32
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori pada penelitian ini berisi tinjuan sejumlah kajian yang berkaitan dengan 1) Pembelajaran Matematika, 2) Aktivitas Belajar, 3) Hasil Belajar, 4) Model Pembelajaran Kooperatif, 5) Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD), dan 6) Rancangan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dalam PBM Matematika. 2.1.1 Pembelajaran Matematika Pada sub judul ini akan menguraikan mengenai pengertian pembelajaran matematika, pembelajaran matematika di SD, tujuan pembelajaran Matematika SD, serta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika. Pengertian pembelajaran Matematika akan memaparkan pengertian pembelajaran Matematika menurut beberapa ahli, selanjutnya pembelajaran matematika di SD membahas mengenai karakteristik pembelajaran Matematika di SD. Tujuan pembelajaran Matematika membahas mengenai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai selama proses pembelajaran berlangsung, sementara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika membahas SK dan KD yang akan digunakan peneliti dalam penelitian 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Rusffendi dalam Heruman (2007:1) “Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil”. Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit, sedemikian rupa tersusun sehingga pengertian terdahulu mendasari pengertian berikutnya (Hudojo, 2005). Belajar matematika tidak hanya berhubungan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI · 2017. 4. 28. · 7 BAB. II . KAJIAN. PUSTAKA . 2.1. KAJIAN. TEORI Berdasarkan. masalah . dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 KAJIAN TEORI

    Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori pada

    penelitian ini berisi tinjuan sejumlah kajian yang berkaitan dengan 1)

    Pembelajaran Matematika, 2) Aktivitas Belajar, 3) Hasil Belajar, 4) Model

    Pembelajaran Kooperatif, 5) Model Pembelajaran Student Team Achievement

    Division (STAD), dan 6) Rancangan Model Pembelajaran Student Team

    Achievement Division (STAD) dalam PBM Matematika.

    2.1.1 Pembelajaran Matematika

    Pada sub judul ini akan menguraikan mengenai pengertian pembelajaran

    matematika, pembelajaran matematika di SD, tujuan pembelajaran Matematika

    SD, serta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika. Pengertian

    pembelajaran Matematika akan memaparkan pengertian pembelajaran

    Matematika menurut beberapa ahli, selanjutnya pembelajaran matematika di SD

    membahas mengenai karakteristik pembelajaran Matematika di SD. Tujuan

    pembelajaran Matematika membahas mengenai tujuan pembelajaran yang

    diharapkan dapat tercapai selama proses pembelajaran berlangsung, sementara

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika membahas SK dan KD

    yang akan digunakan peneliti dalam penelitian

    2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

    Menurut Rusffendi dalam Heruman (2007:1) “Matematika adalah bahasa

    simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu

    tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

    tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan

    akhirnya ke dalil”. Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara

    beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit,

    sedemikian rupa tersusun sehingga pengertian terdahulu mendasari pengertian

    berikutnya (Hudojo, 2005). Belajar matematika tidak hanya berhubungan dengan

  • 8

    bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan matematika berkenaan

    dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut

    urutan yang logis.

    Menurut Gatot dalam (Kartika, 2012: 26) pembelajaran matematika adalah

    proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian

    kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperolah kompetensi tentang

    bahan matematika yang di pelajari. Pernyataan tersebut sejalan Susanto (2013

    :186) yang menyatakan bahwa:

    Pembelajaran Matematika adalah proses belajar mengajar yang

    dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang

    dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan

    kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya

    meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika.

    Dari beberapa pernyataan yang di atas dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran Matematika adalah proses pemerolehan pengalaman belajar siswa

    yang memiliki objek abstrak, melalui proses yang sistematis dengan penalaran

    deduktif, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit, sehingga

    keterkaitan antara konsep Matematika bersifat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran

    Matematika tidak hanya keterampilan hafalan namun dibutuhkan cara berpikir

    kritis untuk suatu pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini nantinya akan

    sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga Matematika

    merupakan mata pelajaran yang penting dibelajarkan sejak usia dini.

    2.1.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

    Siswa SD berada pada umur yang berkisar antara usia 7 hingga 12 tahun,

    pada tahp ini siswa masih berpikir pada fase operasional konkret. Kemampuan

    yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk

    mengoperasikan kaidah-kaifah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang

    bersifat konkret (Heruman, 2007). Siswa SD masih terikat dengan objek yang

    ditangkap dengan pancaindra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran

    Matematika yang bersifat abstrak, siswa lebih banyak menggunakan media

  • 9

    sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Ciri-ciri pembelajaran

    Matematika di SD menurut Van De Walle (2008: 6) yaitu:

    1) Pembelajaran Matematika menggunakan metode spiral Pendekatan spiral dalam pembelajaran Matematika merupakan pendekatan

    dimana pembelajaran konsep atau suatu topik Matematika selalu

    mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

    2) Pembelajaran Matematika bertahap materi Materi pembelajaran Matematika diajarkan secara bertahap yang dimulai

    dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep lebih sulit.

    3) Pembelajaran Matematika menggunakan metode induktif Sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran

    Matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

    4) Pembelajaran Matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran Matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak

    ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan yang lainnya.

    5) Pembelajaran Matematika hendaknya bermakna Pembelajaran secara bermakna merupakan cara pengajaran materi

    pembelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan.

    Selanjutnya Hujono (2005) menyatakan ada beberapa hal yang harus

    diperhatikan dalam mengajarkan matematika di tingkat SD yaitu sebagai berikut:

    1) Siswa Mengajar matematika untuk sebagian besar kelompok siswa

    berkemampuan sedang akan berbeda dengan mengajarkan matematika

    kepada sekelompok kecil siswa cerdas. Sekelompok besar siswa sedang

    perlu diperkenalkan matematika sebagai suatu aktivitas manusia, dekat

    dengan penggunaan sehari-hari yang diatur secara kreatif (oleh guru) agar

    kegiatan dapat disesuaikan dengan topik matematika. Untu siswa yang

    cerdas, mereka akan mudah mengasimilasi dan mengakomodasi teori

    matematika dan masalah-masalah yang tertera dalam buku teks.

    2) Guru Ada dua orientasi guru dalam mengajar matematika di SD, yaitu (a)

    keinginan guru mengarah ke kelas sebagai keseluruhan dan sedikit

    perhatian individu siswa baik reaksinya maupun kepribadian. Biasanya

    mereka membatasi dirinya ke materi matematika yang distrukturkan ke

    logika matematika. Mengajar matematika berarti mentranslasikan sedekat-

    dekatnya ke teori matematika yang sama sekali mengabaikan kesulitan

    yang dihadapi siswa (b) guru tidak terikat ketat dengan pola buku teks

    dalam mengajar matematika. Kegiatan matematika diatur sedekat-

    dekatnya dengan lingkungan siswa sehingga siswa terbiasa terhadap

    konsep-konsep matematika.

    3) Alat Bantu Mengajar matematika di lingkungan SD, harus didahului dengan benda-

    benda konkret. Secara bertahap dengan bekerja dan mengobservasi, siswa

  • 10

    dengan sadar menginterpretasikan pola matematika yang terdapat dalam

    benda konkret.

    4) Proses Belajar Proses belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif sesuai dengan

    tahap perkembangan mental, agar siswa mempunyai kesempatan

    maksimum untuk belajar.

    5) Matematika yang Disajikan Pembelajaran matematika disajikan dengan bervariasi, dilandsasi altar

    belakang yang realistik dari siswa. Dengan demikian aktivitas matematika

    menjadi sesuai dengan lingkungan siswa.

    6) Pengorganisasian Kelas Bentuk pengorganisasian yang dimaksud antara lain adalah laboratorium

    matematika, kelompok siswa yang heterogen kemampuannya, isntruksi

    langsung, diskusi kelas dan pengajaran individu.

    Dengan memperhatikan keenam hal di atas, pembelajaran matematika akan

    berlangsung menyenangkan dan efektif, sehingga siswa tidak hanya mampu

    menghafal konsep-konsep matematika, tetapi juga harus dapat diaplikasikan

    dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran matematika di SD mampu

    mengembangkan kompetensi-kompetensi matematika seperti yang terdapat dalam

    kurikulum.

    2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika SD

    Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika

    bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:

    1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

    mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

    tepat, dalam pemecahan masalah.

    2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

    gagasan dan pernyataan Matematika.

    3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

    merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

    yang diperoleh.

    4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

    untuk memperjelas keadaan atau masalah.

  • 11

    5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu

    memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

    Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

    Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

    Matematika adalah agar siswa memahami konsep Matematika, menggunakan

    penalaran, mengkomunikasikan gagasan yang dapat di gunakan dalam pemecahan

    kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Matematika dapat membuat siswa berpikir

    logis, kritis dan kreatif serta memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika

    dalam kehidupan.

    2.1.1.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

    Pencapaian tujuan Matematika dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

    standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

    Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang

    secara rasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan

    kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

    pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

    pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Matematika

    telah disusun dalam KTSP sebagai landasan dalam pembelajaran. Adapun Standar

    Kompetensi untuk mata pelajaran Matematika di SD berdasarkan dokumen pada

    KTSP mengenai standar kompetensi lulusan dalam Ibrahim dan Suparni

    (2012:37), yaitu sebagai berikut :

    1) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan

    sehari-hari.

    2) Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan

    sehari-hari.

    3) Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam

    pemecahan kehidupan sehari-hari.

    4) Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

  • 12

    5) Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata

    hitung, modus serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan

    sehari-hari.

    6) Memiliki sikap menghargai Matematika dan kegunaanya dalam kehidupan.

    7) Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif.

    Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyebutkan materi mata pelajaran

    Matematika untuk SD/ MI kelas V semester 2 pada tabel 2.1 sebagai berikut :

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

    Kelas 5 SD Semester 2

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    Bilangan

    5. Menggunakan

    pecahan dalam

    pemecahan masalah.

    5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal

    serta sebaliknya.

    5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk

    pecahan.

    5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk

    pecahan.

    5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah

    perbandingan dan skala.

    Geometri dan

    Pengukuran

    6. Memahami sifat-

    sifat bangun dan

    hubungan antar

    bangun.

    6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.

    6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

    6.3 Menentukan jarring-jaring berbagai bangun ruang

    sederhana.

    6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri.

    6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

    bangun datar dan bangun ruang sederhana.

    Penelitian ini mengambil Standar Kompetensi 6. Memahami sifat-sifat

    bangun dan hubungan antar bangun. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi

    sifat-sifat bangun datar dan 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

    2.1.2 Aktivitas Belajar

    Kegiatan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan kurikulum yang

    telah ditetapkan apabila dilaksanakan dengan berbagai desain aktivitas belajar

    yang efektif, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara langsung dalam

  • 13

    pembelajaran. Aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas

    yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar-mengajar (Hamalik,

    2011:179).

    Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk

    membelajarkan siswa, artinya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai

    subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan pada aktivitas siswa

    (Sanjaya, 2008:135). Aktivitas belajar siswa meliputi kegiatan-kegiatan siswa

    dalam belajar, seperti mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang

    dianggap penting, berdiskusi atau kerja kelompok, keberanian untuk bertanya,

    keberanian mengajukan pendapat, kritik, saran, presentasi, mengerjakan latihan

    dan kegiatan belajar yang lainnya.

    Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan

    segala kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar dalam rangka

    pencapaian tujuan dalam pembelajaran baik kegiatan fisik maupun non-fisik.

    Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang

    tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Sehingga akan

    terbentuknya suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan, dimana masing-

    masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas

    yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan

    keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.

    Paul D. Dierch dalam Hamalik (2008:90-91) mengelompokkan jenis-jenis

    aktivitas belajar siswa sebagai berikut :

    1. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.

    2. Kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan

    saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

    3. Kegiatan mendengarkan seperti: mendengarkan penyajian bahan, percakapan atau diskusi kelompok, siaran radio, maupun mendengarkan

    suatu permainan instrumen musik.

    4. Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes,

    mengisi angket.

    5. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

  • 14

    6. Kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, malaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi).

    7. Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor, menemukan hubungan, membuat keputusan.

    8. Kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

    Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang mempengaruhi

    aktivitas belajar (proses belajar) siswa, yaitu:

    1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek fisik yaitu sehat

    tidaknya kondisi tubuh mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Apek psikis

    meliputi pethatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, pikiran,

    bakat, dan motif.

    2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru dan cara mengajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas.

    Aktivitas belajar dalam pembelajaran Matematika yang dapat diukur meliputi

    beberapa aspek, yaitu: kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis,

    menggambar, metrik, mental dan emosional (Hamalik 2008:90). Pengukuran

    pelaksanaan/aktivitas dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan evaluasi

    beracuan kriteria yaitu menentukan apa yang dianggap prestasi yang baik dan nilai

    akhir apa yang diharapkan, selain itu dapat dilakukan dengan evaluasi diri siswa,

    yaitu memberikan laporan, masukan, atau keluhan terhadap proses pembelajaran

    yang sudah berlangsung (Meier 2002:165). Selain itu skala penilaian lebih tepat

    digunakan untuk mengukur suatu proses belajar pada siswa (Sudjana, 2012:79).

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengukuran aktivitas belajar yang dapat

    digunakan dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan skala penilaian.

    Dengan menggunakan skala penilaian dapat mengetahui peningkatan aktivitas

    belajar siswa dalam pembelajaran Matematika.

    2.1.3 Hasil Belajar

    Menurut Wardani, dkk. (2012 :110) “Hasil belajar adalah hasil pengukuran

    penguasaan bidang/ materi dan aspek perilaku baik melalui tes maupun non tes”.

    Pencapaian kompetensi hasil belajar terbagi dalam ranah kognitif, afektif dan

    psikomotorik. Selanjutnya, Purwanto (2013:46) menyatakan bahwa “Hasil belajar

  • 15

    adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar”. Perubahan perilaku

    disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan

    dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi Purwanto menyatakan bahwa

    macam-macam hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kogintif),

    keterampilan proses (aspek psikomotorik) dan sikap siswa (aspek afektif).

    a. Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)

    Pemahaman menurut Bloom (Purwanto, 2013:6) adalah seberapa besar siswa

    mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang di berikan oleh

    guru kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti

    apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami atau yang ia rasakan berupa hasil

    penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Sedangkan konsep

    menurut Dorothy J. Skeel dalam Sumaatmadja (2005: 2-3), konsep

    merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan

    atau pengertian. Kesimpulan dari kedua pendapat tersebut bahwa pengertian

    pemahaman konsep adalah mengerti dan memahami suatu pelajaran yang

    tergambar dalam pikiran atau gagasan.

    b. Keterampilan Proses (Aspek Psikomotorik)

    Menurut Usman dan Setiawati (Purwanto, 2013: 9-10) keterampilan proses

    merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan

    mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagi penggerak kemampuan yang

    lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan yang di maksud disini

    meliputi kemampuan menggunakan nalar dan pikiran termasuk kreativitas.

    c. Sikap (Aspek Afektif)

    Sikap tidak hanya mencakup aspek mental semata, melainkan mencakup pula

    respon aspek fisik, jadi harus ada kekompakan antara mental dan fisik

    (Purwanto, 2013 :10-11). Sikap tidak hanya dilihat dari perubahan mental

    saja yang dimunculkan, melainkan juga pada aspek fisik.

    Dari pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

    belajarnya melalui interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

    perubahan dalam tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek

  • 16

    kogitif berupa pemahaman konsep, aspek afektif di tunjukan dengan perubahan

    secara mental dan fisik sedangkan aspek psikomotik mencakup keterampilan

    dalam menggunakan pikiran nalar serta kreativitasnya.

    Ketercapaian hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan pengukuran.

    Menurut Wardani (2012:47) pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya

    yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa

    atau benda. Angka dalam pengukuran, dapat ditentukan dengan sebuah alat ukur

    yang disebut dengan instrumen. Instrument yang sering digunakan seperti tes,

    lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Salah satu

    instrument yang banyak di gunakan adalah tes. Menurut Wardani (2012:48), “Tes

    adalah instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual

    seseorang”.

    Hasil belajar dapat ditentukan juga dengan asesmen. Asesmen menurut

    Wardani (2012: 50) adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk

    mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Menurut Naniek Sulistya

    Wardani (2012:56) berdasarkan fungsinya, asesmen pembelajaran dibedakan

    menjadi 5 jenis, yaitu :

    a. Asesmen formatif, yakni penilaian yang dilakukan pada setiap akhir pokok

    bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap

    pokok bahasan tertentu.

    b. Asesmen sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada khir suatu program

    tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran). Tujuannya dalah untuk

    melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara

    lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan

    penentuan kenaikan kelas.

    c. Asesmen diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan

    siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk

    keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga

    aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang

    melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi

    khusus siswa.

  • 17

    d. Asesmen penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk

    menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannnya,

    misalnya dalam pemilihan jurusan, atau menempatkan anak pada kerja

    kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi

    bakat, minat, kesangguapan, kondisi fisik, kemampuan dasar, keterampilan,

    dan aspek khusus yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

    e. Asesmen seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau

    memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu.

    Pelaksanaan asesmen pembelajaran, perlu memperhatikan teknik asesmen

    pembelajaran. Secara umum teknik asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua

    yakni teknik tes dan nontes.

    a. Teknik Tes

    Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

    memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap

    butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang diangggap

    benar menurut Suryanto Adi, dkk. 2009 (Wardani, 2012:70) . Berikut ini adalah

    teknik tes yang dikemukakan oleh Poerwanti (2008:4-9) sebagai berikut:

    1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

    1) Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik

    dalam hal soal maupun jawabannya.

    2) Tes lisan. Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response)

    semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak

    memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu,

    hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi

    pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

    3) Tes unjuk kerja. Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan

    sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa

    kemampuan psikomotor.

  • 18

    2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

    1) Tes esei (essay-type test). Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut

    siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah

    dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

    2) Tes jawaban pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban

    pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam

    bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam

    bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-

    angka.

    3) Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi

    diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya

    sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected

    response test).

    b. Non Tes

    Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan

    psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek

    kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes. Menurut Poerwanti (2008:3-19 – 3-

    31) teknik non tes dibedakan menjadi:

    1. Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

    dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen

    yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan

    belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan

    oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

    2. Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

    diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau

    aspek kepribadian peserta didik.

    3. Angket merupakan suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh

    informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket

    sikap (attitude questionnaires).

    4. Work sample analysis (analisa sampel kerja) digunakan untuk mengkaji

    respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya

  • 19

    dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar

    yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain

    sebagainya.

    5. Task analysis (analisis tugas) dipergunakan untuk menentukan komponen

    utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan

    hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

    6. Checklists dan rating scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi

    dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan

    data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format

    yang dipergunakan.

    7. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam

    karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,

    perkembangan belajar dan prestasi siswa.

    8. Komposisi dan presentasi, peserta didik menulis dan menyajikan

    karyanya.

    9. Proyek individu dan kelompok, peserta didik mengintegrasikan

    pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu

    maupun kelompok.

    Dasar pembuatan alat ukur adalah membuat kisi-kisi. Kisi-kisi (test blue-print

    atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang

    menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik berdasarkan kompetensi

    dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini

    digunakan untuk pedoman menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes.

    Dari tes menghasilkan skor pengukuran yang dipergunakan sebagai dasar

    penilaian atau evaluasi.

    Wardani dkk, (2010:2.8) menjelaskan bahwa evaluasi itu merupakan proses

    untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara

    membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria

    sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan

    sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran.

    Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang

  • 20

    dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau batas

    keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk

    kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas

    kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak

    disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria

    (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran

    dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut

    dengan Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar

    Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa KKM adalah Kriteria Ketuntasan

    Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang

    satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan

    teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

    Tujuan utama dari penilaian adalah untuk membantu guru atau pendidik

    dalam mengambil keputusan dalam memperbaiki pembelajaran (Wardani Naniek

    Sulistya, dkk., 2012). Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu

    kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta

    didik. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk

    yaitu peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan

    kelemahannya atas perilaku yang diinginkan dan perilaku yang diinginkan itu

    telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan

    antara penampilan prilaku yang sekarang dengan yang diinginkan.

    Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan

    kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa

    penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk

    memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian,

    penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.

    Hasil belajar juga dapat diperoleh ketika tes evaluasi diberikan dan kemudian

    dapat diketahui dari skor perolehan siswa yang berupa aspek kognitif dengan

    menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan

    dalam bentuk skor, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti

  • 21

    pembelajaran berupa tanya jawab, diskusi, presentasi dan aspek psikomotorik

    yang menunjukkan siswa dalam menyimak kompetensi yang diberikan guru

    dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Jadi hasil belajar adalah perolehan

    skor dari pengukuran tes (aspek kognitif) dan non tes (aspek sikap dan aspek

    ketrampilan).

    2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Slavin (2010:4) model pembelajaran kooperatif merujuk pada

    berbagai macam metode di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

    kecil untuk saling membantu satu sama yang lainnya dalam mempelajari materi

    pelajaran. Pembelajran dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling

    membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah

    pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

    pemahaman masing-maisng. Pendapat tersebut sejalan dengan Suprihatiningrum

    (2013:191) yang menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative

    learning mengacu pada metode pembelajaran yang mana siswa bekerja bersama

    dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

    pembelajaran dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang

    heterogen dengan tujuan mereka dapat bekerjasama dalam menyelesaikan suatu

    permasalahan tertentu dengan mengesampingkan ego masing-masing demi

    keberhasilan kelompoknya. Selain meningkatkan keterampilan dalam berinteraksi,

    setiap anggota kelompok juga memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan

    kelompoknya.

    Setiap strategi pembelajaran mempunyai ciri masing-masing yang

    membedakan dengan yang lainnya. Proses pembelajaran pada kooperatif lebih

    menekankan pada kerja sama kelompok, hal ini yang menyebabkan kooperatif

    berbeda dengan yang lainnya. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman

    (2012:207) adalah:

  • 22

    a. Pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim harus mampu membuat seluruh anggotanya

    belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan

    pembelajaran.

    b. Didasarkan pada manajemen kooperatif, manajemen ini mempunyai tiga fungsi yaitu: sebagai perencanaan, sebagai organisasi, dan sebagai kontrol.

    c. Kemauan untuk bekerja sama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Tanpa kerjasama yang baik

    antarsiswa dalam satu kelompok, pembelajaran kooperatif tidak dapat

    berhasil maksimal.

    d. Keterampilan bekerja sama, kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dalam

    hal ini siswa didorong untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan

    anggota satu tim.

    Sedangkan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran

    kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni 2013: 16) sebagai berikut:

    a. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.

    b. Siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab, terhadap diri sendiri

    dalam mempelajari materi yang dihadapi.

    c. Siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

    d. Siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara anggota kelompok.

    e. Siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

    f. Siswa berbagai kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

    g. Setiap siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

    Pembelajaran kooperatif akan berhasil dengan baik dalam proses

    pembelajaran apabila sesuai dengan langkah-langkah dan dapat terampil dalam

    menjalankan model pembelajaran ini. Menurut Rusman (2009:211) ada enam

    tahap pembelajaran kooperatif yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • 23

    Tabel 2.2

    Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

    Tahap Tingkah laku guru

    Tahap-1 Menyampaikan tujuan dan

    motivasi

    Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

    ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

    memotivasi siswa belajar.

    Tahap-2 Menyajikan informasi

    Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan

    jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

    Tahap-3 Mengorganisasikan siswa

    kedalam kelompok-

    kelompok belajar

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

    membentuk kelompok-kelompok belajar dan

    membentu setiap kelompok agar melakukan transisi

    secara efisien.

    Tahap-4 Membimbing kelompok

    bekerja dan belajar

    Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

    pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

    Tahap-5 Evaluasi

    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

    yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

    mempresentasikan hasil kerjanya.

    Tahap-6 Memberikan penghargaan

    Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun

    hasil belajar individu maupun kelompok

    Model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi beberapa macam. Menurut

    Isjoni (2013:73) dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model

    yang dapat diterapkan antara lain:

    a. STAD (Student Team Achievement Divisions)

    b. TGT (Teams Games Tournament)

    c. Jigsaw

    d. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

    e. TAI (Team Assisted Individualization)

    f. Group Investigation

    g. Rotating Trio Exchange

    h. Group Resume

    Dalam pembelajaran kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama

    lainnya, berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi

    kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat

    bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam

    kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini akan

  • 24

    menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir untuk

    memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilannya.

    2.1.5 Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

    Model pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran

    kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai

    ketrampilan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri

    dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan

    kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian

    penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode pembelajaran

    kooperatif yang paling sederhana.

    Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa “Model pembelajaran kooperatif tipe

    STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi

    ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5

    orang anggota kelompok yangmemiliki latar belakang kelompok yang heterogen,

    baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan

    sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian

    saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi

    antar sesama anggota tim.

    Sedangkan menurut Huda (2013:201) Student Team Achievement Division

    (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya

    beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-

    beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran.

    Dari beberapa pengertian yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan

    bahwa Student Team Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran

    kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

    saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran dalam

    kelompok heterogen untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

  • 25

    2.1.5.1 Komponen STAD

    Menurut Slavin (2005:143) STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu

    presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi (penghargaan)

    tim. Uraiannya sebagai berikut:

    a) Presentasi Kelas

    Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung seperti yang sering

    dilakukan atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Perbedaan presentasi kelas

    dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi tersebut haruslah benar-benar

    terfokus pada unit STAD. Jadi para siswa harus benar-benar memberi

    perhatian penuh terhadap presentasi kelas agar mereka dapat mengerjakan

    kuis-kuis sehingga dari skor kuis akan menentukan skor tim mereka.

    b) Tim

    Tim terdiri dari 4-5 siswa yang berbeda dalam tingkat kemampuan

    akademik, jenis kelamin, dan ras. Fungsi tim yaitu memastikan bahwa semua

    anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa

    mengerjakan kuis dengan baik. Tim berkumpul untuk mempelajari lembar

    kerja siswa, setelah guru menyampaikan materi. Pada tiap pertemuan, guru

    menekankan anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan setiap tim

    pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

    c) Kuis

    Para siswa akan mengerjakan kuis yang dilaksanakan setelah satu atau dua

    periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode

    praktim tim. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

    mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual

    untuk memahami materinya. Setelah siswa mengerjakan kuis, siswa dapat

    saling bertukar kertas dengan anggota tim lain, ataupun mengumpulkan

    kuisnya untuk dinilai setelah kelas selesai. Skor kuis dan skor tim dihitung

    tepat pada waktunya untuk digunakan pada kelas selanjutnya.

    d) Skor Kemajuan Individual

    Skor kuis para siswa dibandingkan berdasarkan tingkat kemajuan yang

    diraih siswa pada hasil yang mereka capai sebelumnya. Para siswa

  • 26

    mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis

    mereka melampaui skor awal mereka. Berikut penentuan poin skor kemajuan

    individual dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:

    Tabel 2.3

    Skor Kemajuan Individual

    Skor Kuis Poin Kemajuan

    Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

    10-1 poin di bawah skor awal 10

    Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

    Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

    Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

    Sumber: Slavin (2005:159)

    Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang

    berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau

    penghargaan lainnnya. Untuk menghitung skor tim, guru harus mencatat tiap

    poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan membagi

    jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim

    yang hadir, jika hasil angka yang diperoleh adalah pecahan maka harus

    dibulatkan. Beikut tabel skor individu siswa:

    Tabel 2.4

    Lembar Skor Kuis Individu

    Siswa

    Tanggal: Tanggal: Tanggal:

    Kuis: Kuis: Kuis:

    Skor

    dasar

    Skor

    kuis

    Poin

    kema-

    juan

    Skor

    dasar

    Skor

    kuis

    Poin

    kema-

    juan

    Skor

    dasar

    Skor

    kuis

    Poin

    kema-

    juan

    Sumber: Slavin (2005:162)

  • 27

    e) Rekognisi (Penghargaan) Tim

    Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila

    skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam penghargaan

    yang diberikan. Ketiganya di dasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut:

    Tabel 2.5

    Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

    Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

    0 ≤ N ≤ 5 -

    6 ≤ N ≤ 15 Tim baik (Good Team)

    16 ≤ N ≤ 20 Tim hebat (Great Team)

    21 ≤ N ≤ 30 Tim super (Super Team)

    Sumber: Rusman (2012:216)

    2.1.5.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD

    Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan

    sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Langkah-langkah

    model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman (2012:215) yaitu:

    a. Penyampaian tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

    pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

    b. Pembagian kelompok Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya

    terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas.

    c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

    menjelaskan tujuan pelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa.

    Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,

    pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

    d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

    lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

    anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi.

    e. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi

    yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil

    kerja masing-masing kelompok.

    f. Penghargaan prestasi tim

  • 28

    Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan

    diberikan angka dengan rentang 0-100. Untuk kelompok yang

    memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru

    berupa sertifikat.

    Sedangkan langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Huda

    (2013:201) terdapat empat tahap, yaitu:

    Tahap 1: Pengajaran

    Pada tahap pengajaran, guru menyajikan materi pelajaran, biasanya dengan

    format ceramah-diskusi. Pada tahap ini siswa seharusnya diajarkan tentang

    apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting.

    Tahap 2 : Tim Studi

    Pada tahap ini, para anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk

    menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan

    oleh guru.

    Tahap 3 : Tes

    Pada tahap ujian, setiap siswa secara indVisu menyelesaikan kuis. Guru

    men-score kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu serta

    hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan

    diakumulasikan untuk skor tim mereka.

    Tahap 4 : Rekognisi

    Setiap tim menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor

    rata-rata tim. Misalnya, tim-tim yang memperoleh poin peningkatan dari

    15 hingga 19 akan menerima sertifikat sebagai TIM BAIK, tim yang

    memperoleh rata-rata poin peningkatan dari 20-24 akan mendapatkan

    sertifikat TIM HEBAT, sementara tim yang memperoleh poin 25-30 akan

    menerima sertifikat sebagai TIM SUPER.

    Dari beberapa pendapat di atas, dapat dilihat bahwa pemebelajaran STAD

    menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling

    memotivasi dan saling membantu dalam kelompok untuk menguasai materi

    pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Dari pendapat para ahli

    dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran STAD sebagai berikut :

    1. Penyajian Kelas

    Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara

    klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan

    pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa

    bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis

    atau diskusi.

  • 29

    2. Pembentukan kelompok

    Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang

    ada di dalam kelas, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa yang dipilih

    secara heterogen.

    3. Kerja Kelompok/Tim

    Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari

    lembar kegiatan atau materi lainnya.Tim adalah figur yang paling penting dalam

    STAD. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim

    benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis

    dengan baik. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan

    permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan

    pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

    4. Presentasi Kelompok

    Presentasi kelompok dilakukan secara bergantian di depan kelas sehingga

    terjadi diskusi kelas. Siswa diajarkan untuk berpendapat dan menerima pendapat

    orang lain. Hasil dari presentasi kelompok siswa dan guru secara bersama-sama

    menarik kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari.

    5. Siswa mengerjakan tes/kuis individual

    Siswa mengerjakan tes/kuis yang diberikan guru. Dalam mengerjakan, siswa

    tidak boleh saling membantu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

    siswa menguasai materi saat belajar bersama kelompok.

    6. Memberikan penghargaan/reward

    Penghargaan diberikan kepada kelompok yang berhasil mengumpulkan nilai

    tertinggi. Nilai tersebut berasal dari jumlah nilai tes individu dalam satu

    kelompok. Pemberian penghargaan perlu dilakukan untuk memotivasi semangat

    belajar siswa.

    2.1.5.3 Kelebihan dan Kelemahan STAD

    Setiap model pembelajaran tidak ada yang sempurna, karena masing-masing

    memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Oleh karena itu peran pendidik

    penting dalam menyesuaikan model mana yang sesuai untuk di terapkan dalam

  • 30

    menyampaikan materi tertentu. Menurut Budairi (2012:1) pembelajaran

    kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan , yaitu sebagai berikut:

    1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, sehingga meningkatkan jiwa sosial masing-

    masing siswa.

    2. Siswa aktif saling membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

    3. Semua siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, sehingga setiao siswa mampu mengembangkan

    pemahaman dan penugasan materi yang bersifat kognitif, psikomotoris,

    maupun afektif.

    4. Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

    Selain kelebihan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga

    terdapat kelemahan-kelemahannta. Berikut ini kelemahan model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD menurut Budairi (2012:1), yaitu:

    1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

    2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

    3. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

    Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif masih dapat

    diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi

    dengan menyediakan lembar kerja siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja

    secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang

    kelas sesuia kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran

    dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu

    yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.

    Pembelajaran kooperatif memang membentuk kemampuan khusus guru,

    namun hal ini dapat diatasi dengan menggunakan latihan terlebih dahulu.

    Sedangkan kekurangan-kekurangan terakhir dapat diatasi dengan memberikan

    pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan

    orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu untuk berkerja sama dan berlatih

    bekerja sama dalam pembelajaran kooperatif.

  • 31

    2.1.6 Rancangan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division

    (STAD) dalam PBM Matematika

    Pembelajaran matematika tidak hanya penghafalan rumus-rumus atau

    pengenalan konsep-konsep saja, namun fokus guru adalah melatih cara berpikir

    dan bernalar siswa, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan

    kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan

    menyampaikan informasi atau mengemukakan gagasan. Apabila guru

    menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran

    Matematika, siswa hanya mampu menghafal materi-materi yang didapat. Siswa

    tidak dapat memahami dengan baik dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

    sehari-hari. Maka dari itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang melibatkan

    secara langsung dalam pembelajaran salah satunya yaitu model pembelajaran

    STAD.

    Model pembelajaran STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif.

    Model STAD menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa di dalam

    kolompok. Siswa dengan aktivitas kerja kelompok kemungkinan lebih besar aktif

    dibandingkan bekerja sendirian. Berdisikusi, menyampaikan pendapat, serta

    mengajukan pertanyaan akan membantu membentuk kepercayaan diri siswa,

    mengembangkan cara berfikir kritis, dan menghasilkan rasa kepemilikan dalam

    tugasnya. Guru sebagai fasilitator harus mendesain pembelajaran semenarik

    mungkin dan meningkatkan aktivitas siswa agar tercipta pembelajaran yang

    menyenangkan dan bermakna. Guru juga harus menyadari bahwa dalam

    pembelajaran membutuhkan keterlibatan siswa secara langsung. Dengan aktivitas

    belajar siswa yang melibatkan siswa dalam pembelajaran secara langsung akan

    meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam mengungkapkan ide atau

    pendapatkanya.Siswa yang mengkonstruk sendiri pengetahuannya akan

    merasakan arti penting, manfaat, kebermaknaan yang bermakna dalam belajar

    sehingga hasil belajar akan meningkat.

    Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Student

    Team Achievement Division (STAD) menurut beberapa ahli, maka langkah-

    langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Team

  • 32

    Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika SD kelas 5

    semester 2 dengan materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang dapat kita

    ketahui langkah-langkah pembelajaran pada tabel 2.6 sebagai berikut:

    Tabel 2.6

    Langkah-langkah Pembelajaran STAD

    No Langkah Dalam Model

    Pembelajaran STAD Langkah Pembelajaran di Kelas

    1. Penyajian Kelas

    - Siswa bersama guru bertanya jawab tentang peristiwa yang berhubungan dengan sifat-

    sifat bangun datar dan bangun ruang.

    - Melibatkan siswa aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

    2. Pembentukan kelompok

    - Siswa dibagi menjadi kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang.

    - Setiap kelompok difasilitasi lembar kerja kelompok.

    3. Kerja Kelompok/Tim

    - Setiap kelompok berdiskusi tentang tugas yang diberikan sesuai arahan yang diberikan

    oleh guru.

    - Selama diskusi berlangsung guru memberikan motivasi, arahan dan

    bimbingan pada masing-masing kelompok.

    4. Presentasi kelas - Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi

    kelompok, sedangkan kelompok lain

    memberi tanggapan.

    - Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil pengerjaan kelompok.

    5. Siswa mengerjakan

    tes/kuis individual

    - Setelah melakukan pembahasan terhadap hasil dari perwakilan kelompok, guru

    meminta siswa untuk mengerjakan soal

    secara individu.

    - Skor kuis individu akan dibandingkan dengan skor dasar.

    - Poin skor kemajuan akan digabungkan pada masing-masing kelompok dan akan

    menghasilkan skor tim.

    6. Memberikan

    penghargaan/reward

    - Guru bersama dengan siswa membahas hasil kerja siswa secara individu maupun

    kelompok, kemudian menentukan skor

    akhir setiap tim.

    - Kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan reward

  • 33

    2.2 KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Mey Syaroh Lies Wurtanti

    dalam penelitian yang berjudul ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan

    Menerapkan Model STAD dengan Media Manikmanik Pada Siswa Kelas II SDN

    Sumur 03 Semester I/2011-2012” membuktikan bahwa persentase hasil belajar

    dalam pembelajaran meningkat. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil evaluasi

    rata-rata kelas 58,5 pada pra siklus menjadi 70,5 pada siklus I dan 83 pada siklus

    II. Ketuntasan belajar klasikal dari 35% pada pra siklus menjadi 80% pada siklus I

    dan 90% pada siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model

    pembelajaran STAD di SDN Sumur 03 kelas II dapat ditingkatkan. Hasil

    penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

    STAD dengan media manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

    mata pelajaran Matematika tentang penjumlahan bilangan sampai 500 di SD

    Sumur 03 kelas II semester 1 tahun ajaran 2011/2012. Kelebihan dari penelitian

    ini adalah penggunaan media sederhana yaitu manik-manik yang tidak

    membutuhkan biaya yang mahal dan barang mudah didapat.Disamping itu

    penggunaan media manik-manik dapat menarik minat siswa dalam melakukan

    pembelajaran. Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan media

    manikmanik hendaknya dapat diganti dengan media lain untuk menyesuaikan

    dengan tingkatan kelas sehingga dapat diaplikasikan ke semua tingkatan kelas.

    Senada dengan hasil penelitian Mey Syaroh, Firmansyah (2011) dalam

    penelitian yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar Matematika melalui

    pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD Siswa Kelas III SDN 02 Ngombak

    Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011” menunjukkan

    bahwa melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat

    meningkatkan hasil belajar Matematika. Peningkatan ini dapat ditunjukkan pada

    siklus I ketuntasan belajar sebesar 61,9%, dan belum mencapai keberhasilan

    penelitian yang ditetapkan 75%. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar naik

    menjadi 95,23%, dan siklus II ini telah mencapai ketuntasan belajar ≥ 75%. Jadi

    kinerja penelitian sukses. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa dan semangat belajar siswa pada pelajaran Matematika.

  • 34

    Kelemahan dari penelitian ini yaitu harus melakukan percobaan berulang kali

    sehingga membutuhkan waktu lama untuk dapat meningkatkan hasil belajar. Hal

    ini dapat terlihat sedikit peningkatan yang diperoleh dalam penelitian ini,

    khususnya pada siklus 1 belum memenuhi KKM yang ditentukan. Mendasar pada

    kelemahan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini siswa harus mampu

    mencapai ketuntasan di atas 80% dari jumlahsiswa.

    Hariyuwati dalam penelitiannya pada tahun 2011 “Peningkatan Hasil

    Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran STAD, Siswa Kelas V SD

    Negeri 3 Mrisi 19 Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan pada

    Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” mendapatkan hasil penelitian yang

    menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Matematika. Prosentase

    ketuntasan siswa pada kondisi awal hanya 18,2% pada siklus 1 meningkat

    menjadi 45% dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 95%. Pencapaian hasil

    belajar yang signifikan membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif model

    STAD cocok digunakan dalam pembelajaran Matematika pada kelas V SD Negeri

    3 Mrisi kecamatan Tanggungharjo kabupaten Grobogan, dan perlu

    disosialisasikan serta menjadi alternatif dalam pembelajaran Matematika.

    Kelemahan yang ada dalam penelitian ini adalah dibutuhkannya waktu yang

    cukup lama untuk meningkatkan hasil belajar siswa dimana hanya terjadi sedikit

    kenaikan pada siklus I dari kondisi awal siswa. Dalam pelaksanaan siklus II agar

    mencapai hasil yang diharapkan dalam pembelajaran ini guru dituntut untuk

    benar-benar kreatif dalam pengelolaan kelas. Mendasar pada kelemahan penelitian

    tersebut, maka dalam penelitian ini guru harus memiliki kreativitas yang tinggi

    untuk dapat mengelola kelas dengan baik. Kelebihan dari penelitian ini adalah

    tercapainya peningkatan yang cukup banyak dari kondisi awal ke siklus I yaitu

    dari 18,2% menjadi 45% dan dari siklus I ke siklus II juga terjadi peningkatan

    50%.

    Dari persamaan dan perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan

    penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu adalah sebagai berikut:

  • 35

    Tabel 2.7

    Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Relevan

    No Peneliti Mata

    Pelajaran

    Variabel

    Bebas

    Variabel

    Terikat

    Hasil Belajar

    Siklus

    I

    Siklus

    II

    1 Mey Syaroh

    Lies Wurtanti

    Matematika STAD Hasil

    belajar 80% 90%

    2 Firmansyah

    (2011)

    Matematika STAD Hasil

    belajar 61,9% 95,23%

    3 Hariyuwati

    (2011)

    Matematika STAD Hasil

    belajar 45% 95%

    4 Peneliti Matematika STAD Aktivitas

    belajar dan

    hasil belajar

    - -

    Dari tabel 2.3 dapat dilihat persamaan penelitian ini dengan penelitian lain

    sama-sama menggunakan model pembelajaran STAD sedangkan perbedaannya

    terletak pada variabel (Y) atau variabel terikatnya adalah aktivitasbelajar dan hasil

    belajar siswa sedangkan pada penelitian lain hanya sebatas meneliti hasil belajar

    siswa.

    2.2 KERANGKA BERPIKIR

    Masalah pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan

    rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup

    terhadap pemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu

    berlangsung dengan metode konvensional guru menggunakan metode ceramah

    dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa

    secara kelompok. Siswa cenderung pasif selama proses belajar mengajar. Dalam

    hal ini penggunaan model pembelajaran tertentu perlu diterapkan guna melibatkan

    siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran Matematika.

  • 36

    Model STAD dalam merupakan pembelajaran kooperatif yang paling

    sederhana yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

    saling memotivasi dan membantu dalam memahami suatu materi pelajaran

    (Salvin, 1995). Dengan model STAD,aktivitas belajar siswa yang sebelumnya

    hanya mendengarkan penjelasan guru menjadi lebih aktif, terdapat kerja

    kelompok yang melibatkan interaksi antarsiswa mapun siswa dengan guru.

    Pembelajaran diawali penyajian kelas oleh guru secara klasikal

    menggunakan presentasi verbal atau teks. Setelah penyajian materi, siswa dibagi

    menjadi kelompok kecil yang heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6

    siswa. Hal ini dilakukan agar siswa belajar untuk saling menerima kekurangan

    maupun kelebihan orang lain, disamping itu juga agar kelompok-kelompok yang

    ada dalam kelas tersebut menjadi homogen sehingga tidak ada rasa iri antar

    kelompok. Setelah pembentukan kelompok, anggota kelompok berkumpul untuk

    mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.Tim adalah figur yang paling

    penting dalam STAD. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua

    anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa

    mengerjakan kuis dengan baik. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu

    melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan

    mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat

    kesalahan. Jadi, kerja sama dan penguasaan materi sangat dibutuhkan. Hasil dari

    kerja kelompok dibahas bersama-sama dengan dibimbing guru.

    Melalui model STAD, diharapkan siswa dapat meningkatkan jiwa sosial

    dengan bekerjasama salam kelompok, dan siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan

    pembelajaran . Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menggunakan model

    pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dengan membuat

    siswa lebih aktif dengan cara berdiskusi atau bekerjasama dalam kelompok

    sehingga siswa mampu berpikir lebih kritis. Dengan langkah-langkah : (1)

    Penyajian kelas (2) Pembentukan kelompok (3) Kerja kelompok/tim (4)

    Presentasi kelas (5) Siswa mengerjakan tes/kuis individual (6) Memberikan

    penghargaan/reward. Penjelasan secara lebih rinci disajikan dalam bentuk gambar

    seperti terlihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.

  • 37

    Gambar: 2.1

    Skema Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Matematika Melalui

    Model Student Teams Achievement Division (STAD)

    Standar Kompetensi : 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun

    Kompetensi Dasar : 6. 1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

    6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

    Guru mendominasi kegiatan

    PBM dengan ceramah

    Pembelajaran

    konvensional

    Tidak ada kerja

    kelompok

    Hasil belajar ≤ 75

    Pembelajaran Model Student Teams

    Achievement Division (STAD)

    1. Penyajian kelas

    2. Pembentukan kelompok

    3. Kerja kelompok/tim

    4. Presentasi kelas

    5. Tes/kuis individual

    6. Pemberian

    penghargaan/reward

    Kelebihan Model STAD:

    1. Siswa dilatih bekerja sama dalam

    mencapai tujuan dengan menjunjung

    tinggi norma-norma kelompok.

    2. Siswa diharapkan berpartisipasi

    aktif saling membantu dan

    memotivasi dalam setiap kegiatan

    pembelajaran.

    3. Siswa dilatih aktif berperan

    sebagai tutor sebaya untuk lebih

    meningkatkan keberhasilan

    kelompok.

    4. Interaksi antarsiswa meningkat

    seiring dengan peningkatan

    kemampuan mereka dalam

    berpendapat.

    Hasil belajar Matematika ≥ 75

    Aktivitas belajar berpusat pada guru

    Aktivitas belajar berpusat pada siswa Tes Formatif

    Aktivitas Belajar Siswa Meningkat

  • 38

    2.4 HIPOTESIS TINDAKAN

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan,

    maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

    1) Penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam

    pembelajaran Matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun datar dan bangun

    ruang diduga dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa kelas 5 di

    SDN 1 Sumberdalem Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo semester 2

    tahun pelajaran 2015/2016 terjadi peningkatan secara signifikan minimal 15%

    dengan langkah-langkah yaitu penyajian kelas, pembentukan kelompok, kerja

    kelompok/tim, presentasi hasil kerja kelompok, mengerjakan kuis individu

    dan pemberian reward kepada tim dengan perolehan skor tertinggi.

    2) Penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) dalam

    pembelajaran Matematika diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

    belajar Matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

    pada siswa kelas 5 di SDN 1 Sumberdalem Kecamatan Kertek Kabupaten

    Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan

    mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar

    Matematika ≥ 75 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan

    nilai rata-rata hasil belajar Matematika meningkat minimal 7 nilai dari KKM

    ≥ 75 yang ditentukan yaitu 82 atau ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥ 90%

    dari 24 siswa (kriteria sangat tinggi).