Upload
remoxs
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PKP
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN MATEMATIKA
Pembelajaran matematika di SD dalam prakteknya yang terjadi saat ini
masih menggunakan pendekatan konvensional yang dalam kegiatannya lebih
didominasi oleh guru di depan kelas sehingga membuat siswa menjadi pasif.
Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam mengajarkan matematika kepada
siswa adalah mengajar dengan memperhatikan taraf berpikir siswa,
sebaliknya materi tidak disampaikan secara abstrak dan formal tetapi dengan
menggunakan benda-benda konkret yang ada disekitar siswa. Dalam hal ini
siswa diperlakukan sebagai objek yang aktif dalam proses pembelajaran.
Akibatnya siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuannya. Semua itu sesuai dengan aspek keterpaduan dalam belajar.
Menurut Kartadinata (1996: 68-71) prinsip-prinsip pendidikan yang sesuai
dengan hal tersebut adalah (1) guru Sekolah Dasar harus selalu peduli dan
mendalami anak sebagai keseluruhan, dan (2) kurikulum dan proses
pembealajaran di SD harus bersifat terpadu.
Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa tidak
merasa jenuh dan akan semakin tekun belajar matematika. Seorang pengajar
matematika dituntut untuk menguasai bahan mengajarnya dengan baik, agar
dalam menyampaikan materi pelajaran baik pula. Selain itu penyajian materi
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Berkaitan
dengan itu Soedjadi (2000: 37) mengatakan bahwa penyajian butir
matematika yang akan disampaikan disesuaikan dengan perkembangan
intelektual siswa. Oleh karena itu seorang pengajar matematika terlebih
dahulu mempersiapkan materinya, metode dan pendekatan pembelajaran
yang sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam
proses belajar mengajar.
B. OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT
Pelajaran matematika sangat terkait dengan oprasi hitung bilangan
yang membutuhkan hasil akhir dari pengerjaannya karena berhitung
merupakan dasar dari ketrampilan matematika. Siswa-siswa melalui
pengalamannya dapat melakukan operasi hitung atau pengerjaan bilangan
dengan mengadakan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Pengetahuan dasar dari setiap operasi bilangan merupakan dasar dari
semua kegiatan operasi bilangan. Berbagai pendekatan operasi dengan
berbagai modal fisik akan membantu siswa mengembangkan konsep operasi
hitung yang lebih luas. Gabungan data dasar dan pemahaman tentang nilai
tempat dan sifat-sifat matematika lainnya dapat membantu siswa melakukan
operasi-operasi bilangan.
Operasi hitung dalam matematika terdiri dari penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian (Sutowidjaya, 1992/1993 : hal.45).
Bilangan bulat artinya bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif, nol
dan bilangan bulat negatif (Yaniarto, 2007 : 126).
Sifat-sifat operasi hitung pada bilangan bulat :
a. Sifat tertutup
Artinya setiap jumlah dua bilangan bulat hasilnya merupakan bilangan
bulat lagi.
b. Sifat Komutatif (Pertukaran)
Artinya setiap jumlah dua buah bilangan bulat hasilnya akan tetap sama
walaupun letak kedua bilangan itu ditukar.
Secara matematis dapat ditulis a + b = b + a.
c. Sifat Asosiatif (Pengelompokan)
Artinya pejumlahan tiga buah bilangan bulat, hasilnya akan sama bila
pengelompokan pada penjumlahan ditukar.
Secara matematis dapat ditulis (a + b ) + c = a + (b + c).
d. Sifat bilangan nol (sebagai unsur identitas penjumlahan)
Artinya suatu bilangan bulat apabila dijumlahkan dengan bilangan 0,
hasilnya adalah bilangan itu sendiri.
e. Sifat Invers Penjumlahan ( lawan suatu bilangan )
Artinya setiap bilangan bulat ( kecuali 0 ) merupakan pasangan / lawan
bilangan itu sendiri. Secara matematis dapat ditulis a adalah lawan –a.
(Yuniarto,2007: 138).
C. PENELITIAN YANG RELEVAN
Berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok kurikulum Sekolah Dasar
2006, dalam kegiatan pembelajaran harus lebih diutamakan adalah keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai guru harus bisa menghilangkan
anggapan siswa, bahwa pelajaran matematika itu sulit dan membosankan.
Tetapi kita harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dalam
memahami sebuah konsep pembelajaran matematika.
Pemilihan metode kerja kelompok lebih menekankan pada kegiatan
belajar kelompok dan merupakan salah satu proses belajar mengajar dengan
pendekatan ketrampilan proses. Dengan metode kerja kelompok, diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan
meningkatkan prestasi siswa. Menurut Nur (dalam Hainur RA, 1996 : 16)
Proses belajar mengajar dengan pendekatan proses adalah proses belajar
mengajar yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori dengan ketrampilan proses dan
sikap ilmiah siswa sendiri.
Menurut Linda Hundgen (dalam Berlambang, 1998: 29) menyatakan
bahwa pembelajaran melalui metode kerja kelompok (group work) memiliki
dampak yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil prestasi
belajarnya, (Carin dalam Berlambang, 1998: 29), mengemukakan bahwa
banyak siswa belajar lebih efektif dalam situasi belajar kelompok.
D. METODE KERJA KELOMPOK
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan
mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan
dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut
Moedjiono, metode kerja kelompok adalah format belajar yang
menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu
kelompok guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu
guru dituntut untuk mampu menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara
manipulatif mampu melibatkan anak bekerjasama dan berkolaborasi dalam
kelompok.
Hubungan sosial yang kurang baik antara siswa dapat mengganggu
kelancaran kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengenal teman-
temannya, sehingga mereka merasa sebagai satu kesatuan. Perasaan tersebut
hanya akan tumbuh apabila guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dalam kelompok, siswa dituntut untuk bekerja sama satu sama lain.
Selain itu, dalam belajar atau kerja kelompok, siswa mendapat kesempatan
untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain. Dalam kegiatan
kelompok, siswa harus belajar menerima pendapat siswa lain dan mendorong
sisw lain untuk mengemukakan pendapatnya. Melalui kegiatan kelompok,
siswa akan saling membantu, bukan saling mengejek atau menjatuhkan.
Dalam kegiatan kelompok siswa belajar menerima serta menghargai
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Berkenaan dengan kegiatan kelompok ini, Weber (1997: 25)
mengemukakan enam hal yang perlu diperhatikan guru dalam
mengembangkan dan melaksanakan kegiatan kelompok.
a. Perilaku yang diharapkan
Pernyataan tentang tujuan yang harus dicapai melalui kegiatan kelompok
harus dinyatakan dengan jelas, pasti dan realistik. Pernyataan ini akan
menjadi pedoman dan arah kerja siswa dalam melaksanakan kegiatan
kelompok.
b. Fungsi kepemimpinan
Guru hendaknya mengembangkan kegiatan kelompok yang tidak
didominasi oleh seorang atau beberapa orang siswa, tetapi yang
memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk
berpartisipasi dan bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok.
c. Pola persahabatan siswa
Kegiatan kelompok akan berhasil dengan baik apabila hubungan
interpersonal antar siswa cukup baik.
d. Norma/aturan
Norma/aturan diperlukan oleh anggota kelompok sebagai pedoman
tentang apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana tindakan mereka
terhadap anggota lain.
e. Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi mengacu kepada kemampuan verbal dan
non-verbal, dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain dan
menangkap pendapat orang lain.
f. Kebersamaan
Kegiatan kelompok akan berlangsung dengan baik apabila setiap anggota
kelompok memiliki rasa kebersamaan. Penerapan metode kerja
kelompok menurut guru untuk dapat mengelompokkan peserta didik
secara arif dan proporsional. Pengelompokkan peserta didik dalam suatu
kelompok dapat didasarkan pada : a) Fasilitas yang tersedia; b)
Perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar; c)
Jenis pekerjaan yang diberikan; d) Wilayah tempat tinggal peserta didik;
e) Jenis kelamin; f) Memperbesar partisipasi peserta didik dalam
kelonpok; g) Berdasarkan pada lake / random.
Pembagian kelompok sebaiknya heterogen, baik dari segi
kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan
belajar yang lebih baik dari kelompok tidak terkesan berat sebelah yaitu
ada kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah. Penggunaan
metode kerja kelompok menurut Moedjiono ( 1992:62 ) bertujuan untuk :
a. Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama antara para peserta
didik.
b. Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual peserta
didik.
c. Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar
mengajar secara seimbang.
Metode kerja kelompok digunakan guru karena alasan berikut :
a. Membuat peserta didik dapat bekerja sama dengan temannya dalam
satu kesatuan tugas.
b. Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahan-
bahan untuk melaksanakan tugas tersebut.
c. Membuat peserta didik aktif.
Kekuatan dari metode kerja kelompok adalah :
a. Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan
tugasnya.
b. Menggalang kerjasama kekompakan dalam kelompok.
c. Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran
keterampilan berdiskusi dan proses kelompok.
Keterbatasan penggunaan metode kerja kelompok adalah :
a. Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada peserta didik
yang aktif dan mampu untuk berperan, sedangkan peserta peserta
didik yang terbelakang tidak berbuat apa-apa.
b. Memerlukan fasilitas yang beragam baik untuk fasilitas fisik dan
ruangan maupun sumber-sumber belajar yang harus disediakan.
E. KERANGKA BERFIKIR
Metode pembelajaran dengan metode kerja kelompok (group work)
memperoleh salah satu pendekatan ketrampilan proses, pembelajaran ini
dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa,
ketrampilan kerjasama dan juga prestasi belajar. Guru diharapkan dapat
menyampaikan materi pelajaran dan penggunaan metode dengan kerja
kelompok (group work) dengan tepat.
- Matematika dianggap sulit oleh
siswa. - Pembelajaran Berpusat pada guru
yang selalu menerangkan (ceramah)
- Prestasi belajar siswa rendah
Permasalahan dalam Pembelajaran Matematika
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran.
- Saling berinteraksi dan bekerjasama dalam melakukan kegiatan karja kalompok.
Implementasi Kegiatan
- Antusiasme siswa lebih bagust terhadap pembelajaran.
- Dari pembelajaran dengan implementasi kegiatan kerja kelompok diperoleh pemahaman siswa tentang konsep bermakna operasi hitung campuran dengan baik.
- Pengetahuan dan kompetensi lebih berkembang.
Proses KBM
- Pemgetahuan dan penguasaan konsep matematika siswa lebih meningkat.
- Peningkatan prestasi belajar siswa. Hasil Penelitian
Bagan 2.1. Kerangka Konsepsual
F. PRESTASI BELAJAR SISWA
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi belajar
merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
yang diberikan oleh guru. Sedangkan Dulhadi (2002: 25) menyatakan bahwa
prestasi belajar adalah perolehan belajar seseorang yang bersifat keilmuan,
yang tergolong ranah kognitif, penguasaan konsep, kaedah, prinsip dan teori.
Sejalan dengan pengertian diatas Tu’u (2004: 75) menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi belajar merupakan hasil
penguasaan keterampilan dan usaha untuk memperoleh suatu tambahan ilmu
berupa penguasaan konsep, kaedah, teori, prinsip dan teori dari hasil
belajarnya yang biasanya dicapai siswa ketika mengerjakan tugas dan kegiatan
pembelajaran yang diberikan oleh guru pada waktu yang telah ditentukan dan
hasil tersebut disimbulkan melalui angka-angka.
a. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin (1998: 89) Fungsi prestasi belajar diantaranya :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan komunitas pengetahuan
yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan rasa ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dijadikan indikator daya serap (kecerdasan anak didik).
Mengetahui prestasi belajar anak didik, baik secara perseorangan
maupun secara kelompok adalah penting. Sebab fungsi prestasi belajar tidak
hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu saja, tetapi
juga berguna sebagai umpan balik guru dalam melakukan proses belajar
mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan diagnosis
bimbingan atau penempatan anak didik. Prestasi yang membanggakan, dapat
diperoleh seorang melalui suatu proses yang bisa disebut dengan belajar.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Selain itu prestasi belajar juga dipengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut Slamet (2003: 54) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi
menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri indVidu yang sedang belajar, faktor ini dibagi menjadi 3
faktor yaitu :
1) Faktor Jasmani
Faktor ini meliputi beberapa faktor yaitu kesehatan dan faktor cacat
tubuh.
a. Faktor kesehatan.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap balajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu.
b. Cacat tubuh.
Keadaan cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Hal ini dapat
mempengaruhui proses balajar, untuk itu bagi sisiwa yang
mempunyai keadaan cacat tubuh biasanya belajar pada lembaga
pendidikan khusus.
2) Faktor Psikologis
a. Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam
situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat
intelegensi rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi tinggi belum pasti barhasil dalam belajarnya. Hal ini
disebabkan karena belajar adalah suatu psoses yang komplek dengan
banyak faktor diantara faktor yang lain.
b. Perhatian
Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaranya tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila bahan pelajarannya yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya.
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Jika bahan pelajarannya yang dipelajari siswa sesuai
dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
e. Motif
Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam
proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik dan dapat menunjang proses
belajar.
f. Kematangan
Kematangan adalah tingkatan dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat
melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemampuan untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
3). Faktor Sosiologis
a. Faktor Keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah disini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedungnya, metode belajar dan
tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari masyarakat berupa
keadaan lingkungan tempat siswa tersebut tinggal. Bila lingkungan
tidak mendukung maka siswa dalam belajarnya pun akan mengalami
kesulitan.