Upload
marjuni
View
287
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
1/74
ADA AAA EEAAA
(A A
)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
2/74
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
3/74
menyangkut beberapa hal antara lain (1) kriteria diagnosis harus mencakup semua tahap
penyakit; (2) sedikit saja perbedaan kadar kreatinin (Cr) serum ternyata mempengaruhi
prognosis penderita; (3) kriteria diagnosis mengakomodasi penggunaan penanda yang sensitif
yaitu penurunan urine output (UO) yang seringkali mendahului peningkatan Cr serum;
(4)penetapan gangguan ginjal berdasarkan kadar Cr serum, UO dan LFG mengingat belum
adanya penanda biologis (biomarker ) penurunan fungsi ginjal yang mudah dan dapat
dilakukan di mana saja (Rusli, 2007).
Klasifikasi Etiologi
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis AKI, yakni
(1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan gangguan pada
parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%); (2) penyakit yang secara langsung menyebabkan
gangguan pada parenkim ginjal (AKI renal/intrinsik,~40%); (3) penyakit yang terkait dengan
obstruksi saluran kemih (AKI pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab AKI sangat
tergantung dari tempat terjadinya AKI. Salah satu cara klasifikasi etiologi AKI dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi etiologi AKI (Sinto, 2010)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
4/74
AKI Prarenal I. Hipovolemia
- Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
- Kerusakan jaringan (pankreatitis), hipoalbuminemia,
obstruksi
- usus
- Kehilangan darah
- Kehilangan cairan ke luar tubuh
- Melalui saluran cerna (muntah, diare, drainase), melalui
saluran
-
kemih (diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik), melalui kulit
- (luka bakar)
II. Penurunan curah jantung
- Penyebab miokard: infark, kardiomiopati
- Penyebab perikard: tamponade
- Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal
- Aritmia
- Penyebab katup jantung
III. Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik
- Penurunan resistensi vaskular perifer
- Sepsis, sindrom hepatorenal, obat dalam dosis berlebihan
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
5/74
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
6/74
AKI pascarenal I. Obstruksi ureter
- Batu, gumpalan darah, papila ginjal, keganasan, kompresi
eksternal
II. Obstruksi leher kandung kemih
- Kandung kemih neurogenik, hipertrofi prostat, batu,
keganasan, darah
III. Obstruksi uretra
- Striktur, katup kongenital, fimosis
Klasifikasi AKI
ADQI mengeluarkan sistem klasifikasi AKI dengan kriteria RIFLE yang terdiri
dari 3 kategori (berdasarkan peningkatan kadar Cr serum atau penurunan LFG atau
kriteria UO) yang menggambarkan beratnya penurunan fungsi ginjal dan 2 kategori yang
menggambarkan prognosis gangguan ginjal, seperti yang terlihat pada tabel 2. (Rusli,
2007).
Tabel 2. Klasifikasi AKI dengan Kriteria RIFLE, ADQI Revisi 2007
Kategori Peningkatan kadar SCr Penurunan LFG Kriteria UO
Risk >1,5 kali nilai dasar >25% nilai dasar
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
7/74
Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4
minggu
End stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3
Bulan
2.1.2
Patofisiologi
Patofisiologi Aki dapat dibagi menjadi mikrovaskular dan komponen tubular
seperti yang terdapat didalam gambar (Bonventre, 2008) berikut ini:
Gambar 1. Patofisiologi AKI (Bonventre, 2008)
Patofisiologi dari AKI dapat dibagi menjadi komponen mikrovaskular dan tubular,
bentuk lebih lanjutnya dapat dibagi menjadi proglomerular dan komponen pembuluh medulla
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
8/74
apoptosis dan nekrosis, obstruksi intratubular, dan kembali terjadi kebocoran filtrate
glomerulus melalui membrane polos dasar. Sebagai tambahan, sel-sel tubulus menyebabkan
mediator vasoaktif inflamatori, sehingga mempengaruhi vascular untuk meningkatkan
kerjasama vascular. Mekanisme positif feedback kemudian terjadi sebagai hasil kerjasama
vascular untuk menurunkan pengiriman oksigen ke tubulus, sehingga menyebabkan mediator
vasoaktif inflamatori meningkatkan vasokonstriksi dan interaksi endothelial-leukosit
(Bonventre, 2008).
Pendekatan Diagnosis
1. Pemeriksaan Klinis
Petunjuk klinis AKI prarenal antara lain adalah gejala haus, penurunan UO dan
berat badan dan perlu dicari apakah hal tersebut berkaitan dengan penggunaan OAINS,
penyekat ACE dan ARB. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda hipotensi
ortostatik dan takikardia, penurunan jugular venous pressure (JVP), penurunan turgor
kulit, mukosa kering, stigmata penyakit hati kronik dan hipertensi portal, tanda gagal
jantung dan sepsis. Kemungkinan AKI renal iskemia menjadi tinggi bila upaya pemulihan
status hemodinamik tidak memperbaiki tanda AKI. Diagnosis AKI renal toksik dikaitkan
dengan data klinis penggunaan zat-zat nefrotoksik ataupun toksin endogen (misalnya
mioglobin, hemoglobin, asam urat). Diagnosis AKI renal lainnya perlu dihubungkan
dengan gejala dan tanda yang menyokong seperti gejala trombosis, glomerulonefritis akut,
atau hipertensi maligna.
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
9/74
disfungsi saraf otonom (Sinto, 2010).
2. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan urinalisis, dapat ditemukan berbagai penanda inflamasi glomerulus,
tubulus, infeksi saluran kemih, atau uropati kristal. Pada AKI prarenal, sedimen yang
didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang transparan. AKI pascarenal juga
menunjukkan gambaran sedimen inaktif, walaupun hematuria dan piuria dapat ditemukan
pada obstruksi intralumen atau penyakit prostat. AKI renal akan menunjukkan berbagai cast
yang dapat mengarahkan pada penyebab AKI, antara lain pigmented “muddy brown”
granular cast , cast yang mengandung epitel tubulus yang dapat ditemukan pada ATN; cast
eritrosit pada kerusakan glomerulus atau nefritis tubulointerstitial; cast leukosit dan
pigmented “muddy brown” granular cast pada nefritis interstitial (Schrier et al, 2004).
Hasil pemeriksaan biokimiawi darah (kadar Na, Cr, urea plasma) dan urin (osmolalitas
urin, kadar Na, Cr, urea urin) secara umum dapat mengarahkan pada penentuan tipe AKI,
seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Kelainan analisis urin (Sinto, 2010)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
10/74
Pemeriksaan yang cukup sensitif untuk menyingkirkan AKI pascarenal adalah
pemeriksaan urin residu pascaberkemih. Jika volume urin residu kurang dari 50 cc, didukung
dengan pemeriksaan USG ginjal yang tidak menunjukkan adanya dilatasi pelviokalises, kecil
kemungkinan penyebab AKI adalah pascarenal. Pemeriksaan pencitraan lain seperti foto
polos abdomen, CT-scan, MRI, dan angiografi ginjal dapat dilakukan sesuai indikasi.
Pemeriksaan biopsi ginjal diindikasikan pada pasien dengan penyebab renal yang
belum jelas, namun penyebab pra- dan pascarenal sudah berhasil disingkirkan. Pemeriksaan
tersebut terutama dianjurkan pada dugaan AKI renal non-ATN yang memiliki tata laksana
spesifik, seperti glomerulonefritis, vaskulitis, dan lain lain (Brady, 2005).
Penatalaksanaan
1. Terapi nutrisi
Kebutuhan nutrisi pasien AKI bervariasi tergantung dari enyakit dasarnya dan kondisi
komorbid yang dijumpai. Sebuah sistem klasifikasi pemberian nutrisi berdasarkan status
katabolisme diajukan oleh Druml pada tahun 2005 dan telah dimodifikasi oleh Sutarjo seperti
pada tabel berikut:
Tabel 4. Kebutuhan nutrisi klien dengan AKI (Sutarjo, 2008)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
11/74
2. Terapi Farmakologi: Furosemid, Manitol, dan Dopamin
Dalam pengelolaan AKI, terdapat berbagai macam obat yang sudah digunakan
selama berpuluh-puluh tahun namun kesahihan penggunaannya bersifat kontoversial.
Obatobatan tersebut antara lain diuretik, manitol, dan dopamin. Diuretik yang bekerja
menghambat Na+/K+-ATPase pada sisi luminal sel, menurunkan kebutuhan energi sel
thick limb Ansa Henle. Selain itu, berbagai penelitian melaporkan prognosis pasien
AKI non-oligourik lebih baik dibandingkan dengan pasien AKI oligourik. Atas dasar
hal tersebut, banyak klinisi yang berusaha mengubah keadaan AKI oligourik menjadi
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
12/74
keadaan dehidrasi. Jika mungkin, dilakukan pengukuran CVP atau dilakukan tes
cairan dengan pemberian cairan isotonik 250-300 cc dalam 15- 30 menit. Bila
jumlah urin bertambah, lakukan rehidrasi terlebih dahulu.
b. Tentukan etiologi dan tahap AKI. Pemberian diuretik tidak berguna pada AKI
pascarenal. Pemberian diuretik masih dapat berguna pada AKI tahap awal
(keadaan oligouria kurang dari 12 jam).
Pada awalnya, dapat diberikan furosemid i.v. bolus 40mg. Jika manfaat tidak
terlihat, dosis dapat digandakan atau diberikan tetesan cepat 100-250 mg/kali dalam 1-
6 jam atau tetesan lambat 10-20 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 1 gram/hari.
Usaha tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian cairan koloid untuk
meningkatkan translokasi cairan ke intravaskuler. Bila cara tersebut tidak berhasil
(keberhasilan hanya pada 8-22% kasus), harus dipikirkan terapi lain. Peningkatan
dosis lebih lanjut tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan toksisitas (Robert,
2010).
Secara hipotesis, manitol meningkatkan translokasi cairan ke intravaskuler
sehingga dapat digunakan untuk tata laksana AKI khususnya pada tahap oligouria.
Namun kegunaan manitol ini tidak terbukti bahkan dapat menyebabkan kerusakan
ginjal lebih jauh karena bersifat nefrotoksik, menyebabkan agregasi eritrosit dan
menurunkan kecepatan aliran darah. Efek negatif tersebut muncul pada pemberian
manitol lebih dari 250 mg/kg tiap 4 jam. Penelitian lain menunjukkan sekalipun dapat
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
13/74
dan natriuresis. Sebaliknya, pada dosis tinggi dopamin dapat menimbulkan
vasokonstriksi.
Faktanya teori itu tidak sesederhana yang diperkirakan karena dua alasan yaitu
terdapat perbedaan derajat respons tubuh terhadap pemberian dopamin, juga tidak
terdapat korelasi yang baik antara dosis yang diberikan dengan kadar plasma dopamin.
Respons dopamin juga sangat tergantung dari keadaan klinis secara umum yang
meliputi status volume pasien serta abnormalitas pembuluh darah (seperti hipertensi,
diabetes mellitus, aterosklerosis), sehingga beberapa ahli berpendapat sesungguhnya
dalam dunia nyata tidak ada dopamin “dosis renal” seperti yang tertulis pada literatur.
Dalam penelitian dan meta-analisis, penggunaan dopamin dosis rendah tidak
terbukti bermanfaat bahkan terkait dengan efek samping serius seperti iskemia
miokard, takiaritmia, iskemia mukosa saluran cerna, gangrene digiti, dan lain-lain.
Jika tetap hendak digunakan, pemberian dopamin dapat dicoba dengan pemantauan
respons selama 6 jam. Jika tidak terdapat perubahan klinis, dianjurkan agar
menghentikan penggunaannya untuk menghindari toksisitas. Dopamin tetap dapat
digunakan untuk pengobatan penyakit dasar seperti syok, sepsis (sesuai indikasi)
untuk memperbaiki hemodinamik dan fungsi ginjal (Sinto, 2010).
3. Dialisis
Menurut Workeneh (2012), indikasi dialisis pada pasien dengan AKI adalah sebagai
berikut:
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
14/74
2.1.7
Komplikasi dan Penatalaksanan
Pengelolaan komplikasi yang mungkin timbul dapat dilakukan secara
konservatif, sesuai dengan anjuran yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Penatalaksanaan Komplikasi AKI (Sinto, 2010)
Teori Asuhan Keperawatan AKI
1. Fokus Pengkajian (Efendy, 2008)
Sistem Pernafasan (B1)
a. Gejala : nafas pendek
b. Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
15/74
Sistem Persyarafan (B3)
a. Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur. Kram otot/kejang, sindrom “kaki
Gelisah”.
b. Tanda :Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa, kejang, faskikulasi
otot, aktifitas kejang.
Sistem Perkemihan (B4)
a. Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi, poliuria 2-6 liters / day
(kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria 12-21 hari (fase akhir), disuria,
ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), abdomen kembung
diare atau konstipasi, riwayat HPB, batu/kalkuli
b. Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
Sistem Pencernaan (B5)
a. Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi), mual
, muntah, anoreksia, nyeri uluhati.
b. Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema (umum, bagian bawah).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
16/74
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui
alkalosis respiratorik.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
3. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu
pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R/ Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin
angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
17/74
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R/ Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap
terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R/ Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan
e. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan haluaran
R/Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : Menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R/ Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R/ Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
18/74
R/ Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut
yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi
melalui alkalosis respiratorik
Tujuan : Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R/ Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b.
Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R/ Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R/ Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R/ Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga
Kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
19/74
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
20/74
ginjal dengan sklerosa yang irreversibel dan hilangnya nephrons ke arah suatu
kemunduran nilai dari GFR.
Dalam CKD juga terdapat kondisi Acute On CKD (AoCKD). Perbedaan antara
acute on CKD dengan AKI ada lima kondisi yaitu :
1. Pada AKI kondisi umum ginjal masih bagus, sedangkan pada AoCKD kondisi
ginjal umumnya sudah rusak
2. Pada AKI sebelumnya telah disertai dengan penyakit akut baik pra-renal, renal
maupun post-renal, sedangkan pada AoCKD tidak ada.
3. Pada AoCKD selalu diawali dengan penyakit kronis, sedangkan AKI tidak
4. Pada AoCKD ada gejala klinis khas seperti anemia, peningkatan kadar fosfat
dalam darah dan tekanan darah tinggi, sedangkan pada AKI tidak ada.
5. AKI sifatnya reversible, sedangkan AoCKD sifatnya irreversible.
Klasifikasi
Menurut KDOQI, ada 5 tingkatan atau stage dari CKD seperti yang ditunjukkan
oleh table 6 dibawah ini :
(The Renal Association, 2010)
Tabel 6 KDOQI stages of kidney diseases
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
21/74
Suffixes:
p suffix:tambahan p pada tiap tingkatan (misal 3Ap, 4p) menunjukkan adanya
proteinuria
T - : tambahan T pada tiap tingkatan (misalnya 3AT) mengindikasikan bahwa
pasien telah menjalani transplantasi ginjal.
D -: tambahan D pada tingkatan/ stage ke 5 (misalnya. 5D) mengindikasikan
bahwa pasien sedang menjalani Dialisis.
Etiologi
Menurut Arora (2012) penyebab Chronic Kidney Disease adalah sebagai
berikut :
1. Diabetes Mellitus
2. Hipertensi
3. Penyakit glomerular (primer atau sekunder)
4. Penyakit tunulointerstisial
5. Obstruksi saluran kemih
Penyakit pembuluh darah yang dapat menyebabkan Chronic Kidney Disease
adalah sebagai berikut :
1. Renal artery stenosis
2. Pola cytoplasmic antineutrophil cytoplasmic antibody ( C-ANCA)- vaskulitis
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
22/74
7. Acute kidney injury (AKI) yang tidak tertangani
Penyakit glomerulus primer yang dapat menyebabkan Chronic Kidney Disease
adalah sebagai berikut :
1. Membranous nephropathy
2. Immunoglobulin A (IgA) nephropathy
3. Glomerulosclerosis fokal dan segmental
4. Perubahan penyakit yang minimal
5. Membranoproliferative glomerulonephritis
Progresifitas cepat glomerulonefritis sekunder disebakan oleh penyakit glomerulus
meliputi :
1. Diabetes Mellitus
2. Sistemik lupus eritematosus
3. Rheumatoid arthritis
4. Penyakit campuran jaringan ikat
5. Scleroderma
6. Sindrom Goodpasture
7. Wegener granulomatosis
8. Postinfectious glomerulonephritis
9. Endocarditis
10. Hepatitis B dan C
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
23/74
17. Amiloidosis
18. Light chain deposition disease
19. Neoplasia
20. Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP)
21. Hemolytic-uremic syndrome (HUS)
22. Henoch Schonlein purpura
23. Alport syndrome
24. Refluks nefropati
Penyebab penyakit tubulointerstitial meliputi:
1. Obat-obatan (misalnya sulfa, allopurinol)
2. Infeksi (virus, bakteri, parasit)
3. Sjögren syndrome
4. Hipokalemia kronis
5. Hiperkalsemia kronis
6. Sarkoidosis
7. Multiple myeloma cast nephropathy
8. Logam berat
9. Radiasi nefritis
10. Polikistik ginjal
11. Cystinosis
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
24/74
6. Neurogenic bladder
Manifestasi Klinik
Ada beberapa manifestasi klinik gagal gagal ginjal kronik : ( Schrier, 2003)
1. Gangguan keseimbangan elektrolit : hipernatremia, huiperkalemia
2. Asidosis metabolic (ditemukan jika LFG
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
25/74
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
26/74
Gambar 5. Diabetic Nefropathy
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
27/74
Gambar 6. Nefropaty kronik akibat Renal Mass Reduction (RMR)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
28/74
Gambar 7. Nefropaty akibat ureteral obstruction
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
29/74
Gambar 8. Mekanisme CKD
Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1. LED: meninggi, yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosi yang rendah.
2. Ureum dan kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
30/74
D3 pada GGK.
5. Phosphat alkaline meninggi akibat gangguan metabolism tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang
6. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan gangguan
metabolism dan diet rendah protein.
7. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal
ginjal (resitensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
8. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolism lemak, disebabkan peninggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
9. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, BE menurun, HCO3 menurun, PCO2 menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
b. Pemeriksaan lain
1.
Foto polos abdomen: untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh
sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
2. IVP (Intra Vena pielografi): untuk menilai system pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya usia lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam urat.
3. USG: untuk menilai besar dan bentuk ginajl, tebal parenkim ginjal, kepadatan
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
31/74
Penatalaksanaan
1.
Stage 1 dan 2
Pada CKD stage 1 fungsi ginjal sebenarnya normal tapi terdapat beberapa tanda
adanya kelainan pada ginjal. CKD stage 2 ditandai dengan menurunnya sebagian
fungsi ginjal, GFR 60-89mls/min/1.73m2
Pengkajian Awal pada CKD stage 1+2:
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi resiko peningkatan kelainan
ginjal pada klien, dan untuk mengurangi resiko terkait. Yang perlu dikaji adalah
a. Hematuria
b. Proteinuria
Jika pengkajian pertama menemukan adanya peningkatan kreatinin maka
penting bagi kita untuk memastikan kestabilan nilainya. Ulangi test 14 hari
berikutnya.
Managemen CKD stage 1+2 :
Dalam 12 bulan pencapaian yang harus didapat adalah :
a. Kreatinin : perubahan signifikan pada eGFR telah ditentukan sebagai short-
term eGFR fall >15% atau [creatinine] meningkat >20%; atau yang terbaru
berdasar NICE guideline adnya kehilangan GFR 1y dari 5ml/min, atau
kehilangan dalam 5y dari 10ml/min.
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
32/74
2.
Stage 3
Dalam CKD stage 3 ini nilai eGFR 30-60%: eGFR 45-59 (3A) atau 30-44 (3B).
Pengkajian awal CKD stage 3
a. Pengakajian klinis : khususnya untuk sepsis, gagl jantung, hipovolemi,
memeriksa adanya pembesaran kandung kemih
b. Review ulang medikasi: periksa apakah diperlukan perubahan dosis obat ketika
GFR terjadi penurunan, untuk mencegah nephrotoxic drug.
c. Tes Urin : adanya hematuria atau proteinuria menunjukkan adanya kelainan
ginjal yang progresif
d. Pencitraan: perlu dilakuakan bila klien diindikasikan adanya obstruksi pada
sistem ginjal
Manajemen CKD stage 3
Dalam 6 sampai 12 bulan targetnya adalah :
a.
Creatinine and K :pertimbangkan turunnya nilai eGFR yang tib-tiba >25%
sebagai ARF. NICE menyarankan untuk meminta advis dari specialist ketika
GFR turun lebih 1y dari 5ml/min, atau 5y dari 10ml/min.
b. Hb – bila di bawah 110 g/l, terapi spesifik perlu dilakukan. Hb turun secara
progresif mengindikasikan turunnya GFR.
c. Urinary protein for ACR or PCR : pertahankan nilai ACR 30 atau PCR 50 bagi
klien dengan tekana darah yang tinggi(dan suffix 'p' pada CKD stage)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
33/74
untuk mencegah nephrotoxic drugs
3. Stage 4+5
Tanda CKD stage4 adalah adanya penurunan fungsi ginjal yang parah, 15-30% (eGFR
15-29ml/min/1.73m2). Tanda CKD stage 5 adalah adanya penurunan fungsi ginjal
yang sangat parah (endstage atau ESRF/ESRD),
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
34/74
teratur dan gaya hidup.
g. Immunization - influenza dan pneumococcal, dan imunisasi Hepatitis B jika
transplantasi ginjal akan dilakukan
h. Medication review – review teratur terhadap jenis-jenis obat yang diberikan untuk
mencegah nephrotoxic drugs
i. Jika klien osteoporosis: jangan menggunakan bisphosphonates karena bisa
mengarah ke renal osteodystrophy.
j. Tindakan Terapi Pengganti Ginjal (TPG) atau Renal Replacement Theraphy
Gambar 9. CKD stages
Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Theraphy)
Pada penderita Gagal Ginjal Kronis stadium terminal dengan fungsi ginjal yang tersisa
di bawah 10-15% maka ginjal tidak dapat memengeluarkan zat-zat sisa metabolisme,
mengatur keseimbangan asam-basa, dan fungsi ginjal yang lain sehingga memerlukan
penanganan yang disebut Terapi Pengganti Ginjal atau Renal Replacement Therapy (RRT).
Berikut adalah macam RRT secara umum (Phillip et al, 2005)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
35/74
Terapi Pengganti Ginjal yang secara umum digunakan saat ini ada dua pilihan yaitu
Dialisis dan Transpalantasi Ginjal. Dialisis sendiri ada dua metode yaitu Hemodialisis dan
Peritoneal Dialisis (Wijaya, 2010).
Menurut Philip et al (2005), indikasi dan kontraindikasi dari RRT ini adalah seperti
yang ditunjukkan dalam table berikut :
Tabel 6. Indikasi dan kontraindikasi RRT (Philip et al, 2005)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
36/74
1.
Hemodialisis
Hemodialisis merupakan suatu membrane atau selaput semi permiabel. Membran ini
dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut membrane yaitu
proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membrane semi permiabel. Terapi
hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-
sisa membrane atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
membrane, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membrane semi permiabel
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi,
osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2001).
Kandungan cairan dialisat adalah macam-macam garam/elektrolit/zat antara lain:
1. NaCl/sodium klorida
2. CaCl/kalium klorida
3. MgCl2/magnesium klorida
4. NaC2H3O2 3H2O/acetat atau NaHCO3/bikarbonat
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
37/74
Gambar 11. Mekanisme Hemodialisis (Mehta et al, 2003)
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
38/74
Gambar 13. Akses pembuluh darah untuk HD (Davis, 2005)
Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal atau tahap
akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu penderita.
Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia
penderita. Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien
tetapi hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal
(Wijayakusuma, 2008).
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat
adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir
metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan
bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
39/74
pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan
pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan (Brunner & Suddarth, 2001).
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang
memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan
antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam
darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik (Brunner &
Suddarth, 2001).
Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi Terapi Hemodialisis
Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis adalah laju
filtrasi glomerulus ( LFG ) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga dialisis dianggap baru
perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut dibawah :
a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
b. K serum > 6 mEq/L
c. Ureum darah > 200 mg/Dl
d. pH darah < 7,1
e. Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )
f. Fluid overloaded (Shardjono dkk, 2001).
Menurut Rayner (2002) indikasi akut hemodialisis adalah :
INDIKASI KARAKTERISTIK
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
40/74
1. Uremia
2. Hiperkalemia
3. Kelebihan cairan
4. Asidosis metabolik
1. lemah, asteriksis, kejang, mual &
muntah, perikarditis, kesadaran
turun
K+ > 6,5 mmol/L
2. K+ 5,5-6,5 mmol/L + kelainan
EKG
3. kelebihan cairan, resisten
diuretika ; terutama edema paru
4. pH tetap < 7,2 walau sudah terapi
bikarbonat / tidak bisa terapi
bikarbonat karena kelebihan
cairan
Menurut Rayner (2002) kontaindikasi dari hemodialisis adalah :
Absolut Relatif
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
41/74
fungsi ginjal yang rusak tetapi hemodialisa juga dapat menyebabkan komplikasi umum
berupa hipertensi (20-30% dari dialisis), kram otot (5-20% dari dialisis), mual dan muntah (5-
15% dari dialisis), sakit kepala (5% dari dialisis), nyeri dada (2-5% dialisis), sakit tulang
belakang(2-5% dialysis), 5% dari dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis) dan demam pada anak-
anak (
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
42/74
Gambar 14. Ilustrasi Peritoneal dialysis (Davis, 2005)
Menurut Wijaya (2010) Peritonal Dialisis dilakukan setiap hari dan cairan dialisis
harus senantiasa berada di rongga perut agar terjadi pembersihan darah scara adekuat.
Metode Peritoneal Dialisis:
1. Continous Ambulatory Peritoneal Dialisys (CAPD). CAPD dilakukan sementara
pasien aktif melakukan aktivitas sehari-hari, dilakukan 3-6 kali perhari dengan jumlah
cairan dialisis sebanyak 2 liter tiap satu putaran. Cairan dialisis berada dalam rongga
peritoneium selama 4-6 jam.
2.
Continous Cyclic Peritonel Dialisys (CCPD). CCPD dilakuakn dengan memakai
bantuan mesin ketika pasien sedang tidur. Mesin secara otomatis akan melakukan
penukaran cairan dialisis sebanyak 4-8 kali pada malam hari selama 8-12 jam ketika
pasien tidur.
Komplikasi Peritonal Dialisis:
1. Peritonitis
2. Peningkatan kadar glukosa
3. Kekurangan vitamin dan mineral
Keuntungan Peritonal Dialisis :
1. Pasien diajar mandiri dalam dialisis sehingga lebih percaya diri.
2 W kt l bih b b d t dil k k di h t di t t k j
Ab l t R l tif
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
43/74
Absolut Relatif
• Hilangnya fungsi peritoneal sehingga
klirens tidak memadai
• Ada perlekatan
• Adanya hernia yang tidak dapat
dioperasi
• Adanya stoma di dinding abdomen
• Kebocoran cairan lewat diafragma
• Pasien tidak dapat melakukan
penggantian cairan sendiri.
• Adanya graft aorta di abdomen yang
baru
• Shunt ventriculoperitoneal
• Tidak tahan terhadap adanya cairan di
abdomen
• Massa otot yang besar
• Obesitas morbid
• Malnutrisi berat
• Infeksi kulit
• Penyakit usus
3. Transplantasi Ginjal
Menurut The Indonesian Diatrans Kidney Foundation (2010) Transplantasi ginjal
adalah suatu metode terapi dengan cara operasi dimana seseorang yang mengalami gagal
ginjal menerima ginjal yang sehat dari pendonor yang masih hidup atau yang telah meninggal,
untuk menganbil alih fungsi ginjalnya yang sudah tidak berfungsi lagi. Kedua ginjal yag lama
tidak dibuang dan tetap pada tempat yang semula, kecuali kedua ginjalnya mengalami infeksi
atau tekanan darah tinggi. Ada dua jenis transplantasi ginjal: orang-orang yang berasal dari
donor hidup dan orang-orang yang berasal dari berhubungan donor yang telah meninggal
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
44/74
Tindakan yang diperlukan pascatransplantasi ginjal
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
45/74
Tindakan yang diperlukan pascatransplantasi ginjal
Selain mengkonsumsi obat –obatan yang diberikan oleh dokter seumur hidupnya,
pasien juga diharuskan secara berkala memeriksakan ginjalnya. Diet tinggi protein bagi
pasien pasca transplantasi juga perlu dijalani. Pasien yang sebelumnya menjalani dialisis akan
merasakan bahwa diet pasca transplant tidak akan seketat seperti saat dialisis.
Semua terapi ada kelemahan dan kelebihan masing-masing. Berikut perbandingan
antara HD, RRT dan PD menurut Mehta et al (2005):
Gambar 15. Perbandingan antara CRRT, IHD dan PD (Mehta et al, 2003)
ASUHAN KEPERAWATAN
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
46/74
ASUHAN KEPERAWATAN
Teori Keperawatan CKD
Fokus Pengkajian (Efendy, 2008)
1.
Sistem Pernafasan (B1)
Gejala : nafas pendek
Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk
produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
2. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi
akibat kehamilan), disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi
ortostatik(hipovalemia), DVI, nadi kuat, hipervolemia, edema jaringan umum
(termasuk area periorbital mata kaki sakrum), pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Sistem Persyarafan (B3)
Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur. Kram otot/kejang, sindrom “kaki
Gelisah”.
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa, kejang,
Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
47/74
g p , , ,
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
5.
Sistem Pencernaan (B5)
Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi),
mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati.
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema (umum, bagian bawah).
Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien CKD adalah:
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, diet berlebihan dan retensi cairan dan
natrium
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah, pembatasan
diet dan perubahan membran mukosa mulut
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis
4. PK Anemia
Asuhan Keperawatan
1.
Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, diet berlebihan dan retensi cairan dan
natrium
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
48/74
Rasional : 1. Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
49/74
intervensi
2. Pola diet dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu
3. Protein diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan penyembuhan
4. Meminimalkan faktor tidak menyenangkan dan menimbulkan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis
Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil : Dalam 3x24 jam pasien akan
a. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera
b. Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
c. Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
d. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
Intervensi : 1. Cegah faktor yang menimbulkan keletihan
2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
4. anjurkan untuk istirahat setelah melakukan dialisis
Rasional : 1. Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan
4. PK Anemia
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
50/74
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan gejala anemia
Kriteria Hasil : Dalam 3x24 jam pasien menunjukkan :
a. Warna kulit pasien normal
b. Nilai hematologi dalam batas yang diterima
c. Tidak mengalami perdarahan
Intervensi : 1. Instruksikan pasien bagaimana untuk mencegah perdarahan (menghindari
olahraga yang berat dan anjurkan pemakaian sikat gigi yang lembut)
2. Berikan terapi komponen darah sesuai indikasi
3. Berikan medikasi sesuai resep mencakup suplemen besi, asam folat,
Epogen maupun multivitamin
4. Hindari pengambilan spesimen darah yang tidak perlu
5. Pantau hitung sel darah merah dan kadar hematokrit sesuai indikasi
Rasional : 1. Perdarahan dapat memperburuk anemia
2. Terapi komponen darah mungkin diperlukan
3. Sel darah merah membutuhkan zat besi, asam folat dan vitamin untuk
produksinya.Epogen menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi
sel darah merah
4. Anemia dicetuskan oleh pengambilan sejumlah spesimen
ginjal sekitar 1 tahun yang lalu. Ny. A mengeluhkan edema di sekitar mata, ekstremitas pucat
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
51/74
dan edema, Ny. A mengatakan tangan dan kakinya terasa dingin, sehingga terasa sangat
lemah untuk digerakkan. Nafasnya pun pendek dan cepat, sekitar 28 x/menit. Ny. A
mengeluhkan kencingnya sedikit sekali, diperkirakan produksi urin tidak sampai 300ml dan
terjadi lebih dari 1 bulan, urin berwarna coklat seperti teh. TD 130/ 90 mmHg. Nadi 110 x/
menit, suhu Badan 36,2 C. Ny.A telah memeriksakan diri ke RSP Unair, dengan hasil ureum
urin meningkat, BUN dan kreatinin meningkat, serta dokter mendiagnosa Ny. A mengalami
kegagalan ginjal akut.
Pengkajian
Anamnesa, meliputi :
1. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Umur : 65 tahun
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 160 cm
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Riwayat sakit dan kesehatan
2.1 Keluhan utama
2.3 Riwayat penyakit dahulu
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
52/74
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi dan nyeri
dada. Serta pernah memiliki riwayat urolithiasis.
2.4 Riwayat keluarga
Adanya riwayat hipertensi.
2.4 Riwayat psikososial
Klien merasa stress, tak ada kekuatan, ansietas dan takut.
3. Pemeriksaan fisik
Review Of System (ROS)
a. B1(BREATH)
Napas pendek, dispnea, RR : 28x/menit. Pada pemeriksaan perkusi : redup
b. B2(BLOOD)
Nadi lemah dan cepat, hipotensi ortostatik yang menunjukkan hipovolemia,
pucat, TD : 130/90, nadi : 110x/menit, Hb : 5 g/dl, CRT: 4 detik.
c. B3(BRAIN)
Stress, ansietas, takut, penurunan kesadaran, bicara agak melantur.
d. B4(BLADDER)
Oliguria (produksi urine 300cc/24 jam), adanya rasa nyeri saat buang air
kecil dan kandung kemih yang menegang.
e. B5(BOWEL)
Klien mengalami kelemahan serta edema ekstremitas
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
53/74
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Urin
Warna : secara abnormal warna urin kotor, kecoklatan seperti teh
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
Volume urin: kurang dari 300 ml/ 24 jam
Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
Osmolatas : kurang dari 350 m0sm/ kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan resiko urin / serum sering 1:1
Protein: derajat tinggi proteinuria (3-41) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Klirens kreatinin: agak menurun
Natrium : lebih besar dari 40 mEg / l karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
b. Darah
HT: menurun karena adanya anemia. Hb 5 gr/ dl
BUN/ kreatinin : 65 µmol/l
GDA: asidosis metabolic, pH 6
Albumin = 60 g/dl
e. Ultrasonografi ginjal
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
54/74
Ginjal berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm dan tidak
ada masa kista obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi
Tidak terdapat pulvis ginjal, keluar batu dan pengangkutan tumor selektif
g. EKG
Tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: -
DO:- TD 130/90 mmHg
- Nadi perifer tidak
teraba dan cepat
Sindrom uremik
↓
Asidosis metabolic
↓
Hipertensi sitemik
↓
Beban kerja jantung ↑
↓
Curah jantung ↓
Penurunan curah jantung
DS:- Aliran darah ginjal ↓ Gangguan keseimbangan
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
55/74
DO: Natrium 125 mEq/ L
(normal= 135-145 mEq/ L
(mmol/L))
- Kalium 6,0 mEq/ L
(normal 3,5 – 5
mEq/L)
- Ureum: 202,32 mg/dl
(normal: 20-40 mg/dl)
↓
Destruksi struktur ginjal
↓
GFR ↓
↓
Penyerapan elektrolit di
tubulus terganggu
↓
Penumpukan toksik uremia,
hiponatremia, dan
hiperkalemia
cairan dan elektrolit
DS: - klien mengatakan mual,
tidak nafsu makan
DO: - porsi makan sedikit dan
tidak pernah habis, hanya 3
sendok makan.
-
Mata cowong
Sindrom uremik
↓
Ureum pada saluran cerna
↓
Peradangan mukosa saluran
cerna
↓
Stomatitis, ulkus lambung
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
56/74
DS:- klien mengatakan lemah Sindroma uremik Intoleransi aktivitas
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
57/74
DO:- klien berbaring ditempat
tidur
- Kebutuhan klien
sebagian besar dibantu
oleh keluarga.
↓
Ureum pada jaringan otot
↓
Oksigenasi otot ↓
↓
Restless leg sindrom
↓
Letargi (kelemahan)
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder:
volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah.
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi
melalui alkalosis respiratorik.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,
Kriteria hasil :
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
58/74
Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
Rasional: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur.
b. Kaji adanya hipertensi
Rasional: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala
0-10)
Rasional: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
Rasional: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder
: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan
Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
c. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
59/74
pemasukan dan haluaran
Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
Rasional: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
Rasional: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
Rasional: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek social
e. Berikan perawatan mulut sering
Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R i l M k d l
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
60/74
Rasional: Menyatakan adanya pengumpulan secret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
Rasional: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
Rasional: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
Rasional: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga setelah dilakukan perawatan 2X24 jam
Criteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya
kemerahan
Rasional: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
61/74
PENUTUP
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
62/74
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
AKIN mendefinisikan AKI sebagai penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba (dalam
48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3 mg/dL (>25 µmol/L) atau
meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan output urin < 0.5 mL/kg/hr selama >6 jam
(Molitoris et al, 2007). Suatu kondisi penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan hilangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme, menjaga keseimbangan
elektrolit dan cairan (Eric Scott, 2008).
Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kerusakan
ginjal yang terjadi lebih daeri 3 bulan berupa kelainan structural atau fungsional dengna
penurunan laju filtrasi glomerulus dengan etiologi yang bermacam-macam, disertai kelainan
komposisi darah atau urin dan kelainan dalam tes pencitraan. Secara laboratorik dinyatakan
penyakit ginjal kronik apabila pemeriksaan klirens kreatinin
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
63/74
Arora, Pradeep. 2012. Chronic Kidney Disease. Diakses dari http://
emedicine.medscape.com/ article/238798 pada tanggal 2 Juni 2012
American Journal of Kidney Disease. 2006. Hemodialysis Guidelines. Diakses dari
http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/pdf/12-50-0210_JAG_DCP_Guidelines
HD_Oct06_SectionA_ofC.pdf pada tanggal 12 Mei 2012
Astiawanti, Prima. 2008. Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara Penyakit
Ginjal Kronik Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus dan Non Diabetes Mellitus. Diakses
dari http://www.pernefri.org/1-kamus-ginjal.php pada tanggal 12 Mei 2012.
Bonventre, Joseph, MD, PhD. Pathophysiology of Cy. Nephrology rounds (2007),
Volume 6 Issue 7.
Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s principle of internal medicine. Ed
16. New York: McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.
Efendy F.2008. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut. Diakses dari
http://indonesiannursing.com/2008/07/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-akut/ pada tanggal 14
Mei 2012 jam 18.27
Effendi, Ferri. 2008. Asuhan Keperawatan Acute kidney injury.
http://indonesiannursing.com/2008/07/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-akut/. Diakses
J. M Lopez Novoa et al. Common Pathophysioogical Mechanism Of Chronic Kidney
Disease : Therapeutic Perspectives Pharmacology & therapeutic 128 (2010) 61-81
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
64/74
Disease : Therapeutic Perspectives. Pharmacology & therapeutic 128 (2010) 61 81
Mehta RL, Chertow GM. Acute renal failure definitions and classification: time for
change?. J Am Soc Nephrol. 2003;14:2178-87.
Mohani CI. Diuretika pada kasus dengan oligouria. Dalam Dharmeizar, Marbun MBH,
editor. Makalah lengkap the 8th
Jakarta nephrology & hypertension course and symposium on
hypertension. Jakarta: PERNEFRI; 2008.p.9-10.
Molitoris BA, Levin A, Warnock DG, et al; Acute Kidney Injury Network. Improving
outcomes from acute kidney injury. J Am Soc Nephrol. 2007;18(7): 1992-1994.
National Kidney Foundation. 2010. About CKD Guide. Diakses dari
http://www.kidney.org/atoz/atozcopy.cfm?pdflink=AboutCKDGuidePatFam.pdf pada tanggal
12 Mei 2012.
National Kidney Foundation. NKF-DOQI clinical practice guidelines for dyalisis
adequaly. Am J Kidney Dis. 1997:567-5136.
Noer, Muhammad Sjaifullah, Ninik Soemyarso. 2012. Acute kidney injury .
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pd
f=&html=07110-jlqk257.htm diakses 1 Mei 2012 jam 8.00
Philip O’Reilly, MD, Ashita Tolwani, MD. Renal Replacement Therapy III:IHD,
CRRT, SLED. Crit Care Clin 21 (2005) 367– 378
Roesli R. Kriteria “RIFLE” cara yang mudah dan terpercaya untuk menegakkan
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
65/74
Lampiran WOC GGK
Faktor yang tidak dapat di ubah:
Faktor yang dapat berubah:
- Gangguan metabolic
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
66/74
y g p
-
Genetic- Usia > 60 th
Gangguan metabolic
- Hipertensi
- Gangguan pembuluh darah ginjal
- Gangguan imunologis
- Infeksi
- Gangguan tubulus primer
- Obstruksi traktus urinarius
- Kelainan konginetal
Penurunan aliran darah di ginjal
GFR
Fungsi nefron banyak yang hilang
Gagal ginjal akut
Gangguan pada fungsi ginjal
Regulasi cairan elektrolit
ureum dan nitrogen non protein
fungsi ekskresi
Ekskresi
Retensi cairan dan
elekttrolit
MK: kelebihan volumeKelebihan volume cairan
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
67/74
Keseimbangan
asam basa
MK: gangguan
keseimbanganasam basa
Kegagalan/penuruna
n reabsorbsi HCO3-
& sekresi H
+ pada
tubulus ginjal
Produksi asam
uremia
Asidosis metabolic
Perdarahan Nausea vormit
Iritasi lambung
Hi ti idi
Merangsang hormone
paratiroid
konsentrasi Ca+
pengikatan fosfat
dengan kalium
dalam plasma
konsentrasi
fosfat serum
Retensi fosfat oleh
ginjal
Fosfat
Retensi substansi
Perfusi jaringan
Kelebihan volume
cairan
Edema
Proteinuria
Kegagalan/
reabsorbsi protein
Glukosaria
Kegagalan/ reabso
rbsi glukosa
ProteinGlukosa
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
68/74
Hormonal
Eritroprotein
PK anemia
Rennin
Gangguan perfusi
jaringan
Gangguan
proses pikir
Pembentukan angiotensi II
Hipertansi
Suplai O2 di
otak
Oksihemoglobin
Sekresi rennin
Intoleransi
aktivitas
Su lai O2
Kadar NL
Jaringan ginjal
iskemik
Pembentukan
RBC
tergganggu
sekresi
ertroprotein
L i WOC AKI
Chronic Kidney Disease
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
69/74
69
Lampiran WOC AKI
)
Iskemia atau nefrotoksin
AKI
A A A
↓
2
:
MK:
-Kurang Pengetahuan
-Ansietas
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
70/74
70
A
A
D
:
: A
AA ↑
A
E, C ↑, >,
, ,
,
+ 2
E
:
:
/
A
↓
li i l li i i i
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
71/74
71
Oliguri MK: Gangguan pola eliminasi urin
Retensi cairan
interstisial ↑ dan pH ↓
Fase diuresis ginjal Ekskresi kalium
menurun
Peningkatan
metabolit pada
jaringan otot
Peningkatan metabolit
pada gastrointestinal
Edema paru,
asidosis metabolik
Urin hipotonis
MK: Ketidak
seimbangan cairan
dan elektrolit
Kelelahan, kram
otot ↑
Peningkatan ureum
dalam saluran
cerna
MK: Gangguan
pola nafas tidak
efektif
Peradangan
mukosa saluranMK: Intoleransi
aktivitas
Hiperkalemi
Pengeluaran cairan
tubuh berlebih
dehidrasi
MK: Resiko
Tinggi Kejang,
Resti Aritmia
Perubahan
konduksi
elektrikal
jantung
MK: Defisit
volume cairan
MK: Penurunan
Curah Jantung
Ulkus lambung
Mual, muntah
Anoreksia
MK: Nutrisi kurang dari
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
72/74
72
MK: Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
D
D 1/
↑
,
:
D
D
>250/BB/4
↓
:
D (,53
μ/BB/)
D
,
:
:
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
73/74
73
A A
A
E
:
:
A
↑
:
A
: A
A
:
:
8/18/2019 Askep Acute Kidney Injury dan Gangguan Ginjal Kronis.pdf
74/74
74