Upload
dhita-irma-yunita
View
77
Download
0
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat
tinggi, ditahun 2007 AKI di Indonesia tercatat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Yang menjadi penyebab utama kematian Ibu di Indonesia, disamping perdarahan
adalah preeklampsia atau eklampsia.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Pada kondisi berat
preeklampsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan kejang kejang.
Dengan kata lain, preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit
yakni langsung disebabkan oleh kehamilan dan pada eklampsia lebih berat dan
berbahaya dengan tambahan gejala gejala tertentu.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan risiko yang membahayakan Ibu
disamping membahayakan janin pula melalui plasenta. Setiap tahun sekitar
50.000 Ibu meninggal dunia karena eklampsia. Di negara berkembang berkisar 1
dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran angka kejadian eklampsia.
Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang
kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami
kejang kejang. Jika eklampsia tidak segera ditangani dengan cepat maka dapat
terjadi pasien kehilangan kesadaran dan kematian karena gagal jantung, kegagalan
ginjal, kegagalan hati, atau perdarahan otak. Oleh karena itu kejadian kejang pada
penderita eklampsia harus dihindari karena eklampsia menyumbangkan angka
kematian sebesar 5% atau lebih.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan preeklampsia/eklampsia itu?
2. Bagaimana etiologi terjadinya preeklampsia/eklampsia?
3. Bagaimana proses terjadinya/patofisiologi preeklampsia/eklampsia?
4. Apa saja macam-macam preeklampsia/eklampsia?
1
5. Bagaimana cara mendiagnosis dan bagaimana prognosis
pre-eklampsia/eklampsia?
6. Bagaimana tatalaksana dalam kasus preeklampsia/eklampsia?
7. Apa saja hal yang perlu diperhatikan pada penanganan kasus
preeklampsia/eklampsia?
8. Bagaimana asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal pada
kasus preeklampsia/eklampsia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari preeklampsia dan eklampsia.
2. Untuk mengetahui etiologi preeklampsia/eklampsia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya preeklampsia/eklampsia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari preeklampsia/eklampsia.
5. Untuk mengetahui bagaimana diagnosis dan prognosis
pre-eklampsia/eklampsia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan kasus preeklampsia/eklampsia.
7. Untuk mengetahui tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kasus
preeklampsia/eklampsia.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal neonatal pada kasus preeklampsia/eklampsia.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Preeklampsia/Eklampsia
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau
koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Biasanya ibu yang terkena
penyakit ini mengeluh sakit kepala hebat, pandangan kabur dan nyeri ulu hati.
2.2 Etiologi Preeklampsia/Eklampsia
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”. Namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan.
Teori yang sekarang ini dipakai sebagai penyebab Preeklampsi adalah
teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal
yang berkaitan dengan penyakit ini. Rupanya tidak hanya satu faktor yang
menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang
ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
Teori-teori yang ada meliputi :
a. Iskemia plasenta.
Salah satu dampak dari iskemia plasenta adalah penurunan produksi
vasodilatator prostaglandin, khususnya prostasiklin yang merupakan mediator
vasodilatator dan penghambat agresi trombosit yang penting.
b. Reaksi imunologi terhadap pembuluh darah plasenta.
Penolakan immunologis terhadap jaringan trofoblas menyebabkan terjadinya
vasikulitis, selain iskemia plasenta, akibatnya terjadi penurunan perfungsi
plasenta sehingga terjadi hipoksia.
c. Kekurangan produksi prostaglandin E.
Kekurangan produksi prostaglandin E oleh plasenta yang mengakibatkan
peningkatan sensitivitas terhadap efek-efek hipertensif renin dan angiotensin.
3
d. Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC)
Yang secara pasti terjadi pada eklamsi akibat zat dengan aktivitas
tromboplastik yang dilepaskan oleh plasma.
2.3 Patofisiologi Preeklampsia/Eklampsia
a. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrim menjadi arteri arkuata memberi cabang arteria radialis.
Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri tersebut
memberi cabang arteri spiralis.
Pada kehamilan normal terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri
spiralis yang menimbulkan dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distansi dan dilatasi. Distansi dan
dilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi pembuluh darah, dan peningkatan aliran darah uteroplasenta.
Proses ini dinamakan “remodelling arteri spiralis”
Pada preeklampsia/eklampsia terjadi kegagalan proses remodelling arteri
spiralis sehingga tidak terjadi distansi dan dilatasi arteri spiralis. Hal tersebut
menyebabkan menurunnya aliran darah utero plasenta sehingga terjadi hipoksia
dan iskemia pada jaringan plasenta.
b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
Plasenta yang mengalami hipoksia dan iskemia akan menghasilkan radikal
bebas, salah satunya radikal hidroksil yang sangat toksis terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Oleh karena itu, preeklampsia dan eklampsia sering
disebut toxaemia gravidarum. Kemudian radikal hidroksil adkan merusak
membran sel yang mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak ini akan mengalir ke seluruh tubuh dan dapat merusak sel
endotel sehingga akan terjadi:
4
gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel
adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin
(PGE2): suatu vasodilatator kuat
agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agregasi sel trombosit akan menutup di tempat-tempat di lapisan endotel
yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit ini akan memproduksi
tromboksan (TXA2) suatu vasokonstriktor kuat
perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus
peningkatan permeabilitas kapiler
peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin.
peningkatan faktor koagulasi
c. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin
Pada perempuan hamil normal, respon normal tidak menolak hasil
konsepsi yang bersifat asing. Hal ini dikarenakan adanya human leukocyte
antigen protein G (HLA-G). HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas
janin dari lisis oleh sel natural killer (NK). Jika HLA-G di plasenta berkurang
maka invasi trofoblas pada arteri spiralis akan terhambat sehingga terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis
d. Teori Adaptasi Kardiovaskular
Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter (tidak peka) terhadap
bahan vasopressor. Namun pada preeklampsia-eklampsia terjadi peningkatan
kepekaan pembuluh darah terhadap vasopressor sehingga cenderung
vasokonstriksi dan tekanan darah meningkat
e. Teori Genetik
Ibu yang mengalami pre-eklampsia, besar kemungkinan anak
perempuannya mengalami hal yang sama saat kehamilan
f. Teori Defisiensi Gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensi gizi berperan
dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian menyebutkan bahwa
minyak ikan yang mengandung asam lemak esensial dapat menghambat
terjadinya tromboksan yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.
5
Penelitian juga menyebutkan bahwa wanita yang mengalami defisiensi kalsium
akan mudah terkena preeklampsia
g. Teori Stimulus Inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam
sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada
kehamilan normal, produksi debris trofoblas dalam batas wajar dan inflamasi juga
dalam batas normal. Namun, apabila terjadi apoptosis maupun nekosis pada
plasenta, debris trofoblas akan meningkat dan lebih banyak menyebabkan
inflamasi.
Respon dari reaksi inflamasi akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar sehingga terjadi reaksi sistermik yang
menimbulakn gejala preeklampsia pada ibu
2.4 Klasfikasi dan Diagnosis Preeklampsia/Eklampsia
Pre-eklamsia digolongkan ke dalam pre-eklampsia ringan dan pre-
eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Preeklampsia Ringan
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
Hipertensi: sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg
dan kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria
preeklampsia
Proteinuri : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik
Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka, dan perut, edema generalisata.
b. Preeklampsia Berat
Diagnosis preeklampsia berat ditegakkan apabila ditemukan satu atau
lebih gejala sebagai berikut:
Hipertensi : sistolik/diastolik ≥160/110 mmHg. Kenaikan tekanan
darah tidak mengalami penurunan meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring
Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif
6
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kananatas abdomen
Edema paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat < 100.000 sel/m3
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin
dan asparate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
Sindrom HELLP (Hemolysis, ELevated Liver Enzime, Low Platelets count)
c. Eklampsia
Diagnosis eklampsia harus dikesampingkan keadaan-keadaan lain dengan
kejang dan coma seperti uraemi, keracuanan, epilepsi, hysteri, enchephalitis,
meningitis, tumor otak dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnosa eklampsia lebih
dari 24 jam postpartum harus dicurigai.\
2.5 Prognosis Preeklampsia/Eklampsia
a. Preeklampsi
Prognosis tergantung pada terjadinya eklampsia. Di negara-negara
yang sudah maju kematian karena preeklampsia ± 0.5%. tetapi jika
eklampsi terjadi maka prognosa menjadi kurang baik; kematian eklampsi
adalah ± 5%
Prognosa untuk anak juga berkurang tetapi bergantung pada
saatnya preeklampsia menjelma dan pada beratnya preeklampsia.
Kematian perinatal ± 20%. Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh
prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan
hipertensi yang tetap terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau
dengan perkataan lain kalau gejala-gejala preeklampsia timbul dini.
7
Sebaliknya ahli lain menganggap bahwa penderita dengan
hipertensi yang tetap sesudah persalinan sudah menderita hipertensi
sebelum hamil.
b. Eklampsi
Eklampsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka
prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak.
Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa bagi
multipara lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur
melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah
sakit.
Jaga diuresis dapat dipegang untuk prognosa: jika diuresis lebih
dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik.
Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala-gejala lain memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah:
1. Coma yang lama
2. Nadi iatas 120
3. Suhu diatas 39⁰C
4. Tekanan darah diatas 200 mmHg
5. Lebih dari 10 serangan
6. Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
7. Tidak adanya oedema
Oedema paru dan apoplexi merupakan keadaan yang biasanya
mendahului kematian
2.6 Penatalaksanaan Preeklampsia/Eklampsia
a. Penanganan Pre eklampsia Ringan
Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan
menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam
keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Jika pre-
eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah,
tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera
terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut,
8
maka persalinan dilakukan sesegera mungkin. Pada Pre eklampsia ringan
penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan memberikan sedativa ringan,
seperti Valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg
dengan dosis 3 kali sehari. Dengan cara diatas biasanya pre eklamsi ringan jadi
tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih dari
biasa.
Bila gejala masih menetap penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan
janin, kadar estradiol urin, lakukan amnioskopi, dan ultrasonografi, dan
sebagainya. Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus.
a. Penanganan Pre eklampsia Berat
Penderita diusahakan agar:
1. Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2. Dipasang infus glukosa 5%
3. Dilakukan pemeriksaan:
Pemeriksaan umum: pemeriksaan TTV tiap jam
Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30
menit, pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin
dalam rahim)
Pemasangan dower kateter
Evaluasi keseimbangan cairan
Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit
4. Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan
mengakhiri kehamilan berdasarkan:
Kehamilan cukup bulan
Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
Kegagalan pengobatan, kehami lan diakhiri tanpa memandang
umur
Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat.
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk
memutuskan kelanjutan Pre eklampsia menjadi eklampsia.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Pre
eklampsia
1. Pengkajian
Dilakukan pada
Tanggal :
Jam :
Tempat :
No. Reg :
1. Data Subjektif
a. Biodata
Nama
Untuk memanggil, mengenal dan menghindari kekeliruan
Umur
Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , 35 tahun. Umur kurang
dari 19 tahun, uterus belum berkembang dengan sempurna masih terdapat
kekurangan estrogen dan progesterone.Umur lebih dari 35 tahun uterus
sudah terjadi degenerasi, potensial terjadi keguguran. Hormone estrogen
dan progesterone sudah mulai menurun.
Agama
Untuk mengetahui kepercayaan ibu pada saat memberikan asuhan atau
bimbingan doa pada saat menghadapi komplikasi atau kegawatan.
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat konseling
Pekerjaan
Pekerjaan suami untuk mengetahui status ekonomi, sedang pekerjaan ibu
untuk mengkaji aktivitas ibu sehari-hari yang mungkin berpengaruh
terhadap proses persalinan dan kualitas hasil konsepsi.
Alamat
Untuk mengetahui alamat ibu jika sewaktu-waktu ada masalah, bisa
langsung menghubungi keluarga di rumah.
10
b. Alasan datang
Alasan ibu datang ke BPS/RS/Puskesmas, ingin memeriksakan kondisi
kehamilannya, atau karena adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh
ibu.
c. Keluhan Utama
Adanya bengkak pada kaki, tangan dan wajah yang tidak hilang walaupun
sudah istirahat dengan kaki ditinggikan.
Pusing dan pandangan berkunang-kunang muncul secara mendadak. Serta
nyeri pada ulu hati
merasa kenceng- kenceng sejak jam……., ketuban sudah pecah atau
belum. Yang merupakan tanda akan dimulainya persalinan
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit kronis seperti hipertensi dapat menjadi factor resiko munculnya
Preeklampsi pada kehamilan lanjut.
e. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit hipertensi yang diderita ibu pada saat ini bisa menjadi factor
resiko terjadinya Preeklampsi pada kehamilan
f. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit hipertensi pada keluarga terutama dari garis keturunan
ibu dapat menjadi factor resiko terjadinya hipertensi. Adanya riwayat
kembar dalam keluarga juga dapat meningkatkan fakto resiko, karena
gemeli menyebabkan plasenta tumbuh lebih besar daripada kehamilan
normal.
g. Riwayat haid
Amenorhoe dan HPHT menentukan diagnosa apakah UK sesuai untuk
diagnose eklampsi. Factor resiko eklampsi meningkat dengan semakin
tuanya kehamilan. Biasanya terjadi pada UK lebih dari 20 minggu.
h. Riwayat perkawinan.
Ibu yang hamil di luar nikah dapat menimbulkan tekanan psikologis.
i. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan : Kehamilan sebelumnya menderita eklampsi merupakan
factor predesposisi terjadinya eklampsi pada kehamilan berikutnya.
11
Persalinan : Kejadian eklampsi pada persalinan juga meningkatkan
factor resiko
Nifas : Pada masa nifas yang lalu apakah terjadi komplikasi
eklampsi
j. Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan utama untuk Preeklampsi adalah :
1. adanya bengkak pada kaki, tangan dan wajah yang tidak hilang
walaupun sudah istirahat dengan kaki ditinggikan
2. Pusing dan pandangan berkunang- kunang yang muncul secara
mendadak.
3. Serta nyeri pada ulu hati. .
Keteraturan ANC
merupakan sarana deteksi dini adanya komplikasi dan mempercepat
rujukan. Apakah ibu masih merasakan gerakan janin atau tidak, karena
komplikasi dari Preeklampsi adalah adanya gawat janin.
k. Riwayat KB
Ibu yang sebelumnya mengikuti metode kontrasepsi hormonal dan
mengalami efek samping
berupa hipertensi. Juga berpotensi mengalami kenaikan tekanan darah pada
kehamiilan yang
bisa berkembang menjadi pre eklampsia.
l. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : Ibu yang mengkonsumsi garam berlebih
meningkatkan factor terjadinya hipertensi
Eliminasi : Pada pre eklampsia atau eklampsi kadang terjadi
oliguri
Aktivitas : Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan darah.
Istirahat : Ibu hamil yang waktu istirahatnya tidak adequate
juga menyebabkan terjadinya peningakatan tekanan darah.
12
Kebiasaan : Untuk melihat kebiasaan ibu yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsi / eklampsi. Seperti
merokok yang dapat menimbulkan hipertensi.
m. Keadaan psikososial, sosbud
Psikososial : Keadaan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan,
stress berat pada ibu hamil dapat meningkatkan tekanan darah.
Sosial budaya : Hubungan yang buruk antara ibu dan suami serta
keluarga potensial menyebabkan tekanan mental pada ibu hamil.
n. Latar belakang budaya
Penghargaan yang tinggi pada ibu yang sedang hamil melalui
upaya–upaya ada meningkatan motivasi dan penerimaan ibu
terhadap kehamilannya. Kedekatan ibu hamil dengan tenaga
kesehatan memudahkan komunikasi antara keduanya.
o. Data Spiritual
Kecemasan ibu yang sedang mengalami eklampsi dapat diselesaikan dengan cara
mendalami agama.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum dan TTV
Keadaan umum : KU pada ibu preeklamsi cenderung lemah
Kesadaran : Composmentis, apatis, letargi, somnolen ibu yang
menunjukkan apatis merupakan tanda awal kejang.
TD :
TD ≤ 140/90 mmHg merupakan tanda terjadinya
PER
TD ≥ 140/90 mmHg merupakan tanda
terjadinyaPEB
Nadi : Pada PE terjadi peningkatan nadi
RR : Terjadi peningkatan untuk memenuhi suplai
oksigen karena terjadi vasospasme
BB : Peningakatan lebih dari 9-13,5 kg selama
kehamilan bisa menyebabkan terjadinya pre
eklampsi atau kenaikan 1,5 kg / seminggu
13
b. Pemeriksaan khusus
* Inspeksi
Muka : Oedem yang terjadi pada muka merupakan gejala
adanya pre eklampsi akibat adanya darah tinggi
Mata : Penglihatan kabur merupakan tanda terjadinya
PEB
Hidung : Pernafasan cuping hidung menandakan adanya
gangguan nafas pada ibu
Mulut : Bibir sianosis menandakan adanya penyakit
jantung
Leher : Pembendungan vena jugularis menandakan
penyakit jantung, pembesaran kelenjar tyroid menunjukkan adanya
penyakit paru berat.
Perut : Pembesaran uterus lebih besar dari UK merupakan
tanda adanya gemelli, hidramnion ataupun mola hidatidosa.
* Palpasi
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tyroid merupakan
tanda dari hypothyroid. Teraba pembendungan vena jugularis
merupakan tanda penyakit jantung.
Perut
Leopold I : TFU 3 jari di bawah Px, teraba bokong
Leopold II : Puki, bagian kecil janin teraba di sebelah
kanan
Leopold III : Teraba kepala, belum / sudah masuk PAP
Leopold IV : Convergen, sejajar atau divergen
Ekstermitas : Oedem menunjukkan adanya gejala pre
eklampsi
* Auskultasi
DJJ terdengar ireguler / regular, frekuensi 120-160 x/menit, terdengar di
atas / dibawah pusat.
* Perkusi
Reflek patella +/+ Pada eklampsi terjadi hiperrefleksia
14
* Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : Terdapat tanda-tanda persalinan (show /
ketuban) atau tidak
Pembukaan : 4-10 cm
Effasement : 25-100%
Ketuban : Utuh/tidak
Bagian terdahulu : Kepala
Sekitar bagian terdahulu : Apakah ada bagian kecil janin disekitar
bagian terendah
* Pemeriksaan Penunjang
Proteinuria (+) / lebih merupakan tanda pre eklampsi
3. Analisa Data
Dx : G….P…Ab. UK…Minggu, aterm, tunggal/ganda, hidup,
intrauterin/ekstra dengan pre eklampsi
4. Penatalaksanaan
Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih), pertimbangkan terminasi
kehamilan
• Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5IU dalam 500ml
dekstrose IV 10 tetes/ mnt atau dengan prostaglandin
• Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter foley atau terminasi dengan seksio sesarea.
Penatalaksanaan Asuhan Ibu dengan preeklmasi berat
1. Segera istirahat bareng selam 0,5-1 jam
Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernapasan, DJJ dan diuresis
2. Berikan Infus terapi anti kejang misalnya MgSO4 dengan catatan
refleks patela harus positif, pernapasan >16x/menit serta diuresis baik
sesuai instruksi dokter
3. Ambil Contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti HB,
HT,leukosit, LED,ureum,kreatinin, gula darah,eritrosit dan urin
lengkap. Tujuannya untuk menunjang diagnostik dan untuk
mengetahui terjadinya komplikasi pada jaringan vital dalam tubuh.
15
4. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4) tekanan
darah tidak turun, biasanya diberikan antihipertensi parenteral atau oral
sesuai instruksi dokter
5. Bila pasien sudah tenang, dapat dinilai keadaan kehamilan pasien dan
monitor DJJ
6. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan, bila pasien datang dalam
keadaan inpartu sesuai keadaan ,artinya bila syarat partus pervaginam
dipenuhi siapkan partus set,cunam/vakum, set jahit,dll
7. Post partum boleh diberikan uterotonika dan per infus. Nilai kembali
tekanan darah dan nadi.Observasi perdarahan dalam 2 jam pertama
setelah partus
3.2 DOKUMENTASI MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT
Ny. T usia 35 tahun,datang pukul 09.00 WIB.Mengaku hamil 9 bulan,
mengeluh sakit kepala
dan nyeri ulu hati.
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 31-01-2015 Jam : 09.00 WIB
Tempat : RSUD Blitar
No. Reg : 0026437
SOAP KALA I
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny.T Nama Suami : Tn. K
Umur : 35 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Penghasilan : Rp. 1.000.000 Penghasilan : Rp 2.500.000
Pekerjaan : Guru SD Pekerjaan : Wirausaha
16
Alamat : Pasir gombong, Blitar
2. Alasan Datang
Ibu ingin memeriksakan kondisinya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan pusing dan pandangannya berkunang-kunang serta nyeri
ulu hati. Ibu merasa mules sejak pukul 05.00 WIB dan Keluar lendir darah
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit darah tinggi namun tidak
pernah menderita penyakit jantung ataupun penyakit kronis lainnya.
5. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sering pusing selama kehamilan ini dan tekanan darahnya
naik
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan pada keluarga terutama dari garis keturunan ibu,ada yang
memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Tidak ada riwayat kembar dari
pihak keluarga suami maupun ibu
7. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 07-05-2014
HPL : 14-02-2015
8. Riwayat perkawinan.
Menikah : 1x
Usia menikah : 23 tahun
Lama pernikahan : 12 tahun
9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ha
mil
Ke
-
Persalinan Nifas
Tgl
Lhir
UK Jenis
Persalin
an
Penol
ong
Komplik
asi
Jenis
kelamin
BB
lahir
Laktasi Komp
likasi
Ibu B
ay
17
i
1. 1-3-
200
4
40
Mg
SC Dokte
r
- - Laki-
laki
3500 6 bln
Tanpa
keluha
n
Tidak
ada
2. 16-
4-
200
7
36
Mg
Spontan
Pervagi
nam
bidan - - Peremp
uan
3000 6 b
u
l
a
n
10. Riwayat Kehamilan sekarang
ANC 7x di Bidan
Imunisasi TT : lengkap
Pusing dan berkunang kunang pada awal TM III, berkurang setelah diberi
obat dari bidan tetapi kembali pusing saat menjelang persalinan
11. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sudah 8 tahun menggunakan KB IUD dan segera hamil
setelah pelepasan.
12. Pola Kebiasaan
- Makan terakhir tanggal 31-01-2015 jam 07.00 WIB
Jenis : nasi, sayur, lauk,
- Minum terakhir tanggal 31-1-2015 jam 08.00 WIB
Jenis : Susu ibu hamil
- BAB terakhir tanggal 30-1-2015 jam 17.00 WIB
- BAK terakhir tanggal 31-01-2015 jam 08.15 WIB
- Istirahat Tidur dalam satu hari terakhir ibu merasa kurang karena
sebentar-sebentar terbangun karena sering merasa pusing dan kenceng-
kenceng
13.Riwayat Biopsikososial
Ibu mengatakan siap dalam menghadapi persalinan. Ibu mengatakan
suaminya mau mendampingi selama ibu menjalani proses persalinan.
18
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : Cukup
c. Status Emosional : Stabil
d. TTV
Tekanan Darah :140/90 mmHg
Suhu : 37ºC
Nadi : 92 X/menit
Respirasi : 20 X/menit
e. BB sebelum hamil : 50 Kg
f. Setelah hamil : 60 Kg
g. LILA : 26 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : Oedem
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Mulut : Bibir merah muda
Perut : Terdapat luka bekas SC
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak
ada pembendungan vena jugularis
Perut :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px(30cm)Teraba bulat, lunak, tidak
melenting( bokong )
Leopold II : Lateral kanan teraba keras,panjang seperti papan
(punggung). Lateral kiri teraba bagian kecil janin(ektremitas).
Leopold III : Teraba bulat, keras,tidak melenting(kepala).
Leopold IV : Divergen bagian terendah janin masuk 3/5 bagian
TBJ : (30– 11 ) x 155x 1 gram = 2945
Ekstremitas : ada oedemapada ekstremitas bawah.
19
c. Auskultasi · DJJ : Punctum Maximum:3 jari bawah kanan pusat.
Frekuensi : 150 x/ menit teratur, kuat.
d. Perkusi :· Reflek Patela : kanan, kiri positif.
e. Periksa Dalam : Vulva : vagina tidak ada kelainan.
Portio : tebal lunak
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : positif
Presentasi : kepala
Posisi UUK : kanan depan
Penurunan kepala : di Hodge III+
Tidak ada molase
f. Pemeriksaan Laboratorium Kadar Hb : 10,8 gr% .Protein urine : +2
C. Analisa Data
G3 P2 A0 Hamil, 38 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif, dengan PEB Janin
Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala.
Diagnosa Potensial : eklamsi
Kebutuhan` :
1. Pasang infus RL
2. Support mental
3. Atasi hipertensi
4. Pasang O2 dan
4. pasang kateter
Tindakan segera : Kolaborasi dengan dokter SpOG tentang
pemberian infus RL + MgSO4
pantau keadaan umum terutama TD
D. Penatalaksaan
1. Inform consent kepada ibu → Ibu mau menandatanganinya.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
sekarang mengalami pre eklamsi berat dengan,TD 140/90 mmHg, N 92x/
mt, S 37 0 C, R 20x/mt, Umur kehamilan 38 minggu, TBJ 2945gram, DJJ
150 X/menit, Pembukaan 4 cm → Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
20
3. Membaringkan ibu pada posisi sebelah kiri
4. Memberikan O2, 3-5 liter/ menit → oksigen telah terpasang
5. Memasang infus glukosa 5% dan memantau tetesannya →infusan sudah
terpasang
6. Memasang dauer kateter untuk mengetahui diuresis dan untuk menentukan
protein dalam urine secara kuantitatif. →kateter sudah terpasang
7. Melakukan pemantauan pernafasan (> 16x/mt),reflek patella,dan
urine(minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir, untuk syarat pemberian
MgSO4.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp,OG untuk pemberian MgSO4 4
gr larutan 40% ,20 cc perbandingan1:1 (aquades 5 cc + MgSO4 5 cc)
masing masing di bokong kanan dan kiri secara IM. Segera lanjutkan
dengan pemberian MgSO4 4 gr IV sebagai larutan 40% selama 5 menit.
9. Melanjutkan pemberian MgSO4 dosis pemeliharaan 40 % ,2 gr (5 cc) /jam
per infus 20 tetes/menit
10. Menyiapkan antidotum, kalsium glukonas 1 gr (20 ml dalam larutan 10%)
11. Memberikan obat anti hipertensi nifedipin oral (5mg sublingual)
12. Observasi DJJ jika tidak ada his
13. Mempersiapkan ruangan dan alat partus set serta obat-obat uterotonika dan
alat resusitasi bayi
14. Observasi kemajuan persalinan 4 jam kemudian
SOAP KALA II
1. Data Subjektif
Tanggal 31-01-2015
pukul 13.00 WIB
Ibu mengatakan:
· Mules semakin sering dan kuat
· Keluar lendir darah semakin banyak
· Berasa ingin BAB
· Berasa ingin meneran
21
2. Data Objektif
· Keadaan umum : Baik
12. Kesadaran :Cukup
13. Keadaan emosional :Stabil
· DJJ :140x/menit
· His : 5x/10’/>40”
· Terdapat tanda gejala kala II: -Ada dorongan meneran
-Vulva membuka
-Perineum menonjol
-Ada tekanan pada anus
· Kandung kemih kosong
· Periksa dalam :- Vulva vagina tidak ada kelainan
- Portio tidak membuka
- Pembukaan lengkap 10 cm
- Ketuban negative
- Presentasi belakang kepala
- Posisi UUK kanan depan
- Kepala turun di hodge IV
- Tidak ada molase
3. Analisa Data
G3 P2 A0 Hamil 38 Minggu Inpartu Kala II dengan PEB Janin Tunggal
Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala
4.Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
dan janin pada saat ini baik, Pembukaan sudah lengkap, Ketuban belum
pecah → Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan amniotomi dengan cara pada saat his melemah kita torehkan
setengah choker sedikit pada selaput ketuban →Ketuban pecah warna
jernih agak keruh bau amis jumlah ±1000 ml dan tidak ada yang menyertai
3. Menganjurkan ibu untuk meneran jika ada his → Ibu mau melakukannya.
4. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin → Ibu mau melakukannya.
5. Menghadirkan pendamping → Suami mendampingi ibu.
22
6. Menganjurkan ibu untuk minum saat tidak ada his → Ibu mau
melakukannya.
7. Mendekatkan alat partus, obat uterotunika serta alat resusitasi bayi.
8. Observasi DJJ jika tidak ada his.
9. Memimpin persalinan dengan APN → Bayi lahir spontan pukul 13.30
WIB jenis kelamin ♀ tangisan positif, tonus otot baik, warna kulit
kemerahan.
10. Meletakkan bayi di atas perut ibu keringkan kecuali ekstremitas
11. Palpasi uterus ibu untuk mengetahui adanya janin kedua → Tidak ada
janin kedua.
12. Memberitahu ibu dan menyuntikkan oksitosin 10 iu pada 1/3 distal lateral
secara IM → Ibu mau untuk disuntik.
13. Menjepit tali pusat 3- 5 cm dengan 2 klem dan memotong serta mengikat
tali pusat.
14. Melakukan IMD dengan cara meletakkan bayi diantara payudara ibu dan
menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya selama 1 jam → Ibu mau
melakukannya
SOAP KALA III
1. Data Subyektif
Tanggal : 31-01-2015
Pukul : 13.31 WIB
14. Ibu mengatakan Merasa senang dan bersyukur atas kelahiran bayinya.
· Perutnya terasa mules.
· Terasa keluar darah dari jalan lahir
2. Data Obyektif
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran : Cukup
- Keadaan Emosional : Stabil
· TFU : Setinggi pusat
- Kontraksi : Kuat ,baik.
23
- Kandung kemih : Kosong
-Perdarahan : ±200 ml
- Plasenta belum lahir.
-Uterus globuler, -Tali pusat bertambah panjang,Ada semburan darah
secara tiba- tiba.
3. Analisa Data
P3Ao Inpartu Kala III
4. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa plasenta belum
lahir → Ibu telah mengetahuinya.
2. Melihat adanya tanda pelepasan plasenta.
3. Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali → Setelah tampak 2/3
bagian di depan vulva tangan kiri menyangga plasenta tangan kanan
mimilin ke satu arah sampai plasenta dan selaput lahir seluruhnya
→Plasenta lahir spontan pukul 13.45WIB.
4. Melakukan massase uterus pada fundus uterus selama 15 detik 15 kali
secara sirkuler → Kontraksi kuat bagus.
5. Mengajarkan ibu dan kelurga untuk massase uterus jika kontraksi
keras seperti batu berarti bagus jika lembek laporkan ke Bidan → Ibu
mau melakukannya.
6. Mengidentifikasi plasenta
-Sisi Maternal : Kotiledon lengkap, tidak ada anak plasenta, warna
segar tidak ada Pengapuran,diameter 20 cm, tebal 2,5 cm, selaput
korion lengkap.
-Sisi Fetal : Insersi tali pusat sentralis, panjang 50 cm, selaput
amnion lengkap, warna tali pusat segar. → Plasenta lengkap.
7. Observasi dan estimasi perdarahan.
SOAP KALA IV
1. Data Subyektif
Tanggal : 31-01-2015
Pukul :13.50 WIB
24
Ibu mengatakan :
· Senang dengan kelahiran bayinya.
· Mengatakan lelah dan capek
· Mengatakan masih mules
2. Data Obyektif
- Keadaan Umum : Baik
- Keadaan Emosional : Stabil
- Kesadaran : Composmentis
· Tekanan Darah : 130/90 mmHg
· Suhu : 37ºC
· Nadi : 90 x/menit
· Respirasi : 18 x/menit
· TFU : 3 jari di bawah pusat.
· Kontraksi : Kuat.
· Kandung kemih : Kosong
· Perdarahan : ±80 ml
· Laserasi : Tidak ada laserasi
3. Analisa Data
. P3A0 Inpartu kala IV
4. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaannya pada
saat ini baik dan tidak ada robekan jalan lahir→ Ibu telah mengetahui
hasil pemeriksaan.
2. Merapikan alat partus bekas pakai
3. Membersihkan badan ibu dan merapikannya → Badan ibu telah bersih
dan rapi.·
4. Mendekontaminasi alat dengan air klorin 0,5 % selama 10 menit
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum → Ibu mau
melakukannya.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat → Ibu mau melakukannya.
7. Menganjurkan ibu untuk BAB dan BAK bila terasa → Ibu mau
melakukannya.
25
8. Melakukan observasi selama 2 jam dimana 1 jam pertama dilakukan
setiap 15 menit 1 jam kedua setiap 30 menit untuk mengetahui
tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi, TFU, kandung kemih dan
perdarahan → Ibu bersedia dilakukan observasi tersebut.
9. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam → Ibu mau
melakukannya.
10. Melakukan pendokumentasian dan melengkapi partograf
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau
koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi.
Etiologi preeklampsia/eklampsia belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan sehingga disebut “penyakit teori”. Teori-teori
tentang penyebab terjadinya preeklampsia/eklampsia meliputi :
1. Iskemia plasenta
2. Reaksi imunologi terhadap pembuluh darah plasenta.
3. Kekurangan produksi prostaglandin E oleh plasenta
4. Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC)
Sedangkan untuk patofisiologi preeklampsia/eklampsia juga
menggunakan beberapa teori terkait, antara lain :
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
3. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin
4. Teori Adaptasi Kardiovaskular
5. Teori Genetik
6. Teori Defisiensi Gizi
7. Teori Stimulus Inflamasi
Klasifikasi dan diagnosis preeklampsia/eklampsia, yaitu :
1. Preeklampsia Ringan
- Hipertensi : sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg.
- Proteinuri : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstick
- Edema : edema pada lengan, muka, dan perut, edema generalisata.
27
2. Preeklampsia Berat
- Hipertensi : sistolik/diastolik ≥160/110 mmHg. Kenaikan
tekanan darah tidak mengalami penurunan.
- Proteinuria : lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan
kualitati
- Oliguria( produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam )
- Kenaikan kadar kreatinin plasma
- Gangguan visus serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
pandangan kabur
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kananatas abdomen
- Edema paru dan sianosis
- Hemolisis mikroangiopatik
- Trombositopenia berat < 100.000 sel/m3
- Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan asparate aminotransferase
- IUGR dan Sindrom HELLP
3. Eklampsia
Diagnosis eklampsia harus dikesampingkan keadaan-keadaan lain dengan
kejang dan coma seperti uraemi, keracuanan, epilepsi, hysteri,
enchephalitis, meningitis, tumor otak dan atrofi kuning akut dari hati.
Prognosis Preeklampsia/Eklampsia, yaitu :
1. Preeklampsi
Prognosa untuk anak juga berkurang tetapi bergantung pada saatnya
preeklampsia menjelma dan pada beratnya preeklampsia. Kematian perinatal ini
sangat dipengaruhi oleh prematuritas.
Ada ahli berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hipertensi
yang tetap, sebaliknya ahli lain menganggap bahwa penderita dengan hipertensi
yang tetap sesudah persalinan sudah menderita hipertensi sebelum hamil.
28
2. Eklampsi
Pada kasus eklampsi prognosa juga dipengaruhi oleh paritas (pada
multipara lebih buruk), dipengaruhi oleh umur (umur melebihi 35 tahun) dan
keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Jika diuresis >800 cc dalam 24
jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri
merupakan gejala yang buruk.
Gejala-gejala lain memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah:
Coma yang lama, nadi >120, suhu >39⁰C, tekanan darah >200 mmHg, proteinuria
10 gram sehari atau >, dan oedema paru yang merupakan keadaan yang biasanya
mendahului kematian
Penanganan untuk kasus preeklampsia/eklampsia antara lain :
1. Penanganan preeklampsia ringan
- penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus
memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari.
- pemberian sedativa ringan, seperti Valium tablet 5 mg 3x1 atau
fenobarbital tablet 30 mg 3x1.
- bila gejala masih menetap penderita tetap dirawat inap.
- monitor keadaan janin, kadar estradiol urin, lakukan amnioskopi, dan
ultrasonografi.
- Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus.
2. Penanganan preeklampsia berat
- Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
- Dipasang infus glukosa 5%
- Dilakukan pemeriksaan : pemeriksaan TTV tiap jam, pemeriksaan DJJ
tiap 30 menit, VT (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim)
- Pemasangan dower kateter
- Evaluasi keseimbangan cairan
- Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit
- Setelah preeklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan
mengakhiri kehamilan.
29
4.2 Saran
Untuk pembaca terutama masyarakat Ibu-Ibu diharapkan untuk lebih rajin
melakukan pemeriksaan Ante Natal Care hingga pemeriksaan Post Partum yang
teratur,sehingga risiko preeklampsia dan eklampsia pada Ibu hamil dapat
ditangani sedini mungkin.
Untuk mahasiswa diharapkan lebih berusaha untuk mempelajari dan
memahami terkait preeklampsia dan eklampsia sebagai bekal dan bermanfaat
nantinya apabila sudah terjun di lapangan dalam mengetahui tatalaksana kasus
terserbut.
Untuk institusi dapat meningkatkan metode pembelajaran sehingga
mahasiswa dapat lebih kompeten nantinya dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat untuk membantu menurunkan angka kematian Ibu maupun angka
kematian Bayi berkenaan dengan masalah preeklampsia dan eklampsia.
30