Author
yug-nda
View
145
Download
23
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam mem-
pertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air,
elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Gagal ginjal kronik merupakan suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversible . Hal ini terjadi apabila laju
filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal ginjal kronik sesuai dengan tahapannya
dapat berkurang,ringan, sedang atau berat. Gagal ginjal tahap akhir ( end stage renal failure )
adalah stadium gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi
pengganti ( Suhardjono, 2001 ).
Gagal ginjal kronik ditandai dengan penurunan laju penyaringan glumerulus (GFR), se-
hingga kadar urea darah meningkat, kenaikan kadar urea darah dan meningkatnya proses pen-
yaringan oleh nefron yang mengalami hipertropi, menyebabakan muatan solut yang sampai ke-
masing masing tubulus yang masih berfungsi akan menjadi lebih besar daripada keadaan normal
(William E,2009).
Berdasarkan pada beberapa hal diatas penyusun tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Keperawatan Gagal Ginjal Kronik” dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini kami susun berdasarkan pada pengembangan dari beberapa pokok persoalan
berikut, yaitu :
1. Apa pengertian dari gagal ginjal kronik ?
2. Bagaimana klasifikasi dari gagal ginjal kronik ?
3. Apa etiologi dari gagal ginjal kronik ?
4. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronik ?
5. Bagaimana manifestasi dari gagal ginjal kronik ?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik ?
1
7. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik ?
8. Apa komplikasi dari gagal ginjal kronik ?
9. Bagaimana prognosis dari gagal ginjal kronik ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik ?
C. TUJUAN
Makalah ini kami susun untuk mengetahui :
1. Pengertian dari gagal ginjal kronik
2. Klasifikasi dari gagal ginjal kronik
3. Etiologi dari gagal ginjal kronik
4. Patofisiologi dari gagal ginjal kronik
5. Manifestasi dari gagal ginjal kronik
6. Pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik
7. Penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik
8. Komplikasi dari gagal ginjal kronik
9. Prognosis dari gagal ginjal kronik
10. Asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI GINJAL
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang belakang antara
T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding ginjal kanan. Permukaan anterior
ginjal kiri diselimuti oleh lambung, pancreas, jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri. Permukaan
superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.
Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen dipelihara oleh ( 1 ) dinding
peritoneum, ( 2 ) kontak dengan organ – organ visceral, dan ( 3 ) dukungan jaringan penghubung.
Ukuran setiap ginjal setiap orang dewasa adalah panjang 10 cm; 5,5 cm pada sisi lebar; dan 3 cm
pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g.
Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan bagian luar. Bagian
dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh – pembuluh darah ginjal dan drainase
ureter melewati hilius dan cabang sinus renal. Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup
kapsul ginjal dan menstabilisasi struktur ginjal. Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam
sebelah luar yang bersentuhan dengan kapsul ginjal. Medula ginjal terdiri atas 6-18 piramid
ginjal. Bagian dasar pyramid bersambungan dengan korteksdan diantara pyramid dipisahkan oleh
jaringan kortikal yang disebut kolum ginjal.
B. PENGERTIAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan
ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden,2002).
3
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan
internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan
individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan
menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
C. ETIOLOGI
Umumnya gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal intrinsic difus dan menahun.
Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Umumnya penyakit diluar ginjal, missal nefropati obstruktif dapat menyebabkan kelainan ginjal
intrinsic dan berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Glomerulonefritis hipertensi essensial dan pielonefritis merupakan penyebab paling ser-
ing dari gagal ginjal kronik kira-kira 60%. Gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan
penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15 – 20 %. Glomerulonefritis kronik
merupakan penyakit parenkim ginjal progresif dan difus, seringkali berakhir dengan gagal ginjal
kronik. Laki-laki lebih sering dari wanita, umur 20 – 40 tahun. Sebagian besar pasien relatif
muda dan merupakan calon utama untuk transplantasi ginjal. Glomerulonefritis mungkin
berhubungan dengan penyakit-penyakit system (Glomerulonefritis sekunder) seperti Lupus Erito-
matosus Sitemik, Poliarthritis Nodosa, Granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis (Glomeru-
lopati) yang berhubungan dengan diabetes melitus (Glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai
4
dan dapat berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan
amiloidosis sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun sperti tuberkolosis,
lepra, osteomielitis, dan arthritis rheumatoid, dan myeloma.
Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nefrosklerosis) merupakan salah satu penyebab ga-
gal ginjal kronik. Insiden hipertensi essensial berat yang berekhir dengan gagal ginjal kronik ku-
rang dari 10 %. Kira-kira 10 -15% pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik disebabkan penyakit
ginjal
Pada orang dewasa, gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih
dan ginjal (Pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai, kecuali tuberculosis, abses multi-
ple, nekrosis papilla renalis yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
Seperti diketahui,nefritis interstisial menunjukkan kelainan histopatologi berupa fibrosis
dan reaksi inflamasi atau radang dari jaringan interstisial dengan etiologi yang banyak. Kadang
dijumpai juga kelainan-kelainan mengenai glomerulus dan pembuluh darah, vaskuler. Nefropati
asam urat menempati urutan pertama dari etiolgi nefrotis interstisial.
D. PATOFISIOLOGI
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang
persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi
5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah
biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk
memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik
terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan
gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma
(penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran
darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel
darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan
(akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan
nutrisi dan berbagai proses biokimia.
5
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suhardjono (2001), manifestasi klinik yang muncul pada pasien dengan gagal ginjal
kronik yaitu:
1. Gangguan pada sistem gastrointestinal
a. Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan metaboslime
b. protein dalam usus.
c. Mulut bau amonia disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur.
d. Cegukan (hiccup)
2. Gastritis erosif, ulkus peptik, dan kolitis uremik.
a. Sistem Integumen
1) Kulit berwarna pucat akibat anemia. Gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik.
2) Ekimosis akibat gangguan hematologis
3) Urea frost akibat kristalisasi urea
4) Bekas-bekas garukan karena gatal
5) Kulit kering bersisik
6) Kuku tipis dan rapuh
7) Rambut tipis dan kasar
b. Sistem Hematologi
1) Anemia
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
3) Gangguan fungsi leukosit
c. Sistem saraf dan otot
1) Restles leg syndrome
2) Burning feet syndrome
3) Ensefalopati metabolic
6
4) Miopati
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Akibat penimbunan cairan dan garam.
3) Nyeri dada dan sesak nafas
e. Gangguan irama jantung
1) Edema akibat penimbunan cairan.
2) Sistem Endokrin
3) Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki.
4) Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, dan gangguan sekresi insulin.
5) Gangguan metabolisme lemak.
6) Gangguan metabolisme vitamin D.
Manifestasi klinis secara umum :
1. Ketidakseimbangan cairan
a. Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif
b. Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan, dehidrasi
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a. Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial
b. Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan refleks tendon
profunda, penurunan tingkat kesadaran
c. Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis,
tetani
d. Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG
3. Ensefalopati dan neuropati uremik
a. Gatal gatal
b. Kram dan kelemahan otot
c. Bicara tidak jelas
d. Parastesia telapak tangan dan telapak kaki
e. Konsentrasi buruk
f. Mengantuk
g. Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
h. Koma
i. Kejang
7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi). Dehidrasi
akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya :
usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,
parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari),
kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai
bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya
suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih
kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan
ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens
Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya
diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit
8
D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase
lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme
dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal,
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon
inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
G. PENATALAKSANAAN
1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3. Diet tinggi kalori rendah protein.
4. Kendalikan hipertensi.
5. Jaga keseimbangan eletrolit.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9. Persiapkan program hemodialisis.
10. Transplantasi ginjal.
H. KOMPLIKASI
1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GGK
a. PENGKAJIAN
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi
pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
9
2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang
Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Dahulu
Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga: Adanya penyakit keturunan, misalnya Diabetes
Mellitus (DM).
4. Pola aktivitas sehari-hari
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga
mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan klien.
c) Pola Eliminasi
Eliminasi urine :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat
kencing.
Eliminasi alvi : Diare.
d) Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e) Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan
klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.
5. Pemeriksan fisik :
a. Tanda vital : Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan
dalam (Kussmaul), dyspnea.
b. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
10
c. Mata : Lihat konjungtiva anemis atau an anemis dan sclera ikterik atau tidak
d. Hidung : Kebersihan, ada sinusitis atau tidak, simetris aau tidak
e. Telinga :Simetris atau tidak, ada serumen, fungsi pendengaran
f. Mulut : kebersihan mulut, kelembapan
g. Leher : ada pembengkakan kelenjar thyroid atau tidak
h. Dada
Inspeksi : simetris atau tidak, Pernafasan cepat dan dalam
Perkusi : Apa bunyi paru saat di ketuk
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak
Auskultasi : Apakah bunyi paru normal atau tidak
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris kira dan kanan, Adanya edema anasarka (ascites).
Auskultasi : Bising usus
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak
Perkusi : Timpani
j. Genitalia : ada kelainan atau tidak
k. Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
l. Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
b. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :
- Klien
mengatakan badan
terasa lemah
- Klien
mengatakan kepala
pusing
DO :
- Klien terlihat
lelah
- TTV pasien
tidak stabil
Obstruksi saluran kemih
Retensi urine
GFR turun
GGK
Sekresi eritropoitis turun
Produksi Hb turun
Oksihemogobin turun
Suplai O2 turun
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan
perfusi jaringan
serebral
11
2 DS :
- Klien biasanya
mengatakan tidak
nafsu makan
- Klien
mengatakan perut
terasa sakit
- Klien
mengatakan tidak
menghabiskan
makanan yang
disediakan
DO :
- Klien terlihat
pucat
- Klien tampak
tidak menghabiskan
makanannya
Infeksi
Reaksi antigen antibody
GFR turun
GGK
Sekresi protein terganggu
Sindrom uremia
Gang. Keseimbangan asam basa
Produksi asam naik
Asam lambung naik
Iritasi pada lambung
Infeksi
Mual, muntah
Intake tidak adekuat
Gangguan pemenuhan nutrisi
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
3 DS :
- Klien biasanya
mengatakan kulit
terasa kering
DO :
- Turgor kulit
jelek
Aterosklerosis
Suplai darah ginjal turun
GFR turun
GGK
Sekresi protein terganggu
Sindrom uremia
Perpospatemia
Pruritis
Gangguan integritas kulit
Gangguan
integritas kulit
12
c. DIAGNOSA
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d penurunan suplai O2 ke otak
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan
turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum dalam kulit.
d. INTERVENSI
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d penurunan suplai O2 ke otak
Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x
24 jam
perfusi
jaringan
normal
tekanan darah
sistole antara
100 – 140 dan
diastole antara
70 – 90 mmHg ,
frekuensi nadi
antara 60 - 100,
nadi perifer
yang kuat,
a. Auskultasi suara
jantung dan paru.
Evaluasi adanya
edema, perifer,
kongesti vaskuler dan
keluhan dispnoe.
b. Monitor tekanan
darah, nadi, catat bila
ada perubahan tekanan
darah akibat perubahan
posisi.
c. Kaji adanya
keluhan nyeri dada,
lokasi dan skala
keparahan.
d. Kaji tingkat
kemampuan klien
beraktivitas.
a. A
danya edema paru, kongesti
vaskuler, dan keluhan dispnea
manunjukan adanya renal fail-
ure.
b. H
ipertensi yang signifikan meru-
pakan akibat dari gangguan
renin angiotensin dan aldos-
teron. Tetapi ortostatik
hipotensi juga dapat terjadi aki-
bat dari defisit intravaskular
fluid.
c. H
ipertensi dan Chronic renal
failure dapat menyebabkan ter-
jadinya myocardial infarct.
d. K
elemahan dapat terjadi akibat
dari tidak lancarnya sirkulasi
13
darah.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawat
an selama
2x 24 jam
kebutuhan
nutrisi
dapat
terpenuhi.
Berat badan
dan tinggi
badan ideal,
pasien
mematuhi
dietnya, mual
berkurang
dan muntah
tidak ada,
tekanan
darah 140/90
mmHg
a. Kaji/catat
pemasukan diet
status nutrisi dan
kebiasaan makan
b. Identifikasi
perubahan pola
makan.
c. Berikan makanan
sedikit dan
sering.
d. Anjurkan pasien
untuk mematuhi
diet yang telah
diprogramkan.
e. Timbang berat
badan setiap
seminggu sekali.
a. Un-
tuk mengetahui tentang keadaan dan ke-
butuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet
yang adekuat.
b. Meng
etahui apakah pasien telah melak-
sanakan program diet yang ditetapkan.
c. Mem-
inimalkan anoreksia dan mual.
d. Kepat
uhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya hipertensi yang
lebih berat.
e. Meng
etahui perkembangan berat badan pasien
(berat badan merupakan salah satu in-
dikasi untuk menentukan diet).
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor
kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum pada kulit.
Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
14
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawat
an selama
1x24 jam
tidak
terjadi
kerusakan
integritas
kulit.
kulit tidak
lecet, klien
mampu
mendemons
trasikan cara
untuk
mencegah
terjadinya
kerusakan
integritas
kulit.
a. Inspek
si kulit terhadap
Perubahan
Warna,turgor,perhat
ikan kemerahan,
ekskoriasi.
b. Kaji
keadaan kulit
terhadap kemerahan
dan adanya
excoriasi.
c. Pantau
masukan cairan dan
hidrasi kulit,
membran mukosa.
d. Ganti
posisi tiap 2 jam
sekali, beri bantalan
pada tonjolan tulang
, pelindung siku dan
tumit
e. Jaga
keadaan kulit agar
tetap kering dan
bersih.
a. Menandakan area sirkulasi buruk,
yang dapat menimbulkan dekubitus.
b. Sirkulasi darah yang kurang menye-
babkan kulit mudah rusak dan memu-
dahkan timbulnya dicubitus/ infeksi.
c. Deteksi adanya dehidrasi yang mem-
pengaruhi integritas jaringan pada
tingkat seluler.
d. Mengurangi/ menurunkan tekanan
pada daerah yang edema, daerah yang
perfusinya kurang baik untuk mengu-
rangi/menurunkan iskemia jaringan.
e. Kulit yang basah terus menerus
memicu terjadi iritasi yang mengarah
terjadinya dikubitus.
f. Implementasi
No Hari
tanggal/jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Paraf
1 Gangguan - Mengauskultasi suara jantung dan paru.
15
perfusi jaringan
serebral b/d
penurunan suplai
O2 ke otak
Evaluasi adanya edema, perifer,
kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
- Memonitor tekanan darah, nadi, catat
bila ada perubahan tekanan darah akibat
perubahan posisi.
- Mengkaji adanya keluhan nyeri dada,
lokasi dan skala keparahan.
- Mengkaji tingkat kemampuan klien
beraktivitas
2 Gangguan
pemenuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat.
- Mengkaji/catat pemasukan diet status
nutrisi dan kebiasaan makan
- Identifikasi perubahan pola makan.
- Berikan makanan sedikit dan sering.
- Anjurkan pasien untuk mematuhi diet
yang telah diprogramkan.
- Timbang berat badan setiap seminggu
sekali.
-
3 Resiko
terjadinya
kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan
gangguan status
metabolik,
sirkulasi
(anemia, iskemia
jaringan) dan
sensasi
(neuropati
ferifer),
- Menginspeksi kulit
terhadap Perubahan Warna, turgor,
perhatikan kemerahan,ekskoriasi.
- Mengkaji keadaan kulit
terhadap kemerahan dan adanya
excoriasi.
- Memantau masukan cairan
dan hidrasi kulit, membran mukosa.
- Mengganti posisi tiap 2
jam sekali, beri bantalan pada tonjolan
tulang , pelindung siku dan tumit
- Menjaga keadaan kulit agar
tetap kering dan bersih.
-
16
penurunan turgor
kulit, penurunan
aktivitas,
akumulasi areum
pada kulit.
f. Evaluasi
No Hari/
tanggal/jam
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Paraf
1. Gangguan perfusi
jaringan serebral
b/d penurunan
suplai O2 ke otak
S : Klien mengatakan kepala
terasa pusing
O : Klien terlihat lemah
A : Gangguan perfusi
jaringan serebral belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan
pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake yang
tidak adekuat.
S ; klien mengatakan tidak
nafsu makan
O : klien terlihat lemah
A : gangguan pemenuhan
nutrisi belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
3. Resiko terjadinya
kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan gangguan
status metabolik,
S : Klien mengatakan kulit
terasa kering
O : turgor kulit jelek
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
17
sirkulasi (anemia,
iskemia jaringan)
dan sensasi
(neuropati ferifer),
penurunan turgor
kulit, penurunan
aktivitas, akumulasi
areum pada kulit.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan
ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal.
Pada penyakit gagal ginjal dini (mikroalbuminuria) sudah mempunyai prognostik
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Dengan memberatnya kelainan ginjal, disertai dengan
penurunan fungsi ginjal, prognosis terbukti semakin buruk, menuju gagal ginjal yang
memerlukan dialisis, komplikasi organ target yang mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan
angka kematian.
B. SARAN
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya mencakup aspek biopsikososiospiritual
pasien.
2. Setiap selesai melakukan tindakan keperawatan hendaknya mendokumentasikannya, untuk
legalitas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marylin E. 1989. Nursing Care Plans.Philadelphia : F.A Davis Company.
Lintong, Poppy M. 2005. Ginjal Dan Saluran Kencing Bagian Bawah. Bagian Patologi
Nanny.S. 2001. Intisari online.Disiplin Ketat Penderita Gagal Ginjal. www.
Indomedia.com/intisari/2001/juni/Terapi_601.htm.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta : EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1 Edisi 4. Balai Penerbitan Dep. IPP. FKUI. Jakarta
Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK.UNPAD. Bandung.
20