Upload
hoangdan
View
229
Download
0
Embed Size (px)
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MENULIS
PADA KELAS KHUSUS PROGRAM AKSELERASI
(STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DAN SMA NEGERI 3 SURAKARTA)
SKRIPSI
Oleh:
CHENEY CHRIST SABATINI
K1208004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Agustus 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Cheney Christ Sabatini
NIM : K1208004
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pembelajaran Keterampilan
Berbicara dan Menulis pada Kelas Khusus Program Akselerasi (Studi Kasus di
SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta)” ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Cheney Christ Sabatini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MENULIS
PADA KELAS KHUSUS PROGRAM AKSELERASI
(STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DAN SMA NEGERI 3 SURAKARTA)
Oleh:
CHENEY CHRIST SABATINI
K1208004
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Agustus 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“God has a perfect timing: never early, never late.
It takes a little patience and it takes a lot of faith.
But it’s worth the wait.”
(33 Miles)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
1. Sang Pemberi Kehidupan yang selalu memiliki
rancangan damai sejahtera bagiku. Di dalam
kelemahanku, kuasa-Mu menjadi sempurna;
2. Papa dan Mama, motivasi hidupku. Terima kasih
atas doa, perhatian, pengorbanan, kasih sayang, dan
impian yang selalu diberikan padaku;
3. Gyna dan Trisha. Adik-adikku yang selalu
memberikan dukungan agar tidak mudah menyerah;
4. Ardhy, Norma, Jat, Rina, Helmi, Ellysa, dan Alfira
yang menghadirkan keceriaan dan semangat
sehingga aku bisa menikmati masa perantauanku di
Solo;
5. Saudaraku di dalam Tuhan: PA Ngemingan,
GMAHK Ngemingan, dan Akhir Zaman Ministry
atas doa dan kekuatan yang selalu diberikan;
6. Sahabat-sahabatku: Siti, Khusnul, Eninta, Anti, Nita,
Rachma, Novi, Amel, Yutama, Anggun, dan Ichan;
7. Almamaterku, rekan-rekan seperjuangan, Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia UNS 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Cheney Christ Sabatini. PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA
DAN MENULIS PADA KELAS KHUSUS PROGRAM AKSELERASI (STUDI
KASUS DI SMA NEGERI 1 DAN SMA NEGERI 3 SURAKARTA). Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Agustus 2012.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) persepsi guru terhadap
pelaksanaan keterampilan berbicara dan menulis; (2) pelaksanaan pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi; (3) kendala yang dihadapi
guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; dan (4) usaha-usaha
yang dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah peristiwa pembelajaran keterampilan berbicara
dan menulis di kelas, informan, dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan analisis dokumen. Validitas data diperoleh dari review informan,
triangulasi metode, dan triangulasi sumber data. Teknik analisis data yang dilakukan
adalah analisis interaktif.
Hasil penelitian sebagai berikut. Persepsi guru terhadap pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbicara dan menulis
berguna untuk diterapkan di kehidupan siswa dan siswa perlu dibekali keterampilan
tersebut melalui praktik. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik ditinjau dari
adanya persiapan, pemilihan metode pembelajaran dan strategi pengelolaan
pembelajaran yang inovatif dan variatif, penggunaan fasilitas dan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, penggunaan
berbagai sumber untuk materi ajar, interaksi yang baik, dan penilaian yang baik.
Kendala-kendala yang dihadapi yaitu waktu pembelajaran, pemahaman materi siswa,
kurangnya rasa percaya diri siswa, kesulitan ide tulisan, dan penggunaan bahasa
daerah dan bahasa prokem dalam pembelajaran. Usaha-usaha yang dilakukan yaitu
pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel, pendekatan personal dan pengulangan
materi, pemberian motivasi, penggunaan media pembelajaran, dan mendorong siswa
untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis di kelas akselerasi telah berlangsung dengan baik ditinjau dari persepsi guru
terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis, pembelajaran yang
berjalan sebagaimana mestinya, kendala dalam pelaksanaan pembelajaran yang dapat
diatasi melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh guru di kelas akselerasi, dan adanya
persamaan dan perbedaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta.
Kata kunci: berbicara, menulis, kelas akselerasi, pembelajaran, surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
yang telah memberikan persetujuan penulisan skripsi;
3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
4. Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Dra. Raheni Suhita, M.Hum.,
selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan
kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Drs. Amir Fuady, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa di Program
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS;
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS yang
senantiasa memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKIP UNS;
7. Drs. HM. Thoyibun, S.H., M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Surakarta dan
Drs. Makmur Sugeng, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 3 Surakarta yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut;
8. Dra. Yustina dan Budiyono, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1
Surakarta, serta Drs. Bambang Dwi Sasongko selaku guru Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
SMA Negeri 3 Surakarta atas kerja sama dan bantuannya selama peneliti
melakukan penelitian di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta;
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi para pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .............................. 7
1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis..................... 7
a. Pembelajaran Keterampilan Berbicara ................................... 7
b. Pembelajaran Keterampilan Menulis ..................................... 10
c. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis ... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
d. Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis..... 18
e. Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis 21
1) Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara ................ 21
2) Penilaian Pembelajaran Keterampilan Menulis .................. 23
2. Pembelajaran di Kelas Akselerasi ............................................... 25
a. Hakikat Kelas Akselerasi ..................................................... 25
b. Pembelajaran di Kelas Akselerasi ......................................... 28
3. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan
Menulis pada Kelas Akselerasi.................................................... 30
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara dan Menulis di Kelas Akselerasi............ 32
5. Penelitian yang Relevan .............................................................. 34
B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 39
1. Tempat Penelitian ........................................................................ 39
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 39
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 40
C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 40
D. Teknik Sampling (Cuplikan) ............................................................ 41
E. Pengumpulan Data .......................................................................... 41
F. Uji Validitas Data ............................................................................ 41
G. Analisis Data .................................................................................. 42
H. Prosedur Penelitian .......................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Objek Penelitian ............................................ 44
B. Deskripsi Temuan Penelitian ........................................................... 44
1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
dan Menulis ................................................................................ 45
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
pada Kelas Akselerasi .................................................................. 46
a. Persiapan Sebelum Pembelajaran ............................................. 46
b. Pemilihan Metode dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran ....... 48
1) Metode Pembelajaran .......................................................... 48
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran ...................................... 52
c. Penggunaan Media Pembelajaran ............................................ 56
d. Pemilihan Materi Ajar ............................................................. 58
e. Interaksi dalam Pembelajaran .................................................. 59
1) Interaksi antara Guru dengan Siswa .................................... 59
2) Interaksi Siswa dengan Siswa ............................................. 61
f. Penilaian .................................................................................. 62
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi ....... 64
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan
Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas
Akselerasi ................................................................................... 66
C. Pembahasan ..................................................................................... 71
1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara
dan Menulis ................................................................................ 71
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
pada Kelas Akselerasi .................................................................. 73
a. Persiapan Sebelum Pembelajaran ............................................. 73
b. Penerapan Metode dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran ...... 74
1) Metode Pembelajaran .......................................................... 74
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran ...................................... 75
c. Penggunaan Media Pembelajaran ............................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
d. Pemilihan Materi Ajar ............................................................ 78
e. Interaksi dalam Pembelajaran ................................................... 79
1) Interaksi antara Guru dengan Siswa ..................................... 79
2) Interaksi Siswa dengan Siswa .............................................. 80
f. Penilaian .................................................................................. 81
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi ......... 82
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan
Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas
Akselerasi ..................................................................................... 83
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 88
B. Implikasi ......................................................................................... 88
C. Saran ............................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 91
LAMPIRAN ............................................................................................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Proses Komunikasi .............................................................................. 8
2 Kerangka Berpikir Penelitian .............................................................. 38
3 Analisis Model Interaktif ..................................................................... 42
4 Guru Menggunakan Metode Brainstorming dalam Pembelajaran ......... 51
5 Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi dalam Pembelajaran ..................... 52
6 Siswa Melakukan Presentasi Hasil Pekerjaannya di Hadapan Teman-
temannya ............................................................................................. 53
7 Siswa Mengajukan Pertanyaan kepada Temannya yang Sedang
Melakukan Kegiatan Presentasi ............................................................ 54
8 Guru Memberikan Komentar dan Pujian terhadap Pekerjaan dan
Penampilan Siswa ................................................................................ 56
9 Seluruh Siswa Menggunakan Laptop dalam Pembelajaran
Menulis ................................................................................................ 57
10 Tidak Seluruh Siswa Menggunakan Laptop Saat Pembelajaran
Menulis ............................................................................................... 58
11 Guru Memberikan Penjelasan kepada Siswa yang Belum Paham ......... 60
12 Guru Membimbing Siswa dalam Kegiatan Menulis .............................. 60
13 Siswa Melakukan Praktik Keterampilan Berbicara dalam
Pembelajaran Drama ............................................................................ 62
14 Guru Memberikan Evaluasi terhadap Penampilan Siswa dalam
Pementasan Drama yang Telah Dilakukan ........................................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Peringkat 10 Besar Hasil UN SMA/SMK Jurusan IPA
di Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 ...................................................... 4
2 Rincian Waktu dan Kegiatan Penelitian .................................................... 39
3 Persamaan dan Perbedaan Pola Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan
Menulis pada Kelas Akselerasi di SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta ........ 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Pedoman Wawancara dengan Guru ..................................................... 95
2 Pedoman Wawancara dengan Siswa .................................................... 96
3 Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta (1) .......... 97
4 Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta (2) .......... 100
5 Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta (3) .......... 104
6 Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta (1) .......... 107
7 Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta (2) .......... 111
8 Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta (3) .......... 113
9 Transkrip Wawancara Guru SMA Negeri 1 Surakarta (1) ..................... 116
10 Transkrip Wawancara Guru SMA Negeri 1 Surakarta (2) .................... 119
11 Transkrip Wawancara Guru SMA Negeri 3 Surakarta .......................... 127
12 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 1 (1) ................................... 132
13 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 1 (2) .................................. 135
14 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 1 (3) ................................... 137
15 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 3 ........................................ 139
16 Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ....................................... 142
17 Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ............................................ 145
18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara ............... 153
19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis ................. 161
20 Nilai Siswa .......................................................................................... 173
21 Program Tahunan SMA Negeri 3 Surakarta.......................................... 177
22 Program Semester SMA Negeri 3 Surakarta ......................................... 178
23 Rincian Minggu Efektif SMA Negeri 3 Surakarta ................................ 183
24 Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 3 Surakarta ....................... 185
25 Laporan Hasil Ujian Nasional Sekolah ................................................ 190
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
26 Dokumentasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara ........................... 192
27 Dokumentasi Pembelajaran Keterampilan Menulis .............................. 193
28 Tugas Siswa: Surat Perjanjian Jual Beli ............................................... 194
29 Tugas Siswa: Proposal Kegiatan .......................................................... 209
30 Tugas Siswa: Naskah Drama ............................................................... 225
31 Permohonan Izin Menyusun Skripsi .................................................... 247
32 Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ......... 248
33 Permohonan Izin Research/Try Out ..................................................... 249
34 Permohonan Surat Pengantar Izin Penelitian ....................................... 250
35 Surat Izin Penelitian ............................................................................ 252
36 Surat Keterangan Penelitian ................................................................ 253
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu menjalin hubungan dan
interaksi dengan orang lain. Interaksi antarmanusia akan terjalin dengan adanya
komunikasi. Sarana yang dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi adalah
bahasa. Manusia menyampaikan ide, pikiran, dan perasaannya melalui bahasa, baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Berbahasa pada hakikatnya merupakan sebuah
keterampilan dan pencerminan pikiran seseorang. Semakin seseorang terampil
berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut
digolongkan ke dalam dua jenis keterampilan, yaitu keterampilan reseptif dan
keterampilan produktif. Keterampilan reseptif bersifat menerima, diterapkan dalam
keterampilan menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan produktif
menitikberatkan pada kemampuan seseorang menggunakan bahasa secara aktif, yaitu
dalam keterampilan berbicara dan menulis.
Keterampilan berbicara, yang termasuk dalam keterampilan berbahasa
produktif, adalah keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi untuk menyampaikan
pesan, kehendak, keinginan, dan perasaan kepada orang lain (Iskandarwassid dan
Sunendar, 2008: 241). Keterampilan berbicara merupakan keterampilan
berkomunikasi secara verbal, sedangkan keterampilan menulis merupakan
keterampilan berkomunikasi secara nonverbal. Keterampilan berbahasa produktif
lainnya, yaitu keterampilan menulis merupakan keterampilan melukiskan lambang-
lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang
menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut (Abdurrahman dalam
Hakim, 2008: 141). Seseorang membutuhkan kedua keterampilan tersebut untuk
berkomunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keterampilan berbicara dan menulis bukanlah keterampilan yang dapat
diwariskan secara turun temurun, meskipun manusia dianugerahi keterampilan
tersebut. Kedua keterampilan tersebut, seperti keterampilan berbahasa lainnya perlu
dilatih agar dapat dikuasai dan digunakan secara maksimal. Mengingat pentingnya
keterampilan tersebut, dalam kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia memuat
keterampilan berbicara dan menulis untuk diajarkan kepada siswa.
Keterampilan berbicara dan menulis perlu dipelajari dan dikuasai oleh siswa
di semua jenjang pendidikan, baik di sekolah dasar maupun sekolah menengah.
Keterampilan berbicara dan menulis akan berguna bagi siswa, bukan hanya pada
jenjang sekolah melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Berbahasa sebagai
sebuah keterampilan berarti siswa sebagai pembelajar bahasa tidak hanya mampu
menguasai bahasa sebagai sebuah ilmu, tetapi juga dapat menerapkan atau
menggunakan ilmu bahasa tersebut dalam kehidupannya.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa mampu menggunakan
bahasa Indonesia dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Tujuan
pembelajaran tersebut telah sejalan dengan pengertian pendidikan yang tertera dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003. Pengertian
pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan berpedoman pada tujuan
yang akan dicapai, semestinya pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada
kegiatan yang melatih siswa terampil menggunakan bahasa.
Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini dirasa tidak optimal dan terkesan
monoton karena siswa banyak diberikan pengetahuan tentang bahasa. Kondisi ini
menyebabkan persepsi dan perilaku siswa terhadap bahasa Indonesia tidak tepat.
Siswa cenderung memandang remeh bahasa Indonesia dan malas mempelajari bahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai Ujian Nasional bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
siswa yang cenderung lebih rendah dari nilai mata pelajaran lain (KOMPAS, 21 Mei
2011). Padahal tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang seharusnya bukanlah
untuk menjadikan siswa sebagai ahli bahasa, melainkan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memiliki kemampuan dan pengalaman berbahasa yang ia lakukan
sendiri.
Salah satu program khusus dalam jenjang pendidikan menengah adalah
akselerasi atau percepatan. Akselerasi merupakan program percepatan studi. Melalui
program akselerasi, pendidikan tiga tahun di tingkat SMA dapat ditempuh dalam dua
tahun. Program akselerasi memiliki syarat yang harus dipenuhi dalam perekrutan
siswanya. Proses perekrutan siswa akselerasi mendasarkan pada tiga hal, yaitu
intellegent quotion (IQ), komitmen pada tugas, dan kreativitas (Hawadi, 2004: 36).
Siswa yang mengikuti kelas akselerasi diharapkan mampu memiliki tiga hal tersebut
karena singkatnya waktu belajar yang harus ditempuh dalam kelas akselerasi.
Pembelajaran bahasa yang dimiliki di kelas akselerasi sama halnya dengan
siswa pada kelas reguler, yaitu siswa diharapkan dapat menguasai keterampilan
berbahasa Indonesia untuk digunakan dalam komunikasi. Cara agar siswa dapat
menguasai keterampilan berbahasa, termasuk keterampilan berbicara dan menulis,
serta terampil menggunakannya adalah dengan melatih keterampilan tersebut.
Waktu pembelajaran bahasa Indonesia di setiap kelas dalam jenjang SMA
umumnya terdiri dari 4 jam pelajaran dalam satu minggu. Padahal pada
kenyataannya, pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis cenderung
membutuhkan waktu yang tidak singkat, terutama saat melakukan praktik
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Demikian halnya dalam kelas
akselerasi yang menempuh pelajaran di satu semester (6 bulan) hanya dalam waktu 4
bulan. Waktu pembelajaran ini cenderung memengaruhi pelaksanaan pembelajaran
berbicara dan menulis.
Di kota Surakarta, ada dua SMA negeri yang memiliki kelas khusus program
akselerasi, yaitu SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta. Selain program
akselerasi, program lainnya yang dimiliki oleh kedua sekolah tersebut adalah rintisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sekolah bertaraf internasional (RSBI). Kedua sekolah tersebut tergolong sekolah
unggul dan memiliki prestasi yang baik dalam bidang akademik, maupun
nonakademik. Hal ini dibuktikan melalui nilai UN SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3
masuk dalam peringkat 10 besar hasil UN SMA di Surakarta. Secara lengkap nilai
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Peringkat 10 Besar Hasil UN SMA Jurusan IPA di Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012
No Nama SMA Nilai Rata-
rata
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
1 SMAN 1 (RSBI) 50,20 36,05 57,30
2 SMAN 4 49,60 34,25 56,10
3 SMAN 7 49,52 38,80 56,45
4 SMA Islam Diponegoro 49,04 45,45 52,05
5 SMA Regina Pacis
(RSBI) 48,90 38,80 57,54
6 SMAN 3 (RSBI) 47,68 35,25 56,75
7 SMAN 5 47,32 37,60 56,50
8 SMAN 2 47,09 35,35 52,95
9 SMA Muhammadiyah 3 47,00 32,50 52,40
10 SMA Murni 46,44 28,30 51,65
Sumber: Pemerintah Kota Surakarta
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3
masuk dalam peringkat 10 besar hasil UN SMA. Selain itu, menurut data yang
diperoleh peneliti ketika melakukan penelitian, khusus untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia, nilai rata-rata yang diperoleh SMA Negeri 1 adalah 8,62 dan mendapatkan
peringkat 1 se-Surakarta, sedangkan SMA Negeri 3 memperoleh nilai rata-rata 8,37
dan mendapatkan peringkat 3 se-Surakarta.
Peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis di kelas akselerasi SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta
karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang cukup baik secara akademik. Hal itu
dapat dilihat dari perolehan nilai UN siswa jurusan IPA, termasuk kelas akselerasi.
Peneliti berasumsi bahwa sekolah yang memiliki kualitas dan prestasi yang baik tentu
didukung oleh pembelajaran yang baik pula. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dan SMA Negeri 3 Surakarta untuk menemukan pola pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk
mengetahui kendala-kendala yang dihadapi serta upaya-upaya yang dilakukan oleh
guru untuk mencapai keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis
di kelas akselerasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis
pada kelas akselerasi?
3. Kendala-kendala apa sajakah yang dialami guru dalam pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis?
4. Usaha-usaha apa sajakah yang dapat dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran menyeluruh
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan persepsi guru terhadap pelaksanaan keterampilan berbicara
dan menulis.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis.
d. Mendeskripsikan usaha-usaha yang dilakukan guru untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini akan memberikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kompetensi guru bahasa Indonesia dalam rangka pencapaian
keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Sebagai masukan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis pada kelas akselerasi.
2) Sebagai masukan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis di kelas akselerasi.
b. Bagi Siswa
1) Sebagai masukan untuk menyikapi bagaimana seharusnya pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis dipelajari.
2) Sebagai masukan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya
keterampilan berbicara dan menulis.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk peningkatan kemampuan guru khususnya dalam
menghadapi persoalan dan hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
a. Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Manusia merupakan makhluk individual yang unik. Keunikan yang dimiliki
oleh manusia terletak pada kemampuannya berbahasa. Kemampuan berbahasa
dianugerahkan kepada manusia oleh Sang Pencipta. Manusia yang normal ketika bayi
sudah memiliki kemampuan berbahasa namun terbatas pada kemampuan untuk
mendengar dan kemampuan untuk berbicara. Semakin bertambahnya umur dan
tingkat pendidikan, kemampuan berbahasa yang dimilikinya meningkat menjadi
kemampuan membaca dan menulis.
Selain sebagai makhluk individual, manusia juga merupakan makhluk sosial.
Tindakan pertama dan paling penting adalah tindakan sosial, yaitu suatu tindakan
tepat untuk saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima
pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui
suatu pendirian atau keyakinan (Tarigan, 2008: 8). Tindakan sosial tersebut
disalurkan melalui ujaran.
Zhao dan Throssell (2011: 89) juga menyatakan pendapatnya mengenai
ujaran. Menurutnya, dalam usaha menyampaikan makna, orang tidak hanya
menciptakan ucapan-ucapan yang melibatkan struktur tata bahasa dan kata-kata,
mereka juga melakukan tindakan melalui ujaran. Tindakan ujaran yang diucapkan
tersebut dihasilkan melalui kegiatan berbicara.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 2008: 16). Berbicara dikatakan sebagai suatu bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor linguistik sedemikian ekstensif secara luas
sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sosial. Dengan berbicara, manusia berkomunikasi dan berinteraksi dengan
sesamanya.
Sebagai sarana untuk berkomunikasi, berbicara juga merupakan sebuah
proses yang melibatkan tiga hal. Pertama, komunikator atau speakerman ialah
seseorang yang memindahkan arti yang bertindak sebagai pembicara. Kedua, simbol
untuk memindahkan arti. Ketiga, penerima atau audience ialah seseorang yang
menerima simbol fisik atau psikologis atau orang yang mendengarkan ceramah.
Selanjutnya, ada hal yang disebut feedback atau umpan balik. (Scott dalam Purwanto,
2010: 17).
Bovee dan Thill (dalam Haryani, 2001: 8) menggambarkan proses komunkasi
dalam Gambar 1. Gambar 1 menyatakan bahwa pembicara merupakan pengirim
pesan yang menyampaikan ide. Ide tersebut berubah menjadi pesan yang disampaikan
kepada pendengar atau penerima pesan. Pesan merupakan objek dari komunikasi.
Setelah pesan diterima, penerima pesan akan memberikan feedback atau umpan balik
kepada pengirim pesan. Feedback adalah informasi yang diterima oleh penerima
pesan. Siklus tersebut berulang ketika dua orang atau lebih melakukan kegiatan
berkomunikasi.
Gambar 1. Proses Komunikasi
Pengirim
dengan idenya
Ide berubah
menjadi pesan
Pesan
disampaikan
Penerima
membaca pesan
Penerima bereaksi dan
mengirimkan umpan
balik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Berbicara dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam.
Slamet (2008: 37) meninjau berbicara sebagai ilmu dan seni. Berbicara sebagai ilmu
merupakan teori atau pengetahuan tentang keterampilan berbicara. Pengetahuan
tentang ilmu berbicara menunjang kemahiran serta keberhasilan praktik atau seni
berbicara. Sementara itu, penekanan berbicara sebagai seni berarti membahas
berbagai model praktik berbicara.
Tinjauan berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan
mekanisme berbicara dan mendengar, latihan dasar tentang ujaran dan suara, bunyi-
bunyi bahasa, dan patologi ujaran. Haryadi dan Zamzani (dalam Slamet, 2008: 38)
menyatakan bahwa berbicara sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat
komunikasi dalam masyarakat. Hal yang menjadi perhatian berbicara sebagai seni
adalah berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Berbicara di muka
umum mencakup berbicara yang bersifat pemberitahuan, kekeluargaan, bujukan, dan
perundingan; sedangkan berbicara pada konferensi meliputi diskusi kelompok,
prosedur parlementer, dan debat.
Berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa lainnya,
yaitu keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Oleh karena berbicara adalah
sebuah keterampilan, maka berbicara bukanlah hal yang dapat diturunkan atau
diwariskan, melainkan diperoleh melalui proses belajar. Seseorang yang ingin
memiliki keterampilan berbicara yang baik harus mempelajari keterampilan
berbicara, baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Keterampilan berbicara penting untuk dikuasai semua orang karena
berbicara dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi dengan sesama atau
lingkungan. Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan lebih mudah dalam
menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain sehingga dapat diterima oleh
orang yang mendengarkan atau diajak bicara. Sebaliknya, seseorang yang kurang
memiliki kemampuan berbicara akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide
gagasannya kepada orang lain (Slamet, 2008: 32).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pendidikan diberikan kepada peserta didik agar ia secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pembelajaran keterampilan berbicara juga
harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan
pendidikan dan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara yang dicita-citakan, yaitu
mampu menggunakan keterampilan berbicara dalam berbagai konteks komunikasi.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 42) menyatakan tujuan keterampilan berbicara,
yaitu mencakup: (a) kemudahan berbicara, (b) kejelasan, (c) bertanggung jawab, (d)
membentuk pendengaran yang kritis, dan (e) membentuk kebiasaan.
Melalui pembelajaran keterampilan berbicara, peserta didik diharapkan
mampu memiliki kemudahan berbicara dan kejelasan, yaitu mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, ide, dan informasi melalui kegiatan berbicara yang disampaikan
dengan jelas. Peserta didik juga bertanggung jawab terhadap kebenaran dari apa yang
ia ungkapkan. Selain itu, berbicara juga berkaitan dengan keterampilan menyimak
atau mendengarkan. Dengan memiliki keterampilan berbicara yang baik, siswa
diharapkan mampu memiliki pola pikir kritis dalam menerima informasi.
Selanjutnya, keterampilan berbicara juga bertujuan membentuk kebiasaan siswa
menggunakan keterampilan berbicara secara tepat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk
berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat atau gagasan secara lisan. Sama halnya
dengan keterampilan berbahasa lainnya, keterampilan berbicara juga merupakan
keterampilan yang harus dipelajari dan dilatih oleh orang yang ingin menguasainya,
termasuk peserta didik.
b. Pembelajaran Keterampilan Menulis
Bahasa dalam pengertian sehari-hari adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa
tulis merupakan pencerminan kembali dari bahasa lisan itu dalam bentuk simbol-
simbol tertulis (Keraf, 2004: 13). Hal ini disebabkan karena berbicara umumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih tinggi daripada menulis. Dalam
mengungkapkan perasaan atau pikiran secara lisan, umpan balik dari lawan bicara
akan dapat langsung diketahui.
Hal yang berbeda terjadi pada penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam
mengungkapkan bahasa tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak
kesempatan untuk mempersiapkan atau mengatur diri, baik dalam hal apa yang akan
diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya (Iskandarwassid dan
Sunendar, 2008: 249). Oleh karena itu, keterampilan menulis umumnya disebut
sebagai keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa
setelah keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Hal ini disebabkan
keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur
di luar bahasa yang akan menjadi isi tulisan.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara
berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik
penulisan. Persyaratan tersebut menurut Hastuti (dalam Slamet, 2008: 98) antara lain
adanya kesatuan gagasan, penggunaan kalimat yang jelas dan efektif, paragraf
disusun dengan baik, penerapan kaidah ejaan yang benar, dan penguasaan kosakata
yang memadai. Klein dan Kirkpatrick (2010: 3) menambahkan bahwa untuk
menyusun tulisan yang baik, seorang penulis mencari sumber internal (ingatan jangka
panjang), eksternal (teks), dan informasi yang relevan.
Menulis bukanlah hasil akhir, melainkan proses. Menulis merupakan
kegiatan produktif dalam berbahasa yang merupakan proses psikolinguistik bermula
dengan formulasi gagasan lewat aturan semantik, lalu ditata dengan aturan sintaksis,
kemudian digelarkan dalam tatanan sistem tulisan (Alwasilah, 1994: 78). Sejalan
dengan Alwasilah, Wang (2009: 82) menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah
proses perpindahan dari penulis yang memilih sebuah topik untuk dituliskan,
mengatur ide untuk disampaikan, membuat garis besar dan merevisi isi, hingga
sampai kepada publikasi. Seseorang yang melakukan kegiatan penulisan pada
umumnya bertujuan agar tulisannya dibaca oleh orang lain. Oleh karena itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
seseorang akan mengungkapkan gagasannya secara tertib dan tertata agar mudah
diterima dan dipahami oleh penerima pesan atau pembacanya.
Slamet (2008: 97) menyatakan bahwa menulis merupakan proses yang
melibatkan beberapa fase, yaitu: fase prapenulisan (persiapan), penulisan
(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnaan tulisan). Hal yang biasanya dilakukan dalam fase prapenulisan ialah
pembuatan tema, judul tulisan, dan kerangka tulisan. Tahap penulisan yang
merupakan pengembangan dari hal-hal yang telah dibuat penulis dalam fase
pramenulis, yaitu tema, judul, dan kerangka tulisan. Fase terakhir adalah fase
pascapenulisan. Dalam fase ini penulis melakukan telaah terhadap tulisan,
menyunting isi maupun ejaan tulisan, dan menyempurnakan tulisan. Meskipun
terdapat tiga fase, namun fase-fase tersebut tidak terpisah. Ketiganya harus dipahami
sebagai komponen yang memang ada dan dilalui penulis dalam menulis. Tiga
kegiatan tersebut dapat membantu mempermudah penulis melakukan kegiatan
menulis.
Menulis didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Suparno dan Yunus, dalam
Slamet, 2008: 96). Ada empat unsur yang terlibat dalam komunikasi tulis, yaitu
penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan, saluran atau media yang berupa tulisan,
dan pembaca sebagai penerima pesan. Selain berfungsi sebagai kegiatan
penyampaian pesan, menulis juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, dan
pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis perlu untuk
dipelajari dan dikuasai.
Pentingnya penguasaan keterampilan menulis diungkapkan juga oleh
Poedjosoedarmo (2001: 40). Ia berpendapat bahwa bangsa yang maju berarti
menguasai berbagai segi ilmu dan teknologi untuk mengatur masyarakatnya. Untuk
sampai ke taraf yang demikian, anggota masyarakat saling menjalin komunikasi
dengan mengenai hal-hal yang menyangkut berbagai segi kehidupan yang maju.
Bahasanya pun harus berkembang dan mampu dipakai untuk berbagai seni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
komunikasi. Salah satu cara anggota masyarakat untuk menjalin komunikasi adalah
dengan menggunakan sistem tulis yang tidak terbatas pada generasi tertentu saja.
Keterampilan menulis umumnya disebut sebagai keterampilan berbahasa
yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah keterampilan
mendengarkan, berbicara, dan membaca. Hal ini disebabkan keterampilan menulis
menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang
akan menjadi isi tulisan. Penguasaan keterampilan menulis tidak lepas dari kebiasaan
seseorang berlatih menulis. Pada awalnya orang akan merasa bahwa keterampilan
menulis sulit dikuasai. Tetapi, bila seseorang sudah membiasakan diri untuk
melakukan praktik menulis, maka keterampilan menulis akan bisa dikuasai.
Motivasi perlu ditanamkan kepada siswa agar siswa mau berlatih dan
menguasai keterampilan menulis dengan baik melalui pembelajaran keterampilan
menulis. Salah satu motivasi siswa untuk menulis yang baik adalah keinginan agar
tulisannya dapat dibaca oleh orang lain. Rivers (1996: 83) berpendapat bahwa
menulis bukan hanya kegiatan yang bersifat individu, melainkan dapat bersifat
interaktif antara penulis dan pembaca. Pembelajaran menulis pada siswa juga tidak
lepas dari motivasi dan keinginan siswa agar tulisannya dapat dibaca oleh orang lain.
Apabila siswa memiliki motivasi untuk menulis agar dapat dibaca oleh orang lain,
maka siswa akan berusaha untuk menulis sebaik mungkin. Motivasi ini dapat
diungkapkan guru kepada siswa saat pembelajaran keterampilan menulis agar siswa
terpacu untuk menulis dengan baik.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa produktif yang bertujuan
menyampaikan gagasan, ide, informasi, dan pengalaman seseorang dalam bentuk
tulisan. Pembelajaran keterampilan menulis perlu dipelajari oleh siswa untuk melatih
siswa agar mampu mengungkapkan gagasannya secara tertib dan terstruktur lewat
tulisan. Guru dapat mengingatkan siswa untuk menulis dengan baik agar tulisan siswa
nantinya dapat dibaca oleh orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan
latihan. Perubahan tingkah laku diharapkan terjadi secara menyeluruh yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syamsudin dalam Subana dan
Sunarti, 2009: 9). Aspek kognitif berkaitan dengan pengamatan, ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek afektif berkaitan dengan penerimaan,
sambutan, apresiasi, pendalaman, dan penghayatan. Sementara itu, aspek
psikomotorik berkaitan dengan keterampilan bertindak dan ekspresi verbal-
nonverbal. Proses belajar yang baik harus mampu mengubah ranah perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotorik tersebut.
Proses belajar dan mengajar merupakan bagian dalam proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar dalam kegiatan pembelajaran merupakan interaksi antara
guru dan siswa. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam pembelajaran,
siswa menjadi pusat pembelajaran yang melakukan kegiatan belajar dan mengalami
perubahan tingkah laku melalui belajar. Sementara peran guru menurut Gagne dan
Briggs (dalam Subana dan Sunarti, 2009: 14) dalam pembelajaran adalah penyampai
informasi (informator), stimulator bagi terjadinya proses belajar-mengajar, penumbuh
hasrat belajar (motivator), pengarah setiap kegiatan belajar (direktor), dan pengatur
lingkungan agar terjadi proses belajar-mengajar yang baik (fasilitator). Proses belajar-
mengajar atau pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa. Kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan.
Seorang guru memiliki peran yang besar dalam kegiatan pembelajaran. Guru
harus bisa memosisikan dirinya dalam pembelajaran, salah satunya menggunakan
metode dan strategi yang tepat. Guru perlu memilih metode dan strategi yang tepat
agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran
dan bahan ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, pilihan guru, atau
aturan pendidikan dan sekolah (Richards dan Rodgers, 1986: vii).
Ada beberapa metode yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran.
Subana dan Sunarti (2009: 93) menyebutkan beberapa metode yang digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pembelajaran. Metode-metode tersebut yaitu metode ceramah, diskusi, sumbang
saran (brainstorming), simulasi, demonstrasi, discovery-inquiry, pengajaran modul,
belajar mandiri, dan pengajaran berprogram.
1) Ceramah adalah cara mengajar dengan menyajikan fakta atau ide secara lisan, baik
dengan atau tanpa alat peraga pandang dengar. Adapun siswa hanya
mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Ceramah merupakan
salah satu metode mengajar tradisional yang menganggap siswanya tidak memiliki
potensi dalam belajar. Guru berperan sebagai pemindah informasi kepada siswa.
2) Diskusi adalah metode yang membuat siswa aktif. Semua siswa memperoleh
kesempatan berbicara satu sama lain untuk bertukar pikiran dan informasi tentang
suatu topik masalah. Diskusi dianggap sebagai fungsi dan prosedur kelas yang
demokratis untuk membantu siswa mengalami perubahan tingkah laku yang lebih
bertanggung jawab.
3) Sumbang saran (brainstorming) dilaksanakan guru dengan melontarkan suatu
masalah ke kelas, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapatnya yang
memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. Melalui
metode ini siswa belajar dan berlatih merumuskan pendapat dengan bahasa dan
kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif dipancing dengan pertanyaan agar ia
turut aktif dan berani mengemukakan pendapatnya.
4) Simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau
berpura-pura untuk memperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu.
5) Demonstrasi adalah cara mengajar guru dengan menunjukkan atau
memperlihatkan suatu proses sehingga siswa dapat melihat, mengamati,
mendengar, meraba-raba, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru.
6) Discovery-inquiry merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui
proses mentalnya sendiri. Pengajaran dengan metode ini harus meliputi
pengalaman belajar yang dapat mengembangkan siswa menemukan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sendiri. Dalam metode ini, guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan kognitif dan kreativitas siswa. Proses ini bersifat student-centered
dengan tujuan mengembangkan bakat siswa dan membantu siswa
mengembangkan self-concept-nya.
7) Integratif atau terpadu merupakan kebijakan pembelajaran bahasa dengan
menyajikan bahan ajar secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan,
atau mengaitkan bahan ajar sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-
pisah. Metode ini terdiri atas integratif internal (terpadu intrabidang studi bahasa)
dan eksternal (terpadu antarbidang studi bahasa).
8) Pengajaran modul merupakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan modul
sebagai sarana untuk belajar. Modul adalah suatu unit lengkap, berdiri sendiri, dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
dalam mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
9) Belajar mandiri adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh individu untuk
memperbaiki diri sendiri. Dalam belajar, siswa tidak selalu memulainya dari diri
sendiri, tetapi di bawah supervisi bimbingan dari guru/konselor, dan direncanakan.
Siswa terlibat dalam identifikasi masalah/topik, kegiatan penyimpulan, dan
evaluasi terhadap hasil belajar mandiri.
Subana dan Sunarti (2009: 217) secara khusus menjelaskan teknik
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Aktivitas pembelajaran berbicara
dapat dilakukan dengan teknik terpimpin, teknik semiterpimpin, dan teknik bebas.
Ketiga teknik pembelajaran tersebut dapat diarahkan pada peningkatan keterampilan
aktivitas berbicara yang bersifat individual maupun kelompok.
1) Teknik terpimpin adalah teknik pembelajaran berbicara yang dilakukan dengan
cara meminta siswa mengujarkan sesuatu yang sama persis dengan contoh yang
sudah ada.
2) Teknik semiterpimpin adalah teknik pembelajaran berbicara yang dilakukan
dengan cara meminta siswa mengujarkan sesuatu yang secara material sudah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Melalui teknik ini, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan paparan bahasa
sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
3) Teknik bebas adalah teknik pembelajaran berbicara yang bebas dilakukan dengan
cara meminta siswa memaparkan sesuatu secara bebas tanpa bahan yang
ditentukan atau tanpa bimbingan dan pancingan tertentu.
Teknik pembelajaran berbicara tersebut dapat dicapai melalui beberapa
metode dan kegiatan pembelajaran berbicara, yaitu ceramah, berpidato, diskusi dan
diskusi panel, debat, seminar, dan simposium. Metode dan kegiatan tersebut
bertujuan agar siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya dalam pembelajaran.
Metode atau teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis
adalah menulis terpimpin (Subana dan Sunarti, 2009: 233). Dalam metode menulis
terpimpin, guru memimpin atau mengatur aktivitas menulis. Guru membimbing siswa
melalui pemberian contoh-contoh penulisan terlebih dahulu (pemodelan), kemudian
guru memberi tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan menulis (penugasan).
Menulis merupakan sebuah proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
keterampilan menulis ada langkah-langkah yang harus dilalui (Subana dan Sunarti,
2009: 232). Langkah-langkah tersebut ialah:
1) mencari topik yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dengan ruang lingkup
kehidupannya;
2) menentukan tujuan mengapa penulis (siswa) mengarang tulisan itu;
3) menentukan kepada siapa tulisan itu tertuju;
4) membuat rencana penulisan (outline);
5) mewujudkan karangan di kertas. Mula-mula konsep kasar, kemudian sesudah
direvisi dan disunting, ditulis rapi pada kertas karangan.
Pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis merupakan pembelajaran
keterampilan berbahasa yang penting untuk dipelajari, tetapi juga cenderung
memerlukan waktu yang tidak singkat untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, guru
sebagai pengarah dan pembimbing kegiatan pembelajaran harus mampu menerapkan
metode, strategi, dan teknik yang tepat dalam pembelajaran. Pembelajaran hendaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dapat sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga pembelajaran pun akan lebih mengena
dan bermakna bagi siswa.
d. Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
Kata media berasal dari bahasa Latin yang secara harafiah berarti perantara
atau pengantar (Sadiman, dkk., 2011: 6). Association of Education and
Communication Technology (AECT) menyatakan bahwa media merupakan segala
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,
2011: 3) mengatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Sejalan dengan itu, Sudrajat (2008) mengartikan media
pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dengan kata lain, media memiliki
pengertian yang luas dan tidak terbatas hanya pada alat atau benda tertentu saja,
melainkan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menciptakan kondisi belajar
pada peserta didik.
Media pembelajaran bermanfaat untuk membantu guru dan siswa dalam
proses belajar mengajar. Jika pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu
guru dalam mengajar dan terbatas jenisnya, pada saat ini pengertian media dan
jenisnya telah berkembang sesuai dengan paradigma pendidikan yang terus
berkembang. Pembelajaran yang semula berpusat pada guru telah bergeser dan
menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Oleh karena itu, media saat ini
digunakan oleh siswa untuk membantu siswa dalam pembelajaran.
Jenis media yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran juga beragam.
Bretz dan Briggs (dalam Saputra, 2012) menggolongkan media menjadi empat
kelompok, yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan media serba
aneka. Berikut adalah penjelasan dari keempat kelompok media tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1) Media audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke
penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan pendengaran. Contoh media
audio ialah radio, tape recorder, telepon, dan laboratorium bahasa.
2) Media visual
Media visual adalah media yang mengandalkan indera penglihatan. Media visual
dibedakan menjadi dua, yaitu media visual diam dan media visual gerak. Contoh
media visual diam adalah foto, ilustrasi, flashcard, gambar, film bingkai, OHP,
poster, peta, slide, grafik, dan lain-lain. Media visual gerak contohnya gambar-
gambar proyeksi bergerak seperti film bisu, dan sebagainya.
3) Media audio visual
Media audio visual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan
gambar. Ditinjau dari karakteristiknya, media audio visual dibedakan menjadi dua,
yaitu media audio visual diam dan media audio visual gerak. Media audio visual
diam di antaranya TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku
bersuara. Media audio visual gerak di antaranya film, TV, film bersuara, gambar
bersuara, dan lain-lain.
4) Media serbaaneka
Media serbaaneka merupakan media yang disesuaikan dengan potensi suatu
daerah, di sekitar sekolah, atau di lokasi lain yang dapat dimanfaatkan sebagai
media pengajaran. Contoh media serbaaneka adalah papan tulis, media tiga
dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat.
Guru dapat memilih menggunakan media untuk digunakan dalam
pembelajaran. Dalam pemilihan media yang akan digunakan dalam pembelajaran,
guru perlu perlu memperhatikan kriteria-kriteria pemilihan media. Tujuan
memperhatikan kriteria dalam memilih media pembelajaran adalah agar media
pembelajaran dapat bermanfaat secara tepat. Kriteria pemilihan media pembelajaran
adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1) Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran. Artinya, media pembelajaran dipilih
atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan
instruksional yang berisi unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih
memungkinkan digunakannya media pembelajaran.
2) Dukungan terhadap isi bahan ajar. Artinya, bahan ajar yang sifatnya fakta, prinsip,
konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah
dipahami siswa.
3) Kemudahan memperoleh media. Artinya, media yang diperlukan mudah diperoleh
dengan waktu dan biaya yang tersedia.
4) Keterampilan dalam menggunakannya. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan
pada media pembelajarannya, tetapi dampak dari penggunaan pada saat terjadinya
interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat
bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.
6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa. Memilih media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa sehingga makna yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
Tujuan penggunaan media dalam pembelajaran adalah agar siswa yang
merupakan pusat pembelajaran dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi dirinya melalui media pembelajaran tersebut. Dengan penggunaan
media, siswa lebih tertarik dan lebih termotivasi dalam belajar. Selain itu bahan ajar
yang disampaikan oleh guru kepada siswa akan lebih mudah dipahami oleh siswa
karena lebih konkret atau nyata sehingga tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan dapat tercapai dengan baik.
Sudjana dan Rivai (2009: 2) menyebutkan beberapa manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa. Manfaat-manfaat tersebut ialah:
1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi
belajar;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;
3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru. Siswa juga tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga dalam mengajar;
4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menciptakan kondisi
belajar pada peserta didik. Terdapat berbagai jenis media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran. Guru dapat memilih menggunakan media pembelajaran yang
sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran perlu
memperhatikan kriteria-kriteria yang ada agar media yang dipilih itu dapat digunakan
dengan tepat untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
e. Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
1) Penilaian pembelajaran keterampilan berbicara
Ada banyak tugas yang dapat diberikan pada peserta didik untuk menilai
keterampilan berbicaranya. Penilaian yang diberikan hendaknya bersifat fungsional
yaitu memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan,
dan informasi secara verbal. Nurgiyantoro (2011: 426) memberikan beberapa bentuk
tugas untuk menilai keterampilan berbicara peserta didik. Bentuk tugas tersebut ialah
sebagai berikut.
a) Berbicara berdasarkan gambar
Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan anak-anak usia
sekolah dasar, pembelajar bahasa asing tahap awal, atau pembelajar yang
kemampuan bahasanya telah tinggi tergantung pada keadaan gambar yang
digunakan. Gambar yang digunakan dapat berupa gambar objek dan gambar cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tugas-tugas yang diberikan disampaikan dengan cara pemberian pertanyaan dan
meminta peserta didik untuk bercerita sesuai dengan gambar yang disediakan.
Penilaian ini dapat memancing kreativitas dan imajinasi peserta didik.
b) Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara
Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara
berbicara berdasarkan gambar dan suara. Rangsang visual dan suara yang paling
banyak dikenal adalah televisi, video, atau berbagai bentuk rekaman. Tugas
kompetensi ini biasanya meminta siswa untuk menonton dan mengamati sebuah
siaran televisi atau video dan kemudian menceritakan hal yang ia amati.
c) Bercerita
Rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah
dibaca, cerita fiksi dan cerita lama, pengalaman, dan lain-lain.
d) Wawancara
Wawancara biasanya dilakukan terhadap seorang pembelajar yang kompetensi
bahasanya sudah cukup memadai sehingga memungkinkan untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya dalam bahasa itu. Masalah yang ditanyakan dalam
wawancara dapat menyangkut berbagai hal, tetapi hendaknya disesuaikan dengan
tingkat pengalaman peserta uji.
e) Berdiskusi dan berdebat
Tugas berbicara yang dimasukkan dalam bagian ini adalah berdiskusi, berdebat,
berdialog, dan berseminar dalam situasi formal. Berbagai tugas berbicara tersebut
baik dilakukan oleh peserta ddik untuk melatih kemampuan dan keterampilan
berbicara. Dalam aktivitas ini, peserta didik berlatih mengungkapkan gagasan,
menanggapi gagasan lawan bicaranya secara kritis, dan mempertahankan gagasan
sendiri dengan argumentasi secara logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
f) Berpidato
Aktivitas berpidato banyak dikenal dan dilakukan orang dalam masyarakat,
misalnya pidato sambutan, pidato politik kenegaraan, upacara, dan sebagainya.
Tugas berpidato baik untuk diajarkan dan diujikan di sekolah untuk melatih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kemampuan peserta didik mengungkapkan gagasan dalam bahasa yang tepat dan
cermat.
Ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menilai kemampuan
berbicara peserta didik (Subana dan Sunarti, 2009: 222). Faktor-faktor penilaian itu
adalah:
a) lafal dan ucapan;
b) struktur kebahasaan;
c) kosakata;
d) kefasihan, kemudahan, dan kecepatan bicara;
e) isi dan topik pembicaraan, gagasan yang disampaikan, ide-ide yang dikemukakan,
dan alur pembicaraan;
f) pemahaman, menyangkut tingkat keberhasilan komunikasi.
2) Penilaian pembelajaran keterampilan menulis
Menulis, seperti halnya berbicara, adalah aktivitas aktif produktif yang
umumnya paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa. Hal yang ditekankan pada
keterampilan menulis adalah unsur kebahasaan dan gagasan yang dituangkan dalam
tulisan. Penilaian keterampilan menulis pada siswa diarahkan pada praktik menulis
langsung yang bermakna, artinya sesuai dengan berbagai bidang yang dekat dengan
lingkungan siswa. Tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah menghasilkan
siswa yang mampu untuk menulis dengan kaidah penulisan yang benar. Oleh karena
itu, penilaian keterampilan menulis diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Nurgiyantoro (2011: 426) menyebutkan beberapa bentuk tugas kompetensi
menulis. Bentuk-bentuk tugas kompetensi menulis yaitu sebagai berikut.
a) Tugas menulis dengan memilih jawaban
Walaupun tes kompetensi menulis yang ideal adalah menyuruh peserta didik untuk
menulis yang sebenarnya, dalam praktiknya tes bentuk objektif masih dapat
dilakukan. Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut
peserta didik untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
menyusun alinea berdasarkan kalimat-kalimat. Tugas tersebut menuntut peserta
didik untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat yang berisi
gagasan pokok dan pikiran-pikiran penjelas, dan menentukan urutan kalimat yang
logis.
b) Tugas menulis dengan membuat karya tulis
Tugas menulis yang diberikan harus berupa jenis karya tulis yang diperlukan di
dunia nyata. Dengan demikian, karya tulis yang dihasilkan benar-benar bermakna,
dapat dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan dalam bidang tertentu. Tugas
menulis yang diberikan memang memaksa peserta didik untuk belajar dan
berusaha menulis, yaitu memilih bentuk-bentuk kebahasaan yang tepat untuk
mengungkapkan apa yang akan ditulis, mencari dan menyeleksi informasi dari
berbagai sumber serta isi tulisan, serta menyusun informasi itu ke dalam urutan
logika yang benar. Tugas-tugas menulis dapat berkaitan dengan keperluan
pekerjaan kantor, jurnalistik, penerbitan, dan lain-lain seperti surat-menyurat,
resensi buku, menulis berita, menulis laporan, membuat tabel, menulis artikel,
iklan, dan menulis kreatif yang menghasilkan teks-teks kesastraan.
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menilai kompetensi menulis
peserta didik yaitu:
a) isi karangan, sejauh mana topik tersebut dapat menjadi masalah yang menarik;
b) bentuk karangan;
c) gramatika, perangkat kebahasaan tulisan harus sesuai dengan kaidah yang berlaku
serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis;
d) gaya penulisan, untuk memberikan nada dan warna tertentu terhadap karangan;
e) ejaan, penggunaan ejaan yang tepat memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam membangun keutuhan karangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Pembelajaran di Kelas Akselerasi
a. Hakikat Kelas Akselerasi
Chasiyah, Chadidjah, dan Edy (2009: 18) menyatakan bahwa di dalam diri
setiap orang terdapat dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan dimaksudkan
sebagai sesuatu yang secara hakiki ada pada manusia di suatu segi dan di segi lain
sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Dimensi kemanusiaan itu dapat
dirumuskan menjadi dimensi keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan
(sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi keberagamaan (religiusitas).
Salah satu dimensi kemanusiaan yang ada adalah individualitas. Hal
mendasar yang dimiliki oleh manusia adalah adanya perbedaan dalam setiap individu.
Dari segi fisik atau biologis, tidak ada manusia yang sama persis. Aspek mental pun
demikian. Perbedaan dalam aspek psikologis meliputi kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah, cita rasa dan kegemaran, bakat dan minat, fantasi dan cita-cita,
kemampuan berekspresi dan berkomunikasi, kecenderungan merasa bersikap, dan
sebagainya. Pengembangan dimensi keindividualan pada setiap orang memungkinkan
seseorang memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal
mengarah pada aspek kehidupan yang positif, mampu tegak berdiri dengan
kepribadiannya sendiri.
Salah satu perbedaan dalam aspek psikologis yang dimiliki oleh manusia
adalah bakat atau kecerdasan. Kecerdasan merupakan bakat umum untuk belajar,
yang sering diukur berdasarkan kemampuan memahami abstraksi dan memecahkan
masalah (Slavin, 2008: 163). Keserasian antara kemampuan dan pengalaman belajar
pada manusia akan menghasilkan capaian peningkatan kecerdasan yang secara
substansial sangat bermakna. Kemampuan kognitif pada diri seseorang dapat
dikembangkan untuk mendukung seseorang meraih potensi diri yang lebih tinggi,
termasuk seseorang yang tergolong unggul (Erland, 1999: 29). Kemampuan tersebut
dapat dikembangkan lebih optimal apabila peserta didik ditempatkan bersama peserta
didik lain yang memiliki kemampuan yang hampir sama. Karena itu, pendidikan,
terutama di sekolah seyogianya mampu mewujudkan lingkungan yang kaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pengalaman dan bersifat human, juga fleksibel sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan beragam kemampuan peserta didik yang berbeda-beda (Uno dan
Umar, 2009: 32). Hal ini sangat perlu bagi anak yang berkemampuan unggul karena
ketertarikan intelektual dan perspektif masa depan anak berbakat jauh berbeda, baik
dalam arti genetis maupun dalam kecepatan tindakan dibandingkan dengan orang
lain. Fasilitas yang disediakan dalam pendidikan bagi anak dengan kemampuan
unggul adalah program akselerasi.
Mengenai program kelas akselerasi, Hawadi (2004: 11) memberikan definisi
mengenai kelas akselerasi. Menurutnya, kelas akselerasi merupakan program layanan
pendidikan yang diikuti oleh anak berbakat akademik sehingga diharapkan kelas
akselerasi ini mampu memenuhi kebutuhan layanan pendidikan yang berbeda bagi
mereka yang tergolong gifted. Sejalan dengan itu, Saelan (dalam Nugroho, 2006: 31)
menyatakan bahwa akselerasi adalah suatu proses percepatan (acceleration)
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa
(unggul) dalam rangka mencapai target kurikulum nasional dengan tetap
mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal.
Peserta didik yang berbakat atau memiliki kemampuan unggul memang
mendapatkan jaminan untuk memperoleh pendidikan khusus. Landasan Hukum
penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi anak berbakat akademik atau
program percepatan belajar adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, antara lain:
Pasal 5 ayat 4:
Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
Pasal 12 ayat 1:
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:…
(b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
batas waktu yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland, sebagaimana dikutip oleh
Fakhruddin (2009: 6) juga berpendapat mengenai hak layanan pendidikan khusus
bagi anak berbakat. Ia menyatakan bahwa anak berbakat adalah anak yang
diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang
memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang
sesuai atau layanan melebihi sebagaimana yang diberikan secara normal oleh
program sekolah reguler, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna
bagi diri dan masyarakatnya.
Peserta didik kelas akselerasi umumnya adalah peserta didik yang dapat
dikatakan sebagai anak berbakat secara akademik. Kitano dan Kirby menegaskan
beberapa karakteristik anak berbakat akademik (Wahab, 2010: 2) di antaranya:
1) memiliki rentangan perhatian yang lama dikaitkan dengan bidang akademik
tertentu;
2) memiliki pemahaman konsep, metode, dan terminologi pada tingkat lanjut untuk
bidang tertentu;
3) mampu menerapkan konsep-konsep dari bidang tertentu ke kegiatan-kegiatan
dalam bidang lainnya;
4) adanya keinginan untuk mencurahkan sebagian besar waktu dan usahanya untuk
mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik tertentu;
5) adanya kemampuan kompetitif dalam bidang akademik tertentu dan motivasi
untuk berbuat yang terbaik;
6) kemampuan belajar cepat dalam bidang studi tertentu; dan
7) memiliki keajegan dan dikendalikan oleh tujuan dalam bidang tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut berkonsekuensi pada kebutuhan-
kebutuhan peserta didik kelas akselerasi. Lebih lanjut, Kitano dan Kirby (Wahab,
2010) menjelaskan kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi, di antaranya:
1) mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kompetensi fundamental,
perbendaharaan teknis, dan pengetahuan lanjut dari suatu bidang yang dimiliki;
2) berinteraksi dengan para pemimpin dalam bidangnya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) menerapkan pengetahuan untuk penyelesaian masalah mutakhir;
4) mengomunikasikan pengetahuan; dan
5) mengembangkan kemampuan dalam bidang akademik dan sosial lainnya.
Peserta didik yang berbakat memiliki karakteristik yang berbeda dengan
peserta didik yang lain. Maka dari itu, program akselerasi merupakan layanan
program pendidikan yang diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan pendidikan
peserta didik yang berbakat. Nulhakim (2008: 930) memberikan pendapatnya tentang
tujuan khusus program akselerasi. Tujuan-tujuan tersebut ialah: (a) memberikan
penghargaan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan program pendidikan
secara lebih cepat sesuai potensinya, (b) meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses
pembelajaran peserta didik, (c) mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang
kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal,
(d) memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan
emosional secara seimbang.
Berdasarkan pendapat mengenai akselerasi dapat disimpulkan bahwa
akselerasi merupakan program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan unggul. Layanan pendidikan ini bertujuan agar peserta didik
dapat mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki secara optimal.
b. Pembelajaran di Kelas Akselerasi
Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru (Sagala, 2007: 61).
Belajar dalam konsep ini adalah perubahan tingkah laku setelah mempelajari suatu
kemampuan atau nilai yang baru. Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa
komponen yang dirancang untuk terciptanya kegiatan pembelajaran yang baik.
Komponen pembelajaran itu ialah: analisis kurikulum yang diaplikasikan dalam
penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Analisis kurikulum dilakukan sebelum menyusun silabus dan rencana
pembelajaran. Analisis ini penting untuk dilakukan mengingat kurikulum merupakan
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2006: 25). Kurikulum
diaplikasikan dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Anak berbakat pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan
anak-anak pada umumnya. Karena itu, diperlukan adanya penanganan khusus untuk
anak-anak berpotensi luar biasa ini. Yamin (2009: 11) mengungkapkan bahwa kelas
percepatan pembelajaran atau akselerasi disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki
kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat
sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya.
Kelas akselerasi sebagai layanan khusus pendidikan anak berbakat memilih
materi-materi yang esensial. Materi yang esensial itu disusun sebagai rencana
pembelajaran yang akan diajarkan di kelas. Hal itu dilakukan mengingat program
akselerasi hanya memberikan waktu dua tahun bagi siswa untuk menyelesaikan
sekolahnya pada jenjang SMA mulai kelas X sampai dengan kelas XII.
Pengembangan kurikulum melalui materi dimaksudkan memberikan pengembangan
materi jika secara proporsi mental dan psikis dapat diberikan pada siswa. Hal ini
didasarkan bahwa kurikulum merupakan standar cakupan materi minimal (Nugroho,
2006: 36). Penyusunan materi diurutkan dari mudah ke sulit dan dari sederhana ke
kompleks.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai garis besar untuk
melaksanakan pembelajaran dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Strategi pembelajaran dimuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Perancangan
strategi pembelajaran bertujuan agar guru dapat memiliki pedoman atau skenario
yang rinci dan praktis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain strategi
pembelajaran, ada hal yang disebut metode pembelajaran. Pengertian metode dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dikaitkan dengan pembelajaran, maka metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan untuk menerapkan rencana pembelajaran yang telah dibuat guna mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang dapat
digunakan antara lain ceramah, diskusi, penugasan, curah pendapat, role playing,
simulasi, studi kasus, uji coba, dan sebagainya. Penggunaan metode yang beragam
diharapkan tidak membuat jenuh dan monoton dalam menyajikan materi pelajaran
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2008 226).
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik
(Sudrajat, 2008). Selanjutnya, ada evaluasi. Evaluasi berfungsi untuk menilai sejauh
mana kemajuan hasil belajar siswa dengan mengukur kemampuannya menguasai
kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.
Dari beberapa pendapat dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran di kelas akselerasi mencakup enam komponen pembelajaran, yaitu
analisis kurikulum, materi, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan
evaluasi. Komponen pembelajaran ini bertujuan agar tujuan pendidikan yang telah
dibuat dapat tercapai.
3. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada
Kelas Akselerasi
Guru adalah seorang pengajar yang tugas utamanya adalah
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran itu, guru melakukan kegiatan mengajar. Mengajar adalah proses
mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa
fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai
positif sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi-potensi kepribadian
peserta didik (Sanusi dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pengembangan potensi yang dimiliki oleh peserta didik perlu dilatih,
terutama keterampilan berbahasa. Siswa tidak boleh hanya diajarkan tentang teori tata
bahasa maupun teori sastra, tetapi tidak diberikan kesempatan untuk mempraktikkan
teori tata bahasa dan teori sastra dalam pembelajaran bahasa. Pengajaran bahasa yang
kering seperti itu akan membosankan siswa dan tidak dapat menjadikan siswa
terampil berbahasa.
Hal yang diperlukan oleh sebagian besar siswa adalah penguasaan bahasa
serta keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Tujuan itu hanya dapat
dicapai dengan latihan, dan sekali lagi latihan yang cukup (Badudu, 1989: 24).
Keterampilan berbicara dan menulis yang dilatih dan dikuasai dengan baik oleh
peserta didik akan menghasilkan penggunaan bahasa yang tertib. Bahasa yang tertib
mencerminkan cara berpikir, sikap, dan tindakan yang tertib pula. Ketertiban inilah
kunci utama bagi berhasilnya pembangunan dan pembinaan bangsa (Amanat
Kenegaraan, 1973, II: 82 dalam Jalal, 2001).
Guru hendaknya berusaha menciptakan suasana kegiatan berbahasa setiap
saat. Idris, Ahmad, dan Broto (1981: 56) menyebutkan peran guru sebagai pengawas
dan pembimbing. Sebagai pengawas, guru berusaha mengawasi berbagai kegiatan
berbahasa yang dilakukan siswa tanpa sepengetahuan siswa. Sebagai pembimbing,
guru selalu berusaha mendorong siswa melakukan berbagai kegiatan berbahasa setiap
kesempatan itu terbuka. Guru hendaknya juga dapat membimbing siswa untuk
mampu mengatur diri dalam belajar bahasa. Secara terus menerus telah dibuktikan
bahwa kemampuan pengaturan diri siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk
pencapaian akademik mereka (Zimmerman dan Martinez dalam Ping, 2012: 90).
Pengaturan diri dalam pembelajaran yaitu siswa dapat memiliki tanggung jawab
secara pribadi untuk belajar dan tahu bagaiamana caranya belajar (Keirns dalam Ping,
2012: 89).
Guru yang juga berperan sebagai seorang pengajar hendaknya mampu
mendidik dan membimbing peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Didikan dan
bimbingan yang diberikan bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bahasa, tetapi juga latihan. Dengan berlatih menggunakan keterampilan berbicara dan
menulis, peserta didik diharapkan dapat terlibat langsung dalam menyerap informasi
dan menyatakan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan
kemampuan individu peserta didik (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 227).
Tujuannya agar peserta didik mampu menguasai keterampilan berbicara dan menulis
untuk digunakan dalam kehidupannya.
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbicara dan Menulis di Kelas Akselerasi
Perkembangan arus informasi, teknologi, dan komunikasi dalam era
globalisasi saat ini begitu pesat. Perkembangan tersebut menuntut setiap bidang
kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan
kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Sistem pendidikan pun demikian.
Pendidikan dapat memengaruhi kehidupan dan perkembangan masyarakat, baik
sekarang maupun pada masa yang akan datang agar terbentuk masyarakat madani
yang good governance dan clean governance. Masyarakat tersebut hanya dapat
diwujudkan melalui pendidikan berkualitas yang mampu memadukan aspek religi,
sosial budaya, dan teknologi secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2006: 16).
Sistem pendidikan senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
Sistem pendidikan yang terus menerus berkembang mencakup kurikulum
yang merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan. Kurikulum dipahami
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum senantiasa
berubah menyesuaikan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Perubahan
kurikulum berangkat dari kompetensi-kompetensi sebagai hasil analisis dari berbagai
kebutuhan di masyarakat, baik kebutuhan untuk hidup (bekerja) maupun untuk
mengembangkan diri sesuai dengan pendidikan seumur hidup (Mulyasa, 2006: 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kurikulum yang digunakan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). KTSP dapat dikatakan sebagai perbaikan dari kurikulum
sebelumnya, yaitu Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Kurikulum 2004 pada hakikatnya adalah kurikulum yang berbasis kompetensi.
Kompetensi ini dimaksudkan agar peserta didik terukur perkembangannya. Tiap-tiap
mata pelajaran telah ditetapkan capaian kompetensi standarnya dan kompetensi
dasarnya sehingga secara konseptual jelas capaiannya (Nugroho, 2006: 9).
KTSP beranjak dari Kurikulum 2004. KTSP dapat dikatakan sebagai
penyempurnaan dari kurikulum yang ada sebelumnya, yaitu Kurikulum 2004.
Beberapa perbedaan dalam KTSP dan Kurikulum 2004 yaitu dalam manajemen,
pembelajaran, dan pelaksanaan (PP No. 19 Tahun 2005). Dalam Kurikulum 2004, uji
coba, pemodelan, dan manajemen berbasis sekolah dilakukan oleh pusat (Direktoriat
dan Balitbang), sedangkan dalam KTSP standar isi disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan dikembangkan oleh sekolah. Selanjutnya dalam
pembelajaran, Kurikulum 2004 menetapkan peran guru sebagai fasilitator dan
pembelajaran berbasis kompetensi, sedangkan dalam KTSP berorientasi kompetensi
dan siswa sebagai pusat pembelajar. Pelaksanaan Kurikulum 2004 diberikan model-
model (silabus, pembelajaran, dan penilaian) dalam dokumen lengkap yang disusun
pusat sebagai acuan atau pedoman, sedangkan dalam KTSP sekolah dan komite
sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota dan/atau dinas provinsi.
KTSP disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan
dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh BSNP. Penyusunan dan pelaksanaan KTSP oleh pihak sekolah
bertujuan agar setiap visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak sekolah
dapat terwujud karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya. Mulyasa (2007: 21) mengungkapkan bahwa KTSP adalah suatu ide
tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat
dengan pembelajaran, yakni sekolah, dan satuan pendidikan. KTSP dapat dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sebagai salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada
sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing.
Ketika melakukan pengembangan kurikulum untuk digunakan dalam
pembelajaran di sekolah, guru maupun tim MGMP sebagai pengembang kurikulum
perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengembangkan kurikulum. Prinsip
pengembangan kurikulum yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006, yaitu:
a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya;
b) beragam dan terpadu;
c) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
d) relevan dengan kebutuhan kehidupan;
e) menyeluruh dan berkesinambungan;
f) belajar sepanjang hayat; dan
g) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Proses pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan karakteristik
peserta didik dan kebutuhannya, tuntutan keilmuan dan keutuhan masyarakat dunia
kerja. Tujuan mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan kebutuhannya dalam
pengembangan kurikulum adalah agar pembelajaran yang dialami peserta didik,
khususnya peserta didik dalam kelas akselerasi, benar-benar aplikatif dan bermakna
bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya. Pengembangan kurikulum merupakan proses
yang dinamis berdasarkan keseimbangan estetika, etika, logika, dan kinestetika. Guru
harus benar-benar berupaya menyeimbangkan aspek-aspek tersebut secara
proporsional agar peserta didik memiliki keterampilan yang utuh.
5. Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh
Sa’bani (2009) dalam skripsi yang berjudul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
SMP Negeri 3 Salatiga”. Dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 3 Salatiga pada dasarnya dapat
berlangsung dan berhasil dengan baik, terlihat dari persiapan yang cukup, strategi dan
metode pembelajaran yang menarik dan variatif, penggunaan media ajar sesuai
kebutuhan, pemilihan materi ajar yang baik, interaksi yang baik antara guru dengan
siswa ataupun siswa dengan siswa, penilaian yang baik, dan hasil pembelajaran yang
memuaskan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan
berbicara yaitu siswa kurang percaya diri, siswa kurang antusias, siswa masih
menggunakan metode hapalan, siswa merasa takut dan kurang percaya diri, jumlah
siswa sangat banyak sehingga waktu untuk presentasi terbatas, siswa belum mampu
berbicara dadakan, dan siswa masih sering menggunakan bahasa Jawa. Meskipun
terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran keterampilan berbicara, namun guru
dan siswa berusaha mengatasi kendala-kendala tersebut.
Penelitian kedua yang relevan adalah tesis yang berjudul “Pembelajaran
Keterampilan Menulis di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus di Kelas XI SMA N 1
Slogohimo, Wonogiri)” oleh Tarmin (2007). Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian tersebut adalah pembelajaran keterampilan menulis di kelas XI SMA N 1
Slogohimo, Wonogiri sudah cukup baik, terlihat dari pengetahuan guru terhadap
kurikulum yang saat itu digunakan, pelaksanaan pembelajaran yang sesuai rencana,
materi telah sesuai, media cukup bervariasi, dan durasi waktu praktik yang cenderung
lebih banyak daripada teori. Kesulitan yang ditemui antara lain belum ada tradisi
gemar menulis di kalangan siswa, kesulitan menuangkan ide, lemahnya
ketatabahasaan siswa, menentukan judul setelah karangan selesai, dan pendekatan
komunikatif belum terlaksana.
Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan
judul “Pembelajaran Sastra pada Kelas Akselerasi (Studi Kasus di SMA N 8
Yogyakarta)” oleh Nugroho (2006). Kesimpulan penelitian tersebut adalah
pelaksanaan pembelajaran sastra di kelas akselerasi SMA Negeri 8 Yogyakarta
berjalan dengan baik, mulai dari perencanaan hingga evaluasinya telah memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
langkah-langkah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Siswa juga dapat
mengembangkan kemampuan apresiasi sastra melalui pembelajaran sastra. Hambatan
yang ditemui dalam pembelajaran puisi adalah pengetahuan guru tentang puisi
tersebut. Usaha yang dilakukan oleh guru adalah pemilihan materi, pemberian
motivasi, pengembangan metode dan strategi, dan kedekatan siswa dan guru.
Penelitian keempat yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Setyawan (2011) dengan judul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara
(Studi Kasus di SMK Negeri Kabupaten Karanganyar)”. Kesimpulan penelitian
tersebut adalah perencanaan pembelajaran dalam RPP masih berbentuk mentah dan
perlu dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik. Kendala
yang ditemui adalah siswa sulit berbicara di depan umum, sumber materi mengacu
pada LKS yang materinya kurang mendalam, jam pelajaran bahasa Indonesia dirasa
kurang, terdapat beberapa LCD yang rusak dan belum adanya laboratorium bahasa,
dan masih ada penggunaan bahasa ibu (bahasa Jawa) dalam pembelajaran. Upaya
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah memotivasi siswa,
mencari materi dari sumber lain, penilaian keterampilan berbicara berdasarkan
pengamatan guru terhadap siswa di luar pembelajaran, dan guru memiliki fungsi
kontrol kepada siswa.
Penelitian kelima yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nulhakim (2008) dengan judul “Program Akselerasi bagi Siswa
Berbakat Akademik”. Kesimpulan penelitian tersebut adalah layanan pendidikan
khusus bagi peserta didik berbakat akademik dan berkecerdasan luar biasa
dibutuhkan oleh masyarakat dengan beberapa peningkatan layanan agar dapat
berlangsung secara optimal dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik yang
memang unggul dan merupakan aset harapan masa depan bangsa.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah adanya kesamaan
pada variabel, yaitu variabel pembelajaran keterampilan berbicara, keterampilan
menulis, dan kelas akselerasi. Penelitian tersebut mengkaji proses pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kendala dalam pembelajaran, dan berusaha mencari pemecahan atas kendala yang
dihadapi dalam keterampilan berbicara dan menulis.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pendahuluan dan kajian teori tentang pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi dapat dibuat suatu kerangka
berpikir seperti berikut.
Keterampilan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbahasa yang
sangat penting untuk dikuasai. Pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis
secara umum belum memperlihatkan perolehan hasil yang memuaskan. Dalam
keterampilan berbicara siswa belum mampu menyampaikan gagasannya dalam
komunikasi lisan dengan baik. Mereka masih malu, gugup, dan ragu ketika
menyampaikan pendapat dan gagasannya di depan umum. Dalam keterampilan
menulis, siswa belum tergugah untuk dapat mengekspresikan pendapatnya sesuai
dengan tema tulisan serta kurang menguasai ejaan dan kosakata yang diperlukan
untuk membuat sebuah karya tulis yang baik.
Pemahaman guru terhadap kurikulum sangat penting. Khususnya dalam
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis, guru harus memahami hakikat
keterampilan berbicara dan menulis. Selain kurikulum pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis, guru juga harus memahami karakteristik siswa kelas akselerasi
dan pembelajaran di kelas akselerasi yang berbeda dengan kelas reguler.
Selain pemahaman tentang kurikulum, guru juga dituntut untuk mampu
melakukan proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Guru
diharapkan memiliki kemampuan mengajar dan mendidik yang baik melalui
pemberian materi, pelaksanaan strategi, penerapan metode, penggunaan media, serta
pelaksanaan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran. Pemahaman terhadap kurikulum
dan proses pembelajaran keterampilan berbahasa produktif pada guru diharapkan
mampu diterapkan kepada siswa. Tujuannya agar hasil proses belajar-mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
keterampilan berbahasa produktif dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Visualisasi
kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
Pemahaman dan Persepsi Guru terhadap
Kurikulum 2006
Pemahaman Teori
dan Pembelajaran
Keterampilan
Berbicara dan
Menulis
Pemahaman
Karakteristik dan
Pembelajaran Kelas
Akselerasi
Pemahaman Peran
Guru dalam
Pembelajaran
Keterampilan
Berbicara dan Menulis
Proses Belajar Mengajar
(Materi, Strategi, Metode, Media, Evaluasi)
Hasil Proses Belajar Mengajar
Keterampilan Berbicara dan Menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah, yaitu SMA Negeri 1 dan SMA
Negeri 3 Surakarta pada tahun ajaran 2011/2012. SMA Negeri 1 terletak di Jalan
Monginsidi 40, Surakarta, sedangkan SMA Negeri 3 terletak di Jalan RE Martadinata
143, Surakarta. Dua sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena
keduanya merupakan sekolah favorit dan memiliki prestasi akademik yang baik. Dari
8 (delapan) SMA Negeri yang ada di kota Surakarta, hanya SMA Negeri 1 dan SMA
Negeri 3 Surakarta saja yang memiliki program akselerasi.
SMA Negeri 1 memiliki dua kelas akselerasi pada kelas XI, yaitu kelas XI
Aksel 1 dan XI Aksel 2. Kelas yang dijadikan sebagai objek penelitian di SMA
Negeri 1 adalah kelas XI Aksel 1 yang berjumlah 24 orang. Sementara itu, SMA
Negeri 3 memiliki tiga kelas akselerasi pada kelas XI, yaitu kelas XI Aksel 1, XI
Aksel 2, dan XI Aksel 3. Kelas yang menjadi objek penelitian di SMA Negeri 3
adalah kelas XI Aksel 3 yang berjumlah 19 orang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012-Juni 2012. Adapun
rincian kegiatan dan waktu penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Rincian Waktu dan Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1 Penyusunan proposal xxxx
2 Pengajuan Izin Penelitian xxxx
3 Pengumpulan data xx-x xxx
4 Analisis data xxxx
5 Penyusunan laporan ---x xxxx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
sebuah proses yang mengungkapkan penelitian yang mengungkapkan berbagai
pandangan yang nampak dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti bertolak dari
data yang ditemui di lapangan, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas,
dan berakhir dengan konsep yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini bertujuan
memberikan gambaran secara detail mengenai pembelajaran keterampilan berbicara
dan menulis pada kelas akselerasi di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan dua sekolah untuk mendeskripsikan pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Tujuannya adalah untuk
menemukan pola pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi.
C. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Tempat dan peristiwa, yaitu peristiwa pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis di kelas XI Aksel 1 di SMAN 1 Surakarta dan XI Aksel 3 di SMAN 3
Surakarta.
2. Informan atau narasumber, yaitu seseorang yang dinilai mengetahui masalah yang
akan dikaji oleh peneliti. Dalam hal ini informan adalah guru dan siswa kelas
akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta.
3. Dokumen mengenai perangkat pembelajaran (RPP, silabus, dan daftar nilai
siswa,), tugas-tugas siswa yang berhubungan dengan pelaksanaan keterampilan
berbicara dan menulis. Dokumen diperoleh dari guru dan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, yakni pengambilan sampel karena pertimbangan atau tujuan tertentu.
Purposive sampling dilakukan agar penelitian dapat lebih terfokus. Peneliti
mengambil sampel satu kelas akselerasi dari masing-masing sekolah pada tahun
ajaran 2011/2012, yaitu kelas XI Aksel 1 di SMA Negeri 1 dan XI Aksel 3 di SMA
Negeri 3. Pertimbangan yang diambil dalam pengambilan sampel adalah kedua kelas
tersebut merupakan kelas yang menengah, artinya bukanlah kelas yang terbaik dan
bukan juga kelas yang terlemah dalam prestasi. Kedua kelas inilah yang diamati
tentang proses pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa, meliputi praktik keterampilan
berbicara dan hasil tulisan siswa.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Teknik observasi atau pengamatan dilakukan mengenai keadaan tempat
observasi, yaitu sekolah dan kelas, serta peristiwa atau kegiatan pembelajaran.
2. Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan guru dan siswa.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi lebih dari pengamatan atau
observasi yang dilakukan.
3. Analisis Data
Teknik analisis dokumen dilakukan dengan cara mentranskrip dokumen-
dokumen berupa RPP, silabus, nilai keterampilan berbicara dan menulis siswa,
tugas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis pada kelas dan sekolah yang diteliti.
F. Uji Validitas Data
Uji validitas data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Review Informan
Review informan dilakukan untuk mengecek kembali data dan informasi. Data
diperoleh dari guru dan siswa.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis dengan
metode yang berbeda, yaitu observasi, wawancara, dan analisis dokumen.
3. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data, yakni dengan membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Dalam hal ini membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara
dengan dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan berbicara
dan menulis di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta.
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
interaktif Milles dan Huberman (Sutopo, 2002: 187). Analisis interaktif adalah
analisis yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan/verifikasi. Skema analisis interaktif dapat dilihat pada Gambar 3
berikut ini.
Gambar 3. Analisis Model Interaktif (Miles dan Huberman)
Pengumpulan
Data Penyajian
Data
Penarikan
Simpulan/Verifikasi
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a)
penyusunan proposal penelitian; (b) pengurusan perizinan penelitian; (c) menyusun
jadwal penelitian; (d) menyiapkan pedoman observasi, wawancara, dan perangkat
lainnya; (e) melaksanakan penelitian; (f) analisis data penelitian; (g) penyusunan
laporan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu di SMA Negeri 1 dan SMA
Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 1 Surakarta terletak di pinggir jalan raya yang
cukup strategis untuk dijangkau dengan angkutan umum maupun kendaraan pribadi.
Sekolah yang merupakan salah satu sekolah negeri favorit di kota Surakarta ini
terletak di Jalan Monginsidi 40, Surakarta. Ada dua jenis program yang saat ini
dimiliki, yaitu program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan akselerasi.
Secara rinci, terdapat sepuluh kelas untuk kelas X, masing-masing delapan kelas
untuk kelas XI IPA dan XII IPA, tiga kelas untuk XI IPS dan XII IPS, serta dua kelas
untuk XI Akselerasi dan XII Akselerasi. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1
ini difokuskan pada kelas XI Aksel 1 dengan siswa yang berjumlah 24 orang.
Lokasi penelitian kedua adalah SMA Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 3
Surakarta juga memiliki dua program, yaitu program rintisan sekolah bertaraf
internasional (RSBI) dan kelas akselerasi. Sekolah yang juga merupakan sekolah
favorit di kota Surakarta ini memiliki dua lokasi yang berbeda. Program RSBI SMA
Negeri 3 terletak di sebelah utara, yaitu di Jalan Prof. WZ. Johanes 58 Surakarta
(Kerkop). Program akselerasi SMA Negeri 3 terletak di sebelah selatan, yaitu Jalan
RE Martadinata 143, Surakarta (Warungmiri). Kedua lokasi tersebut, terutama lokasi
untuk akselerasi terletak di jalan raya yang tidak terlalu ramai. Penelitian yang
dilakukan di SMA Negeri 3 ini difokuskan pada kelas XI Aksel 3 dengan siswa yang
berjumlah 19 orang.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan serangkaian data atau informasi mengenai
proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi di
SMA Negeri kota Surakarta. Data atau informasi dihimpun dari SMA Negeri 1 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
SMA Negeri 3 Surakarta yang berstatus RSBI dan memiliki kelas khusus program
akselerasi. Hasil-hasil penelitian ini meliputi: (1) persepsi guru terhadap
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; (2) pelaksanaan pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis; (3) kendala-kendala yang ditemui guru dalam
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; (4) upaya-upaya yang dilakukan
guru untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil penelitian tersebut secara rinci
dideskripsikan dalam pembahasan berikut.
1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
Guru memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran. Guru berperan sebagai pendidik yang membantu siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pembelajaran bahasa, siswa juga
diharapkan menguasai keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis yang akan berguna bagi dirinya dan masyarakat.
Menurut data yang diperoleh dari wawancara dengan guru bahasa Indonesia
pada kelas akselerasi, persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara
dan menulis adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan dalam
kehidupan siswa
Guru berpendapat bahwa keterampilan berbicara dan menulis berguna bagi
siswa untuk diterapkan di kehidupannya, baik yang ia alami saat ini maupun bagi
masa depannya. Keterampilan berbicara dan menulis tidak hanya berguna bagi siswa
pada saat pembelajaran bahasa Indonesia saja, melainkan juga pada kegiatan sekolah
yang lainnya, misalnya lomba pembuatan karya ilmiah. Keterampilan menulis
diterapkan dalam penulisan karya ilmiah, melalui penjabaran ide yang baik dan
kaidah penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Siswa perlu dibekali keterampilan berbicara dan menulis melalui praktik
Menurut guru, siswa perlu dibekali dengan keterampilan berbahasa yang
baik, khususnya keterampilan berbicara dan menulis untuk diterapkan dalam
kehidupannya. Pembekalan itu tidak hanya dari teori saja, tetapi juga praktik agar
siswa benar-benar mampu melakukan keterampilan tersebut. Guru membimbing dan
mengarahkan siswa agar mampu menguasai keterampilan berbicara dan menulis.
Bimbingan dan arahan itu diwujudkan dalam tugas dan evaluasi keterampilan
berbicara dan menulis yang berguna untuk mengasah keterampilan siswa.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa guru memiliki persepsi bahwa
keterampilan berbicara dan menulis harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan
berbicara dan menulis berguna bagi siswa untuk diterapkan di kehidupannya, baik
yang ia alami saat ini maupun bagi masa depannya. Keterampilan tersebut harus
diasah secara tepat, tidak hanya dibekali dengan teori saja tetapi juga dengan praktik
agar siswa dapat menguasai sendiri keterampilan itu.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
a. Persiapan Sebelum Pembelajaran
Persiapan merupakan hal yang penting dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Persiapan turut menentukan kualitas proses dan hasil
pembelajaran, termasuk dalam kegiatan pembelajaran berbicara dan menulis pada
kelas askselerasi. Waktu pembelajaran yang tergolong singkat pada kelas akselerasi
membuat guru harus merancang kegiatan pembelajaran dengan baik. Persiapan
pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis di kelas akselerasi adalah sebagai berikut.
1) Perangkat pembelajaran yang berbeda dengan kelas reguler
Guru-guru yang mengajar pada kelas akselerasi di dua sekolah yang diteliti
melakukan persiapan melalui pembuatan perangkat pembelajaran. Guru yang
mengajar di dua program yang berbeda, yaitu reguler dan akselerasi pun juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berbeda untuk kedua
program tersebut. Hal ini bertujuan agar guru dapat mengelola waktu dalam
pembelajaran secara tepat karena waktu untuk kedua program tersebut berbeda. RPP
yang dibuat oleh guru memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi
waktu, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, sumber bahan ajar,
dan media pembelajaran.
Selain persiapan dari RPP, guru juga membuat rincian minggu efektif
pembelajaran. Rincian minggu efektif berisi jumlah minggu dalam semester, jumlah
minggu yang tidak efektif, dan distribusi waktu untuk memenuhi kompetensi dasar
yang ada. Selain rincian minggu efektif, guru juga membuat program tahunan
(prota), program semester (promes), silabus, serta rencana pengajaran dan kalender
pendidikan yang dibuat pada awal tahun pembelajaran.
2) Klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran
Waktu pembelajaran kelas akselerasi dapat dikatakan singkat. Pembelajaran
yang biasa ditempuh dalam tiga tahun, ditempuh hanya dalam waktu dua tahun pada
program akselerasi. Singkatnya waktu pembelajaran yang ada membuat guru
mengondisikan rencana dan kegiatan pembelajaran sesuai waktu yang tersedia. Guru
yang mengajar di kelas akselerasi menyadari pentingnya untuk mengatur dan
merencanakan kegiatan pembelajaran.
Strategi pengaturan perencanaan kegiatan pembelajaran pada kelas
akselerasi dilakukan oleh guru. Biasanya guru memadatkan materi pembelajaran
yang akan diberikan pada siswa kelas akselerasi. Pemadatan itu biasanya tercermin
pada RPP yang dibuat oleh guru. Tidak hanya RPP, guru juga membuat rencana
pembelajaran dalam klasifikasi materi untuk satu tahun pembelajaran untuk
mengefektifkan waktu yang tersedia dan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Jika materi yang sama ditemui pada tiga semester awal, maka pada semester yang
baru guru dan siswa hanya mengulang sebagian materi dan memperbanyak praktik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Guru bahasa Indonesia pada kelas akselerasi menyadari pentingnya
membuat rencana pembelajaran untuk siswa, khususnya siswa kelas akselerasi yang
memiliki waktu pembelajaran singkat. Guru benar-benar melakukan persiapan dan
perencanaan kegiatan pembelajaran untuk disampaikan kepada siswa di kelas
akselerasi. Persiapan yang dilakukan guru disiapkan dengan baik untuk waktu satu
tahun pembelajaran.
3) Pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan disampaikan
Persiapan tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga siswa. Sebelum
melaksanakan pembelajaran berbicara dan menulis, guru biasanya meminta siswa
melakukan persiapan. Siswa biasanya memiliki pengetahuan awal tentang materi
yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran berbicara, guru meminta siswa
mempelajari mmenyiapkan bahan pembelajarannya, yaitu naskah berita atau pidato,
puisi untuk ditampilkan dalam musikalisasi puisi, atau properti yang akan digunakan
dalam pementasan drama. Sementara itu, dalam pembelajaran menulis guru biasanya
meminta siswa untuk menyiapkan contoh proposal atau surat perjanjian jual-beli
serta media yang digunakan siswa. Biasanya masing-masing siswa menggunakan
laptop dalam pembelajaran menulis.
b. Pemilihan Metode Pembelajaran dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran
1) Metode Pembelajaran
a) Integratif
Salah satu pembelajaran integratif yang dilakukan oleh guru adalah
pembelajaran berbicara dalam kompetensi dasar menulis. Dalam kompetensi dasar
menulis surat dagang dan kuasa, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat
surat perjanjian jual beli sesuai yang temanya disesuaikan dengan undian yang
diambil oleh setiap siswa. Pada pertemuan berikutnya saat siswa telah menyelesaikan
pekerjaannya, guru meminta siswa mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya
dengan mempresentasikannya di depan kelas. Siswa lain yang tidak melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
presentasi menyimak presentasi yang dilakukan oleh temannya sambil membaca
hasil pekerjaan temannya tersebut yang ditayangkan melalui layar LCD.
Tidak seluruh siswa melakukan kegiatan presentasi, melainkan hanya
beberapa siswa yang melakukannya. Siswa lainnya melakukan kegiatan berbicara
melalui pengajuan pertanyaan. Dalam hal ini guru juga bertindak adil. Seluruh siswa
diberikan nilai melalui kegiatan berbicara yang dilakukan, baik melalui presentasi
maupun pengajuan pertanyaan.
Pada pembelajaran tersebut, guru telah menerapkan metode pembelajaran
integratif. Metode pembelajaran integratif yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran tersebut tidak hanya melatih keterampilan menulis siswa saja,
melainkan juga keterampilan berbicara, membaca, dan menyimak siswa. Siswa
melatih keterampilan menulisnya lewat penulisan surat perjanjian jual beli.
Keterampilan berbicara siswa dilatih melalui kegiatan presentasi dan pengajuan
pertanyaan kepada siswa yang melakukan presentasi, keterampilan membaca dilatih
melalui kegiatan membaca pekerjaan siswa yang melakukan presentasi, dan kegiatan
menyimak dilakukan pada saat siswa menyimak kegiatan presentasi temannya dan
mendengar siswa lainnya memberikan komentar atau pertanyaan.
b) Demonstrasi
Metode lain yang digunakan oleh guru adalah demonstrasi. Metode
demonstrasi dilakukan guru dengan menunjukkan atau memperlihatkan contoh-
contoh yang berkaitan dengan pembelajaran yang sedang dilakukan. Menurut guru B
dan BD yang peneliti wawancarai, metode ini cukup efektif karena siswa bisa
mendapatkan contoh yang nyata dari kegiatan berbicara atau menulis yang hendak
dilakukan. Harapannya siswa mampu melakukan sendiri kegiatan berbicara dan
menulis dengan beranjak dari contoh-contoh yang ia telah dapatkan sebelumnya.
Dalam kegiatan berbicara guru biasanya memberikan contoh tayangan video
berbicara atau berpidato. Selain itu, guru juga menjadikan dirinya sebagai contoh
atau model sehingga siswa bisa memperhatikan secara langsung bagaimana cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
melakukan kegiatan berbicara yang baik. Sedangkan dalam kegiatan menulis, guru
memberikan contoh tulisan yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
c) Discovery-Inquiry
Salah satu karakteristik siswa akselerasi adalah memiliki rasa ingin tahu
yang besar. Rasa ingin tahu siswa itu semakin dibangun oleh guru dengan metode
pembelajaran discovery-inquiry. Dalam metode ini, guru tidak langsung memberikan
pengetahuan kepada siswa tentang suatu hal, melainkan membiarkan siswa
menemukan konsep dan prinsip sendiri. Contohnya, dalam pembelajaran menulis
guru mengambil contoh yang dekat dengan lingkungan siswa, yaitu vas bunga. Dari
hal tersebut, guru menyuruh siswa menentukan jenis karangan apa yang bisa dibuat
oleh siswa.
d) Brainstorming
Selain membangun rasa ingin tahu siswa melalui metode pembelajaran
inkuiri, guru juga berusaha membangun sikap kritis siswa. Guru tidak langsung
memberikan pengertian teoritik terhadap materi yang dipelajari, melainkan
membiarkan siswa mendapatkan pengertian dan pemahaman sendiri dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan.
Contoh kegiatan brainstorming yang dilakukan oleh guru dan siswa adalah
saat melakukan pembelajaran menulis pada kompetensi dasar menulis proposal untuk
berbagai keperluan. Guru terlebih dahulu bertanya dan menggali pengetahuan awal
siswa tentang proposal. Pertanyaan yang diberikan oleh guru, yaitu apa yang
dimaksud dengan proposal, apa saja yang menjadi komponen proposal, apa manfaat
proposal, kegiatan apa saja yang membutuhkan proposal, dan sebagainya. Setelah
siswa menjawab, guru tidak langsung menentukan apakah jawaban siswa benar atau
salah. Guru menuliskan jawaban siswa di papan tulis kemudian membahas bersama-
sama dengan siswa seperti yang tampak dalam Gambar 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 4. Guru Menggunakan Metode Brainstorming dalam
Pembelajaran
Kegiatan dalam metode brainstorming lainnya adalah pemberian kasus
kepada siswa untuk dipecahkan. Ketika guru mengajar tentang penulisan surat, guru
tidak menerangkan jenis-jenis surat atau format surat. Guru memberikan dua contoh
surat kepada siswa yang ditayangkan melalui LCD. Kemudian siswa menemukan
format dan bagian-bagian surat dari contoh tersebut. Siswa menemukan baik secara
mandiri maupun bersama-sama dengan guru.
Guru mengizinkan siswa mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang
sedang dibahas dalam metode brainstorming ini. Kegiatan tersebut dapat
membangun kekritisan siswa, keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya,
dan dapat melatih keterampilan berbicara siswa. Setelah siswa melakukan sumbang
saran melalui metode brainstorming ini, guru juga meluruskan dan menyimpulkan
pendapat siswa mengenai materi yang dibahas.
e) Diskusi
Metode diskusi membangun keaktifan siswa. Siswa melakukan interaksi
antara siswa dengan siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau
memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Siswa juga dapat membangun
rasa kerja sama antarsiswa melalui metode ini. Metode diskusi yang diberikan oleh
guru dapat juga bertujuan agar siswa bertukar pikiran dengan temannya mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tugas yang mereka kerjakan, seperti yang tampak pada Gambar 5. Kegiatan ini juga
dapat membangun karakter siswa dan juga keterampilan berbicara siswa.
Gambar 5. Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi dalam Pembelajaran
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran yang digunakan oleh guru merupakan
salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis, terlebih pada kelas akselerasi. Singkatnya waktu pembelajaran dan cukup
banyaknya materi yang harus disampaikan membuat guru harus terampil
menggunakan strategi dan metode dalam pembelajaran. Strategi-strategi yang
dilakukan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas
askelerasi adalah sebagai berikut.
a) Pembelajaran berorientasi pada praktik
Pandangan guru terhadap keterampilan berbicara dan menulis yang
memerlukan lebih banyak praktik daripada teori diterapkan pada kegiatan
pembelajaran. Meskipun waktu pembelajaran yang tergolong singkat, namun guru
tidak mengabaikan pentingnya melatih keterampilan berbicara dan menulis siswa.
Guru bahkan lebih mengutamakan siswa untuk melakukan praktik berbicara dan
menulis daripada sekadar menyampaikan teori kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b) Perpaduan kegiatan berbicara yang berbeda untuk pertemuan yang
sama
Guru memiliki strategi agar seluruh siswa dapat melaksanakan praktik
berbicara dan menulis dengan waktu yang tersedia. Salah satunya adalah kegiatan
berbicara yang berbeda dalam satu pertemuan. Dalam kompetensi dasar menulis
surat niaga, guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan presentasi setelah siswa
menyelesaikan pekerjaannya. Guru hanya meminta beberapa orang siswa untuk
melakukan kegiatan presentasi (Gambar 6). Siswa lainnya diberikan kesempatan
mempraktikkan kemampuan berbicara lewat pengajuan pertanyaan (Gambar 7).
Meskipun praktik berbicara dilakukan dalam cara yang berbeda, namun seluruh
siswa diberikan kesempatan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga
seluruh siswa mampu mengasah keterampilan mereka. Guru juga menilai
kemampuan berbicara siswa dalam kedua kegiatan berbicara tersebut.
Gambar 6. Siswa Melakukan Presentasi Hasil Pekerjaannya
di hadapan Teman-temannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 7. Siswa Mengajukan Pertanyaan kepada Temannya
yang Sedang Melakukan Presentasi
c) Pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terkadang tidak sesuai
dengan perencanannya. Dalam perencanaan pembelajaran yang dicantumkan dalam
RPP, satu kompetensi dasar biasanya dilakukan dalam empat kali pertemuan, yaitu 4
x 45 menit. Dalam kenyataannya, guru dan siswa sering menyelesaikan pembelajaran
lebih cepat. Satu kompetensi dasar yang biasanya dilakukan dalam empat kali
pertemuan, terkadang bisa diselesaikan hanya dalam tiga kali pertemuan, yaitu 3 x 45
menit. Jika hal tersebut terjadi, guru akan menjalankan kompetensi dasar berikutnya
untuk mengefisienkan waktu yang ada.
Selain itu menurut guru yang diwawancarai, terkadang pelaksanaan
pembelajaran dapat berubah dan tidak sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
Misalnya, pada pembelajaran drama guru merencanakan untuk memberikan teori
mengenai drama pada semester satu dan mulai melakukan praktik pada semester
kedua. Tetapi, pada kenyataannya guru menyuruh siswa untuk melakukan praktik
pementasan drama pada semester pertama setelah siswa diberikan teori drama.
Pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel ini dilakukan guru agar pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi tidak tertinggal dengan
kelas reguler atau RSBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
d) Membangun motivasi siswa
Siswa terkadang merasa tidak percaya diri dalam melakukan praktik
berbicara dan kekurangan ide tulisan saat melakukan praktik menulis. Hal ini dapat
menghambat keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Salah
satu cara agar siswa mau terlibat aktif dalam pembelajaran adalah dengan
membangun motivasi siswa. Guru sebagai pembimbing dan fasilitator berusaha
untuk melakukan tugasnya, yaitu membimbing siswa agar mau aktif dalam
pembelajaran. Salah satu bimbingan dan arahan guru kepada siswa yaitu dengan
selalu memberikan dorongan sebelum siswa melakukan praktik serta pujian dan
komentar setelah siswa melakukan praktik.
Salah satu contoh dorongan guru sebelum siswa melaksanakan praktik
adalah pemberian kesempatan kepada siswa yang melakukan praktik pada giliran
pertama untuk melakukan revisi ketika penampilannya dirasa kurang baik. Guru juga
meminta siswa lain yang tidak melakukan presentasi untuk memperhatikan kegiatan
presentasi temannya karena nantinya akan ada nilai bagi siswa yang mau
memberikan komentar atau pertanyaan kepada siswa yang presentasi. Dorongan
yang diberikan oleh guru tersebut berdampak positif bagi siswa. Siswa mau untuk
melakukan presentasi sementara siswa lainnya memperhatikan temannya.
Setelah siswa selesai melakukan kegiatan presentasi, guru mengomentari,
memperbaiki jika siswa melakukan kesalahan, dan memberikan pujian kepada siswa
meskipun pekerjaan siswa belum sepenuhnya sempurna. Motivasi melalui pujian dan
komentar yang diberikan oleh guru dapat memacu semangat siswa untuk melakukan
kegiatan yang lebih baik lagi di kemudian hari (Gambar 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 8. Guru Memberikan Komentar dan Pujian terhadap
Pekerjaan dan Penampilan Siswa
e) Pembagian tugas mengajar guru
Selain guru yang mengatur strategi pembelajaran, pihak sekolah juga turut
serta mengatur strategi agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. SMA
Negeri 1 menerapkan kebijakan satu mata pelajaran diajar oleh dua guru yang
berbeda. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, dua bidang yang berbeda, yaitu
bahasa dan sastra, diajar oleh guru yang berbeda untuk masing-masing program.
Misalnya, untuk kelas akselerasi guru A mengajar bahasa dan guru B mengajar
sastra. Ketika mengajar pada program RSBI, guru A mengajar sastra, sementara guru
B mengajar bahasa. Hal tersebut dapat membuat guru fokus mengembangkan
keterampilan siswa pada bidang yang ia ajarkan.
c. Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menciptakan kondisi belajar pada peserta didik. Media pembelajaran yang digunakan
dapat berupa media teknologi dan informasi (TI) maupun media yang sering
dijumpai di lingkungan sekitar siswa. Umumnya sekolah yang memiliki program
akselerasi memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung pembelajaran.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia di sekolah dapat digunakan sebagai penunjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis dalam kelas akselerasi adalah sebagai berikut.
1) Media visual dan audiovisual
Media teknologi dan informasi (TI) yang biasa digunakan dalam
pembelajaran yaitu LCD, video wawancara dan pidato, serta rekaman reportase dan
pembacaan berita. Media-media tersebut digunakan di SMAN 1 dan SMAN 3
Surakarta. Salah satu media inovatif yang digunakan dalam pembelajaran adalah
internet. Guru di SMAN 3 memanfaatkan teknologi internet, yaitu media blog untuk
menampilkan karya siswa dalam bentuk tulisan. Pemanfaatan blog digunakan dalam
pembelajaran menulis agar siswa dapat termotivasi untuk menghasilkan karya yang
baik karena akan dibaca oleh pengunjung blog mereka.
Saat pembelajaran menulis, siswa menggunakan laptop untuk
memudahkannya dalam pembelajaran. Saat pembelajaran menulis di SMAN 1 guru
mewajibkan siswa untuk menggunakan laptop. Bila ada siswa yang tidak membawa
laptop ke sekolah, sekolah meminjamkan laptop untuk digunakan oleh siswa saat
pelajaran (Gambar 9). Sementara itu, di SMAN 3 guru tidak mewajibkan siswa
menggunakan laptop saat pembelajaran menulis. Guru membebaskan siswa untuk
menggunakan laptop atau menulis di kertas terlebih dahulu (Gambar 10). Saat
mengumpulkan pekerjaannya, hasil tulisan siswa tersebut harus sudah diketik rapi
dan dikumpulkan dalam bentuk print-out.
Gambar 9. Seluruh Siswa Menggunakan Laptop dalam
Pembelajaran Menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 10. Tidak Seluruh Siswa Menggunakan Laptop Saat
Pembelajaran Menulis
2) Media serbaaneka
Terkadang guru juga menggunakan media yang sering dijumpai di
lingkungan sekitar, seperti vas bunga, papan pengumuman, bahkan menjadikan
dirinya sebagai media pembelajaran bagi siswa. Misalnya pada pembelajaran drama
guru memberikan contoh pada siswa bagaimana cara memerankan tokoh dalam
drama. Guru telah berusaha memanfaatkan media yang ada untuk digunakan dalam
pembelajaran.
d. Pemilihan Materi Ajar
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP. Penyusunan dan pelaksanaan
KTSP oleh pihak sekolah bertujuan agar setiap visi, misi, dan tujuan yang hendak
dicapai oleh pihak sekolah dapat terwujud karena pihak sekolahlah yang paling tahu
apa yang terbaik bagi sekolahnya. Proses pengembangan kurikulum perlu
mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan kebutuhannya, tuntutan keilmuan
dan keutuhan masyarakat dunia kerja. Prinsip tersebut juga yang dimiliki oleh guru-
guru bahasa Indonesia pada kelas akselerasi. Guru sendiri yang memilih kegiatan
pembelajaran apa yang akan diajarkan pada siswa dengan membuat klasifikasi materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pada awal semester. Jika ada materi yang sama di semester baru, guru akan
memberikan lebih banyak praktik dan latihan pada siswa.
Pemberian porsi praktik yang lebih banyak pada pembelajaran yang pernah
dipelajari sebelumnya dapat memantapkan pemahaman dan keterampilan siswa
terhadap materi yang pernah dipelajari. Cara pemilihan materi ajar lainnya yang
diterapkan oleh guru yaitu tidak menyampaikan materi ajar secara keseluruhan, tetapi
melakukan percepatan melalui memilih materi yang esensial untuk disampaikan.
Ketika memilih materi untuk diajarkan, guru melihat apakah suatu materi perlu
disampaikan secara rinci dan menyeluruh atau hanya disampaikan sedikit dan
menyuruh siswa mendalami materi tersebut secara mandiri.
Materi-materi yang diajarkan guru kepada siswa diambil dari berbagai
sumber. Guru selalu berusaha memperdalam pengetahuannya tentang suatu materi
sebelum mengajarkan materi itu kepada siswa. Guru tidak menganggap sebuah
sumber adalah sumber yang terbaik sehingga tidak mengambil referensi materi dari
sumber lain. Guru berusaha menggali referensi dari berbagai sumber sehingga materi
yang disampaikan dapat tepat. Sumber-sumber tersebut adalah buku sekolah
elektronik (BSE) dan buku-buku lepas yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Selain itu, guru juga menggunakan internet sebagai sumber materi. Guru memilih
internet sebagai salah satu sumber materi karena selain materi apa pun yang
dibutuhkan ada di internet, menggunakan internet juga lebih mengefektifkan waktu.
e. Interaksi dalam Pembelajaran
1) Interaksi antara guru dan siswa
Sebagai pengajar, pembimbing, dan fasilitator, guru juga berusaha menjalin
hubungan yang akrab dan komunikasi yang baik dengan siswa. Komunikasi itu
ditunjukkan dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Jalinan hubungan
yang akrab dan komunikasi yang baik itu membuat siswa merasa nyaman untuk
bertanya dan meminta bimbingan guru ketika mengalami kesulitan (Gambar 11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 11. Guru Memberikan Penjelasan kepada Siswa
yang Belum Paham
Contoh interaksi siswa dan guru dalam pembelajaran yaitu saat siswa
sedang mengerjakan surat, guru bertanya kepada siswa bagian mana yang paling sulit
(Gambar 12). Guru pun membimbing siswa untuk memberi identifikasi terlebih dulu
terhadap kasus yang siswa hadapi, kemudian siswa menulis surat sesuai dengan
identifikasi tersebut. Guru bersikap ramah dan terbuka kepada siswa. Bahkan, guru
bersikap seperti orang tua bagi siswa. Guru terkadang memanggil siswa dengan
sapaan “Nak”.
Gambar 12. Guru Membimbing Siswa dalam Kegiatan
Menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Interaksi yang baik antara guru dan siswa tidak hanya berlangsung di dalam
kelas saja. Ketika di luar kelas, guru bersikap terbuka untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan. Contohnya di SMAN 1, guru mempersilakan siswa
berkonsultasi melalui pesan singkat/short message service (SMS) jika masih ada
siswa yang mengalami kesulitan dengan pekerjaannya. Di SMAN 3, guru dengan
senang hati memberi penjelasan kepada siswa bila masih ada siswa yang belum
mengerti sekalipun di luar kelas. Bahkan, guru memberi bantuan dan bimbingan
kepada siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam membuat karya tulis untuk
lomba.
Guru bersikap terbuka membantu dan membimbing siswa dalam
pembelajaran. Hubungan guru dan siswa yang akrab dapat menjadi salah satu
penunjang keberhasilan pembelajaran. Selain hubungan yang akrab, guru juga
menjalin komunikasi yang baik dengan siswa. Komunikasi tidak hanya terbatas pada
bimbingan saat siswa mengalami kesulitan. Saat menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam pembelajaran pun guru terkadang berkonsultasi dengan siswa.
2) Interaksi Siswa dengan Siswa
Hubungan antarsiswa terlihat baik. Siswa mampu bekerja sama dengan
siswa lainnya dan saling membantu jika ada siswa lain yang mengalami kesulitan.
Interaksi ini dapat mendukung keberhasilan pembelajaran. Selain rasa kerja sama
yang terjalin dari hubungan baik antarsiswa, siswa juga merasa nyaman saat
melakukan praktik keterampilan berbahasa di hadapan siswa lainnya. Rasa nyaman
yang dimiliki siswa dengan teman-temannya memunculkan rasa percaya diri ketika
melakukan praktik keterampilan berbahasa, terutama keterampilan berbicara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 13. Siswa Melakukan Praktik Keterampilan Berbicara
dalam Pembelajaran Drama
f. Penilaian
Penilaian atau evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis
dilakukan oleh guru yang terdiri dari penilaian proses dan hasil. Dalam pembelajaran
keterampilan berbicara, jenis praktik yang selama ini pernah dilakukan siswa yaitu
pembacaan berita, pementasan drama, berpidato, musikalisasi puisi, pembacaan
puisi, pementasan drama, presentasi, dan mengajukan pertanyaan saat siswa lain
melakukan presentasi. Guru melakukan penilaian proses saat siswa melaksanakan
praktik berbicara tersebut. Selain itu, penilaian proses dapat dilihat dari keaktifan
siswa selama pembelajaran. Misalnya, bila ada siswa yang aktif bertanya atau
memberikan jawaban ketika guru bertanya dalam kegiatan pembelajaran, guru
memberikan nilai tambahan tersendiri untuk siswa yang bertanya.
Penilaian proses yang dilakukan oleh guru untuk pembelajaran keterampilan
menulis adalah saat siswa melaksanakan praktik penulisan cerpen, surat niaga, surat
kuasa, jenis-jenis paragraf, proposal, naskah drama, naskah berita, dan naskah pidato.
Penilaian dalam praktik pembelajaran menulis ditekankan pada kegiatan siswa
menghasilkan karya atau tulisan yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan
dalam kelas. Praktik tersebut dilakukan secara individu maupun berkelompok.
Penilaian hasil dilakukan oleh guru untuk menilai apakah tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis telah tercapai. Guru menilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pembelajaran keterampilan berbicara dikaitkan dengan keterampilan menulis atau tes
objektif untuk ulangan harian maupun ulangan umum. Guru memberikan soal-soal
yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan berbicara yang pernah
disampaikan, contohnya materi berita. Ketika ulangan umum, guru memberikan soal
tentang bagaimana cara menyusun naskah berita, hal-hal teknis apa yang dilakukan
dalam pembacaan berita, dan sebagainya.
Saat melakukan penilaian berbicara, guru juga memperhatikan faktor-faktor
yang berkaitan dengan keterampilan berbicara. Faktor-faktor yang dinilai dalam
keterampilan berbicara adalah kualitas isi pembicaraan, kelancaran, dan keluwesan
siswa saat melakukan aktivitas berbicara. Selain kualitas isi pembicaraan,
kelancaran, dan keluwesan, guru juga menilai ketepatan waktu yang diberikan
kepada siswa saat praktik berbicara.
Ketika pembelajaran keterampilan menulis, penilaian hasil yang dilakukan
oleh guru adalah penilaian berdasarkan hasil tulisan yang telah dikerjakan oleh
siswa. Ketika melakukan penilaian keterampilan berbicara dan menulis, guru tidak
hanya memberikan bentuk-bentuk tugas penilaian kompetensi berbicara dan menulis
saja, melainkan guru juga memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan yang
dilakukan oleh siswa. Faktor-faktor yang dijadikan sebagai acuan untuk menilai
kompetensi menulis siswa adalah kebenaran dan isi atau konten tulisan. Selain itu
keterbacaan tulisan siswa, jika siswa menulis dengan tulisan tangan, juga
diperhatikan oleh guru. Faktor tata letak, ketepatan ejaan, dan keefektifan kalimat
dalam penulisan surat maupun karangan juga termasuk faktor yang dinilai.
Hasil pembelajaran yang dilihat dari daftar nilai siswa menunjukkan bahwa
nilai keterampilan berbicara di SMAN 3 cenderung lebih tinggi daripada nilai
keterampilan berbicara siswa di SMAN 1. Sebaliknya, nilai keterampilan menulis di
SMAN 1 lebih tinggi daripada nilai keterampilan menulis siswa di SMAN 3 yang
diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbicara dan Menulis
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas akselerasi yang penulis amati pada
dasarnya berjalan lancar, akan tetapi masih terdapat hal-hal yang menjadi kendala,
baik dari guru maupun siswa. Mengenai hal-hal yang menjadi kendala, akan
diuraikan sebagai berikut.
a. Waktu Pembelajaran yang Singkat
Waktu pembelajaran yang tergolong singkat pada kelas akselerasi, yaitu dua
tahun, membuat guru cukup merasa kesulitan dalam mengatur waktu untuk kegiatan
pembelajaran. Umumnya, tidak semua rencana pembelajaran yang telah dibuat guru
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Terkadang guru menemui hambatan
untuk melaksanakan rencana tersebut. Hambatan itu bisa datang dari kegiatan-
kegiatan sekolah yang mendadak, maupun siswa yang belum bisa mengikuti rencana
pembelajaran yang dibuat oleh guru.
b. Pemahaman Materi Siswa yang Berbeda
Siswa kelas akselerasi umumnya dianggap sebagai siswa yang memiliki
kemampuan akseleran atau cepat. Sebelum diterima sebagai siswa kelas akselerasi,
siswa diseleksi dengan beberapa tes. Siswa juga harus siap dengan model
pembelajaran yang cepat pada kelas akselerasi. Tetapi pada kenyataannya, terkadang
tidak seluruh siswa dengan mudah mampu memahami suatu materi yang
disampaikan oleh guru karena waktu penyampaian yang cenderung cepat.
Siswa terkadang kurang mampu mengikuti pola pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Dalam waktu yang cukup singkat, guru berusaha mendorong
siswa untuk melakukan keterampilan berbicara dan menulis. Pola pembelajarannya
cenderung lebih banyak pada praktik daripada teori. Tetapi terkadang siswa kurang
bisa mengikuti karena siswa merasa belum cukup memahami teori untuk ia
praktikkan. Hal ini menjadi kendala bagi siswa maupun guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c. Kurangnya Rasa Percaya Diri Siswa
Ketika melakukan kegiatan berbicara di depan umum, tidak sedikit orang
yang merasa grogi atau tidak percaya diri. Begitu pula dengan siswa kelas akselerasi.
Saat melakuan kegiatan berbicara, tidak hanya isi pesan saja yang diperhatikan,
tetapi juga bagaimana cara menyampaikan pesan tersebut, dan rasa percaya diri
penyampai pesan. Hal yang peneliti temukan dalam penelitian di kelas akselerasi
yaitu beberapa siswa sudah berani untuk berbicara di depan teman-teman sekelas dan
gurunya. Tetapi ada juga beberapa siswa yang masih merasa grogi atau tidak percaya
diri ketika berbicara di depan umum. Misalnya saat melakukan presentasi, ada siswa
yang tampak grogi ketika menanggapi dan menjawab pertanyaan teman-temannya.
Contoh lainnya dalam pembelajaran drama. Ada siswa yang terlihat grogi dan lupa
dialog saat memerankan tokoh dalam pementasan drama. Hal ini juga dianggap
sebagai kendala dalam pembelajaran keterampilan berbicara oleh guru.
d. Siswa Kesulitan Mendapatkan Ide Tulisan
Seseorang yang hendak menghasilkan sebuah karya tulis, biasanya
membutuhkan ide untuk mewujudkan tulisan tersebut. Tulisan yang baik biasanya
diawali dengan ide yang menarik pula. Namun, terkadang siswa mengalami kesulitan
membuat sebuah karya tulis karena kekurangan atau tidak adanya ide untuk memulai
penulisan karya tulis.
e. Penggunaan Bahasa Daerah dan Prokem dalam Pembelajaran
Penggunaan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia
sehari-hari sebagai bahasa ibu oleh siswa tidak jarang memengaruhi penggunaan
bahasa Indonesia resmi dalam situasi formal. Dalam kegiatan pembelajaran,
terkadang guru menyisipkan beberapa kata dari bahasa daerah agar komunikatif.
Siswa pun demikian. Siswa seringkali menggunakan bahasa daerah ataupun bahasa
Indonesia sehari-hari ketika berbicara dengan siswa lainnya. Ketika siswa melakukan
kegiatan berbicara di depan umum pun terkadang terjadi interferensi. Bukan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pada saat berbicara, tetapi saat menulis pun siswa terkadang teledor menuliskan kata
yang benar, seperti „yang‟ ditulis „yg‟ atau „tersebut‟ ditulis dengan „tsb‟.
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan Pembelajaran
Keterampilan Berbicara dan Menulis
Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara
dan menulis pada kelas akselerasi perlu diselesaikan. Penyelesaian kendala-kendala
tersebut bertujuan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala yang ada adalah sebagai berikut.
a. Pengaturan Waktu Pembelajaran yang Fleksibel
Kendala waktu yang dihadapi oleh hampir keseluruhan guru pada kelas
akselerasi membuat guru memikirkan strategi-strategi pembelajaran sebagai usaha
untuk mengantisipasi kendala ini. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru untuk
mengantisipasi kendala waktu adalah pembelajaran yang luwes. Dalam satu
kompetensi dasar yang biasanya memerlukan waktu tiga sampai empat kali
pertemuan, terkadang pembelajaran dapat diselesaikan dalam dua atau tiga kali
pertemuan. Jika hal itu terjadi, guru akan memasukkan materi untuk kompetensi
dasar berikutnya dalam pertemuan itu.
b. Pendekatan Personal dan Pengulangan Materi
Pemahaman siswa kelas akselerasi terhadap suatu materi terkadang tidak
secepat yang diharapkan guru. Ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang disampaikan. Usaha yang dilakukan oleh guru untuk
mengatasi kendala ini adalah pendekatan personal guru kepada siswa. Pendekatan
personal ini bisa dilakukan dalam kelas, yaitu memberikan penjelasan lagi kepada
siswa yang belum paham, atau di luar kelas, yaitu guru mempersilakan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
bertanya lewat SMS kepada guru. Selain usaha tersebut, guru juga melakukan
pengulangan materi yang belum dipahami siswa. Bukan hanya pengulangan materi,
tetapi juga pemantapan materi dilakukan oleh guru jika menemukan materi yang
sama pada semester berikutnya. Pemantapan materi itu dilakukan dengan cara
memberikan sedikit teori dan memperbanyak praktik atau latihan agar siswa lebih
terampil pada materi tersebut.
c. Pemberian Motivasi kepada Siswa
Kepercayaan diri merupakan modal dasar untuk berbicara yang baik. Akan
tetapi belum seluruh siswa memiliki rasa itu ketika melakukan kegiatan
pembelajaran berbicara. Hal yang dilakukan untuk mengatasi kendala itu yaitu guru
mencoba memotivasi siswa untuk berani melakukan praktik berbicara yang baik.
Motivasi yang dilakukan oleh guru bisa berupa pujian dan masukan setelah siswa
melakukan praktik berbicara atau pemberian kesempatan kepada siswa yang
melakukan praktik berbicara terlebih dulu untuk melakukan revisi.
Guru juga melakukan evaluasi pada penampilan siswa. Misalnya dalam
pembelajaran drama, guru memberikan pujian dan masukan kepada setiap kelompok
yang telah tampil. Guru juga membangun rasa antusias siswa dengan bertanya
kepada siswa tentang siapa siswa yang menjadi the best actor and actress (aktor dan
aktris terbaik).
Gambar 14. Guru Memberikan Evaluasi terhadap Penampilan
Siswa dalam Pementasan Drama yang Dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d. Penyediaan Topik melalui Media Pembelajaran
Inspirasi atau ide sangat dibutuhkan untuk menghasilkan karya tulis yang
baik. Akan tetapi, ide atau inspirasi untuk memulai penulisan karya tulis seringkali
sulit untuk didapatkan. Misalnya, siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan
kalimat pertama dalam karangannya. Saat mengarang, seringkali siswa terbiasa
memulai dengan kata “Pada suatu hari”. Guru mencoba menggunakan pola
pembelajaran yang lain. Usaha untuk mengatasi kesulitan ide tersebut salah satunya
adalah penggunaan media pembelajaran. Guru menampilkan film agar siswa dapat
terinspirasi untuk menulis. Dari media-media seperti itulah guru berusaha agar siswa
dapat terinspirasi atau mendapatkan ide untuk memulai tulisannya.
e. Mendorong Siswa untuk Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar
Kebiasaan siswa yang berinteraksi dengan menggunakan bahasa daerah atau
bahasa Jawa dan bahasa prokem terkadang terbawa ke dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran berbicara, siswa menggunakan bahasa Jawa atau bahasa
prokem, sedangkan dalam pembelajaran menulis siswa terkadang menyingkat
beberapa kata.
Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut adalah
mengingatkan siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena kegiatan pembelajaran adalah forum yang
formal, maka bahasa yang seharusnya digunakan adalah bahasa Indonesia yang
resmi. Selain mengingatkan secara lisan, dalam pembelajaran menulis guru juga
mengoreksi kekeliruan siswa tentang penulisan kata.
Ada persamaan dan perbedaan yang ditemukan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi di SMAN 1 dan SMAN 3.
Persamaan pembelajaran dalam penelitian ini menunjukkan adanya pola
pembelajaran yang serupa antara kelas akselerasi SMAN 1 dan kelas akselerasi
SMAN 3. Persamaan ini dimungkinkan karena kedua sekolah ini adalah sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
negeri yang berstatus RSBI dan memiliki kelas akselerasi, serta tergolong sekolah
yang baik dalam segi akademik dan nonakademik. Sementara itu, perbedaan juga
ditemukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3. Hal ini dimungkinkan karena setiap sekolah
memiliki kondisi dan kebijakan yang berbeda untuk masing-masing sekolah.
Persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan Pola Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan
Menulis pada Kelas Akselerasi di SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta
No Persamaan Perbedaan
1. Persepsi guru terhadap pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis:
a) keterampilan berbicara dan
menulis berguna untuk diterapkan
dalam kehidupan siswa; b) siswa
perlu dibekali keterampilan berbicara
dan menulis melalui praktik.
Strategi pengelolaan pembelajaran
SMAN 1: Sekolah memberikan
kebijakan pembagian tugas mengajar
guru, untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia diajar oleh dua orang guru
yang berbeda (bahasa dan sastra).
SMAN 3: Tidak ada pembagian tugas
mengajar guru untuk satu mata
pelajaran.
2. Persiapan sebelum pembelajaran:
a) perangkat pembelajaran;
b) klasifikasi materi pada awal tahun
pembelajaran; c) persiapan bahan
pembelajaran oleh siswa.
Media pembelajaran
SMAN 1: Mewajibkan siswa
menggunakan laptop dalam
pembelajaran menulis.
SMAN 3: a) Siswa dibebaskan untuk
menggunakan laptop atau tidak dalam
pembelajaran keterampilan menulis;
b) Guru memanfaatkan media blog
dan e-mail untuk pembelajaran
keterampilan menulis.
3. Metode pembelajaran: a) integratif;
b) demonstrasi; c) discovery-inquiry;
d) brainstorming; e) diskusi.
Interaksi antara guru dengan siswa di
luar kelas
SMAN 1: Siswa dapat berkonsultasi
dengan guru melalui SMS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
SMAN 3: Guru memberi bantuan saat
siswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan karya tulis untuk lomba.
4. Strategi pengelolaan pembelajaran:
a) pembelajaran berorientasi pada
praktik; b) perpaduan kegiatan
berbicara yang berbeda untuk
pertemuan yang sama; c) pengaturan
waktu pembelajaran yang fleksibel;
d) membangun motivasi siswa.
Nilai pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis
SMAN 1: Nilai keterampilan menulis
siswa kelas akselerasi di SMAN 1
lebih tinggi daripada nilai
keterampilan menulis siswa kelas
akselerasi di SMAN 3.
SMAN 3: Nilai keterampilan berbicara
siswa kelas akselerasi di SMAN 3
lebih tinggi daripada nilai
keterampilan berbicara siswa kelas
akselerasi di SMAN 1.
5. Pemilihan materi ajar: klasifikasi
materi pada awal tahun pembelajaran
dan pemilihan materi dari berbagai
sumber.
-
6. Penilaian: penilaian proses dan hasil
yang dilihat dari praktik berbicara
dan menulis serta faktor-faktor dari
masing-masing keterampilan tersebut.
-
7. Kendala pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis pada kelas
akselerasi: a) waktu pembelajaran
yang singkat; b) pemahaman materi
siswa yang berbeda; c) kurangnya
rasa percaya diri siswa; d) siswa
kesulitan mendapatkan ide tulisan;
e) penggunaan bahasa daerah dan
prokem dalam pembelajaran.
-
8. Usaha yang dilakukan guru untuk
mengatasi kendala pembelajaran:
a) pengaturan waktu pembelajaran
yang fleksibel; b) pendekatan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
personal dan pengulangan materi;
c) pemberian motivasi kepada siswa;
d) penyediaan topik melalui media
pembelajaran; e) mendorong siswa
untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
C. Pembahasan
1. Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
Persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Persepsi terhadap
suatu hal menentukan bagaimana tindakan seseorang terhadap hal yang ia
persepsikan. Berbahasa sebagai sebuah keterampilan memiliki arti bahwa siswa yang
berperan sebagai pembelajar bahasa tidak hanya mampu menguasai bahasa sebagai
sebuah ilmu, tetapi juga dapat menerapkan atau menggunakan ilmu bahasa dalam
kehidupannya. Demikian halnya dengan pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis yang merupakan bagian dari keterampilan berbahasa. Pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis bertujuan agar peserta didik menguasai
keterampilan berbicara dan menulis yang komunikatif serta mampu menggunakan
kemampuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Guru kelas akselerasi yang diwawancarai mengatakan bahwa keterampilan
berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan dalam kehidupan siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 42). Iskandarwassid
dan Sunendar menyatakan tujuan keterampilan berbicara, yaitu mencakup: (a)
kemudahan berbicara, (b) kejelasan, (c) bertanggung jawab, (d) membentuk
pendengaran yang kritis, dan (e) membentuk kebiasaan. Keterampilan menulis juga
berguna untuk diterapkan dalam kehidupan siswa. Suparno dan Yunus (dalam
Slamet, 2008: 96) menyatakan menulis juga merupakan pengungkapan ide,
pengetahuan, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Persepsi guru yang lain adalah siswa perlu dibekali keterampilan berbicara
dan menulis melalui praktik. Cara untuk menguasai keterampilan berbicara dan
menulis, yang merupakan keterampilan berbahasa yang produktif, adalah dengan
berlatih. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak hanya diberikan teori saja tetapi
juga praktik atau latihan untuk mengasah keterampilan berbicara dan menulis siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Badudu (1989: 24) yang menyatakan bahwa hal
yang diperlukan oleh sebagian besar siswa adalah penguasaan bahasa serta
keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Tujuan itu hanya dapat dicapai
dengan latihan, dan sekali lagi latihan yang cukup. Praktik atau latihan yang
diberikan kepada siswa untuk dilakukan bukan hanya berguna saat pembelajaran
bahasa Indonesia saja, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
Guru berperan sebagai pengajar, fasilitator, dan pembimbing siswa. Guru
mengajarkan siswa tentang teori-teori apa yang harus siswa kuasai sebelum ia
melakukan praktik. Guru juga memfasilitasi dan membimbing siswa bagaimana
kegiatan berbicara dan menulis yang seharusnya serta mendorong siswa untuk berani
melakukan kegiatan berbicara dan menulis yang benar. Bahkan, guru tidak hanya
membimbing siswa saat pembelajaran berlangsung saja, tetapi kapan pun siswa
membutuhkan bantuan guru tentang hal yang belum dipahami siswa, guru mau
membantu siswa.
Persepsi dan tindakan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis ini mengantarkan keberhasilan pembelajaran berbicara dan menulis. Bukan
hanya keberhasilan pada saat pembelajaran saja, yaitu nilai yang baik, tetapi juga
penguasaan keterampilan berbicara dan menulis yang dimiliki siswa. Penguasaan
keterampilan berbicara dan menulis yang baik ini nantinya akan mengantarkan siswa
kepada keberhasilannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis di Kelas
Akselerasi
a. Persiapan Sebelum Pembelajaran
Pihak sekolah dan guru membuat perencanaan dan persiapan sebelum
melaksanakan pembelajaran, begitu pula dengan sekolah dan guru yang peneliti
teliti. Perencanaan-perencanaan tersebut meliputi perangkat pembelajaran, klasifikasi
materi pada awal tahun pembelajaran, dan persiapan bahan pembelajaran oleh siswa.
Perencanaan melalui perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
sekolah meliputi pembuatan perangkat pembelajaran seperti silabus, program
tahunan, program semester, rencana pengajaran dan kalender pendidikan, rincian
minggu efektif, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perangkat-perangkat
pembelajaran itu mempermudah pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat oleh guru dengan
memperhatikan perangkat-perangkat pembelajaran yang lainnya. Isi dari RPP yang
disusun oleh guru dalam pembelajaran berbicara dan menulis mengikuti ketentuan
yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Selanjutnya, RPP dikembangkan sendiri oleh guru dengan
memperhatikan kebutuhan di masing-masing sekolah. RPP biasanya tidak dibuat
ketika hendak mengajar, melainkan secara periodik, yaitu setiap satu semester atau
satu tahun pelajaran.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, RPP yang digunakan oleh guru
dikembangkan berdasarkan silabus yang telah ada sebelumnya. Komponen-
komponen yang ada dalam RPP yang dibuat guru meliputi (1) standar kompetensi;
(2) kompetensi dasar; (3) indikator; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi; (6) alokasi
waktu; (7) metode pembelajaran; (8) kegiatan pembelajaran; (9) penilaian; (10)
sumber belajar; (11) media pembelajaran; (12) karakter yang diharapkan. RPP
tersebut telah sesuai dengan landasan pengembangan RPP yang tercantum dalam PP
Nomor 19 tahun 2005 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar. Persiapan yang dilakukan oleh guru melalui RPP
membuat pembelajaran lebih terarah meskipun terkadang pelaksanaannya tidak
sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
Persiapan tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga siswa. Persiapan
yang matang oleh guru dan siswa bukan hanya sekadar formalitas saja, melainkan
memang bertujuan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Persiapan dan
perencanaan yang matang sebelum pembelajaran berlangsung adalah hal yang
memengaruhi keberhasilan pembelajaran.
b. Pemilihan Metode Pembelajaran dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran
1) Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis di kelas akselerasi yang diteliti beraneka ragam. Metode yang digunakan
biasanya disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Metode
pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru dalam pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis adalah integratif, demonstrasi, discovery-inquiry,
brainstorming, dan diskusi. Para guru di kelas akselerasi menggunakan metode yang
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
Metode pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru adalah demonstrasi.
Harapannya siswa mampu melakukan sendiri kegiatan berbicara dan menulis dengan
beranjak dari contoh-contoh yang ia telah dapatkan sebelumnya. Metode ini sejalan
dengan pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 227) yang menyatakan bahwa
dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis peserta didik diharapkan
dapat terlibat langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil
rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individunya.
Melalui metode demonstrasi, siswa bisa mendapatkan contoh nyata dari kegiatan
berbicara dan menulis yang hendak dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Metode lainnya yang digunakan guru adalah integratif. Dalam metode
pembelajaran terpadu ini, guru mengatur strategi agar siswa bisa melaksanakan
beberapa keterampilan berbahasa dalam satu kompetensi dasar. Salah satu tujuan ini
adalah mengefisienkan waktu yang ada.
Pandangan guru mengenai pentingnya siswa menguasai keterampilan
berbahasa secara aktif diterapkan ke dalam pembelajaran yang diberikan. Metode lain
yang digunakan guru adalah discovery-inquiry, brainstorming, dan diskusi. Guru
melatih siswa untuk mandiri dan mampu berpikir kritis. Metode yang dilakukan oleh
guru sejalan dengan pengertian pendidikan yang terangkum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Saat memilih untuk menggunakan metode pembelajaran, guru perlu
mempertimbangkan kebutuhan siswa dan keadaan untuk menerapkannya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Richards dan Rodgers (1986: vii) yang menyatakan bahwa
pemilihan metode pembelajaran dan bahan ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik, pilihan guru, atau aturan pendidikan dan sekolah. Tidak ada satu
metode yang paling baik dan digunakan terus menerus dalam pembelajaran. Guru
harus memberikan variasi metode pembelajaran agar siswa tidak bosan dalam
pembelajaran yang dilakukan.
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Terdapat perbedaan antara pembelajaran pada kelas akselerasi dengan kelas
reguler. Perbedaan terletak pada waktu pembelajaran. Waktu pembelajaran pada
kelas akselerasi lebih singkat dibandingkan dengan kelas reguler. Pada kelas
akselerasi waktu pembelajaran menjadi dua tahun. Perbedaan waktu tersebut
membuat guru harus merancang strategi pembelajaran yang baik agar siswa dapat
memiliki pengetahuan dan materi yang sama dengan siswa di kelas reguler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Guru memberikan porsi praktik yang lebih banyak daripada teori dalam
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Strategi ini digunakan guru
karena guru memiliki persepsi bahwa keterampilan berbicara dan menulis harus
dikuasai oleh siswa karena berguna untuk diterapkan di kehidupan siswa.
Keterampilan tersebut bukan sekadar diajarkan saja, melainkan harus dilatih agar
siswa terampil dalam keterampilan berbicara dan menulis. Dengan berlatih
menggunakan keterampilan berbicara dan menulis, peserta didik diharapkan dapat
terlibat langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil rekaman
informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individu peserta didik
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 227).
Praktik untuk melatih keterampilan berbicara dan menulis biasanya
membutuhkan waktu yang banyak, sementara waktu yang tersedia di kelas akselerasi
cenderung singkat. Guru menyiasati hal tersebut dengan menjalankan pembelajaran
yang fleksibel.
Cara lain yang digunakan guru sebagai strategi untuk mengelola
pembelajaran adalah pemberian motivasi kepada siswa dalam pembelajaran
keterampilan berbicara. Pemberian motivasi kepada siswa dilakukan melalui kata-
kata semangat dan penguatan kepada siswa, maupun janji pemberian reward atau
penghargaan kepada siswa yang maju terlebih dahulu dan siswa yang aktif
mengajukan pertanyaan saat temannya presentasi. Pemberian motivasi dan reward
tersebut bertujuan agar siswa terpacu untuk aktif dan tampil dengan lebih baik.
Tidak hanya guru yang melakukan usaha-usaha untuk mencapai tujuan
pembelajaran, tetapi pihak sekolah juga turut serta mencapai tujuan tersebut.
Pembagian tugas mengajar guru dalam mengajar bahasa atau sastra saja membuat
guru fokus mengembangkan keterampilan siswa dalam lingkup yang diajar oleh guru.
Jadi pembelajaran pun seimbang dan tidak ada ketimpangan guru memberikan porsi
yang lebih banyak bagi materi kebahasaan atau kesusasteraan. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari Mulyasa (2007: 21) bahwa sekolah paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya. Sekolah berhak untuk menyusun dan melaksanakan KTSP maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
program-program yang dapat mendorong tercapainya visi, misi, dan tujuan yang
hendak dicapai oleh pihak sekolah.
Strategi-strategi yang inovatif sangat dibutuhkan untuk mendukung
keberhasilan pembelajaran. Guru selain mengajar juga diharapkan mampu membuat
inovasi pembelajaran yang baik agar dapat membangkitkan semangat siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Strategi atau inovasi untuk mendukung pembelajaran tidak
hanya menjadi tanggung jawab guru, melainkan juga pihak sekolah agar tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
c. Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan sarana untuk mendukung kemudahan
proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran disediakan dengan kebutuhan
pembelajaran dan keadaan sekolah. Media yang biasa digunakan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas akselerasi beragam. Media yang digunakan guru dalam di
kelas akselerasi yang diteliti berupa media visual, audiovisual, dan serbaaneka.
Guru memanfaatkan fasilitas yang tersedia di kelas dan di sekolah sebagai
media pembelajaran. Media visual dan audiovisual yang digunakan oleh kedua
sekolah yang diteliti berupa LCD, video wawancara dan pidato, serta rekaman
reportase dan pembacaan berita. Media lain yang digunakan adalah laptop untuk
memudahkan siswa mengerjakan tugas menulis. Keharusan penggunaan laptop ini
berbeda di setiap sekolah. Guru dalam pembelajaran menulis juga menggunakan
media inovatif seperti internet, e-mail, dan blog sebagai variasi media pembelajaran.
Selain media visual dan audiovisual, guru juga menggunakan media
serbaaneka. Guru menggunakan media yang dekat dengan lingkungan sekitar, seperti
vas bunga, papan pengumuman, maupun dirinya sendiri sebagai media pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis.
Penggunaan media yang dilakukan oleh guru sesuai dengan prinsip kriteria
pemilihan media pembelajaran yang disebutkan oleh Britz dan Briggs (dalam
Saputra, 2012). Kriteria pemilihan media tersebut ialah ketepatannya dengan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pembelajaran, dukungan terhadap isi bahan ajar, kemudahan memperoleh media,
keterampilan dalam menggunakannya, tersedia waktu untuk menggunakannya, dan
sesuai dengan taraf berpikir siswa. Guru dan siswa telah sama-sama memaksimalkan
media yang tersedia untuk membantu kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan fasilitas
dan media yang variatif dapat membuat siswa lebih tertarik dan antusias mengikuti
pembelajaran. Penggunaan media pada pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis di kelas akselerasi telah disesuaikan dengan materi yang hendak diajarkan
dan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat. Penggunaan media
yang tepat dapat membuat pembelajaran lebih mengena kepada siswa.
d. Pemilihan Materi Ajar
Pada dasarnya materi di kelas akselerasi sama dengan kelas reguler. Materi
yang ada di kelas reguler juga diajarkan di kelas akselerasi. Perbedaannya adalah
jumlah pertemuan dalam satu kompetensi dasar. Jika dalam kelas reguler satu
kompetensi dasar diajarkan dalam empat kali pertemuan, dalam kelas akselerasi lebih
singkat, yaitu dua atau tiga kali pertemuan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Nugroho (2006: 36) yang menyatakan bahwa kelas akselerasi memilih materi-materi
yang esensial.
Pada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi,
materi ajar dipilih berdasarkan kebutuhan siswa dan relevan dengan kehidupannya.
Penerapan materi ajar dalam pembelajaran terlihat pada guru yang lebih menekankan
pada pentingnya penguasaan keterampilan melalui lebih banyaknya porsi praktik
daripada teori. Guru menganggap bahwa siswa kelas akselerasi cukup mudah untuk
memahami suatu materi sehingga guru lebih menekankan pada banyaknya latihan
atau praktik untuk mengasah keterampilan siswa. Materi yang diajarkan dan praktik
yang dilakukan oleh siswa akan bermanfaat bagi kehidupan siswa sehingga sesuai
dengan kebutuhan siswa.
Pada awal tahun pembelajaran biasanya guru membuat daftar klasifikasi
materi untuk diajarkan kepada siswa. Jika terdapat materi yang sama pada dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
semester, guru hanya akan memberikan sedikit pengulangan teori dan menekankan
pada banyak latihan pada semester berikutnya agar siswa lebih menguasai
keterampilan yang dipelajari itu. Klasifikasi materi yang dibuat guru sangat
membantu dalam menentukan materi yang akan diajarkan. Pembelajaran pun akan
lebih tertata dan terarah melalui klasifikasi materi.
Materi tidak hanya bersumber dari satu sumber saja, melainkan dari
beberapa sumber yang ada. Guru tidak menganggap sebuah sumber adalah sumber
yang terbaik sehingga tidak mengambil referensi materi dari sumber lain. Guru
berusaha menggali referensi dari berbagai sumber sehingga materi yang disampaikan
dapat tepat. Guru juga selalu berusaha mempersiapkan diri dengan baik melalui
memperdalam pengetahuannya tentang suatu materi sebelum mengajarkan materi itu
kepada siswa.
e. Interaksi dalam Pembelajaran
1) Interaksi guru dengan siswa
Interaksi guru dan siswa sudah terjalin dengan baik. Guru memosisikan diri
sebagai orang tua atau teman sehingga siswa merasa nyaman dan tidak canggung
ketika berinteraksi dengan guru. Di dalam kelas, guru mengarahkan siswa untuk
mandiri dan mampu berpikir kritis tentang suatu hal. Ketika siswa mengalami
kesulitan, guru tidak langsung memberikan penjelasan kepada siswa tetapi meminta
siswa untuk mengingat kembali materi yang sebelumnya pernah dipelajari. Tetapi
ketika siswa lupa dan benar-benar tidak bisa untuk memecahkan kesulitan yang ia
hadapi, guru dengan penuh kesabaran membimbing siswa menyelesaikan kesulitan
tersebut.
Interaksi yang baik antara guru dan siswa tidak hanya terdapat di dalam
kelas, melainkan juga di luar kelas. Di luar kelas, guru juga mau membimbing siswa
yang mengalami kesulitan memahami materi atau mengerjakan tugas. Guru bersifat
terbuka membantu siswa dengan cara mempersilakan siswa menghubunginya melalui
pesan singkat (SMS) dan guru akan membalas pesan siswa. Bahkan bimbingan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
diberikan guru tidak hanya saat pembelajaran bahasa Indonesia saja. Misalnya ketika
siswa membuat proposal atau karya tulis ilmiah untuk dilombakan, guru mau
membantu siswa mengoreksi kesalahan ejaan dan tata kalimat.
Interaksi positif yang terjalin dengan baik antara guru dan siswa
memengaruhi psikis siswa. Ketika siswa merasa adanya interaksi positif dan
hubungan yang dekat dengan guru, siswa akan lebih dekat dengan guru dan guru pun
juga dekat dengan siswa. Kedekatan positif antara guru dan siswa dapat berpengaruh
pada pembelajaran, yaitu siswa akan mudah untuk dibimbing dan apabila ada
kesulitan akan lebih mudah untuk diselesaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
2) Interaksi siswa dengan siswa
Interaksi antarsiswa telah terjalin dengan baik. Siswa menjalin persahabatan
satu sama lain. Persahabatan ini berdampak pada aktivitas pembelajaran. Dalam
pembelajaran keterampilan berbicara, siswa tidak malu-malu saat mengungkapkan
pikiran dan pendapatnya di hadapan teman-temannya. Siswa yang lain pun juga
mendukung temannya yang melakukan praktik berbicara. Persahabatan dan dukungan
di antara siswa dapat memberikan motivasi sehingga siswa lebih percaya diri saat
melakukan praktik berbicara.
Saat melaksanakan keterampilan menulis, siswa membantu temannya yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi dan mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru. Siswa juga tidak segan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan siswa
lainnya ketika mengalami kesulitan.
Siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah dan bahasa prokem ketika
berbicara dengan siswa lainnya. Hal ini juga berpengaruh saat siswa berinteraksi
dengan siswa lainnya di dalam kelas. Terkadang siswa menggunakan bahasa daerah
atau bahasa prokem saat mengungkapkan pendapatnya dan berargumen dengan siswa
lainnya. Ketika hal tersebut terjadi, biasanya guru mengingatkan siswa untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang formal karena sedang berada dalam forum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
resmi atau formal. Bahkan tidak hanya guru yang mengingatkan siswa ketika ia
menggunakan bahasa daerah atau bahasa prokem. Siswa lainnya juga mengingatkan
temannya jika ada yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang benar saat
interaksi dalam pembelajaran.
Interaksi positif yang terjalin dengan baik antara guru dan siswa maupun
siswa dan siswa sangat mendukung kelancaran dan keberhasilan pembelajaran. Guru
yang juga berperan sebagai pembimbing seharusnya dapat mengarahkan siswa untuk
menjalin persahabatan dan interaksi yang baik yang dapat mewujudkan pembelajaran
yang baik.
f. Penilaian
Evaluasi yang dilakukan guru dalam menilai keterampilan berbicara dan
menulis telah dilakukan dengan melihat proses dan hasil. Guru telah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan berbicara dan menulis siswa
melalui praktik pada aktivitas pembelajaran. Bentuk-bentuk tugas untuk menilai
keterampilan berbicara dan menulis juga telah mendorong siswa untuk dapat
melakukan kegiatan penyampaian gagasan, ide, perasaan, maupun pikirannya secara
verbal maupun nonverbal, yaitu dalam berbicara dan menulis. Bentuk-bentuk tugas
tersebut sejalan dengan bentuk-bentuk tugas yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro
(2011: 426).
Bentuk-bentuk tugas penilaian yang diberikan oleh guru memiliki
kebermaknaan pada siswa. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan praktik
berbicara dan menulis yang sesuai dengan kebutuhan dalam bidang tertentu sehingga
siswa memiliki gambaran untuk menerapkan pembelajaran tersebut.
Proses belajar yang baik harus mampu mengubah ranah perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Syamsudin dalam Subana dan Sunarti, 2009: 9). Pada
penilaian saat pembelajaran berbicara dan menulis di kelas akselerasi, guru juga
melakukan penilaian yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
Tidak hanya itu, guru juga bertujuan membangun karakter siswa melalui kerja sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dengan siswa lainnya. Guru mengambil penilaian dari praktik dan pekerjaan siswa
secara individu maupun kelompok.
Dalam melakukan penilaian, guru tidak hanya memperhatikan faktor
kebahasaan, tetapi juga nonkebahasaan. Kedua aspek tersebut dinilai secara
berimbang. Guru juga membuat pedoman penilaian yang disesuaikan dengan silabus
yang telah ada. Pedoman penilaian yang berisi faktor-faktor yang dinilai serta bentuk
tugas penilaian dicantumkan dalam RPP yang dibuat oleh guru.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara penilaian
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi telah sesuai
dengan penilaian yang baik. Penilaian yang dilakukan oleh guru telah sesuai dengan
tujuan pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu menggunakan bahasa secara
komunikatif baik secara verbal maupun nonverbal.
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbicara dan Menulis
Ketika melaksanakan pembelajaran, pasti ada kendala yang dihadapi oleh
guru dan siswa, termasuk saat pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada
kelas akselerasi. Pada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi, terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Berikut adalah beberapa
hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara
dan menulis di kelas akselerasi.
1. waktu pembelajaran yang singkat.
2. pemahaman materi siswa yang berbeda.
3. kurangnya rasa percaya diri siswa.
4. siswa kesulitan mendapatkan ide tulisan.
5. penggunaan bahasa daerah dan prokem dalam pembelajaran.
Seperti pembelajaran keterampilan berbahasa pada umumnya, pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi pun tidak sepenuhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
sempurna dan masih memiliki kendala. Guru harus mampu mengidentifikasi kendala
yang dihadapi dalam pembelajaran dan memberikan pemecahan atau solusi untuk
menyelesaikan kendala tersebut. Tujuannya agar kendala tersebut dapat diatasi dan
pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kendala yang dihadapi dapat
digolongkan menjadi kendala dari guru dan siswa.
Faktor terbesar yang menjadi kendala adalah dari siswa. Dalam
pembelajaran keterampilan berbicara siswa masih merasa rendah diri atau kurang
percaya diri ketika praktik berbicara. Sementara dalam pembelajaran keterampilan
menulis, siswa mengalami kesulitan mendapatkan ide tulisan. Kendala lainnya yang
dihadapi oleh siswa adalah pemahaman materi siswa yang tidak sama dan
penggunaan bahasa daerah atau bahasa prokem dalam pembelajaran. Pemahaman
materi siswa yang berbeda membuat tidak seluruh siswa dapat memahami dan
mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa juga masih mengalami interferensi
antara penggunaan bahasa Indonesia dengan penggunaan bahasa daerah dan bahasa
prokem dalam pembelajaran.
Kendala lain yang dihadapi oleh guru adalah waktu pembelajaran yang
singkat. Dalam pembelajaran di kelas reguler, waktu pembelajaran tidak jarang
menjadi kendala. Begitu pula dengan pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis di kelas akselerasi yang memerlukan durasi waktu yang tidak singkat. Tidak
jarang ketika guru telah merencanakan durasi waktu pembelajaran, ada hal-hal di luar
kendali guru yang mengacaukan durasi waktu yang telah dibuat seperti kegiatan
sekolah. Kendala-kendala ini dapat membuat pembelajaran tidak berjalan secara
maksimal.
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan Pembelajaran
Keterampilan Berbicara dan Menulis
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis perlu diidentifikasi oleh guru. Setelah diidentifikasi, guru perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
menentukan usaha atau strategi untuk mengatasi kendala pembelajaran tersebut. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis di kelas akselerasi, ada lima usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kendala pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Usaha-usaha
tersebut adalah sebagai berikut.
1. pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel.
2. pendekatan personal dan pengulangan materi.
3. pemberian motivasi kepada siswa.
4. penyediaan topik melalui media pembelajaran
5. mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Guru harus terus menerus memotivasi siswa untuk berlatih melakukan
praktik berbicara dan menulis serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam pembelajaran. Motivasi-motivasi yang diberikan guru dapat memberikan
semangat dan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam melaksanakan praktik
berbicara dan menulis serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kegiatan pembelajaran.
Guru harus memahami peranannya sebagai pembimbing dan pengawas bagi
siswa, seperti yang diungkapkan oleh Idris, Ahmad, dan Broto (1981: 56). Selain
memotivasi siswa untuk mau berlatih berbicara dan menulis serta menggunakan
bahasa Indonesia secara tepat, guru juga perlu membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Tidak semua siswa memiliki daya tangkap
yang sama. Ada siswa yang memiliki daya tangkap yang cepat dan ada juga yang
lambat untuk satu mata pelajaran tertentu. Sikap guru terhadap kondisi yang seperti
itu adalah sabar dan terbuka dalam membimbing siswa mengikuti pembelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat mengharuskan guru untuk terus
mengembangkan diri untuk membuat usaha dan inovasi dalam pembelajaran yang
tepat demi kemajuan peserta didik. Hal lain yang menjadi usaha guru adalah
penggunaan media pembelajaran maupun inovasi untuk mendukung pembelajaran
dan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Inovasi yang dilakukan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
membuat siswa antusias dan tidak mudah bosan selama kegiatan pembelajaran.
Ketika siswa antusias dan aktif dalam pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis dapat terwujud, yaitu siswa mampu
menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil temuan peneltian tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan
berbicara dan menulis pada kelas khusus program akselerasi diperoleh simpulan
sebagai berikut.
1. Persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis adalah
(a) keterampilan berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan di kehidupan
siswa dan (b) siswa perlu dibekali keterampilan berbicara dan menulis melalui
praktik.
2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas
akselerasi di masing-masing sekolah secara umum dapat dilaksanakan dan berhasil
dengan baik. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tersebut berupa:
(a) adanya persiapan yang dilakukan oleh guru, berupa perangkat pembelajaran,
klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran, dan pengetahuan awal siswa
tentang materi yang disampaikan; (b) pemilihan metode pembelajaran dan strategi
pengelolaan pembelajaran yang inovatif dan variatif; (c) penggunaan fasilitas dan
media pembelajaran yang telah sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran;
(d) pembuatan klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran, serta penggunaan
berbagai sumber untuk materi ajar; (e) adanya interaksi antara guru dengan siswa
ataupun siswa dengan siswa; (f) adanya penilaian berupa penilaian proses dan
hasil.
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan
menulis di kelas akselerasi di antaranya: (a) waktu pembelajaran yang singkat;
(b) pemahaman materi siswa yang berbeda; (c) kurangnya rasa percaya diri siswa;
(d) siswa kesulitan mendapatkan ide tulisan; (e) penggunaan bahasa daerah dan
bahasa prokem dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
4. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi tersebut di
antaranya: (a) pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel; (b) pendekatan
personal dan pengulangan materi; (c) pemberian motivasi kepada siswa;
(d) penyediaan topik melalui media pembelajaran; dan (e) mendorong siswa untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Persamaan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta: (a) persepsi guru terhadap
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; (b) persiapan sebelum
pembelajaran; (c) metode pembelajaran; (d) strategi pengelolaan pembelajaran:
pembelajaran berorientasi pada praktik, perpaduan kegiatan berbicara yang
berbeda dalam pertemuan yang sama, pengaturan waktu pembelajaran yang
fleksibel, membangun motivasi siswa; (e) pemilihan materi ajar dari berbagai
sumber yang berbeda; (f) kendala; dan (g) usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kendala.
6. Perbedaan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta: (a) strategi pengelolaan pembelajaran
oleh sekolah di SMAN 1 adalah pembagian tugas mengajar guru, mata pelajaran
bahasa Indonesia diajar oleh dua guru yang berbeda (bahasa dan sastra),
sedangkan di SMAN 3 tidak ada kebijakan seperti itu; (b) media pembelajaran:
SMAN 1 mewajibkan siswa menggunakan laptop dalam pembelajaran
keterampilan menulis; SMAN 3: siswa dibebaskan untuk menggunakan laptop
atau tidak dalam pembelajaran keterampilan menulis dan guru memanfaatkan
media blog dan e-mail untuk pembelajaran keterampilan menulis; (c) interaksi
antara guru dan siswa di luar kelas: Siswa di SMAN 1 dapat berkonsultasi dengan
guru melalui SMS, sedangkan di SMAN 3 salah satu bentuk interaksi di luar kelas
adalah guru memberi bantuan saat siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan
karya tulis untuk lomba; dan (d) nilai keterampilan berbicara siswa di SMAN 3
lebih tinggi daripada nilai keterampilan berbicara di SMAN 1, sedangkan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
keterampilan menulis di SMAN 1 lebih tinggi daripada nilai keterampilan menulis
di SMAN 3.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas, hasil penelitian tentang pelaksanaan
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi ini mempunyai
implikasi sebagai berikut.
1. Persepsi Guru
Guru perlu membimbing siswa untuk melatih keterampilan berbicara dan
menulisnya melalui praktik, baik saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
Praktik dan latihan yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan di
berbagai bidang kehidupan sehingga terasa bermakna bagi siswa. Siswa
diharapkan dapat menerapkan pengetahuan dan pengalamannya melalui
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru, pihak sekolah, maupun siswa
perlu menyadari pentingnya melakukan persiapan. Persiapan bukan sekadar
formalitas saja, melainkan benar-benar disiapkan dan disesuaikan dengan
pembelajaran yang akan dilakukan. Pihak sekolah dan guru menyiapkan perangkat
pembelajaran yang diperlukan seperti silabus, program tahunan, program semester,
rencana pengajaran dan kalender pendidikan, rincian minggu efektif, dan RPP
yang biasanya disusun pada awal tahun pembelajaran. Guru dan siswa juga
mempersiapkan materi, contoh-contoh kegiatan berbicara dan menulis, media
pembelajaran, dan persiapan lainnya untuk menunjang keberhasilan kegiatan
pembelajaran.
Strategi dan metode pembelajaran yang menarik dan variatif baik untuk
diterapkan dalam pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton dan
membosankan bagi siswa. Guru perlu membuat inovasi dalam strategi dan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa
antusias dan tertarik saat melakukan pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru, terutama saat
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Saat pembelajaran keterampilan
berbicara, media diperlukan oleh guru untuk menampilkan model aktivitas
berbicara yang akan dilakukan siswa. Saat pembelajaran keterampilan menulis, ide
tulisan siswa dapat dipancing melalui penggunaan media pembelajaran. Materi
yang disampaikan melalui media pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan
rasa antusias dan semangat siswa dalam belajar.
Materi ajar yang dipelajari oleh siswa kelas akselerasi pada satu semester
dapat ditemui lagi pada semester yang lain. Oleh karena itu, guru perlu membuat
klasifikasi materi agar pembelajaran lebih tertata. Guru perlu menyusun materi
dari berbagai sumber yang terpercaya dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Interaksi guru dan siswa maupun siswa dan siswa berlangsung dengan baik.
Guru hendaknya dapat memosisikan diri sebagai orang tua dan sahabat yang mau
membimbing dan menolong siswa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak
canggung ketika berinteraksi dengan guru. Interaksi yang terjalin dengan baik
tersebut tidak hanya terjadi pada saat di dalam kelas, melainkan di luar kelas pun
guru dan siswa tetap menjalin interaksi yang baik.
Penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa juga perlu
diperhatikan. Guru hendaknya dapat menilai siswa secara objektif dan menyeluruh
pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan karakter siswa sesuai dengan
pedoman penilaian yang telah dibuat. Guru juga dapat melibatkan siswa lainnya
dalam melakukan penilaian terhadap penampilan dan hasil karya siswa melalui
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis.
3. Kendala dalam Pembelajaran
Kendala hampir selalu didapati dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak
terkecuali pada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi. Kendala dalam pembelajaran dapat berasal dari siswa, guru, ataupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pihak sekolah. Dalam hal ini, guru telah berupaya maksimal dalam mengatasi
kendala yang terjadi dan menjaga kualitas pembelajaran melalui strategi, metode,
materi, dan media pembelajaran. Dengan demikian, pencarian upaya untuk
mengatasi kendala yang dihadapi perlu dilakukan agar kualitas pembelajaran tetap
terjaga dan tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai secara baik.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil yang telah diuraikan di atas,
peneliti menyampaikan beberapa hal sebagai saran kepada kepala sekolah, guru, dan
siswa.
1. Para kepala sekolah hendaknya dapat mengadakan pelatihan atau workshop bagi
guru-guru yang diberikan tugas mengajar pada program akselerasi agar guru
mampu melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas
akselerasi. Kepala sekolah juga hendaknya dapat melakukan pengawasan langsung
kepada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Hal
ini dimaksudkan agar guru kepala sekolah mengetahui hal apa yang harus dibenahi
dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi.
2. Para guru hendaknya lebih kreatif menggunakan media dan metode dalam
melakukan proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas
akselerasi. Guru hendaknya menyesuaikan penggunaan media dan metode
pembelajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa yang diajar. Guru juga
perlu meningkatkan kemampuan melalui mengikuti seminar atau pelatihan.
3. Para siswa hendaknya perlu menyadari pentingnya menguasai keterampilan
berbicara dan menulis yang diperoleh melalui latihan. Oleh karena itu, siswa perlu
banyak berlatih berbicara dan menulis agar keterampilan tersebut dapat dikuasai.
Hendaknya siswa mau bertanya kepada guru jika mengalami kendala atau
kesulitan dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user