18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biosecurity Biosecurity adalah manajemen kesehatan lingkungan yang baik agar risiko munculnya penyakit tidak terjadi. Biosecurity merupakan praktek manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia. Biosecurity terdiri dari dua elemen penting yaitu bioexclusion dan biocontainment. Bioexclusion adalah pencegahan terhadap datangnya virus infektif dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar (WHO, 2008). Dargatz (2002) menjelaskan bahwa bioexclusion merupakan pencegahan masuknya agen patogen ke dalam populasi hewan dan biocontainment merupakan pencegahan agen patogen menyebar di antara hewan, antar area, dan keluar ke area lain. Baker (2012) menambahkan bahwa terdapat tiga komponen biosecurity antara lain bioexclusion, biocontainment,dan biomanagement. Bio management adalah praktik keseluruhan untuk mencegah dan mengontrol agen penyakit yang sudah ada. 4

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tinjauan Pustaka

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biosecurity

Biosecurity adalah manajemen kesehatan lingkungan yang baik

agar risiko munculnya penyakit tidak terjadi. Biosecurity merupakan

praktek manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan

organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia.

Biosecurity terdiri dari dua elemen penting yaitu bioexclusion dan

biocontainment. Bioexclusion adalah pencegahan terhadap datangnya virus

infektif dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada tidak

keluar atau menyebar (WHO, 2008).

Dargatz (2002) menjelaskan bahwa bioexclusion merupakan

pencegahan masuknya agen patogen ke dalam populasi hewan

dan biocontainment merupakan pencegahan agen patogen menyebar di

antara hewan, antar area, dan keluar ke area lain.  Baker (2012)

menambahkan bahwa terdapat tiga komponen biosecurity antara

lain bioexclusion, biocontainment,dan biomanagement. Biomanagement 

adalah praktik keseluruhan untuk mencegah dan mengontrol agen penyakit

yang sudah ada.

Menurut Winkel (1997), biosecurity merupakan suatu sistem untuk

mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem

untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan

merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare).

Biosecurity pada umumnya dibagi dalam tiga tingkatan menurut

Dwicipto (2010), yaitu:

a. Biosecurity konseptual, yang merupakan dasar atau basis dari seluruh

program pengendalian penyakit. Beberapa hal yang harus dikelola

antara lain pemilihan lokasi peternakan khususnya kandang,

pengaturan jenis dan umur ternak.

4

Page 2: BAB II

b. Biosecurity struktural, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tata

letak peternakan, pemisahan batas-batas unit peternakan, pengaturan

saluran limbah peternakan, perangkat sanitasi dan dekontaminasi,

instalasi tempat penyimpanan pakan dan gudang, serta peralatan

kandang.

c. Biosecurity operasional, merupakan implementasi prosedur

manajemen untuk pengendalian penyakit di perusahaan terutama

bagaimana mengatasi suatu infeksi panyakit menular.

Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosecurity

adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu,

memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan

kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan

keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen,

dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan

ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut

mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara

dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman

berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh

karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya,

juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap

kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya (Hadi, 2012).

2.2 Program Biosecurity

Menurut Hadi (2012), pelaksanaan biosecurity dapat ditinjau dari

berbagai sisi diantaranya kontrol lalu lintas, manajemen kesehatan,

pencucian kandang, kontrol pakan, kontrol air, dan kontrol limbah.

2.2.1 Kontrol lalu lintas

Pengendalian lalu lintas ini diterapkan terhadap lalu lintas ke

peternakan dan lalu lintas di dalam peternakan. Pengendalian lalu lintas ini

diterapkan pada manusia, peralatan, barang, dan bahan. Pengendalian ini

5

Page 3: BAB II

data berupa penyediaan fasilitas kolam dipping dan spraying pada pintu

masuk untuk kendaraan , penyemprotan desinfektan terhadap peralatan

dan kandang, sopir, penjual, dan petugas lainnya dengan mengganti

pakaian ganti dengan yang pakaian khusus. Pemerikasaan kesehatan

hewan yang datang serta adanya Surat Keterangan Kesehatan Hewan

(SKKH) (Jeffrey, 1997),

Penerapan biosecurity dalam pengawasan lalu lintas manusia

(Euribrid Farm, 2003) meliputi: 1) karyawan atau orang yang terlibat di

bisnis peternakan pembibitan ayam tidak diperbolehkan memelihara

burung atau ayam di rumahnya. Begitu pula untuk peternakan komersial,

2) Orang yang akan masuk kedalam peternakan, sebelumnya tidak

mengunjungi peternakan pada tingkat di bawahnya (peternakan komersial,

processing dan lain-lain) yang status higienenya tidak diketahui, minimum

dua hari setelah kunjungan tersebut, 3) tamu sebaiknya tidak mengunjungi

peternakan bibit tetua (grand parent), kecuali profesional (ahli) yang

berhubungan dengan peternakan bibit tetua (grand parent) tersebut.Aspek

sanitasi ini berkaitan erat dengan penerapan higiene. Yang harus

diperhatikan adalah menjaga agar jangan ada kontaminan yang masih

menempel pada tubuh sehingga dapat menulari ayam di kandang. Hal ini

dapat diterapkan dengan mencuci tangan, mengganti baju yang kotor,

melakukan dipping sepatu bot dan spraying seluruh anggota badan

(Stanton, 2004).

Peternakan grand parent stock harus menerapkan prosedur

biosecurity dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk

sebelumnya tidak boleh mengunjungi farm pada level di bawahnya (parent

stock, komersial, prosesing dll) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan

tersebut. Kebersihan halaman dan teras dinding serta pemotongan rumput

harus teratur. Konstruksi kandang dan ruang penyimpan pakan dibuat

yang tidak memungkinkan binatang-binatang seperti tikus, burung,

kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent proof)

(Hadi, 2012).

6

Page 4: BAB II

Hewan yang potensial sebagai hewan penganggu adalah

unggas/burung liar, tikus, dan insekta (Hanson, 2002). Hal yang harus

diperhatikan oleh pemilik ataupun pekerja peternakan (Euribrid Farm,

2003), yaitu: tidak diperbolehkan mempunyai/merawat unggas lain, babi,

dan segala hewan yang bisa menimbulkan risiko penyakit atau bahaya

terhadap ayam (tikus dan unggas liar merupakan vektor yang potensial),

dan melakukan pencegahan khusus setelah kontak dengan hewan lain

sebelum masuk atau kontak dengan unggas. Pada penerapan sistem hazard

analysis critical control point (HACCP) di peternakan ayam, salah satu

titik kendali kritis (critical control point/CCP) adalah adanya pemantauan

harian terhadap burung liar dan rodensia di sekitar area kandang ayam.

Dalam program dan prosedur biosecurity dilakukan pemisahan unggas

terhadap jenis unggas lain, spesies bukan unggas, termasuk burung liar,

rodensia, dan hewan-hewan lainnya (Grimes, 2001). Menurut Kuney

(1999), pakan bisa menjadi sumber datangnya bangsa rodensia dan unggas

liar. Oleh karena itu, tikus dan unggas liar dicegah agar tidak menjangkau

pakan.

Dasarnya tidak semua yang disebutkan tadi berbahaya karena juga

tergantung spesies hewan tersebut, penyakit yang dibawanya, dan

resistensi ayam ternak terhadap penyakit yang dibawa hewan-hewan liar

tersebut. Setiap hewan yang masuk tidak mungkin diperiksa satu per satu,

lebih baik dilakukan pencegahan sedini mungkin agar hewan-hewan

tersebut tidak memasuki wilayah peternakan. Jadi, sebisa mungkin

meminimalisasi paparan mikroorganisme berbahaya terhadap ayam

(Kuney, 1999).

Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus

dimonitor secara ketat. Kendaraan yang memasuki farm harus melewati

kolam desinfeksi yang terdapat di belakang gerbang. Kendaraan yang bisa

masuk ke areal peternakan adalah kendaraan pengangkut makanan, DOC,

ataupun peralatan kandang lainnya. Pada peternakan pembibitan yang

memerlukan biosecurity lebih ketat, begitu masuk kolam desinfeksi

7

Page 5: BAB II

kendaraan harus berhenti, lalu seluruh bagian mobil bagian bawah, sekitar

ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi. Sementara itu

penumpangnya harus mandi semprot untuk didesinfeksi. Peternakan yang

menerapkan biosecurity sangat ketat, pada umumnya terdapat pemisahan

dan batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah

sanitasi semi bersih atau bersih, dengan demikian akan selalu ada kontrol

lalu lintas baik barang, bahan ataupun manusia (Hadi, 2012)

2.2.2 Manajemen Kesehatan

Aspek lain dari biosecurity adalah mencegah penyakit melalui

vaksinasi. Vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi

pilihan utama untuk melindungi ayam, karena tidak ada obat yang dapat

melawan infeksi virus. Vaksinasi merupakan metode paling mudah dalam

pencegahan penyakit.

Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang

mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin

dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi

organisme hidup atau inaktif atau fraksi-fraksinya atau toksoid. Pemberian

vaksin harus disesuaikan dengan umur. Pemberian vaksin yang tepat akan

menentukan kekuatan dan jangka waktu imunitas yang terbentuk.

Kegagalan dalam vaksin akan menyebabkan meningkatnya resiko

penularan karena kurangnya imunitas yang terbentuk (Halls, 2005). Vaksin

yang baik akan mengurangi prevalensi penyakit pada suatu populasi

(Marangon dan Busani, 2006).

Ayam yang sakit atau mati dapat menjadi sumber penyakit

berbahaya bagi ayam sehat yang berdekatan. Oleh karena itu, ayam yang

sakit atau mati harus segera dikeluarkan dan dipisahkan sejauh mungkin

dari kandang ayam sehat sehingga tidak menulari ayam yang sehat. Ayam

yang sakit atau mati segera diisolasikan dan didiagnosa di laboratorium

oleh dokter hewan peternakan untuk segera diketahui penyakitnya. Setelah

itu, ayam yang mati harus segera dibakar di krematorium (Hanson 2002).

8

Page 6: BAB II

Isolasi mengandung pengertian penempatan atau pemeliharaan

hewan di dalam lingkungan yang terkendali. Pengandangan atau

pemagaran kandang akan menjaga dan melindungi unggas serta menjaga

masuknya hewan lain ke dalam kandang. Isolasi ini diterapkan juga

dengan memisahkan ayam berdasarkan kelompok umur. Selanjutnya,

penerapan manajemen all-in/all-out pada peternakan besar mempraktekan

depopulasi secara berkesinambungan, serta memberi kesempatan

pelaksanaan pembersihan dan disinfeksi seluruh kandang dan peralatan

untuk memutus siklus penyakit (Jeffrey 1997).

Manajemen kesehatan memiliki hubungan erat dengan metode

isolasi, karena dalam penerapannya pencegahan dan pemberantasan

penyakit yang baik dengan cara isolasi. Isolasi diperlukan untuk

menghindari infeksi dari hewan baru. Hewan baru beresiko untuk

menularkan walaupun tidak terlihat sakit (carrier). Diperlukan isolasi

selama jangka waktu tertentu untuk mengamati ada tidaknya perubahan

pada hewan baru (Sharma, 2010). Isolasi biasanya dilakukan sampai dapat

dipastikan tidak adanya tanda hewan baru tersebut terkena infeksi.

2.2.3 Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

peternak untuk kebersihan kandang dan lingkungannya. Sanitasi kandang

memiliki tujuan untuk menjaga keadaan kandang serta lingkungan

kandang bersih sehingga kemungkinan agen infeksi penyakit masuk

berkurang. Sanitasi kandang meliputi pencucian kandang dan desinfeksi

kandang. Membersihkan kandang secara rutin juga diperlukan untuk

menciptakan lingkungan yang sehat. Kandang dibersihkan secara

menyeluruh menggunakan desinfektan.

Menurut Hadi (2012) pencucian kandang ayam broiler bisa

dilakukan secara total atau menyeluruh. Secara total artinya dilakukan

terhadap seluruh kandang secara lengkap dari bagian atas sampai ke

bawah. Hal ini dilakukan paling tidak setahun sekali. Pencucian bisa juga

9

Page 7: BAB II

secara parsial biasanya dilakukan tidak menyeluruh, tetapi hanya bagian

bawah (lantai) dan sekitarnya.

Pencucian kandang adalah tahap yang cukup sulit dalam

biosecurity. Keuntungan yang didapat dari pencucian kandang antara lain

mengurangi stress pada ayam, mengurangi mortalitas DOC, dan

membantu pertahanan kesehatan ayam terhadap penyakit (Halls, 2005).

Cara pencucian secara menyeluruh bisa dilakukan sebagai berikut:

a. Liter diangkat keluar dari kandang sejauh mungkin paling tidak 100

yard. Liter jangan berceceran agar tidak mencemari jalan atau pintu

masuk kandang.

b. Pencucian seluruh instalasi air, tempat makanan, dan peralatan lainya

dilakukan sampai bersih, kemudian didesinfeksi sebelum digunakan

untuk flok ayam berikutnya.

c. Seluruh bagian kandang disapu dengan bersih. kemudian disemprot

dengan air sabun, dibilas, dan disemprot desinfektan yang kuat dan

larut dalam air seperti senyawa fenol dengan konsentrasi yang sesuai

aturan.

d. Setelah pembersihan selesai maka liter baru dan peralatan kandang

untuk DOC yang baru dapat dipasang dan disebar merata. Liter

umumnya berupa sekam atau tatal dengan tebal 10 cm (minimal 8cm).

e. Insektisida yang sesuai digunakan pada bagian atas liter baru bila

terdapat masalah serangga.

f. Disediakan bak dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang

dan baskom dekontaminasi untuk mencuci kandang.

Menurut Nurhamzah (2012), desinfektan diberikan secara dua kali

yaitu, pertama desinfeksi dilakukan dengan menggunakan desinfektan

yang memiliki sifat kuat dan larut dalam air contohnya seperti senyawa

fenol. Desinfeksi kedua dilakukan setelah desinfeksi pertama dilakukan.

Formalin sebagai desinfektan cair dapat menjadi alternatif untuk

mendesinfeksi seluruh permukaan kandang.

10

Page 8: BAB II

Desinfeksi adalah proses menghilangkan organisme infeksius

dengan menggunakan agen kimia atau fisik (Kahrs, 1994). Desinfeksi

dilakukan pada pintu-pintu masuk peternakan untuk mencegah masuknya

penyakit. Desinfeksi dilakukan pada orang atau kendaraan yang akan

memasuki kompleks peternakan dengan menyemprot ban kendaraan

dengan desinfektan dan mewajibkan semua orang yang memasuki kandang

untuk mencelupkan kaki pada larutan desinfektan (Al Saffar et al., 2006).

2.2.4 Kontrol Pakan

Pakan dapat tercemar oleh mikroorganisme pada udara selama

proses, pengemasan, penyimpanan dan penyiapan. Cara yang efektif untuk

mengurangi pencemaran mikroorganisme dari udara antara lain praktek

higiene, penyaringan udara yang masuk ke ruang proses, dan penerapan

metode pengemasan yang baik (Marriott, 1999).

Biosecurity terhadap pakan harus dilakukan terutama di tingkat

pabrik pengolahan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat

banyaknya agen penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan.

Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan pakan ayam adalah:

a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko terjadinya kesalahan

formulasi pakan seperi kelebihan garam dan lain-lain.

b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku secara teratur, seperti

kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap

kandungan mikroorganisme, dan analisis proksimat untk mengetahui

kualitas kandungan pakan.

c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya, breeding farm biasanya

memiliki persyaratan pakan tertentu untuk mencegah terjadinya

salmonellosis.

d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin jamur dengan

menambahkan toxin binder.

e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat

maupun setibanya di farm konsumen.

11

Page 9: BAB II

f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku ataupun penyimpanan

pakan jadi (Hadi, 2012).

2.2.5 Kontrol Air

Air yang digunakan untuk konsumsi dan kebutuhan lainnya harus

memenuhi persyaratan air bersih (Depkes, 2001). Jika digunakan air tanah

atau dari sumber lain, maka air harus diperlakukan sedemikian rupa

sehingga memenuhi persyaratan air bersih.

Salah satu perlakuan air yang umum dilakukan adalah dengan

menambahkan klorin 2 ppm. Untuk menjamin bahwa air tersebut

memenuhi syarat air bersih, maka perlu dilakukan pemeriksaan

laboratorium secara berkala, minimum 1 tahun sekali. Klorin berguna

untuk mematikan mikroorganisme yang terkandung dalam sumber air. Air

merupakan media pembersih selama proses sanitasi serta merupakan

bahanbakupada proses pengolahan pangan (Depkes, 2001).

Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain

melalui pakan dan udara. Berbagai penyakit yang ditularkan melalu iair

antara lain Salmonellosis, Kolibasilosis, Aspergillosis dan Egg Drop

Syndrome. Monitoring untuk program biosecurity air antara lain :

a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal sekali dalam satu tahun

yang meliputi pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal, mineral) dan

bakteriologis.

b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling tidak sebulan sekali

untuk menguji tingkat higienitas air minum ayam (kualitatif dan

kuantitatif). Pengujian dilakukan secara berurutan dari hulu ke hilir,

mulai dari sumber air sampai ketempat minum ayam (drinker).

c. Perlakuan sanitasi air minum ayam sesuai tingkat pencemarannya.

Sanitasi pada umumnya dilakukan dengan cara klorinasi, tetapi saat ini

sudah banyak produk komersial lain seperti pemberian asam organik.

12

Page 10: BAB II

d. Secara teratur melakukan flushing (penggelontoran) air di instalasi air

di dalam kandang minimal seminggu sekali. Perlakuan ini dilakukan

mengingat seringnya peternak memberikan vitamin, mineral ataupun

antibiotik melalui air minum. Munculnya jonjot (semacam lendir)

organik pada pipa-pipa air minum dapat mengakibatkan tersumbatnya

pipa-pipa saluran tersebut (Hadi, 2012).

2.2.6 Kontrol Limbah Produksi dan Ayam Mati

Sisa produksi atau limbah sering dijumpai dalam tatalaksana usaha

peternakan ayam. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh

mungkin dari areal produksi. Apabila mungkin harus ada petugas khusus

yang mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau

dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau

dimusnahkan di luar, maka harus dipilih lokasi di dalam wilayah

peternakan yang memungkinkan sisa produksi ini tidak mengganggu

kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan (Hadi,

2012).

Liter basah atau liter yang sudah menggumpal pada dasarnya

diangkat dan dibuang pada tempat pembuangan limbah (disposal pit) yang

telah disediakan, dengan jarak minimal 8 meter dari kandang dan 60 meter

dari pemukiman warga. Ayam mati sesegera mungkin diambil dari

kandang dan setelah dilakukan pemeriksaan bedah pasca mati maka

secepatnya dibakar dan dibuang ke tempat lubang pembuangan (disposal

pit) di dalam peternakan. Disposal pit dapat dibuat dengan luasan 2x3

meter dan kedalaman sekitar 3 meter tergantung pada sisa produksi harian

serta tersedianya lahan (Hadi, 2012).

Ayam yang sakit/mati dapat menjadi sumber penyakit berbahaya

bagi ayam sehat yang berdekatan. Oleh karena itu, ayam yang sakit/mati

harus segera dikeluarkan dan dipisahkan sejauh mungkin dari kandang

ayam sehat sehingga tidak menulari ayam yang sehat. Ayam yang

sakit/mati segera diisolasikan dan didiagnosa di laboratorium oleh dokter

13

Page 11: BAB II

hewan peternakan untuk segera diketahui penyakitnya. Setelah itu, ayam

tersebut harus segera dibakar di insinerator (Hanson, 2002). Menurut

peraturan pemerintah RI No 41 tahun 2012 tentang alat dan mesin

peternakan dan kesehatan hewan untuk pengolahan limbah peternakan

menggunakan insinerator.

Intensitas pengambilan sampah dan limbah peternakan (kotoran

ayam) dilakukan pada periode tertentu secara teratur, karena dapat

mengundang lalat atau insekta lain serta tumpukan sampah dapat menjadi

sumber pencemaran di peternakan. Standar pengambilan limbah (kotoran

ayam) minimal 2 kali dalam 1 periode yaitu pada masa pemeliharaan dan

pencucian kandang (Jeffrey, 1997).

14