24

Click here to load reader

fraktur os femur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fraktur os femur

DUNIA KEDOKTERAN dokterkecil

FRAKTUR TERBUKA FEMUR SUPRAKONDILER DAN INTERKONDILER   (INTRAARTIKULER)

Agustus 7, 2009 at 7:25 am (Bedah / Surgery) (bedah ortopedi, fraktur, fraktur femur, fraktur terbuka)

PENDAHULUAN

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-

pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini

(2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. 1

Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan,

jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan jalan dan

kecepatan kendaraan maka mayoritas kemungkinan terjadinya fraktur adalah akibat

kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma – trauma lain yang dapat mengakibatkan fraktur

adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, dan cedera olah raga.

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan berlebihan,

yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan

posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis

trauma, kekuatan, dan arahnya. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya

kecelakaan agar dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang dapat

mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak di sekitar fraktur mulai

dari otot, fascia, kulit, tulang, sampai struktur neurovaskuler atau organ – organ penting

lainnya.

Fraktur bukan hanya persoalan terputusnya kontinuitas tulang dan bagaimana

mengatasinya, akan tetapi harus ditinjau secara keseluruhan dan harus diatasi secara simultan.

Harus dilihat apa yang terjadi secara menyeluruh, bagaimana, jenis penyebabnya, apakah ada

kerusakan kulit, pembuluh darah, syaraf, dan harus diperhatikan lokasi kejadian, waktu

terjadinya agar dalam mengambil tindakan dapat dihasilkan sesuatu yang optimal.

A. FRAKTUR

Page 2: fraktur os femur

A.1. DEFINISI FRAKTUR DAN MEKANISME TRAUMA

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang

patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang

menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung,

misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal

patah 2.

Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya.

Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah

dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di

dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang

disebut fraktur dislokasi. 2

A.2. GEJALA DAN TANDA

Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, hilangnya fungsi, tanda-

tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan lokal, merah/perubahan

warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai juga dengan deformitas,

dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada

ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi).

Pseudoartrosis dan gerakan abnormal. 3, 4

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah

pemeriksaan X-foto, yang harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior-posterior dan

lateral. Dengan pemeriksaan X-foto ini dapat dilihat ada tidaknya patah tulang, luas, dan

keadaan fragmen tulang. Pemeriksaan ini juga berguna untuk mengikuti proses penyembuhan

tulang. 3, 5

Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x pasien.

Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila berdasarkan

pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur sampai terbukti

lain. 4

Page 3: fraktur os femur

A.3. PEMBAGIAN FRAKTUR

Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas 3 : complete, dimana

tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete (parsial).

Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:

1. Fissure/Crack/Hairline – tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat, biasa

terjadi pada tulang pipih

2. Greenstick Fracture – biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna,

clavicula, dan costae

3. Buckle Fracture – fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam

Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi 3 :

1. Transversal – garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu tulang)

2. Oblik – garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari sumbu

tulang)

3. Longitudinal – garis patah mengikuti sumbu tulang

4. Spiral – garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih

5. Comminuted – terdapat 2 atau lebih garis fraktur

Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:

a. Undisplace – fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya

b. Displace – fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:

- Shifted Sideways – menggeser ke samping tapi dekat

- Angulated – membentuk sudut tertentu

- Rotated – memutar

- Distracted – saling menjauh karena ada interposisi

- Overriding – garis fraktur tumpang tindih

- Impacted – satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

Page 4: fraktur os femur

Gambar 1. Tipe Fraktur menurut garis frakturnya

Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan

dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.

Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh. Sedangkan

apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur

dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat

masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah sehingga cenderung untuk mengalami

kontaminasi dan infeksi. 2, 6

B. PENATALAKSANAAN FRAKTUR 4, 6, 7

1. Penatalaksanaan secara Umum

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan

terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation),

apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting

ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam.

Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai

dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat

pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

2. Penatalaksanaan Kedaruratan

Page 5: fraktur os femur

Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur

dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting

untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.

Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat

dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk

mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat

menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan

menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai

sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang

cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang

kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga

dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak

sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat

dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal

cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah

kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan

bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di

atas.

Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan

dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian

pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai

digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

3. Prinsip Penanganan Fraktur

Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian

fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi 4, 6:

a. Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.6

Page 6: fraktur os femur

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan posisi anatomis normal.

Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik

normalnya.

Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi

terbuka.4 Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang

mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera

mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi

karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi

semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan.

Metode reduksi :

1. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan

“Manipulasi dan Traksi manual”. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan

persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia.

Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain

dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas

untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen

tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan

bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, palt,

paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam

posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisasi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan

dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Page 7: fraktur os femur

Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi

penyembuhan.

Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat “eksternal” (bebat,

brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat

“internal” (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).

Tabel 1. Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan

untuk Penyatuan Tulang Fraktur

c. Rehabilitasi

Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang

sakit.

Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi

dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status

neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot,

partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara

Page 8: fraktur os femur

bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada

aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.

Tabel 2. Ringkasan Tindakan terhadap Fraktur

C. KOMPLIKASI FRAKTUR 1, 6, 7

a. Komplikasi segera

1. Komplikasi lokal – dapat berupa kerusakan kulit, pembuluh darah (hematom, spasme

arteri, dan kontusio), kerusakan saraf, kerusakan otot, dan kerusakan organ dalam.

2. Komplikasi sistemik – syok hemoragik

b. Komplikasi awal

1. Komplikasi lokal – sekuele dari komplikasi segera, berupa nekrosis kulit, gangren,

trombosis vena, komplikasi pada persendian (artritis), dan pada tulang

(infeksi/osteomielitis).

2. Komplikasi sistemik – emboli lemak, emboli paru, pneumonia, tetanus, delerium tremens.

c. Komplikasi lanjut

1. Komplikasi pada persendian – dapat terjadi kontraktur dan kekakuan sendi persisten,

penyakit sendi degeneratif pasca trauma.

Page 9: fraktur os femur

2. Komplikasi tulang – yakni penyembuhan tulang abnormal (malunion, delayed union dan

non union).

Mal union adalah keadaan dimana tulang menyambung dalam posisi tidak anatomis, bisa

sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan angulasi, atau sembuh dengan

rotasi.

Delayed union adalah proses penyembuhan patah tulang yang melebihi waktu yang

diharapkan, hal ini berarti bahwa proses terjadi lebih lama dari batas waktu yaitu

umumnya 3-5 bulan.6

Non union adalah keadaan dimana suatu proses penyembuhan patah tulang berhenti sama

sekali dan penyembuhan patah tulang tidak akan terjadi tanpa koreksi

pembedahan.

3. Komplikasi pada otot – miositis pasca trauma, ruptur tendo lanjut

4. Komplikasi saraf – Tardy nerve palsy

D. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR

Secara ringkas tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut 4, 6 :

1. Stadium Pembentukan Hematom :

- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek

- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)

- Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam

2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :

- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur

- Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast

- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang

Page 10: fraktur os femur

- Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang

- Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi

3. Stadium Pembentukan Kallus :

- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)

- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur

- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu

- Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi

4. Stadium Konsolidasi :

- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu

- Secara bertahap menjadi tulang mature

- Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan

5. Stadium Remodeling :

- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur

- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast

- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda penebalan

tulang.

Proses penyembuhan tulang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mencakup: usia, lokasi

dan jenis fraktur, kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan pada fragmen

fraktur, pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang menyertai (seperti diabetes

mellitus), derajat trauma, gap antara ujung fragmen dan pendarahan pada lokasi fraktur. 6, 8

E. FRAKTUR TERBUKA

E.1. KLASIFIKASI

Page 11: fraktur os femur

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat

ringannya fraktur 2, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 3. Derajat Patah Tulang Terbuka Menurut Gustillo dan Anderson (1976)

Kemudian Gustillo et al. (1984) membagi tipe III dari klasifikasi Gustillo dan Anderson

(1976) menjadi tiga subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB dan IIIC (Tabel 2). 8

IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak, walaupun

adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.

IIIB fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringan lunak sehingga tulang terlihat jelas

atau bone expose, terdapat pelepasan periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai

kontaminasi masif dan merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.

III C terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan repair agar kehidupan bagian

distal dapat dipertahankan tanpa memandang derajat kerusakan jaringan lunak.

Tabel 4. Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh

Gustillo, Mendoza dan Williams (1984)

E.2. PENATALAKSANAAN KHUSUS PADA FRAKTUR TERBUKA

Fraktur terbuka merupakan suaru keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang

terstandar untuk mengurangi risiko infeksi. Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi

penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak.

Page 12: fraktur os femur

Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka adalah 6:

1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan.

2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan

kematian.

3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi.

4. Segera dilakukan debridemen dan dan irigasi yang baik.

5. Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya.

6. Stabilisasi fraktur.

7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari.

8. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena.

Sedangkan tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka adalah sebagai berikut 6:

1. Pembersihan luka.

Dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk

mengeluarkan benda asing yang melekat.

1. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen).

Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan

bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak,

fasia, otot, dan fragmen-fragmen yang lepas.

1. Penutupan kulit.

2. Pemberian antibakteri.

Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis

yang besar sebelum, pada saat, dan sesudah tindakan operasi.

1. Pencegahan tetanus.

Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada

penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid. Tapi

bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin.

Page 13: fraktur os femur

1. Pengobatan fraktur itu sendiri.

F. FRAKTUR FEMUR

F.1. ANATOMI FEMUR 10

Gambar 2. Anatomi Femur

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter

minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan

acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan

kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian

suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang

pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,

belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih

kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat

dirubah oleh penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang.

Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista

intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum

quadratum.

Page 14: fraktur os femur

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan

bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea

aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah

sebagai crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus

medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada

permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,

yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal

dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian

posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan

oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di

atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium

berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.

F.2. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR

Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam 5 :

a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:

Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh

dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras

(jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang

mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :

Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)

Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)

b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR

Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam

beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi

Fielding & Magliato, yaitu :

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor

Page 15: fraktur os femur

tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor

tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

c. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa)

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas

dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan

perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu

klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan

daerah yang patah. Dibagi menjadi :

- tertutup

- terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan

dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

· Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan

tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.

· Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.

· Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut

rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

d. FRAKTUR BATANG FEMUR (anak – anak)

e. FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini

biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius, biasanya fraktur

supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi

gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.

f. FRAKTUR INTERCONDYLAIR

Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya terjadi

bentuk T fraktur atau Y fraktur.

Page 16: fraktur os femur

g. FRAKTUR CONDYLER FEMUR

Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan

tekanan pada sumbu femur keatas.

F.3. FRAKTUR SUPRAKONDILER FEMUR DAN FRAKTUR INTERKONDILER 6

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas

metafisis dengan diafisis femur.

Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama dengan fraktur interkondiler yang

memberikan masalah pengelolaan yang lebih kompleks.

Klasifikasi menurut Neer, Grantham, Shelton (1967) :

Tipe I ; fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T.

Tipe IIA ; fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafisis (bentuk Y).

Tipe IIB ; sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil.

Tipe III ; fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler yang tidak total.

F.3.1. Gambaran Klinis

Berdasarkan anamnesis ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan

deformitas pada daerah suprakondiler. Pada pemeriksaan mungkin ditemukan adanya

krepitasi. Dapat ditemukan adanya hemartrosis yang lebih hebat karena adanya fraktur intra-

artikuler.

F.3.2. Pengobatan

Page 17: fraktur os femur

1. Terapi konservatif.

o Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut

Pearson.

o Cast-bracing.

o Spika panggul.

2. Terapi operatif.

Karena fraktur ini bersifat intra-artikuler, maka sebaiknya dilakukan terapi operatif

dengan fiksasi interna yang rigid untuk memperoleh posisi anatomis sendi dan segera

dilakukan mobilisasi.