Menyajikan bimbingan belajar.

6. Membangkitkan performansi siswa yang relevan terhadap materi

pembelajaran.

7. Memberikan masukan informasi yang mudah dipahami oleh siswa.

8. Mendorong ingatan, menstransfer pengetahuan keterampilan, dan sikap

yang dipelajari.

Pembelajaran bermakna dapat dilakukan dengan menggunakan media

yang inovatif, kreatif, dan dapat dimanipulasi peserta didik dalam

pembelajaran (Yuliani, 2018:39). Peserta didik secara langsung terlibat dalam

proses pembelajaran secara aktif, sehingga diharapkan siswa akan memahami

konsep materi.

Disimpulkan bahwa manfaat media yaitu (1) dapat memperjelas

penyampaian informasi pembelajaran, (2) dapat membatasi keterbatasan

indera, ruang, waktu, (3) memberikan pengalaman kepada siswa terhadap

pembelajaran yang menarik. Proses pembelajaran dengan menerapkan media

sangat berpengaruh dan memotivasi siswa, sehingga diharapkan dapat

menunjang keberhasilan dalam setiap pembelajaran. Melalui penggunaan

media, tujuan pembelajaran akan mudah dicapai semaksimal mungkin.

Manfaat dari penggunaan media dapat memaksimalkan guru dalam

menyampaikan materi secara tepat yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

26

c. Media Roda Arsir

1. Definisi Media Roda Arsir

Roda arsir merupakan suatu produk media yang khusus digunakan

dalam materi pecahan biasa (penjumlahan dan pengurangan). Media ini

berbentuk papan persegi yang terdapat lingkaran berupa roda yang

memiliki tuas pengendali, sehingga dapat diputar membentuk pola arsiran

pecahan. Pola arsiran pecahan tersebut bewarna merah yang dapat menarik

perhatian siswa. Cara mengerjakannya ialah membentuk pecahan

menggunakan plastik mika, kemudian dioperasikan menggunakan

penjumlahan atau pengurangan. Selain menggunakan roda pecahan, media

ini terdapat plastik mika yang sudah dibentuk dari beberapa pecahan,

seperti , , , , , , , .

2. Desain Media Roda Arsir Materi Pecahan (Penjumlahan dan

Pengurangan)

Media roda arsir ini dikhususkan untuk materi pecahan (penjumlahan

dan pengurangan). Media roda arsir di desain untuk memudahkan siswa

dalam memahami materi pecahan biasa. Kerangka media ini berupa papan

persegi panjang berukuran 50 x 50 cm yang terbuat dari triplek Hpl.

Papan terdapat dua pintu dan ada engsel sebagai pengait dua papan

tersebut. Tampilan cover terdapat gambar dan tulisan judul media yang

berkaitan dengan materi.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

27

Apabila papan koper dibuka, maka terdapat satu roda lingkaran besar

berdiameter 36 cm sebagai pembahasan dari materi pecahan. Roda lingkaran

tersebut bisa digunakan apabila ada tuas pemutar untuk pecahan tersebut. Roda

bewarna merah yang dapat berputar akan menjadi pembahasan dalam materi

pecahan biasa. Tuas berfungsi sebagai pengendali pecahan, jika pecahan

penjumlahan maka tuas diputar ke kanan (searah jarum jam), sedangkan

pengurangan tuas akan diputar ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Selain itu,

terdapat plastik mika yang sudah di berikan pola pecahan seperti , , , , , ,

, . Desain media ini dibuat semenarik mungkin yang berkaitan dengan

materi pecahan.

3. Manfaat Penggunaan Media Roda Arsir

Penggunaan media roda arsir pada materi pecahan biasa (penjumlahan

dan pengurangan) kelas IV sekolah dasar ditujukan untuk siswa agar

mudah memahami konsep pecahan biasa. Baik dalam bilangan pecahan

biasa, pecahan sederhana, maupun cara menyederhanakan pecahan biasa.

Hal ini dapat memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut.

Berikut ini merupakan manfaat dari pengembangan media roda arsir,

antara lain:

a. Media roda arsir diperuntukkan untuk memahami konsep pecahan.

b. Media yang telah dikembangkan bertujuan untuk mengetahui bentuk

gambaran arsiran pecahan.

c. Siswa mampu mengetahui bentuk pecahan biasa (pejumlahan dan

pengurangan) tanpa menggunakan rumus.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

28

4. Cara Penggunaan Media Roda Arsir

Ada beberapa tahapan dalam menggunakan media roda arsir materi

pecahan biasa (penjumlahan dan pengurangan), antara lain:

a. Ambil pola mika sesuai dengan soal.

b. Letakkan pola mika pertama pada roda berbentuk lingkaran sesuai

dengan soal.

c. Putar tuas yang berada di belakang roda sebesar dengan pecahan soal.

d. Masukkan pola mika pecahan yang kedua sesuai dengan soal.

e. Jika operasi penjumlahan pecahan, maka putar tuas kearah kanan

sebesar pola pecahan yang kedua.

f. Jika pengurangan pecahan, maka putar tuas kearah kiri sebesar pola

pecahan yang kedua.

g. Cari KPK dari kedua penyebut pecahan tersebut .

h. Masukkan plastik mika sesuai dengan KPK penyebut pecahan tersebut.

i. Hitung seberapa besar arsiran pola pecahan pada media roda tersebut.

Berdasarkan paparan diatas, bahwa media roda arsir dapat digunakan oleh

siswa dalam mempelajari materi pecahan. Hal ini dilihat dari cara

mengoperasikan media roda arsir yang sesuai dengan konsep materi pecahan

biasa. Mulai dari mengoperasikan penjumlahan pecahan yang diputar roda ke

arah kanan (searah jarum jam), dan pengurangan ke kiri (berlawanan dengan

arah jarum jam). Oleh karena itu, dengan adanya media roda arsir siswa dapat

mengoperasikan bentuk pecahan melalui arsiran, sehingga memudahkannya

dalam menyederhanakan pecahan biasa (penjumlahan dan pengurangan).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

29

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa kajian penelitian yang relevan antara lain sebagai berikut:

Table 2.3 Kajian Penelitian yang Relevan

No Judul

Penemuan

Terdahulu

Persamaan Perbedaan Keterangan

1 Aiman Khairun

(2018)

Pengembangan

Media Papan

Arsip (Arsiran

Pecahan)

1. Sama-sama

mengembangkan

pecahan

menggunakan

arsiran

2. Sama-sama

mengambil

subjek kelas IV

SD

1. Penelitian

menggunakan

materi pecahan

penjumlahan

2. Peneliti Aiman

menggunakan

plastik mika

persegi dengan

pola pecahan

sampai seperlima

3. Menggunakan

papan berbentuk

figura

Penelitian terdahulu

membahas

penjumlahan pecahan

menggunakan media

papan arsiran. Papan

tersebut berbentuk

figura dengan plastik

mika persegi

menggunakan arsiran

spidol.

Sedangkan penulis

menggunakan roda

arsir bewarna dengan

plastik mika berbentuk

lingkaran pada materi

pecahan biasa

penjumlahan dan

pengurangan.

2 Fauzi Rafzan

(2016)

Pengembangan

Media Sepeda

Roda Arsir

dalam

Pembelajaran

Matematika

Kelas IV Pada

Materi Pecahan

Senilai

1. Sama-sama

mengembangkan

media

menggunakan

roda arsir

2. Mengambil

subjek kelas IV

1. Penelitian yang

digunakan

berbentuk sepeda

roda

2. Materi yang

digunakan

pecahan senilai

3. Menggunakan

model penelitian

R&D

Penelitian terdahulu

menggunakan media

sepeda roda arsir pada

materi pecahan senilai.

Roda tersebut diputar

seperti ayuhan sepeda.

Sedangkan penulis

media roda arsir

bewarna yang

berfungsi untuk

membentuk pola

arsiran pecahan biasa

(penjumlahan dan

pengurangan).

3 Zulkifli (2018)

Pengembangan

Media

Permainan Roda

Putar Materi

Ekosistem Mata

Pelajaran IPA

1. Sama-sama

mengkonsep

media

menggunakan

roda

1. Penelitian

mengambil

materi IPA

2. Konsep roda

peneliti Zulkifli

seperi roulette

yang diputar

berisikan soal

Penelitian terdahulu

mengkonsep media

untuk pembelajaran ipa

menggunakan roda

roulette diputar

berisikan soal-soal.

Sedangkan penulis

media roda arsir

bewarna yang

berfungsi untuk

membentuk pola

arsiran pecahan biasa

(penjumlahan dan

pengurangan).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

30

No Judul

Penemuan

Terdahulu

Persamaan Perbedaan Keterangan

4 Indrawati Delia

(2018)

Alternatif

Pembelajaran

Matematika

Menggunakan

Media Papan

Arsir Pecahan

1. Sama-sama

mengkonsep

media

menggunakan

arsiran

1. Penelitian

menggunakan

media papan

arsiran dengan

arsiran

menggunakan

spidol.

2. Penelitian

mengambil

materi pecahan

penjumlahan,

pengurangan,

perkalian

Penelitian terdahulu

mengkonsep media

berbentuk box dengan

berbantuan papan

transparan dan tidak

transparan, akrilik

arsiran pecahan

menggunakan spidol.

Sedangkan penulis

menggunakan arsiran

bewarna sehingga

mampu membentuk

pola arsiran pecahan.

5 Gita (2019)

Peningkatan

Hasil Belajar

Materi Pecahan

Menggunakan

Media Roda

Pintar di Kelas

IV MI

Muhammadiyah

02 Pondok

Modern Paciran

Lamongan

1. Sama-sama

mengkonsep

media pecahan

menggunakan

roda

1. Penelitian

mengkonsep roda

pecahan dengan

permainan

berputar yang

berisikan soal-

soal.

2. Penelitian

menggunakan

pecahan desimal

Penelitian terdahulu

mengkonsep media

menggunakan roda

yang dapat diputar

melalui permainan

roulette bersikan soal-

soal pecahan desimal.

Sedangkan penulis

menggunakan roda

arsiran bewarna untuk

pecahan biasa

(penjumlahan dan

pengurangan).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

31

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.8 Kerangka Pikir Penelitian

Kondisi Ideal :

1. Adanya media pembelajaran akan

membuat siswa lebih aktif dan

tertarik selama proses

pembelajaran matematika.

2. Pembelajaran ini bisa memotivasi

dan berpusat pada siswa.

3. Siswa dapat memahami materi

dengan mudah menggunakan

media konkrit.

4. Memudahkan siswa dalam

membangun pemahamannya

sendiri melalui sebuah media.

Kondisi di Lapangan :

1. Tidak ada media pembelajaran

yang diaplikasikan saat proses

pembelajaran.

2. Kurangnya pemahaman terhadap

materi pembelajaran, sehingga

siswa cepat merasa bosan.

3. Siswa lupa saat melakukan

penjumlahan dan pengurangan

berpenyebut berbeda.

Analisis kebutuhan:

1. Membutuhkan media pembelajaran yang inovatif, kreatif, dalam

pembelajaran, agar siswa mampu memahami materi pecahan biasa secara

mudah melalui media konkrit.

Model ADDIE

A D D I E

Analize

Mengumpulkan

data

permasalahan

yang dijadikan

bahan

pengembangan

Design

Perancangan

media

berdasarkan

karakteristik

siswa, dan

KD

Development

Pengembangan

menghasilkan

sebuah media

roda arsir

Implementation

Implementasi

atau uji coba

produk

Evaluate

Evaluasi produk

pengembangan

media

menggunakan

komponen

ADDIE.

Produk Media Roda Arsir Materi Pecahan Biasa (Penjumlahan dan

Pengurangan) Siswa Kelas IV Sekolah Dasar