19
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang hakikat pembelajaran, pembelajaran IPA di SD, hasil belajar, dan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). 2.1.1. Hakikat Pembelajaran Purwanto (2008:42) mengemukakan “Belajar adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri seseorang dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar merupakan bentuk usaha seseorang untuk meningkatkan pengetahuan sehingga akan terwujud perubahan berpikir dan bertingkah laku ke arah yang lebih baik. Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Slameto (2010:2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan pengertian belajar menurut Gage dan Berlier (Hamdani, 2010:21) suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Menurut Bloom (Suprayekti, 2003:4) Proses yang disengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung

penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang

mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori

dalam penelitian ini berisi tentang hakikat pembelajaran, pembelajaran IPA di SD,

hasil belajar, dan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement

Division).

2.1.1. Hakikat Pembelajaran

Purwanto (2008:42) mengemukakan “Belajar adalah proses untuk

membuat perubahan dalam diri seseorang dengan cara berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Belajar merupakan bentuk usaha seseorang untuk meningkatkan

pengetahuan sehingga akan terwujud perubahan berpikir dan bertingkah laku ke

arah yang lebih baik.

Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Slameto (2010:2) adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan pengertian belajar menurut Gage

dan Berlier (Hamdani, 2010:21) suatu proses perubahan tingkah laku yang

muncul karena pengalaman.

Menurut Bloom (Suprayekti, 2003:4) Proses yang disengaja direncanakan

agar terjadi perubahan perilaku disebut dengan proses belajar. Proses ini

merupakan aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan

dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang

mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

7

Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli dapat diperoleh

kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam

diri seseorang menuju ke arah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang

diperoleh.

2.1.2. Pembelajaran IPA di SD

Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” kata

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris,

“Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya ilmu

pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah

dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam.

Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk

mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa

serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan

IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan

keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Menurut H.W Fowler (Trianto

2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang

berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas

pengamatan dan deduksi.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. ” Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat

empiris dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal

ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai suatu proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana produk

sains ditemukan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

8

Jadi IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA

merupakan kumpulan produk, proses dan aplikasi dari pengetahuan yang

mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta.

Siswa SD yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan

kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Proses-

proses penting selama tahapan ini adalah:

1) Pengurutan, kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk,

atau cirri lainnya.

2) Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi

serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,

termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan ebnda

lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan

logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan

berperasaan).

3) Decentering, anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu

permasalahan untuk bisa memecahkannya.

4) Reversibility, anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat

diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.

5) Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda

adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau

benda-benda tersebut.

6) Penghilangan sifat Egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari

sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara

yang salah)

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD yang

perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat

dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk

dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa.

Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman (Susanto, 2013:170),

meliputi:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

9

1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori.

2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental serta mencermati fenomena alam,

termasuk juga penerapannya.

3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap

rahasia alam.

4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau

beberapa saja.

5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

2.1.1.1.Tujuan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran IPA dijelaskan dalam Depdiknas (2006:62), agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi,

dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Tujuan mata pelajaran IPA secara umum yaitu menciptakan

ketaqwaan terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta, memahami

berbagai macam gelaja alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

mengembangkan rasa ingin tahu mengenai pengaruh IPA dengan lingkungan,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

10

menumbuhkan kemampuan berpikir ilmiah, meningkatkan kesadaran dalam

menjaga lingkungan alam, meningkatkan keterampilan untuk bekal pendidikan

ke jenjang selanjutnya.

Dalam penelitian ini tujuan mata pelajaran IPA adalah untuk melatih siswa

dalam mempelajari konsep IPA melalui aktivitas belajar yang mereka

lakukan sendiri, sehingga mampu memberikan pengalaman belajar IPA yang

bermakna bagi siswa melalui model pembelajaran STAD.

2.1.1.2.Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut ini, Depdiknas (2006:62):

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan tanah.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Dalam penelitian ini aspek IPA yang digunakan yaitu energi dan

perubahannya yang terfokus pada pokok bahasan gaya yang meliputi gaya dapat

mengubah gerak suatu benda dan gaya dapat mengubah bentuk suatu benda.

2.1.3. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2013: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward

Kingsley (Sudjana, 2013: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1)

keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-

cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan R. Gagne (Susanto, 2013: 1) belajar

dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunyasebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

11

konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi

terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa,

serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Bagi Gagne,

belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga

menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau

keterampilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau

arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Selanjutnya, Gagne dalam

teorinya yang disebut The domains of learning, menyimpulkan bahwa segala

sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu :

1) Keterampilan motoris (motor skill) ; adalah keterampilan yang diperlihatkan

dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk

tangan, bertepuk tangan, berlari, dan loncat.

2) Informasi verbal ; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak

atau intelegensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu

dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol

yang tampak (verbal).

3) Kemampuan intelektual ; selain menggunakan simbol verbal, manusia juga

mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan

intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran.

4) Strategi kognitif ; Gagne menyebutkan sebagai organisasi keterampilan yang

internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajar

mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif ini lebih ditujukan ke dunia

luar, dan tidak dapat dipelajari dengan sekali saja memerlukan perbaikan dan

latihan terus-menerus yang serius.

5) Sikap (attitude) ; sikap merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa

kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam

belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut.

Sikap akan sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyakinannya

tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

12

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni :

1) Ranah kognitif ; berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah

dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah afektif ; berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotoris ; berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (1)

gerakan refleks, (2) keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual,

(4) keharmonisan atau ketepatan, (5) gerakan keterampilan kompleks, (6)

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Lindgren dalam Suprijono (2012:6) menyatakan hasil belajar

meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Selanjutnya Dimyati dan

Mudjiono (2009:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar adalah

sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil

belajar tampak dari perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan.

Hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses

pembelajaran. Hasil belajar dapat di tinjau dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi

guru, dari sisi siswa hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental”

yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. Sementara bila

ditinjau dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2009:250). Rusman (2013:123),

menambahkan hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa

yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

13

Djamarah dan Zain (Susanto, 2013: 3) menetapkan bahwa hasil belajar

telah tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator berikut, yaitu :

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah

dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh dari berbagai aspek

mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang disebabkan oleh

adanya proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diukur berupa nilai, angka, atau

huruf. Semakin tinggi nilai atau angka atau huruf maka semakin tinggi juga

hasil dari belajar siswa.

2.1.3.1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri

siswa. Slameto (2010:54), menerangkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah:

1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor

individu (intern), yang meliputi:

a) Faktor biologis meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan

penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan

mempengaruhi hasil prestasi belajar.

b) Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta

perhatian ingatan berpikir.

c) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani.

Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan

haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan

untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

14

2) Faktor yang ada pada luar diri individu yang disebut dengan faktor

ekstern, yang meliputi:

a) Faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama

danterutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil

tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan

guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

c) Faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar

dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa

adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan

mendorong untuk lebih giat belajar.

Sejalan dengan pendapat di atas Clark (dalam Sudjana, 2011:39),

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor

kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain seperti motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi, faktor fisik dan psikis. Selain faktor dari dalam diri siswa faktor

yang berada di luar siswa juga menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang

dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi

hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran artinya tinggi rendahnya atau

efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran bergantung kepada

beberapa faktor yang mendasar. Faktor-faktor tersebut salah satunya berasal

dari luar diri siswa, seperti model pembelajaran yang digunakan guru saat

mengajar. Faktor ini penting di dalam upaya pencapaian hasil belajar yang

optimal yaitu terkait bagaimana seorang guru tersebut mampu menciptakan

sebuah pembelajaran yang dapat merangsang siswa sehingga siswa menjadi

berminat, motivasi belajar siswa juga tumbuh serta dapat menumbuhkan

kebiasaan baik siswa dalam belajar. Hal tersebut penting sebagai upaya

untuk meningkatkan hasil belajar.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

15

2.1.4. Model Pembelajaran STAD

2.1.4.1.Pengertian STAD

Menurut Slavin (2005 : 143) STAD merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang

paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan

kooperatif.

Kunandar (2009 : 364) menyatakan bahwa STAD adalah para siswa di

dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas

4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang

heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap

anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling

membantu untuk menguasai bah an ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar

sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya

terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau

memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe STAD ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok.

2.1.4.2.Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD

Menurut Slavin (2005 : 143) STAD terdiri atas lima komponen utama,

yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe STAD:

1) Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di

dalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering

dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga

memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran

biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit

STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

16

benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian

akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka

menentukan skor tim mereka.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari

kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama

dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan

lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim

berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling

sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahpahaman apabila anggota

tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah figur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya,

yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim

dan timpun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim

ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam

pembelajaran untu memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting

untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri,

penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

3) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi

dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis

individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materinya.

4) Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan

kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja

lebih giat dan memberikan kinerja yang lenih baik daripada sebelumnya. Tiap

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

17

siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam

sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan

usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari

rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.

Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan

tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

5) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa juga

digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

2.1.4.3.Keunggulan Model Pembelajaran STAD

1) Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi kepada

kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara Allport (Slavin,

2005:103).

2) Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif serta kerjasama anggota

kelompok menjadi lebih baik (Ahmadi, 2011:65).

3) Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang

lebih banyak (Slavin, 2005:105).

4) Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakakapan sosial di samping

kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).

5) Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator,

mediator, motivator dan evaluator. (Isjoni, 2010:62)

6) Siswa memiliki tanggung jawab belajar untuk dirinya sendiri dan membantu

sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011:203).

7) Meningkatkan hubungan antar pribadi yang positif di antarasiswa yang

berasal dari ras yang berbeda.

2.1.4.4.Kelemahan Model Pembelajaran STAD

1) Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan

seperti ini.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

18

2) Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan

kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat

terampil menerapkan model ini.

2.1.4.5.Solusi Kelemahan Model Pembelajaran STAD

Pada hakikatnya sebaik-baiknya sebuah model pembelajaran pastilah

mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu pula pada model pembelajaran

STAD. Untuk itu guru sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran

haruslah pandai di dalam mengupayakan setiap pembelajaran yang dilakukan

dapat meminimalisir kekurangan dari model pembelajaran yang digunakan.

Dalam hal ini, upaya yang dapat ditempuh oleh guru untuk mengatasi kelemahan

dari model pembelajaran STAD adalah (1) sebelum memulai pembelajaran

ada baiknya guru memberikan instruksi yang jelas tentang penerapan model

pembelajaran STAD, sehingga dengan hal tersebut siswa tidak dipusingkan

lagi dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran STAD, (2) berikan

pemahaman terhadap siswa bahwa penerapan model STAD ini sifatnya hanya

membantu siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui cara yang baru,

unik dan menyenangkan, sehingga dalam prakteknya siswa tidak perlu takut

apabila mendapati anggota kelompok yang berbeda jenis kelamin, ras, etik,

maupun kemampuan, (3) sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru

bersama siswa harus menyepakati beberapa kesepakatan mengenai peraturan-

peraturan dan hukuman yang dapat diterapkan kepada siswa bila siswa

gaduh, tidak mendengarkan apa yang guru atau siswa lain sampaikan saat

presentasi kelompok berlangsung, (4) guru sebagai pelaksana pembelajaran

haruslah pandai-pandai menerapkan model pembelajaran STAD sehingga

siswa tidak bosan. Dalam penelitian ini, guru menggunakan alat peraga

sehingga siswa merasa antusias terus menerus saat proses pembelajaran.

2.2. Implementasi Model Pembelajaran STAD dalam Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

19

Penerapan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA yang

akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara guru menyampaikan tujuan

pembelajaran kepada siswa. Kemudian guru memberi penjelasan tentang

materi Gaya secara bertahap, langkah demi langkah agar siswa lebih

mudah memahami materi yang dijelaskan. Guru memberikan latihan soal yang

berkaitan dengan Gaya sekaligus membimbing siswa. Setelah semua soal

terselesaikan, guru mengevaluasi soal -soal tersebut. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab sehingga terjadi

interaksi antara guru dan siswa. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang

telah disampaikan.

Penjelasan materi secara prosedural dapat membuat siswa lebih

memahami materi pembelajaran tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan.

Dengan cara seperti tersebut siswa lebih aktif di dalam pembelajaran sehingga

hasil belajar IPA dapat meningkat atau dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimal yang telah ditentukan.

Mengacu dari beberapa pendapat para tokoh mengenai langkah-

langkah pembelajaran STAD yang telah diuraikan di atas, langkah-langkah

pembelajaran yang penulis terapkan dalam penelitian ini untuk pokok

bahasan gaya mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan materi tentang gaya melalui presentasi kelas.

2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen baik dari sisi

kemampuan akademik, ras, maupun etnis iyang masing-masing kelompok

terdiri dari 4-5 siswa.

3) Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok.

4) Siswa dibimbing untuk berdiskusi dan bertanya jawab dalam kelompoknya.

5) Setelah diskusi selesai, masing-masing kelompok menyampaikan laporan

hasil diskusi dan mempresentasikannya di depan kelas. Pada saat presentasi,

kelompok lain diberikan kesempetan mengajukan pertanyaan atau

pendapatnya sehingga terjadi diskusi kelas.

6) Guru memberikan penilaian kelompok

7) Guru membagikan soal kuis dan harus dikerjakan secara individu.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

20

8) Guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa.

9) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

10) Pembagian reward.

2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis mengajukan penelitian sebelumnya yang

relevan dilaksanakan saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Aria Wijayanti

(2014) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model STAD

(Student Teams Achievement Division) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri

Tunggulsari Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

proses pembelajaran IPA. Rata-rata kelas pada pra siklus adalah 60,6.Setelah

dilakukan tindakan siklus 1 rata-ratanya menjadi 66,8.Dengan kata lain, terjadi

peningkatan sebesar 6,2.Kemudian dilakukan lagi tindakan siklus 2 dengan

perolehan rata-rata kelas 88,4.Peningkatan nilai rata-rata dari siklus 1 ke siklus 2

sebesar 21,6.Ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari pra

siklus,siklus 1 dan siklus 2.Jumlah keseluruhan siswa kelas 4 adalah 18

orang.Pada pra siklus,sebanyak 2 orang siswa (11%) sudah tuntas karena nilainya

diatas KKM (60) tetapi sisanya sebanyak 16 orang siswa (89%) belum tuntas

karena nilainya masih dibawah KKM.Pada siklus 1,sebanyak 8 siswa (44%) sudah

tuntas,sedangkan 10 siswa (56%) belum tuntas.Setelah dilaksanakan tindakan

pada siklus 2,sebanyak 16 orang siswa (89%) belajar tuntas sedangkan 2 orang

siswa (11%) belum tuntas.Dengan demikian,pelaksanaan tindakan siklus 2

dinyatakan berhasil.

Penelitian Sugiati (2012) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV

SD Negeri Kalisari Kecamatan Blado Kabupaten Batang Semester II Tahun

Pelajaran 2011/2012”. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ternyata dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya materi sumber daya alam di kelas IV

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

21

SD Negeri Kalisari, Kec. Blado Kab. Batang. Pada awal pembelajaran siklus 1

diadakan preetes dengan nilai rata-rata 56. Setelah diberi pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 1 diadakan evaluasi nilai

rata-rata kelas naik menjadi 64 dan pada siklus ke 2 nilai rata-rata naik lagi

bahkan lebih dari KKM yang telah ditentukan yaitu 77. Dengan adanya kenaikan

nilai rata-rata pada setiap siklus di atas indikator kinerja adalah 70, maka dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi sumber daya alam di kelas IV SD Negeri

Kalisari Kec. Blado Kab. Batang.

Penelitian Eko Hartanto (2013) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

pada Siswa Kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang Semester II Tahun

Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi awal

yang berdasarkan nilai ulangan IPA semester I siswa yang memenuhi KKM

sebanyak 10 siswa (43,47%) dari total 23 siswa. Hasil belajar siswa pada siklus I

siswa yang memenuhi KKM sebanyak 14 siswa (66,67%) dari total 21 siswa.

Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus II yang memenuhi KKM sebanyak 22

siswa (100%) dari total 22 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang semester II

tahun Pelajaran 2012/2013.

2.4. Kerangka Berpikir

Paradigma siswa yang menganggap bahwa pelajaran IPA merupakan

pelajaran yang sulit untuk dimengerti menjadikan siswa malas dalam belajar

IPA, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan hasil belajar

mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa rendah. Selain itu faktor guru yang

cenderung masih menerapkan pembelajaran yang konvensional menjadikan

proses belajar IPA menjadi membosankan. Siswa menjadi kurang antusias

dalam belajar IPA, untuk itu salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA adalah dengan menerapkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

22

model pembelajaran STAD yang lebih menekankan pada keaktifan siswa secara

menyeluruh sehingga diharapkan hasil belajar yang dicapai dapat optimal.

Pada awalnya proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya

mengandalkan cara belajar konvensional (ceramah) sehingga yang terjadi

siswa menjadi bosan, jenuh dan sering kali mengabaikan proses belajar

mengajar di kelas, sehingga mengapa model pembelajaran STAD dijadikan

salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar. Penggunaan model

pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran sehingga siswa dengan mudah memahami materi yang diajarkan

oleh guru melalui cara yang menyenangkan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

23

Kerangka Pemikiran Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka berpikir tentang penerapan model pembelajaran

STAD terhadap hasil belajar IPA.

Menurunnya kualitas

pembelajaran IPA tentang gaya

di kelas 4 SD Negeri 04

Karanganyar

Guru kurang

maksimal dalam

mengkondisikan

kelas

Siswa kurang aktif

dalam pembelajaran,

KBM monoton, siswa

bosan dan kelas ramai

sendiri

Hasil

belajar IPA

siswa

pokok

bahasan

gaya

kurang dari

KKM (70)

Penggunaan Model STAD (Student

Teams Achievement Division)

Guru menyajikan

materi melalui

presentasi kelas

untuk melatih

konsentrasi siswa

Siswa belajar dalam

bentuk tim untuk melatih

kerjasama/sosialisasi

siswa

Guru mengadakan

kuis setelah

pembelajaran untuk

melatih kemampuan

siswa secara individu

Hasil belajar IPA pokok

bahasan gaya meningkat

Siswa aktif dalam pembelajaran, KBM menarik,

siswa antusias, dan kelas kondusif.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

24

2.5. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah

dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis proses dan hasil tindakan sebagai

berikut:

1) Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan proses

pembelajaran melalui langkah-langkah presentasi kelas, pembentukan tim,

pengerjaan kuis, perhitungan skor individual, dan pemberian penghargaan

dengan kriteria signifikansi aktivitas guru dan aktivitas siswa minimal 14 skor

pada siswa kelas 4 semester II SDN 04 Karanganyar tahun pelajaran

2014/2015.

2) Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar

IPA pokok bahasan gaya pada siswa kelas 4 semester II SDN 04

Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015 secara signifikan mengalami

ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 70 dan

mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil

belajar IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70 yang ditentukan oleh

sekolah atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 80% dari 20

siswa (kriteria baik).