BAB I Fraktur Femur

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTURMakalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Muskuloskeletal Jenjang Pendidikan S1 Keperawatan

Disusun oleh : 1. Ahmad Martuhu Perdana 2. Eva Ristianti Uviyati 3. Indra Bayu Setiawan 4. Wiwit Fidiawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2011/2012

KATA PENGANTARAssalaamualaikum Wr.Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Fraktur Femur. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk dan menjadi suri tauldan yang baik kepada kita. Sehubungan dengan diadakannya proses belajar mengajar maka kami di tuntut untuk membuat makalah sebagai tugas kelompok. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi, materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Dan tak lupa kami ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ahmad NK,S.Kep, Ns selaku dosen mata kuliah Muskuloskeletal. 2. Semua teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan kami dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi kelompok kami maupun teman teman sekalian yang telah membaca maupun mempelajari makalah ini.Amein.. Wassalaamualaikum Wr.Wb.

Jombang, Oktober 2011

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i Kata Pengantar ................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2.Tujuan ......................................................................................................... 1 BAB II FRAKTUR FEMUR 2.1.Definisi Fraktur ........................................................................................... 2 2.2.Klasifikasi ................................................................................................... 2 2.3.Etiologi ........................................................................................................ 4 2.4.Patofisiologi ................................................................................................ 5 2.5.Tanda dan Gejala ........................................................................................ 5 2.6.Komplikasi .................................................................................................. 6 2.7.Asuhan Keperawatan .................................................................................. 7 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainnya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti bentuk semula

(remodelling/swapugar). 1.2 Tujuan 1. Mengetahui tentang definisi fraktur femur 2. Mengetahui dan memahami tentang klasifikasi fraktur femur 3. Mengetahui patofisiologi pada fraktur femur 4. Mengetahui gambaran klinis / tanda dan gejala pada fraktur femur 5. Mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh fraktur femur 6. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur

1

BAB II FRAKTUR FEMUR

2.1.Definisi Fraktur Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543) Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553). Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. 2.2.Klasifikasi a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

2

b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu : 1) Derajat I - luka kurang dari 1 cm - kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk. - fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan. - Kontaminasi ringan. 2) Derajat II - Laserasi lebih dari 1 cm - Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse - Fraktur komuniti sedang. 3) Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. c. Fraktur complete Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal). d. Fraktur incomplete Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang. e. Jenis khusus fraktur a) Bentuk garis patah 1) Garis patah melintang 2) Garis pata obliq 3) Garis patah spiral 4) Fraktur kompresi 5) Fraktur avulsi b) Jumlah garis patah 1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. 2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan

3

3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan. c) Bergeser-tidak bergeser Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen 2.3.Etiologi Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : 1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua. 3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat. b.Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut : 1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. 2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. 3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh

4

defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. 2.4.Patofisiologi Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu : 1. Fase hematum Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat 2. Fase granulasi jaringan Terjadi 1 5 hari setelah injury Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast. 3. Fase formasi callus Terjadi 6 10 harisetelah injuri Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus 4. Fase ossificasi Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah 5. Fase consolidasi dan remadelling Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ). 2.5.Tanda dan Gejala 1) Deformitas

5

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : a) Rotasi pemendekan tulang b) Penekanan tulang 2) Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur 3) Echumosis dari Perdarahan Subculaneous 4) Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 5) Tenderness/keempukan 6) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 7) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf / perdarahan) 8) Pergerakan abnormal 9) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah 10) Krepitasi

2.6.Komplikasi a) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai. b) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai. c) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna. d) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini. e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi.

6

2.7.Asuhan Keperawatan A. PENGKAJIAN 1) Riwayat keperawatan a. Riwayat Perjalanan penyakit Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan Kehilangan fungsi Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis b. Riwayat pengobatan sebelumnya Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema 2) Pemeriksaan fisik a. Mengidentifikasi tipe fraktur b. Inspeksi daerah mana yang terkena Deformitas yang nampak jelas Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera

7

Laserasi Perubahan warna kulit Kehilangan fungsi daerah yang cidera c. Palpasi Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran Krepitasi Nadi, dingin Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur 3) Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang a. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan type fraktur Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik b.Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler d.Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma e. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati B. Therapy 1. Fraktur Reduction Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.

8

Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien. Peralatan traksi : o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek o Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang. 2. Fraktur Immobilisasi Pembalutan (gips) Eksternal Fiksasi Internal Fiksasi Pemilihan Fraksi 3. Fraksi terbuka Pembedahan debridement dan irigrasi Imunisasi tetanus Terapi antibiotic prophylactic Immobilisasi C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi terhadap trauma b.d kehilangan integritas tulang (fraktur) 2. Nyeri b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, odema dan cedera pada jaringan lunak. 3. Kerusakan integritas kulit / jaringan b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup 4. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d kerusakan kulit, trauma jaringan, prosedur invasive, traksi tulang. 5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengobatan sehubungan dengan kesalahan dalam penafsiran, tidak familier dengan sumber informasi. D. Intervensi

9

Tgl / jam

Dx Keperawatan Resiko tinggi terhadap trauma b.d kehilangan integritas tulang (fraktur)

Nyeri b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, odema dan cedera pada jaringan lunak

Tujuan / Kriteria Intervensi hasil Pasien dapat PENGKAJIAN mempertahanka Identifikasi kebutuhan n stabilisasi dan keamanan pasien posisi fraktur berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku sebelumnya Identifikasi risiko keamanan di lingkungan (fisik, biologi, dan lingkungan) HE Ajarkan kepada pasien / keluarga tindakan keamanan pada area yang spesifik KOLABORASI Rujuk pada kelas pendidikan di komunitas (misalnya, RJP, pertolongan pertama, atau kelas renang) MANDIRI Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko Gunakan alat pelindung untuk membatasi mobilitas secara fisik atau yang menyebabkan situasi yang membahayakan Pasien PENGKAJIAN: menyatakan Kaji karakteristik nyeri : nyeri hilang lokasi, durasi, karakteristik, kualitas, frekuensi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10) Observas isyarat ketidaknyamanan nonverbal, khususnya pada mereka yang tidak mampu mengomunikasikannya secara langsung HE Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat dicapai Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan

Paraf

10

Kerusakan integritas kulit / jaringan b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup

Resiko tinggi terhadap infeksi b.d

berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur KOLABORASI Pemberian obat-obatan analgesic Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu. MANDIRI Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka. Menjelaskan seluruh prosedur di atas Libatkan pasien dalam modalitas pengurangan nyeri, jika mungkin. Pasien PENGKAJIAN menyatakan Inspeksi adanya kemerahan ketidaknyamana dan pembengkakan n hilang Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan HE Ajarkan anggota keluarga/ pemberian asuhan tentang tanda kerusakan kulit, jika diperlukan Ajarkan pasien/ anggota keluarga tentang prosedur perawatan luka KOLABORATIF Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin. MANDIRI Posisikan untuk menghindari ketegangan pada luka, jika diperlukan Evaluasi tindakan pengobatan Lakukan perawatan luka / kulit secara rutin Pasien dapat PENGKAJIAN mencapai Pantau tanda / gejala infeksi penyembuhan (misalnya, suhu tubuh,

11

kerusakan kulit, trauma jaringan, prosedur invasive, traksi tulang.

luka sesuai waktu

Kurangnya Pasien pengetahuan menyatakan tentang pemahaman kondisi, kondisi, prognosa, prognosis, dan dan pengobatan. pengobatan Pasien dapat sehubungan melakukan dengan dengan benar kesalahan prosedur yang dalam diperlukan dan penafsiran, menjelaskan tidak familier alas an dengan tindakan. sumber informasi.

denyut jantung, suhu kulit, lesi kulit) Kaji faktor yg meningkatkan serangan infeksi HE Ajarkan kepada pasien dan keluarganya tanda / gejala infeksi dan kapan harus melaporknnya ke pusat kesehatan Jelaskan kepada pasien / keluarga mengapa sakit dan pengobatan meninggkatkan resiko terhadap infeksi KOLABORATIF Berikan terapi antibiotic, bila diperlukan MANDIRI Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan pasien Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan mereka, gaya hidup, dan praktik kesehatan yang menimbulkan risiko infeksi PENGKAJIAN Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari pemahaman tentang fraktur femur Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya HE Beri pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, mengulangi informasi bila diperlukan Gunakan pendekatan pengajaran multipel, demonstrasi, dan secara verbal serta umpan balik tertulis KOLABORATIF Rencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama pasien dan dokter untuk

12

memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti penanganan yang dianjurkan. MANDIRI Interaksi kepada pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk memfasilitasi pengajaran.

13

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok. Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu fraktur intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur (capital fraktur) dan fraktur ekstrakapsuler. Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu cedera traumatik (seperti cedera langsung, cedera tidak langsung dan fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat), fraktur patologik (dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur ) dan secara spontan. Komplikasi pada fraktur femur yaitu perdarahan, infeksi, non-union, malunion, dan trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi.

14

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.2005 Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI. http://satriaperwira.wordpress.com/2009/01/28/fraktur-femur/ http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/fraktur-i.html

15