19
BAB I PENDAHULUAN Epikondilitis medial maupun lateral merupakan satu jenis penyakit occupational overuse syndrome (OOS) yaitu masalah kesehatan akibat kerja yang disebabkan oleh penggunaan struktur-struktur otot-tendon dan tulang yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa nyeri hebat yang seringkali disertai rasa kesemutan, mati rasa, rasa berat, rasa lemah. Biasanya mulai dari tempat tertentu (leher, bagian atas punggung, bahu, lengan, siku, pergelangan tangan atau tangan) yang menyebar ke satu sisi anggota badan atas atau keduanya. 1 Occupational overuse syndrome (OOS) dipengaruhi beberapa faktor seperti sikap kerja, sifat dasar pekerjaan, faktor psikologis, intensitas dan lamanya pekerjaan berlangsung, frekuensi gerakan alat gerak, kecukupan waktu istirahat, ada / tidaknya kompresi mekanik pada bagianbagian tubuh, suhu lingkungan, angkat beban, dan teknik kerja yang kurang memadai. 1 Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah “lawn tennis elbow” yang merujuk pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian dikenal “tennis elbow” yang merupakan istilah untuk epikondilitis lateral sedangkan epikondilitis medial lebih dikenal dengan “golfer’s elbow”. 2 Epikondilitis lateral terjadi tujuh sampai sepuluh kali lebih sering daripada epikondilitis medial. Epikondilitis medial terjadi 9,8% sampai 20% dari seluruh kejadian 1

BAB I EPIKONDILITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB 1 EPIKONDILITIS

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Epikondilitis medial maupun lateral merupakan satu jenis penyakit occupational

overuse syndrome (OOS) yaitu masalah kesehatan akibat kerja yang disebabkan oleh

penggunaan struktur-struktur otot-tendon dan tulang yang berlebihan sehingga menimbulkan

rasa nyeri hebat yang seringkali disertai rasa kesemutan, mati rasa, rasa berat, rasa lemah.

Biasanya mulai dari tempat tertentu (leher, bagian atas punggung, bahu, lengan, siku,

pergelangan tangan atau tangan) yang menyebar ke satu sisi anggota badan atas atau

keduanya.1

Occupational overuse syndrome (OOS) dipengaruhi beberapa faktor seperti sikap

kerja, sifat dasar pekerjaan, faktor psikologis, intensitas dan lamanya pekerjaan berlangsung,

frekuensi gerakan alat gerak, kecukupan waktu istirahat, ada / tidaknya kompresi mekanik

pada bagianbagian tubuh, suhu lingkungan, angkat beban, dan teknik kerja yang kurang

memadai.1

Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah “lawn tennis elbow” yang merujuk

pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian

dikenal “tennis elbow” yang merupakan istilah untuk epikondilitis lateral sedangkan

epikondilitis medial lebih dikenal dengan “golfer’s elbow”.2

Epikondilitis lateral terjadi tujuh sampai sepuluh kali lebih sering daripada

epikondilitis medial. Epikondilitis medial terjadi 9,8% sampai 20% dari seluruh kejadian

epikondilitis. Insidensi epikondilitis lateral bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi

umum. Pria dan wanita memiliki prevalensi yang sama. Kelainan ini sering ditemukan pada

orang-orang berkulit putih, 75% terjadi pada tangan yang dominan, dan insidensinya

meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 40 hingga

50 tahun.2

Pada epikondilitis lateral disebabkan pembebanan yang berlebihan pada otot

ekstensor lengan bawah pada origonya di epikondilus, sedangkan traksi yang berlebihan pada

otot fleksor lengan bawah pada origonya menyebabkan epikondilitis medial. 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1

2.1 Anatomi

Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius yang

saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama. 4

Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi/ekstensi dan rotasi

berupa pronasi dan supinasi.Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan

lengan bawah (radius dan ulna), pronasidan supinasi terjadi karena radius berputar pada

tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada boros bujurnya sendiri.Sendi radioulnar

proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialisulna dan merupakan bagian dari

sendi siku.Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan tangan. 4

Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu ligamentcollateral

medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot

yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps

brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot

yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi radialis longus yang

berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf

radialis akar saraf servikal 6 - 7, otot ekstensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai

penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf

radialis akar saraf servikal 6 – servikal 7. 4

Gambar 1: Gambar otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo tendon epikondilus lateral.CET= common extensor tendon, ECRB= extensor carpi radialis brevis, ECRL= extensor carpi radialis longus, ECU= extensor carpi ulnaris, EDC= extensor digitorum communis.5

Extensor carpi radialis brevis (ECRB), extensor digitorum communis, dan extensor

carpi ulnaris bergabung membentuk suatu tendon yang kuat, diskret, serta melekat pada aspek

2

anterior epikondilus lateral dan pada punggung suprakondilar lateral, dekat dengan origo

brachioradialis dan extensor carpi radialis longus. Epikondilus lateral juga merupakan tempat

perlekatan extensor digiti minimi dan supinator, yang bergabung bersama dengan ECRB,

extensor digitorum communis, dan extensor carpi ulnaris, untuk membentuk tendon extensor

communis. ECRB terletak pada aspek anterior dan profunda tendon communis dan memiliki

insersi pada basis tulang metacarpal ketiga. Bagian bawah ECRB bersentuhan langsung

dengan capitellum dan bagian lateralnya senantiasa bergesekan dengan capitellum selama

proses ekstensi dan fleksi elbow. Robekan dan abrasi repetitif akibat pergesekan tersebut

kemungkinan besar memainkan peranan penting dalam patofisiologi epikondilitis.Lesi primer

yang paling sering kali menimbulkan epikondilitis adalah lesi yang terletak pada ECRB, lalu

extensor digitorum communis, dan sisanya adalah otot-otot lain dan tendon pada

kompartemen lateral.5

Gambar 2: Anatomi ligamentum elbow dari aspek lateral. AL= annular ligament, LUCL= lateral ulnar collateral ligament, RCL= radial collateral ligament.5

Epikondilitis lateral berhubungan erat dengan cedera kapsuler, penebalan serta robekan

pada lateral ulnar collateral ligament (LUCL) dan radial collateral ligament (RCL). Kompleks

lateral collateral ligament terdiri atas RCL, ligamen annular, ligamen accessory lateral

collateral, dan LUCL (Gambar 2). RCL berasal dari epikondilus lateral bagian anterior dan

bergabung dengan fiber ligamentum annular dan fascia otot supinator. Ligamentum annular,

stabilisator utama sendi proximal radioulnar, melancip di bagian distal dan mengelilingi caput

radial yang berbentuk corong.Gangguan atau robekan pada ligamentum ini dapat

menyebabkan instabilitas radioulnar.Ligamentum accessory lateral collateral membantu

3

menstabilkan ligamentum annular namun ligamentum ini tidak selalu bisa ditemukan. Fiber

ligamentum accesory berasal dari krista supinator, di sepanjang aspek lateral ulna. LUCL

berkontribusi dalam memberikan konstrain ligamentum guna melawan stres varus. LUCL

berasal dari epikondilus lateral sebagai persambungan dari RCL, namun LUCL berjalan di

sepanjang aspek lateral dan posterior radius lalu masuk ke tuberkel krista supinator ulna.

Gangguan pada LUCL akan menyebabkan instabilitas rotasi posterolateral elbow. 5

2.2 Definisi

Epikondilitis lateral adalah suatu kondisi terdapat nyeri pada bagian luar dari siku

yang terjadi karena cedera pada otot dan tendon pada (aspek lateral) luar siku yang dihasilkan

dari penggunaan berlebihan atau stres yang berulang. Epikondititis medial adalah suatu

keadaan nyeri pada siku bagian dalam tepatnya pada tendon otot flexor carpi radialis dan otot

pronator teres, yang disebabkan karena gerakan fleksi pergelangan tangan dan pronasi siku

yang berulang kali.3

2.3 Epidemiologi

Epikondilitis lateral terjadi tujuh sampai sepuluh kali lebih sering daripada

epikondilitis medial. Epikondilitis medial terjadi 9,8% sampai 20% dari seluruh kejadian

epikondilitis. Insidensi epikondilitis lateral bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi

umum. Pria dan wanita memiliki prevalensi yang sama. Kelainan ini sering ditemukan pada

orang-orang berkulit putih, 75% keluhan terjadi pada tangan yang dominan, dan insidensinya

meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 40 hingga

50 tahun.2

2.4 Patofisiologi

Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena trauma

langsung.Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada mereka yang

tidak profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik. Epikondilitis lateral

terjadi karena kontraksi repetitif pada otot-otot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo

ekstensor carpi radius brevis, yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon,

perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis. Selain gaya mekanik yang

mengakibatkan stres varus berlebihan pada ekstensor carpi radius brevis, posisi anatomi

tendon ekstensor carpi radius brevis yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral

capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama proses

4

ekstensi elbow. Sejenis tennis elbow, golfer’s elbow disebut juga medial epikondilus.

Patofisiologinya sama hanya saja yang mengalami mikro trauma adalah origo dari otot-otot

yang melakukan fleksi lengan bawah, jadi yang berorigo pada epikondilus medialis humeri.

Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi dan

tendinosis.6

Gambar 3: A. Gambaran histologis tendinosis angiofibroplastic ( angiofibroblastic tendinosis) pada tennis elbow, terjadi disorganisasi kolagen normal akibat invasi fibroblast.  B. Tendon normal.6

Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna abu-

abu dan rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi karena adanya

proses inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan ligamentum annular.

Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen

normal akibat invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon reparatif vaskuler yang

imatur, yang disebut juga dengan istilah “hiperplasia angiofibroplastik”. Proses itu kemudian

dikenal dengan nama “tendinosis angiofibroplastik” karena tidak ada satu pun sel radang

yang teridentifikasi. Karena inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis,

maka istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan tennis

elbow.6

2.5 Manifestasi Klinis

Epikondilitis ditandai dengan nyeri epikondilus yang diprovokasi oleh gerak ekstensi

dan fleksi pergelangan tangan, tergantung epikondilus mana yang terkena. Pasien

5

mengeluhkan nyeri yang akan semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik

setelah pasien beristirahat.3

Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari yang paling ringan (seperti rasa

mengganggu ketika melakukan aktivitas berat seperti bermain tennis atau menggunakan alat

tangan secara berulang-ulang), atau nyeri berat yang terpicu oleh aktivitas sederhana seperti

gerakan hendak mengambil dan memegang gelas kopi. Secara umum, akan mengeluhkan

penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan seperti menggenggam, supinasi, dan ekstensi

pergelangan tangan, fleksi pergelangan tangan. Pembengkakan setempat dan teraba hangat

dapat terjadi, range of motion dapat penuh tetapi pada tahap lanjut dapat mengalami

keterbatasan (flexion contracture) pada epikondilus medial.3

2.6 Pekerjaan yang berhubungan dengan Epikondilus Lateral/Medial2,4

Kegiatan atau Olahraga Gerakkan

Bermusik

Bisnis

Pertukangan

Perlistrikan

Mekanik

Bisbol

Golf

Olahraga raketAngkat Berat

Memanah

Berlayar

Tukang kayu

Bowling

Pedagang daging

Bermain biola

Mengangkat tas yang berat

Memalu atau memutar sekrup

Memotong kabel

Gerakan repetitif

Pitching

Memegang dan mengarahkan bola golf dengan stick golf

Pukulan backhand,forehand

Mengankat beban dalam keadaan fleksi, Mengunci siku ketika dalam posisi ekstensi

Manarik dan memlepas busur panah

Mendayung

Menebang pohon

Melempar bola

Memotong daging

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

6

a. Pemeriksaan Lateral Elbow

Nyeri maksimal dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada daerah sekitar 1-2 cm

dari distal origo ECRB di epikondilus lateral. Apabila tanda ini tidak ditemukan, maka kita

dapat menyingkirkan diagnosis tennis elbow. 

b. Tes Maudsley

Pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu pemeriksa

menahan ekstensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan

ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien

merasakan nyeri pada epikondilus lateral.

c. Tes Mill

Pemeriksa meminta pasien agar memfleksikan elbow dan pergelangan tangan, sambil

memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien

merasakan nyeri pada epikondilus lateral.

d. Tes Cozen

Pemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari pada epikondilus

lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan sambil mempronasikan lengan bawah

secara radial lalu pasien mengekstensikan pergelangan tangan sambil melawan tahanan yang

diberikan oleh pemeriksa. Atau pemeriksa dapat memfleksikan dan mengekstensikan lengan

bawah pasien secara pasif.

e. Tes mengangkat kursi (Chair Test)

Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu di-adduksi, kemudian

elbow diekstensi, dan pergelangan tangan dipronasi. Tindakan seperti itu akan

mempresipitasi nyeri Jika pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral, berarti chair test

positif.

Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan ROM pada bahu, siku,

dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM (range of movements) dan uji krepitus sendi

radiohumeral dilakukan untuk mengeksklusi penyakit seperti bursitis atau tosteokondritis.

Jika ditemukan penurunan ROM, maka kita dapat mempertimbangkan untuk melakukan

pemeriksaan radiologis untuk mengevaluasi sendi yang bermasalah.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. X- Ray

7

Pemeriksaan X-ray biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengeksklusi abnormalitas

lain. Gambaran yang dapat ditemukan dari pemeriksaan X-ray adalah deposisi kalsium

(kalsifikasi) pada daerah yang berdekatan dengan epikondilus.

b. USG

Sensitivitas USG untuk mendiagnosis tennis elbow adalah 72-88%, sedangkan

spesifisitasnya adalah 36-62,5%, namun ada juga penelitian yang melaporkan bahwa

spesifisitasnya mencapai 67-100%, terutama untuk pasien-pasien yang simptomatik.

Gambar 4: A.USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah menunjukkan fokus hipoekoik linear yang sesuai dengan robekan intrasubstansi,B USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah yang atas menunjukkan tendon yang mengalami kalsifikasi, sedangkan tanda panah yang bawah menunjukkan iregularitas tulang yang dekat dengan tendon extensor communis.

3. MRI

MRI memiliki sensitivitas sekitar 90-100% dalam mendiagnosis epikondilitis. Pasien

yang akan menjalani pemeriksaan MRI sebaiknya berbaring dengan tangan terabduksi, elbow

di-ekstensi, dan pergelangan tangan di-supinasi.

2.8 Penatalaksanaan

8

Gambar 5: MRI tennis elbow. (a) tanda panah menunjukkan robekan full-thickness dan retraksi ECRB yang disertai dengan edema. (b) tanda panah menunjukkan cairan peritendinosus pada origo ECRB.

Terapi untuk epikondilitis dibagi menjadi 2 yakni terapi konservatif dan pembedahan.

Untuk penatalaksanaan awal, biasanya terapi konservatif menjadi pilihan utama, sambil terus

melakukan observasi. Namun bila kondisi pasien tidak mengalami perbaikan setelah

menjalani terapi konservatif selama 6 hingga 9 bulan, maka sebaiknya pasien segera dirujuk

untuk menjalani pemeriksaan radiologis dan terapi pembedahan.7

Untuk fase akut, maka kita harus memberlakukan regimen R.I.C.E seperti halnya

cedera jaringan lunak lainnya. Hal tersebut melibatkan prosedur:7

a. Rest (istirahat)

b. Ice (es)

c. Compression (kompres)

d. Elevation (elevasi)

Terapi konservatif

Terapi konservatif yang dapat diberikan pada pasien antara lain:7

1. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory drugs)

NSAID dapat digunakan sebagai analgesia untuk pasien epikondilitis. Obat-obatan

tersebut dapat digunakan secara topikal maupun sistemik.

NSAID dapat menghambat inflamasi dengan cara menghambat sintesis prostaglandin.

Meskipun tennis elbow bukanlah suatu proses inflamasi, namun berbagai penelitian telah

membuktikan bahwa penggunaan NSAID dapat mengurangi gejala tennis elbow. Namun

penggunaan NSAID dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena adanya efek samping

pada traktus gastrointestinal dan ginjal. 

2. Kortikosteroid

Jenis kortikosteroid yang digunakan untuk terapi epikondilitis sebaiknya yang memiliki

efek anti-inflamasi yang kuat seperti triamcinolone dan betamethasone. Dan pemberiannya

harus dilakukan secara intra-artrikuler untuk mengurangi efek sistemik. 

Triamcinolone dan betametahsone dapat menurunkan inflamasi dengan cara menekan

migrasi leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Banyak dokter

yang lebih suka menggunakan betamethasone karena agen ini  tidak mengalami kristalisasi

ketika dicampurkan dengan sediaan anestetik yang bebas paraben. 

Terapi ini terkadang juga dikombinasikan dengan anestetik lokal; salah satu kombinasi

yang sering digunakan adalah 0,5 cc Xylocaine 2% dan 0,5 cc methylprednisolone. 

9

3. Vasodilator

Vasodilator dapat diberikan pada pasien epikondilitis karena agen ini dapat

menstimulasi sintesis kolagen dan membantu proses penyembuhan. Selain itu vasodilator

dapat mengurangi gejala nyeri. Vasodilator yang dianjurkan adalah nitrogliserin transdermal.

Obat ini dapat menyebabkan relaksasi otot pembuluh darah dengan cara menstimulasi

produksi guanosine monofosfat intraseluler. 

4. Botulinum

Botulinum telah terbukti dapat menurunkan gejala nyeri dengan cara memblokade

pelepasan asetilkolin, sehingga menimbulkan denervasi kimiawi pada sistem saraf simpatetik

dan perifer. Namun penggunaan botulinum harus dilakukan secara hati-hati karena efek

sampingnya dapat menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot pernapasan. 

5. Terapi Fisik

Banyak ahli yang menyarankan terapi fisik untuk pasien-pasien epikondilitis dengan

cara memberikan stressing pada insersi ECRB melalui latihan gerakan eksentrik dan

konsentrik. Diharapkan dengan terapi ini maka akan terbentuk jaringan kolagen yang padat

pada area insersi ECRB, sehingga rasa nyeri akan tereliminasi. 

10

Gambar 6: Latihan fleksi elbow 90⁰  (kontraksi konsentrik pada otot-otot extensor pergelangan tangan).

Gambar 7: Latihan ekstensi elbow

180⁰  (kontraksi eksentrik pada otot-otot pergelangan tangan).

Terapi fisik seperti ini murah dan cukup efektif dalam mengatasi gejala tennis elbow.

Namun sebelum melakukan gerakan-gerakan seperti itu, kita harus memberikan memberikan

konseling pada pasien mengenai adanya efek eksarsebasi nyeri ketika sedang melakukan

latihan. 

6. Penggunaan Ortosis atau Bebat Counterforce (Counterforce bracing)

Penggunaan bebat counterforce dilakukan untuk mengurangi gaya tension (tegangan)

pada tendon ekstensor pergelangan tangan, dan ortotik jenis ini lebih unggul dalam mengatasi

tennis elbow jika dibandingkan dengan bebat biasa. Bebat ini harus diletakan kira-kira 10 cm

di arah distal sendi elbow. Penggunaan bebat counterforce selama tiga minggu pada

epikondilitis lateral, dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kekuatan genggaman.

Namun beberapa ahli menganggap bahwa terapi ini tidak memberikan manfaat sama sekali

dalam mengatasi tennis elbow. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi ini masih

kurang superior jika dibandingkan dengan terapi NSAID topikal dan injeksi kortikosteroid.

Terapi Pembedahan

Jika semua terapi konservatif gagal dalam mengatasi tennis elbow, maka kita harus

melakukan pemeriksaan radiologis guna menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan lain

yang menyertai tennis elbow dan mempertimbangkan terapi pembedahan.

Rehabilitasi

Setelah menjalani pembedahan, terutama operasi terbuka, tangan yang dioperasi harus

diimobilisasi dengan menggunakan bebat. Setelah 1 minggu, bebat dan jahitan dapat

dilepaskan. Jika bebat telah dilepaskan, maka kita harus segera memulai latihan fisik dengan

melakukan gerakan peregangan siku dan mengembalikan fleksibilitas siku. Latihan

penguatan siku dapat dimulai dalam 2 bulan setelah pembedahan. Sedangkan untuk latihan

atletik yang jauh lebih berat, biasanya akan dimulai dalam 4 hingga 6 minggu setelah

operasi.6

11

Gambar 8 : Counterforce bracing.

2.9 Pencegahan

Pencegahan merupakan tindakan penanggulangan Repetitive Strain Injury yang paling

penting. Langkah pertama untuk tindakan pencegahan adalah identifikasi besarnya masalah

yang ada dilingkungan tempat kerja. Analisis lingkungan tempat kerja, jadwal dan kecepatan

kerja kelompok kerja yang mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit ini, sikap/posisi

kerja, peralatan yang digunakan, desain tugas kerja, sangat perlu dilaksanakan secara

menyeluruh. Semua ini berguna untuk mengurangi stres fisik terhadap alat gerak para

pekerja. Elemen-elemen tindakan pencegahan adalah sebagai berikut:1

a. Memperbaiki lingkungan tempat kerja, peralatan dan organisasi tugas kerja menurut

prinsip-prinsip ergonomi, misalnya; perubahan tinggi meja kerja, tempat duduk, desain

mesin-mesin dan peralatan kerja, banyaknya,frekuensi dan variasi gerakan yang dilakukan

agar sesuai dengan kapasitas fisik dan mental para pekerja. Memberikan variasi untuk tugas-

tugas yang mempunyai risiko terjadinya penyakit ini. Setiap pekerjaan sedapat mungkin

harus merupakan kombinasi dari pekerjaan dengan gerakan berulang /posisi tugas yang

kurang nyaman dengan pekerjaan lain yang dapat memberikan istirahat bagi otot-otot yang

mengalami kelelahan.

b. Para pekerja yang baru bertugas kembali dari absen selama lebih dari 2 minggu, dilarang

untuk langsung bekerja seperti biasa, tetapi perlu dilakukan suatu periode penyesuain kerja.

c. Training/pelatihan perlu dilaksanakan secara reguler untuk memberikan masukan tentang;

perhatian terhadap tugas - tugas yang berisiko tinggi, cara kerja yang sehat, penggunaan

peralatan/mesin-mesin yang benar, maksud serta tata cara penggunaan alat perlindungan

perorangan yang baik,dsb.

2.10 Prognosis

Angka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi, meskipun tanpa terapi

pembedahan. Meskipun begitu, epikondilitis memiliki potensi menjadi masalah kronik

terutama jika tidak tertangani dengan baik. Untuk menurunkan risiko kronik, maka pasien

dianjurkan menjalani modifikasi aktivitas dan koreksi biomekanik.6

12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Epikondilitis lateral adalah suatu kondisi terdapat nyeri pada bagian luar dari siku

yang terjadi karena cedera pada otot dan tendon pada (aspek lateral) luar siku yang dihasilkan

dari penggunaan berlebihan atau stres yang berulang. Epikondititis medial adalah suatu

keadaan nyeri pada siku bagian dalam tepatnya pada tendon otot flexor carpi radialis dan otot

pronator teres, yang disebabkan karena gerakan fleksi pergelangan tangan dan pronasi siku

yang berulang kali. Epikondilitis merupakan salah satu OOS (Occupational overuse

syndrome) yaitu masalah kesehatan kerja yang terjadi akibat pebggunaan yang berlebihan

dari struktur tendon,otot tulang yang berlebihan.

Penatalaksanaan epikondilitis mencakup penatalaksanaan konservatif dan

pembedahan. Langkah pertama untuk tindakan pencegahan adalah identifikasi besarnya

masalah yang ada dilingkungan tempat kerja. Analisis lingkungan tempat kerja, jadwal dan

kecepatan kerja kelompok kerja yang mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit ini,

sikap/posisi kerja, peralatan yang digunakan, desain tugas kerja, sangat perlu dilaksanakan

secara menyeluruh. Umumnya prognosis dari penyakit ini baik jika ditanggulangi secara tepat

dan cepat.

13