Upload
rizka-rahmanita
View
24
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gna
Citation preview
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Purpura Trombositopenik Imun (PTI) ialah suatu penyakit perdarahan yang didapat akibat
penghancuran trombosit yang berlebihan, yang ditandai dengan trombositopenia (trombosit <
100.000/mm3), purpura, gambaran darah tepi yang umumnya normal, dan tidak ditemukan
penyebab trombositopenia yang lain.2
Pada pengamatan diketahui bahwa seorang ibu yang menderita ITP baik aktif maupun
sedang dalam masa remisi sering melahirkan anak yang kemudian melahirkan anak yang
kemudian menderita ITP, keadaan ini kemudian menimbulkan dugaan bahwa adanya faktor
humoral dari ibu yang masuk kedarah bayi. Penemuan terbaru menyebutkan bahwa penyebab
dari dari ITP telah diketahui dimana etiologinya lewat mekanisme imun, maka ITP disebut
sebagai pupura trombositopenik imun.2
ITP merupakan suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekie atau
ekimosis di kulit ataupun mukosa dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan
penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Selain itu saat ini sudah
berkembang pendapat bahwa ITP merupakan respon imun yang tidak diketahui sebabnya
terhadap trombosit yang memicu peningkatan destruksi trombosit dan menyebabkan defisiensi
trombosit.2
2.2. Indidens
PTI diperkirakan merupakan salah satu penyebab kelainan perdarahan yang didapat yang
dapat ditemukan oleh dokter anak, dengan insiden penyakit simtomatik berkisar 3 sampai 8 per
100.000 anak pertahun.dibagian ilmu kesehatan anak RSU Dr. Soetomo terdapat 22 pasien baru
pada tahun 2000. Delapan puluh hingga 90% anak dengan PTI menderita episode perdarahan
akut yang akan pulih dalam beberapa hari atau minggu dan sesuai dengan namanya (akut) akan
sembuh dalam 6 bulan. Pada PTI akut tidak ada perbedaan insidens laki-laki maupun perempuan
dan akan mencapai puncak pada usia 2 -5 tahun. Hampir selalu ada riwayat infeksi bakteri atau
virus ataupun imunisasi 1 – 6 minggu sebelum terjadinya penyakit ini. Perdarahan sering terjadi
saat trombosit dibawah 20.000/mm3. PTI rekuren didefisinikan sebagai adanya episode
trombositopenia > 3 bulan dan terjadi 1 – 4% anak dengan PTI.2
17
2.3. Klasifikasi
A. Purpura Trombositopenia Imun Primer
Menurut perjalanan klinisnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:3
1. PTI akut
a. Pada anak – anak dan dewasa muda
b. Tidak ada predileksi jenis kelamin
c. Riwayat infeksi virus atau bakteri 1 – 3 minggu sebelumnya
d. Gejala perdarahan bersifat mendadak
e. Lama penyakit 2-6 minggu, jarang lebih remisi spontan pada kasus 80 %
kasus
2. PTI kronik
a. Terjadi pad wanita muda sampai pertengahan
b. Jarang ada infeksi sebelumnya
c. Gejala perdarahan bersifat menyusup, pada wanita biasanya berupa
menomethtroragi
d. Lama penyekit beberapa bulan sampai tahun
e. Jarang terjadi remisi spontan 4
B. Purpura Trombositopenia Imun Sekunder
Terjadi sebagai akibat dari suatu kelaina atau penyakit seperti:
1. Induksi obat atau bahan kimia
2. Kelainan limfoproliferatif
3. Kanker
4. Infeksi
5. Penyakit autoimun lainnya3
2.4. Patofisiologi
Kerusakan trombosit pada PTI melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein yang terdapat
pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibodi
(antibody – coated platelets) tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan
organ retikuloendotelial lainnya.
18
Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara PTI akut maupun PTI kronis
menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisologis terjadinya trombositopenia
diantara keduanya. Pada PTI akut telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat
karena adanya antibodi yang terbentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau
virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator-
mediator lain yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap infeksi dapat berperan
dalam terjadinya penekanan terhadap produksi trombosit2, disamping itu juga terjadi aktivasi dan
fiksasi komplemen C 5 – 9 pada permukaan trombosit yang menyebabkan lisisnya trombosit 6
sedangkan pada PTI kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun seperti
pada autoimun lainnya, yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap trombosit.2
Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis glikoprotein (GP) permukaan trombosit pada PTI,
diantaranya GP Iib – Iia, GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana antibodi antitrombosit meningkat
pada PTI, perbedaan secara pasti patofisiologi PTI akut dan kronis, serta komponen yang terlibat
dalam regulasinya masih belum diketahui.
Hal tersebut diatas yang menjelaskan mengapa beberapa cara pengobatan terbaru yang
digunakan dalam penatalaksanaan PTI memiliki efektifitas terbatas , disebabkan mereka gagal
mencapai target spesifik jalur imunologis yang bertanggung jawab pada perubahan produksi dan
destruksi dari trombosit.2
19
2.5. Manifestasi Klinis
1. Fase prodromal berupa keletihan , demam.
2. Epistaksis, perdarahan gusi , menometroraghi, hematuri dan melena
3. Mudah memar
4. Perdarahan intrakranial merupakan penyulit berat, terjadi pada 1 % kasus. Terutama
pada pasien dengan trombosit < 5000 mm3
5. Perdarahan trauma (cabut gigi, operasi)
6. Tidak ada limfadenopati
7. Splen normal atau Splenomegali ringan4
2.6. Pemeriksaan Laboratorium
1. Trombosit (sering < 20.000 - 30.000/mcL) dan sel-sel darah normal.
2. Masa Perdarahan (BT, Bleeding Time) memanjang.
3. Masa Protrombin (PT, Prothrombin Time): normal.
4. Masa Protrombin Partial (PTT, Partial PT): normal.
5. Pemeriksaan penghapusan darah tepi:
a. Lekosit, Hb dalam keadaan normal kecuali ada perdarahan.
b. Trombosit lebih besar (lebih muda), tidak ada kumpulan trombosit.
6. Pemeriksaan sumsum :
a. Hasil: Megakariosit normal atau bertambah pada ITP akut.
7. Pemeriksaan antibodi terhadap glikoprotein trombosit, misalnya dengan modified
antigen-capture enzyme linked immunosorbent assay (MACE) dan monoclonal
antibody-specific immobilization of platelet antigens (MAIPA).
Untuk kasus PTI kronis:
1. Trombosit biasanya 20.000 - 70.000/mm3
2. Perlu memeriksa ANA, Anti DNA Ab, LED, tes Coombs & retikulosit.
2.7. Diagnosis
Gejala klinis berupa riwayat perdarahan secara akut atau spontan, baik pada kulit,
petekiae, purpura atau perdarahan mukosa hidung (epistaksis) dan perdarahan mukokutaneus
lainnya, biasanya gejala tersebut didahului dengan infeksi virus/ bakteri atau pasca imunisasi.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya tanda-tanda perdarahan seperti yang
20
disebutkan diatas, kadang didapatkan pembesaran splenomegali namun dalam hal kita harus
tetap memikirkan kemungkinan penyakit lain.2
Dari pemeriksaan laboratorium berupa trombositopenia, retikulositosis ringan, anemia
bila terjadi perdarahan kronis, waktu perdarahan memanjang, pada sumsum tulang dijumpai
banyak megakariosit agranuler atau tidak mengandung trombosit. Antibodi monoklonal untuk
mendeteksi glikoprotein spesifik pada membran trombosit mempunyai spesifitas 85 %, belum
digunakan secara luas. Namun secara prinsip untuk mendiagnosis PTI adalah kita harus
menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia yang lain.2
Tabel 1. Diagnosis banding trombositopenia
21
22
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PTI pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi farmakologis.
Tindakan suportif merupakan hal penting dalam penatalaksanaan PTI pada anak, diantaranya 2 :
1. Membatasi aktifitas fisik
2. Mencegah perdarahan akibat trauma
3. Menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit atau merubah fungsinya
4. Obat yang berhubungan dengan penurunan produksi trombosit:
a. Kemoterapi
b. Diuretik thiazide
c. Alkohol
d. Estrogen
e. Kloramfenikol
f. Radiasi terionisasi
5. Obat-obatan yang berhubungan dengan destruksi trombosit
a. Sulfonamid
b. Quinidine
c. Kinina
d. Karbamazepin
e. Asam valproat
f. Heparin
g. digoksin
6. Obat –obatan berhubungan dengan perubahan fungsi trombosit
a. Aspirin
b. Dipirodamol
7. Memberikan pengertian kepada pasien dan atau orang tua tentang penyakitnya
8. Sebagian besar (80%) pasien biasanya dapat sembuh sempurna secara spontan dalam
waktu kurang dari 6 bulan. Pada beberapa kasus PTI pada anak didapatkan perdarahan
kulit yang menetap , perdarahan mukosa atau perdarahan internal yang mengancam jiwa
yang memerlukan tindakan atau pengobatan segera. Tranfusi trombosit jarang dilakukan
dan biasanya tidak efektif karena trombosit yang ditransfusikan langsung dirusak.
23
Tindakan farmakologis
1. Kortikosteroid peroral
Sebelum era IVIG, kortikosteroid peroral merupakan pengobatan utama pada PTI karena
dipercaya capat menghambat penghancuran trombosit dalam sistem retikuloendotelial dan
mengurangi pembentukan antibodi terhadap trombosit serta mempunyai efek stabilisasi kapiler
yang mengurangi perdarahan.dosis 1- 2mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi atau ekuivalensinyan
terindikasi. Sartorius 1984, pada penelitian yang lebih besar menyimpulkan waktu yang
diperlukan untuk meningkatkan jumlah trombosit menjadi > 30.000/mm3 dan > 100.0000/mm3,
serta uji tourniquet yang normal ternyata secara bermakna lebih pendek pada kelompok
prednison, meskipun parameter perdarahan klinis tidak di evaluasi pada penelitian ini.
2. Imunoglobulin intravena (IVIG)
Dengan munculnya terapi IVIG beberapa penelitian menunjukkan peningkatan yang cepat
jumlah trombosit dengan efek samping yang minimal pada pengobatan dengan tranfusi IVIG,
seperti kortikosteroid IVIG juga menyebabkan blokade pada sistem retikuloendotelial.IVIG
dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam waktu cepat (umumnya 48 jam), sehingga
pengobatan pilihan untuk PTI dengan perdarahan yang serius (berat secara klinis) menurut
penelitian terbaru menunjukkan lebih baik dan murah menggunakan dosis yang lebih rendah
yaitu dosis tunggal 0,8 gram/KgBB atau 0,25-0,5 gram/KgBB selama 2 hari dan memberikan
efek samping yang lebih kecil pula.
3. Anti-D untuk pasien dengan rhesus D positif
Pengobatan dengan imunoglobulin anti-D efektif pada anak dengan rhesus positif dan
memiliki keuntungan berupa suntikan tunggal dalam waktu singkat. Namun selain mahal ,
dilaporkan adanya hemolisis dan anemia yang memerlukan tranfusi darah setelah dilakukan
pengobatan ini.8
4. Splenektomi
Tindakan tersebut jarang dilakukan pada anak dengan PTI dan hany dianjurkan pada
perdarahan hebat yang tidak memberikan respons terhadap pengobatan dan dilakukan setelah
menjadi PTI kronis (> 6 bulan).
5. Beberapa pengobatan lainnya yang pernah dilaporkan bisa diberikan pada anak dengan PTI
adalah : Gamma interferon, tranfusi tukar plasma dan protein A _ immunoadsoption,
alkaloid Vinca (vincristin dan vinblastin), danazol, vitamin C dan siklofosfamid.
24
6. Pada beberapa keadaan tertentu seperti adanya gejala neurologis , perdarahan internal atau
pembedahan darurat memerlukan intervensi segera. Metilprednisolon (30 mg /KgBB/hr
maksimal 1 gr/hr selama 2-3 hari) sebaiknya diberikan secara intravena dalam waktu 20-30
menit bersamaan dengan IVIG (1 gr/KgBB/hr selama 2-3 hari) dan tranfusi trombosit 2 – 3
kali lipat dari jumlah yang biasa diberikan.
Pengobatan- pengobatan tersebut diatas potensial memberikan efek samping yang serius,
sehingga penting bagi kita untuk mempertimbangkan resiko-resiko tersebut agar tidak
merugikan pasien (“primum no necere”). Oleh karena itu pengobatan pada anak yang menderita
PTI sebagian besar tetap berdasarkan pengalaman pribadi , pendekatan filosofi dan
pertimbangan-pertimbangan praktis. Ditambahlagi pengobatan-pengobatan tersebut hanya untuk
meningkatkan jumlah trombosit yang rendah tapi tidak mengobati penyakit yang mendasari.
Sehingga kekambuhan sering terjadi.
Pendekatan Pengobatan PTI
Beberapa obat yang dipakai dalam pengobatan PTI merusak clereance autoantibody platelet
oleh Fc (gamma) reseptor yang diekspresikan pada jaringan makrofag. Splenektomi bekerja
sebagian oleh mekanisme ini, tetapi dapat juga mengganggu interaksi antara sel T dan sel B yang
terlibat dalam sintesis antibodi pada beberapa pasien (1). Kortikosteroid juga dapat
meningkatkan produksi platelet dengan menghambat kemampuan makrofag dalam sumsum
tulang untuk menghancurkan platelet, dan thrombopoietin dan agen thrombopoietic merangsang
megakaryocyte progenitor (2). Banyak agen imunosupresif nonspesifik, seperti azathioprine dan
siklosforin, yang bertindak pada tingkat sel T (3). Sebuah monoklonal antibodi terhadap CD154
yang masih dalam penyelidikan klinis, menargetkan sebuah costimulatory molekul yang
diperlukan untuk optimasi T-sel-macrophage dan T-sel-sel B-interaksi yang terlibat dalam
produksi antibodi (4). Imunoglobulin intravena mungkin berisi antiidiotypic antibodi yang akan
menurunkan produksi autoantibody. Sebuah antibodi monoklonal yang mengenali CD20
diekspresikan pada sel B menyebabkan penipisan tersebut(5). Plasmapheresis transiently
menghilangkan autoantibody dari plasma (6). Transfusi platelet digunakan untuk mengobati
pendarahan parah dalam keadaan darurat (7). 5
2.9. Komplikasi
25
Trombositopenia berat dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa, yaitu
hemoragi intrakranial, yang untungnya jarang terjadi.
2.10. Prognosis
Anak-anak biasanya sembuh secara spontan, bahkan dari trombositopenia berat, dalam
beberapa minggu ke bulan. Pada orang dewasa, remisi spontan jarang terjadi. Namun, pada
beberapa orang memiliki penyakit ringan dan stabil (misalnya, menghitung trombosit di atas
30.000 μ L); kasus seperti itu mungkin lebih umum daripada yang diduga sebelumnya. 6
2.11. Mencegah Perdarahan
Orang tua dari seorang anak dengan kelainan perlu menyadari tentang bagaimana
mencegah cedera dan berdarah.: Pertimbangkan hal berikut:
1. Dalam berolahraga, naik sepeda, dan permainan lain yang dapat menyebabkan trauma
mungkin perlu dibatasi.
2. Hindari obat-obatan yang mengandung aspirin, karena dapat mengganggu kemampuan
tubuh untuk mengendalikan pendarahan.
26
27