32
BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah PT. PLN (Persero) UIPJJBN Pikitring Gambar 1. PT PLN (Persero) Pikitring Organisasi PT PLN (Persero) PIKITRING JBN dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi PLN No.153.K/010/DIR/2004 tanggal 27 Juli 2004, dengan tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan investasi di 6

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan pkl

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Sejarah PT. PLN (Persero) UIPJJBN Pikitring

Gambar 1. PT PLN (Persero) Pikitring

Organisasi PT PLN (Persero) PIKITRING JBN dibentuk berdasarkan

Surat Keputusan Direksi PLN No.153.K/010/DIR/2004 tanggal 27 Juli 2004,

dengan tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan investasi di bidang

pembangunan pembangkit dan jaringan di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

B. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) UIPJJB Pikitring

Untuk melaksanakan penugasan tersebut Unit Bisnis menerapkan

prinsip-prinsip yang sejalan dengan perusahaan sebagai berikut:

6

Page 2: BAB II

7

1. Visi

Menjadikan PIKITRING JBN yang mampu menciptakan pembangkit dan

jaringan yang ramah sosial dan ramah lingkungan.

2. Misi

Mengelola kegiatan investasi Pembangkit dan Jaringan secara professional,

peduli lingkungan, peduli social dengan mengutamakan mutu, efisiensi waktu

dan biaya.

2.1 Melaksanakan Pembangunan Jaringan transmisi tegangan tinggi dan

extra tinggi dan pembangkit di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara

sesuai target yang ditetapkan oleh pemilik.

2.2 Melaksanakan pembangunan kelistrikan yang berwawasan

lingkungan dengan mengutamakan kepentingan umum/nasional tanpa

mengabaikan hak-hak masyarakat.

2.3 Mengupayakan penyelesaian proyek tepat waktu, tepat mutu dan tepat

biaya.

C. Sasaran Kegiatan PT. PLN (Persero) UIPJJB Pikitring

Sasaran jangka panjang yang akan di capai oleh PT PLN (Persero)

Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara adalah

tercapainya target Pemerintah dalam membangun sistem kelistrikan di pulau

Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dan target PLN yang tertuang dalam RUPTL.

Page 3: BAB II

8

Produk yang Ditawarkan

Tabel 1. Produk PLN UIPJJB

ProdukUtama Segmentasi ProdukMekanisme

PenyampaianPelanggan

Jaringan

SUTT 150Kv

Serah

Terima

Proyek

(STP)

PLN P3B SUTET 500Kv

UGC

Gardu

Induk

GI sisi incoming

150kV PLN P3B

GI sisi outcoming

20kV

PLN

Distribusi

GITET 500Kv PLN P3B

GIS 150kV sisi

incoming PLN P3B

GIS 20kV sisi

outcoming

PLN

Distribusi

Hal penting relatif masing-masing (produk) bagi sukses organisasional

adalah memiliki nilai yang sama penting dengan bobot 20 % dari kinerja PLN

UIPJJB. Budaya PLN UIPJJB tercermin dalam tata nilai pedoman perilaku

PT.PLN (Persero), yaitu Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar

Page 4: BAB II

9

D. Susunan Organisasi PT. PLN (Persero) UIPJJB Pikitring

Gambar 2. Susunan Umum Organisasi PT. PLN (Persero) UIPJJB Pikitring

E. Isolator Saluran Transmisi

Isolator adalah salah satu komponen utama dari saluran transmisi. Isolator

adalah media penyekat antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tak

bertegangan. Fungsi isolator pada SUTT/SUTET adalah untuk mengisolir kawat

fasa dengan tower. Pada umumnya isolator terbuat dari porselen atau kaca dan

berfungsi sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat penghantar dengan tiang.

Page 5: BAB II

10

Gambar 3. Isolator

Karakteristik elektrik dan mekanik dari suatu bahan isolator tergantung pada

konstruksi dan bahan yang digunakan. Bahan dari isolator terdiri dari dielektrik,

jepitan logam dan bahan perekat yang mengikat jepitan dengan elektrik atau biasa

disebut dengan tonggak logam. Di samping itu, ada semen untuk merekatkan

jepitan logam dan tonggak logam dengan dielektrik.

Umumnya dielektrik isolator terbuat dari bahan porselen, gelas, karet silicon

(silicon rubber). Jepitan terbuat dari besi atau baja dan untuk arus tinggi digunakan

besi nonmagnetic agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan. Konstruksi jepitan

serta cara merekatnya ke bahan dielektrik akan menentukan kekuatan mekanis

isolator .

Beberapa persyaratan penting yang harus dimiliki suatu isolator adalah:

1) Isolator harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.

2) Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.

3) Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor 

yang  terjadi.

4) Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun  cairan-

cairan ke dalam   bahan isolator.

5) Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.

Page 6: BAB II

11

1. Karakteristik Elektrik dan Mekanik Isolator

Sesuai fungsinya, isolator yang baik harus memenuhi sifat :

1.1 Karakteristik elektrik

Isolator mempunyai ketahanan tegangan impuls petir pengenal dan

tegangan kerja, tegangan tembus minimum sesuai tegangan kerja dan

merupakan bahan isolasi yang diapit oleh logam sehingga merupakan

kapasitor. Kapasitansinya diperbesar oleh polutan maupun kelembaban

udara di permukaannya. Apabila nilai isolasi menurun akibat dari

polutan maupun kerusakan pada isolator, maka akan tejadi kegagalan

isolasi yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan.

Beberapa karakteristik elektrik yang terdapat dalam spesifikasi

isolator diantaranya creepage distance, dry lightning impulse withstand

voltage, wet power-frequency withstand voltage, dan power-frequency

puncture voltage.

Creepage distance didefinisikan sebagai jarak terpendek pada

permukaan sebuah isolator antara dua buah konduktor. Panjang creepage

distance, tegangan system yang digunakan dan kadar polusi suatu daerah

menentukan jumlah disk atau keeping isolator yang digunakan

Page 7: BAB II

12

Gambar 4. Creepage Distance

Tabel 2.Hubungan Tingkat Polusi dan Specific Creepage Distance

Sedangkan karakteristik elektrik yang lain

menggambarkan kekuatan isolator tersebut dilewati

tegangan pada kondisi tertentu.

1.2 Karakteristik mekanik

Isolator harus mempunyai kuat mekanik guna

menanggung beban tarik konduktor penghantar maupun

beban berat isolator dan konduktor penghantar. Biasanya

dinyatakan dalam kN yang menggambarkan hasil uji

impact atau tekan (mechanical failing load) terhadap

material yang digunakan.

Page 8: BAB II

13

Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian,

tergantung pada spesifikasi SUTT dan juga kondisi jalur

yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang

kondisi udaranya normal, daerah yang mengandung

polusi kimia yang tinggi, daerah yang udaranya

mengandung garam (asin), dan lain-lain. Untuk daerah

yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi

kimia dan asin), digunakan Isolator Type Normal.

Sedangkan untuk daerah yang udaranya berpolusi tinggi,

digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Isolator).

2. Jenis- jenis Isolator

2.1 Berdasarkan material yang digunakan ada beberapa

jenis isolator, diantaranya:

a. Isolator porselen

Isolator porselen mempunyai keunggulan tidak

mudah pecah, tahan terhadap cuaca. Dalam

penggunaannya isolator ini harus di glasur. Warna glasur

biasanya coklat, dengan warna lebih tua atau lebih muda.

Hal itu juga berlaku untuk daerah dimana glasur lebih

tipis dan lebih terang, sebagai contoh pada bagian tepi

dengan radius kecil. Daerah yang di glasur harus

Page 9: BAB II

14

dilingkupi glasur halus dan mengkilat, bebas dari retak

dan cacat lain.

b. Isolator gelas

Digunakan hanya untuk isolator jenis piring atau disk.

Bagian gelas harus bebas dari lubang atau cacat lain

termasuk adanya gelembung dalam gelas. Warna gelas

biasanya hijau, dengan warna lebih tua atau lebih muda.

Jika terjadi kerusakan isolator gelas mudah dideteksi.

Gambar 5. Isolator gelas

c. Isolator non-keramik (komposit)

Isolator non-keramik (komposit) terbuat dari bahan polimer.

Isolator komposit dilengkapi dengan mechanical load-bearing fiberglass

rod, yang diselimuti oleh weather shed polimer untuk mendapatkan nilai

Page 10: BAB II

15

kekuatan eletrik yang tinggi.

Komponen utama dari isolator komposit yaitu :

a. End fittings

b. Corona ring(s)

c. Fiberglass-reinforced plastic rod

d. Interface between shed and sleeve

e. Weather shed

Page 11: BAB II

16

Gambar 6. Isolator komposit

2.2 Menurut bentuknya isolator dibedakan menjadi

beberapa jenis, diantaranya:

a. Isolator piring (disc)

Dipergunakan untuk isolator penegang dan isolator

gantung, dimana jumlah piringan isolator disesuaikan

dengan tegangan sistem, dengan tambahan tiga buah

isolator sebagai cadangan.

Gambar 7.Isolator piring (a)tipe clevis(b)tipe ball-

socket

Page 12: BAB II

17

Gambar 8. Susunan isolator piring

b. Isolator tipe post

Dipergunakan sebagai tumpuan dan memegang bagi konduktor

diatasnya untuk pemasangan secara vertikal dan sebagai isolator

dudukan. Biasanya terpasang pada tower jenis pole atau pada tiang

sudut. Dipergunakan untuk memegang dan menahan konduktor

untuk pemasangan secara horizontal.

Page 13: BAB II

18

Gambar 9. Isolator post

c. Isolator long rod

Isolator long rod adalah isolator porselen atau komposit yang

digunakan untuk beban tarik.

Gambar 10.Isolator long rod

2.3 Menurut pemasangannya ada beberapa jenis isolator,

yaitu:

a. “I” string

Pemasangannya hanya berupa sebuah isolator yang

tergantung langsung menghubungkan antara cross arm

Page 14: BAB II

19

tower dengan konduktor yang terpasang. Biasanya ini

digunakan untuk konduktor tegangan 70kV dengan

pertimbangan konduktor yang ditahan tidak terlalu berat.

Isolator yang digunakan berupa isolator long rod.

Gambar 11. Isolator “I” string

b. “V” string

Pemasangannya dengan cara sebuah konduktor

dihubungkan dengan dua titik yang berbeda pada

cross arm dengan menggunakan dua buah isolator

yang disusun sehingga membentuk huruf V.

Page 15: BAB II

20

Gambar 12. Isolator “V” string

c. Horizontal string

Pemasangan isolator dengan cara ini sebenarnya tidak

horizontal sepenuhnya, tetapi membentuk sudut yang

kecil dengan garis horizontal. Tujuannya adalah untuk

mengimbangi gaya tarik dari konduktor tersebut.

Gambar13. Isolator horizontal string

d. Single string

Pemasangannya sama seperti pada “I” string. Antara

konduktor dan tower dipisahkan dengan sebuah

isolator yang dipasang secara tegak.

Page 16: BAB II

21

Gambar 14. Isolator single string

e. Double string

Cara pemasangan sebenarnya sama seperti single

string ataupun “I” string tetapi jumlah isolator yang

digunakan dua rangkaian. Tujuannya adalah agar jika

satu rangkaian putus maka masih ada rangkaian lain

yang dapat menahan konduktor. Pemasangan seperti

ini terutama dipakai pada transmisi saat melewati

sungai atau jalan raya

.

Page 17: BAB II

22

Gambar 15. Isolator double string

f. Quadruple string

Berupa empat buah rangkaian isolator yang dipasang

menjadi satu secara parallel untuk memisahkan antara

konduktor dengan cross arm tower. Biasanya hal ini

untuk mengatasi besarnya berat konduktor saat

transmisi melintasi sungai yang besar ataupun jalan

raya yang lebar.

Gambar 16. Quadruple string

2.4 Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator

diklasifikasikan menjadi :

a. Isolator jenis pasak

b. Isolator jenis pos-saluran

Page 18: BAB II

23

c. Isolator jenis gantung

Gambar 17. Jenis-jenis Isolator Pada Saluran Transmisi

Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran

digunakan pada saluran transmisi dengan tagangan kerja

relatif rendah (kurang dari 22-33kV), sedangkan isolator

jenis gantung dapat digandeng menjadi

rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat

disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh penggunaanya

yaitu jika satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 kV,

Page 19: BAB II

24

jika tegangan yang digunakan adalah 150 kV, maka

jumlah piring isolatornya adalah 10 pringan.

(a) (b)

Gambar 18. (a)isolator pasak(b)isolator pos

saluran

3. Perlengkapan tambahan pemasangan isolator

3.1 Fitting isolator

Berfungsi untuk menghubungkan rencengan isolator dengan arm tower

maupun kawat penghantar, diantaranya: U bolt; shackle; ball eye; ball

clevis; socket eye; socket clevis; link; extension link; double clevis, dan

lain sebagainya, Bahan terbuat dari baja digalvanis dan mempunyai kuat

mekanik sesuai beban yang ditanggungnya.

3.2 Tension clamp

Tension clamp adalah alat untuk memegang ujung kawat penghantar,

Page 20: BAB II

25

berfungsi untuk menahan tarikan kawat di tower tension. Pemasangan

tension clamp harus benar-benar sempurna agar kawat penghantar tidak

terlepas. Sisi lain dari tension clamp dihubungkan dengan perlengkapan

isolator. agar tidak terjadi pemanasan yang akhirnya dapat memutuskan

hubungan kawat jumper .

Pada tower tension dibutuhkan kawat penghubung antara kedua ujung

kawat penghantar di kedua sisi cross arm, kawat ini disebut jumper.

Bagian bawah tension clamp terdapat plat berbentuk lidah untuk

menghubungkan kawat jumper tersebut. Sambungan ini harus kuat dan

kencang.

Gambar 19. Tension Clamp

3.3 Suspension clamp

Suspension clamp adalah alat yang dipasangkan pada kawat penghantar

ke perlengkapan isolator gantung, berfungsi untuk memegang kawat

penghantar pada tower suspension. Kawat penghantar sebelum dipasang

suspension clamp pada harus dilapisi armor rod agar mengurangi

Page 21: BAB II

26

kelelahan bahan pada kawat akibat dari adanya vibrasi atau getaran pada

kawat penghantar. Pada kondisi tertentu yaitu letak tower yang terlalu

rendah dibanding tower-tower sebelahnya maka dipasang pemberat atau

counter weight agar rencengan isolator tidak tertarik ke atas.

3.4 Compression joint

Karena masalah transportasi, panjang konduktor dan GSW dalamsatu

gulungan (haspel) mengalami keterbatasan. Oleh karenanya konduktor

dan GSW tersebut harus disambung, sambungan (joint) harus memenuhi

beberapa persyaratan antara lain :

konduktivitas listrik yang baik

kekuatan mekanis dan ketahanan yang tangguh

Compression joint adalah material untuk menyambung kawat

penghantar yang cara penyambungannya dengan alat press tekanan

tinggi. Compression joint kawat penghantar terdiri dari dua

komponen yang berbeda yaitu:

Selongsong steel berfungsi untuk menyambung steel atau bagian

dalam kawat penghantar ACSR

Selongsong almunium berfungsi untuk menyambung almunium atau

bagian luar kawat penghantar ACSR

Penyambungan kawat didahului dengan penyambungan kawat steel,

dilanjutkan dengan penyambungan kawat almunium. Penempatan

Page 22: BAB II

27

compression joint harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Diusahakan agar berada di tengah-tengah gawangan atau bagian

terendah daripada andongan kawat.

Tidak boleh berada di dekat tower tension (sisi kawat yang

melengkung ke bawah terhadap tengah gawang).

Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT lainnya

3.5 Spacer

Spacer adalah alat perentang kawat penghantar terbuat dari bahan logam

dan berengsel yang dilapisi karet. Pada SUTETI spacer ini merangkap

sebagai vibration damper. Fungsi spacer adalah:

Memisahkan kawat berkas agar tidak beradu

Pada jarak yang diinginkan dapat mengurangi bunyi desis / berisik

corona Penempatan yang dipandu dari fabrikan dapat mengurangi

getaran kawat

Gambar 20. Spacer untuk konduktor berkas 2 kawat

3.6 Damper

Damper atau vibration damper adalah alat yang dipasang pada kawat

Page 23: BAB II

28

penghantar dekat tower, berfungsi untuk meredam getaran agar kawat

tidak mengalami kelelahan bahan. Bentuk damper menyerupai dua buah

bandul yang dapat membuang getaran kawat.

Gambar 21. Damper

3.7 Armor Rod

Armor rod adalah alat berupa sejumlah urat kawat yang dipilin,

berfungsi untuk melindungi kawat dari kelelahan bahan maupun akibat

adanya kerusakan. Bahan armor rod adalah almunium keras, sehingga

dapat menjepit kawat dengan erat.

Page 24: BAB II

29

Gambar 22. Pemasangan pada saluran transmisi