23
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Menurut BNSP (2006) “Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekiar secara ilmiah. Purwadi dan Hadisubroto, (dalam Septyan, 2008:18) menyatakan bahwa pengertian IPA dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang yang pertama lebih melihat IPA sebagai produk. Produk tersebut berupa pengetahuan mengenai alam yang diperoleh melalui metode ilmiah. Pengetahuan yang dihasilkan ini akan menjadi dasar bagi penemuan pengetahuan baru. Sudut pandang kedua melihat IPA sebagai proses, cara, atau metode. Proses yang khas dalam Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan (inquiry). Proses penyelidikan ini terdiri dari dua tahap utama yaitu: (1) tahap pengumpulan data dan berupa pengamatan atau pengukuran suatu fenomena alam, dan (2) tahap analisis terhadap data yang terkumpul. Subiyanto (1988:14) mendefinisikan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) muncul dari lain-lain aktivitas progresif manusia sedemikian hingga muncul konsep-konsep baru dari berbagai eksperimen dan observasi, dan konsep-konsep baru itu kemudian akan mendorong kepada dilakukannya eksperimen-eksperimen dan observasi-observasi lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

  • Upload
    vothuan

  • View
    227

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut BNSP (2006) “Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekiar secara ilmiah.

Purwadi dan Hadisubroto, (dalam Septyan, 2008:18) menyatakan bahwa pengertian IPA dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang yang pertama lebih melihat IPA sebagai produk. Produk tersebut berupa pengetahuan mengenai alam yang diperoleh melalui metode ilmiah. Pengetahuan yang dihasilkan ini akan menjadi dasar bagi penemuan pengetahuan baru. Sudut pandang kedua melihat IPA sebagai proses, cara, atau metode. Proses yang khas dalam Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan (inquiry). Proses penyelidikan ini terdiri dari dua tahap utama yaitu: (1) tahap pengumpulan data dan berupa pengamatan atau pengukuran suatu fenomena alam, dan (2) tahap analisis terhadap data yang terkumpul.

Subiyanto (1988:14) mendefinisikan bahwa “Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) muncul dari lain-lain aktivitas progresif manusia sedemikian

hingga muncul konsep-konsep baru dari berbagai eksperimen dan

observasi, dan konsep-konsep baru itu kemudian akan mendorong kepada

dilakukannya eksperimen-eksperimen dan observasi-observasi lebih

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

7

lanjut”. Dapat dikatakan bahwa IPA tidak hanya meliputi ilmu

pengetahuan mengenai alam, tetapi juga mencakup proses penyelidikan

dari pemerolehan ilmu tersebut.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh

dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode

ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat

umum sehingga akan terus disempurnakan.

2.1.2. Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA pada hakikatnya mencakup beberapa aspek

antara lain: (1) Faktual; (2) Keseimbangan antara proses dan produk; (3)

Aktif melakukan investigasi; (4) Berpikir deduktif dan induktif; dan (5)

Pengembangan sikap.

IPA merupakan ilmu empirik yang membahas tentang fakta dan

gejala alam maka dalam pembelajarannya harus faktual, artinya tidak

hanya secara verbal sebagaimana terjadi pada pembelajaran secara

tradisional. Di samping itu karena hakikat Sains kecuali sebagai produk

juga sebagai proses maka dalam pembelajarannya siswa juga perlu dilatih

keterampilan proses, yaitu proses bagaimana cara produk IPA tersebut

ditemukan. Keterampilan proses yang perlu dilatihkan meliputi

keterampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur,

mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan

waktu, mengenal hubungan antar angka, menyimpulkan dan

memprediksi, serta keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang

dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,

menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data

menganalisis dan mensistensis data.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

8

Pembelajaran IPA seyogyanya diciptakan kondisi agar siswa selalu

aktif untuk ingin tahu sehingga pembelajaran merupakan kegiatan

investigasi terhadap permasalahan alam sekitar. Dengan melakukan

investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Dari data investigasi

yang biasanya bersifat khusus tersebut perlu digeneralisir agar siswa

memiliki pemahaman konsep yang esensial. Untuk itu siswa perlu diajak

untuk berpikir secara induktif. Di samping itu pada beberapa proses IPA

yang dilakukan, siswa perlu menerapkan atau memverifikasi suatu

hukum atau prinsip. Dengan demikian dalam pembelajaran IPA siswa

kecuali berpikir secara induktif juga secara deduktif. Dari kegiatan dalam

berproses IPA seperti tersebut diharapkan beberapa sikap ilmiah dapat

terbentuk dalam diri siswa.

Operasional pembelajaran IPA seperti dimaksud di atas pada setiap

jenjang pendidikan sangat dipengaruhi oleh apa tujuan dari pembelajaran

IPA. Sedang tujuan pembelajaran IPA dimaksud telah dirumuskan dalam

suatu kurikulum yang sedang berlaku. Dalam suatu Kurikulum

pendidikan, kecuali dirumuskan tentang Tujuan Pembelajaran, Ruang

Lingkup Pembelajaran juga Prinsip-prinsip Pembelajaran yang perlu

dikembangkan guna tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk itu dalam

setiap kegiatan pendidikan formal harus mengacu pada apa yang telah

digariskan dalam kurikulum tersebut (Asy’ari, 2006:21-23).

2.1.3. Tujuan Pembelajaran IPA

Dalam KTSP mata pelajaran IPA SD dijabarkan tujuan pelaksanaan

pengajaran dan ruang lingkup IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

9

Tujuan dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (BNSP, 2006)

adalah:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Ilmu

Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Ilmu

Pengetahuan Alam, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan Ilmu

Pengetahuan Alam sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs.

Sedangkan ruang lingkup dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

adalah :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan

gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

10

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kelas V, Semester II adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, pembentukan tanah)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya

periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya

Bumi dan Alam Semesta

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan

kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)

2.1.4. Hasil Belajar

Siswa yang belajar akan mengalami perubahan sebagai hasil belajar

yang telah dilakukan. Sadiman (2004:512) mendefinisikan “hasil belajar

sebagai sesuatu yang diperoleh, didapatkan atau dikuasai setelah proses

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

11

belajar yang biasanya ditunjukkan dengan nilai atau skor”. Slameto

(2003:4) menjelaskan “hasil belajar adalah perubahan yang terjadi secara

sadar, bersifat kontinyu dan fungsional setelah mengalami pelatihan dan

pengalaman dalam kegiatan pembelajaran”. Sedangkan Sudjana

(1995:32) menyatakan “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang didapat melalui pengalaman belajar

setelah mengalami aktivitas belajar. Dapat mengartikan hal-hal yang

mereka dapatkan serta kemudian diterjemahkan, ditafsirkan dan dibuat

kesimpulan atau rangkuman dan dapat menjelaskan dengan kata-kata

atau bahasa siswa sendiri.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-

hasil belajar yang dicapai siswa dalam kriteria tertentu. Hal ini

mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar. Hasil

belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

proses belajar mengajar. Perubahan ini berupa pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikimotorik. Dimyati dan Mudjiono (2002:174-176) serta Arikunto

(2001:116-118) menjelaskan ranah-ranah tersebut sebagai berikut:

1. Ranah kognitif (Cognitive domain)

Berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam

aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan (kognitif tingkat rendah) dan

pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi (kognitif tingkat tinggi).

2. Ranah afektif (Affective domain)

Berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek, yaitu;

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik (Psychomotor domain)

Berkenaan dengan hasil keterampilan dan kemampuan bertindak

meliputi; gerakan refleks, keteraturan gerakan dasar, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

12

Hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dengan semakin bermutunya

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang diketahui dari hasil

pengukuran. Tes hasil belajar merupakan salah satu alat ukur yang

banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Dalam

penelitian ini hasil belajar kognitif dan afektif siswa yang diukur,

berdasarkan selisih skor antara pre-test dan post-test untuk hasil belajar

kognitif sedangkan motivasi belajar siswa untuk hasil belajar afektif.

2.1.5. Hasil Belajar Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif. Menurut Sudjana (1995) ranah

kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya

kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu

mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang

menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa

ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan

masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi

yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari

tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

13

2.1.6. Hasil Belajar Afektif

Menurut Sudjana (1995) “ranah afektif adalah ranah yang berkaitan

dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti

perasaan, minat, motivasi, aktivitas, sikap, emosi, dan nilai”. Beberapa

pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat

tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik

dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata

pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran disekolah,

motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran

yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan

sebagainya.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,

karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: menerima

(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan

karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah

afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap.

Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak

(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan

berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi,

afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang

tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan

dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan

kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap

selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu. Salah satu skala

sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,

pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun

negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya

pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

14

2.1.7. Motivasi Belajar

Dalam penelitian ini hasil belajar afektif yang akan diukur adalah

motivasi belajar siswa. Motivasi belajar adalah keadaan dalam pribadi

orang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan belajar untuk

mencapai suatu tujuan Suryabrata (dalam Indriaswati, 2010:6). Motivasi

belajar adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan

perilaku manusia untuk belajar dalam rangka memenuhi harapan

Koeswara (dalam Indriaswati, 2010:6) . Motivasi belajar merupakan

suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang manusia, yang

dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah

kekuatan luar (Winardi 2001: 207 ).

Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah suatu dorongan yang mengarahkan perilaku

seseorang untuk belajar demi tercapainya tujuan tertentu.

2.1.8. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Hurlock dalam Hamalik (2000: 172) mengemukakan 4 (empat)

aspek motivasi belajar pada individu:

1. Perasaan senang yaitu merasa tertarik terhadap suatu mata pelajaran

dan menerima pelajaran tersebut bukan karena terpaksa.

2. Konsentrasi atau perhatian yaitu berusaha memperhatikan dan

mengikuti proses pembelajaran.

3. Kesanggupan dalam mengikuti pelajaran yaitu mencatat tugas,

mendengar dan mengerjakan tugas.

4. Kerajinan dalam belajar yaitu masuk sekolah dengan rutin, bertanya

atau mengajukan pertanyaan ketika ada yang kurang jelas.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

15

2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu keberhasilan

belajar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi dua, yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di

bawah ini.

a. Faktor Intern

Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor intern dapat

dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

kelelahan.

1) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah meliput faktor kesehatan dan cacat tubuh.

Proses kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,

mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat

belajar dengan baik, kesehatan badanya harus tetap terjamin. Keadaan

cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga

terganggu.

2) Faktor pikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa,

yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan. Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu

faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar

siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil

belajar yang baik. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi

umumnya memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat,

kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya

dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan

melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang cerdas

menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

16

latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu

melakukan abstraksi (Hamalik, 2001 : 59).

Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju

kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak

sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman,

1992: 44).

Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi,

sangat penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan

pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan.

Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan sebagai akibat, hasil

belajarnya menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan

perhatian diperlukan dorongan atau moivasi. Dalam hal ini orang tua

di rumah, sangat diharapkan peranannya. Jika kebosanan terjadi di

sekolah, maka guru dapat mengarahkan siswa untuk memperhatikan

pelajaran.

Minat belajar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

hasil belajar, memiliki pengaruh yang besar. Minat sangat besar

pengaruhnya dalam mencapai hasil belajar dalam suatu pekerjaan atau

jabatan tertentu. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan

dan merupakan pendorong bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia

terdapat motif-motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi

dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar

(manipulate and exploring). Dari manipulasi dan explorasi yang

dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan akan timbul minat

terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik (Purwanto, 1990 : 56).

Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka

hasil belajar lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah

selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar. Motif yang kuat sangatlah

perlu didalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat dapat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

17

dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan

yang memperkuat, jadi latihan sangat perlu dalam belajar.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat

belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi

kelelahan dalam belajar.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor

ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat.

Keluarga lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan siswa.

Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua

harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak berkembang

dalam suasana ramah tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan

oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari.

Faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar anak dalam keluarga,

meliputi cara mendidik, hubungan orang tua dengan anak dan ekonomi

keluarga.

Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut

menentukan hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan

siswa dengan siswa lain, kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan

prasarana yang tersedia dan lain-lain. Masalah-masalah yang ada di

sekolah dan kurang menarik bagi siswa akan mengurangi minat belajar

siswa di sekolah. Dan hasil belajar yang diperoleh tidak akan maksimal.

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan

yang tidak baik, akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di

lingkungan itu. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan siswa

kehilangan semangat belajar. Sebaliknya jika lingkungan siswa adalah

orang yang baik-baik, siswa terpengaruh ke hal-hal baik. Pengaruh itu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

18

dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat, dan hasil belajar yang

diperoleh akan baik.

2.1.10. Metode Pembelajaran

Metode berasal dari kata metode yang berasal dari bahasa Greeka

(Yunani) yakni Metha yang berarti melalui atau melewati dan Hodos

yang berarti jalan. Dalam bahasa Inggris dijumpai istilah Method yang

berarti metoda, cara, jalan. Jadi metode adalah jalan atau cara untuk

mencapai tujuan tertentu (Rahardja, 2002: 9-10). Tujuan yang hendak

dicapai adalah tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa metode pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran tentu ada berbagai

macam metode yang dapat digunakan, namun perlu diketahui oleh guru,

bahwa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran haruslah

metode yang tepat.

Metode yang tepat dalam konteks ini berpijak pada konsep

pendidikan baru lateral transmission dimana di dalamnya ada proses

pertukaran pengalaman dan saling memberi informasi serta pendekatan

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses mendapat

pengetahuan/proses belajar serta tidak lagi berpatokan pada konsep

pendidikan tradisional yang tidak melibatkan siswa. Metode

pembelajaran tersebut juga harus sesuai dengan pendekatan pembelajaran

aktif cooperatif serta sesuai dengan karakteristik pendidikan di SD yang

mana siswa sedang mengembangkan abilitas dengan kelompoknya. Oleh

karena itu, metode yang dirasa tepat dipilih untuk diterapkan adalah

metode diskusi/sarasehan/musyawarah.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

19

2.1.11. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dimana guru memberikan kesempatan pada siswa di dalam kelompok

(±3-7 orang) untuk mengadakan perbincangan secara ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau mencari berbagai

alternative pemecahan terhadap suatu masalah. Metode diskusi juga

dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dimana sejumlah orang

membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang

suatu topik/masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk

itu, pendapat tersebut dikemukakan Gilstrap dan Martin (dalam Rahardja,

2002:59).

Jadi, dapat dikatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara yang

dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran dimana sejumlah siswa

secara bersama-sama atau dalam kelompok bertukar pikiran untuk

membicarakan bahan pelajaran sesuai dengan topik yang ada.

Metode diskusi juga memiliki beberapa jenis yaitu diskusi kelas

dan diskusi kelompok. Beberapa macam jenis diskusi kelas yaitu whole

group, brain storming group dan colloqium, sedangkan diskusi kelompok

yaitu buzz group, syndicate group, informal debate dan fish bowl, dan

juga gabungan dari keduanya yaitu diskusi kelas dan kelompok yaitu

panel (Rahardja, 2002: 62-63).

a. Diskusi Kelas

Jenis-jenis diskusi kelas yang sering dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Whole group

Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan anggota

tidak lebih dari 15 anggota.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

20

2) Brain Storming group

Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas

menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu, di bawah

seorang ketua. Semua ide yang sudah masuk dicatat untuk kemudian

diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada

diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.

3) Colloqium

Merupakan suatu kegiatan dimana siswa dihadapkan pada nara

sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjutnya mengandung

pertanyaan-pertanyaan tambahan dari siswa yang lain. Pelajaran dengan

maksud untuk memperjelas bahan pelajaran yang telah diterima.

b. Diskusi Kelompok

Menurut Rahardja (2002: 63-65) diskusi kelompok dibedakan

menjadi:

1) Buzz group

Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4

atau 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa

saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini

dapat diadakan di tengah-tengah atau akhir pembelajaran.

2) Syndicate group

Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri

dari 3-5 orang. Guru menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-

aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu topik yang

berbeda antar kelompok dan membuat kesimpulan untuk dilaporkan

dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut.

3) Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk

memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan

peraturan diskusi panel.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

21

4) Fish bowl

Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh

seorang ketua. Tcmpat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau

tiga kursi kosonu menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam

sebuah mangkuk (fish bowly). Kelompok pendengar yang ingin

menyumbangkan pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut. Ketua

mempersilahkan berbicara dan setelah selesai kembali ketempat semula.

Demikianlah beberapa jenis metode diskusi yang dapat digunakan

dalam pembelajaran, serta salah satunya dalam konteks penelitian ini

adalah metode diskusi kelompok jenis syndicate group.

Metode diskusi memiliki kebaikan dan kelemahan, kebaikannya adalah:

a) Setiap siswa dapat berperan serta secara langsung baik

kedudukannya sebagai ketua kelompok atau sebagai anggota dalam

proses belajar.

b) Setiap siswa mendapat kesempatan yang sama secara terbuka untuk

mengemukakan pendapatnya, sehingga memungkinkan adanya

keterlibatan secara intelektual, mental dan sosioemosional dalam

proses belajar.

c) Setiap siswa dapat ditumbuhkembangkan cara berfikir yang kritis,

demokratis, dan ilmiah serta sikap social dan kerjasama.

d) Dapat menumbuhkan keberanian berbicara sehingga mempunyai

kepercayaan diri dan sikap toleransi.

e) Setiap siswa dapat menguji tingkat penguasaan pengetahuan,

menguji tingkat penguasaan pengetahuan, menguji pandangan

terhadap nilai tertentu dan melatih mengambil keputusan secara tepat

terhadap masalah yang dihadapi.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

22

f) Dapat membantu siswa yang belum memahami penjelasan guru di

kelas, sehingga di kelompok bisa memperoleh keterangan dari teman

sebaya.

Kelemahan metode diskusi dapat ditunjukan dari uraian berikut, yaitu:

a) Berhasil tidaknya/tercapai tidaknya tujuan belajar sulit diramalkan

karena tergantung pada kepemimpinan ketua kelompok dan anggota-

anggotanya dalam peran serta proses belajar.

b) Menyita waktu yang cukup banyak, sehingga bila bahan belajar

masih banyak maka kurang tepat.

c) Kecenderungan siswa ramai, maka perlu tempat yang khusus

sehingga tidak mengganggu kelas lain.

d) Dapat didominir oleh siswa yang menonjol dan yang tidak pandai

bicara menjadi pasif/minder dan hanya menyetujui saja terhadap

hasil diskusi.

e) Apabila siswa belum memiliki pengetahuan dasar terhadap bahan

yang didiskusikan maka akan merasa sulit dan hanya menjadi

penonton saja.

f) Guru sering enggan memanfaatkan metode diskusi, karena kurang

menyadari manfaatnya disamping sulit mengatur/pengelolaan kelas

dan menyita waktu yang cukup banyak (Rahardja, 2002: 60-61).

Selain itu kelemahan metode ini adalah siswa yang tidak terbiasa

berbicara di depan forum cenderung apatis (Yamin, 2007: 146). Namun,

karena metode ini dirasa cocok untuk mengaktifkan siswa dan juga di

dalamnya menuntut adanya partisipasi siswa untuk kebaikan bersama,

maka metode ini dapat dipilih sekalipun memiliki kelemahan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

23

2.1.12. Metode Diskusi Kelompok Jenis Syndicate Group

Metode diskusi kelompok jenis syndicate group pada hakikatnya

adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru membagi

kelas dalam beberapa kelompok yang terdiri 3 – 5 siswa, yang tiap

kelompok ditugasi membahas sub – sub topik (aspek tertentu) yang

berbeda dari topik yang sama pada akhirnya akan diadakan diskusi kelas,

agar setiap kelompok melaporkan hasilnya di forum kelas untuk ditarik

suatu kesimpulan dari satu topik itu (Rahardja, 2002: 59-62).

Keberadaanya juga sesuai dengan hakikat metode diskusi kelompok

dimana siswa dapat menyatakan pendapat dan memperoleh informasi

tentang topik yang menjadi perhatian belajar dari anggota kelompok

lainnya (Surjadi, 1989: 63).

Metode diskusi kelompok jenis syndicate group ini juga sesuai

dengan konsep lateral transmission yang mana siswa dalam kelompok

dituntut untuk melakukan aktivitas melalui proses menemukan,

menyelidiki, menciptakan dan membuat hal baru dalam proses

pembelajaran, maka tepatlah jika metode tersebut diterapkan. Metode

diskusi kelompok jenis syndicate group juga sesuai dengan pembelajaran

kooperatif dimana siswa satu dengan yang lainnya dapat saling

menggantikan jika ada anggota kelompoknya yang tak mampu salain itu

pengaruh positif terhadap efektivitas perilaku sesamanya muncul ketika

semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadi

kelompok yang terbaik maka kerjasama akan muncul, keterbukaan

pengaruh antar partisipan yang tinggi dimana mereka saling bertukar

pikiran dan juga belajar memberi dan menerima pendapat kepada dan

dari orang lain.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

24

2.1.13. Langkah-langkah Metode Diskusi Kelompok Jenis Syndicate

Group

Metode diskusi kelompok jenis syndicate group memiliki langkah-

langkah yang sesuai dengan tahapan pada pembelajaran kooperatif, pola

mengajar dari Morrison Plan dan unsur – unsur dari pembelajaran

kooperatif (Hamalik, 2009:60-61).

a) Proses forming (pembentukan)/ tahap eksplorasi dan presentasi

Siswa diberi kesempatan untuk membentuk kelompok sesuai

norma yang berlaku dan kemudian guru memberi arahan untuk

menghubungkan dengan topik /subtopik yang akan dibahas dengan

harapan tumbuh sikap saling ketergantungan positif.

b) Proses functioning (pengaturan)/tahap asimilasi

Dimana diadakan pembagian tugas untuk menyelesaikan

topik/subtopik yang akan dibahas siswa, dan juga siswa diberi

kesempatan mempelajari masalah dan mempelajari bahan-bahan dari

berbagai sumber serta berusaha menguasainya hingga menjadi miliknya

dan menumbuhkan tanggungjawab perseorangan untuk mendukung

kelompoknya karena subtopik yang dibahas tiap kelompok berbeda.

c) Proses formatting (perumusan)/tahap organisasi

Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan, baik lisan maupun

tertulis, materi yang telah dikuasainya kemudian disusun dalam satu

kesatuan melalui ketrampilan memahami bahan pelajaran khususnya

dalam bentuk rangkuman yang di dalamnya dilandasi proses komunikasi

yang tumbuh antar anggota kelompok.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

25

d) Poses fermenting (penyerapan)/ tahap resitasi,

Setelah proses perumusan selesai maka diperlukan sarana

pengujian bagi hasil belajar kognitif dan afektif siswa melalui proses

fermenting (penyerapan)/ tahap resitasi, kegiatan yang dilakukan adalah

resitasi atau penilaian performance (penampilan) masing-masing

kelompok melalui presentasi mengkomunikasikan buah pemikiran

kelompok pada subtopiknya masing-masing di kelas dan ditanggapi

kelompok yang lain untuk ditarik suatu kesimpulan serta guru

memberikan tambahan pemahaman dan penajaman materi yang telah

dipelajari.

Performance kelompok seperti pendapat Mager digunakan untuk

merumuskan konsep tujuan pembelajaran yang menitikberatkan pada

tingkah laku siswa atau perbuatan (performance) sebagai output

(keluaran) pada diri siswa, yang dapat diamati. Output tersebut menjadi

petunjuk, bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar. Mulanya siswa

belum menunjukan tingkah laku tertentu, tetapi setelah belajar dia dapat

menunjukkan tingkah laku tersebut (Hamalik, 2008:77).

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Kajian publikasi hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan

penelitian ini tidak banyak, hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya

penelitian tentang penggunaan metode diskusi kelompok jenis syndicate

group terhadap hasil belajar kognitif dan afektif IPA siswa Kelas V SD.

Tentunya hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong penelitian-

penelitian berikutnya untuk melakukan kajian serupa.

1. Penelitian Adi Nugroho Sutejo (2010/2011) menyatakan ada pengaruh

penerapan metode diskusi kelompok jenis syndicate group sebagai

upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII D Semester Gasal 2010/2011

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

26

SMP Bhakti Mulia Wonosobo. Dalam penelitian ini, Selama penerapan

metode diskusi kelompok jenis syndicate group aktivitas belajar siswa

dapat muncul. Hal ini terlihat keaktifan siswa meningkat dan hasil

belajarnya juga meningkat yaitu semula nilai rata-rata 50,95 pada pra

siklus menjadi 90,48 pada siklus 1 dan 97,38 pada siklus 2.

2. Penelitian Mochamad Aswadi Syukur (2009/2010) dalam skripsi yang

berjudul “Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa IPA dengan

penerapan metode diskusi kelompok jenis syndicate group pada siswa

kelas IV semester II SD Negeri I Tempel Kecamatan Jepon Kabupaten

Blora Tahun Pelajaran 2009/2010“. Penerapan metode diskusi

kelompok jenis syndicate group ini secara perlahan menimbulkan

keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat sehingga aktivitas

dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan. Dan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran IPA dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat

pada tes pembelajaran siklus I dan siklus II. Rata-rata nilai siswa saat

kondisi awal adalah 43,40 saat siklus I rata-rata nilainya meningkat

sebanyak 66,54 dan saat siklus II rata-rata nilai siswa menjadi 75.

2.3. Kerangka Berfikir

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran

IPA dalam hal ini bertujuan supaya siswa dapat berpikir kritis dan terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran atau proses mendapat pengetahuan

pada materi pembelajaran tentang pembentukan tanah. Oleh karena itu

diperlukan metode pembelajaran yang tepat dimana siswa dapat terlibat

secara aktif di dalamnya. Pada konteks ini metode pembelajarannya

disesuaikan dengan karakteristik pendidikan SD yang mana siswa sedang

menumbuhkembangkan abilitas dalam kelompok kecil dan menanamkan

jiwa kebersamaan. Metode yang tepat adalah diskusi kelompok jenis

syndicate group.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

27

Dengan menggunakan metode diskusi kelompok jenis syndicate

group dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa. Sehingga

dalam kegiatan belajar tidak hanya monoton mendengarkan ceramah dari

guru saja, tetapi siswa dapat belajar secara berkelompok. Jadi siswa dalam

kelompok dituntut untuk melakukan aktivitas melalui proses menemukan,

menyelidiki, menciptakan dan membuat hal baru dalam proses

pembelajaran. Dengan demikian pemahaman terhadap materi pelajaran

dapat secara optimal, sehingga hasil belajar kognitif dan afektif siswa pun

menjadi optimal. Adapun bagan kerangka berpikir dapat dilihat sebagai

berikut.

Gambar 2.2

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Metode Diskusi

Kelompok

Syndicate Group

Forming (pembentukan)

Fermenting (penyerapan)

Formatting (perumusan)

Functioning (pengaturan)

Hasil belajar

kognitif dan afektif

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/776/3/T1_292008004_BAB II.… · KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... (Winardi

28

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2007) hipotesis dalam statistik merupakan

dugaan keadaan populasi dengan menggunakan data sampel. Hipotesis

akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik

selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis

dalam penelitian ini yaitu :

1) Ho1 : µ1 = µ2 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group tidak

efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa kelas

V SD. Ha1 : µ1 ≠ µ2 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group

efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa

kelas V SD. 2) Ho2 : µ3 = µ4 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group

tidak efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa

kelas V SD. Ha2 : µ3 ≠ µ4 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group

efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa kelas

V SD

Keterangan:

μ1 = Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.

μ2 = Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode

diskusi kelompok jenis syndicate group.

μ3 = Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.

μ4 = Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode

diskusi kelompok jenis syndicate group.