Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

  • Upload
    marjuni

  • View
    287

  • Download
    16

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    1/74

    ADA AAA EEAAA 

     

    (A A

    )

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    2/74

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    3/74

    menyangkut beberapa hal antara lain (1) kriteria diagnosis harus mencakup semua tahap

    penyakit; (2) sedikit saja perbedaan kadar kreatinin (Cr) serum ternyata mempengaruhi

    prognosis penderita; (3) kriteria diagnosis mengakomodasi penggunaan penanda yang sensitif

    yaitu penurunan urine output (UO) yang seringkali mendahului peningkatan Cr serum;

    (4)penetapan gangguan ginjal berdasarkan kadar Cr serum, UO dan LFG mengingat belum

    adanya penanda biologis (biomarker ) penurunan fungsi ginjal yang mudah dan dapat

    dilakukan di mana saja (Rusli, 2007).

    Klasifikasi Etiologi

    Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis AKI, yakni

    (1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan gangguan pada

    parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%); (2) penyakit yang secara langsung menyebabkan

    gangguan pada parenkim ginjal (AKI renal/intrinsik,~40%); (3) penyakit yang terkait dengan

    obstruksi saluran kemih (AKI pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab AKI sangat

    tergantung dari tempat terjadinya AKI. Salah satu cara klasifikasi etiologi AKI dapat dilihat

    pada Tabel 1.

    Tabel 1. Klasifikasi etiologi AKI (Sinto, 2010)

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    4/74

    AKI Prarenal I. Hipovolemia

    -  Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular

    -  Kerusakan jaringan (pankreatitis), hipoalbuminemia,

    obstruksi

    -  usus

    -  Kehilangan darah

    -  Kehilangan cairan ke luar tubuh

    -  Melalui saluran cerna (muntah, diare, drainase), melalui

    saluran

    kemih (diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik), melalui kulit

    -  (luka bakar)

    II. Penurunan curah jantung

    -  Penyebab miokard: infark, kardiomiopati

    -  Penyebab perikard: tamponade

    -  Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal

    -  Aritmia

    -  Penyebab katup jantung

    III. Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik

    -  Penurunan resistensi vaskular perifer

    -  Sepsis, sindrom hepatorenal, obat dalam dosis berlebihan

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    5/74

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    6/74

    AKI pascarenal I. Obstruksi ureter

    -  Batu, gumpalan darah, papila ginjal, keganasan, kompresi

    eksternal

    II. Obstruksi leher kandung kemih

    -  Kandung kemih neurogenik, hipertrofi prostat, batu,

    keganasan, darah

    III. Obstruksi uretra

    -  Striktur, katup kongenital, fimosis

    Klasifikasi AKI

    ADQI mengeluarkan sistem klasifikasi AKI dengan kriteria RIFLE yang terdiri

    dari 3 kategori (berdasarkan peningkatan kadar Cr serum atau penurunan LFG atau

    kriteria UO) yang menggambarkan beratnya penurunan fungsi ginjal dan 2 kategori yang

    menggambarkan prognosis gangguan ginjal, seperti yang terlihat pada tabel 2. (Rusli,

    2007).

    Tabel 2. Klasifikasi AKI dengan Kriteria RIFLE, ADQI Revisi 2007

    Kategori Peningkatan kadar SCr Penurunan LFG Kriteria UO

     Risk >1,5 kali nilai dasar  >25% nilai dasar 

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    7/74

     Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4

    minggu

     End stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3

    Bulan 

    2.1.2 

    Patofisiologi

    Patofisiologi Aki dapat dibagi menjadi mikrovaskular dan komponen tubular

    seperti yang terdapat didalam gambar (Bonventre, 2008) berikut ini:

    Gambar 1. Patofisiologi AKI (Bonventre, 2008)

    Patofisiologi dari AKI dapat dibagi menjadi komponen mikrovaskular dan tubular,

    bentuk lebih lanjutnya dapat dibagi menjadi proglomerular dan komponen pembuluh medulla

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    8/74

    apoptosis dan nekrosis, obstruksi intratubular, dan kembali terjadi kebocoran filtrate

    glomerulus melalui membrane polos dasar. Sebagai tambahan, sel-sel tubulus menyebabkan

    mediator vasoaktif inflamatori, sehingga mempengaruhi vascular untuk meningkatkan

    kerjasama vascular. Mekanisme positif feedback kemudian terjadi sebagai hasil kerjasama

    vascular untuk menurunkan pengiriman oksigen ke tubulus, sehingga menyebabkan mediator

    vasoaktif inflamatori meningkatkan vasokonstriksi dan interaksi endothelial-leukosit

    (Bonventre, 2008).

    Pendekatan Diagnosis

    1.  Pemeriksaan Klinis

    Petunjuk klinis AKI prarenal antara lain adalah gejala haus, penurunan UO dan

    berat badan dan perlu dicari apakah hal tersebut berkaitan dengan penggunaan OAINS,

    penyekat ACE dan ARB. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda hipotensi

    ortostatik dan takikardia, penurunan  jugular venous  pressure (JVP), penurunan turgor

    kulit, mukosa kering, stigmata penyakit hati kronik dan hipertensi portal, tanda gagal

     jantung dan sepsis. Kemungkinan AKI renal iskemia menjadi tinggi bila upaya pemulihan

    status hemodinamik tidak memperbaiki tanda AKI. Diagnosis AKI renal toksik dikaitkan

    dengan data klinis penggunaan zat-zat nefrotoksik ataupun toksin endogen (misalnya

    mioglobin, hemoglobin, asam urat). Diagnosis AKI renal lainnya perlu dihubungkan

    dengan gejala dan tanda yang menyokong seperti gejala trombosis, glomerulonefritis akut,

    atau hipertensi maligna.

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    9/74

    disfungsi saraf otonom (Sinto, 2010).

    2.  Pemeriksaan Penunjang

    Dari pemeriksaan urinalisis, dapat ditemukan berbagai penanda inflamasi glomerulus,

    tubulus, infeksi saluran kemih, atau uropati kristal. Pada AKI prarenal, sedimen yang

    didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang transparan. AKI pascarenal juga

    menunjukkan gambaran sedimen inaktif, walaupun hematuria dan piuria dapat ditemukan

    pada obstruksi intralumen atau penyakit prostat. AKI renal akan menunjukkan berbagai cast

    yang dapat mengarahkan pada penyebab AKI, antara lain  pigmented   “muddy brown”

    granular cast , cast yang mengandung epitel tubulus yang dapat ditemukan pada ATN; cast

    eritrosit pada kerusakan glomerulus atau nefritis tubulointerstitial; cast   leukosit dan

     pigmented “muddy brown” granular cast pada nefritis interstitial (Schrier et al, 2004).

    Hasil pemeriksaan biokimiawi darah (kadar Na, Cr, urea plasma) dan urin (osmolalitas

    urin, kadar Na, Cr, urea urin) secara umum dapat mengarahkan pada penentuan tipe AKI,

    seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 3. Kelainan analisis urin (Sinto, 2010)

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    10/74

    Pemeriksaan yang cukup sensitif untuk menyingkirkan AKI pascarenal adalah

    pemeriksaan urin residu pascaberkemih. Jika volume urin residu kurang dari 50 cc, didukung

    dengan pemeriksaan USG ginjal yang tidak menunjukkan adanya dilatasi pelviokalises, kecil

    kemungkinan penyebab AKI adalah pascarenal. Pemeriksaan pencitraan lain seperti foto

    polos abdomen, CT-scan, MRI, dan angiografi ginjal dapat dilakukan sesuai indikasi.

    Pemeriksaan biopsi ginjal diindikasikan pada pasien dengan penyebab renal yang

    belum jelas, namun penyebab pra- dan pascarenal sudah berhasil disingkirkan. Pemeriksaan

    tersebut terutama dianjurkan pada dugaan AKI renal non-ATN yang memiliki tata laksana

    spesifik, seperti glomerulonefritis, vaskulitis, dan lain lain (Brady, 2005).

    Penatalaksanaan

    1. Terapi nutrisi

    Kebutuhan nutrisi pasien AKI bervariasi tergantung dari enyakit dasarnya dan kondisi

    komorbid yang dijumpai. Sebuah sistem klasifikasi pemberian nutrisi berdasarkan status

    katabolisme diajukan oleh Druml pada tahun 2005 dan telah dimodifikasi oleh Sutarjo seperti

    pada tabel berikut:

    Tabel 4. Kebutuhan nutrisi klien dengan AKI (Sutarjo, 2008)

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    11/74

    2. Terapi Farmakologi: Furosemid, Manitol, dan Dopamin

    Dalam pengelolaan AKI, terdapat berbagai macam obat yang sudah digunakan

    selama berpuluh-puluh tahun namun kesahihan penggunaannya bersifat kontoversial.

    Obatobatan tersebut antara lain diuretik, manitol, dan dopamin. Diuretik yang bekerja

    menghambat Na+/K+-ATPase pada sisi luminal sel, menurunkan kebutuhan energi sel

    thick limb Ansa Henle. Selain itu, berbagai penelitian melaporkan prognosis pasien

    AKI non-oligourik lebih baik dibandingkan dengan pasien AKI oligourik. Atas dasar

    hal tersebut, banyak klinisi yang berusaha mengubah keadaan AKI oligourik menjadi

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    12/74

    keadaan dehidrasi. Jika mungkin, dilakukan pengukuran CVP atau dilakukan tes

    cairan dengan pemberian cairan isotonik 250-300 cc dalam 15- 30 menit. Bila

     jumlah urin bertambah, lakukan rehidrasi terlebih dahulu.

    b.  Tentukan etiologi dan tahap AKI. Pemberian diuretik tidak berguna pada AKI

    pascarenal. Pemberian diuretik masih dapat berguna pada AKI tahap awal

    (keadaan oligouria kurang dari 12 jam).

    Pada awalnya, dapat diberikan furosemid i.v. bolus 40mg. Jika manfaat tidak

    terlihat, dosis dapat digandakan atau diberikan tetesan cepat 100-250 mg/kali dalam 1-

    6 jam atau tetesan lambat 10-20 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 1 gram/hari.

    Usaha tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian cairan koloid untuk

    meningkatkan translokasi cairan ke intravaskuler. Bila cara tersebut tidak berhasil

    (keberhasilan hanya pada 8-22% kasus), harus dipikirkan terapi lain. Peningkatan

    dosis lebih lanjut tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan toksisitas (Robert,

    2010).

    Secara hipotesis, manitol meningkatkan translokasi cairan ke intravaskuler

    sehingga dapat digunakan untuk tata laksana AKI khususnya pada tahap oligouria.

    Namun kegunaan manitol ini tidak terbukti bahkan dapat menyebabkan kerusakan

    ginjal lebih jauh karena bersifat nefrotoksik, menyebabkan agregasi eritrosit dan

    menurunkan kecepatan aliran darah. Efek negatif tersebut muncul pada pemberian

    manitol lebih dari 250 mg/kg tiap 4 jam. Penelitian lain menunjukkan sekalipun dapat

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    13/74

    dan natriuresis. Sebaliknya, pada dosis tinggi dopamin dapat menimbulkan

    vasokonstriksi.

    Faktanya teori itu tidak sesederhana yang diperkirakan karena dua alasan yaitu

    terdapat perbedaan derajat respons tubuh terhadap pemberian dopamin, juga tidak

    terdapat korelasi yang baik antara dosis yang diberikan dengan kadar plasma dopamin.

    Respons dopamin juga sangat tergantung dari keadaan klinis secara umum yang

    meliputi status volume pasien serta abnormalitas pembuluh darah (seperti hipertensi,

    diabetes mellitus, aterosklerosis), sehingga beberapa ahli berpendapat sesungguhnya

    dalam dunia nyata tidak ada dopamin “dosis renal” seperti yang tertulis pada literatur.

    Dalam penelitian dan meta-analisis, penggunaan dopamin dosis rendah tidak

    terbukti bermanfaat bahkan terkait dengan efek samping serius seperti iskemia

    miokard, takiaritmia, iskemia mukosa saluran cerna, gangrene digiti, dan lain-lain.

    Jika tetap hendak digunakan, pemberian dopamin dapat dicoba dengan pemantauan

    respons selama 6 jam. Jika tidak terdapat perubahan klinis, dianjurkan agar

    menghentikan penggunaannya untuk menghindari toksisitas. Dopamin tetap dapat

    digunakan untuk pengobatan penyakit dasar seperti syok, sepsis (sesuai indikasi)

    untuk memperbaiki hemodinamik dan fungsi ginjal (Sinto, 2010).

    3. Dialisis

    Menurut Workeneh (2012), indikasi dialisis pada pasien dengan AKI adalah sebagai

    berikut:

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    14/74

    2.1.7 

    Komplikasi dan Penatalaksanan

    Pengelolaan komplikasi yang mungkin timbul dapat dilakukan secara

    konservatif, sesuai dengan anjuran yang dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 5. Penatalaksanaan Komplikasi AKI (Sinto, 2010)

    Teori Asuhan Keperawatan AKI

    1.  Fokus Pengkajian (Efendy, 2008)

    Sistem Pernafasan (B1)

    a.  Gejala : nafas pendek

    b.  Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    15/74

    Sistem Persyarafan (B3)

    a. Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur. Kram otot/kejang, sindrom “kaki

    Gelisah”.

    b. Tanda :Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,

    ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat

    kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa, kejang, faskikulasi

    otot, aktifitas kejang.

    Sistem Perkemihan (B4)

    a.  Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi, poliuria 2-6 liters / day

    (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria 12-21 hari (fase akhir), disuria,

    ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), abdomen kembung

    diare atau konstipasi, riwayat HPB, batu/kalkuli

    b.  Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.

    Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).

    Sistem Pencernaan (B5)

    a.  Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi), mual

    , muntah, anoreksia, nyeri uluhati.

    b.  Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema (umum, bagian bawah).

    2.  Diagnosa Keperawatan

    Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    16/74

    4.  Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui

    alkalosis respiratorik.

    5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.

    3. Intervensi 

    1.  Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat

    Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi

    Kriteria hasil : Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan

    frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu

    pengisian kapiler

    Intervensi:

    a.  Auskultasi bunyi jantung dan paru

    R/ Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur

    b.  Kaji adanya hipertensi

    R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin

    angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)

    c.  Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)

    R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

    d.  Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas

    R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    17/74

    haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital

    b. Batasi masukan cairan

    R/ Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap

    terapi

    c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan

    R/ Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan

    cairan

    e.  Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama

    pemasukan dan haluaran

    R/Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

    3.  Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,

    muntah

    Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

    Kriteria hasil : Menunjukan BB stabil

    Intervensi:

    a.  Awasi konsumsi makanan / cairan

    R/ Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

    b.  Perhatikan adanya mual dan muntah

    R/ Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    18/74

    R/ Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut

    yang dapat mempengaruhi masukan makanan

    4.  Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi

    melalui alkalosis respiratorik

    Tujuan : Pola nafas kembali normal / stabil

    Intervensi:

    a.  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles

    R/ Menyatakan adanya pengumpulan sekret

    b. 

    Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam

    R/ Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

    c.  Atur posisi senyaman mungkin

    R/ Mencegah terjadinya sesak nafas

    d. Batasi untuk beraktivitas

    R/ Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

    5.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

    Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga

    Kriteria hasil :

    - Mempertahankan kulit utuh

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    19/74

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    20/74

    ginjal dengan sklerosa yang irreversibel dan hilangnya nephrons ke arah suatu

    kemunduran nilai dari GFR.

    Dalam CKD juga terdapat kondisi Acute On CKD (AoCKD). Perbedaan antara

    acute on CKD dengan AKI ada lima kondisi yaitu :

    1.  Pada AKI kondisi umum ginjal masih bagus, sedangkan pada AoCKD kondisi

    ginjal umumnya sudah rusak

    2.  Pada AKI sebelumnya telah disertai dengan penyakit akut baik pra-renal, renal

    maupun post-renal, sedangkan pada AoCKD tidak ada.

    3.  Pada AoCKD selalu diawali dengan penyakit kronis, sedangkan AKI tidak

    4.  Pada AoCKD ada gejala klinis khas seperti anemia, peningkatan kadar fosfat

    dalam darah dan tekanan darah tinggi, sedangkan pada AKI tidak ada.

    5.  AKI sifatnya reversible, sedangkan AoCKD sifatnya irreversible.

    Klasifikasi

    Menurut KDOQI, ada 5 tingkatan atau stage dari CKD seperti yang ditunjukkan

    oleh table 6 dibawah ini :

    (The Renal Association, 2010)

    Tabel 6 KDOQI stages of kidney diseases

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    21/74

    Suffixes:

    p suffix:tambahan p pada tiap tingkatan (misal 3Ap, 4p) menunjukkan adanya

    proteinuria

    T  - : tambahan T pada tiap tingkatan (misalnya 3AT) mengindikasikan bahwa

    pasien telah menjalani transplantasi ginjal.

    D -: tambahan D pada tingkatan/ stage  ke 5 (misalnya. 5D) mengindikasikan

    bahwa pasien sedang menjalani Dialisis.

    Etiologi

    Menurut Arora (2012) penyebab Chronic Kidney Disease adalah sebagai

    berikut :

    1.  Diabetes Mellitus

    2.  Hipertensi

    3.  Penyakit glomerular (primer atau sekunder)

    4.  Penyakit tunulointerstisial

    5.  Obstruksi saluran kemih

    Penyakit pembuluh darah yang dapat menyebabkan Chronic Kidney Disease 

    adalah sebagai berikut :

    1.  Renal artery stenosis

    2.  Pola cytoplasmic antineutrophil cytoplasmic antibody ( C-ANCA)- vaskulitis

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    22/74

    7.   Acute kidney injury (AKI) yang tidak tertangani

    Penyakit glomerulus primer yang dapat menyebabkan Chronic Kidney Disease 

    adalah sebagai berikut :

    1.  Membranous nephropathy

    2.  Immunoglobulin A (IgA) nephropathy

    3.  Glomerulosclerosis fokal dan segmental

    4.  Perubahan penyakit yang minimal

    5.  Membranoproliferative glomerulonephritis

    Progresifitas cepat glomerulonefritis sekunder disebakan oleh penyakit glomerulus

    meliputi :

    1.  Diabetes Mellitus

    2.  Sistemik lupus eritematosus

    3.  Rheumatoid arthritis

    4.  Penyakit campuran jaringan ikat

    5.  Scleroderma

    6.  Sindrom Goodpasture

    7.  Wegener granulomatosis

    8.  Postinfectious glomerulonephritis

    9.  Endocarditis

    10. Hepatitis B dan C

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    23/74

    17. Amiloidosis

    18. Light chain deposition disease

    19. Neoplasia

    20. Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP)

    21. Hemolytic-uremic syndrome (HUS)

    22. Henoch Schonlein purpura

    23. Alport syndrome

    24. Refluks nefropati

    Penyebab penyakit tubulointerstitial meliputi:

    1.  Obat-obatan (misalnya sulfa, allopurinol)

    2.  Infeksi (virus, bakteri, parasit)

    3.  Sjögren syndrome

    4.  Hipokalemia kronis

    5.  Hiperkalsemia kronis

    6.  Sarkoidosis

    7.  Multiple myeloma cast nephropathy

    8.  Logam berat

    9.  Radiasi nefritis

    10.  Polikistik ginjal

    11.  Cystinosis

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    24/74

    6.  Neurogenic bladder

    Manifestasi Klinik

    Ada beberapa manifestasi klinik gagal gagal ginjal kronik : ( Schrier, 2003)

    1.  Gangguan keseimbangan elektrolit : hipernatremia, huiperkalemia

    2.  Asidosis metabolic (ditemukan jika LFG

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    25/74

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    26/74

    Gambar 5. Diabetic Nefropathy

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    27/74

    Gambar 6. Nefropaty kronik akibat Renal Mass Reduction (RMR)

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    28/74

    Gambar 7. Nefropaty akibat ureteral obstruction

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    29/74

    Gambar 8. Mekanisme CKD

    Pemeriksaan Diagnostik

    a.  Laboratorium

    1. LED: meninggi, yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.

    Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosi yang rendah.

    2. Ureum dan kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan

    kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    30/74

    D3 pada GGK.

    5. Phosphat alkaline meninggi akibat gangguan metabolism tulang, terutama

    isoenzim fosfatase lindi tulang

    6. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan gangguan

    metabolism dan diet rendah protein.

    7. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal

    ginjal (resitensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).

    8. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolism lemak, disebabkan peninggian

    hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.

    9. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang

    menurun, BE menurun, HCO3 menurun, PCO2 menurun, semuanya disebabkan

    retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

    b. Pemeriksaan lain

    1. 

    Foto polos abdomen: untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau

    adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh

    sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.

    2. IVP (Intra Vena pielografi): untuk menilai system pelviokalises dan ureter.

    Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,

    misalnya usia lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam urat.

    3. USG: untuk menilai besar dan bentuk ginajl, tebal parenkim ginjal, kepadatan

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    31/74

    Penatalaksanaan

    1. 

    Stage 1 dan 2

    Pada CKD stage 1 fungsi ginjal sebenarnya normal tapi terdapat beberapa tanda

    adanya kelainan pada ginjal. CKD stage 2 ditandai dengan menurunnya sebagian

    fungsi ginjal, GFR 60-89mls/min/1.73m2 

    Pengkajian Awal pada CKD stage 1+2:

    Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi resiko peningkatan kelainan

    ginjal pada klien, dan untuk mengurangi resiko terkait. Yang perlu dikaji adalah

    a.  Hematuria

    b.  Proteinuria

    Jika pengkajian pertama menemukan adanya peningkatan kreatinin maka

    penting bagi kita untuk memastikan kestabilan nilainya. Ulangi test 14 hari

    berikutnya.

    Managemen CKD stage 1+2 :

    Dalam 12 bulan pencapaian yang harus didapat adalah :

    a.  Kreatinin : perubahan signifikan pada eGFR telah ditentukan sebagai short-

    term eGFR fall  >15% atau [creatinine] meningkat >20%; atau yang terbaru

    berdasar NICE guideline adnya kehilangan GFR 1y dari 5ml/min, atau

    kehilangan dalam 5y dari 10ml/min.

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    32/74

    2. 

    Stage 3

    Dalam CKD stage 3 ini nilai eGFR 30-60%: eGFR 45-59 (3A) atau 30-44 (3B). 

    Pengkajian awal CKD stage 3

    a.  Pengakajian klinis : khususnya untuk sepsis, gagl jantung, hipovolemi,

    memeriksa adanya pembesaran kandung kemih

    b.  Review ulang medikasi: periksa apakah diperlukan perubahan dosis obat ketika

    GFR terjadi penurunan, untuk mencegah nephrotoxic drug.

    c.  Tes Urin : adanya hematuria atau proteinuria menunjukkan adanya kelainan

    ginjal yang progresif

    d.  Pencitraan: perlu dilakuakan bila klien diindikasikan adanya obstruksi pada

    sistem ginjal

    Manajemen CKD stage 3

    Dalam 6 sampai 12 bulan targetnya adalah :

    a. 

    Creatinine and K :pertimbangkan turunnya nilai eGFR yang tib-tiba >25%

    sebagai ARF. NICE menyarankan untuk meminta advis dari specialist ketika

    GFR turun lebih 1y dari 5ml/min, atau 5y dari 10ml/min.

    b.  Hb – bila di bawah 110 g/l, terapi spesifik perlu dilakukan. Hb turun secara

    progresif mengindikasikan turunnya GFR.

    c.  Urinary protein for ACR or PCR : pertahankan nilai ACR 30 atau PCR 50 bagi

    klien dengan tekana darah yang tinggi(dan suffix 'p' pada CKD stage) 

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    33/74

    untuk mencegah nephrotoxic drugs

    3.  Stage 4+5

    Tanda CKD stage4 adalah adanya penurunan fungsi ginjal yang parah, 15-30% (eGFR

    15-29ml/min/1.73m2). Tanda CKD stage 5 adalah adanya penurunan fungsi ginjal

    yang sangat parah (endstage atau ESRF/ESRD),

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    34/74

    teratur dan gaya hidup.

    g.  Immunization - influenza dan pneumococcal, dan imunisasi Hepatitis B jika

    transplantasi ginjal akan dilakukan

    h.  Medication review – review teratur terhadap jenis-jenis obat yang diberikan untuk

    mencegah nephrotoxic drugs

    i.  Jika klien osteoporosis: jangan menggunakan bisphosphonates karena bisa

    mengarah ke renal osteodystrophy.

     j.  Tindakan Terapi Pengganti Ginjal (TPG) atau Renal Replacement Theraphy

    Gambar 9. CKD stages

    Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Theraphy)

    Pada penderita Gagal Ginjal Kronis stadium terminal dengan fungsi ginjal yang tersisa

    di bawah 10-15% maka ginjal tidak dapat memengeluarkan zat-zat sisa metabolisme,

    mengatur keseimbangan asam-basa, dan fungsi ginjal yang lain sehingga memerlukan

    penanganan yang disebut Terapi Pengganti Ginjal atau  Renal Replacement Therapy (RRT).

    Berikut adalah macam RRT secara umum (Phillip et al, 2005)

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    35/74

    Terapi Pengganti Ginjal yang secara umum digunakan saat ini ada dua pilihan yaitu

    Dialisis dan Transpalantasi Ginjal. Dialisis sendiri ada dua metode yaitu Hemodialisis dan

    Peritoneal Dialisis (Wijaya, 2010).

    Menurut Philip et al (2005), indikasi dan kontraindikasi dari RRT ini adalah seperti

    yang ditunjukkan dalam table berikut :

    Tabel 6. Indikasi dan kontraindikasi RRT (Philip et al, 2005)

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    36/74

    1. 

    Hemodialisis

    Hemodialisis merupakan suatu membrane atau selaput semi permiabel. Membran ini

    dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut membrane yaitu

    proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui  membrane semi permiabel. Terapi

    hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-

    sisa membrane atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,

    membrane, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membrane semi permiabel

    sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi,

    osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2001).

    Kandungan cairan dialisat adalah macam-macam garam/elektrolit/zat antara lain:

    1. NaCl/sodium klorida

    2. CaCl/kalium klorida

    3. MgCl2/magnesium klorida

    4. NaC2H3O2 3H2O/acetat atau NaHCO3/bikarbonat

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    37/74

    Gambar 11. Mekanisme Hemodialisis (Mehta et al, 2003)

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    38/74

    Gambar 13. Akses pembuluh darah untuk HD (Davis, 2005)

    Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal atau tahap

    akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu penderita.

    Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia

    penderita. Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien

    tetapi hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal

    (Wijayakusuma, 2008).

    Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat

    adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir

    metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan

    bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    39/74

    pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan

    pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan (Brunner & Suddarth, 2001).

    Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang

    memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan

    antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam

    darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik (Brunner &

    Suddarth, 2001).

    Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi Terapi Hemodialisis

    Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis adalah laju

    filtrasi glomerulus ( LFG ) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga dialisis dianggap baru

    perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut dibawah :

    a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata

    b. K serum > 6 mEq/L

    c. Ureum darah > 200 mg/Dl

    d. pH darah < 7,1

    e. Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )

    f. Fluid overloaded (Shardjono dkk, 2001).

    Menurut Rayner (2002) indikasi akut hemodialisis adalah :

    INDIKASI KARAKTERISTIK

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    40/74

    1.  Uremia

    2.  Hiperkalemia

    3.  Kelebihan cairan

    4.  Asidosis metabolik

    1.  lemah, asteriksis, kejang, mual &

    muntah, perikarditis, kesadaran

    turun

    K+ > 6,5 mmol/L

    2.  K+ 5,5-6,5 mmol/L + kelainan

    EKG

    3.  kelebihan cairan, resisten

    diuretika ; terutama edema paru

    4.  pH tetap < 7,2 walau sudah terapi

    bikarbonat / tidak bisa terapi

    bikarbonat karena kelebihan

    cairan

    Menurut Rayner (2002) kontaindikasi dari hemodialisis adalah :

    Absolut Relatif

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    41/74

    fungsi ginjal yang rusak tetapi hemodialisa juga dapat menyebabkan komplikasi umum

    berupa hipertensi (20-30% dari dialisis), kram otot (5-20% dari dialisis), mual dan muntah (5-

    15% dari dialisis), sakit kepala (5% dari dialisis), nyeri dada (2-5% dialisis), sakit tulang

    belakang(2-5% dialysis), 5% dari dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis) dan demam pada anak-

    anak (

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    42/74

    Gambar 14. Ilustrasi Peritoneal dialysis (Davis, 2005)

    Menurut Wijaya (2010) Peritonal Dialisis dilakukan setiap hari dan cairan dialisis

    harus senantiasa berada di rongga perut agar terjadi pembersihan darah scara adekuat.

    Metode Peritoneal Dialisis:

    1.  Continous Ambulatory Peritoneal Dialisys  (CAPD). CAPD dilakukan sementara

    pasien aktif melakukan aktivitas sehari-hari, dilakukan 3-6 kali perhari dengan jumlah

    cairan dialisis sebanyak 2 liter tiap satu putaran. Cairan dialisis berada dalam rongga

    peritoneium selama 4-6 jam.

    2. 

    Continous Cyclic Peritonel Dialisys  (CCPD). CCPD dilakuakn dengan memakai

    bantuan mesin ketika pasien sedang tidur. Mesin secara otomatis akan melakukan

    penukaran cairan dialisis sebanyak 4-8 kali pada malam hari selama 8-12 jam ketika

    pasien tidur.

    Komplikasi Peritonal Dialisis:

    1.  Peritonitis

    2.  Peningkatan kadar glukosa

    3.  Kekurangan vitamin dan mineral

    Keuntungan Peritonal Dialisis :

    1. Pasien diajar mandiri dalam dialisis sehingga lebih percaya diri.

    2 W kt l bih b b d t dil k k di h t di t t k j

    Ab l t R l tif

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    43/74

    Absolut  Relatif  

    •  Hilangnya fungsi peritoneal sehingga

    klirens tidak memadai

    •  Ada perlekatan

    •  Adanya hernia yang tidak dapat

    dioperasi

    •  Adanya stoma di dinding abdomen

    •  Kebocoran cairan lewat diafragma

    •  Pasien tidak dapat melakukan

    penggantian cairan sendiri.

    •  Adanya graft  aorta di abdomen yang

    baru

    •  Shunt  ventriculoperitoneal

    •  Tidak tahan terhadap adanya cairan di

    abdomen

    •  Massa otot yang besar

    •  Obesitas morbid

    •  Malnutrisi berat

    •  Infeksi kulit

    •  Penyakit usus

    3. Transplantasi Ginjal

    Menurut The Indonesian Diatrans Kidney Foundation  (2010) Transplantasi ginjal

    adalah suatu metode terapi dengan cara operasi dimana seseorang yang mengalami gagal

    ginjal menerima ginjal yang sehat dari pendonor yang masih hidup atau yang telah meninggal,

    untuk menganbil alih fungsi ginjalnya yang sudah tidak berfungsi lagi. Kedua ginjal yag lama

    tidak dibuang dan tetap pada tempat yang semula, kecuali kedua ginjalnya mengalami infeksi

    atau tekanan darah tinggi.  Ada dua jenis transplantasi ginjal: orang-orang yang berasal dari

    donor hidup dan orang-orang yang berasal dari berhubungan donor yang telah meninggal

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    44/74

    Tindakan yang diperlukan pascatransplantasi ginjal

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    45/74

    Tindakan yang diperlukan pascatransplantasi ginjal

    Selain mengkonsumsi obat –obatan yang diberikan oleh dokter seumur hidupnya,

    pasien juga diharuskan secara berkala memeriksakan ginjalnya. Diet tinggi protein bagi

    pasien pasca transplantasi juga perlu dijalani. Pasien yang sebelumnya menjalani dialisis akan

    merasakan bahwa diet pasca transplant tidak akan seketat seperti saat dialisis.

    Semua terapi ada kelemahan dan kelebihan masing-masing. Berikut perbandingan

    antara HD, RRT dan PD menurut Mehta et al (2005):

    Gambar 15. Perbandingan antara CRRT, IHD dan PD (Mehta et al, 2003)

    ASUHAN KEPERAWATAN

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    46/74

    ASUHAN KEPERAWATAN

    Teori Keperawatan CKD

    Fokus Pengkajian (Efendy, 2008)

    1. 

    Sistem Pernafasan (B1)

    Gejala : nafas pendek  

    Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk

    produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).

    2.  Sistem Kardiovaskuler (B2)

    Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi

    akibat kehamilan), disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi

    ortostatik(hipovalemia), DVI, nadi kuat, hipervolemia, edema jaringan umum

    (termasuk area periorbital mata kaki sakrum), pucat, kecenderungan perdarahan. 

    3.  Sistem Persyarafan (B3)

    Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur. Kram otot/kejang, sindrom “kaki

    Gelisah”.

    Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,

    ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat

    kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa, kejang,

    Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    47/74

    g p , , ,

    Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari). 

    5. 

    Sistem Pencernaan (B5)

    Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi),

    mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati. 

    Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema (umum, bagian bawah).

    Diagnosa Keperawatan

    Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul

    pada pasien CKD adalah:

    1.  Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, diet berlebihan dan retensi cairan dan

    natrium

    2.  Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah, pembatasan

    diet dan perubahan membran mukosa mulut

    3.  Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis

    4.  PK Anemia

    Asuhan Keperawatan

    1. 

    Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, diet berlebihan dan retensi cairan dan

    natrium

    Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    48/74

    Rasional : 1. Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    49/74

    intervensi

    2. Pola diet dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu

    3. Protein diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan

    untuk pertumbuhan dan penyembuhan

    4. Meminimalkan faktor tidak menyenangkan dan menimbulkan anoreksia

    3.  Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis

    Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

    Kriteria Hasil : Dalam 3x24 jam pasien akan

    a. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera

    b. Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan

    c. Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian

    d. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih

    Intervensi : 1. Cegah faktor yang menimbulkan keletihan

    2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat

    ditoleransi

    3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

    4. anjurkan untuk istirahat setelah melakukan dialisis

    Rasional : 1. Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan

    4.  PK Anemia

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    50/74

    Tujuan : Pasien tidak menunjukkan gejala anemia

    Kriteria Hasil : Dalam 3x24 jam pasien menunjukkan :

    a.  Warna kulit pasien normal

    b.  Nilai hematologi dalam batas yang diterima

    c.  Tidak mengalami perdarahan

    Intervensi : 1. Instruksikan pasien bagaimana untuk mencegah perdarahan (menghindari

    olahraga yang berat dan anjurkan pemakaian sikat gigi yang lembut)

    2. Berikan terapi komponen darah sesuai indikasi

    3. Berikan medikasi sesuai resep mencakup suplemen besi, asam folat,

    Epogen maupun multivitamin

    4. Hindari pengambilan spesimen darah yang tidak perlu

    5. Pantau hitung sel darah merah dan kadar hematokrit sesuai indikasi

    Rasional : 1. Perdarahan dapat memperburuk anemia

    2. Terapi komponen darah mungkin diperlukan

    3. Sel darah merah membutuhkan zat besi, asam folat dan vitamin untuk

    produksinya.Epogen menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi

    sel darah merah

    4. Anemia dicetuskan oleh pengambilan sejumlah spesimen

    ginjal sekitar 1 tahun yang lalu. Ny. A mengeluhkan edema di sekitar mata, ekstremitas pucat

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    51/74

    dan edema, Ny. A mengatakan tangan dan kakinya terasa dingin, sehingga terasa sangat

    lemah untuk digerakkan. Nafasnya pun pendek dan cepat, sekitar 28 x/menit. Ny. A

    mengeluhkan kencingnya sedikit sekali, diperkirakan produksi urin tidak sampai 300ml dan

    terjadi lebih dari 1 bulan, urin berwarna coklat seperti teh. TD 130/ 90 mmHg. Nadi 110 x/

    menit, suhu Badan 36,2 C. Ny.A telah memeriksakan diri ke RSP Unair, dengan hasil ureum

    urin meningkat, BUN dan kreatinin meningkat, serta dokter mendiagnosa Ny. A mengalami

    kegagalan ginjal akut.

    Pengkajian

    Anamnesa, meliputi :

    1.  Identitas pasien

    Nama : Ny. A

    Umur : 65 tahun

    Berat badan : 45 kg

    Tinggi badan : 160 cm

    Alamat : Surabaya

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    2.  Riwayat sakit dan kesehatan

    2.1  Keluhan utama

    2.3  Riwayat penyakit dahulu

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    52/74

    Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi dan nyeri

    dada. Serta pernah memiliki riwayat urolithiasis.

    2.4 Riwayat keluarga

    Adanya riwayat hipertensi.

    2.4  Riwayat psikososial

    Klien merasa stress, tak ada kekuatan, ansietas dan takut.

    3.  Pemeriksaan fisik

    Review Of System (ROS)

    a.  B1(BREATH)

    Napas pendek, dispnea, RR : 28x/menit. Pada pemeriksaan perkusi : redup

    b.  B2(BLOOD)

    Nadi lemah dan cepat, hipotensi ortostatik yang menunjukkan hipovolemia,

    pucat, TD : 130/90, nadi : 110x/menit, Hb : 5 g/dl, CRT: 4 detik.

    c.  B3(BRAIN)

    Stress, ansietas, takut, penurunan kesadaran, bicara agak melantur.

    d.  B4(BLADDER)

    Oliguria (produksi urine 300cc/24 jam), adanya rasa nyeri saat buang air

    kecil dan kandung kemih yang menegang.

    e.  B5(BOWEL)

    Klien mengalami kelemahan serta edema ekstremitas

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    53/74

    4.  Pemeriksaan diagnostik

    a.  Urin

    Warna : secara abnormal warna urin kotor, kecoklatan seperti teh

    menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.

    Volume urin: kurang dari 300 ml/ 24 jam

    Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat

    Osmolatas : kurang dari 350 m0sm/ kg menunjukkan kerusakan ginjal

    tubular dan resiko urin / serum sering 1:1

    Protein: derajat tinggi proteinuria (3-41) secara kuat menunjukkan

    kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada

    Klirens kreatinin: agak menurun

    Natrium : lebih besar dari 40 mEg / l karena ginjal tidak mampu

    mereabsorbsi natrium

    b.  Darah

    HT: menurun karena adanya anemia. Hb 5 gr/ dl 

    BUN/ kreatinin : 65 µmol/l

    GDA: asidosis metabolic, pH 6

    Albumin = 60 g/dl

    e.  Ultrasonografi ginjal 

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    54/74

    Ginjal berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm dan tidak

    ada masa kista obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas 

    f.  Endoskopi ginjal, nefroskopi 

    Tidak terdapat pulvis ginjal, keluar batu dan pengangkutan tumor selektif

    g.  EKG 

    Tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi 

    Analisa Data

    Data Etiologi Masalah

    DS: -

    DO:- TD 130/90 mmHg

    -  Nadi perifer tidak

    teraba dan cepat

    Sindrom uremik

    ↓ 

    Asidosis metabolic

    ↓ 

    Hipertensi sitemik

    ↓ 

    Beban kerja jantung ↑ 

    ↓ 

    Curah jantung ↓ 

    Penurunan curah jantung

    DS:- Aliran darah ginjal ↓  Gangguan keseimbangan

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    55/74

    DO: Natrium 125 mEq/ L

    (normal= 135-145 mEq/ L

    (mmol/L))

    -  Kalium 6,0 mEq/ L

    (normal 3,5 – 5

    mEq/L)

    -  Ureum: 202,32 mg/dl

    (normal: 20-40 mg/dl)

    ↓ 

    Destruksi struktur ginjal

    ↓ 

    GFR ↓ 

    ↓ 

    Penyerapan elektrolit di

    tubulus terganggu

    ↓ 

    Penumpukan toksik uremia,

    hiponatremia, dan

    hiperkalemia

    cairan dan elektrolit

    DS: - klien mengatakan mual,

    tidak nafsu makan

    DO: - porsi makan sedikit dan

    tidak pernah habis, hanya 3

    sendok makan.

    Mata cowong

    Sindrom uremik

    ↓ 

    Ureum pada saluran cerna

    ↓ 

    Peradangan mukosa saluran

    cerna

    ↓ 

    Stomatitis, ulkus lambung

    Perubahan nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    56/74

    DS:- klien mengatakan lemah Sindroma uremik Intoleransi aktivitas

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    57/74

    DO:- klien berbaring ditempat

    tidur

    -  Kebutuhan klien

    sebagian besar dibantu

    oleh keluarga.

    ↓ 

    Ureum pada jaringan otot

    ↓ 

    Oksigenasi otot ↓ 

    ↓ 

    Restless leg sindrom

    ↓ 

    Letargi (kelemahan)

    Diagnosa Keperawatan

    1.  Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat. 

    2.  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder:

    volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O. 

    3.  Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,

    muntah. 

    4.  Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi

    melalui alkalosis respiratorik. 

    5.  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun. 

    6.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,

    Kriteria hasil :

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    58/74

    Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung

    dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

    Intervensi:

    a.  Auskultasi bunyi jantung dan paru

    Rasional: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur.

    b.  Kaji adanya hipertensi

    Rasional: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem

    aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)

    c.  Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala

    0-10)

    Rasional: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

    d.  Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas

    Rasional: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

    2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder

    : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)

    Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan

    Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output

    Intervensi:

    c.  Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    59/74

    pemasukan dan haluaran

    Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

    3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,

    muntah

    Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.

    Kriteria hasil: menunjukan BB stabil

    Intervensi:

    a.  Awasi konsumsi makanan / cairan

    Rasional: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

    b.  Perhatikan adanya mual dan muntah

    Rasional: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat

    mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi

    c.  Berikan makanan sedikit tapi sering

    Rasional: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan

    d.  Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan

    Rasional: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek social

    e.  Berikan perawatan mulut sering

    Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai

    a.  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles

    R i l M k d l

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    60/74

    Rasional: Menyatakan adanya pengumpulan secret

    b.  Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam

    Rasional: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

    c.  Atur posisi senyaman mungkin

    Rasional: Mencegah terjadinya sesak nafas

    d.  Batasi untuk beraktivitas

    Rasional: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

    5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

    Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga setelah dilakukan perawatan 2X24 jam

    Criteria hasil :

    -  Mempertahankan kulit utuh

    -  Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit

    Intervensi:

    a.  Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya

    kemerahan

    Rasional: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat

    menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.

    b.  Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    61/74

    PENUTUP

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    62/74

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    AKIN mendefinisikan AKI sebagai penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba (dalam

    48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3 mg/dL (>25 µmol/L) atau

    meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan output urin < 0.5 mL/kg/hr selama >6 jam

    (Molitoris et al, 2007). Suatu kondisi penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan hilangnya

    kemampuan ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme, menjaga keseimbangan

    elektrolit dan cairan (Eric Scott, 2008).

    Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kerusakan

    ginjal yang terjadi lebih daeri 3 bulan berupa kelainan structural atau fungsional dengna

    penurunan laju filtrasi glomerulus dengan etiologi yang bermacam-macam, disertai kelainan

    komposisi darah atau urin dan kelainan dalam tes pencitraan. Secara laboratorik dinyatakan

    penyakit ginjal kronik apabila pemeriksaan klirens kreatinin

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    63/74

    Arora, Pradeep. 2012. Chronic Kidney Disease. Diakses dari http://

    emedicine.medscape.com/ article/238798 pada tanggal 2 Juni 2012

    American Journal of Kidney Disease. 2006.  Hemodialysis Guidelines. Diakses dari

    http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/pdf/12-50-0210_JAG_DCP_Guidelines

    HD_Oct06_SectionA_ofC.pdf pada tanggal 12 Mei 2012

    Astiawanti, Prima. 2008. Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara Penyakit

    Ginjal Kronik Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus dan Non Diabetes Mellitus. Diakses

    dari http://www.pernefri.org/1-kamus-ginjal.php pada tanggal 12 Mei 2012.

    Bonventre, Joseph, MD, PhD. Pathophysiology of Cy. Nephrology rounds (2007),

    Volume 6 Issue 7. 

    Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,

    Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s principle of internal medicine. Ed

    16. New York: McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.

    Efendy F.2008. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut. Diakses dari

    http://indonesiannursing.com/2008/07/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-akut/ pada tanggal 14

    Mei 2012 jam 18.27

    Effendi, Ferri. 2008. Asuhan Keperawatan Acute kidney injury.

    http://indonesiannursing.com/2008/07/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-akut/. Diakses

    J. M Lopez Novoa et al. Common Pathophysioogical Mechanism Of Chronic Kidney

    Disease : Therapeutic Perspectives Pharmacology & therapeutic 128 (2010) 61-81

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    64/74

    Disease : Therapeutic Perspectives. Pharmacology & therapeutic 128 (2010) 61 81

    Mehta RL, Chertow GM. Acute renal failure definitions and classification: time for

    change?. J Am Soc Nephrol. 2003;14:2178-87.

    Mohani CI. Diuretika pada kasus dengan oligouria. Dalam Dharmeizar, Marbun MBH,

    editor. Makalah lengkap the 8th

     Jakarta nephrology & hypertension course and symposium on

    hypertension. Jakarta: PERNEFRI; 2008.p.9-10.

    Molitoris BA, Levin A, Warnock DG, et al;  Acute Kidney Injury Network. Improving

    outcomes from acute kidney injury. J Am Soc Nephrol. 2007;18(7): 1992-1994.

    National Kidney Foundation. 2010.  About CKD Guide. Diakses dari

    http://www.kidney.org/atoz/atozcopy.cfm?pdflink=AboutCKDGuidePatFam.pdf pada tanggal

    12 Mei 2012.

    National Kidney Foundation. NKF-DOQI clinical practice guidelines for dyalisis

    adequaly. Am J Kidney Dis. 1997:567-5136.

    Noer, Muhammad Sjaifullah, Ninik Soemyarso. 2012.  Acute kidney injury  .

    http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pd

    f=&html=07110-jlqk257.htm diakses 1 Mei 2012 jam 8.00

    Philip O’Reilly, MD, Ashita Tolwani, MD.  Renal Replacement Therapy III:IHD,

    CRRT, SLED. Crit Care Clin 21 (2005) 367– 378

    Roesli R. Kriteria “RIFLE” cara yang mudah dan terpercaya untuk menegakkan

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    65/74

     Lampiran WOC GGK

    Faktor yang tidak dapat di ubah:

    Faktor yang dapat berubah:

    - Gangguan metabolic

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    66/74

    y g p

    Genetic-  Usia > 60 th

      Gangguan metabolic

    -  Hipertensi

    -  Gangguan pembuluh darah ginjal

    -  Gangguan imunologis

    -  Infeksi

    -  Gangguan tubulus primer

    -  Obstruksi traktus urinarius

    -  Kelainan konginetal

    Penurunan aliran darah di ginjal

    GFR

    Fungsi nefron banyak yang hilang

    Gagal ginjal akut

    Gangguan pada fungsi ginjal

    Regulasi cairan elektrolit

    ureum dan nitrogen non protein

    fungsi ekskresi

    Ekskresi

    Retensi cairan dan

    elekttrolit

    MK: kelebihan volumeKelebihan volume cairan

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    67/74

    Keseimbangan

    asam basa

    MK: gangguan

    keseimbanganasam basa

    Kegagalan/penuruna

    n reabsorbsi HCO3-

     & sekresi H

    + pada

    tubulus ginjal

    Produksi asam

    uremia

    Asidosis metabolic

    Perdarahan Nausea vormit

    Iritasi lambung

    Hi ti idi

    Merangsang hormone

    paratiroid

    konsentrasi Ca+ 

    pengikatan fosfat

    dengan kalium

    dalam plasma

    konsentrasi

    fosfat serum

    Retensi fosfat oleh

    ginjal

    Fosfat

    Retensi substansi

    Perfusi jaringan

    Kelebihan volume

    cairan

    Edema

    Proteinuria

    Kegagalan/  

    reabsorbsi protein

    Glukosaria

    Kegagalan/   reabso

    rbsi glukosa

    ProteinGlukosa

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    68/74

    Hormonal

    Eritroprotein

    PK anemia

    Rennin

    Gangguan perfusi

     jaringan

    Gangguan

    proses pikir

    Pembentukan angiotensi II

    Hipertansi

    Suplai O2 di

    otak

    Oksihemoglobin

    Sekresi rennin

    Intoleransi

    aktivitas

    Su lai O2 

    Kadar NL

    Jaringan ginjal

    iskemik

    Pembentukan

    RBC

    tergganggu

    sekresi

    ertroprotein

    L i WOC AKI

    Chronic Kidney Disease

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    69/74

    69

    Lampiran WOC AKI 

    )

    Iskemia atau nefrotoksin

    AKI

    A A A

     

    2

    :

     

    MK:

    -Kurang Pengetahuan

    -Ansietas

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    70/74

    70

    A

    A

    D

    :

    : A

    AA ↑

    A

    E, C ↑, >,

    , ,

    ,

    + 2

    E

    :

    :

    /

    A

    li i l li i i i

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    71/74

    71

    Oliguri MK: Gangguan pola eliminasi urin

    Retensi cairan

    interstisial ↑ dan pH ↓ 

    Fase diuresis ginjal Ekskresi kalium

    menurun

    Peningkatan

    metabolit pada

     jaringan otot

    Peningkatan metabolit

    pada gastrointestinal

    Edema paru,

    asidosis metabolik

    Urin hipotonis

    MK: Ketidak

    seimbangan cairan

    dan elektrolit

    Kelelahan, kram

    otot ↑ 

    Peningkatan ureum

    dalam saluran

    cerna

    MK: Gangguan

    pola nafas tidak

    efektif

    Peradangan

    mukosa saluranMK: Intoleransi

    aktivitas

    Hiperkalemi

    Pengeluaran cairan

    tubuh berlebih

    dehidrasi

    MK: Resiko

    Tinggi Kejang,

    Resti Aritmia

    Perubahan

    konduksi

    elektrikal

     jantung

    MK: Defisit

    volume cairan

    MK: Penurunan

    Curah Jantung

    Ulkus lambung

    Mual, muntah

    Anoreksia

    MK: Nutrisi kurang dari

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    72/74

    72

    MK: Nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    D

    D 1/

    ,

    :

    D

    D

    >250/BB/4

    :

    D (,53

    μ/BB/)

    D

    ,

    :

    :

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    73/74

    73

    A A

    A

    E

    :

    :

     

    A

    :

    A

    : A

    A

    :

    :

  • 8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf

    74/74

    74