Upload
monica-dea-rosana
View
31
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hubungan lama kerja dengan angka kejadian tinea pedis
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempat pendulangan intan tradisional ini terletak di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan memiliki luas cukup luas. Tempat pendulangan intan tradisional
ini digunakan sebagai sarana pekerjaan bagi kalangan masyarakat setempat. Hampir semua
warga Desa Pumpung bekerja sebagai pendulang intan dikarenakan kebanyakan warga setempat
masih berpendidikan rendah, mereka lebih memilih untuk bekerja dibandingkan menempuh ilmu
di sekolah, sedangkan lahan pekerjaan di daerah setempat masih tergolong sedikit, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga memilih untuk menjadi pendulang intan
tradisional. Kebanyakan pendulang merupakan pendatang dari daerah sekitar. Berdasarkan
survey pendahuluan rata-rata umur pendulang di atas 20 tahun, hal ini dapat dikaitkan dengan
peruntungan penjualan intan saat ini tergolong tinggi. Kebanyakan pendulang di Desa Pumpung
ini adalah laki-laki. Para pendulang rata-rata telah bekerja sekitar 5-10 jam perhari dan sudah
bekerja selama 5-20 tahun. Metode pendulangan disini masih sangat sederhana sekali. Alat yang
paling canggih yang dimiliki oleh para pendulang hanyalah berupa mesin pompa air dengan cara
menyemprotkan air ke sisi tebing. Mesin ini digunakan untuk meluruhkan tanah tanpa harus
menggalinya. Ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air yang keluar dari pompa ke arah
tebing tanah. Sehingga tanahnya menjadi runtuh akibat tekanan dari semprotan air.
Caranya: material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah
bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dibuat dengan kedalaman
tertentu dimuat ke dalam dulang sesuai dengan kapasitas dari setiap dulang yang digunakan,
selanjutnya dulang yang telah terisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air
sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam dulang terbuang keluar dari dulang terbawa
oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan sambil sekali-kali pendulang
mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan atau tidak3. Hal
tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang terbuang habis
dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang tradisional
intan, dan belum tentu kegiatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang bisa dibawa pulang
sebagai pendapatan hari itu. Mencari barang yang belum tentu dapat itu sangat membutuhkan
kesabaran dan keuletan yang tinggi dari para pendulang. Kegiatan mendulang biasanya
dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-5 orang ataupun lebih,
setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas
membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi
pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut
tadi. Hasil dari dulangan tersebut nantinya akan dibagi rata ke anggota kelompok. Biasanya di
tempat pendulangan dipasang semacam tenda untuk menghindari panasnya terik matahari3.
Namun sangat disayangkan pekerja ini kebanyakan tidak menggunakan APD (Alat Perlindungan
Diri) yang lengkap saat bekerja, bahkan sepatu boot sebagai pelindung terhadap batu-batu yang
tajam yang mungkin mengenai dan melukai kaki pun tidak mereka gunakan, hampir semua
pendulang tidak menggunakan alas kaki sama sekali saat bekerja, padahal pekerjaan yang
dilakukan tergolong resiko tinggi, pada beberapa kasus terdahulu ditemukan pendulang yang
meninggal akibat tertimbun dan sebagainya.
Kondisi lingkungan kerja pendulang intan yang langsung berhubungan dengan debu, air kotor
dan sengatan matahari dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Infeksi kulit akibat
pertumbuhan jamur menjadi salah satu factor yang sering dikeluhkan para pekerja pendulang
intan tradisional tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain
faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Gejala penyakit kulit yang sering di keluhkan
seperti gatal-gatal, kulit kemerahan, bersisik, dan mengelupas yang mungkin dapat terjadi di
beberapa bagian tubuh. Penyakit kuit dengan gejala seperti ini biasanya berkaitan dengan infeksi
jamur. Salah satunya adalah infeksi kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki yang disebabkan
oleh jamur atau yang lebih dikenal sebagai Tinea pedis atau ringworm of the foot. Tinea pedis
disebabkan oleh Trichophyton rubrum yang sering memberikan kelainan menahun2. Tinea pedis
sering menyerang orang dewasa yang bekerja ditempat basah dengan lingkungan yang lembab
dan paparan dengan air dalam waktu lama dapat merangsang tumbuhnya jamur ini.
B. Rumusan Masalah
Angka kejadian tinea pedis tinggi pada pekerja pendulang intan. Hal ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan kerja pendulang intan tradisional yang langsung berhubungan dengan debu, air kotor,
dan sengatan matahari serta lamanya pekerja berendam diair yaitu rata-rata selama 5-10 jam
dapat menyebabkan gangguan kesehatan termasuk infeksi kulit karena jamur. Salah satunya
adalah infeksi jamur penyebab Tinea pedis. Infeksi jamur dapat ditularkan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pendulang intan tradisional yang bekerja dari pagi hingga sore hari tidak
menggunakan alat pelindung, hanya bermodalkan alat pendulang sederhana berupa piringan
besar berwarna hitam sebesar nampan bekerja dengan menceburkan diri ke lokasi pendulangan,
berupa danau besar berukuran cukup luas tanpa alat pelindungan diri sama sekali. Kondisi
lingkungan di tempat pendulangan intan tradisional yang panas dan pemaparan langsung kaki
terhadap air dalam waktu yang terhitung lama tentu memicu pertumbuhan jamur secara
signifikan, dengan keadaan tersebut sudah pasti akan mengganggu kenyamanan mereka dalam
beraktifitas sehari-hari diluar pekerjaan mereka sebagai pendulang intan.
Berdasarkan pada identifikasi diatas maka dapat dibuat rumusan masalah “bagaimana hubungan
lama bekerja dengan kejadian Tinea pedis dikalangan pekerja pendulang intan tradisional di
Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara lama bekerja dengan angka kejadian Tinea Pedis di
kalangan pekerja pendulang intan tradisional di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka
Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya kejadian Tinea Pedis dikalangan pekerja pendulang intan tradisional di
Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
2. Diketahuinya gambaran dan hubungan lama bekerja dengan kejadian Tinea Pedis
dikalangan pekerja pendulang intan tradisional di Desa Pumpung Kecamatan
Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
3. Diketahuinya gambaran dan hubungan factor-2 (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pemakaian APD, PHBS, dan Lingkungan Kerja) terhadap kejadian Tinea Pedis di
kalangan pekerja pendulang intan di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan
D. Manfaat penelitian
1. Kepada Dinas Kesehatan
Dapat menjadi masukan tetang penyakit jamur penyebab tinea pedis pada pekerja
pendulang intan terutama di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan, sehingga di masa yang akan datang ada program penyuluhan tentang
kebersihan yang dapat menjangkau para pendulang.
2. Kepada Pendulang Intan
Menambah pengetahuan pendulang intan tentang risiko dari pekerjaan pendulang yang
rawan terhadap infeksi jamur kulit informasi yang dapat diberikan adalah mengenai
jamur kulit, penyebabnya, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. Sehingga
pendulang dapat menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitarnya agar angka
kejadian penyakit seperti ini dapat berkurang nantinya.
3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat dijadikan suatu penelitian dasar untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan Tinea Pedis pada pendulang intan tradisional di Desa Pumpung
Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan pada khususnya dan Tinea
Pedis pada umumnya.