12
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Kajian teori berisi tentang kajian atau pendapat ahli yang mendukung penelitian. Beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda pada satu objek yang sama. Kajian teori membahas tentang hakikat pembelajaran matematika, model Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantuan media kartu soal serta hasil belajar. 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses tingkah laku untuk memperoleh pengalaman yang baru dan dilakukan dengan sengaja. Hal ini sesuai dengan pendapat (Djamarah, 2011) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendapat lain (Muhibbin Sah, 2008) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut gagasan-gagasan tersebut, disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses yang ditandai dengan perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat adanya pengalaman. Matematika, menurut Ruseffendi dalam adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi. Sedangkan hakikat matematika menurut soedjadi dalam (Heruman, 2013:1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Menurut Krismanto, (2003) pada hakekatnya belajar matematika ialah berpikir dan berbuat atau mengerjakan matematika. Contohnya adalah siswa dalam belajar matematika akan menghadapi suatu masalah dan akan memecahkan masalah tersebut siswa berpikir bagaimana cara memecahkan masalah tersebut dan mengerjakannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori

Kajian teori berisi tentang kajian atau pendapat ahli yang mendukung

penelitian. Beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda pada satu

objek yang sama. Kajian teori membahas tentang hakikat pembelajaran

matematika, model Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantuan

media kartu soal serta hasil belajar.

2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan proses tingkah laku untuk memperoleh pengalaman

yang baru dan dilakukan dengan sengaja. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Djamarah, 2011) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pendapat lain (Muhibbin Sah, 2008) belajar adalah kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur sangat fundamental dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut gagasan-gagasan

tersebut, disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses yang

ditandai dengan perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat adanya

pengalaman.

Matematika, menurut Ruseffendi dalam adalah bahasa simbol ilmu

deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi. Sedangkan hakikat matematika

menurut soedjadi dalam (Heruman, 2013:1) yaitu memiliki objek tujuan

abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Menurut Krismanto, (2003) pada hakekatnya belajar matematika ialah

berpikir dan berbuat atau mengerjakan matematika. Contohnya adalah siswa

dalam belajar matematika akan menghadapi suatu masalah dan akan

memecahkan masalah tersebut siswa berpikir bagaimana cara memecahkan

masalah tersebut dan mengerjakannya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

8

Menurut subrinah dalam (Wahyudi, 2013) matematika merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari struktur abstrak dan pola hubungan yang ada

didalamnya. Dalam hal ini berati belajar matematika pada hakekatnya adalah

belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan

strukturnya.

Menurut Kline dalam (Wahyudi, 2013) matematika bukan pengetahuan

tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri tetapi beradanya

membantu manusia dalam memahami permasalahan sosial, ekonomi, dan

alam. Hal ini akan tercipta jika proses dalam mempelajari matematika dapat

menanamkan nilai kehidupan yang berguna bagi sisiwa dimasa yang datang.

Matematika sendiri adalah ilmu yang membahas pola dan keteraturan.

Matematika bisa dilihat dalam dua pola yaitu pola di alam dan pola

diciptakan oleh pikiran manusia, pola itu dapat nyata atau hanya bayangan.

Matematika bisa timbul dari kehidupan kita sehari-hari. De Lange (2004:8)

menyatakan lebih terinci:

Mathematics could be seen as the language that describes patterns

both patterns in nature and patterns invented by the human mind.

Those patterns can either be real or imagined, visual or mental,

static or dynamic, qualitative or quantitative, purely utilitarian or of

little more than recreational interest. They can arise from the world

around us, from depth of space and time, or from the inner workings

of the human mind.

Wahyudi (2013:13) memaparkan bahwa pembelajaran matematika

pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang

melaksanakan kegiatan belajar matematika. Jadi pembelajaran matematika

harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari

pengalaman tentang matematika.

Matematika SD digunakan untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

berkerjasama. Tujuan mata pelajaran matematika sekolah di SD dan

Madrasah Ibtidayah (MI) yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan yang

dikutip Wahyudi (2013:11) adalah sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

9

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes,

akurat, efesien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, daigram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum dan khusus yang ada di kurikulum SD/MI, merupakan

pelajaran matematika di sekolah, jelas memberikan gambaran belajar tidak

hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan

afektif. Selama ini matematika hanya melihat kognitif saja dan kurang

mempedulikan segi afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan materi pokok dapat ditentukan kompetensi yang akan

dicapai. Kompetensi dijabarkan dalam standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Pada penelitian ini diambil standar kompetensi dan kompetensi dasar

mata pelajaran matematika kelas IV semester II yang disajikan dalam Tabel

2.

Tabel 2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV Sekolah

Dasar Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Kurikulum KTSP

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah.

6.3 Menjumlahkan pecahan

6.4 Mengurangkan pecahan

2.1.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD(Student

Teams Achievement Division

Model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran karena

metode yang disusun secara sistematis akan dapat mencapai tujuan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

10

pembelajaran. Model yang menarik juga dapat membangkitkan semangat

anak dalam melakukan pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya dalam (Krismanto, 2003)

metode sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasi rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai

secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas model pembelajaran adalah

pedoman bagi guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa agar tercapai

tujuan pembelajarannya.

Pada penelitian ini model yang digunakan adalah Student Teams

Achievement Division karena metode ini yang paling sederhana dan mudah

dilakukan. Model pembelajaran Student Teams Achievement Division

bukanlah hal yang baru bagi sebagian pengajar.

Menurut Slavin dalam (Kusnandar, 2011) tipe STAD merupakan salah

satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan

model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru

menggunakan pendekatan kooperatif. Metode ini juga sangat mudah

diadaptasi dalam matematika, sains, ilmu pengetahuan sosial, dan banyak

subjek lainnya.

Menurut Slavin (dalam Kusnandar, 2011:275), langkah-langkah metode

pembelajaran Student Teams Achievement Division adalah sebagai berikut:

1. Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-

masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. tiap kelompok

mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,

maupun kemampuannya.

2. Guru menyampaikan materi pembelajaran.

3. Guru memberikan tugas kelompok dengan menggunakan lembar kerja

akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi

pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi di antar

sesama anggota kelompok.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

11

4. Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa pada saat

menjawab pertanyann atau kuis dari guru siswa tidak boleh saling

membantu.

5. Setiap akhir pembelajaran guru memeberikan evaluasi untuk

mengetahui penguasaan terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

6. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaanya terhadap

materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok

yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi

penghargaan.

7. Kesimpulan

Pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan

,materi pembelajaran; (2) diskusi atau kerja kelompok belajar; (3) validasi oleh

guru; (4) evaluasi: (5) menentukan nilai kelompok; (6) penghargaan individu

atau kelompok.

Menurut Slavin (dalam Riyanto, 2010) Kelebihan Dan kelemahan model

pembelajaran STAD sebagai berikut.

a. Kelebihan model pembelajaran STAD

1) Meningkatkan kecakapan individu

2) Meningkatkan kecakapan kelompok

3) Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah

setara

4) Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan memahami

perbedaan

5) Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di

samping kecakapan kognitif

6) Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling

membantu dan mendukung dalam memecahkan masalah.

7) Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama

anggota kelompok menjadi lebih baik.

b. Kelemahan model STAD

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

12

1) Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder

berkerja sama dengan teman-teman yang lebih mampu.

2) Terjadi situasi kelas yang gaduh singga siswa tidak dapat bekerja

secara efektif dalam kelompok.

3) Pemborosan waktu.

4) Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut

sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

2.1.3 Media Kartu Soal

Media dapat membantu dan perantara guru dalam penyampaian pesan.

Jika media yang digunakan dirancang dengan baik maka makin baik pula media

tersebut dalam menyampaikan pesan. Hal ini sesuai dengan penyataan

Suharjana, A. (2009) Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda

yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran.

Gagne dalam (Sanaky, 2009) berpendapat bahwa media adalah berbagai

jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran yang

dapat merangsang pembelajaran untuk belajar. Selanjutnya Briggs (dalam

Sanaky, 2009:3) mengatakan media adalah wahana atau alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar.

Berdasarkan pendapat para pakar tentang pengertian media, dapat dikaji

bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat membantu guru dalam

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan untuk merangsang siswa

belajar. Namun media yang digunakan harus sesuai dengan kurikulum,

materi, metode dan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Matematika merupakan mata pelajaran yang berorientasi pada

pembelajaran aktif dan kreatif. Sistematika dan inovasi pembelajaran

matematika harus dilengkapi dengan media pembelajaran. Salah satu media

pembelajaran yang dapat digunakan adalah media kartu soal.

Penggunaan media kartu soal dapat memancing minat siswa untuk

menyelesaikan permasalahan dalam bentuk soal. Kartu soal merupakan salah

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

13

satu media pembelajaran dua dimensi memiliki ukuran panjang dan lebar,

berada pada satu bidang datar. Media kartu soal dapat dibuat menggunakan

kertas manila atau sejenisnya dengan ukuran 10 cm x 15 cm.

Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan dan

media cetak. Media kartu soal salah satu media grafis. Sadiman dkk (2010:28)

menjelaskan media grafis termasuk media visual berfungsi menyalurkan pesan

dari sumber ke penerima pesan melalui indera penglihatan. Pesan yang akan

disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.

Kartu soal digunakan sebagai penyampai pesan berupa permasalahan atau

pertanyaan yang akan diselesaikan siswa dalam bentuk soal. Media grafis

berfungsi menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi

fakta yang cepat dilupakan jika tidak di grafiskan. Kelebihan media grafis yaitu

bentuknya sederhana, mudah pembuatannya, relatif murah, sifatnya konkret

(Sadiman, 2010:28).

Kartu soal merupakan media grafis berisi gambar, tulisan-tulisan dan

simbol yang dapat menyampaikan pesan materi pembelajaran sehingga menarik

minat siswa saat mengerjakan soal. Untuk itu, penyampaian materi pelajaran

tentunya membutuhkan sarana penunjang yang tepat agar siswa dapat menyerap

materi dengan baik. Sarana tersebut berupa media pembelajaran.

Dalam penelitian sebelumnya Asomad, Y. E. N. I.(2014) hasil penelitian

menyimpulkan penerapan pembelajaran menggunakan media kartu soal dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Penggunaan media kartu soal dalam

proses pembelajaran pada intinya adalah upaya guru memodifikasi cara

penyampaian materi pelajaran.

Cara penyampaian tersebut diupayakan semaksimal mungkin dibantu

dengan suatu media yang terbuat dari benda yang mudah didapat. Dengan bahan

yang sederhana untuk membuat media pembelajaran diharapkan siswa dapat

memahami materi pelajaran dan tentunya akan meningkatkan prestasi atau hasil

belajar siswa itu sendiri.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

14

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dan suatu usaha belajar

juga merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan

kegiatan belajar. Setiap proses belajar-mengajar keberhasilannya diukur

dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari

segi prosesnya (Sudjana, 1989).

Artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Tipe hasil

belajar harus nampak dalam tujuan pembelajaran, sebab tujuan

pembelajaran itulah yang akan dicapai oleh proses belajar/mengajar. Hasil

belajar menjadi tolak ukur keberhasilan dalam belajar.

Hasil belajar merupakan suatu indikator adanya perubahan tingkah

laku yang dialami siswa (Hamalik, 2008: 159). Sedangkan Uno (2007: 213)

menyimpulkan bahwa hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan

perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari

interaksi dengan lingkungannya.

Dapat dikaji bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku

seseorang setelah mempelajari sesuatu. Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6)

mengidentifiikasi bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah kemampuan yaitu,

kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, perubahan tingkah laku yang dialami

seseorang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan dinilai adalah ranah

kognitif. Seperti yang dipaparkan oleh Sudjana (1989: 23) bahwa ranah

kognitif merupakan ranah yang paling banyak digunakan oleh guru dalam

menilai hasil belajar siswa karena berkaitan dengan tingkat penguasaan isi

pelajaran.

Penilaian hasil belajar akan dilakukan menggunakan tes objektif

bentuk pilihan ganda. Arifin (2014: 138) menjelaskan bahwa bentuk soal

pilihan ganda digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks

dan berkenaan dengan aspek kognitif siswa yang meliputi aspek ingatan,

pengertian aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

15

2.2 Penelitian yang Relevan

Berikut adalah beberapa kajian terhadap penelitian yang relevan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Achievement Division berbantu

media kartu soal.

Penelitian tentang model pembelajaran STAD telah dilakukan peneliti

lain. Penelitian tersebut berbentuk skripsi, yang dilakukan oleh

Rahayuningsih, I. (2011) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar

IPS Melalui Metode STAD (Student teams Achievement Division) Pada

Siswa Kelas IV C SD Muhammadiyah 16 Surakarta Tahun Ajaran

2010/2011 “

Tujuan dari peneliti ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan

hasil belajar melalui metode STAD (Student Teams Achievement Division)

dalam mata pelajaran IPS pembelajaran menjadi lebih menarik. Dari siklus

yang dilakukan dihasilkan peningkatan hasil belajar siswa yang cukup baik.

Hal ini ditunjukkan pada penilaian kognitif yang dapat dilihat dari nilai

rata-rata ulangan siswa disetiap siklus. Dalam siklus I mempunyai nilai hasil

rata-rata kelas 6,39, siklus II 7,18 sedangkan siklus III adalah 8,02.

Berdasarkan analisis data pada PTK ini, hipotesis yang menyatakan

Penerapan metode STAD (Student Teams Achievement Division) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas

IV C SD Muhammadiyah 16 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 terbukti dan

dapat diterima kebenarannya.

Penelitian serupa dilakukan Perdana (2014) dalam penelitian berjudul

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) berbantuan kartu soal dapat meningkatkan minat dan

prestasi belajar siswa kelas X-6 SMA N 8 Surakarta. Penelitian ini adalah

penelitian jenis PTK.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Student Team Achievement Division (STAD) berbantuan kartu soal

dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

16

dari minat belajar siswa pada siklus I sebesar 51,85% menjadi 77,78% pada

siklus II.

Selain itu, dilihat dari prestasi belajar yaitu berdasarkan aspek kognitif

pada siklus I sebesar 55,56% dan pada siklus II sebesar 74,07%, dan aspek

afektif pada siklus I sebesar 77,80% dari yang ditargetkan sebesar 70,00%.

Penelitian dilakukan oleh Setyawan (2013) menggunakan model

cooperative learning tipe STAD. Adapun ketuntasan belajar pada kondisi pra

siklus 9,01%, siklus 1 meningkat menjadi 45,45% dan pada siklus 2

meningkat menjadi 90,91%.

Selanjutnya Ferlyana (2012) dalam judul meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

pada siswa kelas V SD Negeri 4 Tiparkidul Ajibarang Banyumas Tahun

2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan.

Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa dari

rata-rata nilai pada data awal siswa yaitu 53 dan memiliki ketuntasan belajar

sebesar 36% dan pada akhir siklus pertama nilai rata-rata siswa menjadi 67

dengan ketuntasan belajarnya menjadi 61% dan pada akhir siklus kedua nilai

rata-rata siswa naik menjadi 81 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai

84%.

Berdasarkan kajian terhadap penelitian yang relevan dengan model

Student Teams Achievement Divisi dan penggunaan media Kartu soal yang

terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa, maka dalam penelitian

tindakan kelas ini akan memadukan antara model Student Teams Achievement

Division dan media kartu soal untuk meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran matematika.

2.2 Kerangka Pikir

Hasil observasi dan wawancara di SD Negeri Gedong 3 menunjukkan

bahwa model pembelajaran yang digunakan kurang tepat untuk mata

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

17

pelajaran Matematika, yaitu ceramah dan tanya jawab sehingga siswa pasif

dalam pembelajaran. Selain itu, penggunaan media pembelajaran belum

optimal, sehingga siswa kurang tertarik dengan materi pelajaran Matematika.

Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah.

Pada tahap awal sebelum guru menggunakan Pembelajaran model

STAD hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Gedong 3 masih rendah. Dengan

rendahnya hasil belajar tersebut guru berupaya meningkatkan hasil belajar

siswa dengan melakukan inovasi belajar yang dilakukan adalah mengemas

pembelajarannya dengan pembelajaran STAD. Skema kerangka pikir disajikan

dalam gambar 1.

Gambar 1

Skema Kerangka pikir

KONDISI

AWAL

GURU/PENELITI

Belum menggunakan

penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD

SISWA

Hasi belajar matematika

rendah

TINDA

KAN

Dalam pembelajaran, guru

menggunaan cara belajar

kooperatif pembelajaran

kooperatif tipe STAD

SIKLUS I

Dengan menggunakan

media kartu soal dan

model pembelajaran

STAD

SIKLUS II

Dengan

menggunakan

mediakartu soal dan

model pembelajaran

STAD

KONDISI

AKHIR

Diduga dengan menggunaan cara

belajar kooperatif pembelajaran

kooperatif tipe STAD, hasil

belajar matematika meningkat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori - UKSW

18

2.4 Perumusan Hipotesis Tindakan

penerapan model cooperative learning tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) berbantuan media kartu soal dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri Gedong

3 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran

2015/2016.