Author
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH
Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Yulius Fitra
NIM: 012114242
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH
Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Yulius Fitra
NIM: 012114242
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
i
SKRIPSI
ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH
Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
Oleh :
Yulius Fitra
NIM: 01 2114 242
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA. Tanggal: 13 Maret 2008
Pembimbing II
Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si., QIA. Tanggal: 08 April 2008
UNIVERSITAS SANATA DHARMAFAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul
: Analisis Efisiensi Belanja Daerah Dan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2008 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsiini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambildengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbolyang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yangsaya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagianatau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisanorang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak,dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasiltulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukantindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran sayasendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal sayaterima.
Yogyakarta, 02 September 2008Yang membuat pernyataan,
Yulius Fitra
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yulius Fitra
Nomor Mahasiswa : 012114242
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN EFEKTIVITAS
PENDAPATAN ASLI DAERAH beserta perangkat yang diperlukan. Dengan
demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 06 Oktober 2008
Yang menyatakan,
Yulius Fitra
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Tuhan akan jadikan
segala sesuatunya indah pada saatnya
apabila kita menjalaninya dengan ikhlas”
“Taklukkanlah dirimu sebelum kamu menaklukkan orang lain”
“Jadikan Pengalaman sebagai Guru yang Terbaik”
Karya ini Kupersembahkan untuk:Yesus Sang Juru Selamatku
Keluargaku TercintaKekasihku
vi
ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH
Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
Oleh :
Yulius Fitra
012114242
Universitas Sanata DharmaYogyakarta
2008
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat efisiensiBelanja Daerah, 2) Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah,3) Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah danEfektivitas Pendapatan Asli Daerah. Jenis penelitian yang digunakan oleh penelitiadalah studi kasus. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dataRealisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun anggaran 2003,2004, 2005. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dandokumentasi. Data yang diperoleh diolah dengan analisis rasio efisiensi dan rasioefektivitas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Tingkat efisiensi Belanja Daerahpada Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang semakin efisien.Rasio yangdicapai untuk tahun 2003 adalah 126,36 %, tahun 2004 adalah 106 %, dan 93,32% untuk tahun 2005, 2) Tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah padaPemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang sudah berjalan efektif. Tingkat rasioefektivitas yang dicapai untuk tahun 2003 adalah 104,71 %, tahun 2004 adalah273,66 %, dan tahun 2005 adalah 275,80 %. 3) Efisiensi Belanja Daerah danefektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang mengalamipeningkatan yang disebabkan karena adanya pengurangan realisasi anggaranbelanja dari Pemerintah Pusat dan untuk Pendapatan Asli Daerah karenameningkatnya Pendapatan dari sektor Pajak Daerah, Khususnya Pajak PeneranganJalan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
vii
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF EFFICIENCY OF REGIONAL PUBLICEXPENDITURE AND
THE EFFECTIVENESS OF REGIONAL ORIGINAL REVENUEA Case Study at Regency of Bengkayang Kalimantan Barat
By:
Yulius Fitra
012114242
Sanata Dharma UniversityYogyakarta
2008
This research aimed : 1) To know the efficiency level of Regional PublicExpenditure, 2) To know the effectiveness level of Regional Original Revenue, 3)To know the causes of fluctuation of those efficiency and effectiveness. The typeof the research conducted by the author was case study. The data needed in thisresearch were the data of Regional Budget Realization in the budget years of2003, 2004, 2005. The techniques of data collecting used interviews anddocumentation. The data obtained were analyzed by using analysis of efficiencyratio and effectiveness ratio.
The result of this research revealed that 1) The efficiency level of RegionalPublic Expenditure in Bengkayang Regional Government was getting efficient.The achieved ratio in 2003 was 126,36 %, in 2004 was 106% and 93,32% for2005. The effectiveness level of regional original revenue in BengkayangRegional Government had already effective. The effectiveness ratio which wasachieved in 2003 was 104,71 %, in 2004 was 273,66%, and in 2005 was 275,80%.3) Those effectiveness and efficiency in Bengkayang had increased that wascaused by the reduction of budget realization from central government and for theregional original revenue, it was because of the increasing of income from localtax sector, especially in street electricity tax and the other legal regional originalrevenues.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas kasih, karunia,
pengampunan dan terang-Nya, Bunda Maria untuk cinta kasihnya, serta Tuhan
Yesus Kristus atas berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Analisis Efisiensi Belanja Daerah Dan Efektivitas Pendapatan
Asli Daerah.”
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat masukan,
saran, maupun bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
perkenankanlah dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, M.Si, Akt, QIA, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si, Akt, QIA, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi. Terima kasih atas bimbingannya.
3. Bapak Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA, QIA, selaku dosen pembimbing I
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan
masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
4. Ibu Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si, QIA, selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan untuk
menyempurnakan skripsi ini.
5. Segenap dosen di Prodi Akuntansi USD. Terima kasih karena telah mendidik
dan memberikan ilmu kepada penulis.
ix
6. Bapak Ir. Yonathan P. Peno, M.Si, sebagai Kepala BAPPEDA Pemerintah
Daerah Kabupaten Bengkayang beserta stafnya yang telah menyediakan data
dan masukan kepada penulis selama penelitian.
7. Bapak dan Ibu Yosep Puna Tercinta yang telah memberikan dukungan moral
dan materi serta kesabarannya selama ini. Terima kasih untuk Doa dan kasih
sayang dari lubuk hatiku yang paling dalam.
8. Adik-adikku Tercinta (Bripda Andi) Terima kasih untuk dukungannya baik
moral dan materi, (Doni & Aldo) Terima kasih atas doa dan dukungannya.
9. Kekasihku Melda atas cinta, sayang, dukungan, dan kesabarannya untuk tetap
menungguku.
10. Teman-teman Akuntansi’96 (Simbah, Si Om, Yogo, Didik, Dwi, Aris) Terima
kasih karena aku banyak belajar dari kalian.
11. Teman-teman Akuntansi’01 (Ajie, Tomi, Qwod, Ucup, Didu, Sontrot, Toink,
Onal, Ied, Keye, Anton, Tegil, Catur, Kucluk, Didit Terima kasih buat
Printernya, Dan Semua AKT’01)Terima kasih untuk kekompakannya.
12. Radit dan Keluarga kecilnya (Ida & Egy) Terima kasih untuk saran dan
masukannya selama ini.
13.Teman-teman KKP Tematik (Semoga usaha dan bantuan kita dapat bermanfaat
bagi mereka).
14. Teman-teman kelas MPT (Terima kasih buat masukan & kritikan).
15. Sahabat-sahabat kontrakan MERAK 278 ( Krisna, wisnu, Gusur terimakasih
buat masukannya dan mau berbagi ilmunya & Lisa’03, Yoyok, Kendil,
Solopok, Grandong, Plentuz, Kinyiz, Sodrun, Anson, Ambarwatul buat
printernya.
x
Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
sehingga semua saran dan koreksi yang membangun untuk penyempurnaan lebih
lanjut akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 05 September 2008
Penulis
Yulius Fitra
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS..................... iv
LEMBAR PUBLIKASI PERPUSTAKAAN............................................... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Batasan Masalah........................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian........................................................................ 5
F. Sistematika Penulisan................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kinerja.......................................................................................... 8
B. Pendapatan Asli Daerah................................................................ 15
xii
C. Pengertian Anggaran Pendapatan Belanja Daerah....................... 17
D. Efisiensi ........................................................................................ 24
E. Efektivitas..................................................................................... 25
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................. 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 26
C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 26
1. Subjek Penelitian...................................................................... 26
2. Objek Penelitian ....................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 27
1. Dokumentasi............................................................................ 27
2. Wawancara .............................................................................. 27
3. Teknik Analisis Data ............................................................... 27
BAB IV. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG
A. Geografis ...................................................................................... 32
B. Sosial ............................................................................................ 34
C. Penduduk...................................................................................... 35
D. Pertanian....................................................................................... 36
E. Industri, Listrik dan Air................................................................ 39
F. Transportasi dan Komunikasi....................................................... 40
G. Perdagangan dan Keuangan ......................................................... 41
xiii
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Efisiensi.......................................................................... 42
B. Analisis Efektivitas ...................................................................... 44
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 47
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 48
C. Saran............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50
LAMPIRAN ...................................................................................................... 52
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Efisiensi Belanja Daerah ................................................................. 28
Tabel III.2 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah................................................ 30
Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administratif ................................................. 33
Tabel V.1 Efisiensi Belanja Daerah ................................................................. 43
Tabel V.2 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah................................................ 45
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 yang sudah direvisi menjadi
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang No.25 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang No.33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
menjadi tonggak dimulainya otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan upaya
pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa
untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas,
dan potensi daerah sendiri. Dengan pemberian otonomi daerah Kabupaten dan
Kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Oleh
karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam
rangka mengelola dana desentralisasi secara transparan, ekonomis, efisien, efektif,
dan akuntabel. Beberapa perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah penting
dilakukan terutama dalam aspek anggaran, akuntansi, dan pemeriksaan yang
memerlukan prioritas utama agar pengelolaan keuangan yang baik dapat
dilakukan. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan sistem
pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan
sistem desentralisasi secara transparan, efisien, efektif, dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.
1
Dengan desentralisasi kewenangan Pemerintah ke daerah, daerah akan
mengalami proses pemberdayaan kemampuan, prakarsa, dan kreativitas mereka
akan terpacu, sehingga kemampuan mengatasi berbagai masalah ekonomi daerah
akan semakin kuat (Rasyid, 2002 : 11).
Dalam rangka akuntanbilitas publik, Pemerintah Daerah seharusnya
melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman yang terjadi selama ini
menunjukkan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan.
Anggaran daerah, khususnya pengeluaran daerah belum mampu berperan sebagai
insentif dalam mendorong laju pembangunan daerah. Disamping itu banyak
ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran
yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas, serta kurang
mencerminkan aspek ekonomi, efisien, efektivitas (Mardiasmo, 2002 : 117)
Proses anggaran yang telah disepakati Pemerintah Daerah dan DPRD
merupakan amanat rakyat. Peranan DPRD sebagai salah satu stakeholder dalam
pengelolaan Pemerintahan Daerah dewasa ini menjadi semakin penting. Hal ini
disebabkan penentuan strategi dan prioritas APBD, penetapan arah dan Kebijakan
umum APBD, bahkan sejak proses penjaringan aspirasi masyarakat, sudah
melibatkan DPRD. DPRD dan aparat Pemerintah Daerah harus memiliki
kemampuan dan pengetahuan dalam perencanaan dan perumusan kebijakan
strategis daerah, termasuk proses dan pengalokasian Anggaran Belanja Daerah
agar pelaksanaan berbagai kegiatan pelayanan oleh Pemerintah Daerah dapat
2
mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat dan dilaksanakan secara efisien
dan efektif.
Kinerja yang biasa juga disebut performance(prestasi kerja) adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika(Suyadi, 1992 : 2).
Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas
organisasi dan manajer dalam pelayanan publik yang lebih baik. Bukan sekedar
kemampuan menujukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan
tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah
dibelanjakan secara efisien dan efiktif (Mardiasmo, 2002 : 121).
Penyelenggaraan tugas-tugas desentralisasi semakin berkembang
sejalan dengan tuntutan pelaksanaan tugas Pemerintah dan Pembangunan Daerah.
Pemerintah Daerah perlu memiliki sumber pembiayaan yang cukup untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya. Tidak
semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah, maka Pemerintah Daerah
diwajibkan menggali sumber kekayaan sendiri berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
merupakan kebijakan Pemerintah Daerah harus direncanakan dengan sebaik-
baiknya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip anggaran, program dan kegiatan
yang tertuang dalam APBD dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3
Apabila Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan APBD maka
dapat dikatakan kinerja Pemerintah Daerah baik.
Kabupaten Bengkayang meresmikan diri menjadi Pemerintah Daerah
Tingkat II tepatnya pada tanggal 29 April 1999. Pemerintah Daerah Kabupaten
Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak disebelah utara
Propinsi Kalimantan Barat dengan cakupan wilayah terkecil. Kabupaten
Bengkayang yang sudah memiliki laporan keuangan daerah khususunya laporan
perhitungan anggaran menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian. Besar
kecilnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) sangat berpengaruh
pada kegiatan perekonomian masyarakat. Anggaran yang berimbang dapat
menjamin stabilitas perekonomian. Oleh karena itu, realisasi penerimaan dan
pengeluaran suatu wilayah perlu dipantau dan dievaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat efisiensi Belanja Daerah pada tahun 2003, 2004 dan
2005 ?
2. Bagaimana tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003,
2004 dan 2005 ?
3. Apa penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah dan efektivitas
Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?
4
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian hanya sebatas Belanja
Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Bengkayang
Kalimantan Barat untuk Tahun Anggaran 2003, 2004 dan 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi Belanja Daerah pada tahun 2003, 2004
dan 2005.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun
2003, 2004 dan 2005.
3. Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah dan
efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai pertimbangan untuk menentukan
kebijakan dalam rangka meningkatkan efektivitas penerimaan daerah dan
untuk mengukur efisiensi belanja daerah.
2. Bagi Universitas, dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang
ingin memperdalam pengetahuan tentang keuangan daerah.
3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperdalam dan menerapkan teori
yang diperoleh kedalam praktik-praktik yang sesungguhnya.
5
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang dibuat oleh penulis ini secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai salah satu dari unsur
reformasi total yaitu pemberian otonomi yang luas kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten, serta undang-undang yang
mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Dari latar belakang yang
sudah tertuang di atas tersebut kemudian diambil atau dirumuskan
masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian.
Bab II : Landasan Teori
Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang dipakai
dalam melakukan penelitian. Pembahasan tersebut berupa uraian
mengenai otonomi daerah, kinerja, dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Bab III : Metode Penalitian
Pada bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian yang
dipakai yaitu studi kasus yang dilaksanakan pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Bengkayang. Pembahasan selanjutnya yaitu
subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian serta
teknik analisis data yang digunakan.
6
Bab IV : Gambaran Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang
Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah berdirinya Pemerintah
Daerah Kabupaten Bengkayang, luas wilayah dan keadaan
penduduk.
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Pada bab ini akan digunakan analisis data yaitu dengan
menggunakan Rasio Efisiensi dan Rasio Efektivitas.
Bab VI : Penutup
Pada bab ini akan ditulis tentang kesimpulan, keterbatasan dan
saran dari penelitian.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan
rencana strategi suatu organisasi (IAI-kompartemen akuntan sektor publik,
2002 : 4). Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan
diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi dan misi yang
diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif
suatu kebijakan operasional yang diambil. Kinerja dapat diartikan sebagai
prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam satu periode tertentu. Kinerja
menunjukkan tingkat efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam
pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan divisi-divisi yang ada di
dalam organisasi. (IAI-Kompartemen akuntan sektor publik – Bidang
Akuntabilitas Sektor Publik, 2002 : 9).
Evaluasi kinerja mengandung pengertian bahwa pihak yang
berkewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan
kebijakan harus melaporkan penerapan tolak ukur pengukuran kinerja
pelaksanaannya melalui analisis kegiatan unit instansi pemerintah yang
8
membandingkan antara realisasi dan rencana. (IAI-kompartemen Akuntan
Sektor Publik – Bidang Akuntabilitas Sektor Publik, 2002 : 1).
2. Maksud Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi
tiga maksud (Mardiasmo, 2002 : 121) :
a. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja Pemerintah, agar dapat membantu Pemerintah
berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
1) Pengukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan.
2) Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
3. Manfaat Pengukuran Kinerja (Mardiasmo, 2002 : 122) :
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkan dengan target kinerja serta melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki kinerja.
9
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman
(reward and punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi
yang diukur sesuai dengan pengukuran kinerja yang telah
disepakati.
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam
rangka memperbaiki kinerja organisasi.
f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi.
g. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
obyektif.
4. Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah
Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah perlu
dikembangkan Standar Analisis Belanja (SAB), Tolok Ukur Kinerja,
dan Standar Biaya (Mardiasmo, 2002:192).
1) Standar Analisis Belanja (SAB)
Standar analisis belanja adalah penilaian kewajaran atas beban
kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan.
Tujuan SAB (Mardiasmo, 2002:192):
a. Meningkatkan kemampuan Unit Kerja dalam menyusun
anggaran.
b. Mencegah adanya duplikasi dan tumpang tindih kegiatan dan
anggaran belanjanya pada masing-masing Unit Kerja.
10
c. Menjamin kesesuaian antara kegiatan dan anggaran.
d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan
Keuangan Daerah.
Manfaat SAB (Mardiasmo, 2002: 193) :
a. Pemerintah Daerah dapat menentukan kewajaran biaya untuk
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan Tupoksinya.
b. Pemerintah Daerah dapat meminimalisir terjadinya pengeluaran
yang kurang jelas yang menyebabkan inefisiensi anggaran.
c. Menghindari tumpang tindih antara pengeluaran rutin dan
pembangunan.
d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolak ukur kinerja yang
jelas.
e. Unit Kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untuk
menentukan anggarannya sendiri.
2) Tolok Ukur Kinerja
Yang dimaksud dengan tolok ukur kinerja (Mardiasmo, 2002: 196)
adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja
perangkat daerah. Satuan ukur merupakan tolok ukur yang
digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh Unit Kerja mampu
melaksanakan Tupoksinya. Tolok ukur kinerja ditetapkan dalam
bentuk standar pelayanan yang ditentukan oleh masing-masing
daerah.
11
3) Standar Biaya
Standar biaya merupakan komponen lain yang harus
dikembangkan untuk dasar pengukuran kinerja keuangan dalam
sistem anggaran kinerja, selain SAB dan Tolok Ukur Kinerja.
Standar Biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku bagi
masing-masing daerah. Penetapan standar biaya akan mambantu
penyusunan anggaran belanja suatu program atau kegiatan bagi
daerah yang bersangkutan. Pengembangan standar biaya harus
dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perubahan harga
yang berlaku dimasing-masing daerah (PAU SE UGM, 2003).
5. Laporan Perhitungan Anggaran
Laporan perhitungan anggaran adalah laporan yang
menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD
diawal periode dengan jumlah yang telah direalisasikan dalam APBD
di akhir periode. Secara umum sistem penganggaran yang diterapkan
memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut(Mardiasmo, 2002: 10):
1. Dasar penyusunaan yang digunakan bersifat incremental yakni
dengan menyesuaikan volume anggaran terhadap perubahan
tingkat harga atau faktor-faktor lain yang bersifat marjinal. Metode
ini berangkat dari asumsi bahwa secara keseluruhan keadaan masih
seperti tahun lalu, sehingga menjadi metode yang paling mudah,
murah dan aman dalam menyusun anggaran.
12
2. Fungsi, program dan elemen pengeluaran integral dengan struktur
anggaran.
3. Sifat dari perencanaan dan anggaran terpisah. Keduanya tidak
menjadi satu kesatuan yang integral dengan struktur anggaran.
4. Aspek evaluasi menggunakan aspek realisasi anggaran.
5. Orientasi anggaran lebih menekankan pada input daripada output.
6. Pendekatan perencanaan anggaran yang digunakan bersifat line-
item budget yaitu perencanaan anggaran yang didasarkan atas”pos
anggaran”yang telah ada sebelumnya.
7. Struktur anggaran menggunakan pendekatan anggaran
terpilah(fragmented).
Komponen pada struktur anggaran (Mardiasmo, 2002 : 11-12) :
1) Belanja Rutin
Belanja Rutin adalah Pengeluaran-pengeluaran Pemerintah Daerah
yang ditujukan untuk membiayai kegiatan sehari-harinya. Selama
ini satu-satunya ukuran kinerja yang dijadikan sebagai penilaian
kinerja adalah jumlah maksimal yang dapat dibelanjakan untuk
setiap pos pengeluaran rutin dan hal tersebut merupakan tingkat
penyerapan anggaran maksimal yang diharapkan dapat dicapai.
Pemerintah Daerah dikatakan memiliki kinerja yang baik jika
Pemerintah Daerah maupun Dinas mampu menggunakan secara
keseluruhan item anggaran rutin(line item) sesuai dengan proporsi
anggaran yang telah disahkan atau dengan kata lain memiliki
13
tingkat penyerapan anggaran yang maksimal. Evaluasi atas
pelaksanaan yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja dan
penyusunan anggaran tahun berikutnya didasarkan pada selisih
atau varian dari anggaran dan realisasi sesungguhnya.
2) Belanja Pembangunan
Belanja Pembangunan adalah pengeluaran Pemerintah Daerah
yang bersifat investasi dan ditujukan untuk melaksanakan tugas-
tugas Pemerintah Daerah sebagai salah satu pelaku pembangunan.
Ukuran kinerja yang digunakan adalah jumlah dana pada setiap pos
pengeluaran pembangunan yang tertera dalam anggaran daerah
sebagai jumlah maksimal yang dapat dibelanjakan untuk setiap pos
pengeluaran pembangunan. Jika terjadi pengeluaran rutin
Pemerintah Daerah yang cenderung menghabiskan dana, maka
pada pengeluaran pembangunan hal yang sama juga terjadi. Selain
itu, evaluasi jenis belanja ini adalah apakah sudah dengan logika
penyusun dan standar atau kriteria pencapaiannya.
14
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Tujuannya adalah memberikan kewenangan kepada
Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai
dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang berasal dari sumber-
sumber keuangan daerah separti pajak daerah, bagian laba BUMD,
penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lain-lain (Kaho, 1998: 68).
Adapun yang termasuk Pendapatan Asli daerah adalah :
1. Hasil Pajak Daerah
Dasar hukum dari pajak daerah diatur dalam undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Yang dimaksud dengan pajak daerah adalah:
“Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.”
15
Pajak Daerah terdiri dari :
a. Pajak Daerah yang dipungut daerah tingkat I (Propinsi) terbagi
atas:
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
2) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
3) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
b. Pajak Daerah yang dipungut daerah tingkat II (Kabupaten/Kota)
terbagi atas:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7) Pajak Parkir
2. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Jenis pelayanan yang dikenakan retribusi yaitu jasa umum, jasa usaha,
dan perizinan.
16
3. Hasil pengelolaan kekayaan-kekayaan daerah yang dipisahkan
Penerimaan dan pengelolaan kekayaan ini antara lain bagian laba,
deviden, penerimaan dari pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan dan penjualan saham milik Negara.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Yang termasuk lain-lain PAD yang sah antara lain hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan pengadaan barang atau jasa oleh daerah.
C. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
1. Anggaran
Beberapa pengertian anggaran yang bisa ditunjukan adalah
sebagai berikut :
a. Anggaran adalah suatu rencana finansial yang biasanya mencakup
jangka waktu satu tahun dan merupakan alat perencanaan jangka
pendek dan pengendalian organisasi (Anthony & Govindarajan,
1998).
b. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan
ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun
(Mulyadi, 1993).
17
c. Anggaran adalah suatu rencana terinci yang disususn secara
sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif,
biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukan perolehan dan
penggunaan sumber-sumber dari suatu organisasi dalam jangka
waktu tertentu, biasanya satu tahun (Suriyono, 2000).
d. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan
dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2001).
Dari beberapa pengertian anggaran sebagaimana diatas maka dapat
disimpulkan bahwa anggaran pada umumnya memiliki karakteristik
sebagai berikut (Bastian, 2000: 81) :
1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain
keuangan.
2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang
berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggungjawab
guna mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang
lebih tinggi dari penyusun anggaran.
5) Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi
tertentu.
18
6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan
dengan anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pengertian APBD menurut Undang-Undang No.33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Menurut Mamesah (1995: 20) pengertian Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) pada orde baru adalah rencana
operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana di satu pihak
menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna
membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu
tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan
penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi
pengeluaran-pengeluaran dimaksud.
Definisi menurut mamesah (1995:20-21) mengandung unsur :
a. Rencana operasional daerah, yang menggambarkan adanya
aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dimana
aktivitas tersebut telah diuraikan secara rinci.
19
b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya-biaya yang ada merupakan batas maksimal
pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.
c. Dituangkan dalan bentuk angka, jenis kegiatan, dan jenis proyek.
d. Untuk keperluan satu tahun anggaran yaitu April sampai dengan
Maret dan Januari sampai dengan Desember.
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas menjalankan
mandat dari rakyat membutuhkan biaya yang besar. Untuk pembiayaan
tersebut pemerintah daerah mempunyai beberapa sumber penerimaan
daerah yang dituangkan dalam anggaran. Anggaran yang dibuat akan
mencerminkan politik pengeluaran pemerintah yang rasional baik
secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga akan terlihat
(Mardiasmo, 2003: 80-81) :
1) Adanya pertanggungjawaban pemungutan pajak dan pungutan lain-
lain oleh pemerintah misalnya untuk memperlancar ekonomi.
2) Adanya hubungan yang erat antara fasilitas penggunaan dana dan
penariknya.
3) Adanya pola pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai
pertimbangan dalam menentukan pola tingkat distribusi
penghasilan dalam ekonomi.
20
3. Karakteristik APBD
Karakteristik APBD menurut Abdul Halim (2002: 17) :
a. APBD disususn oleh DPRD bersama-sama Kepala Daerah.
b. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan anggaran adalah
pendekatan tradisional (line item) yaitu anggaran disusun
berdasarkan jenis penerimaan dan jenis pengeluaran. Oleh karena
itu, setiap baris dalam APBD menunjukkan tiap jenis penerimaan
dan pengeluaran. Penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk
melakukan pengendalian atas pengeluaran. Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang paling tradisional(tertua) diantara
berbagai pendekatan penyusunan anggaran.
c. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
penyusunan, dan penetapan perhitungan APBD. Penyusunan dan
perhitungan APBD merupakan pertanggungjawaban APBD.
Pertanggungjawaban itu dilakukan dengan menyampaikan
perhitungan APBD kepada Menteri Dalam Negeri untuk
Pemerintah Daerah Tingkat I dan kepada Gubernur untuk
Pemerintah Daerah Tingkat II. Oleh karena itu,
pertanggungjawaban bersifat vertikal.
d. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan serta tahap penyusunan
dan penetapan perhitungan APBD, pengendalian dan
pemeriksaan/audit bersifat keuangan. Hal ini tampak pada
pendapatan daerah dan pengawasan daerah.
21
e. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan
tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundangan
yang berlaku, unsur kehematan dan efisiensi, dan unsur hasil
program(untuk proyek-proyek daerah).
f. Sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan tata buku
anggaran yaitu anggaran dan pembukuan saling berhubungan dan
saling mempengaruhi.
Di era (pasca) reformasi, bentuk APBD mengalami perubahan
cukup mendasar. Bentuk APBD yang baru didasarkan pada peraturan-
peraturan mengenai otonomi daerah UU No. 32/2004, UU No.
33/2004, dan PP No. 105/2000.
Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah
mengisyaratkan agar laporan keuangan makin informatif. Untuk itu,
dalam bentuk yang baru, APBD diperkirakan tidak akan terdiri dari
dua sisi dan akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu penerimaan,
pengeluaran, dan pembiayaan. Pembiayaan merupakan kategori baru
agar APBD makin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari
pendapatan daerah. Hal ini sesuai dengan definisi pendapatan sebagai
hak Pemerintah Daerah, sedangkan pinjaman belum tentu menjadi hak
Pemerintah Daerah. Pos pembiayaan ini merupakan alokasi surplus
atau sumber penutup defisit anggaran (Marwis, 2003: 53).
Dalam bentuk APBD yang baru itu pula, penerimaan dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
22
Perimbangan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Selanjutnya
pengeluaran diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu Belanja
Administrasi Umum (BAU), Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana
dan Prasarana Publik, Belanja Modal, Belanja Transfer, dan Belanja
tak terduga.
4. Fungsi APBD
Fungsi APBD menurut Mamesah (1995: 18) :
a. Menemukan jumlah pajak yang dibebankan pada rakyat daerah
yang bersangkutan.
b. Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi yang nyata
dan bertanggungjawab.
c. Memberi isi dan arti kepada tanggungjawab Pemerintah Daerah
umumnya dan kepada daerah khususnya, karena APBD itu
menggambarkan seluruh kebijakan Pemerintah Daerah.
d. Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap
daerah dengan cara yang lebih guna dan berhasil guna.
e. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala Daerah didalam
batas-batas tertentu.
23
D. Efisiensi
a. Analisis Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi
belanja dengan anggaran belanja. Rasio belanja ini digunakan untuk
mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan Pemerintah.
Pemerintah Daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika
rasio efisiensinya kurang dari 100 persen, sebaliknya jika lebih maka
mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran. Rasio efisiensi
belanja dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2007: 152) :
Realisasi Belanja
Rasio Efisiensi Belanja = X 100%
Anggaran Belanja
24
E. Efektivitas
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah
Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan (Halim, 2004:
135).
Realisasi Penerimaan PAD
Efektivitas = X 100%
Target Penerimaan PAD
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan
efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 100 persen. Namun
demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan
daerah yang semakin baik.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini berupa studi kasus pada
Kabupaten Bengkayang. Studi kasus adalah jenis penelitian terhadap suatu
objek tertentu dalam Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang untuk
tahun anggaran 2003, 2004, dan 2005.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Bengkayang
b. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Juli
tahun 2007.
C. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah semua yang berhubungan dengan
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yaitu Kepala
Dinas, Kepala Unit, Kepala Bagian.
b. Objek penelitian ini adalah laporan perhitungan anggaran yaitu laporan
yang menggambarkan antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD
diawal periode dengan jumlah yang direalisasikan dalam APBD
diakhir periode.
26
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada
waktu yang lalu (Golu, 2002 : 123).
b. Wawancara
Adalah metode pengumpulan data melalui Tanya jawab secara
langsung dengan orang yang bersangkutan. Teknik wawancara
dilakukan kepada kepala bagian, sekretaris, dan kepala bagian dalam
lingkup Pemerintahan Kabupaten Bengkayang (Golu, 2002 : 119).
E. Teknik Analisis Data
a. Untuk menjawab permasalahan pertama, digunakan analisis Rasio
Efisiensi Belanja Pada tahun anggaran 2003, 2004 dan 2005.
Langkah – langkah yang dilakukan adalah :
1) Mengumpulkan data Realisasi Belanja dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2005.
2) Mengumpulkan data Anggaran Belanja dari tahun 2003 sampai
dengan 2005.
27
3) Memasukkan data Realisasi Belanja (A) dan Anggaran Belanja (B)
dari tahun 2003-2005 ke dalam rumus Efisiensi Belanja, sebagai
berikut:
Realisasi Belanja
Efisiensi Belanja = x 100%
Anggaran Belanja
4) Memasukan hasil perhitungan Efisiensi Belanja dari tahun 2003
sampai dengan 2005 ke dalam tabel Efisiensi Belanja:
Tabel III.1
Efisiensi Belanja Daerah
Kabupaten Bengkayang
Tahun 2003-2005
TahunAnggaran
RealisasiBelanja
(A)
AnggaranBelanja
(B)
TingkatEfisiensi (%)
(A : B)2003
2004
2005
28
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan kinerja Pemerintah dalam menggunakan anggaran
dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari
100(seratus) persen(Mahmudi, 2007: 152).
b. Untuk menjawab permasalahan kedua, dilakukan analisis efektivitas
Pendapatan Asli Daerah selama periode 2003, 2004, dan 2005.
langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1) Mengambil data Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
selama tahun 2003-2005.
2) Mengambil data target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah selama
tahun 2003-2005.
3) Memasukkan data Realisasi Penerimaan PAD (A) dan Target
Penerimaan PAD (B) ke dalam rumus Efektivitas Pendapatan,
sebagai berikut:
Realisasi Penerimaan PAD
Efektivitas = X 100%
Target Penerimaan PAD
29
4) Memasukkan hasil perhitungan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
selama Tahun 2003-2005 ke dalam Tabel Efektivitas Pendapatan
Asli Daerah :
Tabel III.2
Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Bengkayang
Tahun 2003-2005
TahunAnggaran
RealisasiPenerimaan PAD
(A)
TargetPenerimaan PAD
(B)
TingkatEfektivitas (%)
(A : B)200320042005
Kemampuan Daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan
efektif apabila rasio yang dicapai minimal 100(seratus) persen,
sehingga semakin tinggi rasio efektivitas berarti menggambarkan
Kemampuan Daerah semakin baik (Halim, 2004: 135).
c. Untuk menjawab permasalahan ketiga, yaitu untuk mengetahui
penyebab naik/turunnya rasio Pendapatan dan Belanja Daerah pada
tahun 2003, 2004 dan 2005 maka digunakan teknik wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait serta menggunakan studi pustaka dengan
mempelajari dokumen-dokumen yang ada.
30
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan dalam wawancara, sebatas
penyebab peningkatan dan penurunan efisiensi Belanja dan efektivitas
Pendapatan Asli Daerah adalah :
1) Apa penyebab penurunan/peningkatan efektivitas Pendapatan Asli
Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?
2) Apa penyebab penurunan/peningkatan efisiensi Belanja Daerah
pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?
31
BAB IV
GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG
A. Geografis
1. Letak
Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten yang
terletak disebelah utara Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis
terletak 0 ˚33 ‘ 00” Lintang Utara sampai 1 ˚30 ‘ 00” Lintang Utara dan
108 ˚39 ‘ 00” Bujur Timur sampai 110 ˚10 ‘ 00” Bujur Timur.
2. Batas Wilyah
Kabupaten Bengkayang mempunyai batas wilayah administratif sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Serawak – Malaysia Timur,
Kabupaten Sambas.
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Pontianak.
c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Laut Natuna dan Kota
Singkawang.
d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan
Kabupaten Landak.
3. Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Bengkayang terdiri dari 14 Kecamatan, 2 Kelurahan, 117
Desa dan 265 dusun.
32
Tabel IV.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Bengkayang Menurut
Kecamatan, Kelurahan, Desa dan Dusun
Tahun 2005.
Kecamatan Kelurahan Desa Dusun
1. Sungai Raya
2. Capkala
3. Samalantan
4. Manterado
5. Bengkayang
6. Teriak
7. Sungai Betung
8. Ledo
9. Suti Semarang
10. Lumar
11. Sanggau Ledo
12. Seluas
13. Jagoi Babang
14. Siding
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
6
10
11
4
18
4
12
8
5
9
6
6
8
36
8
30
20
9
17
10
27
10
11
30
23
14
20
Jumlah 2 117 265
Sumber : Badan Pusat Stastitik Kabupaten Bengkayang, Tahun 2005
4. Luas Wilayah
Kabupaten Bengkayang mempunyai luas wilayah 5.386,30 km²
atau sekitar 3,68 % (persen) dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan
Barat. Hal ini menjadikan Kabupaten Bengkayang sebagai Kabupaten
dengan cakupan wilayah terkecil di Kalimantan Barat.
33
B. Sosial
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu masalah penting yang menjadi
perhatian Pemerintah. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat
dapat dijadikan sebagai salah satu indikator yang menunjukan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada suatu bangsa. Apabila
tingkat pendidikan semakin tinggi maka kualitas SDM yang ada juga akan
semakin baik. Perkembangan yang terjadi didunia pendidikan khususnya
di Kabupaten Bengkayang cukup menggembirakan. Hal ini tidak lepas
dari dari peran serta semua pihak baik Institusi Pemerinyah maupun
Swasta. Peran serta tersebut dapat dilihat dalam hal penyediaan sarana
fisik maupun nonfisik yang ada.
2. Kesehatan
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia apabila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka
kesejahteraan rakyat juga akan meningkat secara langsung. Pembangunan
kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat
diwujudkan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang
didukung oleh sumber daya yang memadai seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, Tenaga Kesehatan, dan Ketersediaan Dokter.
34
3. Kriminalitas
Statistik kriminalitas sangat diperlukan. Hal ini digunakan untuk
melihat sejauh mana tingkat keamanan dan kerawanan suatu daerah.
Sejalan dengan datangnya era informasi, peran kepolisian menjadi
semakin penting sebagai salah sati alat untuk menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat.
4. Peribadatan
Sarana dan prasarana peribadatan yang ada di Kabupaten
Bengkayang sampai dengan tahun 2005 tercatat masjid sebanyak 153 unit,
surau 119 unit, gereja katolik 118 unit, gereja protestan 282 unit, Pura 2
unit, Vihara 3 unit, dan Klenteng sebanyak 30 unit yang tersebar diseluruh
Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang.
C. Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil proyeksi BPS Kabupaten Bengkayang, jumlah
penduduk Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 205.877 jiwa yang
tersebar di 14 Kecamatan. Dilihat menurut jenis kelaminnya, jumlah
penduduk laki-laki adalah sebanyak 106.104 jiwa sedangkan penduduk
perempuan adalah sebanyak 99.773 jiwa.
2. Kepadatan Penduduk
Kabupaten Bengkayang mempunyai luas wilayah sebesar 5.386,50
km² dengan jumlah penduduk mencapai 205.877 jiwa, maka Kabupaten
35
Bengkayang secara umum mempunyai kepadatan penduduk 38 jiwa per
km².
3. Angkatan Kerja
Sacara garis besar, penduduk dalam hubungannya dengan kegiatan
ekonomi dibagi menjadi 2(dua), yaitu :
a. Penduduk usia dibawah 10 tahun
b. Penduduk usia 10 tahun keatas
Penduduk yang berusia 10 tahun keatas digolongkan lagi menjadi 2(dua),
yaitu :
a. Angkatan kerja, yaitu yang bekerja dan mencari kerja
b. Bukan angkatan kerja, yaitu yang sekolah, mengurus rumah tangga,
dan kegiatan lainnya.
D. Pertanian
Sektor pertanian masih menjadi sektor utama penopang
perekonomian di Kabupaten Bengkayang. Hal ini terbukti karena sektor ini
menjadi penyedia lapangan kerja terbesar dan menjadi penyumbang
pendapatan terbesar. Untuk itu, pengelolaan disektor pertanian masih perlu
ditingkatkan lagi guna semakin memantapkan sektor ini didalam
perekonomian Kabupaten Bengkayang.
1. Tanaman Pangan
Sektor pertanian khususnya sub sektor pertanian tanaman pangan
mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu,
36
ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Penyediaan sub
sektor tanaman pangan ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat
khususnya dalam hal penyediaan pangan di Kabupaten Bengakayang.
Dengan semakin meningkatnya produksi di sub sektor ini, diharapkan
ketahanan pangan di Kabupaten Bengkayang akan semakin baik sehingga
nantinya Kabupaten Bengkayang mampu berswasembada pangan.
2. Perkebunan dan Kehutanan
Jenis tanaman perkebunan yang menjadi komoditas utama
Kabupaten Bengkayang adalah karet, kelapa dalam, kelapa sawit, kelapa
hibrida, cengkeh, lada, kopi, kemiri, dan kakao. Produksi tanaman
perkebunan terbesar di Kabupaten Bengkayang adalah karet sebesar
22.120 ton dengan luas tanam sebesar 49.555 hektar. Kecamatan yang
paling luas tanaman karetnya adalah Kecamatan Samalantan, yaitu sebesar
16.872 hektar. Jenis tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten
Bengkayang saat ini masih dirasa kurang dan perlu dikembangkan lagi.
Untuk itu, para Investor baik dari dalam maupun luar negeri yang bisa
mengembangkan sub sektor perkebunan khususnya di Kabupaten
Bengkayang masih sangat diperlukan.
Produksi hasil hutan yang paling besar di Kabupaten Bengkayang
adalah kayu olahan, yaitu sebesar 631,0802 m³ yang semuanya merupakan
kayu temuan. Luas kawasan kritis sebesar 235.626 hektar dengan
pembagiaan yang berada didalam kawasan sebesar 88.722 hektar dan
yang berada dalam kawasan sebesar 146.408 hektar.
37
3. Perikanan
Sebagaian wilayah Kabupaten Bengkayang terdiri dari perairan,
baik berupa laut maupun sungai. Laut dan sungai-sungai yang mengalir
diberbagai Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Bengkayang
merupakan suatu potensi yang baik untuk mengembangkan sektor
pertanian, baik perikanan laut, perikanan umum, maupun budidaya.
Namun demikian, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.
Keterbatasan peralatan yang ada menyebabkan sektor perikanan belum
maksimal untuk menjadi penopang perekonomian Kabupaten
Bengkayang. Potensi yang dimiliki di bidang perikanan ini masih banyak
yang belum tergali. Contohnya jenis budidaya ikan darat yang masih
kurang diminati oleh masyarakat padahal kondisi geografis Kabupaten
Bengkayang sangat mendukung.
4. Peternakan
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor peternakan dan
kesehatan hewan, diketahui bahwa populasi ternak besar yang paling
dominan di Kabupaten Bengkayang adalah sapi potong sebesar 9.355
ekor, diikuti jenis ternak kerbau. Jenis ternak kecil unggulan di Kabupaten
Bengkayang adalah babi sebesar 10.944 ekor, diikuti kambing sebesar
7.800 ekor.
Jenis unggas yang paling banyak di Kabupaten Bengkayang adalah
jenis ayam buras sebesar 253.992 ekor. Selanjutnya jenis ayam pedaging
sebesar 47.508 ekor, itik sebesar 7.685 ekor, dan ayam petelur sebesar
38
6.600 ekor. Hampir semua jenis unggas diusahakan di semua Kecamatan
di Kabupaten Bengkayang dan tersebar secara merata.
E. Industri, Listrik dan Air
Salah satu sektor yang menjadi penggerak perekonomian Kabupaten
Bengkayang adalah sektor industri. Namun demikian, sektor ini belum
menonjol dan berperan dalam perekonomian. Jumlah perusahaan industri
dengan badan hukum jenis perseroan terbatas (PT) ada sebanyak 8 usaha,
koperasi sebanyak 2 usaha, CV sebanyak 108 usaha, dan perusahaan
perorangan sebanyak 299 usaha. Penggerak sektor industri di Kabupaten
Bengkayang sebagian besar masih berupa industri rumah tangga dan industri
kecil. Banyaknya industri kecil formal yang tercatat sebanyak 92 unit usaha
dan industri non formal sebanyak 151 unit usaha.
Kebutuhan listrik masyarakat Kabupaten Bengkayang dari tahun ke
tahun semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya Kabupeten
Bengkayang. Jumlah pelanggan listrik yang ada sebanyak 208.160 pelanggan
dengan total produksi listrik sebesar 2.962.821 kwh atau rata-rata sebesar
246.902 kwh per bulan. Dilihat dari jenis pelanggannya, pelanggan jenis
rumah tangga ada sebanyak 13.142, diikuti jenis usaha sebanyak 695
pelanggan, jenis industri sebanyak 1 pelanggan, jenis badan sosial sebanyak
419 pelanggan, dan jenis perkantoran sebanyak 92 pelanggan.
Air bersih merupakan kebutuhan hidup paling pokok bagi seluruh
masyarakat. Penyedia kebutuhan air bersih Kabupaten Bengkayang adalah
39
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Air bersih yang diproduksi oleh
PDAM diharapkan dapat menjadi air baku yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat umum dan memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan.
Jumlah pelanggan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kabupaten
Bengkayang adalah sebanyak 928 pelanggan.
F. Transportasi dan Komunikasi
Jalan merupakan prasarana pengangkut darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Semakin meningkatnya usaha
pembangunan mununtut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan
mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas dari satu daerah ke daerah
yang lain. Panjang jalan yang berada di wilayah Kabupaten Bengkayang
adalah 2.019,72 km. dari keseluruhan panjang jalan tersebut, tercatat 35,29 km
merupakan jalan Negara, 208,37 km merupakan jalan Propinsi, 852,53 km
merupakan jalan Kabupaten, dan 924,53 km merupakan jalan dengan status
jalan lainnya.
Selama tahun 2005, tercatat pengguna jasa telekomunikasi di
Kabupaten Bengkayang sebanyak 741 pelanggan telkom dari 904 kapasitas
sentral yang ada. Salain itu, terdapat juga 15 wartel yang tersebar diseluruh
Kecamatan.
40
G. Perdagangan dan Keuangan
Koperasi merupakan wadah kegiatan ekonomi yang sesuai dalam
Negara kita seperti yang tecantum dalam Pasal 33 UUD 1945. Namun
demikian, peran Koperasi masih sangat kecil. Untuk itu peran koperasi
sebagai wadah kegiatan ekonomi yang tangguh dan berakar dalam masyarakat
perlu ditingkatkan. Di Kabupaten Bengkayang terdapat 82 unit koperasi,
sebanyak 75 unit yang masih aktif dan 7 unit yang non aktif. Dilihat menurut
jenisnya, jumlah KUD (Koperasi Unit Desa) yang ada adalah sebanyak 19 unit
sedangkan koperasi non KUD ada sebanyak 63 unit dan semuanya tersebar
diseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang.
Besar kecilnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sangat
berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat. Anggaran yang
berimbang dapat menjamin stabilitas perekonomian. Oleh karena itu, realisasi
penerimaan dan pengeluaran suatu wilayah perlu dipantau dan dievaluasi.
41
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Efisiensi
Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang sudah
penulis sebutkan di bab sebelumnya, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
Efisiensi Belanja Daerah dengan langkah-langkah serta rumus sebagai berikut
ini :
Realisasi Belanja Daerah
Rasio Efisiensi = x 100 %
Anggaran Belanja Daerah
Contoh Perhitungan Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang :
Pada Kabupaten Bengkayang Realisasi Belanja Daerah tahun anggaran 2003
adalah Rp 175.678.852.142 dan Target Belanja Daerah adalah
Rp.139.025.270.643 (angka dari tabel laporan realisasi APBD pada lampiran).
Rp. 175.678.852.142
Rasio Efisiensi Belanja = x 100 % = 126,36 %
Rp. 139.025.270.643
42
Secara jelas Efisiensi Belanja Daerah ditunjukan dalam tabel berikut :
Tabel V.1
Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang
Tahun Anggaran 2003 – 2005
Tahun
Anggaran
Realisasi
Belanja Daerah
(A)
Anggaran
Belanja Daerah
(B)
Efisiensi
%
(A : B)
2003 Rp. 175.678.852.142 Rp. 139.025.270.643 126,36 %
2004 Rp. 181.045.113.837 Rp. 170.796.956.830 106 %
2005 Rp. 170.733.253.000 Rp. 182.944.472.650 93,32 %
Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Bengkayang
Tabel V.1 Menunjukan tingkat Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten
Bengkayang tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2005. Dari
hasil perhitungan diatas, pada tahun anggaran 2003 dan 2004 Belanja Daerah
Kabupaten Bengkayang tidak Efisien karena tingkat rasio Efisiensi yang
dicapai diatas 100 % yaitu sebesar 126,36 % dan 106 %. Sedangkan untuk
tahun anggaran 2005 sudah efisien dengan rasio yang dicapai sebesar 93,32 %.
43
B. Analisis Efektivitas
Untuk mengetahui tingkat Efektivitas Pemerintah Daerah Kabupaten
Bengkayang dengan menggunakan langkah-langkah serta rumus sebagai
berikut :
Realisasi Penerimaan PAD
Rasio Efektivitas = x 100 %
Target Penerimaan PAD
Contoh Perhitungan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Bengkayang pada tahun Anggaran 2003 :
Pada Kabupaten Bengkayang Target Penerimaan PAD Tahun 2003 adalah Rp.
2.100.875.000 dan Realisasi Penerimaan PAD adalah Rp. 2.200.000.000
(angka dari tabel laporan realisasi APBD pada lampiran).
Rp. 2.200.000.000
Rasio Efektivitas PAD = x 100 % = 104,71 %
Rp. 2.100.875.000
44
Secara jelas Efektivitas Penerimaan PAD ditunjukan dalam tabel berikut :
Tabel V.2
Efektivitas Penerimaan PAD Kabupaten Bengkayang
Tahun Anggaran 2003 – 2005
Tahun
Anggaran
Realisasi PAD
(A)
Target PAD
(B)
Efektivitas %
(A : B)
2003 Rp. 2.200.000.000 Rp. 2.100.875.000 104,71 %
2004 Rp. 5.670.200.000 Rp. 2.071.925.000 273,66 %
2005 Rp. 5.750.250.000 Rp. 2.084.925.000 275,80 %
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bengkayang
Tabel V.2 Menunjukan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Bengkayang tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2005. Dari
hasil perhitungan tersebut, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang
sudah Efektif karena tingkat Efektivitas yang dicapai lebih dari 100(seratus)
%. Tingkat Efektivitas di Kabupaten Bengkayang berkisar antara 104,71 %
sampai dengan 275,80 %.
45
Berdasarkan hasil wawancara, maka penyebab semakin Efisiennya
Belanja Daerah adalah :
Karena adanya pengurangan realisasi anggaran dari Pemerintah Pusat, yang
digunakan untuk membantu penanggulangan bencana alam, khususnya pada
tahun anggaran 2005 jumlah realisasi belanja lebih kecil dari target belanja.
Sedangkan penyebab meningkatnya Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
adalah :
1. Penerimaan dari sektor pajak yang mengalami peningkatan, khususnya
dari pajak penerangan jalan karena data wajib pajak sudah mulai terdata
cukup baik. Target pajak daerah pada tahun 2003 sampai dengan tahun
2005 lebih kecil dari Realisasi dan menggambarkan peningkatan rasio
efektivitas (data tertera pada lampiran laporan realisasi anggaran).
2. Pendapatan Asli Daerah yang mengalami peningkatan, khususnya pada
sektor pendapatan lain-lain asli daerah yang sah. Target dari lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah lebih kecil dari Realisasi pada tahun 2003
sampai dengan 2005 dan menggambarkan adanya peningkatan rasio
efektivitas (data pada lampiran laporan realisasi anggaran).
46
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah penulis lakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang dari tahun 2003
sampai dengan tahun 2005 menunjukan trend ke arah yang efisien, karena
Rasio yang dicapai untuk tahun 2003 sampai dengan tahun 2005
menunjukan bahwa angka rasio yang dicapai semakin kecil dan
menggambarkan Pemerintah Daerah dalam menggunakan anggaran
semakin efisien.
2. Tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang pada
tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2005 sudah berjalan
efektif, karena angka rasio yang dicapai untuk tahun anggaran 2003
sampai dengan 2005 lebih dari 100(seratus) persen dan menggambarkan
kemampuan daerah semakin baik.
3. Penyebab meningkatnya efisiensi Belanja Daerah adalah :
Adanya pengurangan realisasi anggaran belanja dari Pemerintah Pusat.
47
Sedangkan pada sektor Pendapatan Asli Daerah rasio efektivitas juga
menunjukan peningkatan adapun penyebabnya adalah :
a. Penerimaan dari sektor pajak yang mengalami peningkatan, khususnya
di sektor pajak penerangan jalan karena data wajib pajak sudah mulai
terdata cukup baik.
b. Penerimaan dari sektor lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah,
seperti penerimaan jasa giro, bunga deposito, dan sumbangan pihak
ketiga.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Bengkayang, penulis hanya mengambil data untuk periode tahun anggaran
2003 sampai dengan tahun anggaran 2005 sehingga hasil penelitian ini hanya
berlaku pada periode penelitian tersebut.
48
C. Saran
Setelah melakukan penelitian pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Bengkayang, penulis mencoba memberikan saran yang sekiranya diperlukan
dan bermanfaat bagi Pemerintah Daerah maupun bagi peneliti selanjutnya,
masukan dan saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk lebih meningkatkan efektivitas Pendapatan Asli Daerah, hendaknya
Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang bisa lebih mengidentifikasi
potensi daerah sehingga peluang-peluang baru untuk sumber penerimaan
daerah lebih banyak dan didukung dengan cara seperti meningkatkan
investasi infrastruktur di daerah pariwisata dan memacu pemasukan dari
sektor pajak pariwisata. Untuk Belanja Daerah pada Pemerintah
Kabupaten Bengkayang, sebaiknya Pemerintah Daerah berusaha untuk
lebih meningkatkan efisiensi dalam menganggarkan Belanja Daerah.
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang, untuk lebih sering
melakukan kegiatan pengenalan-pengenalan dan sosialisai tentang daera-
daerah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bengkayang agar dapat
menarik minat para investor yang ingin melakukan kegiatan usaha di
Kabupaten Bengkayang.
49
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra dan Soepriyanto. (2002). Sistem Akuntansi Sektor Publik, Konsep
untuk Pemerintah Daerah. Jakarta : Salemba Empat.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang, (2005). Kabupaten Bengkayang
Dalam Angka.
Fadilah, dan Mohtar. (2004). Proses Penyusunan Anggaran dan Pengalokasian
Biaya Di PemDa Kab.Wonogiri. Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia.
Vol.19,No.1, Hal : 27-56.
Golu, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT.Grasindo.
Halim, Abdul. (2004). Bunga Rumpai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi
Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
IAI - Kompartemen Akuntan Sektor Publik- Bidang Akuntabilitas Sektor Publik.
(2002). Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menghadapai
Otonomi Daerah. Makalah Seminar 6 Juli 2003.
Kaho, Josep Riwu. (1998). Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik
Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara
Mahmudi, (2007). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Mamesah, D.J. (1995). Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta:
PT.Gramedia Pusat Utama.
Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi
Offset : Yogyakarta.
50
PAU SE UGM (2003). Penyusunan Anggaran (RAPBD) Berdasarkan Pendekatan
Kinerja. Yogyakarta.
Rasyid, Ryaas. (2005). Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Jakarta :
Salemba Empat.
Republik Indonesia (2004). Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah.
(2004). Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.
Sri Media Insani (2005). Analisis APBD Berbasis Kinerja Kabupaten Agam
Sumatra Barat. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
51
LAMPIRAN
52
Tembusan1.2.
Tembusan : disampaikan Kepada Yth.:1. Bupati Bengkayang, di Bengkayang;2. Wakil Bupati Bengkayang, di Bengkayang;3. Kepala Progdi Akuntansi Univ. Sanata
Dharma, di Yogyakarta;4. Yang Bersangkutan