Upload
putri-yuli-syidiqah
View
234
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tinjauan tk
Citation preview
BAB II
DASAR TEORI
Destilasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didih dalam
campuran cairan yang mendidih :
1. Komponen ringan yang menguap pertama sekali (produk atas) – disebut Distillate
2. Komponen berat yang menjadi produk bawah – disebut Bottom
Crude oil yang diproduksi dari lapangan adalah suatu campuran hidrokarbon kompleks yang
terdiri dari metane sampai dengan asphalt, dengan berbagai macam komposisi paraffin,
naphtene dan aromatis.Tujuan utama dari destilasi minyak adalah untuk memisahkan crude
oil menjadi hidrokarbon ringan (C1–C4), naphtha/gasoline, kerosene, diesel, dan atmosferik
residu (long residu). Beberapa jenis produk dapat langsung dijual, sedangkan produk yang
lain memerlukan proses lebih lanjut pada unit secondary process agar dapat dipasarkan.
Tahapan awal proses di kilang, setelah garam dihilangkan dari crude, yaitu pemisahan
minyak dalam beberapa fraksi dengan proses destilasi. Destilasi dilakukan pada tekanan
atmosferik.
Berdasarkan tekanan yang digunakan untuk mencapai kondisi operasi yang
diinginkan, kita membagi destilasi menjadi 3 jenis, yaitu destilasi Atmosferik, Vacuum, dan
destilasi Bertekanan. Destilasi Atmosferik menggunakan tekanan pada kolom destilasi
sebesar 0.8 – 1.0 kg/cm2g. Di kilang, biasanya disebut Main Fractionation CDU – Crude
Distilling Unit, dimana feednya adalah Crude Oil. Untuk destilasi Vacuum, digunakan untuk
tekanan dibawah atmosferik (20 – 80 mmHg.abs). Untuk jenis ini, disebut High Vacuum
Unit, dimana feednya adalah Long Residu. Sedangkan destilasi Bertekanan tekanan
digunakan diatas kondisi atmosferik, kira-kira > 2 kg/cm2g, kadang pada 10 – 25 kg/cm2g.
Jenis feednya biasanya gas atau cairan dengan karakteristik tertentu.
Berdasarkan metode produksi, destilasi dapat dibagi menjadi destilasi Batch dan
destilasi Continous. Produksi dari destilasi Batch tidak kontinyu dan kapasitasnya kecil.
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Gambar 2.1 Destilasi Batch
Pada destilasi batch, komposisi bahan baku, kandungan uap destilasi dan destilat berubah
selama proses destilasi. Proses destilasi disupply dengan campuran feed yg tetap, dimana
kemudian dipisahkan menjadi fraksi-fraksi komponen yang dikumpulkan dari titik didih
tertinggi hingga titik didih terendah, dengan bottom (fraksi yang titik didihnya rendah)
dihilangkan di akhir proses. Destilasi kemudian diulangi kembali dengan proses yang sama.
Pada destilasi Continuous, produk akan ditarik dari kolom destilasi secara kontinyu
(feed juga disupply secara kontinyu). Pada destilasi kontinyu, bahan baku, uap-uap dan
distilate akan dijaga pada komposisi konstan secara hati-hati dan fraksi-fraksinya dihilangkan
dari uap dan cairan di sistem. Hasil yang lebih baik akan diperoleh dengan pengaturan proses
pemisahan.
Gambar 2.2 Destilasi Continuous
4
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Aplikasi dari destilasi Continuous :
Skala Laboratorium
Destilasi Industri
Destilasi Tumbuhan untuk parfum dan obat-obatan (herbal distillate)
Proses Pembuatan Makanan
Jenis Proses Distilasi
Menurut perbedaan volatilitas komponen yang dipisahkan, distilasi dapat dibagi
menjadi distilasi Flash dan distilasi dengan Refluks. Distilasi Flash, yaitu pemisahan
komponen yang memiliki rentang perbedaan titik didih yang besar sehingga mudah dilakukan
pemisahan. Distilasi ini biasa dilakukan tanpa refluks. Sedangkan distilasi dengan Refluks
(Rektifikasi), yaitu pemisahan komponen dimana komponen-komponen yang dipisahkan
memiliki tingkat volatilitas yang relatif sama.
Menurut tekanan operasinya, proses distilasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu
distilasi atmosferik (Atmospheric Distilation), yaitu distilasi yang tekanan kerjanya
sebagaimana tekanan atmosferik; distilasi bertekanan (Pressure Distilation), yaitu distilasi
yang tekanan kerjanya diatas tekanan atmosfer; dan distilasi hampa (Vacuum Distilation),
yaitu distilasi yang tekanan kerjanya dibawah tekanan atmosfer.
Distilasi bertekanan banyak diterapkan dalam pemisahan komponen yang sangat
ringan pada tekanan atmosfer, suhu operasi harus jauh di bawah suhu atmosfer dan hal ini
tidak mungkin dapat dilakukan dengan mudah. Cara ini biasanya digunakan untuk
memisahkan campuran antara methane, ethane, propane, propylene, dan buthane.
Distilasi hampa (Vacuum Distilation), yaitu distilasi yang tekanan kerjanya dibawah
tekanan atmosfer. Pada kolom destilasi atmosferik, flash zone temperatur max. agar tidak
terjadi cracking adalah 700‐800⁰F (371-426⁰C). Atmosferik residu, biasanya disebut dengan
produk bottom (long residu), mengandung volume minyak yang dapat didestilasi yang cukup
besar yang dapat diperoleh dengan destilasi vacuum pada flash zone temp. max. yang
diizinkan. Cut point TBP antara vacuum gas oil (VGO) dan vacuum residu diperkirakan
1075‐1125⁰F (579-607 ⁰C). Cut point ini biasanya dioptimalkan, tergantung pada target dari
destilasi vacuum, menjadi asphalt dan pitch. Berdasarkan desainnya, tekanan operasi di unit
vacuum akan berbeda, tetapi normal operasinya akan beroperasi dibawah tekanan atmosferik.
Destilasi vacuum dapat memperbaiki pemisahan dengan mencegah degradasi produk atau
pembentukan polimer karena tekanan dikurangi dengan temperatur bottom kolom;
5
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
mengurangi degradasi produk atau pembentukan polimer karena waktu tinggal rata-rata
berkurang terutama di kolom dengan menggunakan packing dibandingkan tray;
meningkatkan kapasitas, yield dan purity (kemurnian).
Destilasi vacuum memiliki beberapa keuntungan :
a. Campuran titik didih yang berdekatan membutuhkan banyak stage kesetimbangan
untuk memisahkan komponen kunci. Jadi untuk mengurangi jumlah stage diperlukan
pemanfaatan destilasi vacuum. Kolom destilasi vacuum yang biasanya digunakan
kilang minyak memiliki diameter ± 14 meter, tinggi ± 50 meter (164 ft), dan kapasitas
± 160 MBCD.
b. Destilasi vacuum meningkatkan volatility relatif dari komponen kunci untuk banyak
aplikasi. Volatility relatif yang tinggi, lebih mudah dipisahkan menjadi 2 komponen.
c. Stage yang lebih sedikit pada kolom destilasi efek pemisahannya akan sama antara
produk overhead dan bottom. Tekanan rendah akan meningkatkan volatility relatif
pada kebanyakan sistem.
d. Keuntungan berikutnya dari destilasi vacuum adalah berkurangnya kebutuhan
temperatur pada tekanan rendah. Untuk banyak sistem, produk terdegradasi atau
terpolimerisasi pada kenaikan temperatur.
e. Keuntungan yang lain dari destilasi vacuum adalah berkurangnya capital cost, tetapi
sedikit meningkat di biaya operasi. Penggunaan destilasi vacuum dapat mengurangi
tinggi, diameter kolom, dan capital cost dari kolom destilasi
6
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Gambar 2.3 Destilasi Vacuum
Proses Kerja Distilasi
Syarat dasar dari pemisahan suatu komponen larutan dengan distilasi ialah komposisi
uapnya harus berbeda dengan komposisi liquidanya pada saat terjadi kesetimbangan. Pada
kolom distilasi, terjadi proses stripping dimana campuran liquid dikontakkan dengan gas
untuk memindahkan komponen dari fase liquid ke fase gas
Proses stripping melibatkan kontak diantara aliran fase liquid dan uap yang
berlawanan, kontak terjadi diantara 2 plate yang diatur pada kolom vertical. Vapor yang
mengalir naik di kolom diperkaya dengan komponen yang lebih volatile, begitu pula liquid
yang menuruni kolom diperkaya dengan komponen yang kurang volatile.
Feed masuk diantara kolom bagian atas dan bawah. Bagian kolom diatas feed masuk
disebut dengan enriching, atau bagian rectifying dan bagian bawah disebut dengan
exhausting, atau bagian stripping.
Feed uap mengalir naik di kolom, feed liquid menuruni kolom. Liquid dibutuhkan
untuk pembuatan kontak dengan uap diatas plate feed, dan uap dibutuhkan untuk pembuatan
kontak dengan liquid dibawah plate. Seringkali uap dari atas kolom dikondensasi dalam
7
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
kondenser dengan air pendingin untuk menyediakan liquid kontak, disebut reflux. Begitu
pula liquid pada bagian bawah kolom melalui reboiler, dimana dipanaskan dengan steam atau
media pemanas lain untuk menyediakan uap kontak, yang disebut boilup.
Gambar 2.4 Aliran vapor-liquid dalam kolom tray
Tray
Di dalam kolom dilengkapi dengan tray yang jumlahnya tergantung pada propylene
yang diolah berdasarkan ukuran towernya. Fungsi tray/plate adalah untuk memisahkan zat
agar sempurna.Tray ada 3 macam menurut jenisnya yaitu:
1. Bubble cap trays
Bubble tray memiliki tanjakan atau cerobang yang sesuai tiap lubangnya serta kop
yang membungkus cerobong tersebut. Cap ini adalah kawah sehingga disana ada
tempat antara riser dan cup yang memungkinkan vapor lewat.
2. Valve trays
Pada valve tray proses membagi diselimuti table yang landai. Vapor mengalir ke
atas melewati cap. Hal ini menciptakan daerah aliran sendiri untuk jalan masuk
vapor.
3. Sieve trays
Sieve tray merupakan jenis tray yang paling sederhana dibandingkan jenis tray
yang lain dan lebih murah daripada jenis bubble cap. Pada Sieve tray uap naik ke
atas melalui lubang-lubang pada plate dan terdispersi dalam cairan sepanjang
plate. Cairan mengalir turun ke plate di bawahnya melalui down comer dan weir.
Meskipun sieve tray mempunyai kapasitas yang lebih besar pada kondisi operasi
yang sama dibandingkan dengan bubble cap, namun sieve tray mempunyai satu
kekurangan yang cukup serius pada kecepatan uap yang relatif lebih rendah
dibandingkan pada kondisi operasi normal. Pada sieve tray, aliran uap berfungsi
8
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
mencegah cairan mengalir bebas ke bawah melalui lubang-lubang, tiap plate di
desain mempunyai kecepatan uap minimum yang mencegah terjadinya peristiwa
“dumps” atau “shower” yaitu suatu peristiwa dimana cairan mengalir bebas
mengalir ke bawah melalui lubang-lubang pada plate. (van winkle,hal 494)
(a) (b) (c)
Gambar 2.5 Jenis tray (a) Sieve Tray (b) Valve Tray (c) Bubble Tray
Packed Bed
Dalam proses kimia, packed bed adalah sebuah tabung hampa, pipa, atau vessel
lainnya yang diisi dengan bahan packing. Packing dapat secara acak diisi dengan benda-
benda kecil seperti Raschig Ring atau yang lain itu dapat dirancang khusus. Packed bed juga
dapat mengandung partikel katalis atau adsorben seperti pelet zeolit, karbon aktif granular,
dll.
Tujuan dari packed bed biasanya untuk meningkatkan kontak antara dua fase dalam
proses kimia atau serupa. Packed bed dapat digunakan dalam sebuah reaktor kimia,
sebuah distilasi proses, atau scrubber, dan juga packed bed telah digunakan untuk
menyimpan panas dalam pabrik kimia.
Di dunia industri, packed kolom merupakan tipe packed bed yang digunakan untuk
melakukan proses separasi, misalnya absorpsi, stripping, dan distilasi. Kolom dapat diisi
dengan berbagai macam jenis bahan packing (membentuk random packed column) ataupun
diisi dengan bagian packing yang terstruktur (membentuk stacked packed column). Dalam
kolom, fase liquid cenderung akan membasahi permukaan packing dan fase uap melintasi
permukaan yang dibasahi tersebut, di mana transfer massa terjadi. Material packing dapat
digunakan sebagai pengganti tray untuk meningkatkan pemisahan dalam kolom
distilasi. Packing menawarkan keuntungan dari pressure drop yang lebih rendah di kolom
(jika dibandingkan dengan plates atau tray), jika dioperasikan di bawah tekanan
vakum. Setiap bentuk packing memiliki area permukaan dan ruang kekosongan yang berbeda
antara packing. Kedua faktor ini mempengaruhi kinerja packing.
9
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Perbandingan Refluk
Perbandingan refluk adalah perbandingan laju aliran yang dikembalikan ke puncak
kolom dengan aliran produk atas. Perbandingan refluk (R) berada di antara refluk minimum
dengan refluk total.
Pada refluk total tidak ada produk atas yang diambil sebagai produk, semuanya
dikembalikan lagi ke dalam kolom. Dalam hal ini jumlah tray/plate minimum. Sedangkan
refluk minimum adalah jumlah refluk yang paling sedikit dibutuhkan untuk menghasilkan
produk pada komposisi dan laju alir tertentu. Pada kondisi ini membutuhkan tray tak hingga.
Peningkatan refluk akan menurunkan jumlah tray yang dibutuhkan dengan demikian
capital cost menjadi lebih murah, namun beban condensor dan reboiler menjadi lebih besar
sehingga operasional cost meningkat.
Flooding
Flooding merupakan suatu kondisi batas laju alir fasa uap yang harus dipenuhi.
Flooding dapat terjadi karena adanya cairan berlebih yang ikut terbawa ke tray dibawahnya
atau karena adanya liquid tambahan di downcomer. Laju alir fasa uap yang tinggi dibutuhkan
untuk memperoleh efisiensi tray yang tinggi. Pada umumnya, desain laju alir fasa uap yang
digunakan adalah sekitar 80 – 85 % dari laju alir yang dapat menyebabkan flooding.
Klasifikasi Perpindahan Panas
Mekanisme perpindahan panas terjadi karena beda temperature antara fluida yang satu
dengan fluida yang satu dengan fluida yang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Adapun mekanisme perpindahan panas tersebut diantaranya:
a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas yang melalui suatu benda dengan perpindahan
molekul atau atom tanpa adanya proses pencampuran. Pada kondisi ini perpindahan panas
terjadi akibat kontak langsung antara molekul-molekul didalam medium tanpa adanya
perpindahan molekul secara fisis.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan energi dari bagian fluida yang panas ke bagian yang
dingin dengan pengadukan. Menurut terjadinya, perpindahan panas secara konveksi dapat
dibagi menjadi dua yaitu: konveksi bebas dan konveksi paksa
c. Radiasi
10
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Radiasi adalah perpindahan energi panas melalui ruang oleh gelombang
elektromagnetik. Perambatan gelombang elektromgnetik dapat berlangsung baik dalam ruang
hampa ataupun dalam suatu medium. Jika radiasi berlangsung dalam ruang, maka partikel-
partikel tidak ditransformasikan menjadi panas ataupun bentuk lain dari energy. Tetapi
sebaliknya,bila terdapat zat pada lintasannya maka radiasi akan mengalami transmisi, refleksi
dan absorpsi.
Tujuan Perpindahan Panas
Tujuan perpindahan panas didalami industri proses adalah digunakan untuk
memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature tertentu yang
diharapkan agar sesuai untuk proses selanjutnya seperti pemanasan reaktan, pendinginan
produk ataupun sebaliknya; mengubah keadaan (fasa) fluida; serta penghematan energi
panas.
Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor (APK) banyak digunakan untuk keperluan dalam industri proses.
Alat ini berfungsi untuk memindahkan panas antara dua fluida. Perpindahan panas di sini
dapat diartikan sebagai melepaskan panas dari fluida bertemperatur tinggi ke fluida
bertemperatur rendah. Dilihat dari penggunaan dan fungsinya, diantaranya pemanas (heater),
reboiler, pendingin (cooler), pengembun (condensor), evaporator dan sebagainya.Selain itu
APK merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan panas dari suatu fuida yang
mempunyai suhu yang lebih tinggi kepada fluida lainnya yang mempunyai suhu yang lebih
rendah. Proses perpindahan panas ini dapat terjadi dari fase cair ke fase uap atau sebaliknya.
Proses perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung.
Proses perpindahan panas secara langsung, dimana fluida panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruang
tertentu. Jenis peralatan yang termasuk kedalamnya antara lain: jetcondensate, pesawat
desuperheated pada ketel (wáter injection desuperheater), pesawat deaerator (yaitu antara air
ketel dengan uap yang diinjeksikan).
Proses perpindahan panas secara tidak langsung, dimana fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan
panasnya mempunyai media perantara, seperti pipa, peralatan-peralatan jenis lainnya. Jenis
peralatannya antara lain: kondensat pada turbin uap, pesawat pemanas uap lanjut pada ketel
11
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
(antara uap basah dengan gas asap panas pembakaran), pemanas air pendahuluan pada ketel
(economizer), pemanas udara pembakaran (air preheater).
Suatu alat perpindahan panas dinilai mampu berfungsi dengan baik untuk penggunaan
tertentu, apabila memenuhi dua ketentuan sebagai berikut :
a. Mampu memindahkan panas sesuai dengan kebutuhan proses operasi dalam keadaan
kotor (Fouling factor = Rd). Rd adalah gabungan maksimum terhadap perpindahan
panas yang diperlukan oleh kotoran yang menempel pada bagian permukaan dinding
shell dan tube (yang apabila tidak dibersihkan, setelah maksimum tercapai, panas
yang dialihkan menjadi lebih kecil dari yang diperlukan proses/operasi )
b. Penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing aliran berbeda dalam batas-batas
yang diizinkan/ditentukan, yaitu :
- Untuk aliran uap dan gas : DP tidak melebihi 0,5 – 2,0 psi
- Untuk aliran fluida : DP tidak melebihi 5 – 10 psi
Kedua ketentuan tersebut harus diperhatikan baik dalam melaksanakan evaluasi atau
analisis dari perfomance suatu alat perpindahan panas yang sudah ada maupun dalam
melaksanakan rancangan alat yang baru.
Alat penukar kalor berdasarkan perubahan fase yang terjadi pada alat penukar kalor,
dapat dikelompokkan menjadi 2 antara lain:
1. Alat penukar kalor yang mengakibatkan perubahan fase.
Misalnya : kondensor, evaporator, reboiler, dan lain-lain
Hal-hal yang terjadi pada alat penukar kalor yang mengalami perubahan fase, yaitu:
a. Kondensasi uap didalam kondensor.
Proses kondensasi merupakan lepasnya panas laten uap yang terjadi pada
temperatur yang tetap aliran dan distribusi yang temperatur pada
kondensor dapat diketahui dengan terlebih dahulu mengetahui proses apa
yang terjadi dalam kondensor
b. Penguapan larutan didalam evaporator.
Kalau pada kondensor terjadi perubahan fase uap menjadi cair
(kondensat), maka pada evaporator terjadi sebaliknya. Disini terjadi
perubahan fase cair menjadi fase uap dengan mempergunakan panas media
lain.
2. Alat penukar kalor tanpa perubahan fase.
12
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Alat penukar kalor jenis ini sangat banyak dipergunakan pada industria-industri
kimia khususnya pada industria penyulingan minyak. Pada alat penukar ini, fluida
panas memberikan panas kepada fluida dingin namun kedua jenis fluida tersebut
tidak mengalami fase tetapi akan mengalami penurunan temperatur (fluida panas dan
kenaikan temperatur (fluida dingin).
Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Alat penukar panas (heat exchanger) adalah alat yang digunakan untuk memanfaatkan
panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida lainnya melalui proses yang disebut
proses perpindahan panas (heat transfer). Proses perpindahan panas ini dapat terjadi pada
fase cair secara langsung dimana fluida panas akan tercampur secara langsung denga
menggunakan media perantara.
Di Refinery banyak digunakan heat exchanger, antara lain:
a. Untuk mendinginkan stream proses, misal: cooler, overead condenser
b. Untuk memanfaatkan stream proses, misal: reboiler
c. Untuk menukarkan panas antara hot stream dan cold stream, misal: feed
preheater
Komponen-komponen penyusun heat exchanger ini adalah sebagai berikut:
1. Shell, merupakan bagian tengah alat penukar panas dan merupakan tempat untuk tube
hundle. Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima atau melepaskan
panas.
2. Tube, adalah pipa kecil yang tersusun didalam Shell yang merupakan tempat fluida
yang akan dipanaskan atau didinginkan.
3. Tube sheet, berupa suatu flat yang berbentuk lingkaran yang berfungsi untuk
memegang ujung-ujung tube dan sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell dan tube.
4. Tube side channels and nozzle, berfungsi untuk mengatur aliran fluida di sisi tube.
5. Channel cover, merupakan bagian penutup pada kontruksi heat exchanger yang dapat
dibuka pada saat pembersihan alat.
6. Pass devider, berupa pelat yang dipasang didalam cannel untuk membagi aliran fluida
tube bila diinginkan jumlah tuve pass lebih dari satu.
7. Baffles, berfungsi untuk menahan tuve bundle, untuk menahan getaran pada tube dan
juga untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida yang mengalir diluar tube.
13
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Jenis dan Fungsi Alat Penukar Panas
a. Heat Exchanger
Alat penukar panas ini bertujuan untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida untuk
memanaskan fluida yang lain tanpa perubahan fase, maka akan terjadi dua fungsi
sekaligus, yaitu memanaskan fluida yang dingin dan mendinginkan fluida yang panas
b. Reboiler
Reboiler berfungsi untuk menguapkan kembali hasil bottom (dasar) dengan
menggunakan steam atau media pemanas lain.
c. Cooler
Heat Echanger yang mempertukarkan panas antara suatu fluida dengan air atau udara
tanpa perubahan fase.
d. Condenser
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap hasil pengolahan sebelumnya
dengan menggunakan air pendingin atau fan.
e. Prehater
Heat Echanger yang memanaskan atau menguapkan suatu fluida untuk feed suatu
processing unit dengan steam atau hot process stream lainnya.
f. Evaporator
Evaporator digunakan untuk menguapkan cairan yang ada pada larutan sehingga dari
suatu larutan diperoleh larutan yang pekat.
g. Heater
Bertujuan memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses.
h. Steam generator atau pembangkit uap
Alat penukar kalor ini lebih dikenal dengan nama ketel uap, dimana terjadi
pembentukan uap dalam unit pembangkit.
i. Waste heat boiler
Jenis ini hampir samadengan ketel uap. Perbedaannya terletak pada sumber panas.
Kalau pada ketel uap, sumber panas adalah hasil pembakaran bahan bakar dalam
dapur ketel sedangkan pada waste heat boiler panasnya diperoleh dari pemanfaatan
14
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
gas asap pembakaran (gas buangan) atau dari cairan yang panas diperoleh dari reaksi-
reaksi kimia.
j. Super heater
Alat penukar kalor ini digunakan untuk mengubah uap basah (saturated steam) pada
pembangkit uap menjadi uap kering (super heated steam).
k. Vaporizer
Vaporizer ini sama dengan evaporator. Perbedaanya pada vaporizer dipergunakan
untuk menguapkan cairan pelarut yang bukan air.
l. Ekonomizer
Ekonomizer atau pemanas air pengisi ketel bertujuan untuk menaikkan suhu air
pengisi air masuk ke dalam drum uap.
Deskripsi Proses
2.1 Pendahuluan
Kolom vacuum distilasi berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen
hidrokarbon ringan. Produk atas dari kolom ini berupa LVGO. Sedangkan produk side stream
dan produk bawahnya berupa MVGO, HVGO, yang menjadi umpan di unit RFCCU dan
vacuum residu. Proses pemisahan pada kolom vacuum adalah distilasi bertekanan sekitar 70
mmHg.
Peralatan yang ada pada kolom ini adalah:
1. Kolom distilasi
2. Reboiler
3. Drum Refluks
4. Kondenser
2.2 Deskripsi Proses
Dalam suatu kolom destilasi atmosferik, suhu max. pada flash zone agar tidak terjadi
perengkahan (cracking) adalah 700-800⁰F (371-426⁰C).Atmosferik Residu, biasa dikenal dgn
sebutan Long Residu, mengandung volume minyak yg besar utk dapat di destilasi pada suhu
flash zone tertentu. Cut point TBP antara vacuum gas oil & vacuum residue adalah 1075-
1125⁰F (579-607 ⁰C). Cut point ini dapat dioptimasi dgn proses Destilasi Vacuum.
15
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
Berdasarkan severity operasi di Vacuum Tower, dikenal dua sistem, yaitu : dry system dan
wet system.
1. Dry system à tidak menggunakan steam stripping, tekanan operasi vacuum dapat
cukup rendah (20 – 40 mmHg(abs)) namun separasi tidak terlalu tajam è HVU RU-
II Dumai.
2. Wet system à menggunakan steam stripping, tekanan operasi vacuum dalam kisaran
moderat (60 – 80 mmHg(abs)) dengan separasi VGO yang tajam è HVU RU-III
Plaju.
Gambar 2.6 Diagram Feed System
Deskripsi Feed System
• Long Residu dari CD-II/III/IV ditampung ke Hot Feed Drum (Accu Tank Long Res
Plaju) kemudian dikirim ke Hot Feed Drum/HFD HVU (V-61-001)
• Long Res idu CD-V setelah melewati box cooler di-split sebagian ke tanki sisanya
dikirim ke HFD HVU (V-61-001)
• Sedang Long Residu dari CD VI dapat langsung ditransfer ke HFD HVU atau bila ada
emergency dapat ditransfer ke Tangki Long Res Sungai Gerong (T-200/201/202)
16
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
• Long Residu blending di T-200/201/202 (Cold Feed) ditransfer ke HFD HVU dengan
menggunakan pompa OM SG
• Long Residu yang masuk ke HFD diharapkan mempunyai temperatur 140-145 oC,
dengan tekanan di HFD 0,2 kg/cm² (normal operasi).
Deskripsi Preheat system
• Preheat system merupakan sejumlah exchanger yang dipasang untuk memanaskan
feed inlet Furnace dengan menggunakan hot stream yang membutuhkan pendinginan.
• Di HVU, Exchanger yang termasuk preheat system :
1. E-14-006 A/B à HVGO Exchanger
2. . E-14-003 A/B/C à MVGO Exchanger
3. E-14-010 A à No. 2 Vacuum Residue Exchanger
4. E-14-009 A/B/C/D à No. 1 Vacuum Residue Exchanger
• Dengan adanya preheater diharapkan maka CIT (target 262-270oC) dapat meningkat
sehingga kebutuhan energi untuk mencapai target COT dapat ditekan (optimum).
Selain itu, kebutuhan energi untuk pendinginan dapat ditekan.
Deskripsi Furnace system
• Furnace (Fired Heater) HVU digunakan untuk menaikkan temperatur feed ke Vacuum
Tower sesuai dengan spesifikasi target (360-380 oC).
• Secara design, Furnace HVU dapat memanfaatkan Refinery Fuel Gas dan Fuel Oil.
• Refinery Fuel Gas yang bisa digunakan adalah Off gas HVU dan Burning Line
Sungai Gerong (Dry gas FCCU dan Mixed Gas dari lapangan).
• Secara operasional, monitoring utama performance Furnace adalah konsumsi
Refinery Fuel dan Temperatur Tube Skinnya (max. yang diizinkan 690 oC).
Deskripsi Destilasi Vacuum
• Feed keluaran furnace (COT) langsung dialirkan masuk ke Vacuum Tower (C-14-
001) untuk dipisahkan menjadi: Overhead product (Cond./Non cond. Gas), side
stream (LVGO, MVGO, dan HVGO) dan bottom product (Vacuum residue).
• Pada C-14-001 digunakan reduced pressure operation (tekanan di bawah tekanan
atmosfir) dengan tujuan untuk meningkatkan recovery fraksi Gasoil tanpa harus
menggunakan temperatur yang excessive.
• Normal operasi HVU-II : 60 – 65 mmHg(abs).
17
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
• Untuk mendapatkan kevacuuman pada C-14-001 maka overhead products ditarik oleh
Steam Jet Ejector 3 Stage dan didinginkan oleh parsial kondensor(E-14-013/014/015).
Deskripsi Vacuum Tower
Feed keluaran furnace (COT) langsung dialirkan masuk ke Vacuum Tower untuk
dipisahkan menjadi : Overhead product (Cond./Non cond. Gas), side stream (LVGO, MVGO,
dan HVGO) dan bottom product (Vacuum residue). Pada Vacuum Tower digunakan reduced
pressure operation (tekanan di bawah tekanan atmosfir) dengan tujuan untuk meningkatkan
recovery fraksi Gas Oil tanpa harus menggunakan temperatur yang excessive. Normal operasi
HVU-II : 60 – 65 mmHg(abs). Untuk mendapatkan kevacuuman pada vacuum tower maka
overhead products ditarik oleh Steam Jet Ejector 3 Stage dan didinginkan oleh parsial
kondensor.
• Flash zoneà posisi feed dimasukkan secara tangensial dan terpisah antara bagian uap
dan cairannya.
• Slop wax/Washing Sectionà di atas flash zone dimana terjadi pengambilan Gasoil
untuk direfluks. Selain itu terjadi juga washing agar Metal content (racun katalis) di
feed FCCU menjadi minimum.
• M/HVGO sectionà draw off untuk side stream MVGO & HVGO sebagai feed
FCCU baik secara langsung (Hot M/HVGO) maupun Cold Feed FCCU (Tk-191/192).
• LVGO sectionà draw off LVGO sebagai reflux (didinginkan oleh E-14-001) dan
sebagai produk LVGO (didinginkan oleh E-14-002).
• Vacuum Residu section à Bottom vacuum tower (berbentuk kolom sempit agar
waktu tinggal di sini sesingkat mungkin agar dekomposisi thermal minimum) tempat
draw off Vacuum Residue dan lokasi stripping steam diinjeksikan.
Deskripsi Overhead Section
• Overhead product (Cond/Non Cond. Gas) kemudian ditarik vacuum oleh 3 Stage
Steam Jet Ejector, dimana sebelumnya Ovhd. Products tersebut didinginkan oleh Pre-
condenser E-14-012 A/B/C yang pasang series oleh 3 buah partial condenser E-14-
013/014/015 yang masing-masing terpasang Steam Jet Ejector.
• Design tekanan steam yang digunakan adalah 8 kg/cm2g.
• Non Cond. Gas ex Partial Condenser kemudian dialirkan ke Vessel V-14-002 lalu ke
V-14-003 (water shield) untuk menyerap Cond. Gas. Gas outlet V-14-003 kemudian
menjadi Off gas (Refinery Fuel Gas).
18
Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Palembang
• Sedang Condensat ex Partial Condenser tersebut dimasukkan ke V-14-002 untuk
dipisahkan antara gas dan phase liquid (to sewer).
• Untuk melindungi overhead dan condenser dari korosi (akibat adanya impurities spt.
sulfur, H2S, HCl yang dapat menyebabkan korosi) maka diinjeksikan Amoniak agar
pH condensate minimum 7.
Deskripsi Reflux di Tower
Produk Off Gas setelah diisap oleh ejector digunakan sebagai bahan bakar di Furnace.
Off gas ini tidak dilakukan treatment terlebih dahulu terhadap sulfur content atau sumber
korosi lainnya sehingga sering menyebabkan terjadinya korosi dan endapan pada jalur off gas
ke burner.
• LVGO setelah didinginkan dengan Cooler/Fin-Fan Cooler, sebagian dikembalikan
sebagai refluks (E-14-001) dan sebagian lagi digunakan sebagai produk (E-14-002)
untuk komponen blending produk Diesel (solar) di Plaju.
• MVGO dan HVGO didinginkan dengan memanfaatkan Feed/long residu (E-14-003
A/B/C) sebagai pendingin, sebagian dikembalikan sebagai refluks (E-14-004) dan
sebagian lagi digunakan sebagai Feed unit FCC (E-14-005), dan sisanya MVGO saat
ini dapat dimanfaatkan untuk komponen blending produk Diesel bersama dengan
produk LVGO.
• Vacuum Residu didinginkan (E-14-009/010/011) sebagian dikembalikan sebagai
quenching untuk mempertahankan temperatur bottom kolom, dan sebagian digunakan
sebagai produk untuk komponen blending produk fuel oil. Saat ini telah dilakukan
modifikasi dgn menggunakan vacuum residu sebagai fuel oil di furnace.
19