Upload
tri-susanti
View
36
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Dasar Teori Proteksi Kebakaran Pada Rumah Sakit
Citation preview
BAB II DASAR TEORI
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Penjelasan Umum
Kebakaran merupakan kejadian yang muncul dari adanya api yang tidak
terkontrol. Teori segitiga api menjelaskan tentang munculnya api yakni berupa
reaksi oksidasi cepat yang timbul apabila muncul tiga faktor pencipta api secara
bersamaan yaitu bahan yang mudah terbakar, adanya oksigen dan adanya panas
yang sampai pada titik penyalaannya. Kebakaran dapat dibedakan berdasarkan
kondisi di mana lokasi sumber api berada. Kebakaran pada bangunan umumnya
berawal dari kebakaran dalam suatu ruangan, yang sering disebut sebagai
kebakaran dalam ruangan tertutup (compartment fire). Sifat kimia dan fisika yang
terjadi saat penyulutan, dilanjutkan dengan pembakaran (combustion) ditambah
dengan tersedianya beban api (fire load) dengan kuantitas yang cukup termasuk
perletakannya, dimensi ruangan serta faktor ventilasi yang menunjang, maka
kebakaran meningkat intensitasnya, ditandai dengan kecepatan penjalaran dan
panas yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat.
2.2 Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok,
yaitu:
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang
Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok,
yaitu :
LAPORAN STUDI KASUS II - 1 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
a. Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan
apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang.
b. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api
sedang.
c. Kelompok III
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.
3. Bahaya kebakaran berat
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat
cepat.
2.3 Klasifikasi Bangunan
Menurut tinggi dan jumlah lantai maka bangunan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Bangunan Menurut Tinggi dan Jumlah Lantai
Klasifikasi Bangunan Ketinggian dan Jumlah Lantai
A Ketinggian kurang dari 8 m atau 1 lantai
B Ketinggian sampai dengan 8 m atau 2 lantai
LAPORAN STUDI KASUS II - 2 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
C Ketinggian sampai dengan 14 m atau 4 lantai
D Ketinggian sampai dengan 40 m atau 8 lantai
E Ketinggian lebih dari 40 m atau di atas 8 lantai
Sumber : “ Panduan Sistem Hidran untuk Pencegah Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung”, Departement Pekerjaan Umum, 1987
Tipe Konstruksi Tahan Api ( Permen : 10/KPTS/2000 ). Dikaitkan dengan
ketahanannya terhadap api, terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi, yaitu :
1. Tipe A
Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini
terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah
penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu
mencegah penjalaran panas pada dinding bangunan yang bersebelahan.
2. Tipe B
Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api
mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di
dalam bangunan, dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran
dari luar bangunan.
3. Tipe C
Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang
dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara
struktural terhadap kebakaran.
Kelas Bangunan berdasarkan SNI 03-1735-2000 “Tata Cara Perencanaan
Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung”, adalah pembagian bangunan atau bagian bangunan
sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan bangunan sebagai berikut :
1) Kelas 1 : Bangunan Hunian Biasa adalah satu atau lebih bangunan yang
merupakan :
a) Kelas 1a : bangunan hunian tunggal yang berupa :
LAPORAN STUDI KASUS II - 3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
i. satu rumah tunggal; atau
ii. satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-masing
bangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasuk
rumah deret, rumah taman, unit town house, villa, atau
b) Kelas 1b : rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenis-nya dengan
luas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang
secara tetap, dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan hunian lain
atau bangunan kelas lain selain tempat garasi pribadi.
2) Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.
3) Kelas 3 : Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum
digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang
yang tidak berhubungan, termasuk :
a) rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau
b) bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
c) bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau
d) panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau
e) bagian untuk tempat tinggal darisuatu bangunan perawatan kesehatan
yang menampung karyawan-karyawannya.
4) Kelas 4: Bangunan Hunian Campuran Adalah tempat tinggal yang berada di
dalam suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal
yang ada dalam bangunan tersebut.
5) Kelas 5: Bangunan kantor Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk
tujuan-tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha
komersial, di luar bangunan kelas 6, 7, 8, atau 9.
6) Kelas 6: Bangunan Perdagangan Adalah bangunan toko atau bangunan lain
yang dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau
pelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk :
a) ruang makan, kafe, restoran; atau
b) ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel
atau motel; atau
LAPORAN STUDI KASUS II - 4 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
c) tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum; atau
d) pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.
7) Kelas 7: Bangunan Penyimpanan/Gudang Adalah bangunan gedung yang
dipergunakan penyimpanan, termasuk :
a) tempat parkir umum; atau
b) gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci
gudang.
8) Kelas 8 : Bangunan Laboratorium/Industri/Pabrik Adalah bangunan gedung
laboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan
suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau
pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau
penjualan.
9) Kelas 9: Bangunan Umum Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk
melayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu :
a) Kelas 9a : bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dari
bangunan tersebut yang berupa laboratorium;
b) Kelas 9b : bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium
atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunan
peribadatan, bangunan budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk setiap
bagian dari bangunan yang merupakan kelas lain.
10) Kelas 10: Adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian.
a) Kelas 10a: bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi,
carport,atau sejenisnya;
b) Kelas 10b:struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding
penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau
sejenisnya.
Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan khusus Bangunan atau
bagian dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan 1 s.d. 10
tersebut, dalam Pedoman Teknis ini dimaksudkan dengan klasifikasi yang
mendekati sesuai peruntukannya.
LAPORAN STUDI KASUS II - 5 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
Bagian bangunan yang penggunaannya insidentil dan sepanjang tidak
mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan lainnya, dianggap memiliki
klasifikasi yang sama dengan bangunan utamanya.
Bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari
bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan :
1) Bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10
% dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan bukan
laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi bangunan
utamanya;
2) Kelas-kelas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang
terpisah;
3) Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau
sejenisnya diklasifikasikan samadengan bagian bangunan di mana
ruang tersebut terletak.
2.4 Penyebab Terjadinya Kebakaran
Menurut UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan
ITB, kebakaran yang terjadi di dalam bangunan gedung dapat disebabkan oleh :
1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia seperti : kurangnya pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran, kurang berhati-hati dalam
menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api, kurang
kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar
matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan
kimia dimana bahan bereaksi dengan udra, air, dan juga bahan-bahan lainya
yang mudah meledak atau terbakar.
4. Kebakaran karena kesengajaan unutuk tujuan tertentu, misalnya sabotase,
mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan,
tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.
LAPORAN STUDI KASUS II - 6 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
2.5 Kerugian Akibat Kebakaran
Kebakaran pada bangunan gedung rumah sakit tentunya dapat
menyebabkan berbagai kerugian baik bagi pihak pemilik bangunan gedung rumah
sakit tersebut maupun terhadap para penghuni gedung seperti para pegawai rumah
sakit, pasien dan pengunjung. Masyarakat luas pun akan merasakan dampak
kerugian dari kebakaran rumah sakit dikarenakan rumah sakit adalah bangunan
yang fital yang dibangun dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.
Berikut beberapa aset yang harus dilindungi dari bahaya kebakaran untuk
meminimalkan kerugian yang ada :
1. Jiwa (life)
Dalam peristiwa kebakaran rumah sakit, jiwa manusia dapat terancam.
menurut artikel Sunamo dalam Anjungnusa edisi XIV (2009) menjelaskan tentang
hasil sebuah pembakaran dan bahayanya terhadap keselamatan jiwa manusia. Ada
5 produk hasil dari sebuah pembakaran yakni gas hasil pembakaran, nyala api
(flame), panas, asap, dan pengurangan kadar oksigen. Kelima produk pembakaran
ini akan sangat berpengaruh secara fisiologis terhadap kehidupan. Namun yang
paling penting adalah pengaruh terbakar dan keracunan. Penyelidikan terhadap
kebakaran menunjukkan bahwa selama terjadi kebakaran dihasilkan sejumlah gas
beracun, dengan tingkat toksisitas yang rendah sampai yang mematikan, antara lain
carbon monoksida, carbondioksida, hidrogensulfida, sulfurdioksida, ammonia,
hidrogensianida, nitrogendioksida, acrylicaldehid, dan phosgene. Nyala api dan
panas yang menjalar apabila mengenai korban akan mengakibatkan luka bakar.
Terperangkap pada suatu ruang dengan panas tinggi akan menyebabkan
tubuh mengalami dehidrasi hebat. Panas juga akan mengakibatkan meningkatnya
denyut jantung secara drastis. Apabila pengaruh panas tersebut sudah tidak dapat
diatasi lagi, maka si korban akan meninggal dunia. Asap, yang merupakan partikel-
partikel kecil dalam ukuran mikron juga dapat sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia. Partikel asap dalam jumlah yang cukup banyak, akan mengakibatkan
iritasi di mata dan terpapar asap untuk jangka waktu yang lama mungkin akan
LAPORAN STUDI KASUS II - 7 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
mempengaruhi pernapasan. Munculnya gas beracun dan asap pada suatu ruangan
yang terbakar akan menimbulkan kehilangan orientasi. Jika turun lebih rendah lagi
ke angka 14-10 persen, korban mulai kehilangan kepercayaan diri dan menjadi
sangat capai.Pada konsentrasi 10 sampai 6 persen, korban akan pingsan tak
sadarkan diri.
2. Harta benda (property)
Peristiwa kebakaran pada rumah sakit dapat menimbulkan kerugian berupa
kerusakan pada strukur bangunan rumah sakit, rusaknya berbagai alat medis dan
kerugian-kerugian properti interior yang lainnya yang secara keseluruhan akan
menurunkan nilai aset bangunan rumah sakit tersebut.
3. Kontinuitas kegiatan
Penurunan aktifitas terjadi di dalam rumah sakit pasca terjadinya
kebakaran, hal ini dikarenakan banyaknya alat-alat penunjang kesehatan yang
habis terbakar. Untuk meningkatkan kembali aktifitas di dalam rumah sakit yang
telah terbakar membutuhkan banyak pengeluaran dana untuk perbaikan struktur
bangunan dan pengadaan alat-alat penunjang kesehatan yang baru.
4. Lingkungan
Kerusakan lingkungan mungkin terjadi akibat kebakaran bangunan.
2.6 Konsep Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
Berdasarkan pemahaman karakteristik kebakaran pada bangunan yang
umumnya cellulosic fire maka pengamanan terhadap kebakaran mencangkup hal-
hal sebagai berikut :
1. Pengendalian lewat perancangan bangunan yang diarahkan pada upaya
meminimalisir timbulnya kebakaran dan intensitas terjadinya kebakaran,
yang menyangkut minimasi beban api, rancangan sistem ventilasi, sistem
kontrol asap, penerapan sistem kompartemenisasi, pemilihan material
bangunan dan lain-lain yang dikenal sebagai sistem proteksi pasif.
LAPORAN STUDI KASUS II - 8 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
2. Pengendalian lewat perancangan sistem supresi kebakaran untuk
meminimalkan dampak terjadinya kebakaran melalui rancangan
pemasangan sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem pemadam berbasis
air (sprinkler, slang kebakaran, hose reel), sistem pemadam berbasis kimia
(APAR, pemadam khusus) dan sarana pendukungnya yang dikenal dengan
sistem proteksi aktif.
3. Pengendalian lewat tata kelola bangunan yang mengantisipasi terjadinya
bahaya kebakaran didasarkan pada analisis potensi bahaya kebakaran,
analisis resiko dan penaksiran bahaya kebakaran sesuai tahap-tahap
pertumbuhan kebakaran dalam ruangan. Tata kelola ini sering disebut
sebagai Fire Safety Management yang mencangkup kondisi sebelum, pada
saat dan setelah terjadi kebakaran.
Standar-standar (SNI) proteksi kebakaran yang telah tersusun sejak tahun
1987 dan cakupannya dikaitkan dengan klasifikasi sistem proteksi di atas dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 SNI Bidang KebakaranNo. Judul Standar∕SNI No. SNI SPA SPP FSM
1.Pemasangan Alat Pemadaman Api Ringan (APAR)
SNI 03-1756-1989 V
2.Metode Uji Jalar Api Di Permukaan Bahan Bangunan
SNI 03-1739-1989 V
3. Metoda Uji Ketahanan Api ( fire resistence test) SNI 03-1741-1989 V4. Metode Uji Sifat Bakar Bahan Bangunan SNI 03-1740-1989 V5. Perencanaan Akses Masuk Ke Bangunan SNI 03-1735-2000 V6. Perencanaan Sarana Jalan Ke Luar SNI 03-1746-2000 V7. Perencanaan Sistem Proteksi Pasif SNI 03-1736-2000 V
8.Perencanaan Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran
SNI 03-3985-2000 V
9. Perencanaan Sistem Sprinkler Otomatis SNI 03-3989-2000 V10. Sistem Pipa Tegak & Slang Kebakaran SNI 03-1745-2000 V11. Proteksi Bukaan Pada Konstruksi Tahan Api SNI 03-6415-2000 V
12.Tatacara Pemasangan Damper Api (fire damper)
SNI 03-6462-2000 V
13.Tatacara Perencanaan Sistem Udara Bertekanan Untuk Sarana Jalan Ke Luar Kedap Api
SNI 19-6470-2000 V
14.Penanggulangan Keadaan Darurat Pada Bangunan
SNI 03-6464-2000 V
15.Spesifikasi Pengolah Udara Di Dapur & Ruang Parkir Untuk Pengendalian Asap Kebakaran
SNI 03-6420-2000 V
16. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-2000 V17. Spek Peralatan Pengolah Udara Individual SNI 03-6383-2000 V
LAPORAN STUDI KASUS II - 9 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
BAB II DASAR TEORI
Sebagai Sistem Pengendali Asap Terzona Dalam Bangunan
18. Spesifikasi Hidran Kebakaran Tabung Basah SNI 03-6382-2000 V19. Instalasi Pompa Kebakaran Untuk Gedung SNI 03-6575-2001 V
20.Pasokan Air Untuk Pemadam Kebakaran RSNI no S-10-
2002V
21. Spesifikasi Damper Kebakaran SNI 19-6718-2002 V
22.Spesifikasi Umum Sistem Ventilasi Mekanis dan Sistem Tata Udara Sebagai Pengendali Asap Kebakaran
SNI 03-6767-2002 V
23.Spesifikasi Umum Sistem Pengolah Udara Sebagai Pengendali Asap Kebakaran Dalam Bangunan
SNI 03-6768-2002 V
24.Spesifikasi Sistem Pengolah Udara Sentral Sebagai Pengendali Asap Kebakaran Dalam Bangunan
SNI 03-6769-2002 V
25.Spesifikasi Bahan Bangunan Ntuk Pencegahan Kebakaran
SNI 03-7565-2002 V
26. Metode Uji Sifat Penyalaan Bahan Bangunan SNI 03-6771-2002 V
27.Perancangan Sistem Pemadam Khusus Jenis Gas
SNI 19-6772-2002 V
28. Proteksi Kebakaran Terhadap Sambaran Petir SNI 03-6552-2002 V29. Sistem Pengendalian Asap Pada Bangunan SNI 03-6571-2002 V30. Metode Uji Cat Penghambat Api SNI 03-6770-2002 V
31.Tatacara Klasifikasi Jenis Penggunaan Bangunan Berdasarkan Peringkat Ancaman Bahaya Kebakaran
RSNI T-11-2002 V
32. Metode Evaluasi Potensi Flashover SNI 03-6775-2003 V33. Metode Uji Pintu Kebakaran (fire door) SNI 03-7566-2003 V34. Sarana Pembangkit Daya Listrik Darurat SNI 03-7018-2004 V35. Metode Uji Ketahanan Api Pintu Rakitan RSNI M-08-2004 V
36.Keselamatan Kebakaran Pada Bangunan Kesehatan
SNI 03-7011-2004 V
37. Manajemen Asap di Bangunan Mal dan Atrium SNI 03-7012-2004 V38. Proteksi Kebakaran di Ruang Komputer RSNI S-07-2004 V39. Standar Mobil Pompa Kebakaran (fire pumper) SNI 09-7053-2004 V40. Sistem Pembuangan Asap (smoke venting) RSNI T-04-2005 V
Sumber : Departemen Pekerjaan UmumKeterangan :
SPA : Sistem Proteksi Aktif
SPP : Sistem Proteksi Pasif
FSM : Fire Safety Management
LAPORAN STUDI KASUS II - 10 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013