of 71 /71
ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Yulius Fitra NIM: 012114242 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN EFEKTIVITAS …repository.usd.ac.id/14699/2/012114242_Full.pdf · 2018. 1. 5. · UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

  • Author
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN EFEKTIVITAS...

  • ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

    Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

    Program Studi Akuntansi

    Oleh:

    Yulius Fitra

    NIM: 012114242

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2008

  • ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

    Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

    Program Studi Akuntansi

    Oleh:

    Yulius Fitra

    NIM: 012114242

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2008

    i

  • SKRIPSI

    ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

    Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

    Oleh :

    Yulius Fitra

    NIM: 01 2114 242

    Telah Disetujui Oleh:

    Pembimbing I

    Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA. Tanggal: 13 Maret 2008

    Pembimbing II

    Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si., QIA. Tanggal: 08 April 2008

  • UNIVERSITAS SANATA DHARMAFAKULTAS EKONOMI

    JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul

    : Analisis Efisiensi Belanja Daerah Dan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

    dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2008 adalah hasil karya saya.

    Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsiini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambildengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbolyang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yangsaya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagianatau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisanorang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

    Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak,dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasiltulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukantindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran sayasendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal sayaterima.

    Yogyakarta, 02 September 2008Yang membuat pernyataan,

    Yulius Fitra

  • LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Yulius Fitra

    Nomor Mahasiswa : 012114242

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DAN EFEKTIVITAS

    PENDAPATAN ASLI DAERAH beserta perangkat yang diperlukan. Dengan

    demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak

    untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

    bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

    mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

    selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal: 06 Oktober 2008

    Yang menyatakan,

    Yulius Fitra

    v

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    “Tuhan akan jadikan

    segala sesuatunya indah pada saatnya

    apabila kita menjalaninya dengan ikhlas”

    “Taklukkanlah dirimu sebelum kamu menaklukkan orang lain”

    “Jadikan Pengalaman sebagai Guru yang Terbaik”

    Karya ini Kupersembahkan untuk:Yesus Sang Juru Selamatku

    Keluargaku TercintaKekasihku

    vi

  • ABSTRAK

    ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH DANEFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH

    Studi kasus pada Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

    Oleh :

    Yulius Fitra

    012114242

    Universitas Sanata DharmaYogyakarta

    2008

    Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat efisiensiBelanja Daerah, 2) Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah,3) Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah danEfektivitas Pendapatan Asli Daerah. Jenis penelitian yang digunakan oleh penelitiadalah studi kasus. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dataRealisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun anggaran 2003,2004, 2005. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dandokumentasi. Data yang diperoleh diolah dengan analisis rasio efisiensi dan rasioefektivitas.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Tingkat efisiensi Belanja Daerahpada Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang semakin efisien.Rasio yangdicapai untuk tahun 2003 adalah 126,36 %, tahun 2004 adalah 106 %, dan 93,32% untuk tahun 2005, 2) Tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah padaPemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang sudah berjalan efektif. Tingkat rasioefektivitas yang dicapai untuk tahun 2003 adalah 104,71 %, tahun 2004 adalah273,66 %, dan tahun 2005 adalah 275,80 %. 3) Efisiensi Belanja Daerah danefektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang mengalamipeningkatan yang disebabkan karena adanya pengurangan realisasi anggaranbelanja dari Pemerintah Pusat dan untuk Pendapatan Asli Daerah karenameningkatnya Pendapatan dari sektor Pajak Daerah, Khususnya Pajak PeneranganJalan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

    vii

  • ABSTRACT

    AN ANALYSIS OF EFFICIENCY OF REGIONAL PUBLICEXPENDITURE AND

    THE EFFECTIVENESS OF REGIONAL ORIGINAL REVENUEA Case Study at Regency of Bengkayang Kalimantan Barat

    By:

    Yulius Fitra

    012114242

    Sanata Dharma UniversityYogyakarta

    2008

    This research aimed : 1) To know the efficiency level of Regional PublicExpenditure, 2) To know the effectiveness level of Regional Original Revenue, 3)To know the causes of fluctuation of those efficiency and effectiveness. The typeof the research conducted by the author was case study. The data needed in thisresearch were the data of Regional Budget Realization in the budget years of2003, 2004, 2005. The techniques of data collecting used interviews anddocumentation. The data obtained were analyzed by using analysis of efficiencyratio and effectiveness ratio.

    The result of this research revealed that 1) The efficiency level of RegionalPublic Expenditure in Bengkayang Regional Government was getting efficient.The achieved ratio in 2003 was 126,36 %, in 2004 was 106% and 93,32% for2005. The effectiveness level of regional original revenue in BengkayangRegional Government had already effective. The effectiveness ratio which wasachieved in 2003 was 104,71 %, in 2004 was 273,66%, and in 2005 was 275,80%.3) Those effectiveness and efficiency in Bengkayang had increased that wascaused by the reduction of budget realization from central government and for theregional original revenue, it was because of the increasing of income from localtax sector, especially in street electricity tax and the other legal regional originalrevenues.

    viii

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas kasih, karunia,

    pengampunan dan terang-Nya, Bunda Maria untuk cinta kasihnya, serta Tuhan

    Yesus Kristus atas berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    dengan judul “Analisis Efisiensi Belanja Daerah Dan Efektivitas Pendapatan

    Asli Daerah.”

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat masukan,

    saran, maupun bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

    perkenankanlah dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis

    menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

    1. Bapak Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, M.Si, Akt, QIA, selaku Dekan

    Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

    2. Bapak Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si, Akt, QIA, selaku Ketua Program

    Studi Akuntansi. Terima kasih atas bimbingannya.

    3. Bapak Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA, QIA, selaku dosen pembimbing I

    yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan

    masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

    4. Ibu Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si, QIA, selaku dosen pembimbing II yang

    telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan untuk

    menyempurnakan skripsi ini.

    5. Segenap dosen di Prodi Akuntansi USD. Terima kasih karena telah mendidik

    dan memberikan ilmu kepada penulis.

    ix

  • 6. Bapak Ir. Yonathan P. Peno, M.Si, sebagai Kepala BAPPEDA Pemerintah

    Daerah Kabupaten Bengkayang beserta stafnya yang telah menyediakan data

    dan masukan kepada penulis selama penelitian.

    7. Bapak dan Ibu Yosep Puna Tercinta yang telah memberikan dukungan moral

    dan materi serta kesabarannya selama ini. Terima kasih untuk Doa dan kasih

    sayang dari lubuk hatiku yang paling dalam.

    8. Adik-adikku Tercinta (Bripda Andi) Terima kasih untuk dukungannya baik

    moral dan materi, (Doni & Aldo) Terima kasih atas doa dan dukungannya.

    9. Kekasihku Melda atas cinta, sayang, dukungan, dan kesabarannya untuk tetap

    menungguku.

    10. Teman-teman Akuntansi’96 (Simbah, Si Om, Yogo, Didik, Dwi, Aris) Terima

    kasih karena aku banyak belajar dari kalian.

    11. Teman-teman Akuntansi’01 (Ajie, Tomi, Qwod, Ucup, Didu, Sontrot, Toink,

    Onal, Ied, Keye, Anton, Tegil, Catur, Kucluk, Didit Terima kasih buat

    Printernya, Dan Semua AKT’01)Terima kasih untuk kekompakannya.

    12. Radit dan Keluarga kecilnya (Ida & Egy) Terima kasih untuk saran dan

    masukannya selama ini.

    13.Teman-teman KKP Tematik (Semoga usaha dan bantuan kita dapat bermanfaat

    bagi mereka).

    14. Teman-teman kelas MPT (Terima kasih buat masukan & kritikan).

    15. Sahabat-sahabat kontrakan MERAK 278 ( Krisna, wisnu, Gusur terimakasih

    buat masukannya dan mau berbagi ilmunya & Lisa’03, Yoyok, Kendil,

    Solopok, Grandong, Plentuz, Kinyiz, Sodrun, Anson, Ambarwatul buat

    printernya.

    x

  • Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

    sehingga semua saran dan koreksi yang membangun untuk penyempurnaan lebih

    lanjut akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata semoga skripsi ini bisa

    bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

    Yogyakarta, 05 September 2008

    Penulis

    Yulius Fitra

    xi

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS..................... iv

    LEMBAR PUBLIKASI PERPUSTAKAAN............................................... v

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................... vi

    ABSTRAK ................................................................................................ vii

    ABSTRACT ................................................................................................ viii

    KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

    DAFTAR ISI................................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL........................................................................................ xv

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

    C. Batasan Masalah........................................................................... 5

    D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

    E. Manfaat Penelitian........................................................................ 5

    F. Sistematika Penulisan................................................................... 6

    BAB II. LANDASAN TEORI

    A. Kinerja.......................................................................................... 8

    B. Pendapatan Asli Daerah................................................................ 15

    xii

  • C. Pengertian Anggaran Pendapatan Belanja Daerah....................... 17

    D. Efisiensi ........................................................................................ 24

    E. Efektivitas..................................................................................... 25

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian............................................................................. 26

    B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 26

    C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 26

    1. Subjek Penelitian...................................................................... 26

    2. Objek Penelitian ....................................................................... 26

    D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 27

    1. Dokumentasi............................................................................ 27

    2. Wawancara .............................................................................. 27

    3. Teknik Analisis Data ............................................................... 27

    BAB IV. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH

    KABUPATEN BENGKAYANG

    A. Geografis ...................................................................................... 32

    B. Sosial ............................................................................................ 34

    C. Penduduk...................................................................................... 35

    D. Pertanian....................................................................................... 36

    E. Industri, Listrik dan Air................................................................ 39

    F. Transportasi dan Komunikasi....................................................... 40

    G. Perdagangan dan Keuangan ......................................................... 41

    xiii

  • BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Efisiensi.......................................................................... 42

    B. Analisis Efektivitas ...................................................................... 44

    BAB VI. PENUTUP

    A. Kesimpulan................................................................................... 47

    B. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 48

    C. Saran............................................................................................. 49

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50

    LAMPIRAN ...................................................................................................... 52

    xiv

  • DAFTAR TABEL

    Tabel III.1 Efisiensi Belanja Daerah ................................................................. 28

    Tabel III.2 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah................................................ 30

    Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administratif ................................................. 33

    Tabel V.1 Efisiensi Belanja Daerah ................................................................. 43

    Tabel V.2 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah................................................ 45

    xv

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Undang-Undang No.22 Tahun 1999 yang sudah direvisi menjadi

    Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

    Undang No.25 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang No.33 Tahun

    2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

    menjadi tonggak dimulainya otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan upaya

    pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa

    untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas,

    dan potensi daerah sendiri. Dengan pemberian otonomi daerah Kabupaten dan

    Kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Oleh

    karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam

    rangka mengelola dana desentralisasi secara transparan, ekonomis, efisien, efektif,

    dan akuntabel. Beberapa perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah penting

    dilakukan terutama dalam aspek anggaran, akuntansi, dan pemeriksaan yang

    memerlukan prioritas utama agar pengelolaan keuangan yang baik dapat

    dilakukan. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan sistem

    pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan

    sistem desentralisasi secara transparan, efisien, efektif, dan dapat

    dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.

    1

  • Dengan desentralisasi kewenangan Pemerintah ke daerah, daerah akan

    mengalami proses pemberdayaan kemampuan, prakarsa, dan kreativitas mereka

    akan terpacu, sehingga kemampuan mengatasi berbagai masalah ekonomi daerah

    akan semakin kuat (Rasyid, 2002 : 11).

    Dalam rangka akuntanbilitas publik, Pemerintah Daerah seharusnya

    melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman yang terjadi selama ini

    menunjukkan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan.

    Anggaran daerah, khususnya pengeluaran daerah belum mampu berperan sebagai

    insentif dalam mendorong laju pembangunan daerah. Disamping itu banyak

    ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran

    yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas, serta kurang

    mencerminkan aspek ekonomi, efisien, efektivitas (Mardiasmo, 2002 : 117)

    Proses anggaran yang telah disepakati Pemerintah Daerah dan DPRD

    merupakan amanat rakyat. Peranan DPRD sebagai salah satu stakeholder dalam

    pengelolaan Pemerintahan Daerah dewasa ini menjadi semakin penting. Hal ini

    disebabkan penentuan strategi dan prioritas APBD, penetapan arah dan Kebijakan

    umum APBD, bahkan sejak proses penjaringan aspirasi masyarakat, sudah

    melibatkan DPRD. DPRD dan aparat Pemerintah Daerah harus memiliki

    kemampuan dan pengetahuan dalam perencanaan dan perumusan kebijakan

    strategis daerah, termasuk proses dan pengalokasian Anggaran Belanja Daerah

    agar pelaksanaan berbagai kegiatan pelayanan oleh Pemerintah Daerah dapat

    2

  • mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat dan dilaksanakan secara efisien

    dan efektif.

    Kinerja yang biasa juga disebut performance(prestasi kerja) adalah

    hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

    organisasi dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka

    mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar

    hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika(Suyadi, 1992 : 2).

    Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas

    organisasi dan manajer dalam pelayanan publik yang lebih baik. Bukan sekedar

    kemampuan menujukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan

    tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah

    dibelanjakan secara efisien dan efiktif (Mardiasmo, 2002 : 121).

    Penyelenggaraan tugas-tugas desentralisasi semakin berkembang

    sejalan dengan tuntutan pelaksanaan tugas Pemerintah dan Pembangunan Daerah.

    Pemerintah Daerah perlu memiliki sumber pembiayaan yang cukup untuk

    mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya. Tidak

    semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah, maka Pemerintah Daerah

    diwajibkan menggali sumber kekayaan sendiri berdasarkan Peraturan Perundang-

    undangan yang berlaku. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

    merupakan kebijakan Pemerintah Daerah harus direncanakan dengan sebaik-

    baiknya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip anggaran, program dan kegiatan

    yang tertuang dalam APBD dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

    3

  • Apabila Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan APBD maka

    dapat dikatakan kinerja Pemerintah Daerah baik.

    Kabupaten Bengkayang meresmikan diri menjadi Pemerintah Daerah

    Tingkat II tepatnya pada tanggal 29 April 1999. Pemerintah Daerah Kabupaten

    Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak disebelah utara

    Propinsi Kalimantan Barat dengan cakupan wilayah terkecil. Kabupaten

    Bengkayang yang sudah memiliki laporan keuangan daerah khususunya laporan

    perhitungan anggaran menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian. Besar

    kecilnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) sangat berpengaruh

    pada kegiatan perekonomian masyarakat. Anggaran yang berimbang dapat

    menjamin stabilitas perekonomian. Oleh karena itu, realisasi penerimaan dan

    pengeluaran suatu wilayah perlu dipantau dan dievaluasi.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana tingkat efisiensi Belanja Daerah pada tahun 2003, 2004 dan

    2005 ?

    2. Bagaimana tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003,

    2004 dan 2005 ?

    3. Apa penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah dan efektivitas

    Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?

    4

  • C. Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian hanya sebatas Belanja

    Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Bengkayang

    Kalimantan Barat untuk Tahun Anggaran 2003, 2004 dan 2005.

    D. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi Belanja Daerah pada tahun 2003, 2004

    dan 2005.

    2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun

    2003, 2004 dan 2005.

    3. Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya efisiensi Belanja Daerah dan

    efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai pertimbangan untuk menentukan

    kebijakan dalam rangka meningkatkan efektivitas penerimaan daerah dan

    untuk mengukur efisiensi belanja daerah.

    2. Bagi Universitas, dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang

    ingin memperdalam pengetahuan tentang keuangan daerah.

    3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperdalam dan menerapkan teori

    yang diperoleh kedalam praktik-praktik yang sesungguhnya.

    5

  • F. Sistematika Penulisan

    Sistematika yang dibuat oleh penulis ini secara garis besar dapat

    diuraikan sebagai berikut:

    Bab I : Pendahuluan

    Pada bab ini akan dibahas mengenai salah satu dari unsur

    reformasi total yaitu pemberian otonomi yang luas kepada

    Pemerintah Daerah Kabupaten, serta undang-undang yang

    mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Dari latar belakang yang

    sudah tertuang di atas tersebut kemudian diambil atau dirumuskan

    masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian dan manfaat

    penelitian.

    Bab II : Landasan Teori

    Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang dipakai

    dalam melakukan penelitian. Pembahasan tersebut berupa uraian

    mengenai otonomi daerah, kinerja, dan Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah (APBD).

    Bab III : Metode Penalitian

    Pada bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian yang

    dipakai yaitu studi kasus yang dilaksanakan pada Pemerintah

    Daerah Kabupaten Bengkayang. Pembahasan selanjutnya yaitu

    subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian serta

    teknik analisis data yang digunakan.

    6

  • Bab IV : Gambaran Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang

    Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah berdirinya Pemerintah

    Daerah Kabupaten Bengkayang, luas wilayah dan keadaan

    penduduk.

    Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

    Pada bab ini akan digunakan analisis data yaitu dengan

    menggunakan Rasio Efisiensi dan Rasio Efektivitas.

    Bab VI : Penutup

    Pada bab ini akan ditulis tentang kesimpulan, keterbatasan dan

    saran dari penelitian.

    7

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kinerja

    1. Pengertian Kinerja

    Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

    pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan

    sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan

    rencana strategi suatu organisasi (IAI-kompartemen akuntan sektor publik,

    2002 : 4). Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan

    diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat

    pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi dan misi yang

    diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif

    suatu kebijakan operasional yang diambil. Kinerja dapat diartikan sebagai

    prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam satu periode tertentu. Kinerja

    menunjukkan tingkat efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam

    pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan divisi-divisi yang ada di

    dalam organisasi. (IAI-Kompartemen akuntan sektor publik – Bidang

    Akuntabilitas Sektor Publik, 2002 : 9).

    Evaluasi kinerja mengandung pengertian bahwa pihak yang

    berkewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan

    kebijakan harus melaporkan penerapan tolak ukur pengukuran kinerja

    pelaksanaannya melalui analisis kegiatan unit instansi pemerintah yang

    8

  • membandingkan antara realisasi dan rencana. (IAI-kompartemen Akuntan

    Sektor Publik – Bidang Akuntabilitas Sektor Publik, 2002 : 1).

    2. Maksud Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi

    tiga maksud (Mardiasmo, 2002 : 121) :

    a. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu

    memperbaiki kinerja Pemerintah, agar dapat membantu Pemerintah

    berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.

    1) Pengukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian

    sumber daya dan pembuatan keputusan.

    2) Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan

    pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi

    kelembagaan.

    3. Manfaat Pengukuran Kinerja (Mardiasmo, 2002 : 122) :

    a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk

    menilai kinerja manajemen.

    b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah

    ditetapkan.

    c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan

    membandingkan dengan target kinerja serta melakukan tindakan

    korektif untuk memperbaiki kinerja.

    9

  • d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman

    (reward and punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi

    yang diukur sesuai dengan pengukuran kinerja yang telah

    disepakati.

    e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam

    rangka memperbaiki kinerja organisasi.

    f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah

    terpenuhi.

    g. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara

    obyektif.

    4. Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah

    Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah perlu

    dikembangkan Standar Analisis Belanja (SAB), Tolok Ukur Kinerja,

    dan Standar Biaya (Mardiasmo, 2002:192).

    1) Standar Analisis Belanja (SAB)

    Standar analisis belanja adalah penilaian kewajaran atas beban

    kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan.

    Tujuan SAB (Mardiasmo, 2002:192):

    a. Meningkatkan kemampuan Unit Kerja dalam menyusun

    anggaran.

    b. Mencegah adanya duplikasi dan tumpang tindih kegiatan dan

    anggaran belanjanya pada masing-masing Unit Kerja.

    10

  • c. Menjamin kesesuaian antara kegiatan dan anggaran.

    d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan

    Keuangan Daerah.

    Manfaat SAB (Mardiasmo, 2002: 193) :

    a. Pemerintah Daerah dapat menentukan kewajaran biaya untuk

    melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan Tupoksinya.

    b. Pemerintah Daerah dapat meminimalisir terjadinya pengeluaran

    yang kurang jelas yang menyebabkan inefisiensi anggaran.

    c. Menghindari tumpang tindih antara pengeluaran rutin dan

    pembangunan.

    d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolak ukur kinerja yang

    jelas.

    e. Unit Kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untuk

    menentukan anggarannya sendiri.

    2) Tolok Ukur Kinerja

    Yang dimaksud dengan tolok ukur kinerja (Mardiasmo, 2002: 196)

    adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja

    perangkat daerah. Satuan ukur merupakan tolok ukur yang

    digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh Unit Kerja mampu

    melaksanakan Tupoksinya. Tolok ukur kinerja ditetapkan dalam

    bentuk standar pelayanan yang ditentukan oleh masing-masing

    daerah.

    11

  • 3) Standar Biaya

    Standar biaya merupakan komponen lain yang harus

    dikembangkan untuk dasar pengukuran kinerja keuangan dalam

    sistem anggaran kinerja, selain SAB dan Tolok Ukur Kinerja.

    Standar Biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku bagi

    masing-masing daerah. Penetapan standar biaya akan mambantu

    penyusunan anggaran belanja suatu program atau kegiatan bagi

    daerah yang bersangkutan. Pengembangan standar biaya harus

    dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perubahan harga

    yang berlaku dimasing-masing daerah (PAU SE UGM, 2003).

    5. Laporan Perhitungan Anggaran

    Laporan perhitungan anggaran adalah laporan yang

    menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD

    diawal periode dengan jumlah yang telah direalisasikan dalam APBD

    di akhir periode. Secara umum sistem penganggaran yang diterapkan

    memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut(Mardiasmo, 2002: 10):

    1. Dasar penyusunaan yang digunakan bersifat incremental yakni

    dengan menyesuaikan volume anggaran terhadap perubahan

    tingkat harga atau faktor-faktor lain yang bersifat marjinal. Metode

    ini berangkat dari asumsi bahwa secara keseluruhan keadaan masih

    seperti tahun lalu, sehingga menjadi metode yang paling mudah,

    murah dan aman dalam menyusun anggaran.

    12

  • 2. Fungsi, program dan elemen pengeluaran integral dengan struktur

    anggaran.

    3. Sifat dari perencanaan dan anggaran terpisah. Keduanya tidak

    menjadi satu kesatuan yang integral dengan struktur anggaran.

    4. Aspek evaluasi menggunakan aspek realisasi anggaran.

    5. Orientasi anggaran lebih menekankan pada input daripada output.

    6. Pendekatan perencanaan anggaran yang digunakan bersifat line-

    item budget yaitu perencanaan anggaran yang didasarkan atas”pos

    anggaran”yang telah ada sebelumnya.

    7. Struktur anggaran menggunakan pendekatan anggaran

    terpilah(fragmented).

    Komponen pada struktur anggaran (Mardiasmo, 2002 : 11-12) :

    1) Belanja Rutin

    Belanja Rutin adalah Pengeluaran-pengeluaran Pemerintah Daerah

    yang ditujukan untuk membiayai kegiatan sehari-harinya. Selama

    ini satu-satunya ukuran kinerja yang dijadikan sebagai penilaian

    kinerja adalah jumlah maksimal yang dapat dibelanjakan untuk

    setiap pos pengeluaran rutin dan hal tersebut merupakan tingkat

    penyerapan anggaran maksimal yang diharapkan dapat dicapai.

    Pemerintah Daerah dikatakan memiliki kinerja yang baik jika

    Pemerintah Daerah maupun Dinas mampu menggunakan secara

    keseluruhan item anggaran rutin(line item) sesuai dengan proporsi

    anggaran yang telah disahkan atau dengan kata lain memiliki

    13

  • tingkat penyerapan anggaran yang maksimal. Evaluasi atas

    pelaksanaan yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja dan

    penyusunan anggaran tahun berikutnya didasarkan pada selisih

    atau varian dari anggaran dan realisasi sesungguhnya.

    2) Belanja Pembangunan

    Belanja Pembangunan adalah pengeluaran Pemerintah Daerah

    yang bersifat investasi dan ditujukan untuk melaksanakan tugas-

    tugas Pemerintah Daerah sebagai salah satu pelaku pembangunan.

    Ukuran kinerja yang digunakan adalah jumlah dana pada setiap pos

    pengeluaran pembangunan yang tertera dalam anggaran daerah

    sebagai jumlah maksimal yang dapat dibelanjakan untuk setiap pos

    pengeluaran pembangunan. Jika terjadi pengeluaran rutin

    Pemerintah Daerah yang cenderung menghabiskan dana, maka

    pada pengeluaran pembangunan hal yang sama juga terjadi. Selain

    itu, evaluasi jenis belanja ini adalah apakah sudah dengan logika

    penyusun dan standar atau kriteria pencapaiannya.

    14

  • B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

    dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan. Tujuannya adalah memberikan kewenangan kepada

    Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai

    dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

    Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang berasal dari sumber-

    sumber keuangan daerah separti pajak daerah, bagian laba BUMD,

    penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lain-lain (Kaho, 1998: 68).

    Adapun yang termasuk Pendapatan Asli daerah adalah :

    1. Hasil Pajak Daerah

    Dasar hukum dari pajak daerah diatur dalam undang-undang Nomor 34

    Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

    Yang dimaksud dengan pajak daerah adalah:

    “Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada

    daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

    digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan daerah dan

    pembangunan daerah.”

    15

  • Pajak Daerah terdiri dari :

    a. Pajak Daerah yang dipungut daerah tingkat I (Propinsi) terbagi

    atas:

    1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

    2) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

    3) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

    Permukaan

    b. Pajak Daerah yang dipungut daerah tingkat II (Kabupaten/Kota)

    terbagi atas:

    1) Pajak Hotel

    2) Pajak Restoran

    3) Pajak Hiburan

    4) Pajak Reklame

    5) Pajak Penerangan Jalan

    6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

    7) Pajak Parkir

    2. Hasil Retribusi Daerah

    Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas

    jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan

    oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

    Jenis pelayanan yang dikenakan retribusi yaitu jasa umum, jasa usaha,

    dan perizinan.

    16

  • 3. Hasil pengelolaan kekayaan-kekayaan daerah yang dipisahkan

    Penerimaan dan pengelolaan kekayaan ini antara lain bagian laba,

    deviden, penerimaan dari pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

    dipisahkan dan penjualan saham milik Negara.

    4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

    Yang termasuk lain-lain PAD yang sah antara lain hasil penjualan

    kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,

    keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan

    komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

    dan pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

    C. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    1. Anggaran

    Beberapa pengertian anggaran yang bisa ditunjukan adalah

    sebagai berikut :

    a. Anggaran adalah suatu rencana finansial yang biasanya mencakup

    jangka waktu satu tahun dan merupakan alat perencanaan jangka

    pendek dan pengendalian organisasi (Anthony & Govindarajan,

    1998).

    b. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara

    kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan

    ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun

    (Mulyadi, 1993).

    17

  • c. Anggaran adalah suatu rencana terinci yang disususn secara

    sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif,

    biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukan perolehan dan

    penggunaan sumber-sumber dari suatu organisasi dalam jangka

    waktu tertentu, biasanya satu tahun (Suriyono, 2000).

    d. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang

    hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan

    dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2001).

    Dari beberapa pengertian anggaran sebagaimana diatas maka dapat

    disimpulkan bahwa anggaran pada umumnya memiliki karakteristik

    sebagai berikut (Bastian, 2000: 81) :

    1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain

    keuangan.

    2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

    3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang

    berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggungjawab

    guna mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.

    4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang

    lebih tinggi dari penyusun anggaran.

    5) Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi

    tertentu.

    18

  • 6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan

    dengan anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

    2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    Pengertian APBD menurut Undang-Undang No.33 Tahun 2004

    tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah

    adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas

    dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    Menurut Mamesah (1995: 20) pengertian Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Daerah (APBD) pada orde baru adalah rencana

    operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana di satu pihak

    menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna

    membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu

    tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan

    penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi

    pengeluaran-pengeluaran dimaksud.

    Definisi menurut mamesah (1995:20-21) mengandung unsur :

    a. Rencana operasional daerah, yang menggambarkan adanya

    aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dimana

    aktivitas tersebut telah diuraikan secara rinci.

    19

  • b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk

    menutupi biaya-biaya yang ada merupakan batas maksimal

    pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.

    c. Dituangkan dalan bentuk angka, jenis kegiatan, dan jenis proyek.

    d. Untuk keperluan satu tahun anggaran yaitu April sampai dengan

    Maret dan Januari sampai dengan Desember.

    Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas menjalankan

    mandat dari rakyat membutuhkan biaya yang besar. Untuk pembiayaan

    tersebut pemerintah daerah mempunyai beberapa sumber penerimaan

    daerah yang dituangkan dalam anggaran. Anggaran yang dibuat akan

    mencerminkan politik pengeluaran pemerintah yang rasional baik

    secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga akan terlihat

    (Mardiasmo, 2003: 80-81) :

    1) Adanya pertanggungjawaban pemungutan pajak dan pungutan lain-

    lain oleh pemerintah misalnya untuk memperlancar ekonomi.

    2) Adanya hubungan yang erat antara fasilitas penggunaan dana dan

    penariknya.

    3) Adanya pola pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai

    pertimbangan dalam menentukan pola tingkat distribusi

    penghasilan dalam ekonomi.

    20

  • 3. Karakteristik APBD

    Karakteristik APBD menurut Abdul Halim (2002: 17) :

    a. APBD disususn oleh DPRD bersama-sama Kepala Daerah.

    b. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan anggaran adalah

    pendekatan tradisional (line item) yaitu anggaran disusun

    berdasarkan jenis penerimaan dan jenis pengeluaran. Oleh karena

    itu, setiap baris dalam APBD menunjukkan tiap jenis penerimaan

    dan pengeluaran. Penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk

    melakukan pengendalian atas pengeluaran. Pendekatan ini

    merupakan pendekatan yang paling tradisional(tertua) diantara

    berbagai pendekatan penyusunan anggaran.

    c. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

    penyusunan, dan penetapan perhitungan APBD. Penyusunan dan

    perhitungan APBD merupakan pertanggungjawaban APBD.

    Pertanggungjawaban itu dilakukan dengan menyampaikan

    perhitungan APBD kepada Menteri Dalam Negeri untuk

    Pemerintah Daerah Tingkat I dan kepada Gubernur untuk

    Pemerintah Daerah Tingkat II. Oleh karena itu,

    pertanggungjawaban bersifat vertikal.

    d. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan serta tahap penyusunan

    dan penetapan perhitungan APBD, pengendalian dan

    pemeriksaan/audit bersifat keuangan. Hal ini tampak pada

    pendapatan daerah dan pengawasan daerah.

    21

  • e. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan

    tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundangan

    yang berlaku, unsur kehematan dan efisiensi, dan unsur hasil

    program(untuk proyek-proyek daerah).

    f. Sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan tata buku

    anggaran yaitu anggaran dan pembukuan saling berhubungan dan

    saling mempengaruhi.

    Di era (pasca) reformasi, bentuk APBD mengalami perubahan

    cukup mendasar. Bentuk APBD yang baru didasarkan pada peraturan-

    peraturan mengenai otonomi daerah UU No. 32/2004, UU No.

    33/2004, dan PP No. 105/2000.

    Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah

    mengisyaratkan agar laporan keuangan makin informatif. Untuk itu,

    dalam bentuk yang baru, APBD diperkirakan tidak akan terdiri dari

    dua sisi dan akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu penerimaan,

    pengeluaran, dan pembiayaan. Pembiayaan merupakan kategori baru

    agar APBD makin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari

    pendapatan daerah. Hal ini sesuai dengan definisi pendapatan sebagai

    hak Pemerintah Daerah, sedangkan pinjaman belum tentu menjadi hak

    Pemerintah Daerah. Pos pembiayaan ini merupakan alokasi surplus

    atau sumber penutup defisit anggaran (Marwis, 2003: 53).

    Dalam bentuk APBD yang baru itu pula, penerimaan dibagi

    menjadi tiga kategori, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

    22

  • Perimbangan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Selanjutnya

    pengeluaran diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu Belanja

    Administrasi Umum (BAU), Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana

    dan Prasarana Publik, Belanja Modal, Belanja Transfer, dan Belanja

    tak terduga.

    4. Fungsi APBD

    Fungsi APBD menurut Mamesah (1995: 18) :

    a. Menemukan jumlah pajak yang dibebankan pada rakyat daerah

    yang bersangkutan.

    b. Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi yang nyata

    dan bertanggungjawab.

    c. Memberi isi dan arti kepada tanggungjawab Pemerintah Daerah

    umumnya dan kepada daerah khususnya, karena APBD itu

    menggambarkan seluruh kebijakan Pemerintah Daerah.

    d. Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap

    daerah dengan cara yang lebih guna dan berhasil guna.

    e. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala Daerah didalam

    batas-batas tertentu.

    23

  • D. Efisiensi

    a. Analisis Efisiensi Belanja

    Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi

    belanja dengan anggaran belanja. Rasio belanja ini digunakan untuk

    mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan Pemerintah.

    Pemerintah Daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika

    rasio efisiensinya kurang dari 100 persen, sebaliknya jika lebih maka

    mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran. Rasio efisiensi

    belanja dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2007: 152) :

    Realisasi Belanja

    Rasio Efisiensi Belanja = X 100%

    Anggaran Belanja

    24

  • E. Efektivitas

    Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah

    Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

    direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan (Halim, 2004:

    135).

    Realisasi Penerimaan PAD

    Efektivitas = X 100%

    Target Penerimaan PAD

    Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan

    efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 100 persen. Namun

    demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan

    daerah yang semakin baik.

    25

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian yang akan dilakukan ini berupa studi kasus pada

    Kabupaten Bengkayang. Studi kasus adalah jenis penelitian terhadap suatu

    objek tertentu dalam Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang untuk

    tahun anggaran 2003, 2004, dan 2005.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    a. Tempat penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten

    Bengkayang

    b. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Juli

    tahun 2007.

    C. Subjek dan Objek Penelitian

    a. Subjek dalam penelitian ini adalah semua yang berhubungan dengan

    penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yaitu Kepala

    Dinas, Kepala Unit, Kepala Bagian.

    b. Objek penelitian ini adalah laporan perhitungan anggaran yaitu laporan

    yang menggambarkan antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD

    diawal periode dengan jumlah yang direalisasikan dalam APBD

    diakhir periode.

    26

  • D. Teknik Pengumpulan Data

    a. Dokumentasi

    Adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada

    waktu yang lalu (Golu, 2002 : 123).

    b. Wawancara

    Adalah metode pengumpulan data melalui Tanya jawab secara

    langsung dengan orang yang bersangkutan. Teknik wawancara

    dilakukan kepada kepala bagian, sekretaris, dan kepala bagian dalam

    lingkup Pemerintahan Kabupaten Bengkayang (Golu, 2002 : 119).

    E. Teknik Analisis Data

    a. Untuk menjawab permasalahan pertama, digunakan analisis Rasio

    Efisiensi Belanja Pada tahun anggaran 2003, 2004 dan 2005.

    Langkah – langkah yang dilakukan adalah :

    1) Mengumpulkan data Realisasi Belanja dari tahun 2003 sampai

    dengan tahun 2005.

    2) Mengumpulkan data Anggaran Belanja dari tahun 2003 sampai

    dengan 2005.

    27

  • 3) Memasukkan data Realisasi Belanja (A) dan Anggaran Belanja (B)

    dari tahun 2003-2005 ke dalam rumus Efisiensi Belanja, sebagai

    berikut:

    Realisasi Belanja

    Efisiensi Belanja = x 100%

    Anggaran Belanja

    4) Memasukan hasil perhitungan Efisiensi Belanja dari tahun 2003

    sampai dengan 2005 ke dalam tabel Efisiensi Belanja:

    Tabel III.1

    Efisiensi Belanja Daerah

    Kabupaten Bengkayang

    Tahun 2003-2005

    TahunAnggaran

    RealisasiBelanja

    (A)

    AnggaranBelanja

    (B)

    TingkatEfisiensi (%)

    (A : B)2003

    2004

    2005

    28

  • Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat

    disimpulkan kinerja Pemerintah dalam menggunakan anggaran

    dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari

    100(seratus) persen(Mahmudi, 2007: 152).

    b. Untuk menjawab permasalahan kedua, dilakukan analisis efektivitas

    Pendapatan Asli Daerah selama periode 2003, 2004, dan 2005.

    langkah-langkah yang dilakukan adalah :

    1) Mengambil data Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

    selama tahun 2003-2005.

    2) Mengambil data target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah selama

    tahun 2003-2005.

    3) Memasukkan data Realisasi Penerimaan PAD (A) dan Target

    Penerimaan PAD (B) ke dalam rumus Efektivitas Pendapatan,

    sebagai berikut:

    Realisasi Penerimaan PAD

    Efektivitas = X 100%

    Target Penerimaan PAD

    29

  • 4) Memasukkan hasil perhitungan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

    selama Tahun 2003-2005 ke dalam Tabel Efektivitas Pendapatan

    Asli Daerah :

    Tabel III.2

    Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

    Kabupaten Bengkayang

    Tahun 2003-2005

    TahunAnggaran

    RealisasiPenerimaan PAD

    (A)

    TargetPenerimaan PAD

    (B)

    TingkatEfektivitas (%)

    (A : B)200320042005

    Kemampuan Daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan

    efektif apabila rasio yang dicapai minimal 100(seratus) persen,

    sehingga semakin tinggi rasio efektivitas berarti menggambarkan

    Kemampuan Daerah semakin baik (Halim, 2004: 135).

    c. Untuk menjawab permasalahan ketiga, yaitu untuk mengetahui

    penyebab naik/turunnya rasio Pendapatan dan Belanja Daerah pada

    tahun 2003, 2004 dan 2005 maka digunakan teknik wawancara dengan

    pihak-pihak yang terkait serta menggunakan studi pustaka dengan

    mempelajari dokumen-dokumen yang ada.

    30

  • Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan dalam wawancara, sebatas

    penyebab peningkatan dan penurunan efisiensi Belanja dan efektivitas

    Pendapatan Asli Daerah adalah :

    1) Apa penyebab penurunan/peningkatan efektivitas Pendapatan Asli

    Daerah pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?

    2) Apa penyebab penurunan/peningkatan efisiensi Belanja Daerah

    pada tahun 2003, 2004 dan 2005 ?

    31

  • BAB IV

    GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH

    KABUPATEN BENGKAYANG

    A. Geografis

    1. Letak

    Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten yang

    terletak disebelah utara Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis

    terletak 0 ˚33 ‘ 00” Lintang Utara sampai 1 ˚30 ‘ 00” Lintang Utara dan

    108 ˚39 ‘ 00” Bujur Timur sampai 110 ˚10 ‘ 00” Bujur Timur.

    2. Batas Wilyah

    Kabupaten Bengkayang mempunyai batas wilayah administratif sebagai

    berikut :

    a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Serawak – Malaysia Timur,

    Kabupaten Sambas.

    b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Pontianak.

    c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Laut Natuna dan Kota

    Singkawang.

    d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan

    Kabupaten Landak.

    3. Pembagian Wilayah Administrasi

    Kabupaten Bengkayang terdiri dari 14 Kecamatan, 2 Kelurahan, 117

    Desa dan 265 dusun.

    32

  • Tabel IV.1

    Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Bengkayang Menurut

    Kecamatan, Kelurahan, Desa dan Dusun

    Tahun 2005.

    Kecamatan Kelurahan Desa Dusun

    1. Sungai Raya

    2. Capkala

    3. Samalantan

    4. Manterado

    5. Bengkayang

    6. Teriak

    7. Sungai Betung

    8. Ledo

    9. Suti Semarang

    10. Lumar

    11. Sanggau Ledo

    12. Seluas

    13. Jagoi Babang

    14. Siding

    0

    0

    0

    0

    2

    0

    0

    0

    0

    0

    0

    0

    0

    0

    10

    6

    10

    11

    4

    18

    4

    12

    8

    5

    9

    6

    6

    8

    36

    8

    30

    20

    9

    17

    10

    27

    10

    11

    30

    23

    14

    20

    Jumlah 2 117 265

    Sumber : Badan Pusat Stastitik Kabupaten Bengkayang, Tahun 2005

    4. Luas Wilayah

    Kabupaten Bengkayang mempunyai luas wilayah 5.386,30 km²

    atau sekitar 3,68 % (persen) dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan

    Barat. Hal ini menjadikan Kabupaten Bengkayang sebagai Kabupaten

    dengan cakupan wilayah terkecil di Kalimantan Barat.

    33

  • B. Sosial

    1. Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu masalah penting yang menjadi

    perhatian Pemerintah. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat

    dapat dijadikan sebagai salah satu indikator yang menunjukan kualitas

    Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada suatu bangsa. Apabila

    tingkat pendidikan semakin tinggi maka kualitas SDM yang ada juga akan

    semakin baik. Perkembangan yang terjadi didunia pendidikan khususnya

    di Kabupaten Bengkayang cukup menggembirakan. Hal ini tidak lepas

    dari dari peran serta semua pihak baik Institusi Pemerinyah maupun

    Swasta. Peran serta tersebut dapat dilihat dalam hal penyediaan sarana

    fisik maupun nonfisik yang ada.

    2. Kesehatan

    Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan

    manusia apabila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka

    kesejahteraan rakyat juga akan meningkat secara langsung. Pembangunan

    kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat

    dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat

    diwujudkan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang

    didukung oleh sumber daya yang memadai seperti Rumah Sakit,

    Puskesmas, Tenaga Kesehatan, dan Ketersediaan Dokter.

    34

  • 3. Kriminalitas

    Statistik kriminalitas sangat diperlukan. Hal ini digunakan untuk

    melihat sejauh mana tingkat keamanan dan kerawanan suatu daerah.

    Sejalan dengan datangnya era informasi, peran kepolisian menjadi

    semakin penting sebagai salah sati alat untuk menjaga keamanan dan

    ketertiban masyarakat.

    4. Peribadatan

    Sarana dan prasarana peribadatan yang ada di Kabupaten

    Bengkayang sampai dengan tahun 2005 tercatat masjid sebanyak 153 unit,

    surau 119 unit, gereja katolik 118 unit, gereja protestan 282 unit, Pura 2

    unit, Vihara 3 unit, dan Klenteng sebanyak 30 unit yang tersebar diseluruh

    Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang.

    C. Penduduk

    1. Jumlah Penduduk

    Berdasarkan hasil proyeksi BPS Kabupaten Bengkayang, jumlah

    penduduk Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 205.877 jiwa yang

    tersebar di 14 Kecamatan. Dilihat menurut jenis kelaminnya, jumlah

    penduduk laki-laki adalah sebanyak 106.104 jiwa sedangkan penduduk

    perempuan adalah sebanyak 99.773 jiwa.

    2. Kepadatan Penduduk

    Kabupaten Bengkayang mempunyai luas wilayah sebesar 5.386,50

    km² dengan jumlah penduduk mencapai 205.877 jiwa, maka Kabupaten

    35

  • Bengkayang secara umum mempunyai kepadatan penduduk 38 jiwa per

    km².

    3. Angkatan Kerja

    Sacara garis besar, penduduk dalam hubungannya dengan kegiatan

    ekonomi dibagi menjadi 2(dua), yaitu :

    a. Penduduk usia dibawah 10 tahun

    b. Penduduk usia 10 tahun keatas

    Penduduk yang berusia 10 tahun keatas digolongkan lagi menjadi 2(dua),

    yaitu :

    a. Angkatan kerja, yaitu yang bekerja dan mencari kerja

    b. Bukan angkatan kerja, yaitu yang sekolah, mengurus rumah tangga,

    dan kegiatan lainnya.

    D. Pertanian

    Sektor pertanian masih menjadi sektor utama penopang

    perekonomian di Kabupaten Bengkayang. Hal ini terbukti karena sektor ini

    menjadi penyedia lapangan kerja terbesar dan menjadi penyumbang

    pendapatan terbesar. Untuk itu, pengelolaan disektor pertanian masih perlu

    ditingkatkan lagi guna semakin memantapkan sektor ini didalam

    perekonomian Kabupaten Bengkayang.

    1. Tanaman Pangan

    Sektor pertanian khususnya sub sektor pertanian tanaman pangan

    mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu,

    36

  • ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Penyediaan sub

    sektor tanaman pangan ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat

    khususnya dalam hal penyediaan pangan di Kabupaten Bengakayang.

    Dengan semakin meningkatnya produksi di sub sektor ini, diharapkan

    ketahanan pangan di Kabupaten Bengkayang akan semakin baik sehingga

    nantinya Kabupaten Bengkayang mampu berswasembada pangan.

    2. Perkebunan dan Kehutanan

    Jenis tanaman perkebunan yang menjadi komoditas utama

    Kabupaten Bengkayang adalah karet, kelapa dalam, kelapa sawit, kelapa

    hibrida, cengkeh, lada, kopi, kemiri, dan kakao. Produksi tanaman

    perkebunan terbesar di Kabupaten Bengkayang adalah karet sebesar

    22.120 ton dengan luas tanam sebesar 49.555 hektar. Kecamatan yang

    paling luas tanaman karetnya adalah Kecamatan Samalantan, yaitu sebesar

    16.872 hektar. Jenis tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten

    Bengkayang saat ini masih dirasa kurang dan perlu dikembangkan lagi.

    Untuk itu, para Investor baik dari dalam maupun luar negeri yang bisa

    mengembangkan sub sektor perkebunan khususnya di Kabupaten

    Bengkayang masih sangat diperlukan.

    Produksi hasil hutan yang paling besar di Kabupaten Bengkayang

    adalah kayu olahan, yaitu sebesar 631,0802 m³ yang semuanya merupakan

    kayu temuan. Luas kawasan kritis sebesar 235.626 hektar dengan

    pembagiaan yang berada didalam kawasan sebesar 88.722 hektar dan

    yang berada dalam kawasan sebesar 146.408 hektar.

    37

  • 3. Perikanan

    Sebagaian wilayah Kabupaten Bengkayang terdiri dari perairan,

    baik berupa laut maupun sungai. Laut dan sungai-sungai yang mengalir

    diberbagai Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Bengkayang

    merupakan suatu potensi yang baik untuk mengembangkan sektor

    pertanian, baik perikanan laut, perikanan umum, maupun budidaya.

    Namun demikian, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.

    Keterbatasan peralatan yang ada menyebabkan sektor perikanan belum

    maksimal untuk menjadi penopang perekonomian Kabupaten

    Bengkayang. Potensi yang dimiliki di bidang perikanan ini masih banyak

    yang belum tergali. Contohnya jenis budidaya ikan darat yang masih

    kurang diminati oleh masyarakat padahal kondisi geografis Kabupaten

    Bengkayang sangat mendukung.

    4. Peternakan

    Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor peternakan dan

    kesehatan hewan, diketahui bahwa populasi ternak besar yang paling

    dominan di Kabupaten Bengkayang adalah sapi potong sebesar 9.355

    ekor, diikuti jenis ternak kerbau. Jenis ternak kecil unggulan di Kabupaten

    Bengkayang adalah babi sebesar 10.944 ekor, diikuti kambing sebesar

    7.800 ekor.

    Jenis unggas yang paling banyak di Kabupaten Bengkayang adalah

    jenis ayam buras sebesar 253.992 ekor. Selanjutnya jenis ayam pedaging

    sebesar 47.508 ekor, itik sebesar 7.685 ekor, dan ayam petelur sebesar

    38

  • 6.600 ekor. Hampir semua jenis unggas diusahakan di semua Kecamatan

    di Kabupaten Bengkayang dan tersebar secara merata.

    E. Industri, Listrik dan Air

    Salah satu sektor yang menjadi penggerak perekonomian Kabupaten

    Bengkayang adalah sektor industri. Namun demikian, sektor ini belum

    menonjol dan berperan dalam perekonomian. Jumlah perusahaan industri

    dengan badan hukum jenis perseroan terbatas (PT) ada sebanyak 8 usaha,

    koperasi sebanyak 2 usaha, CV sebanyak 108 usaha, dan perusahaan

    perorangan sebanyak 299 usaha. Penggerak sektor industri di Kabupaten

    Bengkayang sebagian besar masih berupa industri rumah tangga dan industri

    kecil. Banyaknya industri kecil formal yang tercatat sebanyak 92 unit usaha

    dan industri non formal sebanyak 151 unit usaha.

    Kebutuhan listrik masyarakat Kabupaten Bengkayang dari tahun ke

    tahun semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya Kabupeten

    Bengkayang. Jumlah pelanggan listrik yang ada sebanyak 208.160 pelanggan

    dengan total produksi listrik sebesar 2.962.821 kwh atau rata-rata sebesar

    246.902 kwh per bulan. Dilihat dari jenis pelanggannya, pelanggan jenis

    rumah tangga ada sebanyak 13.142, diikuti jenis usaha sebanyak 695

    pelanggan, jenis industri sebanyak 1 pelanggan, jenis badan sosial sebanyak

    419 pelanggan, dan jenis perkantoran sebanyak 92 pelanggan.

    Air bersih merupakan kebutuhan hidup paling pokok bagi seluruh

    masyarakat. Penyedia kebutuhan air bersih Kabupaten Bengkayang adalah

    39

  • Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Air bersih yang diproduksi oleh

    PDAM diharapkan dapat menjadi air baku yang dapat dikonsumsi oleh

    masyarakat umum dan memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan.

    Jumlah pelanggan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kabupaten

    Bengkayang adalah sebanyak 928 pelanggan.

    F. Transportasi dan Komunikasi

    Jalan merupakan prasarana pengangkut darat yang penting untuk

    memperlancar kegiatan perekonomian. Semakin meningkatnya usaha

    pembangunan mununtut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan

    mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas dari satu daerah ke daerah

    yang lain. Panjang jalan yang berada di wilayah Kabupaten Bengkayang

    adalah 2.019,72 km. dari keseluruhan panjang jalan tersebut, tercatat 35,29 km

    merupakan jalan Negara, 208,37 km merupakan jalan Propinsi, 852,53 km

    merupakan jalan Kabupaten, dan 924,53 km merupakan jalan dengan status

    jalan lainnya.

    Selama tahun 2005, tercatat pengguna jasa telekomunikasi di

    Kabupaten Bengkayang sebanyak 741 pelanggan telkom dari 904 kapasitas

    sentral yang ada. Salain itu, terdapat juga 15 wartel yang tersebar diseluruh

    Kecamatan.

    40

  • G. Perdagangan dan Keuangan

    Koperasi merupakan wadah kegiatan ekonomi yang sesuai dalam

    Negara kita seperti yang tecantum dalam Pasal 33 UUD 1945. Namun

    demikian, peran Koperasi masih sangat kecil. Untuk itu peran koperasi

    sebagai wadah kegiatan ekonomi yang tangguh dan berakar dalam masyarakat

    perlu ditingkatkan. Di Kabupaten Bengkayang terdapat 82 unit koperasi,

    sebanyak 75 unit yang masih aktif dan 7 unit yang non aktif. Dilihat menurut

    jenisnya, jumlah KUD (Koperasi Unit Desa) yang ada adalah sebanyak 19 unit

    sedangkan koperasi non KUD ada sebanyak 63 unit dan semuanya tersebar

    diseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang.

    Besar kecilnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sangat

    berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat. Anggaran yang

    berimbang dapat menjamin stabilitas perekonomian. Oleh karena itu, realisasi

    penerimaan dan pengeluaran suatu wilayah perlu dipantau dan dievaluasi.

    41

  • BAB V

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Efisiensi

    Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang sudah

    penulis sebutkan di bab sebelumnya, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

    Efisiensi Belanja Daerah dengan langkah-langkah serta rumus sebagai berikut

    ini :

    Realisasi Belanja Daerah

    Rasio Efisiensi = x 100 %

    Anggaran Belanja Daerah

    Contoh Perhitungan Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang :

    Pada Kabupaten Bengkayang Realisasi Belanja Daerah tahun anggaran 2003

    adalah Rp 175.678.852.142 dan Target Belanja Daerah adalah

    Rp.139.025.270.643 (angka dari tabel laporan realisasi APBD pada lampiran).

    Rp. 175.678.852.142

    Rasio Efisiensi Belanja = x 100 % = 126,36 %

    Rp. 139.025.270.643

    42

  • Secara jelas Efisiensi Belanja Daerah ditunjukan dalam tabel berikut :

    Tabel V.1

    Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang

    Tahun Anggaran 2003 – 2005

    Tahun

    Anggaran

    Realisasi

    Belanja Daerah

    (A)

    Anggaran

    Belanja Daerah

    (B)

    Efisiensi

    %

    (A : B)

    2003 Rp. 175.678.852.142 Rp. 139.025.270.643 126,36 %

    2004 Rp. 181.045.113.837 Rp. 170.796.956.830 106 %

    2005 Rp. 170.733.253.000 Rp. 182.944.472.650 93,32 %

    Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Bengkayang

    Tabel V.1 Menunjukan tingkat Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten

    Bengkayang tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2005. Dari

    hasil perhitungan diatas, pada tahun anggaran 2003 dan 2004 Belanja Daerah

    Kabupaten Bengkayang tidak Efisien karena tingkat rasio Efisiensi yang

    dicapai diatas 100 % yaitu sebesar 126,36 % dan 106 %. Sedangkan untuk

    tahun anggaran 2005 sudah efisien dengan rasio yang dicapai sebesar 93,32 %.

    43

  • B. Analisis Efektivitas

    Untuk mengetahui tingkat Efektivitas Pemerintah Daerah Kabupaten

    Bengkayang dengan menggunakan langkah-langkah serta rumus sebagai

    berikut :

    Realisasi Penerimaan PAD

    Rasio Efektivitas = x 100 %

    Target Penerimaan PAD

    Contoh Perhitungan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

    Bengkayang pada tahun Anggaran 2003 :

    Pada Kabupaten Bengkayang Target Penerimaan PAD Tahun 2003 adalah Rp.

    2.100.875.000 dan Realisasi Penerimaan PAD adalah Rp. 2.200.000.000

    (angka dari tabel laporan realisasi APBD pada lampiran).

    Rp. 2.200.000.000

    Rasio Efektivitas PAD = x 100 % = 104,71 %

    Rp. 2.100.875.000

    44

  • Secara jelas Efektivitas Penerimaan PAD ditunjukan dalam tabel berikut :

    Tabel V.2

    Efektivitas Penerimaan PAD Kabupaten Bengkayang

    Tahun Anggaran 2003 – 2005

    Tahun

    Anggaran

    Realisasi PAD

    (A)

    Target PAD

    (B)

    Efektivitas %

    (A : B)

    2003 Rp. 2.200.000.000 Rp. 2.100.875.000 104,71 %

    2004 Rp. 5.670.200.000 Rp. 2.071.925.000 273,66 %

    2005 Rp. 5.750.250.000 Rp. 2.084.925.000 275,80 %

    Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bengkayang

    Tabel V.2 Menunjukan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

    Bengkayang tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2005. Dari

    hasil perhitungan tersebut, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang

    sudah Efektif karena tingkat Efektivitas yang dicapai lebih dari 100(seratus)

    %. Tingkat Efektivitas di Kabupaten Bengkayang berkisar antara 104,71 %

    sampai dengan 275,80 %.

    45

  • Berdasarkan hasil wawancara, maka penyebab semakin Efisiennya

    Belanja Daerah adalah :

    Karena adanya pengurangan realisasi anggaran dari Pemerintah Pusat, yang

    digunakan untuk membantu penanggulangan bencana alam, khususnya pada

    tahun anggaran 2005 jumlah realisasi belanja lebih kecil dari target belanja.

    Sedangkan penyebab meningkatnya Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

    adalah :

    1. Penerimaan dari sektor pajak yang mengalami peningkatan, khususnya

    dari pajak penerangan jalan karena data wajib pajak sudah mulai terdata

    cukup baik. Target pajak daerah pada tahun 2003 sampai dengan tahun

    2005 lebih kecil dari Realisasi dan menggambarkan peningkatan rasio

    efektivitas (data tertera pada lampiran laporan realisasi anggaran).

    2. Pendapatan Asli Daerah yang mengalami peningkatan, khususnya pada

    sektor pendapatan lain-lain asli daerah yang sah. Target dari lain-lain

    pendapatan asli daerah yang sah lebih kecil dari Realisasi pada tahun 2003

    sampai dengan 2005 dan menggambarkan adanya peningkatan rasio

    efektivitas (data pada lampiran laporan realisasi anggaran).

    46

  • BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan analisis data yang telah penulis lakukan, maka dapat

    diambil kesimpulan sebagai berikut :

    1. Tingkat efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang dari tahun 2003

    sampai dengan tahun 2005 menunjukan trend ke arah yang efisien, karena

    Rasio yang dicapai untuk tahun 2003 sampai dengan tahun 2005

    menunjukan bahwa angka rasio yang dicapai semakin kecil dan

    menggambarkan Pemerintah Daerah dalam menggunakan anggaran

    semakin efisien.

    2. Tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang pada

    tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2005 sudah berjalan

    efektif, karena angka rasio yang dicapai untuk tahun anggaran 2003

    sampai dengan 2005 lebih dari 100(seratus) persen dan menggambarkan

    kemampuan daerah semakin baik.

    3. Penyebab meningkatnya efisiensi Belanja Daerah adalah :

    Adanya pengurangan realisasi anggaran belanja dari Pemerintah Pusat.

    47

  • Sedangkan pada sektor Pendapatan Asli Daerah rasio efektivitas juga

    menunjukan peningkatan adapun penyebabnya adalah :

    a. Penerimaan dari sektor pajak yang mengalami peningkatan, khususnya

    di sektor pajak penerangan jalan karena data wajib pajak sudah mulai

    terdata cukup baik.

    b. Penerimaan dari sektor lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah,

    seperti penerimaan jasa giro, bunga deposito, dan sumbangan pihak

    ketiga.

    B. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian yang telah dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten

    Bengkayang, penulis hanya mengambil data untuk periode tahun anggaran

    2003 sampai dengan tahun anggaran 2005 sehingga hasil penelitian ini hanya

    berlaku pada periode penelitian tersebut.

    48

  • C. Saran

    Setelah melakukan penelitian pada Pemerintah Daerah Kabupaten

    Bengkayang, penulis mencoba memberikan saran yang sekiranya diperlukan

    dan bermanfaat bagi Pemerintah Daerah maupun bagi peneliti selanjutnya,

    masukan dan saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

    1. Untuk lebih meningkatkan efektivitas Pendapatan Asli Daerah, hendaknya

    Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang bisa lebih mengidentifikasi

    potensi daerah sehingga peluang-peluang baru untuk sumber penerimaan

    daerah lebih banyak dan didukung dengan cara seperti meningkatkan

    investasi infrastruktur di daerah pariwisata dan memacu pemasukan dari

    sektor pajak pariwisata. Untuk Belanja Daerah pada Pemerintah

    Kabupaten Bengkayang, sebaiknya Pemerintah Daerah berusaha untuk

    lebih meningkatkan efisiensi dalam menganggarkan Belanja Daerah.

    2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang, untuk lebih sering

    melakukan kegiatan pengenalan-pengenalan dan sosialisai tentang daera-

    daerah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bengkayang agar dapat

    menarik minat para investor yang ingin melakukan kegiatan usaha di

    Kabupaten Bengkayang.

    49

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bastian, Indra dan Soepriyanto. (2002). Sistem Akuntansi Sektor Publik, Konsep

    untuk Pemerintah Daerah. Jakarta : Salemba Empat.

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang, (2005). Kabupaten Bengkayang

    Dalam Angka.

    Fadilah, dan Mohtar. (2004). Proses Penyusunan Anggaran dan Pengalokasian

    Biaya Di PemDa Kab.Wonogiri. Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia.

    Vol.19,No.1, Hal : 27-56.

    Golu, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT.Grasindo.

    Halim, Abdul. (2004). Bunga Rumpai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi

    Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

    IAI - Kompartemen Akuntan Sektor Publik- Bidang Akuntabilitas Sektor Publik.

    (2002). Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menghadapai

    Otonomi Daerah. Makalah Seminar 6 Juli 2003.

    Kaho, Josep Riwu. (1998). Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik

    Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara

    Mahmudi, (2007). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:

    UPP STIM YKPN.

    Mamesah, D.J. (1995). Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta:

    PT.Gramedia Pusat Utama.

    Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi

    Offset : Yogyakarta.

    50

  • PAU SE UGM (2003). Penyusunan Anggaran (RAPBD) Berdasarkan Pendekatan

    Kinerja. Yogyakarta.

    Rasyid, Ryaas. (2005). Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Jakarta :

    Salemba Empat.

    Republik Indonesia (2004). Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintah Daerah.

    (2004). Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

    Sri Media Insani (2005). Analisis APBD Berbasis Kinerja Kabupaten Agam

    Sumatra Barat. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

    51

  • LAMPIRAN

    52

  • Tembusan1.2.

    Tembusan : disampaikan Kepada Yth.:1. Bupati Bengkayang, di Bengkayang;2. Wakil Bupati Bengkayang, di Bengkayang;3. Kepala Progdi Akuntansi Univ. Sanata

    Dharma, di Yogyakarta;4. Yang Bersangkutan