Bab i Lapkas Uveitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab i Lapkas Uveitis

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis bisanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh pada 10-20% kasus kebutaan. Uveitis lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang dibandingkan negara maju karena tingginya prevalensi infeksi yang bisa mempengaruhi mata. Prevalensi uveitis di Indonesia adalah 15 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya. 1 Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan siliar disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis. Penyebab uvetis dapat bersifat eksogen dan endogen. Penyebab uveitis anterior meliputi: infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan penyakit sistemik, neoplastik, trauma dan idiopatik. 2,3Katarak merupakan kekeruhan sebagian atau seluruh lensa mata yang dapat mengakibatkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. World Health Organization pada tahun 2010 mencatat angka katarak sebesar 51 % dari total seluruh kebutaan di dunia. Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara. Jumlah ini diperkirakan terus menigkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.4 Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata yang menahun dan bermacam-macam penyakit mata juga dapat menimbulkan katarak seperti glukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak senilis merupakan 90 % jenis katarak yang paling banyak ditemukan. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak. Penyebcab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, di duga multifaktoral seperti pengaruh usia tua dan pengaruh genetik, faktor fungsional yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabut-serabut lensa, fakor imunologi, gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari dan gangguan metabolisme umum. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Faktor resiko lain yang berhubungan adalah kebiasaan merokok, paparan sinar ultraviolet dan penyakit sistemik lain. Pengobatan katarak adalah melalui tindakan pembedahan. Ada beberapa macam tindakan pembedahan dan pemasangan lensa intraokular. Lensa ini akan memberikan penglihatan yang lebih baik.5Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin menuliskan laporan kasus mengenai uveitis dan katarak senilis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan FisiologiUvea terdiri dari iris, badan siliaris, dan koroid. Bagian ini merupakan lapisan vaskular tengah mata yang dilindungi oleh kornea dan sklera.

Gambar 2.1 Anatomi Mata6

2.1.1IrisIris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior. Iris berupa permukaan pipih dengan aperture bulat yang terletak di tengah, yang disebut sebagai pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang masing-masing berisi aqueos humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot - otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada bagian posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina kearah anterior.6

2.1.2Badan Siliar

Secara kasar badan siliar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Badan siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak yakni pars plicata dan zona posterior yang datar yakni pars plana. Prosesus siliaris yang terutama dibentuk oleh pars plicata merupakan tempat pembentuk aqueos humor. Pada badan siliar terdapat muskulus siliaris yang berfungsi sebagai pengatur ketegangan pada kapsul lensa dalam berakomodasi.6

2.1.3Koroid

Koroid merupakan segmen posterior uvea yang terletak diantara sklera dan retina. Koroid mengandung banyak sekali pembuluh darah sebagai sumber perdarahan bagi retina. Koroid melekat erat pada tepi-tepi nervus optikus. Di sebelah anterior, koroid bergabung dengan badan siliar. 6

2.1.4 Anatomi Lensa

Gambar 2.2 Anatomi LensaLensa adalah suatu struktur cembung ganda, avaskular, tidak berwarna dan transparan dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa bergantung pada zonula di belakang iris yang menghubungkannya dengan badan siliar. Zonula (zonula zinn) yang merupakan nama lain dari ligamentum suspensorium ini tersusun atas banyak fibril. Fibril-fibril ini berasal dari permukaan korpus siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Cairan mata (aquous humor) terdapat di anterior lensa sedangkan di sebelah posteriornya terdapat badan kaca (vitreus).4,5

2.2Uveitis 2.2.1DefinisiUveitis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu peradangan pada iris (iritis, iridosiklitis), badan siliar (uveitis intermediet, siklitis, uveitis perifer, atau pars planitis), atau koroid (koroiditis).2

2.2.2EtiologiBerdasarkan etiologi, uveitis dapat dibagi atas :a. Uveitis eksogen Trauma dan infeksi dari luar yang biasanya disebabkan oleh Bakteri : M. Tuberculosis, Sifilis, Mycobaterium Avium, Yarsinia Virus : CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubeola, HIV, epstein barr virus, coxsackie virus. Fungi : Candida albicans, histoplasma, cryptococus, aspergilus Parasit : Toxoplasma, toxocara, cysticerus, onchocercab.Uveitis endogen : - berhubungan dengan infeksi sistemik seperti ancylosis spondilitis- Infeksi dari dalam tubuh seperti tuberculosis, kandidiasis, herpes zoster, toxoplasmosis, toksokariasis- sindrom uveitis Fuch.2

2.2.3EpidemiologiUveitis bisanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh pada 10-20% kasus kebutaan. Uveitis lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang dibandingkan negara maju karena tingginya prevalensi infeksi yang bisa mempengaruhi mata. Prevalensi uveitis di Indonesia adalah 15 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya. 42.2.4Klasifikasia.Klasifikasi berdasarkan anatomis Uveitis anterior : iritis (infeksi iris)Iridosiklitis (infeksi iris dan badan siliar pars plikata) Uveitis intermediet: infeksi pars plana dan retina perifer Uveitis posterior: retinitis, koroiditis, vaskulitis retina, papilitis Panuveitis: infeksi seluruh uvea.2

Gambar 2.3 Klasifikasi anatomis uveitis8b.Klasifikasi berdasarkan klinis- Uveitis akut : jika onset kurang dari 6 minggu- Uveitis kronik: jika onset lebih dari 6 mingguc.Klasifikasi berdasarkan patologis- Uveitis non-granulomatosa : keratik presipitat besar- Uveitis granulomatosa: keratik presipitat kecil8

2.2.5PatofisiologiPeradangan pada uvea diawali oleh terjadinya dilatasi pembuluh darah kecil pada uvea, disertai eksudasi sel-sel radang dan fibrin ke dalam COA sehingga akan mengakibatkan adanya flare (partikel yang tampak saat pemeriksaan dengan slit lamp), hipopion (sel radang yang mengendap pada COA sehingga terbentuk pus), keratik presipitat (sel radang yang melekat di kornea). Pada uveitis kadang ditemukan adanya pupil yang miosis dan sinekia posterior (melekatnya iris pada lensa).9

2.2.6Gejala klinis dan Pemeriksaan Fisik A Uveitis AnteriorGejala utama uveitis anterior adalah fotofobia, nyeri, mata merah, penglihatan menurun, hiperlakrimasi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan injeksi silier, keratik presipitat, flare, sinekia posterior. 9

Gambar 2.4 Keratik Presipitat9B.Uveitis IntermedietGejala utama uveitis intermediet adalah adanya floaters (sensasi benda melayang pada lapangan pandang). Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya infiltrate pada vitreus 1,2C.Uveitis PosteriorGejala utama uveitis posterior adalah floaters dan gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya retinitis dan koroiditis saat dilakukan funduskopi.2

Gambar 2.5 Uveitis Posterior92.2.7Pemeriksaan Penunjanga.Flouresence AngiografiFlouresence Angiografi digunakan untuk melihat peradangan intraocular maupun untuk memantau perkembangan terapi pasien. Pada flouresence angiografi, yang dapat dinilai adalah edema intraocular, vaskulitis retina, papilitis dan koroiditis.b.USGDengan menggunakan USG dapat dilihat keopakan vitreus, penebalan retina dan kemungkinan adanya ablasi retina.

C.Biopsi KorioretinalPemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis belum bisa ditegakkan dari gejala dan pemeriksaan penunjang lainnya10

2.2.8Diagnosa Banding Konjungtivitis: adanya secret dan kemerahan pada konjungtiva palpebra ataupun bulbaris. Keratitis: adanya defek epitel pada pewarnaan kornea serta adanya penebalan dan infiltrate pada kornea. Glaukoma sudut tertutup: peningkatan TIO, keruh dan edema kornea, COA dangkal.22.2.9TerapiTerapi utama untuk uveitis adalah kortikosteroid dan midriatik/sikloplegik. Namun kortikosteroid tidak boleh diberikan pada ulkus kornea. Pemberian prednisolon asetat 1% satu atau dua tetes tiap mata yang terkena uveitis merupakan terapi topical yang agresif. Homatropin 2-5%, dua sampai empat kali sehari, membantu mencegah sinekia dan meredakan rasa tidak nyaman akibat spasme siliaris2.2.2.10KomplikasiUveitis dapat menyebabkan terjadinya sinekia anterior dan posterior. Jika terjadi sinekia anterior dapat mengganggu aliran keluar humor aqueous di sudut bilik mata depan dan menyebabkan glaucoma. Sinekia posterior, jika luas, dapat menyebabkan glaucoma sekunder sudut tertutup dengan terbentuknya seclusio pupil dan penonjolan iris ke depan (iris bombe). 1,2 Peradangan pada bilik mata depan maupun belakang akan mencetuskan terjadinya penebalan dan opasifikasi lensa sehingga beresiko mengakibatkan katarak. Edema makula kistoid berkepanjangan dan rekuren yang biasanya ditemukan pada kasus-kasus berat uveitis anterior atau uveitis intermediet dapat menyebabkan hilang penglihatan permanen akibat adanya degenerasi kristoid. Pada uveitis posterior yang kronik dapat menyebabkan ablasio retina.

2.2.11PrognosisPerjalanan penyakit dan prognosis uveitis tergantung pada banyak hal, seperti derajat keparahan, lokasi, dan penyebab peradangan. Secara umum, peradangan yang berat perlu waktu lebih lama untuk sembuh serta lebih sering menyebabkan kerusakan intraocular dan kehilangan penglihatan dibandingkan peradangan ringan atau sedang. Selain itu, uveitis anterior cendrung lebih cepat merespon pengobatan dibandingkan uveitis intermediet, posterior atau difus. Keterlibatan retina, koroid, atau nervus optikus cenderung memberi prognosis yang lebih buruk 1,2

2.3. Katarak Senilis2.3.1 DefinisiKatarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut dan sering ditemukan pada usia di atas 40 tahun.2

Gambar 2.6. Lensa pada Katarak2.2.2. EtiologiPenyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga multifaktoral, diantaranya:7 Faktor biologi yaitu pengaruh usia tua dan pengaruh genetik Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabut-serabut lensa. Faktor imunologi Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari. Gangguan metabolisme umum

2.2.3. Faktor ResikoA. UsiaSebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Dari statistik menunjukan bahwa lebih dari 90% orang berusia diatas 65 tahun menderita katarak. 8B. Riwayat Diabetes MelitusDiabetes melitus akan menyebabkan katarak pada kedua mata dengan bentuk yang khusus seperti terdapatnya kapas atau salju bertebaran di dalam lensa. Katarak diabetik merupakan katarak yang dapat terjadi pada orang muda akibat terjadinya gangguan keseimbangan cairan dalam lensa atau tubuh secara akut. Diabetes melitus adalah kelainan yang bersifat kronik oleh karena gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kelainan metabolik ini erat kaitan dengan faktor genetik dan intoleransi glukosa.C. Riwayat MerokokSebuah penelitian yang dilakukan di swedia pada tahun 1997 hingga 2002 dengan melibatkan 34,595 orang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan merokok dengan terjadinya katarak. Hasilnya setelah 5 tahun diikuti didapatkan hasil dimana merokok ternyata dapat meningkatkan resiko terkena katarak. Lensa mata 98% terdiri dari protein. Protein ini sangat sensitif terhadap radikal bebas. Apabila terpapar radikal bebas maka sel-sel protein akan rusak dan mengendap di lensa. Sehingga lensa menjadi keruh. Apabila konsumsi rokok meningkat maka akan semakin banyak antioksidan tubuh yang dikorbankan untuk melindungi sel sel tubuh dari kerusakan dalam hal ini adalah lensa mata.D. Paparan ultarvioletMenurut penelitian, paparan sinar ultraviolet > 12 jam beresiko terjadinya katarak. Penyebab banyaknya penderita katarak di Indonesia adalah akibat paparan sinar ultraviolet matahari yang cukup tinggi. Indonesia mempunyai penderita katarak tertinggi di dunia dan usia yang menderita katarak kurang lebih 15 tahun lebih muda dibandingkan orang Eropa.9E. ObesitasDatar dari studi epidemiologi di beberapa negara menunjukan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas berhubungan dengan peningkatan prevalensi katarak dan operasi katarak. Teori hiperleptinemia ditemukan pada orang yang mengalami obesitas. Leptin didugan meningkatkan akumulasi oksigen reaktif di berbagai sel. Namun demikian mekanisme yang tepat mengenai leptin masih belum jelas. Selain leptin peningkatan kadar protein C-reaktif dan fibrinogen plasma juga ditemukan pada penderita obesitas. Tanda peradangan seperti fibrinogen diduga memiliki hubungan dengan pembentukan katarak senilis. Fibrinogen dalam darah diduga meningkatkan viskositas plasma dengan terbentuknya ateroma dan agregasi trombosit. Hal ini mengakibatkan adanya hambatan aliran darah ke lensa sehingga pasokan nutrisi ke lensa mengalami gangguan.10

2.3.4. PatofisiologiPatofiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Namun kemungkinan patogenesis penyakit ini melibatkan banyak faktor. Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat sementara daya akomodasi semakin melemah. Lapisan kortikal bertambah dalam pola yang konsentris sehingga nukleus sentral tertekan dan mengeras, disebut nuklear sklerosis. Selain itu, kristalin yang merupakan protein yang berperan terhadap kejernihan lensa mengalami agregasi dan berat molekulnya meningkat. Hasil agregasi protein tersebut mengakibatkan penurunan kejernihan lensa, perubahan indeks refraksi lensa dan penyebaran sinar.5,6Hubungan radiasi ultarviolet juga berkaitan, ultraviolet akan diserap oleh protein lensa terutama asam amino aromatik, yaitu triptofan, fenil alanin, dan tirosin sehingga menimbulkan reaksi fotokimia dan menghasilkan fragmen molekul yang disebut radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil dan spesie oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida yang semuanya bersifat toksis. Selanjutnya timbul reaksi oksidatif pada gugus sulfhidril protein. Reaksi oksidatif akan menggangu struktur protein lensa sehingga cross link antar dan intra protein dan menambah jumlah high molekular weight protein sehingga terjadi agregasi protein tersebut, kemudian menimbulkan katarak. Faktor trauma juga dapat mempengaruhi kejadian katarak senilis. Trauma pada mata dapat menyebabkan kerusakan kapsul lensa dan menggangu tekanan osmotik lensa. Penyakit diabetes dapat mempengaruhi kejadian katarak senilis akibat penumpukan zat-zat sisa metabolisme glukosa sel-sel lensa.4,5Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Selanjutnya protei tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan. Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Lensa yang sedang dalam proses pembentukan katarak ditandai dengan adanya sembab lensa, perubahan protein, nekrosis dan terganggunya kesinambungan normal serabut-serabut lensa.4,5,6

2.3.5. Klasifikasi Katarak senilis secara klinik dikenal dalam lima stadium yaitu insipien, intumesen, imatur, matur dan hipermatur.41. Katarak Insipien Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. 2. Katarak Intumesen. Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. 3. Katarak Imatur Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.4. Katarak Matur Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.5. Katarak Hipermatur Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor.Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

2.3.6. Manifestasi Klinik

Gambar 2.7. Perbandingan Penglihatan MataNormal dan Mata Katarak

Gejala katarak yang sering dikeluhkan antara lain sebagai berikut:2,41. Penurunan tajam penglihatanKatarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Bila katarak terjadi pada bagian tepi lensa maka tajam penglihatan tidak akan mengalami gangguan, tetapi bila letak kekeruhan ditengah lensa maka penglihatan tidak akan menjadi jernih. Katarak yang menutupi pupil akan dapat menghalangi sinar masuk ke dalam, sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan.2. Sering merasa silauPasien katarak sering merasa silau saat membaca pada penerangan kuat, sehingga merasa senang membaca ditempat penerangan kurang. Selain itu penglihatan menjadi terang pada waktu senja dibandingkan siang hari. Hal ini terjadi karena pada cahaya terang pupil mengecil (miosis).3. Mengeluh diplopia atau poliopiaPasien melihat ganda pada suatu benda. Tanda ini dirasakan pada saat melihat lampu atau bulan yang banyak bila melihat dengan satu mata ditutup. Hal ini terjadi karena beberapa katarak terdapat perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa.4. MiopiPada proses terjadinya katarak, lensa mengabsorbsi cairan sehingga lensa menjadi cembung dan daya refraksi meningkat, akibatnya bayangan akan jatuh di depan retina. Penderita akan merasa senang melihat dekat dan tidak memerlukan kacamata lagi. Namun mengalami kesukaran melihat jauh karena terjadi miopisasi pada mata tersebut.

2.3.7. Diagnosis Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai seperti diabetes melitus, hipertensi, cardiac anomalies. 4,5Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Terdapat juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.4,5

2.3.8. Terapia. Non-bedahTujuan terapi medikamentosa antara lain:4,5- Memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya protein dan lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi) sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine, natrium iodine, dll .- Menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan mata. Contoh: suplemen vitamin A, vitamin B, vitamin C dan vitamin E.- Menjaga kondisi imunitas tubuh, contoh: suplemen vitamin.b. PembedahanIndikasi operasi katarak adalah sebagai berikut:5,4,6- Indikasi optikMerupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari hari. Indikasi MedisPada keadaan ini katarak perlu di operasi segera bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik, yaitu pada katarak hipermatur, glaukoma sekunder, uveitis sekunder, dislokasi atau subluksasio lensa, benda asing intra lentikuler, retinopati diabetika dan ablasio retina- Indikasi kosmetikJika penglihatan telah ilang sama sekali akibat kelaina retita atau nervus optikus namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima misalnya pada pasien muda, maka operasi hanya dilakukan untuk membuat pupil tampak hitam meskipun penglihatan tidak dapat kembali. Dibawah ini merupakan metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu:5,4,61. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)Tindakan pembedahan ini dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsul dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Oleh karena itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah berdegenerasi dan lemah adalah salah satu dari indikasi metode ini. Kini metode ini hanya dilakukan pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang lama dan sangat populer. Dapat dilakukan ditempat dengan fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas.

Gambar 2.8. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Kontraindikasi absolut adalah pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high miopia, marfan sindrom, katarak morgagni. Komplikasi yang tepat dapat terjadi astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan.2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)Tindakan pembedahan ini dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang masih intak. ECCE melalui ekspensi nukleus prosedur utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat, kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua kasus untuk katarak dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali bila terdapat kontraindikasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, dan kemungkinan penyulit lain seperti terjadinya prolap badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini adalah timbulnya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya subluksasi dan dislokasi dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya.

Gambar 2.9. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

3. PhakoemulsifikasiProsedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan gelombang ultrasonic kemudian di aspirasi. Pada teknik ini dilakukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot masa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa intra okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil makan tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

Gamabar 2.10 Phakoemulsifikasi

4. SICS (Smal Incision Cataract Surgery)Teknik pembedahan ini merupakan teknik pembedahan kecil. Di negara berkembang teknik ini lebih dipilih karena biaya yang lebih murah, teknik yang mudah dipelajari, lebih aman dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Gambar 2.11 SICS (Smal Incision Cataract Surgery)

c. Pemasangan Lensa Tanam (IOL) Gambar 2.9. Intraokular LensaPemasangan IOL merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL sampai saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Beberapa tipe dari IOL berdasarkan metode fiksasi di mata antara lain:11 Anterior Chamber IOLLensa jenis ini berada di depan iris dan di suport oleh anterior chamber. ACIOL ini dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous keratophaty.

Iris Supported LenseLensa ini di fiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa ini juga jarang digunakan karena mempunyai insiden tinggi terjadinya komplikasi post operatif. Posterior Chamber LensePCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang di suport oleh sulkus siliar atau capsular. Terdapat 3 jenis PCIOL yang sering digunakan yaitu Rigid IOL yang terbuat keseluruhannya dari PMMA, Foldable IOL digunakan untuk penanaman melalui insisi yang kecil setelah tindakan phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikon, hydrogel dan collaner, Rollable IOL merupakan jenis yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi, terbuat dari hidrogel.d. Perawatan Pasca BedahPada teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati hati dan menghindari peregangan atau aktivitas berat. Mata dapat dibalut selama beberapa hari pasca operasi, atau jika nyaman balutan dapat dilepas pada hari pertama pasca operatif dan mata dilindungi dengan kaca mata. Kacamata sementara dapat digunakan selama beberapa hari setelah operasi tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen biasanya 6-8 minggu setelah operasi. Selain itu dapat diberikan obat untuk mengurangi rasa sakit, antibiotik untuk mencegah infeksi atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna, obat tetes mata steroid yang berguna untuk mengurangi reaksi radang setelah tindakan bedah dan obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.11

2.3.9. KomplikasiApabila dibiarkan katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina.Komplikasi intra operatif yang dapat terjadi saat operasi katarak antara lain :11 Kamera okuli anterior dangkal atau datar Ruptur kapsul Edem kornea Perdarahan atau efusi suprakoroid Perdarahan koroid yang ekspulsif Tertahannya material lensa Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka IridodialisisKomplikasi post operatif yang dapat terjadi segera beberapa hari dan minggu setelah operasi katarak antara lain : Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek Terlepasnya koroid Hambatan pupil Hambatan korpus siliar Perdarahan suprakoroid Edem stroma dan epitel Hipotoni Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE) Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten Perdarahan koroid yang lambat Hifema Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis) Edem makular kistoid Terlepasnya retina Endoptalmitis akut Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Kompikasi post operatif yang dapat terjadi lambat dalam beberapa minggu dan bulan setelah operasi katarak antara lain : Jahitan yang menginduksi astigmatismus Desentrasi dan dislokasi IOL Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia Uveitis kronis Endoptalmitis kronis Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1. Identitas PasienNama : Said Mahdani (Laki-Laki)Umur: 01 April 1974Pekerjaan: WiraswastaAlamat: Nagan RayaNo. CM: 1-06-46-58Tanggal Masuk: 23 September 2015Tanggal Pemeriksaan: 23 September 20153.2. Anamnesis3.2.1Keluhan UtamaPandangan kabur.3.2.2Keluhan TambahanMata merah dan berair, nyeri pada mata dan silau terhadap cahaya serta terasa berkabut.3.2.3Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada mata sebelah kiri sejak 1 tahun yang lalu setelah kemasukan serbuk kayu ke dalam mata. Keluhan ini dirasakan hilang timbul dan semakin memberat sejak 20 hari yang lalu. Sejak 20 hari yang lalu pasien pasien mengalami penurunan penglihatan dan mata kabur kemudian keesokan harinya pasien mengeluh tidak dapat melihat lagi. Selain itu pasien juga mengeluhkan mata merah dan berair, nyeri pada mata dan silau terhadap cahaya (fotofobia) serta terasa berkabut. Riwayat pemakaian kacamata disangkal.

3.2.4Riwayat Penyakit DahuluPasien memiliki riwayat kemasukan serbuk kayu pada mata kiri 1 tahun yang lalu. Sejak saat itu, pasien mengeluhkan pandangan kabur. Keluhan tersebut hilang ketika pasien menggunakan obat tetes mata. Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal.3.2.5 Riwayat Penyakit KeluargaPasien menyangkal di dalam keluarga ada yang mengalami penyakit seperti pasien.3.2.6 Riwayat Penggunaan ObatPasien mengaku menggunakan obat tetes yang diberikan oleh dokter puskesmas namun pasien tidak ingat nama obatnya.3.2.6 Riwayat Kebiasaan SosialPasien sehari-hari bekerja sebagai pekerja bangunan. Pasien tidak menggunakan alat perlindungan diri (google) selama bekerja.3.3. Pemeriksaan Fisik3.3.1 Vital SignKesadaran : Compos MentisTekanan darah : 120/80 mmHgLaju Nadi/Nafas : 84 kali/menit/22 kali/ menitSuhu Tubuh : 37.20 C

3.3.2 Status Ophtalmologis

VOS: 1/VOD: 5/5

Pergerakan Bola Mata

Normal Normal

Gambar 3.1. Mata Pasien

Keterangan (OD)KomponenKeterangan (OS)

Edema (-)Ptosis (-)Lagoftalmus (-)Palpebra SuperiorEdema (-)Ptosis (-)Lagoftalmus (-)

Edema (-)Palpebra InferiorEdema (-)

Anemis (-)Konj. Tarsal SuperiorAnemis (-)

Anemis (-)Konj. Tarsal InferiorAnemis (-)

Injeksi siliar (-)Injeksi konjungtiva (-) Hiperemis (-)Konjungtiva BulbiInjeksi siliar (+)Injeksi konjungtiva (+) Hiperemis (+)

Jernih(+)infiltrat(-)uLkus(-)sikatrik(-) KorneaJernih(-)infiltrat(-)ulkus(-)sikatrik(-)

DalamCOADalam

JelasKripta IrisJelas (Sinekia Posterior)

Bulat(+)Isokor (+)RCL (+)RCTL (+)PupilIregiler(+)Isokor (-)RCL (-)RCTL (-)

JernihLensaKeruh

-TIO17,3 mmHg

3.4. Pemeriksaan Penunjang Refraksi Slit lamp Tonometri

3.5. Diagnosis KerjaUveitis Anteriror OS + Katarak Senilis Imatur OS3.6. Tatalaksana Cendo Xitrol 2 dd gtt 1 Cendo Tropine 2 dd gtt 1 Giflox 6 dd gtt 1 Cefadroxyl tab 500mg 2 dd tab 1

3.4. Prognosis Quo ad vitam: Dubia Ad BonamQuo ad Sanactionam: Dubia Ad BonamQuo ad functionam: Dubia Ad Malam

BAB IVPEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Zainoel Abidin pada tanggal September 2015 dengan keluhan penglihatan kabur pada mata sebelah kiri sejak 1 tahun yang lalu setelah kemasukan serbuk kayu ke dalam mata. Keluhan ini dirasakan hilang timbul dan semakin memberat sejak 20 hari yang lalu. Sejak 20 hari yang lalu pasien pasien mengalami penurunan penglihatan dan mata kabur kemudian keesokan harinya pasien mengeluh tidak dapat melihat lagi. Selain itu pasien juga mengeluhkan mata merah dan berair, nyeri pada mata dan silau terhadap cahaya (fotofobia) serta terasa berkabut. Riwayat pemakaian kacamata disangkal.Dalam kasus ini pasien memiliki keluhan utama pandangan kabur dengan riwayat trauma. Pasien memiliki riwayat kemasukan serbuk kayu pada mata kiri 1 tahun yang lalu. Sejak saat itu, pasien mengeluhkan pandangan kabur. Sesuai dengan teori bahwa uveitis anterior bisa disebabkan oleh riwayat trauma pada mata sehingga terjadi peradangan pada jaringan uvea bagian anterior yaitu iris dan badan siliar.Uveitis dikaitkan dengan turunnya tajam penglihatan, nyeri dan fotofobia. Pada pemeriksaan dapat ditemukan adanya injeksi konjungtiva, sekret yang minimal dan pada pupil kemungkinan kecil (miosis) atau pada kasus yang rekuren bisa disapatkan pupil yang ireguler karena sudah terdapat sinekia posterior. Pada pada kasus ini gejala yang dialami pasien sesuai dengan gejala pada uveitis anterior yang sudah mengalami sinekia posterior. Pada kasus dengan sinekia harus ditangani segera dengan pemberian kortikosteroid dan sikloplegik yang agresif sejak dini untuk mencegah terbentuknya seclusio pupil dan penonjolan iris ke depan (iris bombe) yang bisa menyebabkan glaukoma sekunder sudut tertutup. Pada pasien ini belum terjadinya peningkatan TIO, TIO pasien 17,3 mmHg, karena belum terjadinya seclusio pupil dan iris bombe.Penurunan penghilatan pada pasien ini juga dapat disebabkan oleh adanya katarak senilis yang terjadi pada mata kiri pasien. Katarak senilis dapat terjadi pada pasien usia diatas 40 tahun. Pada pemeriksaan mata didapatkan lensa keruh, dan reflek cahaya langsung dan tidak langsung tidak ada. Sesuai teori, pada katarak senilis imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh lensa. Untuk terapi pembedahan pada katarak senilis ini dilakukan tindakan phacoemulsifikasi. Pengobatan uveitis diberikan steroid dan sikloplegik. Pada pasien ini di berikan Cendo Xitrol (golongan steroid) untuk mengurangi peradangan pada mata dan Cendo Tropine (sikloplegik) untuk mengurangi rasas sakit, melepas sinekia yang terjadi dan memberi istirahat pada iris yang meradang. Dan untuk mencegah infeksi sekunder diberikan antibiotik dalam bentuk tetes mata (Giflox) dan bentuk tablet (Cefadroxil tablet).Pada pasien ini direncanakan tindakan sinechiolisys untuk melepas sinekia posterior yang terjadi, yaitu perlengketan antara iris dengan lensa. Kemudian dilanjutkan dengan phacoemulsifikasi untuk tindakan operatif pada katarak imatur pada mata kiri pasien.

DAFTAR PUSTAKA1.Ilyas S dan Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed 4. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2012 2.Cunningham ET dan Shetlat DJ. Traktus Uvealis dan Sklera dalam Eva PR dan Whitcher JP. Vaughan & Ashbury Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014 : 150-1683.Harper RA dan Shock JP. Lensa dalam Eva PR dan Whitcher JP. Vaughan & Ashbury Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014 : 169-1774.Indraswati EI, Anie M, Suhendro G. Trans limbal lensectomy of untreatable uveitis in juvenile rheumatoid arthritis patient. Jurnal Oftalmologi Indonesia. 2007:5(1): 77-816.Eva PR. Anatomi dan embriologi mata dalam Eva PR dan Whitcher JP. Vaughan & Ashbury Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014 : 1-277.Trinity Vision Center. Eye anatomy. United States : Trinity Vision Center. Acsessed on 26 September 2015. Available in : http://trinityvisioncenter.info/eye-anatomy/8.Perfect Vision Eye Hospital and Opticals. Uveitis. Acessed on 26 September 2015. Available in : http//perfectvisionindia.com/uveitis.html9.Foster CS and Vitale AT. Diagnosis &Treatment of Uveitis. Second Ed. India : Jaypee-Highlights Medical Publisher. 201310.American Optometric Association. Cataract Surgery. Available on : http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-of-eye-and-vission-condition/cataract/cataract-surgery?sso=y. Acessed on : 12 July 201511.American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science Course. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2015.(online database). Acessed on 12 July 2015

26