Author
buiminh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA BERBASIS ICT
UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI
SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD BAGUS PRIYO SAMBODO
K1208031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Muhammad Bagus Priyo Sambodo
NIM : K1208031
Jurusan/Program Studi : PBS/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEMANFAATKAN
MEDIA BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILAN
MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1
NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 201
Yang membuat pernyataan
M. Bagus Priyo Sambodo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA BERBASIS ICT
UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI
SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
MUHAMMAD BAGUS PRIYO SAMBODO
K1208031
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Tidak boleh dengki dan iri hati kecuali dalam 2 hal:
iri hati terhadap orang yang dikaruniai harta
dan dia selalu menginfaqkannya pada malam hari dan siang hari.
Juga iri hati kepada yang diberi kepandaian membaca Al-Qur’an,
dan dia membacanya setiap malam dan siang hari.”
(H.R Bukhari dan Muslim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan
terima kasihku kepada:
1. Ayah dan Ibu, yang tak pernah berhenti berdoa
dengan penuh kesabaran dan keteguhan
menjadi kekuatan buatku;
2. Pak Edy dan Pak Budi, terima kasih atas
kesabaran serta bimbinganya;
3. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Ngemplak,
khususnya Ibu Win terima kasih atas
keramahan, bantuan serta bimbinganya;
4. Adik dan kakakku, terima kasih atas
semangatnya;
5. Yang terkasih Niken Yunindar yang mampu
menggetarkan hati, raga dan jiwa;
6. Sahabatku, teman seperjuangan mas Ndaru
dalam menyelesaikan laporan;
7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Angkatan 2008;
8. Murid SMA Negeri 1 Ngemplak terutama kelas
X-3;
9. Warga Kost “Aisyah” terima kasih atas
dukungan serta kekonyolanya; dan
10. FKIP UNS, almamater tercinta, kampus tempat
menimba aneka ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Muhammad Bagus Priyo Sambodo. PENGGUNAAN MODELPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEMANFAATKANMEDIA BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILANMENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta,Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses danhasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi dengan menggunakanmodel pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT padasiswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali. Penelitian ini dilaksanakanpada Tahun Pelajaran 2011/2012, mulai bulan Februari 2012 sampai Juni 2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitianini adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X-3 SMA Negeri 1Ngemplak Boyolali yang berjumlah 35 siswa (9 putra dan 26 putri). Sumber datayang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan observasi/pengamatan, wawancara, kajiandokumen, angket, dan tes. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakanteknik triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Data yang terkumpuldianalisis dengan teknik analisis kritis berdasarkan indikator yang telahditetapkan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, sampaisiklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan; (2)pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi.Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai aktor pembelajaran dan peranpeneliti sebagai pengamat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajarankontekstual dengan memanfaatkan media berbasis ICT dapat meningkatkankualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi. Peningkatan kualitasproses ditunjukkan dari adanya peningkatan aktivitas siswa selama kegiatanpembelajaran, meliputi: (1) keaktifan siswa saat apersepsi, 76% pada siklus I dan88% pada siklus II, (2) meningkatnya jumlah siswa yang aktif dalampembelajaran menulis argumentasi sebesar 71% pada siklus I dan 81% pada siklusII, (3) meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaranmenulis argumentasi sebesar 68% pada siklus I dan 91% pada siklus II.Peningkatan hasil pembelajaran menulis argumentasi dapat dilihat darimeningkatnya jumlah siswa yang mampu menulis argumentasi atau siswa yangmencapai nilai =73, yakni: pada siklus I sebesar 68% atau 26 siswa dan padasiklus II meningkat menjadi 88% atau 28 siswa.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajarankontekstual dengan memanfaatkan media berbasis ICT dapat meningkatkanketerampilan menulis argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 NgemplakBoyolali.Kata kunci: model pembelajaran kontekstual, media ICT, menulis argumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi
kenikmatan dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan lancar sebagai syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan Bahasa
dan Sasrta Indonesia.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;
3. Dr. Kundharu Saddono, S.S., M.Hum, Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;
4. Drs. Purwadi, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Bahasa
dan Sastra Indonesia FKIP UNS;
5. Drs. Edy Suryanto, M.Pd., dan Budi Waluyo, S.S., M.Pd., selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dengan begitu
sabar dan memberikan semangat pada penulis serta masukan yang tak ternilai
harganya;
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada
penulis;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Drs. Wahyu Purnomojati, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan
penelitian yang dilaksanakan;
8. Dra. Wiwin Setia Windiari selaku guru kelas X-3 SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali sekaligus sebagai kolaborator yang dengan senang hati
membantu peneliti dalam melaksanakan penelitiannya;
9. Siswa-siswi kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali yang membantu
terlaksananya penelitian ini;
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2008 atas persahabatan dan kebersamaan yang menjadi kenangan indah; dan
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas
mendapat pahala dan imbalan dari Allah Swt., amin. Penulis berharap semoga
karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan
dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL................................................................................................................ i
PERNYATAAN.................................................................................................. ii
PENGAJUAN ..................................................................................................... iii
PERSETUJUAN ................................................................................................. iv
PENGESAHAN .................................................................................................. v
MOTTO .............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN............................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 9
A. Tinjauan pustaka ............................................................................. 9
1. Hakikat Keterampilan Menulis .................................................. 9
a. Pengertian Menulis ................................................................ 9
b. Tujuan Menulis ...................................................................... 11
c. Manfaat Menulis .................................................................... 12
d. Tahap-tahap Menulis ............................................................. 13
e. Jenis-jenis Tulisan ................................................................. 15
2. Hakikat Tulisan Argumentasi .................................................... 18
a. Pengertian Tulisan Argumentasi ........................................... 18
b. Ciri-ciri Tulisan Argumentasi ................................................ 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Bagian-bagian Tulisan Argumentasi ..................................... 21
d. Dasar dan Sasaran Tulisan Argumentasi ............................... 23
3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi di SMA ............... 24
a. Pengertian Pembelajaran Menulis Argumentasi .................... 24
b. Komponen-komponen dalam Pembelajaran .......................... 26
c. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Proses Pembelajaran..... 28
d. Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi ........... 33
e. Penilaian Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi ............. 37
4. Hakikat Pendekatan Kontekstual ............................................... 40
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual ...................................... 40
b. Elemen dan Karakteristik Pendekatan Kontekstual ............... 42
c. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran
Konvensional .......................................................................... 43
d. Asas-asas Pendekatan Kontekstual ........................................ 44
5. Hakikat Media Pembelajaran Berbasis ICT ............................... 49
a. Pengertian Media Pembelajaran ............................................ 49
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ............................. 50
c. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran .................................. 51
d. Pemilihan Media Pembelajaran .............................................. 54
e. Information Communication Technology (ICT)..................... 55
f. Penggunaan Microsoft Power Point dan Video Berita dalam
Pembelajaran Menulis Argumentasi ...................................... 58
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 60
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 61
D. Hipotesis ......................................................................................... 64
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 65
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 65
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 65
2. Waktu Penelitian ........................................................................ 65
B. Subjek Penelitian ............................................................................ 66
C. Bentuk Penelitian ............................................................................ 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
D. Data dan Sumber Data .................................................................... 67
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 67
F. Uji Validitas Data ........................................................................... 69
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 70
H. Indikator Kerja ................................................................................ 70
I. Prosedur Penelitian .......................................................................... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 74
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra-Tindakan) ......................................... 74
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ............................................. 81
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ...................................... 105
D. Pembahasan ..................................................................................... 106
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN.......................................... 118
A. Simpulan ......................................................................................... 118
B. Implikasi .......................................................................................... 119
C. Saran ................................................................................................ 120
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi .................. 34
2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval................................ 38
3. Perbedaan Antara Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran
Konvensional ................................................................................................ 43
4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .............................................. 66
5. Keterangan Indikator Keberhasilan Pembelajaran Menulis Argumentasi .... 71
6. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Survei Awal........................................... 80
7. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus I .................................................. 92
8. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus II ................................................. 105
9. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian ................................... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 63
2. Alur Penelitian Tindakan Kelas .................................................................... 72
3. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Argumentasi ................ 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Denah Ruangan SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali .................................... 125
2. Denah Tempat Duduk Siswa......................................................................... 126
3. Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X ................................. 128
4. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas........................................... 129
5. Instrumen Penelitian...................................................................................... 130
6. Catatan Lapangan Hasil Observasi Survei Awal .......................................... 139
7. Hasil Wawancara Survei Awal ..................................................................... 143
8. Hasil Angket Siswa pada Survei Awal ......................................................... 150
9. Rekapitulasi Hasil Angket pada Survei Awal............................................... 159
10. Hasil Pekerjaan Siswa pada saat Pretes ........................................................ 160
11. Daftar Perolehan Nilai Siswa pada Survei Awal .......................................... 163
12. Hasil Penilaian Proses Menulis Argumentasi Survei Awal .......................... 165
13. Foto Kegiatan Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Survei Awal........ 167
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................................ 168
15. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I .................................................. 183
16. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I ............................................................. 191
17. Daftar Perolehan Nilai Siswa pada Siklus I .................................................. 194
18. Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I ........... 196
19. Foto Kegiatan Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus I................ 198
20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II............................................... 199
21. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II................................................. 214
22. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II............................................................ 222
23. Daftar Perolehan Nilai Siswa pada Siklus II................................................. 227
24. Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus II.......... 229
25. Foto Kegiatan Pembelajaran Menulis Argumentasi pada Siklus II .............. 231
26. Hasil Wawancara Pascasiklus ....................................................................... 232
27. Hasil Angket Siswa pada Pascasiklus ........................................................... 236
28. Rekapitulasi Hasil Angket pada Pascasiklus................................................. 245
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
29. Rekapitulasi Nilai Siswa dari Survei Awal hingga Siklus II ........................ 246
30. Rekapitulasi Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi dari
Survei Awal hingga Siklus II ........................................................................ 248
31. Lampiran Perizinan dan Surat Keterangan ................................................... 250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering
berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubunganya karena
keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis
erat hubunganya karena keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan
makna. Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima
dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang menyimak
atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk
diekspresikan secara tertulis.
Pembelajaran keterampilan menulis kepada para siswa memiliki
kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di sekolah karena hal ini merupakan salah satu faktor pendukung
keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sangat penting
dibinakan kepada para siswa, ketika mereka mengikuti pembelajaran disekolah.
Namun, perlu disadari bahwa keterampilan menulis itu tidak diperoleh secara
alamiah dan instan, tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian besar
merupakan tanggung jawab pengajar. Selain itu, dibutuhkan latihan secara
kontinu dan penuh ketekunan. Untuk mampu memiliki keterampilan menulis tidak
cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang tata bahasa dan paham tentang
teori menulis, ataupun hanya melafalkan definisi istilah-istilah yang terdapat
dalam bidang karang-mengarang, tetapi diperlukan proses berlatih secara terus
menerus dan berkelanjutan.
Dalam ranah menulis dibutuhkan keterampilan memilih kata, menata
struktur sintaksis dan memilih gaya bahasa. Jika ketiga keterampilan itu telah
dimiliki oleh siswa, maka dalam kegiatan menulis mereka akan mampu mengolah
kalimat menjadi paragraf. Kemampuan dalam mengolah struktur kalimat ini akan
membuahkan kelancaran dalam pemakaian bahasa atau kegiatan berkomunikasi
tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Di samping itu kegiatan menulis juga memberikan sumbangan yang
cukup besar bagi perkembangan pribadi seseorang. Membantu meningkatkan
pengingatan akan sesuatu pengalaman, serta kesadaran akan ide-ide yang disusun
secara tertib untuk dikemukakan. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan
menulis yaitu siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat
secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan,
pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi dan lain-lain (Yant Mujiyanto, dkk., 2000:
70).
Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk
siswa sekolah menengah pertama, khususnya untuk aspek menulis adalah mereka
harus mampu mengungkapkan informasi dalam dalam berbagai bentuk paragraf
(naratif, deskriptif, ekspositif, dan argumentatif) (Depdiknas, 2007: 9). Akan
tetapi, pencapaian kompetensi tersebut belum bisa diwujudkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali, khususnya
kelas X-3. Padahal sebenarnya pokok bahasan menulis (termasuk menulis
argumentasi) telah dibekalkan kepada siswa dengan maksud agar siswa mampu
mengungkapkan informasi secara jelas, logis, sistematis sesuai dengan konteks
dan situasi.
Menurut hasil observasi peneliti, rendahnya keterampilan menulis siswa
kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali disebabkan karena kekurangtepatan
guru dalam memilih strategi dan memanfaatkan media dalam pembelajaran
menulis. Dalam hal ini guru menyampaikan materi masih menggunakan metode
yang konvensional, artian siswa diberi bekal teori tentang menulis argumentasi
kemudian disuruh membuat paragraf baik secara langsung ataupun hanya
melanjutkan dari yang sudah ada. Hal ini mengakibatkan: (1) siswa kurang
tertarik pada pelajaran menulis argumentasi, (2) guru kesulitan dalam
membangkitkan minat siswa, (3) siswa kesulitan dalam menentukan topik/tema
serta mengemukakan argumen yang mendukung untuk dikembangkan dalam
tulisan argumentasi, dan (4) guru kesulitan untuk menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
teknik/metode/strategi yang tepat untuk mengajarkan materi argumentasi secara
baik.
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait tentang kesulitan yang
dihadapi dalam pelajaran menulis, maka perlu diterapkan suatu media serta model
pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Media
pembelajaran yang bermacam-macam menyebabkan guru harus selektif dalam
memilih media pembelajaran yang digunakan. Media yang efektif untuk
pengajaran suatu materi tertentu belum tentu efektif juga untuk mengajarkan
materi yang lainnya. Dengan begitu setiap materi ternyata mempunyai
karakteristik tersendiri yang turut menentukan pula media apa yang dapat
digunakan untuk menyampaikan materi tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran
menulis, guru harus bisa memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan sehingga nantinya mampu mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan paparan di atas, masalah yang ada membutuhkan
adanya perbaikan dalam pembelajaran menulis argumentasi. Namun, sangat
disadari pengajar bahwa kemampuan setiap anak tidak sama, melainkan
memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Selain itu, melihat
pembelajaran yang selama ini diterapkan lebih didominasi oleh pengajar, sehingga
siswa mendapat porsi yang sedikit dalam mengekspresikan ide dan gagasan
mereka. Untuk itu, peneliti bersama pengajar memberikan alternatif penerapan
model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media berbasis ICT untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis tersebut.
Model pembelajaran kontekstual adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan kepada aspek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2010: 255). Adapun komponen-komponen
yang terdapat dalam pembelajaran kontekstual atau CTL, yaitu (1)
konstruktivisme, (2) questioning, (3) inquiry, 4) learning community, (5)
modelling, (6) refleksi, dan (7) authentic assessment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Alasan dipilihnya model pembelajaran kontekstual ini adalah: (1)
situasi pembelajaran lebih kondusif, karena siswa dilibatkan secara penuh dalam
pembelajaran dan posisi pengajar lebih berpindah-pindah (depan, tengah, dan
belakang), (2) Pengajar tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga
pembelajaran lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi aktif, dan (3)
pengajar akan termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling)
dari berbagai sumber, karena model pembelajaran kontekstual mengarahkan
pengajar untuk menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi guna
membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran.
Selain masalah model pembelajaran, hal lain yang patut diperhatikan
adalah penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang
kurang variatif dan belum optimal menjadi suatu hal yang tak bisa diabaikan.
Penggunaan media yang kurang menarik akan membuat siswa menjadi cepat
bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh,
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Menurut Munir (dalam Jamal
Ma’mur Asmani, 2011: 111) sekarang ini paradigma pembelajaran telah bergeser
dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis pengembangan
teknologi. Pembelajaran kini tidak hanya menggunakan papan tulis saja. Pengajar
juga tidak hanya berceramah saja di depan kelas sambil menulis di papan tulis,
sementara peserta didiknya hanya duduk, mendengar dan mencatat.
Menurut E. Mulyasa (dalam Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 28), derasnya
arus informasi yang berkembang di masyarakat menuntut setiap orang untuk
bekerja agar dapat mengikuti dan memahaminya. Sebab, jika tidak, kita akan
ketinggalan zaman. Demikian dengan pembelajaran di sekolah. Untuk
memperoleh hasil yang optimal, kita dituntut untuk tidak hanya mengandalkan
apa yang di dalam kelas tapi juga harus mau dan mampu menelusuri aneka ragam
sumber pembelajaran yang diperlukan. Oleh karena itu, hendaknya guru mampu
berinovasi dan berkreasi dalam rangka merancang suatu pembelajaran yang
menarik bagi siswa (tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber belajar yang
ada di sekolah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Salah satu media yang dapat digunakan, yaitu komputer. Selain itu,
masih ada satu lagi yang sebenarnya sudah tersedia di hampir setiap kelas di SMA
Negeri 1 Ngemplak tetapi belum digunakan secara maksimal, yaitu LCD
proyektor dan salah satu program aplikasi yang dapat digunakan adalah Microsoft
PowerPoint. Program PowerPoint merupakan salah satu software yang dirancang
khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah
dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak
butuh bahan baku selain alat untuk penyimpanan (Rayandra Asyar, 2011: 186).
Menurut Daryanto (2011: 141), program ini memiliki kemampuan yang sangat
baik dalam menyajikan sebuah materi presentasi dan sudah banyak digunakan
dalam dunia pembelajaran. Beberapa hal yang menjadi kelebihan program ini
ialah (1) penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi;
(2) animasi teks maupun animasi gambar foto; (3) lebih merangsang anak untuk
mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji; (4) pesan
informasi visual mudah dipahami peserta didik; (5) tenaga pendidik tidak perlu
banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan; (6) dapat diperbanyak
sesuai kebutuhan dan dapat dipakai secara berulang-ulang; (7) dapat disimpan
dalam bentuk optik magnetik (CD/disket/flashdisk) sehingga praktis dibawa ke
mana-mana.
Selain menurut pendapat para ahli di atas, temuan di lapangan
menunjukkan bahwa penggunaan media berbasis ICT dapat: (1) menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) menjadikan situasi
pembelajaran lebih hidup, hal ini dikarenakan penggunaan media pembelajaran
mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang
dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental sehingga
berpengaruh terhadap semangat mereka belajar; (3) memberikan rangsangan
kepada siswa untuk belajar secara aktif.
Media ICT atau TIK yang dipakai berupa komputer dan LCD proyektor,
selain digunakan untuk menampilkan slide power point juga untuk menampilkan
video. Video menurut Daryanto (2011: 79), merupakan bahan ajar noncetak yang
kaya akan informasi dan tuntas karena dapat dapat disampaikan ke hadapan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
secara langsung. Siswa akan merasa seperti berada disuatu tempat yang sama
dengan program yang ditayangkan video. Mereka dituntut untuk mampu
berkonsentrasi secara penuh selama acara berlangsung. Daya kemampuan
konsentrasi ini erat hubunganya dengan kemampuan untuk mengerti dan
memproduksi apa yang telah diamati. Siswa akan mendapat stimulus dari video
yang disaksikan. Hal ini menjadi penting untuk memproduksi pendapat, gagasan
yang diamatinya untuk dituangkan dalam tulisan argumentasi.
Terkait dengan pembelajaran menulis argumentasi, penggunaan media
video diharapkan akan lebih memudahkan siswa dalam dalam membuat karangan
argumentasi. Selain itu, juga diharapkan dapat merangsang siswa untuk
menuliskan sebuah karangan dengan argumen-argumen yang kuat secara baik dan
benar. Hal ini dikarenakan karakteristik dari video itu sendiri yang dapat
menyajikan gambar bergerak dan disertai suara, yang akan menarik minat siswa.
Media video dalam penelitian ini digunakan untuk memutar sebuah tayangan
berita, kemudian para siswa diminta membuat paragraf argumentasi berdasarkan
video yang ia lihat.
Berdasarkan kondisi pembelajaran menulis argumentasi sebagaimana
telah dipaparkan di atas maka peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian
tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas pembelajaran keterampilan
menulis argumentasi. Penelitian tersebut diangkat dengan judul: “Penggunaaan
Model Pembelajaran Kontekstual dengan Menerapkan Media Berbasis ICT untuk
Meningkatan Keterampilan Menulis Argumentasi Pada Siswa Kelas X-3 SMA
Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, rumusan
masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah,
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan
media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis
argumentasi pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun
ajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan
media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis
argumentasi pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun
ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah,
1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi pada
siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2011/2012.
2. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis argumentasi pada
siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan kebahasaan, terutama dalam kegiatan menulis
argumentasi.
b. Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan pembelajaran menulis argumentasi.
c. Variasi model pembelajaran dapat digunakan referensi untuk diterapkan di
sekolah, sehingga proses belajar-mengajar dapat memenuhi kriteria yang
diinginkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Sebagai upaya untuk menawarkan inovasi baru cara pembelajaran
menulis argumentasi.
2) Upaya untuk memotivasi siswa dalam kegiatan menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3) Upaya meningkatkan kualitas dan prestasi, khususnya mata pelajaran
bahasa Indonesia.
b. Bagi Siswa
1) Memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar keterampilan menulis,
khususnya menulis argumentasi dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT.
2) Memberikan motivasi yang positif pada diri siswa selama proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis.
3) Siswa akan dilatih untuk bekerja sama dalam kelompok dengan
diterapkannya model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan
media berbasis ICT dalam pembelajaran.
4) Meningkatnya kemampuan menulis argumentasi siswa.
5) Menjadikan suasana pembelajaran penuh kerja sama dan kebersamaan
sehingga mempermudah dalam mencapai tujuan bersama.
c. Bagi Sekolah
1) Mendorong guru lain untuk menerapkan proses pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT.
2) Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan
menulis argumentasi.
3) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi
pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi menulis.
d. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian di sekolah secara langsung,
peneliti memperoleh pengalaman dan wawasan pembelajaran menulis di
sekolah. Dari hasil pengamatan dan pengalaman langsung tersebut,
peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun
suatu rancangan pembelajaran menulis argumentasi dengan model
kontekstual berbasis ICT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Keterampilan Menulis
a. Pengertian Menulis
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan
pikiran, perasaan dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan seperti artikel, sketsa, puisi,
maupun bentuk karangan. Melalui kegiatan menulis, penulis akan
memberikan masukan berbagai informasi maupun pengetahuan kepada
pembaca dari hasil tulisannya.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
bertatap muka dengan orang lain (Henry Guntur Tarigan, 2008: 3).
Sebagai bentuk keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang
bersifat mengungkapkan, dengan maksud mengungkapkan gagasan, buah
pikiran, dan atau perasaan kepada pihak atau orang lain. Oleh karena itu,
menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif (Henry Guntur
Tarigan, 2008: 3).
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu (Suyitno
dan Purwadi, 2000:1). Lebih lanjut, (Suyitno dan Purwadi, 2000: 1)
mengemukakan bahwa menulis merupakan representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama
antara lukisan dan tulisan, antara menulis dengan melukis.
Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif,
produktif, dan kreatif, oleh karena itu mensyaratkan sesuatu yang lebih
kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto, dkk., 2000: 64).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Termasuk juga keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif
adalah keterampilan berbicara. Akan tetapi menulis berbeda dengan
berbicara, kalau dalam berbicara orang (pembicara) mengungkapkan
pesan komunikasi (gagasan, perasaan, dan pikiran) dengan bahasa
lisan, sehingga berbicara disebut keterampilan berbahasa aktif produktif
lisan; sedangkan dalam menulis orang (penulis) mengungkapkan
pesan komunikasi dengan bahasa tulis. Pendapat lain menyebutkan
bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam
bentuk lambang-lambang bahasa (Atar Semi, 1990: 8).
Ketika mengungkapkan gagasan secara tertulis, seseorang
mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur
diri, baik hal apa yang diungkapkan maupun bagaimana cara
mengungkapkannya. Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara
cermat dan disusun secara sistematis. Pemilihan kata-kata dan
penyusunannya dalam bentuk wacana pun dapat dilakukan sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar, sehingga pesan tersebut mudah
dipahami oleh pembaca. Selain itu, hal yang patut diperhatikan adalah
keefektifan strukturnya. Tulisan yang efektif harus mengandung
unsur-unsur: singkat, jelas, tepat, aliran logika lancar, serta koheren.
Artinya, dalam tulisan itu tidak perlu ditambahkan hal-hal dari luar isi
pokok tulisan, tidak mengulang-ulang yang sudah dijelaskan (redundant),
tidak mempunyai arti ganda (ambigouos), dan paparan ide pokok
didukung oleh penjelasan dan kesimpulan. Ide-ide pokok tersebut
saling berkaitan, mendukung ide utama sehingga seluruh bagian tulisan
merupakan kesatuan yang saling berhubungan atau bertautan.
Untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik, seorang penulis
haruslah memiliki keterampilan dasar yang meliputi: (1) keterampilan
berbahasa, yaitu keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca,
pembentukan kata, pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang
efektif; (2) keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan
dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menjadi subpokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan
sistematis; dan (3) keterampilan pewajahan, yaitu keterampilan mengatur
tipografi dan memanfaatkan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe
huruf, penjilidan, penyusunan tabel dan lain-lain. Ketiga keterampilan
tersebut saling menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung
oleh keterampilan menyimak, membaca, serta berbicara yang baik (Atar
Semi, 1990: 10).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk
menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya.
Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan yang diorganisasikan secara logis dan
sistematis. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.
b. Tujuan Menulis
Seseorang tergerak menulis karena memiliki tujuan objektif yang
bisa dipertanggungjawabkan di hadapan publik pembacanya. Karena
tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau
gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan
demikian menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan
efisien untuk menjangkau khalayak masa yang luas.
Sehubungan dengan tujuan menulis, Hartig (dalam Suyitno dan
Purwadi, 2000:5) merumuskan tujuan menulis sebagai berikut:
1) Assigment purpose (tujuan penugasan)
2) Altruistic pupose (tujuan altruistik)
Maksudnya, menulis itu mempunyai tujuan untuk menyenangkan
pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong
pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin
membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan
dengan karyanya itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan.
4) Informational purpose (tujuan informasional)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada
para pembaca.
5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.
6) Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai
kesenian.
7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Tulisan yang bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan
tertentu yang sedang dihadapi.
Berdasar uraian di atas dapat diketahui bahwa setiap tulisan
mempunyai tujuan penulisan yang berbeda satu sama sesuai dengan jenis
tulisan dan sasaran pembacanya.
c. Manfaat Menulis
Pembelajaran keterampilan menulis kepada para siswa memiliki
kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di sekolah karena hal ini merupakan salah satu
faktor pendukung keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal
ini sangat penting dibinakan kepada para siswa, ketika mereka mengikuti
pembelajaran disekolah. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura
H. Ridwan (1999: 1−2) menyebutkan ada beberapa manfaat menulis,
antara lain.
1) Dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan
dengan permasalahan yang sedang ditulis;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan
dikemukakan;
3) Dapat memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk
teoretis maupun dalam bentuk berpikir terapan;
4) Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui
kegiatan menulis;
5) Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif melalui tulisan;
6) Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapat dipecahkan dengan
lebih melalui tulisan;
7) Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat. Penulis
menjadi penemu atau pemecah masalah bukan sekedar menjadi
penyadap informasi dari orang lain; dan
8) Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa melalui
menulis seseorang akan lebih mampu mengenali potensi yang dimilikinya.
Penulis akan mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu
topik atau bahan yang akan dibuat tulisan. Untuk mengembangkan topik
tersebut, penulis harus berpikir, menggali pengetahuan dan
pengalamannya.
d. Tahap-tahap Menulis
Penulis diibaratkan sebagai seorang arsitek bahasa, yang selain
harus mengetahui bagaimana cara membangun sebuah tulisan yang utuh,
ia juga tidak boleh mengabaikan dasar-dasar penulisan. Dasar-dasar
penulisan ini menjadi pondasi utama dalam penulisan. Dengan memahami
makna dan ciri-ciri paragraf yang baik, kita akan lebih mampu
menuangkan gagasan dan pikiran kita secara lebih runtut, sistematis, dan
teratur.
Berkaitan dengan menulis ada beberapa tahap dalam proses
menulis, Tompkins (dalam Khaerudin Kurniawan, 2006) menyajikan lima
tahap proses menulis, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draf, (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Ia menekankan
bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear.
Proses menulis bersifat nonlinear, artinya merupakan putaran berulang.
Misalnya setelah menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau
kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draf awalnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci
lagi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis,
mulai awal sampai akhir menulis yang diungkapkan Tompkins (dalam
Khaerudin Kurniawan, 2006) sebagai berikut.
1) Tahap Pramenulis
Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan berikut:
a) Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri;
b) Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis;
c) Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis;
d) Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis; dan
e) Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan
yang telah mereka tentukan.
2) Tahap Membuat Draf
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah:
a) Membuat draf kasar; dan
b) Lebih menekankan isi daripada tata tulis.
3) Tahap Merevisi
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi
tulisan ini adalah:
a) Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok);
b) Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan
teman-teman sekelompok atau sekelas;
c) Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan
komentar baik dari pengajar maupun teman; dan
d) Membuat perubahan yang substansif pada draf pertama dan
draf berikutnya, sehingga menghasilkan draf akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar
adalah:
a) Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri;
b) Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis
tulisan mereka sekelas/sekelompok;
c) Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis mereka sendiri.
5) Tahap Berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagai (sharing)
atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar:
a) Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu
bentuk tulisan yang sesuai, atau
b) Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah
mereka tentukan.
e. Jenis-Jenis Tulisan
Gorys Keraf (1999: 6−7) membagi karangan atau wacana menjadi
lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat di balik wacana
tersebut, yaitu: (1) eksposisi; (2) argumentasi; (3) persuasi; (4) deskripsi;
dan (5) narasi.
1) Eksposisi
Gorys Keraf (1999: 7) menjelaskan bahwa eksposisi adalah
bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah memberitahukan atau
memberi informasi mengenai suatu objek. Hampir sama dengan
pendapat tersebut, St. Y. Slamet (2009: 103) mengungkapkan bahwa
eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk
menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang
dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan
pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada
maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya.
Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekadar memperjelas apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang akan disampaikannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapat disintesis bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang
menjelaskan dan menginformasikan sesuatu yang dapat menambah
pengetahuan seseorang atau pembaca.
2) Persuasi
Persuasi merupakan bentuk tulisan yang berusaha
mempengaruhi orang lain atau pembaca. Pengaruh yang diberikan
tersebut agar para pendengar ataupun pembaca melakukan sesuatu
bagi orang yang melakukan persuasi walaupun pembaca atau
pendengar sebenarnya tidak terlalu paham dan percaya dengan apa
yang dikatakan itu.
Senada dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet
(2009: 104) menyatakan bahwa persuasi adalah ragam wacana yang
ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca
mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Berbeda dengan
argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk
mencapai kebenaran, sedangkan persuasi lebih menggunakan
pendekatan emosional.
Persuasi dikatakan penyimpangan dari argumentasi karena
dalam argumentasi terdapat usaha untuk membujuk atau meyakinkan
pembaca didasarkan pada kelogisan pembuktian fakta-fakta yang
disajikan. Dalam persuasi biasanya menggunakan pendekatan emotif,
yaitu pendekatan yang berusaha membangkitkan dan merangsang
emosi agar mengarahkan mereka pada tujuan yang ingin dicapai
penulis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disintesis bahwa
tulisan persuasi adalah tulisan yang berusaha mempengaruhi orang lain
yang disajikan dengan fakta-fakta yang logis.
3) Deskripsi
Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek
itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembaca melihat sendiri objek tersebut (Gorys Keraf, 1999: 16).
Deskripsi menurut St. Y. Slamet (2009: 103) adalah ragam wacana
yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-
kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.
Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya
imajinasi pembaca, sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan
merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.
Deskripsi disebut juga pelukisan atau penggambaran. Hal itu
dikarenakan rincian tentang objek tulisan dapat memberi pengaruh
pada sensitivitas dan imajinasi pembaca serta menjadikan pembaca
seolah ikut mendengar seolah ikut mendengar, merasakan, atau
mengalami langsung objek tersebut. Karangan ini berhubungan
dengan pengalaman pancaindra pembaca seperti penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disintesis bahwa tulisan deskripsi
adalah tulisan yang berusaha menyajikan suatu objek agar seolah-olah
berada di depan pandangan pembaca berdasarkan hasil pengamatan,
pengalaman, dan perasaan penulisnya.
4) Narasi
Narasi merupakan wacana yang mengisahkan suatu kejadian.
St. Y. Slamet (2009: 103) menyatakan bahwa narasi adalah ragam
wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.
Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya
kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian
terjadinya sesuatu hal.
Sementara itu, Gorys Keraf (1999: 17) menyatakan narasi
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu
peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah
dialami sendiri oleh para pembaca. Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disintesis bahwa tulisan narasi merupakan tulisan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
berusaha mengisahkan suatu peristiwa sesuai urutan waktu dan seolah-
olah pembaca mengalami peristiwa tersebut.
5) Argumentasi
Argumentasi merupakan sebuah tulisan yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran. Penulis berusaha meyakinkan
pembaca untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-
bukti atau fakta-fakta yang menguatkan argumen penulis. St. Y.
Slamet (2009: 104) menyatakan bahwa argumentasi adalah ragam
wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai
kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Dalam karangan
argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali.
Ciri-ciri tersebut misalnya (1) ada pernyataan, ide, atau pendapat yang
dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung;
dan (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disintesis bahwa
tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha meyakinkan pembaca
yang diikuti dengan fakta-fakta pendukung untuk memperkuat
argumen penulis agar pembaca percaya atau menerima argument
penulis.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan kelima
jenis tulisan tersebut. Eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan atau
informasi, argumentasi meyakinkan pembaca tentang kebenaran suatu
hal secara logis, persuasi mempengaruhi pembaca secara emosi.
Deskripsi memberikan gambaran tentang objek tulisan dan berusaha
menjadikan pembaca ikut merasakan penggambaran tersebut,
sedangkan narasi menekankan peristiwa dari urutan waktu ke waktu.
2. Hakikat Tulisan Argumentasi
a. Pengertian Tulisan Argumentasi
Gorys Keraf (2007: 3) menjelaskan argumentasi adalah suatu
bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
orang lain, agar mereka itu percaya dan pada akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Melalui argumentasi penulis
berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu
menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal itu benar atau tidak.
Argumentasi berbeda dengan empat bentuk wacana yang lain
karena fungsi utamannya adalah membuktikan. Bentuk wacana yang lain
dapat juga dijumpai unsur-unsur pembuktian, tetapi pembuktian dalam
keempat wacana lain (eksposisi, persuasi, deskripsi, dan narasi) sangat
berbeda dengan sifat pembuktian argumentasi. Secara singkat dapat
diuraikan dengan tulisan argumentasi merupakan bentuk wacana tulis yang
bertujuan mengubah pikiran, sikap pandangan dan perasaan seseorang
dengan memberikan pembuktian.
Nippold (2010: 238) berpendapat “In an argumentative essay, the
writer takes a position and tries to convince the reader to perform an
action or to adopt a point of view regarding a controversy”. Maksudnya
bahwa dalam karangan argumentasi, penulis mencoba meyakinkan
pembaca untuk mengikuti apa yang penulis sampaikan sesuai sudut
pandang penulis.
Dalam paragraf argumentasi dapat disusun dengan pola sebab-
akibat. Artinya, paragraf tersebut diawali dengan kalimat utama yang
merupakan sebab dan diikuti oleh beberapa akibat sebagai kalimat
penjelasnya. Sebaliknya, paragraf argumentasi juga dapat disusun dengan
pola akibat-sebab yang berarti paragraf tersebut diawali dengan akibat
yang merupakan kalimat utama dan diikuti oleh beberapa sebab sebagai
kalimat penjelasnya.
Melalui argumentasi penulis dapat merangkaikan fakta-fakta
sedemikian rupa, sehingga mampu menunjukkan apakah suatu pendapat
atau hal itu benar atau tidak. Ia harus berusaha agar pertalian antara
berbagai macam fakta dengan gagasan yang hendak dikemukakannya itu
logis dan kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dari beberapa definisi di atas ditekankan bahwa karangan
argumentasi merupakan karangan yang berisi penguatan pendapat,
pendirian atau gagasan berdasarkan atau disertai alasan dan/bukti yang
menyokong atau memperkuat sehingga pembaca mengikuti apa
yangpenulis sampaikan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa dalam argumentasi, pendapat atau gagasan yang dikemukakan tidak
dilontarkan begitu saja ataupun tanpa dasar/ secara sembarangan saja
tetapi harus berdasarkan/disertai dengan alasan yang masuk akal dan/bukti
yang kuat.
b. Ciri-ciri Tulisan Argumentasi
Ciri-ciri penulisan argumentasi menurut Atar Semi (1990:
48) adalah sebagai berikut: (1) bertujuan untuk meyakinkan orang lain;
(2) berusaha untuk membuktikan kebenaran suatu pernyataan; (3)
mengubah pendapat pembaca; dan (4) fakta yang ditampilkan merupakan
bahan pembuktian. Senada dengan pendapat di atas, Lamuddin Finoza
(1993: 197) berpendapat bahwa karangan argumentasi memiliki ciri : (1)
mengemukakan alasan atau bantahan sedemikin rupa dengan tujuan
mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya; (2)
mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan (3) mendiskusikan suatu
persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.
Berdasarkan ciri-ciri penanda argumentasi yang telah dijelaskan
di atas, untuk membuktikan kebenarannya digunakan prinsip-prinsip
logika. Hal ini diharapkan agar tulisan argumentasi tersebut benar-benar
logis dan kritis sehingga pembaca lebih mudah dalam memahaminya
dan bersedia mengikuti maksud penulis. Dengan demikian, jelas bahwa
syarat utama untuk menulis argumentasi adalah suatu kemampuan
menyusun gagasan menurut aturan logika. Logika berhubungan dengan
proses berpikir dan bernalar.
Antara logika dan kemampuan penalaran dengan keterampilan
menulis argumentasi berhubungan erat. Untuk itulah logika perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
diajarkan dan dikembangkan di sekolah-sekolah. Maksud pengajaran
logika ini adalah untuk melatih kecakapan individu dalam menerapkan
aturan-aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-persoalan konkret
dan pembentukan sikap ilmiah, kritis, dan objektif.
Unsur lain yang berhubungan dengan argumentasi adalah berpikir
kritis. Berpikir kritis juga serta hubungannya dengan logika. Logika dapat
membantu seseorang berpikir lurus, tepat, dan teratur sehingga seseorang
akan memperoleh kebenaran dan menghindari kesalahan. Fakta, evidensi,
penalaran, logika, dan berpikir kritis adalah unsur-unsur yang
mendasari argumentasi. Unsur-unsur tersebut harus dikuasai secara
baik agar dapat mewujudkan suatu tulisan argumentasi yang baik
pula. Di samping itu, unsur bahasa dan pengetahuan tentang objek
yang akan ditulis pun harus dikuasai.
Dalam berargumentasi ada dua cara bernalar, yaitu secara induktif
dan deduktif. Induktif adalah metode bernalar yang dimulai dengan
mengemukakan hal-hal yang bersifat khusus kemudian diiringi dengan
kesimpulan, sedangkan deduktif adalah metode bernalar yang bergerak
dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Kedua
penalaran tersebut sering digunakan oleh penulis dalam menyampaikan
idenya ke dalam bentuk tulisan argumentasi.
c. Bagian-bagian Tulisan Argumentasi
Tulisan argumentasi selalu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu (1)
pendahuluan, (2) tubuh argumentasi, dan (3) kesimpulan (Gorys Keraf,
2007: 104).
1) Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi menarik perhatian pembaca dengan
menyajikan fakta-fakta pendahuluan memusatkan perhatian dan
memahami argumentasi yang akan disampaikan pada bagian isi
karangan. Di bagian pendahuluan ini dijelaskan latar belakang
permasalahan. Secara ideal pendahuluan mengandung cukup banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
bahan untuk menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun,
serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta yang diperlukan
untuk memahami argumentasinya.
2) Tubuh Argumentasi
Seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha penulis untuk
meyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari permasalahan yang
dikemukakan sehingga kesimpulanya juga benar. Hal terpenting pada
bagian tubuh argumentasi adalah mengajukan pembuktian mengenai
benar tidaknya data dan informasi yang diperoleh berkaitan dengan
permasalahan yang dikemukakan. Kebenaran faktual ini harus
didukung proses penalaran yang sahih dan logis sehingga pendapat
atau kesimpulan yang diturunkan tidak dapat dibantah oleh siapa pun.
Kebenaran dalam penalaran dan konklusi itu mencakup beberapa
kemahiran: kecermatan menyeleksi fakta yang benar, kekritisan dalam
memberikan penilaian, penyajian atau penyusunan bahan secara baik
dan teratur. Penyajian fakta, kesaksian, perumusan premis-premis, dan
sebagainya dengan benar.
Fakta yang dimaksudkan adalah sesuatu yang sesungguhnya
terjadi atau sesuatu yang ada secara nyata, sedangkan evidensi adalah
semua fakta, semua kesaksian, semua informasi, otoritas, dan
sebagainya yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran
(Gorys Keraf, 2007: 106−107).
3) Kesimpulan
Penulis harus memerhatikan bahwa kesimpulan yang
diturunkan tetap menjaga pencapaian tujuan, yaitu membuktikan
kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca. Kesimpulan
dapat berupa dalil yang telah teruji kebenarannya dalam isi
argumentasi, atau berupa rangkuman umum dari materi yang telah
dikemukakan.
Dalam tulisan-tulisan lain yang tidak dapat dibuat
kesimpulan, maka dapat dibuat suatu ringkasan dari pokok-pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
permasalahan yang penting sesuai dengan urutan argumen dalam
bentuk tulisan (Gorys Keraf, 2007: 107).
d. Dasar dan Sasaran Tulisan Argumentasi
Menurut Gorys Keraf (2007: 101−102) dasar yang harus
diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:
1) Penulis harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan
dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip
ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta,
informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan
fakta-fakta dan informasi-informasi tersebut;
2) Penulis harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau
pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri;
3) Penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok
persoalannya dengan jelas, ia harus menjelaskan mengapa ia harus
memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula
konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat;
4) Penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan
bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas
itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang telah
dirumuskannya itu; dan
5) Dari maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud
yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk
menyampaikan masalahnya.
Selanjutnya, sasaran yang harus ditetapkan oleh setiap penulis
argumentasi adalah:
1) Argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap
dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan;
2) Penulis harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang
dapat menimbulkan prasangka tertentu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) Penulis harus membatasi pengertian istilah yang dipergunakan
untuk menghindari kemungkinan timbulnya ketidaksesuaian
pendapat karena perbedaan pengertian; dan
4) Penulis harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang
akan diargumentasikan (Gorys Keraf, 2007: 103−104).
Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan sebelumnya
mengenai pengertian keterampilan, menulis, dan argumentasi, dapat
disimpulkan bahwa hakikat keterampilan menulis argumentasi adalah
kecakapan seseorang dalam menuangkan ide, gagasan, pendapat, pikiran,
perasaan, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan yang diorganisasikan
secara sistematik dengan menggunakan lambang-lambang bahasa dengan
kalimat-kalimat yang logis. Hal ini untuk membela ide yang dilontarkan
atau pendapat yang tidak disetujui, sehinggapembaca dapat diyakinkan dan
menerima hal tersebut sebagai kebenaran, bahkan bersedia bersikap dan
bertindak sesuai dengan maksud penulis.
3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi di SMA
a. Pengertian Pembelajaran Menulis Argumentasi
Aunurrahman (2009: 34) berpendapat bahwa pembelajaran
sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal. Pembelajaran berupaya mengubah masukan siswa
yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum
memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki
pengetahuan.
Berbeda dengan pendapat di atas, Gino, dkk., (2000: 32)
menyatakan bahwa pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu usaha
untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang
tepat seperti yang diinginkan. Dengan kata lain pembelajaran sebagai
suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh guru untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
membuat siswa agar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern
dalam kegiatan belajar-mengajar.
Tiga ciri utama dalam pembelajaran menurut Subroto (dalam
Gino, dkk., 2000: 15) adalah: (1) ada aktivitas yang menghasilkan
perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik aktual maupun
potensial; (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan
berlaku untuk waktu yang lama; dan (3) perubahan itu terjadi karena
suatu usaha yang dilakukan secara sadar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan serangkaian proses atau cara yang dilakukan guru dalam
pembelajaran untuk merangsang siswa sesuai dengan yang diinginkan
guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran keterampilan menulis merupakan salah bentuk
keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping
keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka
masih sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat.
Kemampuan menulis siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, pembelajaran
menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan
dan pengajaran di sekolah.
Menulis merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia kelas X SMA. Berdasarkan KTSP di SMA, mata
pelajaran menulis diberikan pada semester 1 dan semester 2. Pada
semester 1 dengan standar kompetensi, yakni mengungkapkan informasi
dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif). Adapun
kompetensi dasarnya, yaitu: (a) menulis gagasan dengan menggunakan
pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif, (b) menulis
hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif, dan (c) menulis gagasan
secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif.
Pada semester dua terdapat standar kompetensi, yakni
mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Adapun kompetensi dasarnya, yaitu: (a) menulis gagasan untuk
mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif, (b)
menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau
melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif, (c) menulis hasil
wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang
tepat, dan (d) menyusun teks pidato.
Berdasarkan paparan di atas, maka mata pelajaran menulis yang
diberikan di SMA khususnya pada kelas X SMA salah satunya adalah
pembelajaran menulis paragraf argumentasi yang sesuai dengan
kompetensi dasar dalam KTSP. Sebagai salah satu materi pembelajaran,
maka pembelajaran menulis tersebut perlu disampaikan dengan metode
yang tepat sehingga mencapai standar kompetensi yang diharapkan, yaitu
siswa mampu mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf.
b. Komponen-komponen dalam Pembelajaran
Dalam proses interaksi tersebut, pembelajaran yang berlangsung
tentunya didukung oleh beberapa komponen yang saling terkait dan
mendukung dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan proses
yang terdapat dalam pembelajaran merupakan suau kegiatan yang
melibatkan beberapa komponen. Komponen tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Guru
Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola
kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-
mengajar yang efektif (Gino, dkk., 2000: 30). Guru juga dapat
diartikan sebagai orang yang menggerakkan suatu proses belajar-
mengajar.
2) Siswa
Siswa adalah orang yang melaksanakan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan
isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Gino, dkk.,
2000: 30).
3) Tujuan
Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan perilaku yang
diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Perubahan tersebut mencakup perubahan dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Aspek kognitif dilihat dari pemahaman siswa
terhadap materi. Aspek afektif dapat dilihat dari sikap setelah
pembelajaran. Aspek psikomotorik dapat dilihat dari keterampilan
siswa setelah pembelajaran.
4) Materi
Materi merupakan segala bentuk informasi yang diperlukan
untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan kurikulum yang berlaku
dalam pembelajaran tersebut. Guru hendaknya pandai dalam memilih
materi yang sesuai dengan karakteristik siswa, namun tidak
berseberangan dengan kurikulum yang berlaku.
5) Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk memberi
kesempatan pada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam memilih
metode, guru juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain, di
antara: tujuan yang ingin dicapai, tingkat perkembangan siswa,
situasi dan kondisi yang beraneka ragam, kualitas maupun kuantitas
fasilitas belajar, dan pribadi serta kemampuan profesional guru yang
berbeda-beda.
6) Media
Media adalah alat atau bahan yang digunakan untuk
menyampaikan meteri kepada siswa. Fungsi media pada umumnya
untuk meningkatkan efektivitas dalam komunikasi proses belajar-
mengajar. Agar siswa lebih mudah memahami bahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
disampaikan, guru tentu memerlukan bantuan media. Karena media
pembelajaran merupakan alat bantu bagi guru dalam penyampaian
pesan.
7) Evaluasi
Evaluasi adalah cara untuk memperoleh informasi yang akurat
tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa.
Evaluasi dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan, yaitu: (1)
memperoleh informasi yang diperlukan untuk meningkatkan
produkivitas serta efektivitas belajar siswa; (2) memperoleh bahan
umpan balik; (3) memperoleh informasi yang diperlukan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan mengajar guru; (4)
memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki,
menyempurnakan serta mengembangkan program; dan (5) mengetahui
kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa selama belajar dan
bagaimana jalan keluarnya.
Pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai kemampuan
dalam berbagai hal. Sebagaimana yang dilakukan pada pembelajaran
menulis yang berupaya menjadikan siswa mampu untuk menulis.
c. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan
yang ditentukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan telah dapat
dicapai (Gino, dkk., 2000: 36-39). Keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu minat
belajar, motivasi belajar, bahan pelajaran, alat bantu/media belajar,
suasana belajar, kondisi subjek yang belajar, kemampuan guru, dan
metode pembelajaran.
1) Minat Belajar
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan
dengan keinginan-keinginan sendiri (Arief M. Sardiman, 2001: 73).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Untuk membangkitkan minat belajar siswa, guru hendaknya pandai
dalam memilih materi, mengelola kelas, dan pemilihan metode dan
media dalam pembelajaran.
2) Motivasi Belajar
Berkenaan dengan motivasi belajar, Woodword (dalam Wina
Sanjaya, 2008: 250) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan
yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada
pencapaian tujuan tertentu. Begitu juga dalam belajar, diperlukan
motivasi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
Sementara itu, Soemarsono (2007: 11) motivasi dapat
diartikan sebagai suatu dorongan baik yang berasal dari diri sendiri
atau orang lain. Dalam mencapai tujuan belajar yang memuaskan,
maka tidak luput dari adanya dorongan terutama dari dalam diri
sendiri. Dalam pembelajaran, guru harus mampu
menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran, guru dapat melaksanakan cara-cara berikut ini. Pertama,
menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang, misalnya dengan
jalan mengadakan penelitian, penyelidikan, percobaan, membuat
sesuatu, dan kegiatan lain yang sekiranya dapat memotivasi siswa.
Kedua, Membantu siswa yang kurang pandai dalam pembelajaran,
mendorong siswa agar maju dan mau berusaha untuk bisa
mengikuti perkembangan teman-temannya lain yang pemahaman
lebih. Sementara itu, siswa yang sudah dapat mengikuti pelajaran
dengan baik, guru harus bisa memotivasi agar mau berusaha lebih baik
dan bersedia untuk membantu teman yang belum bisa.
3) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan yang
digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai oleh siswa dan harus sesuai dengan karakteristik siswa
agar diminati oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pemilihan bahan pelajaran harus dilakukan secara teliti dan
digunakan secara bijak, sehingga akan memunculkan suatu motivasi
bagi siswa untuk merespons pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
baik.
4) Alat Bantu/Media Belajar
Alat bantu atau media belajar merupakan alat yang dapat
membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya media cetak
(buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain) dan media elektronik
(radio, televisi, komputer, dan lain-lain). Media yang digunakan dalam
pembelajaran haruslah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
dalam pembelajaran, sesuai dengan tingkat perkembangan siswa,
sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta dapat menarik minat,
perhatian dan motivasi siswa untuk ikut dalam proses pembelajaran
yang berlangsung.
5) Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam
lingkungan tempat proses pembelajaran yang berlangsung. Suasana
yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Suasana kekeluargaan yang memungkinkan terjadinya
komunikasi yang lancar antara guru dan siswa, sehingga dapat
memperlancar kegiatan belajar-mengajar yang terjadi. Dengan
hubungan yang akrab, maka siswa akan berani untuk
mengungkapkan pendapatnya dalam setiap kegiatan pembelajaran
yang terjadi.
b) Suasana sekolah yang nyaman, tenang, nyaman, serta
menyenangkan untuk melaksanakan pembelajaran.
c) Kelas diatur secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa
yang belajar, sehingga suasana bebas tetapi tetap disertai
dengan pengawasan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d) Jumlah siswa dalam kelas tidak terlalu banyak, sehingga
memungkinkan bagi guru untuk memberi perhatian yang cukup
merata bagi seluruh siswa.
e) Siswa belajar secara bervariasi, misalnya dengan diskusi,
mengadakan penelitian, atau dengan mengadakan study tour
untuk menghindari kejenuhan siswa.
6) Kondisi Siswa yang Belajar
Kondisi siswa adalah keadaan pada saat kegiatan belajar-
mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah tidak hanya keadaan fisik siswa, melainkan juga keadaan psikis
siswa. Apabila siswa sedang sakit, maka secara otomatis siswa tidak
akan dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal.
Begitu juga apabila siswa dalam keadaan yang tertekan, atau
sedang mempunyai masalah, siswa juga tidak akan dapat belajar
dengan baik. Selain itu, guru juga harus memperhatikan kondisi
kemampuan siswa dalam mengikuti dan menerima materi dalam
kegiatan belajar-mengajar. Apabila kemampuan siswa kurang, maka
guru harus berusaha untuk membantu siswa tersebut untuk
memahami materi yang diberikan. Namun apabila siswa memiliki
kemampuan yang lebih, maka guru harus bisa mengajar dengan baik
agar tidak membosankan dengan siswa.
7) Kemampuan Guru
Kemampuan guru yang dimaksudkan adalah kemampuan
guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta
mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses
belajar-mengajar berlangsung. Guru harus bisa menyampaikan materi
dengan cara tepat dan tidak membosankan. Selain itu, dalam
menyampaikan materi, guru harus bisa memilih metode dan cara yang
tepat agar dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Guru harus mengelola kelas yang baik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Mulyani Sumantri dan Johar Permana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
(2001: 245) berpendapat bahwa keberhasilan kegiatan belajar-
mengajar bukan sekadar ditentukan oleh kemampuannya dalam
menguasai bahan pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh
kemampuannya mengelola kelas. Jadi, sebisa mungkin guru
hendaknya mampu mengelola kelas dengan baik. Guru juga harus
mampu memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran dan mampu
membuat siswa menaruh perhatian penuh pada pembelajaran yang
berlangsung.
Dalam mengelola kelas, tentu saja terdapat permasalahan
yang sering ditemui oleh guru, misalnya ada siswa yang tidak mau
memperhatikan pembelajaran yang diberikan. Siswa tersebut malah
membuat kekakuan dalam pembelajaran dalam kelas, maka guru harus
bisa mengambil tindakan yang dapat membuat anak tersebut jera, dan
tidak mengulang perbuatan tersebut dengan cara menegurnya.
Soemarsono (2007: 26) berpendapat bahwa untuk menangani
masalah pengelolaan kelas, guru harus mampu; (1) mengenal dengan
sifat jenis pengelolaan kelas perorangan maupun yang bersifat
kelompok, (2) memahami pendekatan yang cocok dan tidak cocok
untuk jenis masalah tertentu, (3) memilih serta bisa menetapkan jenis
pendekatan yang paling tepat guna memecahkan masalah yang
dimaksudkan.
8) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru
dalam menyampaikan materi kepada siswa. Mulyani Sumantri dan
Johar Permana (2001: 114) berpendapat bahwa metode
merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang
memuaskan.
E. Mulyasa (2009: 107) berpendapat bahwa penggunaan
metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah
dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan
interaksi dengan peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi
akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Kurikulum sekarang ini menekankan bahwa siswa harus aktif
dalam pembelajaran, sehingga guru harus pandai dalam memilih
metode yang mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Metode
yang sesuai dalam pembelajaran, akan membuat suasana kelas
menjadi menyenangkan dan materi yang disampaikan guru akan
mudah diserap oleh siswa. Jadi guru harus pandai-pandai dalam
memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
materi yang akan disampaikan.
d. Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi
Penilaian proses pembelajaran adalah upaya seorang guru
memberikan nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan
siswa dengan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Nana
Sudjana (2009: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh siswa
merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses
mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari
proses belajar yang dialaminya.
Sarwiji Suwandi (2011a: 91) penilaian proses pembelajaran
dalam kegiatan menulis dapat dilakukan dengan perhatian siswa terhadap
pembelajaran berlangsung. Sikap dan aktifitas siswa dalam pembelajaran
bermula dari yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespons sesuatu/objek. Sikap terdiri dari 3 komponen, yakni afektif,
kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki
oleh seseorang atau penilaiannya terdapat suatu objek, sedangkan
komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran objek sikap.
Sarwiji Suwandi (2011a: 92-93) objek sikap yang perlu dinilai
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Dengan adanya sikap positif terhadap
materi pelajaran, dalam diri peserta didik akan tumbuh dan
berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi dan akan
lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik harus memiliki sikap
positif terhadap guru. Siswa yang bersikap negatif pada guru akan
mengabaikan hal-hal yang diajarkan oleh guru sehingga siswa menjadi
sukar menyerap materi pelajaran.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik harus memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan dan teknik pembelajaran yang
digunakan.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap positif
terhadap kasus tertentu dalam materi pelajaran.
Berdasarkan paparan di atas, maka pedoman penilaian proses
yang digunakan dalam pembelajaran menulis argumentasi dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi
No. NamaSiswa
INDIKATOR Skor Nilai Ket.Keaktifan
siswaselama
apersepsi
Keaktifan danperhatian
siswapada saat gurumenyampaikan
materi
Minat danmotivasi
siswasaat
mengikutikegiatan
pembelajaran
(Diadaptasi dari Sarwiji, 2011a: 92)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang (E)
2 = kurang (D)
3 = cukup (C)
4 = baik (B)
5 = amat baik (A)
b. Menghitung nilaiNilai = ( ) x 100 = .....
c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang
(2) Nilai = 30 – 49 kurang
(3) Nilai = 50 – 69 cukup
(4) Nilai = 70 – 89 baik
(5) Nilai = 90 – 100 sangat baik
1) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi
(merespons setiap stimulus yang diberikan guru saat
apersepsi dengan baik).
Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (cukup merespons stimulus
yang diberikan guru saat apersepsi)
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (tidak merespons
stimulus yang diberikan guru)
Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (sama sekali tidak
mau merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau
merespons pertanyaan atau stimulus saat apersepsi).
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran
Skor 5: Jika siswa memperhatikan saat mengikuti pelajaran dan
sepenuhnya aktif dalam bertanya, menjawab, bekerja secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kelompok, mengkonstruksi, menemukan merefleksi, dan
mengerjakan tugas.
Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat mengikuti pelajaran dan
sesekali mau bertanya, menjawab, serta bekerja secara
kelompok, mengkonstruksi, menemukan merefleksi, dan
mengerjakan tugas.
Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat mengikuti pelajaran
dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta bekerja
secara kelompok, mengkonstruksi, menemukan merefleksi,
dan mengerjakan tugas.
Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat
mengikuti pelajaran dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, serta bekerja secara kelompok, mengkonstruksi,
menemukan merefleksi, dan mengerjakan tugas.
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
mengikuti pelajaran (sibuk beraktivitas sendiri seperti
berbicara atau membuat gaduh).
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan
adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk,
secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).
Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran
(kurang serius).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan
dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-
ogahan, meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,
tertidur).
e. Penilaian Hasil Pembelajaran
Nana Sudjana (2009: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria-kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran.
Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2009: 305)
menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan
yang meliputi, (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan
penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan,
tanda baca, kerapian dan kebersihan tulisan, (5) respons afektif guru
terhadap karangan siswa. Respons afektif yang dimaksud apakah karangan
narasi yang ditulis siswa, menarik atau tidak.
Hartfield (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2009: 441−412)
mengemukakan salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan
penskoran, yaitu dengan mempergunakan model skala interval untuk
setiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai. Lebih lengkapnya
dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
Aspekyang
dinilaiSkor Kriteria
Isi
27-30
22-26
17-21
13-16
Sangat baik-sempurna: padat informasi *substansif*pengembangan tesis tuntas *relevan denganpermasalahan dan tuntasCukup-baik: informasi cukup *substansi cukup*pengembangan tesis terbatas *relevan denganmasalah tetapi tak lengkapSedang-cukup: informasi terbatas *substansi cukup*pengembangan tesis tak cukup *permasalahan takcukupSangat-kurang: tak berisi *tak ada substansi *tak adapengembangan tesis *tak ada permasalahan
Organisasi
18-20
14-17
10-13
7-9
Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar *gagasandiungkapkan dengan jelas *padat *tertata dengan baik*urutan logis *kohesiCukup-baik: kurang lancar *kurang terorganisir tetapiide utama terlihat *bahan pendukung terbatas *urutanlogis tetapi tak lengkapSedang-cukup: tak lancar *gagasan kacau, terpotong-potong *urutan dan pengembangan tak logisSangat-kurang: tak komunikatif *tak terorganisir*tak layak nilai
Kosakata
18-20
14-17
10-13
7 – 9
Sangat baik-sempurna: pemanfaatan potensi katacanggih *pilihan kata dan ungkapan tepat *menguasaipembentukan kataCukup-baik: pemanfaatan potensi kata agak canggih*pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurangtepat tetapi tak menggangguSedang-cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas*sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dandapat merusak maknaSangat-kurang: pemanfaatan potensi kata asal-asalan*pengetahuan tentang kosa kata rendah *tak layaknilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Peng
Bhs
22-25
18-21
11-17
5 –10
Sangat baik-sempurna: konstruksi kompleks tetapiefektif *hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaanbentuk kebahasaanCukup-baik: konstruksi sederhana tetapi efektif*kesalahan kecil pada konstruksi kompeks *terjadisejumlah kesalahan tetapi makna tak kaburSedang-cukup: terjadi kesalahan serius dalamkonstruksi kalimat *makna membingugkan atau kaburSangat-kurang: tak menguasai aturan sintaksis*terdapat banyak kesalahan *tak komunikatif *taklayak nilai
Mekanik
5
4
3
2
Sangat baik-sempurna: menguasai aturan penulisan*hanya terdapat beberapa kesalahan ejaanCukup-baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaantetapi tak mengaburkan maknaSedang-cukup: sering terjadi kesalahaan ejaan*makna membingungkan atau kaburSangat-kurang: tak menguasai aturan penulisan*terdapat banyak kesalahan ejaan *tulisan tak terbaca*tak layak nilai
Jumlah Skor:
(Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2009: 307)
Skor Maksimum = 100
Cara menghitung hasil menulis argumentasi =
Keterangan:
N I = isi
N II = organisasi
N III = kosakata
N IV = pengembangan bahasa
N V = mekanik
Skor total dengan menjumlahkan hasil dari 5 aspek tersebut.
Standar Ketuntasan:
Siswa dinyatakan tuntas dalam aspek tersebut jika mencapai nilai minimal
73.
N I+N II+N III+N IV+N V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual atau CTL adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina
Sanjaya, 2010: 255). Hal ini senada dengan pendapat Berns dan Ericson
(dalam Smith, 2006: 14) “ …contextual teaching and learning as an
innovative instructional process that helps students content they are
learning to the life context in which that content could be used”.
Model pembelajaran kontekstual mendorong peran aktif siswa
dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar efektif dan bermakna.
Sejalan dengan pendapat di atas, Johnson (2009: 67) mendefinisikan CTL
sebagai berikut:
…adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuanmenolong para siswa melihat makna di dalam materi akademikyang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjekakademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka,yaitu dengan konteks keadaan pribadi, social, dan budaya mereka..Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapankomponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yangbermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukanpembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berfikirkritis dan kreatif, membantu individu untuk tubuh danberkembang, mencapai standar yang tinggi dan menggunakanpenelitian yang autentik.
Sementara itu, menurut Wasis (2006: 12) dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual dapat mengubah kebiasaan guru dalam
mendominasi kelas pembelajaran, sehingga 70% dari waktu di kelas
dimanfaatkan oleh siswa untuk membangun pengetahuanya sendiri secara
konstruktivis. Memang dalam berbagai kegiatan tersebut, guru tetap
terlibat dalam proses bimbingan tetapi bimbingan itu bersumber dari
pertanyaan atau kebutuhan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pembelajaran kontekstual berhubungan dengan: (1) fenomena
kehidupan sosial masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan, dan
cita-cita yang tumbuh; (2) fenomena dunia pengalaman pengetahuan
murid; dan (3) kelas sebagai fenomena sosial. Kontekstualitas merupakan
fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus berkembang, serta
beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial
masyarakat. Kaitannya dengan ini, pembelajaran pada dasarnya
merupakan aktivitas mengaktifkan, menyentuhkan, mempertautkan,
menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk pemahaman melalui
penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses
penemuan jawaban pertanyaan, dan rekontruksi pemahaman melalui
refleksi yang berlangsung secara dinamis.
Suatu proses belajar mengajar dikatakan bermakna jika siswa
dapat mengaitkan pelajaran yang didapatnya dengan kehidupan nyata
yang mereka alami. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai
sebuah sistem mengajar didasarkan pada pikiran bahwa makna
muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya (Johnson 2009: 34).
Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang
ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah
isinya bagi mereka.
Strategi pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh
dalam proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2010: 255). Siswa didorong
untuk mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajarinya. Pembelajaran dengan model kontekstual menuntut siswa
yang belajar untuk aktif dan kreatif. Belajar dalam konteks CTL bukan
hanya sekadar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
berpengalaman secara langsung (Wina Sanjaya, 2010: 255). Melalui
proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara
utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotorik. Belajar melalui CTL diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
siswa dapat menemukan sendiri makna materi yang dipelajarinya,
sehingga mereka akan belajar dan ingat apa yang mereka pelajari
(Johnson, 2001: 64). Hal ini memperluas konteks pribadi mereka.
Kemudian, dengan memberikan pengalaman-pengalaman baru yang
merangsang otak membuat hubungan-hubungan baru, akan membantu
siswa menemukan makna baru.
Berpijak dari berbagai pengertian di atas maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa model pembelajaran kontekstual merupakan
strategi pembelajaran yang membawa situasi dunia nyata ke dalam
pembelajaran di kelas sehingga belajar akan lebih mudah dan
menyenangkan selain itu belajar akan lebih bermakna.
b. Elemen dan Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
Menurut Trianto (2010: 110) CTL memiliki lima elemen belajar
yang konstruktivistik, yaitu: (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge); (2) pemerolehan pengetahuan baru (acquaring
knowledge); (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge); (4)
mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge); dan
(5) melakukan refleksi (reflection knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
Selain elemen pokok, menurut Trianto (2010: 110) CTL juga
memiliki karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran
lainya, yaitu: (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan,
mengasyikkan; (4) tidak membosankan (joyfull, comfortable); (5) belajar
dengan bergairah; (6) pembelajaran terintegrasi; dan (7) menggunakan
berbagai sumber siswa aktif.
Berbeda dengan pendapat di atas, Wina Sanjaya (2010: 256)
menyebutkan ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kontekstual, yaitu: (1) Dalam
CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activing knowledge); (2) Pembelajaran yang kontekstual adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
(acquiring knowledge); (3) Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge); (4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
(applying knowledge); dan Melakukan refleksi (reflection knowledge).
Johnson (2009: 65) mengidentifikasi delapan karakteristik
contextual teaching and learning, yaitu:
1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, dalam hal ini siswa
dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam
mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja
sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar
sambil berbuat;
2) Melakukan pekerjaan yang berarti, misalnya dengan cara siswa
membuat hubungan-hubungan antara sekolah dengan kehidupan nyata
dalam masyarakat;
3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri;
4) Bekerja sama, misalnya siswa disuruh untuk belajar kelompok, atau
belajar dalam kelompok;
5) Berpikir kritis dan kreatif;
6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang;
7) Mencapai standar yang tinggi; dan
8) Menggunakan penilaian yang autentik.
c. Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran
Konvensional
Wina Sanjaya (2010: 260−262) menyebutkan ada sepuluh
perbedaan, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. Perbedaan Antara Model Pembelajaran Kontekstual denganPembelajaran Konvensional
No. PerbedaanKontekstual Konvensional
1. Menempatkan siswa sebagaisubjek belajar yang berperan
Siswa ditempatkan sebagaiobjek pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
secara aktif dalampembelajaran.
berperan sebagai penerimainformasi secara pasif.
2. Siswa bekerja melalui kegiatankelompok-kelompok, sepertikerja kelompok, diskusi, salingmenerima dan memberi.
Siswa lebih banyak belajarsecara individual denganmenerima, mencatat, danmenghafal materi pelajaran.
3. Pembelajaran dikaitkan dengankehidupan nyata secara riil.
Pembelajaran bersifat teoretisdan abstrak.
4. Kemampuan didasarkan ataspengalaman.
Kemampuan diperoleh melaluilatihan-latihan.
5. Tujuan akhirnya adalahkepuasan diri.
Tujuan akhir adalah angka ataunilai.
6. Tindakan atau perilakudibangun atas kesadaran dirisendiri.
Didasarkan oleh faktor dari luar.
7. Pengetahuan yang dimilikisetiap individu selaluberkembang sesuai denganpengalaman yang dialami.
Kebenaran yang dimiliki bersifatabsolut dan final, oleh karenapengetahuan diikonstruksi olehorang lain.
8. Siswa bertanggung jawab dalammemonitor danmengembangkan pembelajaranmereka masing-masing.
Guru adalah penentu jalanyaproses pembelajaran.
9. Pembelajaran dapat terjadi dimana saja dalam konteks dansetting yang berbeda sesuaikebutuhan.
Pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.
10. Keberhasilan pembelajarandiukur dengan berbagai cara,misalnya evaluasi proses, hasilkarya siswa, penampilan,rekaman, observasi, wawancara,dan lain sebagainya.
Keberhasilan pembelajaranbiasanya hanya diukur dari tes.
d. Asas-asas Model Pembelajaran Kontekstual
Menurut Wina Sanjaya (2010: 264) model pembelajaran
kontekstual atau CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki
tujuh asas atau komponen. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Sering kali
asas-asas ini disebut juga komponen-komponen CTL. Selanjutnya ketujuh
asas dijelaskan di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1) Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL.
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar
menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses
belajar-mengajar di mana siswa sendiri aktif secara mental
membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuan yang dimilikinya.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada
siswa.
Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa
siswa harus menemukan dan mentransformasikan itu menjadi milik
mereka sendiri.
Menurut Trianto (2010: 113), dalam pandangan konstruktivis
ada tiga tugas guru dalam memfasilitasi proses pembelajaan, yaitu
dengan: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;
(b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri; (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar.
Menggunakan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas
menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan.
Selama proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan kontekstual,
karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan
sebuah siklus yang terdiri dari perumusan masalah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data
yang ditemukan dan yang terakhir membuat kesimpulan.
Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan
memecahkan masalah (Kokom Komalasari, 2011: 73).
Dalam Trianto (2010: 114), ada empat langkah dalam
kegiatan inkuiri ini, yaitu sebagai berikut:
(a) merumuskan masalah;
(b) mengamati dan melakukan observasi;
(c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainya; dan
(d) mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru, atau audiens yang lain.
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari
bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai
refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Kegiatan bertanya berguna untuk: (a) Menggali informasi
baik administrasi maupun akademis; (b) Menggali pemahaman siswa;
(c) Membangkitkan respons kepada siswa; (d) Mengetahui sejauh
mana keingintahuan siswa; (e) Mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa; (f) Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang
dikehendaki guru; (g) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan
dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil
belajar diperoleh dari “sharing” antarteman, antarkelompok, dan
antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila
ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar.
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi
dalam kelompok yang anggotanya heterogen.
Siswa yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi
tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya
yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan
seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya,
baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas
atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
seorang “ahli” ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung,
peternak susu, teknisi komputer, tukang cat mobil, tukang
reparasi kunci, dan sebagainya.
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya melakukan
apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pembelajaran
kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa
ditunjuk untuk memberikan contoh temannya cara melafalkan suatu
kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca
puisi atau memenangkan lomba pidato, siswa itu dapat ditunjuk untuk
mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut
sebagai “standar” kompetensi yang harus dicapainya.
Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli
berbahasa Indonesia sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk
menjadi “model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika
berbicara, dan sebagainya.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Refleksi merupakan
cara berpikir atau respons tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak
agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung
tentang apa yang diperoleh hari itu.
7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian
dilakukan selama proses pembelajaran dan tidak hanya dilakukan
pada akhir periode. Hasil-hasil kegiatan yang dapat digunakan untuk
menilai siswa, antara lain; (1) pekerjaan rumah; (2) kuis; (3) karya
siswa; (4) presentasi; (5) ulangan harian; (6) pertanyaan lisan di kelas;
dan (7) ulangan semester.
Kemajuan belajar siswa dinilai dari proses pembelajaran yang
sedang berlangsung dan dilakukan berbagai cara bukan hanya pada
hasil. Penilaian sebenarnya (authentic assessment) memiliki enam
karakteristik, yakni (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses
pembelajaran; (2) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3)
mengukur keterampilan dan performance; (4) berkesinambungan; (5)
terintegrasi; dan (6) dapat digunakan sebagai umpan balik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5. Hakikat Media Pembelajaran Berbasis ICT
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.
Gagne dan Briggs (dalam Azhar Arsyad, 2011: 4) berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah segala yang meliputi alat fisik yang digunakan
untuk menyampaikan isi materi pembelajaran dan menyajikan pesan
sehingga merangsang siswa untuk belajar atau sebagai alat bantu mengajar
guru (teaching aids). Alat bantu yang bisa dipakai biasanya berupa alat
bantu visual, yaitu gambar, kaset CD, kamera, film slide, komputer dan
alat-alat yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar
serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Sementara itu, Martin dan Briggs (dalam Made Wena, 2009: 9)
menyebutkan bahwa media adalah semua sumber yang diperlukan untuk
melakukan komunikasi dengan siswa. media bisa berupa perangkat keras
seperti komputer, televisi, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan
pada perangkat keras tersebut.
Pendapat lain datang dari Gerlach (dalam Wina Sanjaya, 2010:
163) yang menjelaskan bahwa media secara umum meliputi orang, bahan,
peralatan, atau kegiatan yang menciptkan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, dalam
pengertian ini media bukan hanya perantara seperti komputer, TV, radio,
slide, bahan cetakan, termasuk manusia sebagai sumber belajar atau
kegiatan semacam diskusi yang dikondisikan bisa untuk menambah
pengetahuan siswa, serta menambah keterampilan siswa.
Dari pendapat beberapa ahli dapat dengan jelas diketahui bahwa
pendapat Gerlach lebih luas daripada pendapat sebelumnya. Namun secara
umum dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim (guru)
kepada penerima (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kegiatan belajar berhasil. Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang
disalurkan oleh media dari sumber pesan kepada penerima pesan itu ialah
isi pelajaran dengan perkataan lain, pesan ialah isi pelajaran yang berasal
dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu mengajar yang turut memengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Azhar Arsyad, 2011: 15).
Kehadiran media dalam proses pembelajaran mempunyai arti yang cukup
penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai alat
perantara. Kerumitan bahan yang disampaikan kepada siswa dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili guru ketika
mengalami kesulitan dalam menjelaskan sesuatu dengan kata-kata/kalimat.
Oemar Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011: 15) mengemukakan
bahwa pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan, motivasi serta rangsangan kegiatan
belajar siswa dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap sesuatu.
Levie dan Lentz (dalam Azhar Arsyad, 2011: 16−17) membagi
empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu:
1) Fungsi Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan/ menyertai teks materi pelajaran;
2) Fungsi Afektif, yaitu media visual dapat mempengaruhi tingkat
motivasi siswa ketika belajar membaca teks bergambar. Dari gambar
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa terkait masalah yang
aktual misal, yang menyangkut masalah ekonomi, politik dan budaya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3) Fungsi Kognitif, yaitu dengan media visual/gambar dapat
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar;
4) Fungsi Kompensatoris, yaitu media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat dalam menerima
dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks. Diharapkan
dengan gambar akan membantu mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali;
Di sisi lain, Sudjana dan Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2011: 24)
menjelaskan media pembelajaran memiliki empat manfaat, yaitu:
menumbuhkan motivasi belajar, memperjelas makna materi pembelajaran,
mencegah kebosanan dalam pembelajaran, siswa lebih banyak melakukan
kegiatan aktifitas mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan, dll.
c. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran
Berbagai keuntungan penggunaan media dalam pembelajaran
tersebut tergantung pada media apa yang digunakan. Beberapa usaha
pengklasifikasian media telah dilakukan oleh Bretz dan Briggs (dalam
Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 33) dengan kelebihan dan
kekurangan yang mengiringinya. Pengklasifikasian jenis media
berdasarkan sifatnya di antaranya: media audio, media visual dan media
audio visual.
1) Media Audio
Media audio merupakan media yang berisi suara saja,
sehingga untuk dapat memanfaatkannya sebagai media dalam
pembelajaran guru harus dapat memperhatikan mengenai aspek
kemampuan menyimak yang dimiliki oleh siswa. Contoh : radio, tape
record, dan kaset rekam.
Fungsi media audio untuk menyampaikan pesan audio dari
sumber pesan ke penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lambang-lambang auditif verbal, non verbal maupun kombinasinya.
Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran.
Kelebihan media audio:
a) Materi pembelajaran sudah tetap, dan dapat dipersiapkan
sebelumnya;
b) Perantara yang digunakan sangat murah dibandingkan dengan
media lain;
c) Memungkinkan siswa untuk belajar mandiri, sesuai dengan tingkat
pemahaman masing-masing;
d) Suasana dan perilaku siswa dapat dipengaruhi melalui penggunaan
musik, latar, dan efek suara yang lain.
Kelemahan Media Audio
a) Stimulus secara visual/suara saja dalam waktu yang cukup lama
dapat menimbulkan kebosanan pada siswa;
b) Media ini cenderung tidak dapat diperbaharui. Perbaikan biasanya
berarti pembuatan rekaman ulang yang memerlukan waktu yang
cukup lama.
2) Media Visual
Media visual adalah media yang berupa gambar-gambar tanpa
disertai suara. Media ini biasanya digunakan untuk mengajarkan
mengenai kemampuan membaca dan menulis siswa. Media visual
dibedakan menjadi dua, yaitu media visual diam dan media visual
gerak. Contoh media visual adalah foto, gambar, ilustrasi, gambar
pilihan, potongan gambar, transparasi, proyektor dan gambar kartun,
dll.
Fungsi media visual dalam proses belajar-mengajar yaitu
untuk mengembangkan kemampuan visual, mengembangkan imajinasi
anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang
abstrak atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan di dalam kelas,
mengembangkan kreativitas siswa.
Kelebihan penggunaan media visual:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a) Dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk mengikuti
pembelajaran;
b) Membantu siswa untuk memahami dan mengingat isi informasi
bahan-bahan verbal yang menyertainya;
c) Dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa;
d) Memberi peluang kepada guru untuk bertatap muka dengan
siswanya;
e) Dapat meningkatkan kreatifitas guru untuk dapat menyiapkan
materi yang diwujudkan dalam bentuk gambar.
Kelemahan media visual:
a) Semata-mata hanya medium visual;
b) Ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam
kelompok besar;
c) Memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan dan kejelian
guru untuk memanfaatkannya.
3) Media Audio Visual
Media yang memiliki unsur suara dan unsur gambar (tampak-
dengar). Media ini biasanya berupa rekaman gambar yang disertai
suara yang menjelaskan mengenai gambar yang disajikan. Contoh
VCD, pita suara, film bingkai, dll.
Kelebihan media audio visual:
a) Mampu menampilkan gambar, suara dan gerak sekaligus;
b) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu;
c) Menghindari pembelajaran yang verbalistik.
Kelemahan media audio visual:
a) Sulit untuk direvisi;
b) Biayanya relatif mahal;
c) Memerlukan keahlian khusus.
Dilihat dari kemampuan jangkauanya, Wina Sanjaya (2010: 172)
membagi menjadi tiga, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1) Media yang memiliki daya liput yang cukup luas dan serentak seperti
televisi dan radio
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu
seperti film slide, film, video dan lain sebagainya.
Leshin, Pollock, dan Reigeluth (dalam Made Wena, 2009: 9)
mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok, yaitu (1) media
berbasis manusia (pengajar, tutor, instruktur, bermain peran, kegiatan
kelompok field trip); (2) media berbasis cetak (buku, buku latihan,
(workbook), dan modul); (3) media berbasis visual (bagan, grafik, peta,
gambar transparansi); (4) media berbasis audio visual (video, film,
televisi); (5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan
komputer, interaktif video, hypertext)
d. Pemilihan Media Pembelajaran
Media yang digunakan dalam pengajaran harus menunjang proses
belajar siswa sehingga siswa mampu menguasai indikator belajar dalam
sebuah standar kompetensi. Pemilihan media dalam pembelajaran harus
sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas siswa sebagai subjek yang
diberdayakan dalam pendidikan. Azhar Arsyad (2011: 75-76) menyatakan
bahwa beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam pemilihan media,
yaitu (1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) tepat untuk
mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau
generalisasi; (3) praktis, luwes dan bertahan; (4) guru terampil
menggunakannya; (5) pengelompokan sasaran dan (6) mutu teknis.
e. Information Comunication Technology (ICT)
Pembelajaran yang berbasis ICT adalah pembelajaran yang
memakai media teknologi dan komunikasi (Information, Communication
and Tecnology) pada bidang pembelajaran (learning). Dengan
menggunakan fasilitas elektronika, penggabungan antara keduanya disebut
pembelajaran melalui elektronik atau e_learning. Dengan demikian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
e_learning atau pembelajaran melalui on-line adalah pembelajaran yang
pelaksanaanya didukung oleh teknologi seperti telepon, audio, video, tape,
transmisi atau komputer.
ICT atau dalam bahasa Indonesia diartikan teknologi informasi
dan komunikasi menurut Anatta Sannai (dalam Jamal Ma’mur Asmani,
2011: 97) adalah sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh
pengetahuan antara seseorang kepada orang lain. Lebih lanjut, menurut
Jamal Ma’mur Asmani (2011: 97−98) teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Teknologi informasi, meliputi segala hal yang
berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan
pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi merupakan segala hal yang
berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu,
teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah suatu padanan
yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala
kegiatan yang terkait dengan pemprosesan, manipulasi, pengelolaan, dan
transfer/pemindahan informasi antarmedia.
Martin (dalam Cepi Riyana, 2006: 2) mengemukakan
adanya keterkaitan erat antara teknologi informasi dan komunikasi,
teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi sedangkan
teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi (information
delivery). Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di sekolah
memadukan kedua unsur teknologi informasi dan teknologi
komunikasi menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan tujuan
siswa memiliki kemampuan menguasai perangkat keras dan
perangkat lunak untuk mengolah, menganalisis dan mentransmisikan
data dengan memperhatikan dan memanfaatkan teknologi komunikasi
untuk memperlancar komunikasi dan produk teknologi informasi yang
dihasilkan bermanfaat sebagai alat dan bahan komunikasi yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dalam Cepi Riyana (2006:4), Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
a) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berfungsisebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakansebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau dalam hal inisiswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalammengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis,membuat database, membuat program administratif untuksiswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dansebagainya.
b) Teknologi Informasi dan Komonikasi (TIK) berfungsisebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologisebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai olehsiswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapajurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemeninformasi, dan ilmu komputer.
c) Teknologi Informasi dan Komonikasi (TIK) berfungsisebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy).Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahanpembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untukmenguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer.Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian rupasehingga siswa dibimbing secara bertahap denganmenggunakan prinsip pembelajaran tuntas untukmenguasai kompetensi. Dalam hal ini posisi teknologitidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai:fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 107−111) teknologi
informasi dan komunikasi didalamnya terdapat tiga komponen utama,
yaitu komputer, komunikasi, dan tahu guna (know-how).
1) Komputer/Sistem komputer
Komputer/sistem komputer digunakan untuk menerima, menyimpan,
memproses, menampilkan data. Di dalamnya terdiri dari komputer,
software, informasi, pemrograman, manusia, dan komunikasi.
a) Komputer
Komputer terdiri dari empat bagian utama, yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(1) Input, yaitu segala data, fakta, dan informasi yang masuk ke
dalam sistem. Input masuk bisa melalui keyboard, mouse, kartu
magnetis, dan sekring sentuh;
(2) Pemrosesan, dalam komputer ini disebut central prosesor unit
(CPU) atau unit pemprosesan pusat.
(3) Output, yaitu segala apa yang keluar dari hasil pemrosesan
sistem komputer.
(4) Setoran sekunder, yaitu tempat tempat penyimpanan, dapat
berupa magnetis dan cahaya.
b) Software
Software terdiri dari software sistem (sistem pengoprasian,
Windows, Linux) dan software aplikasi (pemrosesan kata,
hamparan elektronik, dan pengolahan).
c) Informasi
Bentuk informasi yang sering digunakan dalam istilah teknologi
informasi diklasifikasikan dalam bentuk data, teks, suara, bunyi,
gambar, dan video, ataupun dalam bentuk digital dan bukan digital.
d) Pemrograman
Pemrogaman merupakan tata cara operasi, tata cara salinan dan
pemulihan, tata cara keamanan data dan tata cara pembangunan
sistem.
e) Manusia
Unsur manusia dikatakan yang paling penting terbagi atas kategori,
yaitu pengguna (novis, sederhana, pakar) dan profesional (pekerja
sistem informasi.
2) Komunikasi
Fasilitas komunikasi yang yang sering digunakan, diantaranya
adalah modem, multiplexer, concentrator, pemrosesan depan, bridge,
gateway, dan network card.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Mengetahui penggunaan (know-how)
Kemampuan dan kemanfaatan teknologi informasi akan
semakin terasa, apabila user sepenuhnya mengetahui apa, kapan, dan
bagaimana teknologi itu digunakan secara optimal. Selain itu, user
juga perlu mengetahui kapan menggunakan teknologi informasi untuk
menyelesaikan masalah dan mengeksploitasi peluang yang terbuka
luas.
f. Penggunaan Microsoft Power Point dan Video Berita dalam
Pembelajaran Menulis Argumentasi
Menurut Dr. Munir (dalam Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 111)
sekarang ini paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran
tradisional menuju pembelajaran berbasis pengembangan teknologi.
Pembelajaran kini tidak hanya menggunakan papan tulis saja. Pengajar
juga tidak hanya berceramah saja di depan kelas sambil menulis di papan
tulis, sementara peserta didiknya hanya duduk, mendengar dan mencatat.
Berbagai media hasil teknologi termasuk di dalamnya televisi, VCD,
DVD, dan komputer menjadi suatu kebutuhan penting dalam pembelajaran
karena kemampuanya.
Media ICT atau TIK yang dipakai dalam penelitian ini berupa
komputer dan LCD Proyektor, selain digunakan untuk menampilkan slide
power point juga untuk menampilkan video. Video menurut Daryanto
(2011: 79), merupakan bahan ajar non cetak yang kaya akan informasi dan
tuntas karena dapat dapat disampaikan ke hadapan siswa secara langsung.
Sehingga siswa akan merasa seperti berada disuatu tempat yang sama
dengan program yang ditayangkan video. Mereka dituntut untuk mampu
berkonsentrasi secara penuh selama acara berlangsung. Daya kemampuan
konsentrasi ini erat hubunganya dengan kemampuan untuk mengerti dan
memproduksi apa yang telah diamati. Siswa akan mendapat stimulus dari
video yang disaksikan. Hal ini menjadi penting untuk memproduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pendapat, gagasan yang diamatinya untuk dituangkan dalam tulisan
argumentasi.
Menurut Martiningsih (2011: 15), power point adalah software
yang sudah sangat familiar yang mana akan membuat siswa lebih mudah
menikmati pembelajaran yang menyenangkan, sehingga pada akhirnya
siswa dapat meningkatkan prestasi belajar. Daryanto (2011: 141), power
point merupakan sebuah program yang memiliki kemampuan sangat baik
dalam menyajikan sebuah materi presentasi dan sudah banyak digunakan
dalam dunia pembelajaran. Beberapa hal yang menjadi kelebihan program
ini ialah (1) penyajianya menarik karena ada permainan warna, huruf dan
animasi, (2) animasi teks maupun animasi gambar foto, (3) Lebih
merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan
ajar yang tersaji, (4) pesan informasi visual mudah dipahami peserta didik,
(5) tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang
sedang disajikan, (6) dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dan dapat
dipakai secara berulang-ulang, (7) dapat disimpan dalam bentuk optik
magnetik (CD/disket/flashdisk) sehingga praktis dibawa ke mana-mana.
Terkait dengan pembelajaran menulis argumentasi, penggunaan
media video diharapkan akan lebih memudahkan siswa dalam dalam
membuat karangan argumentasi. Selain itu, juga diharapkan dapat
merangsang siswa untuk menuliskan sebuah karangan dengan argumen-
argumen yang kuat secara baik dan benar. Hal ini dikarenakan
karakteristik dari video itu sendiri yang dapat menyajikan gambar
bergerak dan disertai suara, yang akan menarik minat siswa. Media video
dalam penelitian ini digunakan untuk memutar sebuah tayangan berita,
kemudian para siswa diminta membuat paragraf argumentasi berdasarkan
video yang ia lihat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ialah penelitian yang
dilakukan oleh Laili Kartikasari pada tahun 2008 yang berjudul “Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Keterampilan Menulis Argumentasi dengan Menggunakan Media VCD Berita
TV pada Siswa Kelas X SMK Batik”. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan penggunaan media, terutama video terhadap
kemampuan menulis argumentasi siswa.
Persamaan penelitian Laili Kartikasari dengan penelitian ini adalah
penelitian berlangsung selama dua siklus, mengambil subjek siswa kelas X
dengan salah satu variabel penelitian yang sama berupa kemampuan menulis
argumentasi. Perbedaannya adalah metode yang digunakan dan subjek penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Laili Kartikasari menggunakan media VCD berita
TV untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
argumentasi, sedangkan penelitian ini menggunakan model pembelajaran
kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT. Penelitian sebelumnya
mengambil subjek penelitian siswa kelas X SMK Batik , sedangkan subjek
penelitian saat ini adalah siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
Penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai penelitian yang relevan ialah
penelitian yang dilakukan oleh Fajar Mahendra. Penelitian itu berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Model Pembelajaran
Kontekstual pada Siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun
Ajaran 2010/2011. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang
signifikan dari permasalahan yang diteliti, yaitu model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fajar Mahendra adalah salah
satu variabel yang digunakan, yaitu kemampuan menulis deskripsi pada siswa
kelas IV SD sedangkan penelitian ini mengambil variabel kemampuan menulis
argumentasi pada siswa kelas X SMA. Untuk persamaan dalam penelitian ini,
yaitu sama-sama menggunakan model pembelakaran kontekstual dan berlangsung
dalam dua siklus penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan menulis narasi dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
Dalam penelitian ini juga menjadikan jurnal ilmiah menjadi sumber
penelitian yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Martiningsih yang
diterbitkan oleh Jurnal Teknodik Vol.XV, Nomor 1 Juni 2011. Penelitian tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
berjudul “Pengembangan Media Belajar Matematika dengan Pendekatan ICT”.
Hasil dari penelitian ini ialah bahwa media pembelajaran matematika melalui
pendekatan ICT ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap standar
kompetensi menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan
masalah.
Penelitian relevan terakhir yang dijadikan acuan ialah penelitian yang
berjudul “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Fisika
Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis ICT untuk Siswa Kelas XI SMA Batik
1 Surakarta” yang disusun oleh Anwar Fuadi Tahun 2011.
Persamaan penelitian ini dengan pebelitian yang dilakukan oleh Anwar
Fuadi, yaitu sama-sama menggunakan ICT dalam peningkatan kualitas proses dan
hasil pembelajaran dan juga berlangsung dalam dua siklus penelitian. Perbedaan
dengan penelitian Anwar Fuadi adalah salah satu variabel yang digunakan, yaitu
media ICT digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar
fisika kelas XI SMA; sedangkan penelitian ini menggunakan media ICT untuk
meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA.
Keempat penelitian di atas dikatakan relevan dengan penelitian penulis
karena dari keempat penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan model
pembelajaran kontekstual dan penggunaan media ICT dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses pemerolehan informasi
atau keterampilan. Keberhasilan dalam belajar berhubungan dengan cara
pengajaran dan seberapa besar minat siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran. Demikian pula dengan penggunaan metode dalam pembelajaran
juga mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Berkaitan dengan penelitian ini adalah hasil pembelajaran
keterampilan menulis siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
rendah. Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya keterampilan menulis
argumentasi pada siswa kelas X-3 di SMA Negeri 1 Ngemplak dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
beberapa faktor, yaitu: (1) siswa kurang tertarik pada pelajaran menulis
argumentasi; (2) guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa; (3) siswa
kesulitan dalam menentukan topik/tema serta mengemukakan argumen yang
mendukung untuk dikembangkan dalam tulisan argumentasi; dan (4) guru
kesulitan untuk menemukan teknik/metode/strategi yang tepat untuk mengajarkan
meteri argumentasi secara baik.
Pada dasarnya, menulis merupakan suatu keterampilan yang perlu
dipelajari dengan latihan-latihan yang banyak dan teratur atau secara rutin. Tanpa
pernah berlatih maka keterampilan menulis tidak akan berkembang walaupun
didukung dengan teori-teori yang memadai. Proses pembelajaran menulis perlu
dilaksanakan dengan memposisikan siswa sebagai subjek, dengan harapan
siswa dapat mengembangkan serta menuangkan ide-ide kreatifnya. Siswa akan
dapat merasakan adanya manfaat dan tertarik untuk mempelajarinya. Maka dari
itu perlu diterapkan pembelajaran menulis yang lebih memfungsikan siswa,
yakni pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran dengan model kontekstual ditambah dengan penggunaan
media ICT akan menciptakan suasana belajar dengan mengutamakan kerja
sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan bergairah, sharing
dengan teman, dan tidak membosankan, sehingga akan mendukung proses
belajar mengajar siswa keaktifan siswa akan terbangun dengan sendirinya.
Model pembelajaran kontekstual mengandung tujuh prinsip dalam
pelaksanaannya, yaitu kontruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), Pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Siswa dilatih untuk mengkontruksi dan menemukan sendiri pengetahuan dan
pengalaman secara langsung dan model yang dicontohkan guru, berkomunikasi
dalam kelompok, kemudian merefleksi pengetahuan yang diperoleh. Dengan
begitu diharapkan melalui prinsip-prinsip kontekstual yang diterapkan di dalam
kelas akan dapat mengembangkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa.
Dengan segala kelebihan yang dimiliki model pembelajaran kontekstual
dan penerapan media berbasis ICT dapat diduga bahwa penggunaan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT dapat
meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa.
Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
1. Siswa kurang tertarik pada pelajaranmenulis argumentasi.
2. Siswa kesulitan dalam menentukantopik/tema serta mengemukakanargumen yang mendukung untukdikembangkan dalam tulisanargumentasi.
1. Guru kesulitan dalammembangkitkan minat siswa.
2. Guru kesulitan untuk menemukanteknik/metode/strategi yang tepatuntuk mengajarkan materiargumentasi secara baik.
Lingkunganpembelajaran kurangkondusif dan kurangmaksimalnyapenggunaan mediaoleh guru.
Tindakan
Pembelajaran menulismenggunakan modelpembelajaran kontekstual denganmenerapkan media berbasis ICT
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Kondisi Akhir
1. Siswa menjadi tertarik pada pelajaranmenulis argumentasi.
2. Siswa bisa dalam menentukantopik/tema serta mengemukakanargumen yang mendukung untukdikembangkan dalam tulisanargumentasi.
1. Guru menemukan cara yangtepat untuk membangkitkan minatsiswa.
2. Guru untuk menemukanteknik/metode/strategi yang tepatuntuk mengajarkan materiargumentasi secara baik.
Lingkunganpembelajaran lebihkondusif danpenggunaan mediaoleh guru lebihmaksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
D. Hipotesis
Penggunakan model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan
media berbasis ICT dapat meningkatan kemampuan siswa kelas X-3 SMA Negeri
1 Ngemplak Boyolali dalam menulis argumentasi, sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran menulis argumentasi. Dengan demikian, dapat dirumuskan
hipotesis bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan
media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
menulis argumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali, yang beralamatkan di Desa Donohudan, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali. Berdekatan dengan fasilitas nasional dan internasional,
yaitu Asrama Haji Donohudan dan Bandara Internasional Adi Soemarmo atau
di sebelah selatan Kantor Kepala Desa Donohudan.
SMA Negeri 1 Ngemplak memiliki 18 kelas dengan 45 guru yang
terdiri dari kelas X, XI, XII. Sementara kelas yang akan dijadikan objek
penelitian adalah kelas X-3 yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 9 siswa
dan 26 siswi. Alasan pemilihan sekolah dan kelas X-3 ini sebagai tempat
penelitian adalah (1) kemampuan menulis siswa di kelas X-3 lebih rendah
dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain; (2) sekolah tersebut belum pernah
digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari
kemungkinan penelitian ulang; (3) peneliti sudah memiliki hubungan yang
cukup baik dengan guru-guru di sana, terutama guru-guru yang mengampu
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia; dan (4) peneliti sudah cukup
mengenal karakteristik guru dan cara mengajarnya.
2. Waktu Penelitian
Rencananya pelaksanaan penelitian ini direncanakan mulai dari
tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian ini akan dilaksanakan
selama 5 bulan, yaitu dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan
Juni 2012. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian
dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
NoKegiatan
WaktuFebruari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 51 Persiapan
survey awalsampaipenyusunanproposal
x x x x x
2 Menentukaninforman,menyiapkanperalatan daninstrument
x x x x x x x x x
3 Pengumpulandata
x x x x x x x x
4 Analisis data x x x x x5 Penyusunan
laporanx x x x x x x
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa dan guru Bahasa Indonesia SMA
Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2011/2012. Siswa yang dijadikan
subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 yang berjumlah 35 siswa dengan 9
siswa dan 26 siswi. Dengan demikian, kelas X-3 dijadikan sebagai setting kelas.
Sementara, guru Bahasa Indonesia yang dijadikan subjek penelitian ini adalah
Dra. Wiwin Windiari. Adapun objek penelitian ini adalah pembelajaran menulis
argumentasi di kelas X-3 di SMA Negeri 1 Ngemplak.
C. Bentuk Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Researh) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa maupun staff
sekolah lainya untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut
Suharsini Arikunto (dalam Sarwiji Suwandi, 2011b: 11), penelitian tindakan kelas
mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting
bagi peneliti.
Menurut Hopkin (dalam Sarwiji Suwandi, 2011b: 15), PTK memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiri on practice from
within);
2. usaha kolaboratif antara guru dengan dosen (an colaborative effort between
school teacher and teacher educators); dan
3. bersifat fleksibel (a reflective practice made public).
D. Data dan Sumber Data
Ada 3 sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian
dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi:
1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yakni
berbagai kegiatan pembelajaran menulis argumentasi yang berlangsung di
dalam kelas yang dialami oleh siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT.
2. Informan dan penelitian ini ada guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X-3
SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
3. Dokumen yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis argumentasi yang
terjadi, hasil tes siswa, buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, rencana
pembelajaran yang dibuat oleh guru dan peneliti, silabus yang ditentukan oleh
pihak sekolah hasil angket yang diisi oleh siswa, serta hasil wawancara yang
dilakukan kepada siswa maupun guru bahasa Indonesia.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam PTK menurut
Sarwiji Suwandi (2011b: 61), meliputi observasi/pengamatan, wawancara, kajian
dokumen, angket, dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
1. Observasi/pengamatan
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran
yang berlangsung di kelas dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan
sampai akhir tindakan. Dari hasil pengamatan ini dapat diketahui
perkembangan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas yang
dilakukan oleh guru dan siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu melalui
pengamatan terlibat (partisipant observation). Pengamatan terlibat
dilaksanakan untuk memperlancar seorang peneliti dalam memasuki setting
penelitian dan menghindari jawaban kaku informan dan tingkah laku yang
dibuat-buat oleh subjek peneliti. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
ini didiskusikan dengan guru pembimbing yang bersangkutan untuk dianalisis
bersama-sama sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan metode yang
diterapkan serta dapat dicarikan solusinya. Kelemahan-kelemahan yang terjadi
tersebut merupakan pedoman untuk menyusun kerangka tindakan selanjutnya.
Selain terhadap proses pembelajarannya, observasi juga terarah pada
guru dan siswa. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan
guru dalam mengelola kelas dan merangsang kreativitas siswa dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung, sedangkan observasi terhadap
siswa difokuskan pada keaktifan, kesungguhan dan sikap siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
2. Wawancara
Teknik ini akan digunakan untuk memperoleh data dari
informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi di dalam
kelas. Peneliti mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
kemampuan menulis argumentasi siswa. Wawancara dilakukan terhadap
siswa dan guru. Wawancara yang dilakukan mencoba mencari pangkal
permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam mengikuti proses
belajar mengajar di kelas, baik permasalahan yang ditimbulkan dari faktor
guru, siswa, ataupun faktor lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3. Kajian Dokumen
Teknik ini dilakukan dengan cara mengkaji dokumen yang ada, yaitu
hasil kerja siswa dalam kegiatan menulis argumentasi, rencana pembelajaran,
lembar hasil observasi, daftar nilai, serta hasil wawancara
4. Angket
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta
informasi untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan
data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak mungkin untuk
diwawancarai satu per satu. Angket dalam penelitian ini diterapkan ketika
survei awal dan pascasiklus pada siswa kelas X-3 yang berjumlah 35 orang.
Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui minat menulis siswa dan
pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru.
5. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil
yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian timdakan. Tes mengarang
diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan
atau kelemahan siswa dalam mengarang dan setiap akhir siklus untuk
mengetahui peningkatan mutu hasil karangan siswa.
F. Uji Validitas Data
Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik-teknik
sebagai berikut: triangulasi metode dan triangulasi sumber data.
1. Triangulasi metode, teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang
telah diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari kenyataan
di lapangan maupun wawancara. Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil
observasi dengan data yang berasal dari siswa yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara terstruktur. Data yang berasal dari guru diperoleh
melalui wawancara mendalam, yakni mengenai segala hal yang terjadi dan
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran menulis argumentasi di kelas
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Triangulasi sumber data, teknik ini mengarahkan peneliti agar di dalam
mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.
Sumber data dalam penelitian ini berupa hasil angket, hasil wawancara, nilai
hasil pekerjaan menulis argumentasi siswa, dan katercapaian indikator
penelitian tiap siklus.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar
yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Kriteria dalam teknik
ini berdasarkan kajian teoretis yang telah dipaparkan di depan. Hasil analisis
tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan
kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
Analisis data dilakukan secara bersama-sama antara guru dan peneliti,
sebab penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kerja sama antara peneliti
dengan guru. Analisis kritis terhadap keterampilan menulis argumentasi
mencakup ketepatan siswa dalam memilih topik dan menentukan tema yang
akan diangkat, dikembangkan dalam karangan, kesesuaian judul dengan isi
karangan, kesesuaian jenis karangan, aspek pemilihan kata, aspek kekritisan
argumen siswa, ketepatan ejaan dan tanda baca, aspek koherensi antarkalimat dan
kerapian bentuk tulisan.
H. Indikator Kerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2011: 66) Indikator kerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan
atau keefektifan penelitian. E. Mulyasa (2006: 209) berpendapat bahwa kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Proses pembelajaran
dikatakan berhasil jika setidaknya 75% peserta didik terlibat secara aktif, baik
secara fisik, mental, maupun sosial selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
juga harus menunjukkan minat tinggi terhadap pembelajaran. Dari 75% siswa
yang mengalami perubahan positif dan output yang bermutu tinggi.
Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi
pada siswa kelas X-3 dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
berbasis ICT. Dalam penelitian ini, proses pembelajaran diukur dari kegiatan
siswa selama mengikuti pembelajaran melalui indikator-indikator yang telah
ditentukan. Kegiatan siswa yang diamati meliputi keaktifan siswa selama
apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pelajaran, dan yang
terakhir minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Proses
pembelajaran dapat dikatakan berhasil bila terdapat setidaknya 75% siswa yang
masuk dalam kriteria baik dan amat baik pada setiap kegiatan yang diamati yang
diukur berdasarkan indikator yang sudah ditentukan. Dari segi hasil, pembelajaran
menulis argumentasi dikatakan berhasil jika setidaknya terdapat 75% siswa yang
memperoleh nilai minimal 73,00 sesuai dengan ketentuan kurikulum yang telah
ditentukan sekolah. Untuk lebih jelasnya tentang indikator keberhasilan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Keterangan Indikator Keberhasilan Pembelajaran MenulisArgumentasi
No. Aktivitas dalam PembelajaranPersentase
Siklus ISiklus
II
1.Siswa aktif selama apersepsi (indikator: kemauansiswa memberikan respons terhadap stimulus yangdiberikan guru pada saat apersepsi)
75%
2.
Siswa aktif dan memperhatikan saat mengikutipelajaran (indikator: memperhatikan atau fokusterhadap pelajaran, ikut merespons, aktifmengerjakan tugas)
75%
3.Siswa berminat dan memiliki motivasi saat kegiatanpembelajaran (indikator: semangat, antusias, danmenunjukkan kesungguhan)
75%
4.Siswa mampu menulis argumentasi dengan baik(ketuntasan hasil belajar dalam menulis argumentasimendapat nilai =73).
75%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, dan Supardi (2007:74). Prosedur penelitian ini mencakup tahap-
tahap: (1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007: 74)
PermasalahannPerencanaanTindakan I
Refleksi
PerencanaanTindakan II
Refleksi II
PelaksanaanTindakan I
Pengamatan/PengumpulanData I
PelaksanaanTindakan II
Pengamatan/PengumpulanData II
PermasalahanBaru hasil
refleksi
Siklus I
Siklus II
Apabilapermasalahan belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke siklusberikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti meminta izin untuk melakukan
penelitian di SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali. Peneliti mengajukan
surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh pihak dekanat disertai proposal
penelitian. Setelah peneliti mendapatkan izin dari kepala sekolah, peneliti
menemui guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk mempersiapkan kegiataan survei awal. Pada kegiatan ini, peneliti
dan guru mendiskusikan kelas yang akan digunakan untuk penelitian.
b. Survei Awal
Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran menulis
argumentasi, peneliti melakukan survei awal di kelas yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu kelas X-3 pada tahap ini, peneliti berusaha mengenali
kemampuan siswa dalam menulis argumentasi serta situasi dan kondisi
pembelajaran menulis argumentasi. Pengenalan tersebut dilakukan dengan
mengamati proses pembelajaran menulis argumentasi, memeriksa hasil
pekerjaan siswa berupa argumentasi serta memberikan angket
prapenelitian pada siswa. Pada tahap ini, peneliti juga melakukan
wawancara pada guru pengampu dan siswa mengenai pembelajaran
menulis argumentasi.
c. Pelaksanaan Siklus
Siklus yang direncanakan adalah dengan empat tahap pada tiap
siklusnya karena waktu yang diberikan oleh sekolah tidaklah lama.
Adapun beberapa tahap dalam siklus, di antaranya:
1) Perencanaan tindakan
Berdasar pada hasil identifikasi serta penetapan masalah dari
kegiatan observasi awal, wawancara serta angket, peneliti dan guru
sepakat menerapkan model pembelajaran kontekstual disertai pemakaian
media berbasis ICT dalam pembelajaran menulis argumentasi. Pada tahap
ini, peneliti beserta guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
yang menerapkan metode yang sudah ditentukan. Di samping itu, peneliti
menyiapkan perangkat yang diperlukan selama pembelajaran seperti kertas
HVS, dan perangkat yang diperlukan untuk observasi seperti lembar
observasi, angket, serta dokumentasi.
2) Pelaksanaan tindakan
Dilakukan dengan mengadakan pembelajaran menulis argumentasi
sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus I dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2x45 menit. Pelaksanaan
tindakan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap
perencanaan tindakan. Pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru kelas
sekaligus yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tahap ini
dilakukan bersamaan dengan tahap observasi.
3) Observasi
Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran menulis
argumentasi berlangsung. Observasi berupa kegiatan pemantauan,
pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan
pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi kemudian
diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan
yang dilakukan.
4) Analisis dan refleksi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah terkumpul
dari hasil observasi kemudian menyajikan pada guru pengampu. Dari hasil
analisis kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran, peneliti dan guru
berdiskusi menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan
pada siklus berikutnya. Dari tahap ini pula diketahui berhasil tidaknya
tindakan yang telah diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini diuraikan terlebih
dahulu mengenai kondisi awal (pra-tindakan) pembelajaran menulis argumentasi
siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali. Dengan demikian, pada bab
ini akan dikemukakan tentang: (1) kondisi awal proses pembelajaran serta
kemampuan menulis argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali; (2) pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian; dan (3) pembahasan hasil
penelitian. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari 4 tahapan, yakni: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi.
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra-Tindakan)
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
survei awal untuk mengetahui keadaan nyata pembelajaran menulis argumentasi
serta kemampuan awal siswa dalam menulis argumentasi. Kondisi awal ini
menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa saja yang akan dilakukan pada saat
pelaksanaan tindakan selanjutnya. Survei ini dilakukan dengan beberapa langkah
berikut: (1) observasi lapangan; (2) wawancara dengan guru dan siswa; dan (3)
angket.
Observasi ini dilakukan peneliti dengan melihat pembelajaran menulis
argumentasi di kelas X-3 pada hari Jumat, 13 April 2012 pukul 08.30 – 10.00
WIB. Pada saat observasi awal, guru melaksanakan proses belajar-mengajar
seperti biasa dan peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran serta aktivitas
siswa di dalam kelas. Segala kejadian yang terjadi pada saat survei awal peneliti
amati dalam lembar observasi. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan
duduk di tempat duduk paling belakang. Peneliti melakukan pengamatan terhadap
proses belajar mengajar serta aktivitas siswa dan guru. Setelah pembelajaran
selesai, peneliti melakukan wawancara terhadap Ibu Wiwin selaku guru bidang
studi dan beberapa siswa. Dari wawancara tersebut, diketahui bahwa ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
permasalahan dalam pembelajaran menulis argumentasi di kelas X-3 SMA Negeri
1 Ngemplak Boyolali.
Menurut guru, pembelajaran menulis argumentasi masih kurang
maksimal. Ada beberapa hal yang menyebabkannya, salah satunya disebabkan
keaktifan siswa yang masih kurang. Siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya
siswa tertentu, siswa lain cenderung diam dan pasif. Sebenarnya guru sudah
berusaha mengajak semua siswa aktif, tetapi masih kurang berhasil. Dari hasil
wawancara, guru menyatakan bahwa belum menemukan model pembelajaran
yang tepat diterapkan dalam pembelajaran menulis argumentasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa siswa yang
dilakukan pada hari sama, yaitu hari Jumat, 13 April 2012, diketahui bahwa dari
tiga siswa yang diwawancarai, semuanya menganggap pembelajaran menulis
argumentasi kurang begitu disukai. Siswa merasa malas untuk mengungkapkan
pendapatnya dalam sebuah tulisan. Apalagi dalam menulis argumentasi
dibutuhkan gagasan, pendapat serta ide-ide yang mendukung tulisan. Siswa
merasa kesulitan dalam menuliskan pendapatnya tersebut. Siswa juga bosan
dengan pembelajaran menulis yang seperti biasa. Hal semacam ini membuat siswa
merasa tambah jenuh. Fakta ini diperkuat dengan hasil angket pra-tindakan yang
dibagikan kepada siswa pada hari Sabtu, 14 April 2012. Pengisian angket oleh
siswa dilaksanakan pada saat pelajaran bimbingan konseling berlangsung. Dalam
hal ini, peneliti meminta waktu sebentar kepada guru yang bersangkutan untuk
melaksanakan tindakan angket.
Berdasarkan hasil angket dapat diketahui sejumlah data yang menyatakan
siswa tidak menyukai atau kurang begitu suka menulis argumentasi sejumlah 23
siswa (65%). Terdapat sejumlah 25 siswa (71% ) yang menyatakan kurang paham
dengan penjelasan guru. Selain itu, 22 siswa (62%) menyatakan tidak menyukai
cara mengajar guru. Berdasarkan hasil angket dapat diketahui bahwa terdapat
kendala dalam pembelajaran menulis siswa. Siswa mengalami kesulitan dalam
menulis argumentasi karena belum bisa memahami penjelasan yang diberikan
oleh guru. Mereka menyatakan bahwa guru menyampaikan materi dengan metode
yang kurang bisa membuat siswa berminat terhadap pembelajaran menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
argumentasi. Metode ceramah yang digunakan guru cenderung membuat siswa
bosan.
Berdasarkan pretes yang dilakukan pada saat pra-tindakan, didapatkan
data bahwa kemampuan menulis argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari perolehan
nilai menulis argumentasi. Siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan belajar,
yaitu siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 73 adalah sekitar
17 siswa (51%), sedangkan sekitar 16 siswa (49%) lainnya belum mencapai batas
ketuntasan sekolah. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 76 sebanyak 2
siswa dan nilai terendah sebesar 56 sebanyak 1 siswa. Atas dasar hasil perolehan
nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam menulis
argumentasi masih tergolong rendah.
Dari kegiatan wawancara dengan guru bidang studi bahasa dan sastra
Indonesia yang menjadi patner dalam penelitian ini, serta dari observasi peneliti
terhadap kegiatan belajar-mengajar di kelas yang dilaksanakan oleh guru yang
bersangkutan, diketahui bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh:
1. Siswa terlihat tidak tertarik pada pelajaran menulis argumentasi
Dalam kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
siswa dan guru, terungkap bahwa siswa tidak tertarik pada pelajaran menulis.
Menurut siswa pelajaran menulis itu sulit dan membosankan, terutama
menulis argumentasi. Menurut keterangan dari guru, siswa tidak tertarik
dengan pelajaran menulis karena metode ceramah yang diterapkan oleh guru
selama ini membuat siswa menjadi bosan selain itu juga meteri menulis
argumentasi yang terlalu memberatkan bagi siswa.
Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan peneliti dalam kelas, yaitu
pada saat pembelajaran menulis berlangsung, sebagian besar siswa tampak
kurang bersemangat mengikuti pembelajaran menulis. Hal ini dapat diketahui
dari kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh guru tidak diiringi respons yang
baik oleh siswa. Dengan kata lain, banyak siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru tentang materi menulis yang diberikan. Berdasarkan hasil
pengamatan, siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
“sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa memberikan
respons terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi sebanyak
19 siswa (58%), sedangkan 14 anak (42%) lainnya masuk dalam kriteria
kurang.
Sementara siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti
pelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta
diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons
(baik menjawab, bertanya, menanggapi, bekerja secara kelompok,
mengkonstruksi, menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas) sebanyak
19 siswa (58%), sedangkan 14 siswa (42%) lainnya tampak berbicara dengan
siswa lain, kurang memperhatikan guru, kurang merespons guru, dan
melakukan aktivitas lain (seperti berbicara dengan teman sebangku). Hal ini
didasarkan pada hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung. Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti
pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta
diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan, dan semangat dalam
mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebesar 17 siswa
(52%), sedangkan 16 siswa (48% ) lainnya tampak kurang sungguh-sungguh
dan antusias.
2. Guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa
Dalam setiap pembelajaran menulis argumentasi yang dilaksanakan,
siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias. Siswa
terlihat bosan dan tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada pelajaran. Saat
disuruh membuat tulisan argumentasi kebanyakan siswa mengeluh terlalu sulit
dan malas serta kesulitan membedakan mana bentuk tulisan argumentasi,
narasi, deskripsi, eksposisi, dan persuasi. Guru sudah mencoba
membangkitkan minat siswa dengan memberi pendekatan secara langsung
baik melalui tugas membuat tulisan argumentasi serta menegur langsung
siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Namun, cara ini belum mampu
membangkitkan minat siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3. Siswa kesulitan dalam menentukan topik/tema serta argumen-argumen yang
mendukung untuk dikembangkan dalam tulisan argumentasi
Dalam kegiatan menulis argumentasi kebanyakan siswa masih
mengalami kesulitan untuk memulai kegiatan menulis. Hal ini dapat
dibuktikan dari topik yang di angkat, serta judul tulisan yang belum sesuai
dengan jenis tulisan argumentasi. Selain itu juga argumen yang disajikan
kurang mendukung tulisan. Setelah dilihat dari hasil tes tertulis siswa maupun
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru setelah membahas materi
pelajaran ternyata sebagian besar siswa masih mengungkapkan jawaban yang
belum tepat.
Berdasarkan hasil pretes yang dilakukan pada saat survei awal terlihat
bahwa hanya sekitar 17 siswa dari keseluruhan siswa 33 siswa (52%) yang
telah mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan, yakni 73; sedangkan sisanya
masih mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan. Dari hasil pekerjaan siswa
tersebut diketahui bahwa kekurangan siswa dalam menulis argumentasi
terletak pada kurang mampunya siswa menuangkan pendapat mereka.
4. Siswa kesulitan dalam Pemilihan Kata dan Menggunakan Ejaan serta Tanda
Baca
Sebagian besar siswa belum mampu memilih kata dan menggunakan
ejaan yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan nilai pada aspek
kosakata dan mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan) menunjukkan
hasil yang tidak memuaskan bahkan dapat dikatakan tergolong rendah.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, sebagian besar siswa belum
menggunakan kosa kata yang bervariasi. Dalam hal ini, penguasaan kosa kata
siswa terbatas. Sebagian besar siswa masih melakukan kesalahan dalam
menggunakan ejaan dan tanda baca seperti penulisan huruf kapital,
penempatan tanda koma, tanda titik dan tanda baca lainnya. Contoh penulisan
kata depan yang harusnya “di depan” namun ditulis “didepan”. Kemubaziran
kata, yang seharusnya ditulis “sangat cukup/amat cukup”, namun ditulis “amat
sangat cukup”. Penulisan kata “yang” namun ditulis dengan “yg”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
5. Guru kesulitan menemukan teknik yang tepat untuk mengajarkan materi
menulis argumentasi secara lebih baik
Selama ini dalam mengajarkan materi menulis argumentasi pada
siswa guru menggunakan metode ceramah. Pada awal kegiatan belajar-
mengajar, guru menerapkan mengenai pengertian menulis argumentasi sambil
memberi pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai tulisan argumentasi.
Kemudian guru mengajarkan kepada siswa tentang langkah-langkah
bagaimana menulis argumentasi, bagaimana membedakan tulisan narasi,
argumentasi, deskripsi, eksposisi, dan persuasi. Setelah itu, siswa diminta
untuk langsung membuat tulisan argumentasi sesuai dengan penjelasan yang
telah guru sampaikan. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat
tulisan argumentasi yang baik, terbukti hasil pekerjaan menulis argumentasi
yang telah siswa kerjakan tidak begitu baik. Siswa kesulitan dalam
menentukan tema dan topik dalam menulis dan siswa kesulitan dalam mencari
argumen yang mendukung untuk dikembangkan dalam tulisan argumentasi.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa menginginkan langkah-langkah
menulis argumentasi yang mudah disertai media pembelajaran yang menarik.
Berdasarkan hasil tes survei awal, hasil pembelajaran menulis
argumentasi pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun
2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Survei Awal Siswa Kelas X-3SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012
No Nama SiswaAspek Penilaian
Nilai Ket.I II III IV V
1. Agung Apri P 16 13 12 13 2 56 Belum tuntas2. Aisah Uswatun K 21 17 16 15 4 73 Tuntas3. Anis Nur Laili 20 16 15 17 2 70 Belum tuntas4. Ari Wahyu S. 18 13 14 12 3 60 Belum tuntas5. Danang Pratama 16 14 13 15 2 59 Belum tuntas6. Dhebi Oftafiani 21 16 16 17 4 74 Tuntas7. Dwi Antasari 17 12 13 14 3 59 Belum tuntas8. Elen Rio E 15 15 13 12 2 57 Belum tuntas9. Elita Yuniar 21 17 16 15 4 73 Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
10. Endah K 20 16 17 17 4 74 Tuntas11. Endah W 21 17 15 16 4 73 Tuntas12. Eni Purwanti 15 14 13 13 3 58 Belum tuntas13. Erfani Permata S 16 15 13 12 3 59 Belum tuntas14. Fitri Rahayu 20 14 19 18 4 75 Tuntas15. Hufa Indracahya 16 15 13 14 3 63 Belum tuntas16. Ika Novi Susanti 22 17 17 16 4 76 Tuntas17. Isnaini L.N 20 17 16 16 4 73 Tuntas18. Muh Aji Sholeh 21 16 15 14 3 69 Belum tuntas19. Muh Chaerudin 19 16 14 14 3 66 Belum tuntas20. Muh Irwan S.N 23 16 16 16 3 74 Tuntas21. Noviana W 18 15 13 14 2 62 Belum tuntas22. Nuha M 23 17 15 16 3 74 Tuntas23. Rani Kiki A 23 16 15 17 4 75 Tuntas24. Sevi Avianingsih 22 16 15 17 3 73 Tuntas25. Senopati S.P 21 16 17 16 3 73 Tuntas26. Siska Rini Pl 17 13 14 15 3 62 Belum tuntas27. Sri Lestari 22 17 16 17 4 74 Tuntas28. Sri Wahyuni − − − − − − −29. Tria Miftaqul J 19 16 11 15 3 64 Belum tuntas30. Umi Hanifah 18 15 15 17 3 68 Belum tuntas31. Utik Lestari 18 14 16 15 3 66 Belum tuntas32. Widoningsih S 22 15 15 17 4 73 Tuntas33. Windhy Erizha M − − − − − − −34. Yayan Dwi S 21 17 15 17 4 74 Tuntas35. Yurika Prastiana 20 17 17 17 4 75 TuntasTOTAL 2254 ≤ 73 = 16 siswaRATA-RATA 68,30 ≥ 73 = 17 siswa
Keterangan I : Isi
II : Organisasi
III : Kosakata
IV : Penguasaan Bahasa
V : Mekanik
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dikemukakan bahwa ada dua hal
pokok yang perlu diperbaiki, yaitu kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran
menulis argumentasi. Implikasinya perlu dilakukan suatu tindakan yang dapat
memperbaiki dua hal tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Berangkat dari hasil pengamatan peneliti pada survei awal, perlu
dilakukan suatu tindakan yang dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran
menulis argumentasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap yang berkesinambungan dan terpadu, yaitu: perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan
refleksi.
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan ini dilaksanakan di ruang guru SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali pada hari Senin tanggal 23 April 2012, guru mata
pelajaran yang bersangkutan dan peneliti mendiskusikan rencana tindakan
yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Dari hasil analisis,
seperti yang telah kemukakan pada deskripsi pra-tindakan bahwa
kemampuan menulis argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 1
Ngemplak masih rendah.
Peneliti akhirnya melakukan sharing idea lagi dengan guru, dari
kegiatan ini diperoleh hasil sebagai berikut: (1) peneliti menyamakan
persepsi dengan guru mengenai penelitian yang akan dilakukan; (2)
peneliti mengusulkan penggunaan media dalam pembelajaran menulis
argumentasi, media yang diusulkan peneliti adalah penayangan video
pembacaan berita melalui LCD proyektor. Selain itu, disepakati pula
penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis yang
diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa; (3) Peneliti dan guru
bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
keterampilan menulis argumentasi siklus I; (4) menentukan indikator
pencapaian tujuan; (5) membuat lembar penilaian siswa yakni instrumen
penelitian berupa tes dan non-tes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan
siswa dalam menulis argumentasi. Instrumen non-tes dinilai berdasarkan
pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
keefektifan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung;
(6) menentukan jadwal penelitian selanjutnya.
Kemudian, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Adapun pelaksanaannya
dilakukan pada hari Jumat, 27 April 2012 dan Jumat, 4 Mei 2012 di ruang
kelas X-3.
Urutan tindakan yang dilaksanakan dalam siklus I ini adalah
sebagai berikut:
1) Guru mengondisikan kelas;
2) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai;
3) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan bertanya jawab
tentang pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari dan dikaitkan
dengan materi menulis argumentasi (questioning);
4) Guru memberikan pertanyaan pancingan yang terkait dengan paragraf
argumentasi (questioning);
5) Guru menstimulus siswa dengan member materi yang berkaitan
dengan ciri-ciri, teknik penulisan, dan langkah-langkah menulis
argmentasi dengan memanfaatkan aplikasi powerpoint yang
ditampilkan dengan LCD proyektor (contruktivisme dan modeling);
6) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok (learning community);
7) Guru memutarkan video berita melalui LCD proyektor;
8) Siswa secara berkelompok mendaftar pendapat, argumen-argumen,
serta solusi dan membuat kerangka karangan (learning community dan
inquiry);
9) Secara acak guru menyuruh siswa untuk membacakan hasil diskusi
(modeling);
10) Siswa berkelompok menyusun kerangka karangan menjadi paragraf
argumentasi (learning community);
11) Guru menugaskan siswa secara individu untuk menulis argumentasi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
12) Siswa melaporkan hasil pekerjaan, guru melakukan koreksi kepada
pekerjaan siswa yang dilanjutkan dengan pembahasan (authentic
assessment);
13) Guru menyimpulkan pembelajaran dan siswa diberi kesempatan untuk
bertanya (reflection); dan
14) Guru menutup pembelajaran.
Urutan kegiatan tersebut merupakan urutan kegiatan proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam mengajarkan
keterampilan menulis argumentasi tindakan penelitian siklus I. Dalam
siklus I disepakati terjadi dua kali pertemuan.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Seperti rencana sebelumnya, pelaksanaan tindakan I ini
berlangsung selama dua kali pertemuan 4 jam pelajaran (4x45 menit),
yaitu pada Jumat, 27 April 2012 dan Jumat, 4 Mei 2012. Tindakan
dilaksanakan di dalam kelas X-3 sendiri, yang kebetulan sudah dilengkapi
dengan media LCD proyektor. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan
skenario dan RPP yang telah didiskusikan antara guru dan peneliti. Dalam
tahap ini guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai
partisipan pasif. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai pengamat yang
berada di belakang ruang kelas untuk mengamati jalannya pembelajaran.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Jumat, 27 April 2012
pada jam ketiga dan keempat, yaitu pukul 08.30-10.00 WIB. Indikator
yang diharapkan dapat dicapai dalam pertemuan ini, antara lain: siswa
mampu, mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan
menjadi paragraf argumentasi, menyusun kerangka paragraf
argumentasi, mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi
paragraf argumentasi, menggunakan kata penghubung antarkalimat
(oleh karena itu, dengan demikian, oleh sebab itu, dll.) dalam paragraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
argumentasi secara berkelompok. Media penunjang yang digunakan
pembelajaran ini adalah menggunakan media slide power point dan
juga menampilkan video berita.
Secara rinci, urutan yang dilakukan guru dalam tindakan
siklus I pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:
a) Guru memberi salam, dan berdoa sebelum belajar. Guru
mempersilakan siswa untuk mempersiapkan diri dalam
pembelajaran;
b) Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator yang harus dicapai;
c) Guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman siswa dalam
kegiatan sehari-hari dan dikaitkan dengan materi menulis
argumentasi, misalnya: pengalaman siswa yang berhubungan
dengan hewan piaraan (questioning);
d) Guru memberikan pertanyaan pancingan yang terkait dengan
paragraf argumentasi (questioning);
e) Peserta didik distimulus berupa pemberian materi tentang ciri-ciri,
teknik penulisan, dan langkah-langkah penyusunan paragraf
argumentasi yang diambil dari buku bse pegangan siswa dan buku
penunjang lain yang ditayangkan melalui LCD proyektor dengan
memanfaatkan aplikasi powerpoint (contructivisme dan
modelling);
f) Guru membagi siswa menjadi sembilan kelompok untuk berdiskusi
membuat sebuah karangan argumentasi (learning community);
g) Peserta didik mendengarkan/melihat rekaman video berita yang
berjudul “Jembatan Putus” yang diambil dari Metro Pagi sambil
mendaftar pendapat, argumen-argumen dan membuat kerangka
karangan (inquiry);
h) Siswa menyusun paragraf argumentasi secara berkelompok.
(learning community);
i) Tiap-tiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
mewakili membacakan hasil pekerjaan (modelling);
j) Siswa melaporkan hasil pekerjaanya, guru melakukan koreksi
kepada pekerjaan siswa yang dilanjutkan dengan pembahasan
(authentic assesment);
k) Membacakan rangkuman sebagai penguatan;
l) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi yang telah
disampaikan;
m) Guru menanyakan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis
argumentasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan
menerapkan pembelajaran berbasis ICT (reflection); dan
n) Guru memberi salam.
2) Pertemuan Kedua
Pembelajaran menulis argumentasi dilanjutkan pada pertemuan
kedua. Pelaksanaan tindakan I untuk pertemuan kedua tersebut dilaksanakan
pada hari Jumat, 4 Mei 2012 selama dua jam pelajaran, yaitu 08.30-10.00WIB.
Pada pertemuan ini materi yang dipelajari adalah siswa dapat menulis
paragraf argumentasi secara individu. Pembelajaran dilaksanakan
dengan menerapkan pendekatan kontekstual dengan menerapkan media
berbasis ICT. Media yang digunakan sama dengan pertemuan pertama,
yaitu dengan bantuan LCD proyektor. Secara rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Guru memberi salam, dan berdoa sebelum belajar;
b) Guru mempersilakan siswa untuk mempersiapkan diri dalam
pembelajaran;
c) Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang kemarin
dibahas;
d) Guru kembali mengingatkan peserta didik tentang materi yang
kemarin seputar ciri-ciri, teknik penulisan, dan langkah-langkah
penyusunan paragraf argumentasi yang diambil dari buku BSE
pegangan siswa dan buku penunjang lain yang ditayangkan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
LCD proyektor dengan memanfaatkan aplikasi powerpoint
(contructivisme dan modelling);
e) Peserta didik kembali mendengarkan/melihat rekaman video berita
yang berjudul “Siomay-Batagor Berbalut Pemicu Kangker” yang
diambil dari reportase investigasi Trans TV (inquiry);
f) Siswa mendaftar pendapat, argumen-argumen dan membuat
kerangka karangan argumentasi;
g) Secara acak, guru menyuruh siswa untuk membacakan kerangka
karangan yang telah dibuat dan guru melakukan koreksi;
h) Guru menyuruh siswa untuk menulis tulisan argumentasi
berdasarkan kerangka yang telah dbuat sebelumnya;
i) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi yang telah
disampaikan;
j) Guru menanyakan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis
argumentasi hari ini (reflection); dan
k) Guru memberi salam.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas X-3
dengan materi keterampilan menulis argumentasi. Pada awal pelajaran
pertemuan pertama, guru menerangkan mengenai pengertian tulisan
argumentasi, macam-macam ragam tulisan (narasi, deskripsi, eksposisi,
persuasi), bagaimana mengumpulkan gagasan serta pendapat untuk tulisan
argumentasi, serta langkah-langkah bagaimana menulis argumentasi yang
baik dan benar, guru menampilkan video berita dengan menggunakan
LCD dengan judul “Jembatan Putus”. Siswa diajak mendaftar pendapat,
argumen-argumen dan membuat kerangka karangan pendapat dari video
yang ditampilkan secara berkelompok. Setelah itu, siswa diminta untuk
membuat tulisan argumentasi secara berkelompok lalu dikumpulkan.
Pertemuan kedua, guru membagikan hasil tulisan argumentasi
yang telah dinilai, kemudian mengajak siswa untuk bersama-sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
menganalisis kekurangan serta kesalahan dalam membuat tulisan
argumentasi. Setelah siswa mengetahui apa saja kekurangan maka guru
kembali mengingatkan siswa tentang materi. Setelah itu, siswa diajak
untuk melihat kembali video berita. Namun kali ini judulnya berbeda
dengan pertemuan sebelumnya, yaitu tentang “Siomay-Batagor Berbalut
Pemicu Kangker”. Sama seperti pertemuan sebelumnya, pada pertemuan
kali ini siswa juga ditugasi untuk mendaftar pendapat, argumen-argumen
dan membuat kerangka karangan yang dilanjutkan dengan menulis
argumentasi namun secara individu. Sementara itu, peneliti mengadakan
obsevasi sebagai pertisipan pasif terhadap kegiatan pembelajaran yang
dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi di kursi paling belakang.
Dari kegiatan tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya
proses belajar-mengajar (KBM) bahasa dan sastra Indonesia yang secara
garis besar adalah sebagai berikut.
1) Sebelum mengajar, guru telah membuat rencana pembelajaran yang
akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar.
2) Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung selama 2 kali pertemuan,
diikuti oleh siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali. Pada
pertemuan pertama, semua siswa hadir. Pada pertemuan kedua diikuti
oleh 34 siswa.
3) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran keterampilan
menulis argumentasi dengan benar, yaitu dengan cara konseptual.
Artinya, guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan
terencana. Pada awal pembelajaran, guru dengan jelas mengemukakan
apa yang akan diajarkan hari itu kapada siswa, yaitu bagaimana
membuat tulisan argumnetasi. Sebelum menyuruh siswa membuat
tulisan argumentasi, guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai
pengertian tulisan argumentasi dan langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menyusun tulisan argumentasi. Guru juga
menjelaskan sedikit mengenai bentuk atau ragam tulisan selain
argumentasi, seperti narasi, persuasi, eksposisi, dan deskripsi sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
nantinya siswa dapat membedakan mana bentuk tulisan argumentasi
dengan tulisan selain argumentasi.
4) Ketika guru menyampaikan materi, beberapa siswa tampak masih
kurang berminat, malas, dan beraktivitas sendiri. Akan tetapi, sebagian
besar siswa tampak antusias mengikuti pelajaran.
5) Pemanfaatan waktu kurang efektif hal ini disebabkan karena guru
terlalu sering mengajak siswa untuk bercanda, sehingga alokasi waktu
kurang begitu efektif yang berakibat tidak semua kelompok mendapat
waktu presentasi.
6) Kelemahan dan kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus I ini
dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:
a) Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu sebagai berikut:
(1) Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
(2) Hanya beberapa siswa yang mau menjelaskan pengertian
tulisan argumentasi secara sukarela. Sebagian besar siswa mau
menjelaskan setelah siswa tersebut ditunjuk oleh guru secara
acak.
(3) Saat mengerjakan tugas kelompok masih ada siswa yang
belum bisa membaur dan masih ada siswa yang becanda
dengan temannya.
(4) Ketika salah seorang siswa maju mempresentasikan hasil
diskusi ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan dan
masih jarang yang memberikan solusi atau komentar.
(5) Pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam
membuat tulisan argumentasi, terbukti saat mengerjakan tulisan
argumentasi ada beberapa siswa yang kurang percaya diri dan
masih bertanya-tanya kepada teman sebangku dan lain bangku.
(6) Siswa masih kesulitan dalam menyesuaikan judul dengan
pembahasan yang ada di dalam tulisan argumentasinya. Jadi
tulisan kurang menyasar pada pokok permasalahan (belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
sepenuhnya tepat). Hasil tulisan siswa dapat diidentifikasi
sebagai berikut: kurang kesesuainnya judul dengan isi tulisan,
kurangnya perbendaharaan kosakata sehingga banyak
penggunaan kata yang diulang-ulang dalam satu paragraf, dan
teknik menulis kurang dikuasai, seperti penulisan huruf besar,
tanda baca, ejaan dan lain sebagainnya.
b) Kelemahan yang ditemukan dari guru, antara lain:
(1) Guru kurang memberikan bimbingan ketika siswa berdiskusi
dalam kelompok. Guru hanya sesekali berkeliling ketika
menilai siswa.
(2) Posisi guru lebih banyak berada di depan kelas, sehingga
kurang berinteraksi dengan siswa dan tidak maksimal
memonitor keadaan siswa yang duduk di belakang dan
samping.
(3) Guru belum banyak memberikan balikan atau penguatan pada
hasil pekerjaan siswa. Adanya penguatan dari guru dirasa
penting karena melalui hal tersebut siswa dapat mengetahui
kekurangan yang ada pada hasil pekerjaan siswa.
7) Peningkatan kualitas hasil dan proses pembelajaran menulis
argumentasi tampak dari indikator berikut ini:
a) Siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria
“sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa
memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru pada
saat apersepsi sebanyak 26 siswa (76%), sedangka 8 siswa (24%)
lainnya masuk dalam kriteria kurang.
b) Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang
dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori
oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons
(baik menjawab, bertanya, menanggapi, bekerja secara kelompok,
mengkonstruksi, menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas)
sebanyak 24 siswa (71%), sedangkan 10 siswa (29%) lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tampak berbicara dengan siswa lain, kurang memperhatikan guru,
kurang merespons guru, dan melakukan aktivitas lain (seperti
berbicara dengan teman sebangku). Hal ini didasarkan pada hasil
observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti
pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan
baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusianan,
dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat
kegiatan pembelajaran sebesar 23 siswa (68%), sedangkan 11
siswa (32%) tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias.
d) Siswa yang sudah dapat menulis argumentasi dengan baik dan
telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 23 siswa (68%),
sedangkan 11 siswa (32%) belum tuntas karena masih
mendapatkan nilai di bawah 73.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa
kualitas pembelajaran menulis argumentasi siklus I ini (proses dan hasil)
telah menunjukkan peningkatan dari kondisi awal (pra-tindakan).
Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan dari pelaksanaan
tindakan siklus I ini bersumber dari siswa, guru. Selanjutnya, untuk
memperbaiki beberapa kekurangan yang ada pada siklus I ini, guru dan
peneliti akan mengadakan langkah-langkah perbaikan sebagai berikut:
1) Guru tidak hanya di depan kelas saat memberikan penjelasan kepada
siswa. Guru juga harus memonitor siswa yang berada di kursi bagian
belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar
sekaligus melakukan pendekatan kepada siswa yang masih merasa
kurang paham.
2) Guru memantau diskusi siswa pada setiap kelompok sehingga dapat
menegur siswa yang kurang aktif.
3) Guru harus lebih tegas dalam mengelola waktu .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
4) Agar siswa menjadi tertarik dengan pembelajaran menulis
argumentasi, guru harus pandai dalam memanfaatkan media dalam
pembelajaran menulis argumantasi.
5) Untuk mendorong siswa sukarela mau mengemukakan komentar,
tanggapan, menjawab pertanyaan, dan menulis argumentasi dengan
baik dan tepat sebaiknya guru memberikan reward kepada siswa,
misalnya berupa pujian seperti: bagus sekali, baik sekali, tepat sekali,
bisa juga hadiah kepada siswa.
6) Dalam meningkatkan keterampilan menulis, guru bersama-sama siswa
selalu melakukan analisis untuk memperbaiki hasil tulisan.
7) Guru harus memberi ruang bagi siswa untuk terlibat lebih banyak
dalam kegiatan pembelajaran.
8) Siswa perlu diberi tambahan pengetahuan tentang ejaan yang
disempurnakan (EYD).
Berdasar hasil tes siklus I pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali diketahui bahwa nilai rata-rata kelas dalam menulis
argumentasi pada siklus I mengalami peningkatan yang cukup baik
dibandingkan nilai rata-rata pada saat survei awal, yaitu 68,30 menjadi
74,20 naik 6 poin. Nilai tertinggi pada siklus ini adalah 79 sedangkan nilai
terendah adalah 67. Adapun perolehan nilai menulis argumentasi siswa
pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus I Siswa Kelas X-3 SMANegeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012
No Nama SiswaAspek Penilaian
Nilai KetI II III IV V
1. Agung Apri P 20 16 14 15 3 68 Belum tuntas2. Aisah Uswatun K 22 18 16 17 4 77 Tuntas3. Anis Nur Laili 20 16 17 17 4 74 Tuntas4. Ari Wahyu S. 19 14 16 15 3 67 Belum tuntas5. Danang Pratama 19 16 15 15 4 69 Belum tuntas6. Dhebi Oftafiani 23 17 17 19 4 79 Tuntas7. Dwi Antasari 20 16 14 15 3 68 Belum tuntas8. Elen Rio E 19 16 14 14 3 66 Belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
9. Elita Yuniar 21 17 17 17 4 75 Tuntas10. Endah K 21 17 17 19 4 78 Tuntas11. Endah W 20 18 16 18 4 76 Tuntas12. Eni Purwanti 19 16 15 15 4 69 Belum tuntas13. Erfani Permata S 20 16 14 15 4 68 Belum tuntas14. Fitri Rahayu 20 18 18 17 3 76 Tuntas15. Hufa Indracahya 20 18 18 15 3 73 Tuntas16. Ika Novi Susanti 22 18 18 17 4 79 Tuntas17. Isnaini L.N 21 17 18 19 4 79 Tuntas18. Muh Aji Sholeh 22 17 15 15 3 72 Belum tuntas19. Muh Chaerudin 21 17 15 17 4 74 Tuntas20. Muh Irwan S.N 22 18 16 17 3 76 Tuntas21. Noviana W 21 17 17 19 4 78 Tuntas22. Nuha M 22 18 17 17 4 78 Tuntas23. Rani Kiki A 22 18 18 17 4 79 Tuntas24. Sevi Avianingsih 23 16 17 15 3 74 Tuntas25. Senopati S.P 22 16 17 17 3 75 Tuntas26. Siska Rini Pl 20 16 15 16 3 70 Belum tuntas27. Sri Lestari 22 15 16 19 4 76 Tuntas28. Sri Wahyuni 19 16 17 18 4 75 Tuntas29. Tria Miftaqul J 20 17 15 15 4 70 Belum tuntas30. Umi Hanifah − − − − − − −31. Utik Lestari 20 17 15 15 3 70 Belum tuntas32. Widoningsih S 22 15 18 18 4 77 Tuntas33. Windhy Erizha M 20 17 17 16 4 74 Tuntas34. Yayan Dwi S 22 18 17 18 4 79 Tuntas35. Yurika Prastiana 21 17 18 18 4 78 TuntasTOTAL 2532 ≤ 73 = 23RATA-RATA 74,20 ≥ 73 = 11
Keterangan I : Isi
II : Organisasi
III : Kosakata
IV : Penguasaan Bahasa
V : Mekanik
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Bertolak dari hasil analisis dan refleksi tindakan siklus I maka
perlu diadakan siklus II karena tujuan dari penelitian belum tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Peneliti bersama dengan guru yang bersangkutan mengadakan diskusi di
ruang guru SMA Negeri 1 Ngemplak pada tanggal 7 Mei 2012. Pada
diskusi tersebut, peneliti mengemukakan analisis hasil observasi dan
refleksi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I.
Peneliti menyampaikan kelemahan selama berlangsungnya proses
pembelajaran siklus I.
Dalam diskusi tersebut akhirnya disepakati bahwa untuk
mengatasi kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya, antara lain:
1) Guru harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru tidak hanya
di depan kelas saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga
harus memonitor siswa yang berada di kursi bagian belakang, agar
mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar-mengajar sekaligus
melakukan pendekatan kepada siswa yang masih merasa kurang
paham;
2) Guru harus memantau diskusi siswa pada setiap kelompok sehingga
dapat menegur siswa yang kurang aktif;
3) Guru harus lebih tegas dalam mengelola waktu;
4) Guru harus pandai dalam memanfaatkan media dalam pembelajaran
menulis argumantasi, agar siswa menjadi tertarik dengan pembelajaran
menulis argumentasi;
5) Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa, misalnya berupa
pujian seperti: bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bisa juga hadiah
kepada siswa, yang dimaksudkan ntuk mendorong siswa sukarela mau
mengemukakan komentar, tanggapan, menjawab pertanyaan, dan
menulis argumentasi dengan baik dan tepat;
6) Dalam meningkatkan keterampilan menulis, guru bersama-sama siswa
selalu melakukan analisis untuk memperbaiki hasil tulisan;
7) Duru harus memberi ruang bagi siswa untuk terlibat lebih banyak
dalam kegiatan pembelajaran; dan
8) Siswa perlu diberi tambahan pengetahuan tentang ejaan yang
disempurnakan (EYD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Selain beberapa hal di atas, disepakati pula bahwa tindakan pada
siklus II akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan (4x 45 menit),
yakni hari Selasa 15 Mei 2012 dan Selasa 22 Mei 2012. Pada dasarnya
langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan pada siklus II ini sama
seperti langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan pada siklus I.
Namun, pada siklus II ini terdapat tambahan prosedur pembelajaran
sebagai upaya perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I.
Adapun urutan tindakan yang direncanakan akan diterapkan
dalam siklus II adalah sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasic
ICT, yaitu sebagai berikut:
a) Guru memberi salam dan berdoa sebelum belajar;
b) Guru mempersilakan siswa untuk. Mempersiapkan diri dalam
pembelajaran;
c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kembali kepada siswa
seputar kesulitan-kesulitan yang masih dihadapi siswa dalam
menulis karangan (questioning);
d) Siswa kembali diingatkan pada materi tentang ciri-ciri, teknik
penulisan, dan langkah-langkah penyusunan paragraf argumentasi
yang diambil dari buku BSE pegangan siswa dan buku penunjang
lain yang ditayangkan melalui LCD proyektor dengan
memanfaatkan aplikasi powerpoint (contructivisme dan
modelling);
e) Siswa menyimak refleksi yang diberikan guru terhadap hasil
tulisan yang telah disusun oleh masing-masing kelompok pada
pembelajaran yang telah lalu;
f) Guru membagi siswa menjadi enam kelompok untuk berdiskusi
membuat sebuah karangan argumentasi (learning community;
g) Guru menampilkan rekaman video berita (inquiry);
h) Siswa secara berkelompok mengamati contoh tulisan argumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dan mendiskusikanya dengan guru;
i) Guru untuk kedua kalinya menampilkan video berita (inquiry);
j) Siswa secara berkelompok mendaftar pendapat, argumen-argumen
dan membuat kerangka karangan, sedangkan guru memberikan
umpan balik (learning community);
k) Siswa secara berkelompok diminta untuk menulis argumentasi dari
kerangka karangan berdasarkan video siaran berita yang diputar;
l) Tiap-tiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk
mewakili membacakan hasil pekerjaan (modelling);
m) Siswa melaporkan hasil pekerjaanya, guru melakukan koreksi
kepada pekerjaan siswa yang dilanjutkan dengan pembahasan
(authentic assesment);
n) Guru menugaskan siswa secara individu untuk menulis
argumentasi;
o) Guru membacakan rangkuman sebagai penguatan;
p) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi yang telah
disampaikan;
q) Guru menanyakan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis
argumentasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan
menerapkan pembelajaran berbasis ICT; dan
r) Guru memberi salam.
2) Peneliti dan guru berdiskusi menyusun RPP siklus II serta menyusun
indikator pencapaian tujuan.
3) Peneliti dan guru mempersiapkan empat buah video. Dua video yang
berjudul “Pembalakan Hutan Lindung” dan “Karnival Batik di kota
Solo” akan ditampilkan pada pertemuan pertama dan dua video yang
berjudul “Bahaya Narkoba” dan “Malaysia Klain Tari Pendhet Asal
Bali”akan ditampilkan pada pertemuan kedua.
4) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus II,
yaitu pada hari Selasa 15 Mei 2012 dan Selasa 22 Mei 2012. Siklus II
akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II ini berlangsung dua kali pertemuan, yakni pada
hari Selasa, 15 Mei 2012 dan Selasa 22 Mei 2012 di ruang kelas X-3 SMA
Negeri 1 Ngemplak Boyolali pukul 10.15-11.45. Masing-masing
pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit).
Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan skenario dan RPP yang telah
didiskusikan antara guru dan peneliti
Pada pelaksanaan siklus II ini, peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif dan duduk di belakang. Peneliti melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran menulis argumentasi, meliputi pengamatan
terhadap siswa, guru, dan model pembelajaran.
1) Pertemuan Pertama
Tindakan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan hari Selasa, 15
Mei 2012 pukul 10.15-11.45 di ruang kelas X-3. Langkah-langkah
yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis argumentasi pada
tindakan siklus II, yaitu sebagai berikut:
a) Guru memberi salam, dan berdoa sebelum belajar;
b) Guru mempersilakan siswa untuk mempersiapkan diri dalam
pembelajaran;
c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kembali kepada siswa
seputar kesulitan-kesulitan yang masih dihadapi siswa dalam
menulis karangan (questioning);
d) Siswa kembali diingatkan pada materi tentang ciri-ciri, teknik
penulisan, dan langkah-langkah penyusunan paragraf argumentasi
yang diambil dari buku BSE pegangan siswa dan buku penunjang
lain yang ditayangkan melalui LCD proyektor dengan
memanfaatkan aplikasi powerpoint (contructivisme dan
modelling);
e) Siswa menyimak refleksi yang diberikan guru terhadap hasil
tulisan yang telah disusun oleh masing-masing kelompok pada
pembelajaran yang telah lalu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
f) Guru membagi siswa menjadi enam kelompok untuk berdiskusi
membuat sebuah karangan argumentasi (learning community;
g) Guru menampilkan rekaman video berita yang berjudul
“Pembalakan Hutan Lindung” (inquiry);
h) Siswa secara berkelompok mengamati contoh tulisan argumentasi
yang berjudul “Pembalakan Hutan Lindung” dan mendiskusikanya
dengan guru;
i) Guru untuk kedua kalinya menampilkan video berita yang berjudul
“Karnival Batik di Kota Solo”(inquiry)
j) Siswa secara berkelompok mendaftar pendapat, argumen-argumen
dan membuat kerangka karangan, sedangkan guru memberikan
umpan balik (learning community);
k) Siswa secara berkelompok diminta untuk menulis argumentasi dari
kerangka karangan berdasarkan video siaran berita yang diputar;
l) Tiap-tiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk
mewakili membacakan hasil pekerjaan (modelling);
m) Siswa melaporkan hasil pekerjaanya, guru melakukan koreksi
kepada pekerjaan siswa yang dilanjutkan dengan pembahasan
(authentic assesment);
n) Guru membacakan rangkuman sebagai penguatan;
o) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi yang telah
disampaikan;
p) Guru menanyakan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis
argumentasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan
menerapkan pembelajaran berbasis ICT;
q) Guru memberi salam.
2) Pertemuan Kedua
Tindakan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan hari Selasa,
22 Mei 2012 pukul 10.15-11.45 di ruang kelas X-3. Langkah-langkah
yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis argumentasi pada
tindakan siklus II, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
a) Guru memberi salam, dan berdoa sebelum belajar
b) Guru mempersilakan siswa untuk. mempersiapkan diri dalam
pembelajaran
c) Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang kemarin
dibahas
d) Guru kembali mengingatkan siswa tentang materi yang kemarin
seputar ciri-ciri, teknik penulisan, dan langkah-langkah
penyusunan paragraf argumentasi yang diambil dari buku BSE
pegangan siswa dan buku penunjang lain yang ditayangkan melalui
LCD proyektor dengan memanfaatkan aplikasi powerpoint
(contructivisme dan modelling)
e) Siswa menyimak refleksi yang diberikan guru terhadap hasil
tulisan yang telah disusun oleh masing-masing kelompok pada
pembelajaran yang telah lalu
f) Siswa mendengarkan/melihat rekaman video berita yang berjudul
“Bahaya Narkoba”(inquiry);
g) Siswa mengamati contoh tulisan argumentasi yang berjudul
“Bahaya Narkoba” dan mendiskusikanya dengan guru;
h) Siswa kembali mendengarkan/melihat rekaman video berita yang
berjudul “Malaysia Klaim Tari Pendhet Asal Bali” (inquiry);
i) siswa mendaftar pendapat, argumen-aegumen dan membuat
kerangka karangan, sedangkan guru member umpan balik;
j) Secara acak, guru menyuruh siswa untuk membacakan kerangka
karangan yang telah dibuat dan guru melakukan koreksi;
k) Guru menyuruh siswa untuk menulis tulisan argumentasi
berdasarkan kerangka yang telah dbuat sebelumnya
l) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar materi yang telah
disampaikan;
m) Guru menanyakan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis
argumentasi hari ini;
n) Guru memberi salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti melakukan observasi terhadap guru, siswa, dan proses
pembelajaran menulis argumentasi. Pengamatan ini dilaksanakan Selasa,
15 Mei 2012 dan Selasa, 22 Mei 2012. Sama seperti pada siklus
sebelumnya, observasi ini difokuskan pada situasi pelaksanaan
pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru, dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran menulis argumentasi. Selama guru mengajar di ruang kelas
X-3, peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menjadi
pertisipan pasif yang duduk di kursi bagian paling belakang. Dari kegiatan
ini, peneliti mencatat bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik,
terbukti guru sudah terampil dalam memimpin jalannnya proses belajar
mengajar secara jelas dan terencana. Siswa terlihat tertib dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar.
Seperti biasa, pada awal pebelajaran pertemuan pertama guru
mengawali pelajaran dengan menjelaskan materi menulis argumentasi.
Guru meminta siswa mengingat kembali tentang penjelasan mengenai
tulisan argumentasi dan langkah-langkah menulis argumentasi dengan
benar, yang telah disampaikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya.
Materi pelajaran kali ini tetap sama, yaitu menulis argumentasi dengan
media video berita.
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan
wawancara terhadap siswa diperoleh data tentang pelaksanaan tindakan
penelitian pada siklus II ini, bahwa guru telah dapat melaksanakan proses
belajar mengajar dengan baik. Indikator keberhasilan tersebut adalah:
1) Sebelum mengajar, guru telah membuat rencana pembelajaran yang
akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar.
2) Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung selama 2 kali pertemuan,
diikuti oleh siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali. Pada
pertemuan pertama, semua siswa hadir. Pada pertemuan kedua diikuti
oleh 32 siswa (2 siswa ikut latihan Paskibra, 1 siswa sakit).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
3) Pada saat kegiatan apersepsi yang dilakukan guru semua siswa terlihat
bersemangat dan antusias, sebagian besar siswa sudah aktif dan
mampu menjawab pertanyaan dari guru.
4) Ketika guru menyampaikan materi, beberapa siswa tampak lebih
memperhatikan guru. Akan tetapi, masih ada beberapa siswa yang
kurang serius memperhatikan. Berdasarkan hasil observasi pada siklus
I, siswa kurang memperhatikan guru karena saat penyampaian materi
guru terkesan masih kaku dan timbul kebosanan pada diri siswa,
sehingga pada siklus II ini guru saat memberikan materi lebih sering
diselingi dengan tanya jawab. Selain itu, di tengah pembelajaran guru
juga memberikan intermezo sehingga siswa pun terlihat lebih antusias
dan menikmati pelajaran.
5) Pemanfaatan waktu lebih efektif saat perwakilan kelompok
menyajikan hasil diskusinya. Selain itu, guru tidak lagi sering
mengajak siswa untuk bercanda, sehingga alokasi waktu lebih efektif.
6) Guru sudah memantau diskusi siswa dengan baik. Guru sering
berkeliling dari kelompok ke kelompok. Ketika memantau, guru juga
memperingatkan siswa yang masih kurang memperhatikan saat
pembelajaran berlangsung.
7) Kemampuan menulis argumentasi siswa pada siklus II ini terlihat
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini didasarkan
pada hasil karya siswa yang lebih baik dibanding siklus sebelumnya.
8) Saat tahap evaluasi dan refleksi, hampir sebagian siswa aktif
menyimpulkan pembelajaran. Adanya reward dari guru yang berupa
pujian, tepuk tangan, maupun penambahan nilai ternyata cukup efektif
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mengungkapkan
pendapat, serta merespons pernyataan atau stimulus yang diberikan
guru.
9) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada tahap ini, hampir
semua siswa mengikutinya dengan baik, interaksi, keaktifan, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
respons siswa pada guru juga semakin baik termasuk ketiga bekerja
kelompok.
10) Dapat dikatakan bahwa kekurangan atau kelemahan selama
pelaksanaan tindakan pada siklus II ini hampir tidak terlihat atau telah
sesuai dengan yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa guru telah
mampu mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada kedua
siklus sebelumnya dengan baik. Selain itu, dalam siklus ini sikap siswa
dalam pembelajaran juga terlihat semakin baik (saat apersepsi,
kegiatan inti, maupun penutup).
11) Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi
siklus II dapat dilihat dari beberapa indikator, sebagai berikut.
a) Siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria
“sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa
memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru pada
saat apersepsi sebanyak 28 siswa (88%), sedangkan 4 siswa (12%)
masuk dalam kriteria kurang.
b) Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang
dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori
oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons
(baik menjawab, bertanya, menanggapi, bekerja secara kelompok,
mengonstruksi, menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas)
sebanyak 26 siswa (81%), sedangkan 6 siswa (10%) tampak
kurang memperhatikan guru dan kurang merespons guru.
c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti
pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan
baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan,
dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat
kegiatan pembelajaran sebesar 29 siswa (91%), sedangkan 3 siswa
(12%) tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias.
d) Siswa yang sudah dapat menulis argumentasi dengan baik dan
telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 28 siswa (88%),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
sedangkan (12%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan
nilai di bawah 73.
d. Analisis dan Refleksi
Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses
pembelajaran menulis argumentasi dengan menggunakan pendekatan
kontekstual berbasis ICT pada siklus II ini telah dapat diatasi dengan baik.
Guru telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Guru telah mampu memancing
respons siswa terhadap stimulus yang diberikannya dan mampu mengatasi
penyimpangan siswa selama proses belajar mengajar tanpa membuat siswa
merasa direndahkan. Banyak siswa yang dengan sukarela sudah mampu
mengemukakan komentar, tanggapan, dan pendapatnya tanpa ditunjuk
oleh guru. Hasil dari tugas menulis argumentasi yang telah siswa kerjakan,
dapat dilihat siswa sudah mampu menyampaikan gagasan, pendapat serta
menggembangkan kalimat menjadi paragraf yang runtut dan padu. Dapat
disimpulkan bahwa media video berita terbukti dapat meningkatkan
keterampilan menulis argumentasi siswa.
Dilihat dari keseluruhan, hasil dari tindakan pada siklus II ini
cukup baik dan sudah memenuhi indikator pencapaian tujuan yang
diinginkan oleh peneliti. Usaha untuk meningkatkan pembelajaran
keterampilan menulis di SMA Negeri 1 Ngemplak dapat terwujud.
meskipun penelitian tindakan pada siklus II ini masih menunculkan
permasalahan yang memerlukan penyelesaian, tetapi pembelajaran
keterampilan menulis argumentasi yang dilaksanakan telah menunjukkan
adanya peningkatan.
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II ini, peneliti
menyimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
argumentasi telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dari
pelaksanaan tindakan siklus I lalu. Hal tersebut ditandai dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
1) Keaktifan siswa selama apersepsi dalam pembelajaran menulis
argumentasi pada siklus II mengalami peningkatan dari 76% (pada
siklus I) menjadi 88%. Penggunaan pendekatan kontekstual dengan
menerapkan pembelajaran berbasis ICT membuat siswa aktif pada
saat apersepsi. Guru juga membuat suasana lebih menyenangkan
sehingga siswa merespons stimulus yang diberikan guru dan terlihat
menikmati pada saat apersepsi.
2) Keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran menulis
argumentasi pada siklus II telah mengalami peningkatan dari 71%
(pada siklus I) menjadi 81%. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, terlihat siswa lebih aktif untuk merespons
stimulus guru serta mau untuk memperhatikan atau lebih fokus dalam
pembelajaran.
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran pada siklus II
ini juga mengalami peningkatan dari 68% (pada siklus I) menjadi 91%.
Hal ini berdasarkan pada kemauan dan kesungguhan siswa dalam
mengerjakan tugas, serta antusias dan semangat siswa saat mengikuti
pelajaran.
4) Siswa yang telah mendapatkan ketuntasan belajar dalam menulis
argumentasi pada siklus II mengalami peningkatan daripada siklus I
sebanyak 68% menjadi 88%. Pada siklus ini siswa yang telah tuntas
karena telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar (73) sebanyak 28
siswa dari 32 siswa yang mengikuti. Peningkatan perolehan nilai
menulis argumentasi yang berupa tulisan argumentasi pada siklus ini
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus II Siswa Kelas X-3 SMANegeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012
No Nama SiswaAspek Penilaian
Nilai KetI II III IV V
1. Agung Apri P − − − − − − −2. Aisah Uswatun K 23 17 18 18 4 81 Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
3. Anis Nur Laili 23 17 17 18 4 79 Tuntas4. Ari Wahyu S. 20 16 16 18 4 74 Tuntas5. Danang Pratama 19 18 16 16 4 73 Tuntas6. Dhebi Oftafiani 24 19 18 18 4 83 Tuntas7. Dwi Antasari 20 17 15 16 3 71 Belum Tuntas8. Elen Rio E 20 16 15 16 3 70 Belum Tuntas9. Elita Yuniar 24 18 17 21 4 84 Tuntas10. Endah K 24 19 20 20 4 85 Tuntas11. Endah W 22 19 20 19 4 84 Tuntas12. Eni Purwanti 20 16 15 16 4 71 Belum Tuntas13. Erfani Permata S 19 17 15 15 4 70 Belum Tuntas14. Fitri Rahayu 23 17 17 18 4 79 Tuntas15. Hufa Indracahya 21 28 16 17 4 76 Tuntas16. Ika Novi Susanti 22 18 19 19 4 82 Tuntas17. Isnaini L.N 24 18 18 22 4 86 Tuntas18. Muh Aji Sholeh − − − − − − −19. Muh Chaerudin 22 18 19 20 4 83 Tuntas20. Muh Irwan S.N − − − − − − −21. Noviana W 20 18 17 19 4 80 Tuntas22. Nuha M 23 19 19 20 4 85 Tuntas23. Rani Kiki A 20 19 21 20 4 84 Tuntas24. Sevi Avianingsih 23 18 18 16 4 79 Tuntas25. Senopati S.P 23 18 20 17 4 83 Tuntas26. Siska Rini Pl 22 17 17 18 4 78 Tuntas27. Sri Lestari 23 21 18 17 4 83 Tuntas28. Sri Wahyuni 22 18 18 17 4 79 Tuntas29. Tria Miftaqul J 21 20 19 18 4 82 Tuntas30. Umi Hanifah 24 17 17 18 4 80 Tuntas31. Utik Lestari 21 18 19 20 4 82 Tuntas32. Widoningsih S 23 19 18 19 4 83 Tuntas33. Windhy Erizha 24 17 17 18 4 80 Tuntas34. Yayan Dwi S 24 18 18 23 4 86 Tuntas35. Yurika Prastiana 23 17 17 18 4 79 TuntasTOTAL 2554 ≤ 73 = 28RATA-RATA 79,8 ≥ 73 = 4
Keterangan I : Isi
II : Organisasi
III : Kosakata
IV : Penguasaan Bahasa
V : Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Melihat indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang telah dicapai
siswa dalam pelaksanaan siklus II maka penelitian ini dipandang cukup. Penilaian
proses mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang meliputi: 1) siswa
aktif selama apersepsi, 2) siswa aktif dan memperhatikan saat mengikuti
pembelajaran, dan 3) siswa lebih berminat dan memiliki motivasi belajar. Hasil
dari menulis argumentasi juga sudah mencapai KKM, yaitu =73, meskipun masih
ada beberapa siswa yang belum tuntas. Menurut guru, penentuan KKM
berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek kompleksitas/kesukaran, aspek sarana dan
prasarana, dan yang terakhir adalah aspek kemampuan awal siswa (intake) .
Dari pihak guru juga sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Di
siklus II ini guru sudah mampu menerapkan model pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual serta memanfaatkan media ICT, guru sudah
mulai berkeliling memantau jalannya diskusi, guru sudah mampu mengelola kelas
dengan baik dan memberikan motivasi yang membangun untuk siswa.
Pendekatan kontekstual yang dipadukan dengan penggunaan media ICT yang
diterapkan sudah mulai berjalan dengan baik sehingga pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Secara keseluruhan dikatakan bahwa pelaksanaan siklus II sudah
berhasil dan sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan yakni
75%. Oleh karenanya, penelitian ini selesai pada siklus II.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Hasil pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi setiap siklus
tindakan di atas dapat digambarkan secara rinci pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian
No. Aktivitas dalam PembelajaranPersentase
SurveiAwal
Siklus I Siklus II
1. Siswa aktif selama apersepsi (indikator:kemauan siswa memberikan responsterhadap stimulus yang diberikan gurupada saat apersepsi)
58% 76% 88%
2. Siswa aktif dan memperhatikan saat 58% 71% 81%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
mengikuti pelajaran (indikator:memperhatikan atau fokus terhadappelajaran, ikut merespons, aktifmengerjakan tugas)
3. Siswa berminat dan memiliki motivasisaat kegiatan pembelajaran (indikator:semangat, antusias, dan menunjukkankesungguhan
52% 68% 91%
4. Siswa mampu menulis argumentasidengan baik (ketuntasan hasil belajardalam menulis argumentasi mendapatnilai = 73).
52% 68% 88%
Berdasarkan Tabel 9, dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan
pada indikator yang telah ditetapkan dari hasil siklus I dan II. Pada pra-tindakan,
ke siklus I persentase keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan
siswa pada saat apersepsi mengalami peningkatan sekitar 18%, sedangkan dari
siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 12%. Keaktifan dan perhatian
siswa saat mengikuti pembelajaran meningkat sekitar 13% pada pra-tindakan ke
siklus I, dan 10% pada siklus I ke siklus II. Minat serta motivasi siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran pun meningkat sekitar 16% pada pra-tindakan
ke siklus I dan 23% pada siklus I ke siklus II. Selain itu, ketuntasan hasil belajar
siswa dalam menulis argumentasi juga mengalami peningkatan sekitar 16% pada
saat pra-tindakan ke siklus I, dan sekitar 20% pada siklus I ke siklus II.
Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi
pada siswa berdasarkan pembahasan di atas, dari empat indikator yang ada
kesemuanya menunjukkan peningkatan persentase yang lebih besar terjadi pada
pra-tindakan ke siklus I dari pada siklus I ke siklus II. Menurut peneliti, hal ini
tidak terlepas dari penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaan yang
belum pernah dipakai oleh guru sebelumnya. Guru yang dalam pembelajaran
sehari-hari termasuk ketika pra-tindakan penelitian menggunakan model
pembelajaran yang konvensional serta tidak memanfaatkan media secara
maksimal, kini pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran yang
berbeda, serta didukung oleh penggunaan media yang menarik dipastikan akan
menarik perhatian siswa serta meningkatkan motivasi siswa. Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas juga akan
meningkatkan hasil belajar, dalam hal ini tulisan argumentasi siswa.
Pada siklus I ke siklus II juga terjadi peningkatan persentase pada
keempat indikatornya, namun tidak sebesar pada pra-tindakan ke siklus I.
Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan
serta langkah-langkah pembelajaran yang relatif sama sehingga, peningkatannya
tidak sebanyak pada siklus sebelumnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan media berbasis ICT dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi pada
siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
D. Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan,
dan paparan hasil penelitian, berikut ini akan dikemukakan pembahasan hasil
penelitian yang meliputi peningkatan kualitas proses dan kualitas hasil
pembelajaran menulis argumentasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual
dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis ICT pada siswa kelas X-3 SMA
Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yakni: (1)
perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan
interpretasi, (4) tahap analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I,
peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan.
Dari kegiatan survei ini, peneliti menemukan bahwa keterampilan menulis
argumentasi dari kegiatan pembelajaran menulis siswa di kelas X-3 SMA Negeri
1 Ngemplak Boyolali masih tergolong rendah. Kemudian peneliti berkolaborasi
dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia yang bersangkutan, berupaya untuk
mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan pembelajaran menulis
argumentasi dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
menerapkan media berbasic ICT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Setelah itu, peneliti dan guru menyusun rencana untuk siklus I. Pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini, pembelajaran menulis argumentasi
menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media
berbasic ICT. Dalam kenyataannya, masih terdapat kelemahan atau kekurangan
pada siklus I. Kelemahan atau kekurangan tersebut berasal dari pihak guru, siswa
dan model pembelajaran yang digunakan. Kelemahan dari pihak guru, yaitu: (1)
Guru kurang memberikan bimbingan ketika siswa berdiskusi dalam kelompok, (2)
Posisi guru lebih banyak berada di depan kelas, sehingga kurang berinteraksi
dengan siswa, (3) Guru belum banyak memberikan balikan atau penguatan pada
hasil pekerjaan siswa.
Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu: (1) Siswa terlihat belum
sepenuhnya aktif dalam mengikuti pembelajaran. Saat mengerjakan tugas
kelompok masih ada siswa yang belum bisa membaur dan masih ada siswa yang
becanda dengan temannya, (2) Ketika salah seorang siswa maju
mempresentasikan hasil diskusi ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan
dan masih jarang yang memberikan solusi atau komentar, (3) Siswa juga kurang
kritis dalam menanggapi argumen yang dikemukakan oleh siswa lain, (4) Pada
umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan argumentasi,
terbukti saat mengerjakan tulisan argumentasi ada beberapa siswa yang kurang
percaya diri dan masih bertanya-tanya kepada teman sebangku dan lain bangku,
(5) Berdasarkan hasil karya siswa dalam menulis argumentasi tampak bahwa
tulisan sebagian siswa belum baik karena belum sepenuhnya mampu menuangkan
argumen dan solusi yang disajikan.
Peneliti dan guru berdiskusi dan sepakat akan mengadakan siklus II
sebagai perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Pada siklus
II ini guru juga menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
menerapkan media berbasic ICT. Selain itu, media yang digunakan masih sama
juga. Siklus II kali ini menggunakan 4 rekaman video yang di dalamnya
mengandung sebuah masalah yang perlu dianalisis dan dicarikan solusi.
Berdasarkan pelaksanaan siklus II terbukti bahwa telah terjadi peningkatan proses
dan hasil pembelajaran diskusi yang cukup signifikan dari siklus I. Pada siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
siswa yang dinyatakan tuntas adalah 24 siswa dan pada siklus II terjadi
peningkatan menjadi 28 siswa.
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil menerapkan model
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
menerapkan media berbasic ICT yang mampu meningkatkan keaktifan siswa
dalam menulis argumentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Azhar Arsyad (2011:
21) menyatakan bahwa dampak positif dari penggunakan media sebagai bagian
integral pembelajaran di kelas adalah membuat pembelajaran lebih menarik
perhatian serta membuat siswa tetap terjaga dan memerhatikan. Hal itu
menimbulkan sikap positif terhadap segala hal yang mereka pelajari dan proses
pembelajaran dapat ditingkatkan. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan
menarik di kelas. Keberhasilan model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasic ICT dalam upaya
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi dapat
dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi
Penentuan persentase kualitas proses dihitung dari jumlah siswa yang
telah mendapatkan kriteria “sangat baik dan baik” pada masing-masing
indikator selama kegiatan pembelajaran per seratus dikalikan jumlah siswa
yang hadir dalam setiap siklusnya. Adapun bentuk keaktifan yang diamati
adalah sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keaktifan
dalam merespons, kesungguhan dalam mengerjakan tugas, dan semangat serta
antusias dalam mengikuti pembelajaran.
a. Siswa Aktif Saat Mengikuti Apersepsi
Selama pelaksanaan penelitian pada siklus I hingga II, tampak
bahwa siswa antusias dalam mengikuti apersepsi. Keaktifan siswa saat
apersepsi ditunjukkan dengan “kriteria sangat baik dan baik” yang
diindikatori adanya kemauan siswa untuk mengikuti apersepsi dengan
memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru. Dari siklus I
hingga siklus II mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
persentase keaktifan siswa antar siklus, yaitu sebanyak 26 siswa (76%)
pada siklus I menjadi 28 siswa (88%) pada siklus II.
b. Siswa Terlihat Lebih Aktif dan Perhatian Saat Mengikuti Pelajaran
Berkenaan dengan perhatian, Wina Sanjaya (2010: 268)
mengungkapkan bahwa perhatian merupakan aktivitas mental seseorang
dalam memberikan makna terhadap suatu rangsangan. Tingkat perhatian
seseorang dalam belajar berpengaruh dalam hasil belajar yang diperoleh.
Semakin tinggi perhatian siswa dalam belajar, maka semakin baik pula
hasil belajar yang diperoleh. Selain itu, konsentrasi juga berpengaruh
dalam hasil belajar yang diperoleh. Konsentrasi merupakan pemusatan dari
perhatian. Perhatian siswa yang baik, tentu akan baik juga konsentrasi
siswa dalam pembelajaran. Guru hendaknya pandai dalam membangun
dan menumbuhkembangkan perhatian dan konsentrasi dalam
pembelajaran guna memperlancar dalam pencapaian tujuan belajar.
Wina Sanjaya (2010: 270) mengungkapkan salah satu cara untuk
meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran adalah
gerak guru. Gerak guru yang dimaksudkan adalah gerakan guru yang dapat
membantu kelancaran berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan
mudah dipahami dan diterima oleh siswa. Guru yang baik akan terampil
dalam mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan yang ingin
disampaikan.
Dalam penelitian ini, indikator yang menunjukkan keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah kemauan siswa untuk
memperhatikan atau fokus terhadap kegiatan pembelajaran serta kemauan
dan keaktifan siswa untuk merespons stimulus yang diberikan guru. Siswa
yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang dinyatakan
dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan
siswa untuk memperhatikan, memberikan respons (baik menjawab,
bertanya menanggapi, bekerja secara kelompok, mengkonstruksi,
menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas) sebanyak 28 siswa atau
sebesar 70%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran pada siklus I sebanyak 24 siswa (71%), sedangkan siklus II
sebanyak 26 siswa (81%).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat
survey awal, beberapa siswa terlihat kurang fokus pada saat kegiatan
pembelajaran. Selain itu, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
juga belum begitu terlihat, karena saat pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan dan sebagian siswa kurang aktif dalam merespons stimulus
yang diberikan guru. Setelah adanya tindakan dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasic ICT,
keaktifan siswa semakin meningkat.
c. Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menulis
Argumentasi Lebih Meningkat
Pembelajaran yang dilakukan di kelas tampak monoton dan
membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik. Perhatian siswa dalam
proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Untuk
menumbuhkan perhatian tersebut, guru harus merangsang siswa dengan
menerapkan cara-cara yang sudah biasa maupun cara-cara baru yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Saat pembelajaran guru lebih
banyak memberikan penjelasan mengenai materi, sehingga keterlibatan
siswa pembelajaran pun juga belum tampak, kemudian dilanjutkan dengan
tugas menulis argumentasi tanpa memanfaatkan suatu media sehingga
dalam mengerjakan pun siswa tampak kesulitan dan bingung.
Pada penelitian ini, guru menggunakan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasic ICT.
Setelah tindakan tersebut dilaksanakan perhatian siswa dalam
pembelajaran menulis argumentasi meningkat. Meningkatnya perhatian
siswa dalam pembelajaran juga telah membuktikan bahwa telah tercipta
suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dalam hal ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
siswa merasa mendapatkan model pembelajaran yang baru dari guru yang
berbeda dari biasanya.
Siswa menjadi termotivasi karena dalam kegiatan pembelajaran
siswa tidak lagi hanya diam dan mendengarkan tetapi dibuat untuk lebih
aktif. Penerapan model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasic ICT
membuat siswa tampak lebih berminat dan termotivasi saat mengikuti
pembelajaran menulis argumentasi. Hal ini didasarkan pada pengamatan
peneliti dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria sangat baik dan baik
di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang tampak berminat dan
memiliki motivasi saat mengikuti pembelajaran sekitar 68% dan pada
siklus II meningkat menjadi 91%.
d. Meningkatnya Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan salah satu penentu keberhasilan
guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan tersebut
antara lain berupa tindakan memberikan perhatian pada seluruh siswa,
memilih pokok bahasan atau tugas yang diberikan kepada murid,
menyajikan materi dengan tidak hanya ceramah tetapi juga dengan
menggunakan metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam
mengikuti pembelajaran, bergerak berkeliling guna mengawasi kegiatan
kelas, memberi penghargaan kepada murid yang kerjanya baik, serta
memotivasi siswa supaya aktif dalam proses pembelajaran, dan
mengguanakan model pembelaaran baru yang lebih bervariasi.
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru tersebut jauh lebih baik dari yang
dilakukan guru sebelumnya pada saat survei awal.
Sedikit demi sedikit kelemahan guru mulai berkurang setelah
tindakan pada pembelajaran menulis argumentasi dengan menerapkan
pendekatan kontekstual berbasis media ICT dilaksanakan. Peran guru
berubah ke arah yang lebih positif beban guru untuk penjelasan yang
berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi, bahkan
dihilangkan sehingga guru dapat memusatkan perhatian kepada aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
penting lain dalam proses belajar mengajar (Azhar Arsyad, 2011: 23).
Selain itu, didasarkan pada manfaat yang diperoleh guru dari adanya
media dalam pembelajaran sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana
dan Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2011: 24), yaitu: menumbuhkan motivasi
belajar, memperjelas makna materi pembelajaran, mencegah kebosanan
dalam pembelajaran, siswa lebih banyak melakukan kegiatan aktifitas
mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan. Guru juga telah memberi
kesempatan yang lebih banyak bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran
menulis argumentasi. Sebagaimana pendapat Wasis (2006: 12) yang
mengatakan penerapkan pembelajaran kontekstual dapat mengubah
kebiasaan guru dalam mendominasi kelas pembelajaran, sehingga 70%
dari waktu di kelas menjadi dimanfaatkan oleh siswa untuk membangun
pengetahuanya sendiri secara konstruktivis. Dalam hal ini, pendekatan
kontekstual menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa
berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan
dan menggali sendiri materi pelajaran (Wina Sanjaya, 2010: 261).
Memang dalam berbagai kegiatan tersebut, guru tetap terlibat dalam
proses bimbingan tetapi pembimbing itu bersumber dari pertanyaan atau
kebutuhan siswa.
Guru juga memberikan perhatian pada siswa dengan mengelilingi
kelas saat mengerjakan tugas. Setelah tindakan yang dilakukan disetiap
siklus, pembelajaran menjadi menyenangkan dan terkesan inovatif sebab
guru telah menampilkan pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Hal ini
berimplikasi pada kemampuan menulis argumentasi siswa.
2. Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi
Kualitas hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam
menulis argumentasi termasuk kemampuan siswa mengembangkan ide,
gagasan ke dalam tulisan argumentasi dapat meningkat setelah menggunakan
pendekatan kontekstual dengan memanfaatkan media berbasis ICT. Hal itu
dikuatkan oleh pendapat Azhar Arsyad (2011: 23) menyatakan bahwa kualitas
hasil pembelajaran meningkat bila integrasi kata dan gambar sebagai media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan
cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.
Peningkatan rata-rata hasil belajar menulis argumentasi melalui
penerapan pendekatan kontekstal dengan menerapkan pembelajaran berbasis
ICT dapat disajikan dalam Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Argumentasi
Pada Siswa Kelas X-3 Sma Negeri 1 Ngemplak Boyolali
Peningkatan kualitas hasil belajar menulis argumentasi ini juga tak
lepas dari penggunaan model pembelajaran kontekstual atau CTL yang mana
memiliki 7 asas. Asas-asas tersebut yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya
(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), serta penilaian nyata (authentic assessment)
(Wina Sanjaya, 2010: 264−269).
Hal yang diperhatikan oleh guru yaitu bahwa ada 3 siswa (sdf) dalam
tiga kali tes menulis argumentasi secara individu, ketiganya belum mencapai
criteria ketuntasan dalam pembelajaran. Hal ini perlu mendapat perhatian.
Menurut pendapat peneliti, ketiga siswa terse
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Kualitas hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam
menulis argumentasi dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam
menghasilkan sebuah tulisan argumentasi. Nilai tersebut terus mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Tulisan yang dihasilkan siswa mengalami
peningkatan dalam beberapa aspek penulisan, baik dari aspek isi/substansi,
pengorganisasian tulisan, pemanfaatan potensi kata, penggunaan kaidah
bahasa tulis maupun karakteristik tulisan.
a. Isi/Substansi
Dalam hal ini, siswa telah mampu menentukan ide tulisan dan
mengembangkannya setelah menggunakan model pembelajaran
kontekstual dengan menerapkan media berbasic ICT. Pembelajaran ini
menggunakan langkah yang berbeda serta media yang bervariasi. Media
tersebut menjadi sumber ide yang dijadikan siswa dalam memperoleh
informasi dan menuliskan kembali informasi itu dengan bahasa sendiri.
Dengan rekaman video serta sebuah masalah, siswa menjadi mudah dalam
memunculkan argumen dalam bentuk kerangka karangan sehingga mereka
bisa mengembangkannya dalam bentuk karangan argumentasi utuh dengan
baik. Dengan demikian isi tulisan siswa menjadi berbobot.
Aspek isi/substansi dalam tulisan siswa pada setiap siklus
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai siswa yang mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
b. Pengorganisasian Tulisan
Hasil kerja siswa berupa tulisan argumentasi dalam setiap siklus
menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mengorganisasikan tulisan dengan
baik. Hal tersebut menjadikan tulisan siswa mudah dipahami oleh
pembaca meskipun masih ada beberapa siswa yang mengorganisasikan
kalimat demi kalimat dalam tulisan mereka dengan gagasan yang
meloncat-loncat dan tidak sistematis.
Berdasarkan hasil karya siswa terjadi peningkatan yang cukup
signifikan dari siklus I dan siklus II. Peningkatan kemampuan pada aspek
ini terlihat pada skor capaian yang diperoleh siswa. Pada saat pretes,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
kemampuan siswa dalam mengorganisasikan tulisan masih tergolong
rendah. Sebagian besar siswa kurang lancar dalam menuangkan ide dalam
tulisan mereka. Setelah diterapkannya model pembelajaran kontekstual
dengan menerapkan media berbasic ICT, siswa kini mampu menuangkan
argumen mereka dengan jelas, padat, tertata dengan baik serta logis.
c. Pemanfaatan Kosakata
Berdasarkan hasil tulisan siswa, terlihat siswa telah mampu
menggunakan kosakata dengan baik. Tulisan siswa saat pretes masih
banyak terjadi kesalahan baik dalam segi pemilihan kosa kata ataupun
dalam segi penulisannya. Tetapi hal tersebut dapat diminimalkan setelah
dilakukannya tindakan. Adanya tindakan yang diterapkan guru pada
pembelajaran mengakibatkan tulisan yang dihasilkan siswa tidak lagi
membuat pembaca bingung dalam memahami isinya. Siswa akhirnya
mampu memanfaatkan potensi kata dengan baik, menguasai diksi dan
pembentukan kata.
d. Penguasaan Kaidah Bahasa
Setelah adanya tindakan, siswa mampu menggunakan kaidah
bahasa tulis dengan baik jika dibandingkan saat survei awal dulu. Dapat
dikatakan demikian sebab kesalahan bahasa tulis yang dilakukan siswa
sudah berkurang. Oleh karena itu, pada pertemuan berikutnya dalam siklus
yang berbeda guru selalu memberikan umpan balik atas kesalahan yang
ditulis siswa dalam karangan yang dihasilkan pada pertemuan sebelumnya.
Pada setiap pergantian siklus, struktur kalimat secara berangsur-angsur
telah dapat disusun siswa menurut aturan sintaksis yang benar sehingga
maksud yang terkandung dalam tulisan dapat dipahami dengan baik oleh
pembaca. Siswa mampu meminimalisasikan kesalahan bahasa.
e. Mekanik Tulisan
Berdasarkan tindakan yang dilakukan, hasil tulisan siswa
mengalami peningkatan. Dalam hal ini, penggunaan model pembelajaran
kontekstual dengan menerapkan media berbasic ICT sangat berarti bagi
siswa. Setelah tindakan berlangsung siswa mampu menguasai aturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
penulisan. Peningkatan dari setiap aspek penulisan tersebut menjadikan
nilai siswa dalam menulis argumentasi juga mengalami peningkatan. Pada
saat pretes diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis argumentasi
masih tergolong rendah. Hal ini tampak pada capaian nilai menulis
argumentasi masih ada beberapa yang belum mencapai ketuntasan hasil
belajar (73). Pada siklus I, persentase kemampuan siswa dalam menulis
argumentasi mengalami peningkatan, yakni 68%. Hal itu berarti jumlah
siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar meningkat,
yakni sebanyak 23 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup
baik, 88% siswa telah mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar
meskipun ada beberapa siswa yang belum mampu memperoleh nilai pada
batas minimal (73). Peningkatan nilai siswa dari siklus ke siklus
digunakan sebagai tolak ukur kemampuan siswa dalam menulis
argumentasi. Berdasarkan pemaparan di atas tampak bahwa penggunaan
model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasic ICT
dalam pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X-3 SMA
Negeri 1 Ngemplak Boyolali dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa. Peningkatan proses didasarkan pada meningkatnya keaktifan dan
perhatian siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran baik pada saat
apersepsi maupun keaktifan siswa dalam merespons stimulus yang
diberikan guru, kesungguhan dalam mengerjakan tugas, keantusiasan dan
semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan hasil
didasarkan pada meningkatnya hasil pekerjaan siswa dalam menulis
argumentasi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara pasca tindakan yang
dilakukan dengan guru kelas X-3 (Dra. Wiwin Setia Windiari) dan siswa
kelas X-3 (3 siswa), semua informan menyatakan bahwa penggunaan
model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT
dapat membantu mereka dalam pembelajaran ataupun pengajaran menulis
argumentasi sehingga kualitas hasil belajar siswa kelas X-3 SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali pun meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas
pembelajaran menulis argumentasi, baik proses maupun hasil, pada siswa kelas X
3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali berikut ini:
1. Penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan menerapkan
pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
keterampilan menulis argumentasi siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
a. Meningkatnya jumlah siswa yang aktif dalam apersepsi. Siswa tampak
antusias dalam mengikuti apersepsi. Keaktifan siswa saat apersepsi
diindikatori adanya kemauan siswa untuk mengikuti apersepsi dengan
memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru. Dari siklus I
hingga siklus II mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari
persentase keaktifan siswa antar siklus, yaitu 26 siswa (76%) pada siklus I
menjadi 28 siswa (88%) pada siklus II.
b. Meningkatnya jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran menulis
argumentasi. Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran
diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan
respons (baik menjawab, bertanya, menanggapi, bekerja secara kelompok,
mengkonstruksi, menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas).
Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
pada siklus I sebanyak 24 siswa (71%), sedangkan siklus II sebanyak 26
siswa (81%).
c. Meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis argumentasi. Meningkatnya perhatian siswa dalam pembelajaran
juga telah membuktikan bahwa telah terciptanya suasana pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswa. Dalam hal ini, siswa merasa mendapatkan
model pembelajaran yang baru dari guru yang berbeda dari biasanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Siswa menjadi termotivasi karena dalam kegiatan pembelajaran siswa
tidak lagi hanya diam dan mendengarkan tetapi dibuat untuk lebih aktif.
Pada siklus I siswa yang tampak berminat dan memiliki motivasi saat
mengikuti pembelajaran sebanyak 23 siswa (68%) dan pada siklus II
meningkat menjadi 29 siswa (91%).
2. Penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis ICT dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi siswa kelas X 3
SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas
ketuntasan. Pada siklus I, persentase kemampuan siswa dalam menulis
argumentasi mengalami peningkatan, yakni 68%. Hal itu berarti jumlah siswa
yang mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar meningkat, yakni
sebanyak 23 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup baik, 28
siswa (88%) telah mampu mencapai nilai ketuntasan hasil belajar.
Peningkatan nilai siswa dari siklus ke siklus digunakan sebagai tolak ukur
kemampuan siswa dalam menulis argumentasi. Nilai tersebut berdasarkan
pada aspek isi, pengorganisasian kalimat, pemilihan kosakata, penguasaan
bahasa tulis, dan mekanik penulisan.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khasanah
ilmu pengetahuan tentang perlunya penerapan suatu model pembelajaran yang
bervariasi dalam pembelajaran. Model pembelajaran bukanlah segala-galanya
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Ada faktor-faktor lain yang
mendukung. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru, siswa, media
belajar, dan sumber belajar. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, memilih
model pembelajaran yang digunakan menyampakan materi. Faktor dari siswa
yaitu minat, keaktifan, dan motivasi selama mengikuti proses pembelajaran.
Penelitian ini telah menujukkan bahwa penerapan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kontekstual berbasis ICT dalam pembelajaran menulis argumentasi dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran kontekstual berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas proses
dan kualitas hasil belajar siswa dalam menulis argumentasi. Adapun
peningkatan keterampilan menulis argumentasi dapat dilihat dari hasil
pembelajaran yang mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Melalui model
pembelajaran kontekstual berbasis ICT siswa dituntut mampu
mengungkapkan argumen masing-masing dengan berdiskusi bersama
kelompoknya masing-masing untuk merumuskan masalah, menganalisis
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, sehingga siswa terlibat secara
aktif dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Oleh karena itu, model
pembelajaran kontekstual berbasis ICT ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk menarik minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran serta
meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan
saran sebagai berikut.
1. Bagi siswa
Siswa disarankan untuk mengikuti pembelajaran secara aktif, mereka
harus bisa bernalar dan berpikir kritis serta mampu menuangkan argumen-
argumennya dalam sebuah tulisan argumentasi sehingga sedikit demi sedikit
tulisan yang dihasilkan akan lebih baik lagi. Selain itu, sekiranya siswa kurang
setuju dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru, siswa tersebut mau
memberi saran, masukan bahkan kritikan pada guru agar kegiatan
pembelajaran yang terjadi dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
a. Pada dasarnya tugas guru adalah mengajar. Namun, dalam mengajar guru
juga harus melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap tindakan
apa saja yang akan ditempuh dalam mengajarkan suatu materi. Hal
tersebut penting untuk dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru yang
bersangkutan dapat memperkecil bahkan menghilangkan kemungkinan
munculnya berbagai kelemahan dalam dalam proses pembelajaran yang
terjadi. Selain itu, guru hendaknya terampil memilih model pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan berbagai keterampilan berbahasa
khususnya keterampilan menulis misalnya penggunaan model
pembelajaran kontekstual dengan menerapkan media berbasis ICT.
b. Guru hendaknya mau secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan
kemampuannya dalam mengembangkan meteri, menyampaikan materi
serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang
dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan
kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya membuka diri
untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran dan kritikan agar dapat
lebih memperbaiki kualitas dirinya.
c. Guru hendaknya lebih memotivasi siswa agar berani mengungkapkan ide,
gagasan, serta perasaanya melalui penggunaan model pembelajaran
kontekstual dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis ICT.
d. Guru hendaknya memberikan latihan menulis kepada siswa secara terus
menerus agar hasil tulisan siswa dapat ditingkatkan lagi.
e. Guru hendaknya dapat membuat siswa senang terlebih dahulu dan sering
melibatkan sehingga menumbuhkan minat dan keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran khususnya menulis argumentasi.
3. Bagi Kepala SekolahAgar guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kualitas
pembelajaran yang dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas ini,
disarankan kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi saran dan prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
pendukung pembelajaran, (b) memotivasi guru untuk senantiasa melakukan
peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran (misalnya dengan melakukan PTK sejenis ini), (c)
mengirim guru kebeberapa forum ilmiah seperti seminar, lokakarya,
workshop, diskusi ilmiah, penatara-penataran supaya wawasan guru
bertambah luas dan mendalam pemahamannya tentang pendidikan dan
pengajaran yang menjadi tugas pokoknya.