28
KEJANG DEMAM Di susun Oleh : PEMBIMBING : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD.SOLOK 2014 DEFINISI ) kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah

93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

KEJANG DEMAM

Di susun Oleh :

PEMBIMBING :

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD.SOLOK

2014

DEFINISI

)

kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan demam

tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang

pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam

kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai dengan

kejang berulang tanpa demam.

Page 2: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,

ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan

kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf

pusat. Hampir 3% daripada anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan- 5 tahun. 80 % merupakan

kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam kompleks. 8 % berlangsung

lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak di antara

umur 17 - 23 bulan.  Anak laki-laki lebih sering  mengalami kejang demam. Bila kejang demam

sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua

50 %, dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam

ke dua turun menjadi 30%.. Setelah kejang demam pertama, 2-4 % anak akan berkembang menjadi

epilepsid an ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.

KLASIFIKASI KEJANG DEMAM (KD)

Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam

sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan berlangsung umum, dan kejang

demam kompleks, yang berlangsung kurang dari 15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1

kali kejang dalam 24 jam). Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam

penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya

kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya

Menurut Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi IDAI 2005. Kejang

demam diklasifikasikan menjadi :

1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

Page 3: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

1. Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik dan atau

klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.

2. Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan ciri :

1. Kejang lama > 15 menit

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Yang dimaksud Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang  berulang

lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari , diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.

 

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko pertama yang penting pada kejang demam adalah demam. Selain itu juga

terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan

terlambat, dan kadar natrium rendah.

Faktor risiko berulangnya kejang demam

Page 4: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam

adalah :

1. Riwayat kejang demam d alam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80

%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15 % kemungkinan

berulang. Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama

 Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi

adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung Masing-masing faktor risiko

meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4 % - 6 %, kombinasi dari faktor risiko

tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10 % - 49 % (Level II-2).

Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada

kejang demam.

Pada penderita kejang demam risiko saudara kandung berikutnya untuk mendapat kejang

demam ialah 10%. Namun bila satu dari orang-tuanya dan satu saudara pernah pula

mengalami KD, kemungkinan ini meningkat menjadi 50% .1,2,3

Penelitian  Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing juga memperoleh data riwayat keluarga pada

231 penderita KD Dari mereka ini 60 penderita merupakan anak tunggal waktu

diperiksa. Sedang 221 penderita lainnya - yang mempunyai satu atau lebih saudara kandung -

Page 5: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

79 penderita (36%) mempunyai satu atau lebih saudara kandung yang pemah mengalami

kejang yang disertai demam. Jumlah seluruh saudara kandung dari 221 penderita ini ialah 812

orang, dan 119 (14,7%) di antaranya pernah mengalami kejang yang disertai demam.2

ETIOLOGI

Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa

faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,yaitu:2,3,4

Demamnya sendiri : Kebutuhan O2 meningkat

Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak

Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang demam.

Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak sedang demam.

Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi pertusis (DPT) dan morbili

(campak).1

PATOFISIOLOGI1,5

Masih belum jelas, hippocampus dan termoregulator dihippothalamus imatur sehingga

rentan kejang (agespecificity of the brain’s sensitivity to fever). peningkatan temperatur

hippocampus menginduksi aktivitas epileptiform

Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa faktor fisiologis

dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang 1.Untuk mempertahankan

Page 6: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme.

Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu

adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan

diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa

yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipid dan

permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui

dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan

elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi

dan konsentrasi Na+ menjadi rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan

petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat

pada permukaan sel.

            Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:

1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik

dari sekitarnya.

3. Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal

10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh

tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan dalam waktu

yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian

Page 7: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan

bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai

ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang

anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang

yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan

ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih 4.

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya

kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot pernafasan tidak

efisien sehingga tidak sempat bernafas yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea,

hipoglikemia, laktat asidosis disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi artenal disertai

denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena

meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan kerusakan sel

neuron.

MANIFESTASI KLINIK

Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan

biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 390C atau lebih (rectal). Umumnya kejang

berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi

seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan

berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.2,3,4,5

Page 8: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% yang

berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat

pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas,

dan tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat

pasca kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali

tanpa defisit neurologis. 2

Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat fokal atau

unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood (lumpuh sementara pasca serangan

kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama

dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama

biasanya lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.2

DIAGNOSIS 

Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang telah

dimodifikasi, yaitu:

Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun

Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit

Kejang bersifat umum

Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam

Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan

Page 9: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi  4 kali

Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang demam, dengan

adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala neurologis

lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Tetapi perlu diingat bahwa kejang dengan

suhu badan yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya pada radang selaput

otak (meningitis) atau radang otak (ensefalitis).

Pemeriksaan Penunjang  Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

atau mencari penyebab demam, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level

III, rekomendasi D).

Pungsi lumbal

 Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan

meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %. Pada bayi kecil sering

manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan

2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan

3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak

perlu dilakukan pungsi lumbal

Elektroensefalografi

Page 10: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau

memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak

direkomendasikan ( level II-2, rekomendasi E).

Pencitraan

Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed Tomography (CT)atau Magnetic

Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutindan atas indikasi, seperti:

1.Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2.Parese nervus VI

3.Papiledema

PENATALAKSANAAN

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah

berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang

adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5

mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit, dengan dosis

maksimal 20mg.Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah

diazepam rektal Dosis diazepam rectal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak

dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau

diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia

3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan kejang demam).

Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi dengan cara dan

dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang,

dianjurkan ke rumah sakit. Dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5

mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal

Page 11: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg /kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang

berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kg/hari, yaitu12 jam setelah dosis awal. Bila

dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan

faktor risikonya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks

Pemberian obat pada saat demam Antipiretik

Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa

penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam . Dosis asetaminofen

yang digunakan berkisar 10-15 mg/kg/1x diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.

Dosis ibuprofen 5-10mg/kg/kali ,3 - 4 kali sehari.

Asetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan,

meskipun jarang. Antipiretik pilihan adalah parasetamol 10 mg/kg yang sama efektifnya

dengan ibuprofen 5 mg/kg dalam menurunkan suhu tubuh

Antikonvulsan

 Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

menurunkan risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5

mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,50C Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan

ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39 % kasus.

Page 12: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah

kejang demam.

Knudsen FU. Practical management approaches to simple and complex febrile seizures.Dalam: Baram TZ, Shinnar S, eds,

Febrile seizures. San Diego : Academic Press 2002;p.1-20

Pemberian obat rumat Indikasi pemberian obat rumat

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut

(salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,

hidrosefalus. 3. Kejang fokal4. Perngobatan rumat dipertimbangkan bila:. Kejang berulang dua kali

atau lebih dalam 24 jam. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan. kejang

demam > 4 kali per tahun

 Penjelasan:*

Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakanindikasi

pengobatan rumat* Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan

bukan merupakan indikasi* Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak

mempunyai fokus organik

Jenis obat antikonvulsan

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko

berulangnya kejang

Page 13: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Mamelle C, dkk. Prevention of recurrent febrile convulsion ² a randomized therapeutic assay :Sodium valproate,

Phenobarbital and placebo. Neuropediatrics 1984;15:37-42 Farwell JR, dkk. Phenobarbital for febrile seizures-

effects on intelligence and on seizurerecurrence. NEJM 1990:322:364-9

Dengan meningkatnya pengetahuan bahwa kejang demam benign dan efeksamping

penggunaan obat terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis terusmenerus diberikan dalam jangka

pendek, dan pada kasus yang sangat selektif (rekomendasi D). Pemakaian fenobarbital setiap

hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40 - 50 %).Obat pilihan

saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menyebabkan hepatitis namun insidensnya

kecil. Dosis asam valproat 15 - 40 mg/kg/hari dalam 2- 3 dosis dan fenobarbital 3 - 4 mg/kg

per hari dalam 1 - 2 dosis.

AAP, Committee on drugs. Behavioral and cognitive effects of anticonvulsant theraopy. Pediatr 1995;96::538-

40 AAP. Practice parameter: Longterm treatment of the child with simple febrile seizures Pediatr

1999;103;1307-9Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia 2000;41;2-9.

Lama pengobatan rumat

 Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secarabertahap selama 1-

2 bulan.

Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome.

Brain Dev 1996;18:438-49.

Edukasi pada orang tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saatkejang sebagian besar

orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara

yang diantaranya :

1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik

Page 14: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

2. Memberitahukan cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus

diingat efek samping obat

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:

1. Tetap tenang dan tidak panic

2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di

mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, sebaiknya jangan memasukkan

sesuatu kedalam muluT

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti

7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

 Vaksinasi 

Sejauh in tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah demam

karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi cDPT . Dianjurkan untuk memberikan

diazepam oral ataurektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter

anak merekomendasikan asetaminofen pada saat vaksinasi hingga 3 harikemudian.

Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of febrile seizures. Brain Dev

1996;18: 479-484.Zempsky WT.Pediatrics,febrile seizures.Http://www.emedicine.com/emerg/topic 376. htm.

Lampiran 

Bagan Penatalaksanaan Kejang Demam

Page 15: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

KEJANG

1.Diazepam rektal 0,5 mg/kg atau Berat badan < 10 kg : 5 mg  Berat 

badan > 10 kg : 10 mg 

KEJANG

Diazepam rectal 2. Diazepam iv 0,3-0,5 mg/kg 

 

(5 menit)

Di Rumah Sakit

KEJANG

Diazepam iv 

Kecepatan 0,5 - 1 mg/menit (3 - 5 menit)(Depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANG

 Fenitoin bolus iv 10-20 mg/kg Kecepatan 0,5 ² 1 mg/kgBB/menit

KEJANG

 Transfer ke ruang rawat intensif 

 Penjelasan:

Page 16: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

1. Bila kejang berhenti, terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikanberdasarkan

apakah kejang demam sederhana atau kompleks danbagaimana faktor risikonya.

2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena (20 menit)dicampur dengan cairan

NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.

Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome. Brain Dev 1996;18:438-

49. Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management

of febrile seizures. Brain Dev 1996;18: 479-484.Kesepakatan saraf anak

PROGNOSIS

Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan tidak

perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang

berkisar antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat

pada umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:

Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan pria

33%.

Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,

terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayatkejang 25%.

Angka kejadian epilepsi berbeda-beda, tergantung dari cara penelitian, misalnya

Lumbantobing (1975) pada penelitiannya mendapatkan 6%, sedangkan Living-ston

(1954) mendapatkan dari golongan kejang demam sederhana hanya 2,9% yang menjadi

epilepsi dan dari golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam temyata 97% yang

menjadi epilepsi.2

Page 17: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung

dari faktor:2

Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang

demam.

Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari akan

mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya terdapat 1 atau

tidak sama sekali faktor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam hanya 2% - 3% saja

("Consensus Statement on Febrile Seizures, 1981") Pada penelitian yang dilakukan oleh The

National Collaboratlve Perinatal Project di Amerika Serikat , dalam hal mana 1.706 anak

pasca kejang demam diikuti  perkembangannya sampai usia 7 tahun, tidak didapatkan 

kematiansebagai   akibat   kejang   demam.  Anak  dengan  kejang  demam  ini  lalu

dibandingkan dengan saudara kandungnya yang normal, terhadap tes iQ dengan

menggunakan WISC. Angka rata-rata untuk iQ total ialah 93 pada anak yang pernah

mendapat kejang demam. Skor ini tidak berbeda bermakna dari saudara kandungnya

(kontrol). Anak yang .sebelum terjadinya kejang demam sudah abnormal atau dicurigai

menunjukkan gejala yang abnormal, rnempunyai skor yang lebih rendah daripada saudara

kandungnya. Hasil yang diperoleh the National Collaborative Perinatal Project ini hampir

serupa dengan yang didapatkan di Inggris oleh The National Child Development-

Study* Didapatkan bahwa anak yang pernah mengaiami KD kinerjanya tidak berbeda dengan

populasi umum waktu di tes pada usia 7 dan 11 tahun.2,3,4,5,6

Page 18: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Tumbelaka,Alan   R.,Trihono,   Partini   P.,Kurniati,Nia.,Putro  Widodo,Dwi.    Penanganan 

Demam   Pada   Anak   Secara   Profesional:   Pendidikan   Kedokteran   Berkelanjutan   Ilmu 

Kesehatan Anak XLVII.Cetakan pertama,FKUI-RSCM.Jakara,2005

2. Lumbantobing,S.M:Kejang Demam.Balai Penerbit FKUI,Jakarta,2007 

Page 19: 93995289-REFRAT-KEJANG-DEMAM.doc

3. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang Pada Anak. 

Cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.

4. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak : 

Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta  2007.

5. Fleisher,   Gary   R,  M.D.,   Stephen   Ludwig,  M.G.   Text   Book   Of   Pediatric   Emergency 

Medicine : Seizures. Williams & Wilkins Baltimore. London

6. Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setyowulan. Kapita Selekta 

Kedokteran : kejang Demam. Edisi ke3 Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran 

Universitas Indonesia. Jakarta 2000.

7. Gary   R.   Fleisher,   Stephen   Ludwig.   Textbook   of   Pediatric   Emergency  Medicine   4th 

edition (January 15, 2000).Seizures. Lippincott, Williams & Wilkins,USA,2000     

8. Kejang,Demam,Guideline  http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1089.asp?

FNM=10899.

9. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004

http://www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf

10. Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.  

http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion